Praktikum Pasir Lambat-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM

PASIR LAMBAT

Tujuan Praktikum :

1. Untuk dapat memahami pentingnya penyediaan air minum.


2. Untuk dapat menerapkan pembangunan, operasi dan perawatan instalasi
saringan pasir lambat.
Tempat : Kampus Jurusan Kesehatan Lingkungan Tanjungkarang

A. Tinjuan Pustaka
1. Latar Belakang

Kebutuhan air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat


yang perlu ditingkatkan, baik yang berhubungan dengan kuantitas maupun
kualitasnya. Untuk meningkatkan pelayanan akan air bersih di daerah
pedesaan diperlukan telnologi yang mudah dalam pengoperasian dan
mudah pemeliharaannya, yang disesuaikan dengan kualitas sumber air
baku yang tersedia. (Kustiasih, 2014)

Pada umumnya saringan pasir lambat yang diterapkan di Indonesia


merupakan suatu instalasi konvensional dalam upaya mengurangi
kekeruhan dan Total Suspended Solid (TSS) air baku. Proses penyaringan
berlangsung secara gravitasi, sangat lambat, dan simultan pada seluruh
permukaan media. Proses penyaringan merupakan kombinasi antara
proses fisis (filtrasi, sedimentasi dan adsorpsi), proses biokimia dan proses
biologis. Saringan pasir lambat lebih cocok mengolah air baku, yang
mempunyai kekeruhan sedang sampai rendah kurang dari 50 mg/L SiO 2,
dan konsentrasi oksigen terlarut (dissolved oxygen) sedang sampai tinggi.
Kandungan oksigen terlarut tersebut dimaksudkan untuk memperoleh
proses biokimia dan biologis yang optimal. Apabila air baku mempunyai
kandungan kekeruhan tinggi dan konsentrasi oksigen terlarut rendah,
maka sistem saringan pasir lambat membutuhkan pengolahan
pendahuluan, yang direncanakan terpisah dari standar ini. Sumber air
baku berasal dari air sungai atau air danau atau embung-embung.
(Kustiasih, 2014)

Bangunan bak saringan pasir lambat (SPL) terbuat dari beton, ferosemen,
fiber glass atau bata semen, yang dilengkapi dengan sistem saluran inlet,
outlet, perpipaan dan bak-bak pengontrol. Jenis dan kapasitas SPL dapat
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, kualitas air baku, dan
kontinyuitas sumber air baku. (Kustiasih, 2014)

Media penyaring yang digunakan pada umumnya adalah pasir kuarsa.


Pasir yang digunakan sebagai media filter dengan ukuran butiran kecil dan
mengandung kuarsa yang tinggi. Ukuran media pasir saringan yang sangat
kecil akan membentuk ukuran pori-pori antara butiran media juga sangat
kecil. Meskipun ukuran pori-porinya sangat kecil, ternyata masih belum
mampu menahan partikel koloid dan bakteri yang ada dalam air baku.
Akan tetapi dengan aliran yang berkelok-kelok melalui pori-pori saringan
dan juga lapisan kulit saringan, maka gradien kecepatan yang terjadi
memberikan kesempatan pada partikel halus, untuk saling berkontak satu
sama lain, dan membentuk gugusan yang lebih besar, yang dapat menahan
partikel sampai pada kedalaman tertentu, dan menghasilkan filtrat yang
memenuhi persyaratan kualitas air minum. (Kustiasih, 2014)

Bagi pasir media yang baru pertama kali dipasang dalam bak saringan
memerlukan masa operasi penyaringan awal, secara normal dan terus
menerus selama waktu kurang lebih tiga bulan. Tujuan operasi awal
adalah untuk mematangkan media pasir penyaring dan membentuk lapisan
kulit saringan (schmutsdecke), yang kelak akan berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya proses biokimia dan proses biologis. Selama proses
pematangan, kualitas filtrat atau air hasil olahan dari saringan pasir
lambat, biasanya belum memenuhi persyaratan air minum. (Kustiasih,
2014)
Sejalan dengan proses penyaringan, bahan pencemar dalam air baku akan
bertumpuk dan menebal di atas permukaan media pasir. Setelah
melampaui perioda waktu tertentu, tumpukan tersebut menyebabkan
media pasir tidak dapat merembeskan air sebagai mana mestinya, dan
bahkan menyebabkan debit efluen menjadi sangat kecil, dan air yang ada
didalam bak saringan mengalir melalui saluran pelimpah. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa media pasir penyaring sudah mampat (clogging).
Untuk memulihkan saringan yang mampat, pengelola harus segera
mengangkat dan mencuci media pasir menggunakan alat pencuci pasir.
Saringan pasir lambat akan beroperasi secara normal kembali, kuang lebih
dua hari setelah melakukan pengangkatan atau pencucian media pasir.
Biaya operasi saingan pasir lambat ini sangat rendah karena proses
pengolahan air ini tanpa menggunakan bahan kimia. (Kustiasih, 2014)

2. Pengertian Saringan Pasir Lambat (SPL)

Saringan pasir lambat adalah bak saringan yang menggunakan


pasir sebagai media filter dengan ukuran butiran sangat kecil, Namun
mempunyai kandungan kuarsa yang tinggi. Proses penyaringan
berlangsung secara gravitasi, sangat lambat, dan simultan pada seluruh
permukaan media.

Pasir media yang baru pertama kali dipasang dalam bak saringan
memerlukan masa operasi penyaringan awal secara normal dan terus
menerus. Tujuan operasi awal adalah untuk mematangkan media pasir
penyaring dan membentuk lapisan kulit saringan (schmutsdecke), yang
kelak akan berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses biokimia dan
proses biologis. Selama proses pematangan, kualitas filtrat atau air hasil
olahan dari saringan pasir lambat, biasanya belum memenuhi persyaratan
air minum. Apabila air baku mempunyai kandungan kekeruhan tinggi dan
konsentrasi oksigen terlarut rendah, maka sistemsaringan pasir lambat
membutuhkan pengolahan pendahuluan, yang direncanakan terpisah dari
standar ini (SNI 3981:2008 tentang Perencanaan instalasi saringan pasir
lambat). (Anonim, Saringan Pasir Lambat, 2012)

Saringan pasir lambat merupakan instalasi pengolahan air yang mudah,


murah,dan efisien. Saringan pasir lambat mempunyai efisiensi yang tinggi
untukmenghilangkan kekeruhan, rasa, dan bau pada air, bahkan mampu
menghilangkan bakteri dengan sangat baik. Untuk menghilangkan rasa
dan bau pada air kadang-kadang perlu dilengkapi dengan karbon aktif,
dan untuk menghilangkan bakteri seringdipergunakan kaporit. (Anonim,
Saringan Pasir Lambat, 2012)

3. Jenis Saringan Pasir Lambat

a. Saringan Pasir Lambat ( D o w n F l o w )

Teknologi saringan pasir lambat yang banyak diterapkan di


Indonesia biasanya adalah saringan pasir lambat konvesional dengan arah
aliran dari atas ke bawah (down flow), sehingga jika kekeruhan air baku
naik, terutama padawaktu hujan, maka sering terjadi penyumbatan pada
saringan pasir, sehingga perlu dilakukan pencucian secara manual dengan
cara mengeruk media pasirnya dan dicuci, setelah bersih dipasang lagi
seperti semula, sehinggamemerlukan tenaga yang cucup banyak. Ditambah
lagi dengan faktor iklim di Indonesia yakni ada musim hujan air baku yang
ada mempunyai kekeruhanyang sangat tinggi. Hal inilah yang sering
menyebabkan saringan pasir lambatyang telah dibangun kurang berfungsi
dengan baik, terutama pada musim hujan. (Ridwan, 2009)

Untuk sistem saringan pasir lambat konvensional terdapat dua tipesaringan


yakni:
1. Saringan pasir
lambat dengan
kontrol pada inlet
Gambar 1.1 Komponen Dasar Saringan Pasir Lambat Sistem Kontrol Inlet

Keterangan :
A. Kran untuk inlet air baku dan pengaturan laju penyaringan
B. Kran untuk penggelontoran air supernatant
C. Indikator laju air
D. Weir inlet
E. Kran untuk pencucian balik unggun pasir dengan air bersih
F. Kran untuk pengeluaran/pengurasan air olahan yang masih kotor
G. Kran distribusi
H. Kran penguras bak air bersih

2. Saringan pasir lambat dengan kontrol pada outlet

Gambar 1.2 Komponen Dasar Saringan Pasir Lambat Sistem


Kontrol Outlet

Keterangan :
A. Kran untuk inlet air bakuB.
B. Kran untuk penggelontoran air supernatant
C. Kran untuk pencucian balik unggun pasir dengan air bersih
D. Kran untuk pencucian balik unggun pasir dengan air bersih
E. Kran pengatur laju penyaringan
F. Kran pengatur laju penyaringan
G. Weir inlet kran distribusi
H. Kran distribusiI.
I. Kran penguras bak air bersih

Kedua sistem saringan pasir lambat tersebut mengunakan


sistem penyaringan dari atas ke bawah (down Flow).Kapasitas pengolahan
dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan
yangdiperlukan. Biasanya saringan pasir lambat hanya terdiri dari sebuah
bakyang terbuat dari beton, ferosemen, bata semen atau bak fiber glass
untukmenampung air dan media penyaring pasir. Bak ini dilengkapi
dengansistem saluran bawah, inlet, outlet dan peralatan kontrol (Ridwan,
2009)
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada sistem saringan pasir lambat antara
lain yakni :
1. Bagian Inlet
Struktur inlet dibuat sedemikian rupa sehingga air masuk ke
dalamsaringan tidak merusak atau mengaduk permukaan media pasir
bagianatas. Struktur inlet ini biasanya berbentuk segi empat dan dapat
berfungsi juga untuk mengeringkan air yang berada di atas media penyarin
g(pasir).
2. Lapisan Air di Atas media Penyaring (supernatant)
Tinggi lapisan air yang berada di atas media
penyaring(supernatant) dibuat sedemikian rupa agar dapat menghasilkan
tekanan(head) sehingga dapat mendorong air mengalir melalui unggun
pasir. Disamping itu juga berfungsi agar dapat memberikan waktu tinggal
airyang akan diolah di dalam unggun pasir sesuai dengan kriteria desain.
3. Bagian Pengeluaran (Outlet)
Bagian outlet ini selain untuk pengeluran air hasil
olahan, berfungsi juga sebagai weir untuk kontrol tinggi muka air di
atas lapisan pasir.
4. Media Pasir (Unggun Pasir)
Media penyaring dapat dibuat dari segala jenis bahan
inert(tidaklarut dalam air atau tidak bereaksi dengan bahan kimia yang ada
dalamair). Media penyaring yang umum dipakai yakni pasir silika karena
mudah diperoleh, harganya cukup murah dan tidak mudah pecah.
Diameter pasir yang digunakan harus cukup halus yakni dengan ukuran
0,2 - 0,4 mm.
5. Sistem Saluran Bawah (drainage)
Sistem saluran bawah berfungsi untuk mengalirkan air olahan
sertasebagai penyangga media penyaring. Saluran ini tediri dari saluran
utamadan saluran cabang, terbuat dari pipa berlubang yang di atasnya
ditutupdengan lapisan kerikil. Lapisan kerikil ini berfungsi untuk
menyanggalapisan pasir agar pasir tidak menutup lubang saluran bawah.
6. Ruang Pengeluaran
Ruang pengeluran terbagi menjadi dua bagian yang
dipisahkandengan sekat atau dinding pembatas. Di atas dinding pembatas
ini dapatdilengkapi dengan weir agar limpasan air olahannya sedikit lebih
tinggidari lapisan pasir. Weir ini berfungsi untuk mencegah timbulnya
tekanandi bawah atmosfir dalam lapisan pasir serta untuk menjamin
saringan pasir beroperasi tanpa fluktuasi level pada reservoir. Dengan adan
ya air bebas yang jatuh melalui weir, maka konsentrasi oksigen dalam airo
lahan akan bertambah besar.

Kelebihan dan kekurangan SPL ( d o w n f l o w )


Pengolahan air bersih dengan menggunakan sistem saringan pasir
Lambat konvensional ini mempunyai keunggulan antara lain (Ridwan,
2009):
 Tidak memerlukan bahan kimia, sehingga biaya operasinya sangat
murah.
 Dapat menghilangkan zat besi, mangan, dan warna serta
kekeruhan.
 Dapat menghilangkan ammonia dan polutan organik, karena
proses penyaringan berjalan secara fisika dan biokimia
 Sangat cocok untuk daerah pedesaan dan proses pengolahan
sangatsederhana.

Sedangkan beberapa kelemahan dari sistem saringan pasir lambat


konvensiolal tersebut yakni antara lain (Ridwan, 2009):
 Jika air bakunya mempunyai kekeruhan yang tinggi, beban filter
menjadi besar, sehingga sering terjadi kebutuan. Akibatnya waktu penc
ucian filtermenjadi pendek.
 Kecepatan penyaringan rendah, sehingga memerlukan euangan
yang cukupluas.
 Pencucian filter dilakukan secara manual, yakni dengan cara
mengeruklapisan pasir bagian atas dan dicuci dengan air bersih, dan
setelah bersihdimasukkan lagi ke dalam bak saringan seperti semula.
 Karena tanpa bahan kimia, tidak dapat digunakan untuk menyaring
air gambut.

b. Saringan Pasir Lambat (U p F l o w )

Sistem saringan pasir lambatUp Flow merupakan sistem saringan


dimana air baku didistribusikan ke dalam alat penyaringan dengan arah
aliranair dari bawah ke atas. Dengan sistem penyaringan dari arah bawah ke
atas (Up Flow), jika saringan telah jenuh atau buntu , dapat dilakukan
pencucian balik dengan cara membuka kran penguras. Dengan adanya
pengurasan ini, air bersih yang berada diatas lapisan pasir dapat berfungsi
sebagai air pencuci media penyaring (back wash). Dengan demikian
pencucian media penyaring pada saringan pasir lambat UpFlow tersebut
dilakukan tanpa pengeluaran atau pengerukan media penyaringnya , dan
dapat dilakukan kapan saja. (Soeprijanto, 2012)
Saringan pasir lambat dengan menggunakan sistem penyaringan
dari bawah keatas yang mempunyai keunggulan dalam hal pencucian media
saringyang lebih mudah dibanding dengan model saringan pasir
lambatkonvensional. Jika saringan telah jenuh atau buntu, dapat dilakukan
pencucian balik dengan cara membuka kran penguras. Dengan adanya
pengurasanini,air bersih yang berada diatas lapisan pasir dapat berfungsi seb
agai air pencucimedia penyaring(back wash). Dengan demikian pencucian
media penyaringan pada saringan pasir lambatUp Flow tersebut dilakukan
tanpamengeluarkan atau mengeruk media penyaringan dan dapat dilakukan
kapan saja. (Soeprijanto, 2012)

Unit pengolahan air dengan saringan pasir lambat merupakan


suatu paket. Air baku yang digunakan yakni air sungai atau air danau yang ti
ngkatkekeruhannya tidak terlalu tinggi.Jika tingkat kekeruhan air bakunya
cukup tinggi misalnya pada waktumusim hujan, maka agar supaya beban
saringan pasir lambat tidak telalu besar,maka perlu dilengkapi dengan
peralatan pengolahan pendahuluan misalnya bak pengendapan awal atau
saringan“Up Flow”dengan media berikil atau batu pecah. (Soeprijanto,
2012)

Secara umum, proses pengolahan air bersih dengan saringan pasir lambat
Up Flow sama dengan saringan pasir lambat Down Flow terdiri atas
unit proses:

 Bangunan penyadap
 Bak Penampung / bak Penenang
 Saringan Awal dengan sistem “Up Flow”
 Saringan Pasir Lambat Utama “Up Flow”
 Bak Air Bersih
 Perpipaan, kran, sambungan dll.

Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam


ukuransesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.Diagram proses
pengolahan serta contoh rancangan konstruksi saringan pasir lambat Up
Flow ditunjukkan pada Gambar 1. 3 :

Prosesnya yaitu air dari sungai masuk ke bangunan penyadap


dandialirkan ke bak penenang kemudian ke bak pengendapan awal atau up
flow dengan media berikil atau batu pecah, dan pasir kwarsa/silika.
Selanjutnyadialirkan ke bak saringan pasir utama dengan arah aliran dari
bawah ke atas (Up Flow). Air yang keluar dari bak saringan pasir Up Flow
tersebut merupakan air olahan dan di alirkan ke bak penampung air bersih,
selanjutnya didistribusikan ke konsumen dengan cara gravitasi atau dengan
memakai pompa.

Keunggulan dan Kelemahan Saringan Pasir Lambat U p F l o w

Pengolahan air bersih menggunakan sistem saringan pasir lambat


denganarah aliran dari bawah ke atas mempunyai keuntungan antara lain
(Anonim, Teknologi pengolahan air bersih dengan proses saringan pasir
lambat, 2013) :
1. Tidak memerlukan bahan kimia, sehingga biaya operasinya sangat
murah.
2. Dapat menghilangkan zat besi, mangan, dan warna serta kekeruhan.
3. Dapat menghilangkan ammonia dan polutan organik, karena
proses penyaringan berjalan secara fisika dan biokimia.
4. Sangat cocok untuk daerah pedesaan dan proses pengolahan
sangatsederhana.
5. Perawatan mudah karena pencucian media penyaring (pasir)
dilakukandengan cara membuka kran penguras, sehingga air hasil
saringan yang berada di atas lapisan pasir berfungsi sebagai air pencuci.
Dengan demikian pencucian pasir dapat dilakukan tanpa pengerukan
media pasirnya.

Teknologi saringan pasir lambat yang telah diterapkan di


Indonesia biasanya adalah saringan pasir lambat konvensional dengan arah a
liran dariatas ke bawah (down flow), namun dari pengalaman yang diperoleh
ternyataterdapat beberapa kelemahan. Adapun beberapa kelemahan dari
systemsaringan pasir lambat konvensional tersebut yakni antara lain
(Anonim, Teknologi pengolahan air bersih dengan proses saringan pasir
lambat, 2013):
1. Jika air bakunya mempunyai kekeruhan yang tinggi, beban filter
menjadi besar, sehingga sering terjadi kebutuan. Akibatnya selang
waktu pencucianfilter menjadi pendek.
2. Kecepatan penyaringan rendah sehingga memerlukan ruangan yang
cukupluas.
3. Pencucian filter dilakukan secara manual, yakni dengan cara
mengeruklapisan pasir bagian atas dan dicuci dengan air bersih, dan
setelah bersihdimasukkan lagi ke dalam bak saringan seperti semula.
4. Karena tanpa bahan kimia maka tidak dapat digunakan untuk
menyaring air gambut.

4.Mekanisme Penyaringan Saringan Lambat


Langkah awal dalam pengoperasian Saringan pasir lambat yaitu :
Pertama-tama harus dilakukan dengan pengisian air dari dasar atau secara
upflow dengan air bersih. Hal ini akan mendorong keluarnya udara yang
masuk melalui pori-pori media. Kemudian operasi filtrasi dapat dimulai dan
membutuhkan waktu beberapa minggu untuk membentuk lapisan
Schmutzdecke dan menghasilkan kualitas effluent yang dapat diterima.
Selama operasi air yang ada pada unit saringan pasir lambat ini harus selalu
menggenangi media pasir untuk menjaga agar organisme yang ada pada
permukaan lapisan pasir tidak mati Proses pengaliran air baku ini dilakukan
secara kontinyu, sehingga menyebabkan miokroorganisme tumbuh dengan
sendirinya pada lapisan paling atas media pasir (Gambar 1.4). Pada lapisan
Schmutzdecke akan terjadi proses pengurangan partikel tersuspensi, bahan
organik, dan bakteri melalui proses oksidasi biologis maupun kimiawi (Arif,
2016).

Gambar 1.4 Diagram proses system saringan pasir lambat

Air baku dialirkan ke tangki penerima, kemudian dialirkan ke bak


pengendap tanpa memakai zat kimia untuk mengendapkan kotoran yang
ada dalam air baku. Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan
saringan pasir lambat dan kemudian dialirkan ke bak penampung air
bersih. (Arif, 2016)
Jika air baku dialirkan ke saringan pasir lambat, maka kotoran-kotoran
yang ada di dalamnya akan tertahan pada media pasir oleh karena adanya
akumulasi kotoran baik dari zat organik maupun anorganik pada media
filternya akan terbentuk lapisan (film) biologis. Dengan terbentuknya
lapisan ini maka di samping proses penyaringan secara fisika dapat juga
menghilangkan (impuritis) secara biokimia. Biasanya ammonia dengan
konsentrasi yang rendah, zat besi, mangan dan zat-zat yang menimbulkan
bau dapat dihilangkan dengan cara ini. Hasil dengan cara pengolahan
ini mempunyai kualitas baik. (Arif, 2016)

Cara ini sangat sesuai untuk pengolahan air baku yang mempunyai
kekeruhan yang rendah dan relatif tetap. Biaya operasi rendah karena
proses pengendapan biasanya tanpa bahan kimia dan proses
pencucian media saring dengan mengeruk lapisan pasir bagian atas dan
dicuci dengan air bersih. Tetapi jika kekeruhan air baku cukup tinggi,
pengendapan dapat juga memakai bahan kimia (koagulan) agar beban
filter tidak terlalu berat. (Arif, 2016)

5. Perlengkapan Bak Saringan Pasir Lambat

A. Saluran masukan (inlet)

Perencanaan inlet ditentukan sebagai berikut:

1) Berbentuk saluran tertutup atau terbuka


2) Dilengkapi dengan bak pembagi atau penenang air baku
3) Dilengkapi dengan kran/katup untuk saluran tertutup dan
pintu air ditambah sekat ukur untuk saluran terbuka
4) Dilengkapi dengan penahan cucuran air baku di atas pasir
penyaring supaya tidak merusak permukaan pasir

B. Saluran keluaran (outlet)

Perencanaan outlet ditentukan sebagai berikut:

1) Saluran tertutup
2) Dilengkapi dengan katup pengatur debit efluen
3) Dilengkapi dengan alat ukur debit, direncanakan dengan
standar yang berlaku
4) Dilengkapi dengn pipa yang dapat mengalirkan filtrat dari
outlet filter yang satu ke outlet filter yang lain. Pipa ini
dihubungkan juga dengan pompa pada penampung air bersih
(reservoir)
5) Dilengkapi dengan bak penampung filtrat, dengan
ketentuan bahwa permukaan air pada penampung filtrat
minimal 5 cm dan maksimal 10 cm di atas permukaan media
penyaring

C. Saluran pengumpul bawah (underdrain)

Perencanaan underdrain ditentukan sebagai berikut:

1) Bentuk underdrain dapat berupa:


 Saluran, di atas saluran dipasang ubin atau batu belah
 Susunan bata cetak, slab beton pracetak, lantai beton
berlubang, balok beton pracetak berlubang dan
sebagainya
 Jaringan pipa manifol-lateral yang diberi lubang pada
seluruh badan pipa
2) Kedalaman minimal 30 cm dan maksimal 50 cm
3) Kemiringan antara zona inlet dengan zona outlet minimal 1%
dan maksimal 2%
4) Lantai dasar

D. Pelimpah

Perencanaan pelimpah ditentukan sebagai berikut:

1) Berbentuk saluran terbuka atau tertutup


2) Dipasang pada zona inlet filter
3) Permukaan ambang pelimpah tepat pada permukaan air
maksimum filter yang bersangkutan
4) Air dari pelimpah dapat dialirkan ke dalam tangki khusus,
untuk kemudian dipompakan kembali ke dalam bak
pembagi atau dibuang ke badan air penerima

E. Penguras

Perencanaan penguras ditentukan sebagai berikut:

1) Tampungan air direncanakan sebagai berikut:


 Dipasang tepat di bawah terjunan inlet dan di
tengah kedua sisi memanjang filter
 Ambang tampungan kurang lebih 30 cm di bawah
permukaan pasir penyaring maksimum
 Penampang atas tampungan diberi tutup
 Dihubungkan dengan pipa penguras dan dilengkapi dengan
katup/kran
2) Air kurasan dapat dialirkan ke dalam tangki
khusus atau dibuang ke badan air penerima

6. Langkah-Langkah Pengerjaan Instalasi Saringan


Pasir Lambat
1. Air baku

Lakukan penyeleksian air baku sebagai berikut :

a. carilah data potensi air baku setempat


b. tentukan debit air baku maksimum, rata-rata dan minimum
c. catatlah data muka air baku maksimum dan minimum
d. kumpulkan data dan informasi mengenai hak guna air baku
e. periksa kualitas air baku.

2. Penentuan ukuran

Ukuran dan jumlah bak. Lakukan pekerjaan berikut

a. tentukan kecepatan penyaring


b. hitunglah besar debit pengolahan
c. hitung luas permukaan bak
d. tentukan jumlah bak dengan minimal 2 bak
e. tentukan kedalaman bak

Perlengkapan bak saringan

a. tentukan saluran masukan (inlet), saluran keluaran


(outlet), saluran pengumpul bawah (underdrain), pelimpah,
penguras dan tinggi bebas (freeboard)
b. tentukan tipe pencucian pasir penyaring.

3. Media penyaring dan penahan


Media penyaring. Lakukan pekerjaan sebagai berikut :

a. identifikasi potensi pasir lokal


b. periksa kualitas pasir
c. tentukan gradasi pasir dengan analisis ayakan.

Media penahan, Lakukan pekerjaan berikut :


a. identifikasi potensi kerikil
b. tentukan kualitas kerikil
c. tentukan gradasi kerikil dengan analisis ayakan.

4. Lahan Instalasi

Lakuan pekerjaan berikut :

a. tentukan kebutuhan lahan untuk menempatkan instalasi,


kantor, rumah jaga dan lain-lain;
b. carilah data topografi, geologi berdasarkan ketentuan yang
berlaku.

5. Pembiayaan

Lakukan pekerjaan berikut :

a. carilah daftar harga bahan lokal


b. hitunglah volume pekerjaan berdasarkan ketentuan yang
berlaku
c. hitunglah biaya pembangunan saringan pasir lambat.

PENUTUP

1. Kesimpulan
Saringan pasir lambat merupakan instalasi pengolahan air yang
mudah murah dan efisien saringan pasir lambat mempunyai efisiensi
yang tinggi untuk menghilangkan kekeruhan rasa dan bau pada air
bahkan mampu menghilangkan bakteri dengan sangat baik. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian saringan pasir
lambat agar mencapai pengolahan yang efektif adalah kecepatan
filtrasi, kualitas air yang akan diolah, dan kontinuitas dari
pengoperasian. Perawatan secara berkala penting untuk dilakukan
untuk tercapainya pengolaahan air yang efektif.
Unggulan pengelolaan air bersih dengan penggunaan sistem
saringan pasir lambat konvensional adalah tidak memerlukan bahan
kimia, sehingga biaya operasinya sangat murah dapat menghilangkan
zat besi mangan dan warna serta kekeruhan air yang kita gunakan
dapat menghilangkan amonia dan polutan organik karena proses
penyaringan berjalan secara fisika dan biokimia dan sangat cocok
untuk daerah pedesaan.
2. Saran
Untuk pengolahan air bersih lebih baik menggunakan sistem
saringan pasir lambat dengan aliran dari bawah ke atas karena
mempunyai keuntungan yaitu tidak memerlukan bahan kimia sehingga
biaya operasinya sangat murah dapat menghilangkan zat besi dan
warna serta kekeringan dapat menghilangkan polutan organik karena
proses penyaringan berjalan secara fisika dan biokimia sangat cocok
untuk industri rumah tangga karena pengolahannya sangat sederhana
perawatannya mudah karena pencucian media penyaringan pasir
dilakukan dengan cara membuka kran pengurus sehingga air hasil
saringan yang berada di atas lapisan pasir berfungsi sebagai air pencuci
dengan demikian pencucian pasir dan dilakukan tanpa memerlukan
media pasirnya

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012). Dipetik November 6, 2021, dari Saringan Pasir Lambat:


http://sipil.ejournal.web.id/index.php/jts/article/view/151/131#:~:text=Sari
ngan%20pasir%20lambat%20adalah%20bak,simultan%20pada
%20seluruh%20permukaan%20media.
Anonim. (2013). Dipetik November 6, 2021, dari Teknologi pengolahan air bersih
dengan proses saringan pasir lambat:
https://www.slideshare.net/gede5/teknologi-pengolahan-air-bersih-dengan-
proses-saringan-pasir-lambat-72505395

Arif. (2016). Dipetik November 6, 2021, dari TEKNOLOGI PENGOLAHAN


AIR BERSIH: https://www.smkmuhamka.sch.id/artikel/TEKNOLOGI-
PENGOLAHAN-AIR-BERSIH.html

Kustiasih, T. (2014). Dipetik November 6, 2021, dari Instalasi Pasir Lambat:


http://puskim.pu.go.id/wp-content/uploads/2018/04/Instalasi-Saringan-
Pasir-Lambat.pdf

Ridwan, M. (2009). Dipetik November 6, 2021, dari Saringan Pasir Lambat


(Down Flow): http://ladawanpiazza.blogspot.com/2009/04/sistem-
pengolahan-air.html

Soeprijanto. (2012). Dipetik November 6, 2021, dari Saringan Pasir Lambat Up


Flow: http://www.slideserve.com/taite/teknologi-pengolahan-air-bersih-
dengan-proses-saringan-pasir-lambat-up-flow

Anda mungkin juga menyukai