Percobaan 2 Jartest
Percobaan 2 Jartest
Percobaan 2 Jartest
ANALISA KOAGULASI-FLOKULASI
DENGAN METODA JAR-TEST
1. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan dosis optimum pembubuhan koagulan atau tawas, untuk menurunkan
kekeruhan dan atau warna, bakteri, algae dan plankton, rasa dan bau, dan fosfat.
2. PRINSIP PERCOBAAN
Prinsip percobaan kali ini adalah menggunakan tawas sebagai koagulan yang akan mengikat
koloid dan zat tersuspensi yang ada dalam air untuk selanjutnya diberikan proses koagulasi-
flokulasi dengan metode jar test untuk memisahkan zat-zat kontaminan dari air. Prinsip
koagulasi dan flokulasi yaitu proses destabilisasi partikel koloid dan memperbesar laju
pembentukan flok.
3. DASAR TEORI
Metode jar test digunakan untuk mengevaluasi proses-proses koagulasi serta untuk
menentukan dosis pemakaian bahan kimia. Penentuan dosis optimum bertujuan untuk
mengetahui dosis koagulan yangpaling efektif untuk menghilangkan partikel koloid
karena penambahan koagulan yang kurang maupun yang berlebih tidak menjamin hasil
yangdiperoleh baik (Asni, dkk., 2022).
Apabila ke dalam larutan koloid seperti air limbah ditambahkan suatu zat koagulan
yang bermuatan positif maka akan terjadi tarik menarik dan terjadi gumpalan yang disebut
koagulasi flokulasi. Untuk mendapatkan koagulasi flokulasi yang sempurna, dilakukan
percobaan mencari nilai pH dan jumlah koagulan optimum dengan tawas (Suherman, 2013).
Koagulan yang memiliki kualitas bagus adalah koagulan yang mampu menurunkan turbidity
air limbah sekecil mungkin dengan dosis yang rendah sehingga ekonomis (Husaini dkk,
2018).
Menurut Villabona, et al. (2020), salah satu factor yang mempengaruhi efisiensi dari
proses koagulasi adalah adanya persentase yang tinggi dari karbon. Selain itu, pH juga
merupakan parameter penting dalam proses koagulasi yang dapat merubah muatan di
permukaan dari koagulan dan/atau kontaminan. Berdasarkan Goudjil et al 2020, dikatakan
bahwa PAC (koagulan) dan polimer dapat menetralisasi muatan dari molekul warna dan
mengikatnya pada PAC dan polimer permukaan dengan ikatan lemah seperti ikatan van der
Waals. Flok yang terbentuk bergabung dengan flok yang lainnya untuk membentuk flok
dengan masa jenis yang tinggi sehingga mudah dihilangkan.
Tawas menjadi koagulan yang digunakan pada percobaan kali ini. Tawas dapat
menurunkan pH dan membuat partikel mengikat satu sama lain dengan perlakuan yang
benar. Akan tetapi pada saat penambahan tawas yang berlebihan, maka ion H+ yang
terbentuk juga semakin banyak pula, yang artinya pH menjadi turun sehingga mengganggu
kestabilan flok yang telah terbentuk. Flok tersebut kembali pecah menjadi flok yang lolos
saring. Pada pH < 7 terbentuk Al(OH)2+, Al(OH)2 4+, Al2(OH)2 4+ . Dengan adanya ion positif
yang banyak, akan lebih banyak mendestabilisasi muatan negatif zat pengeruh, akan tetapi
tidak stabil (Sugili Putra dkk, 2009).
Bahan:
1. Aquades
2. Tawas
3. Sampel air limbah bekas cucian motor
4. Larutan buffer pH 4, 7, dan 9
5. SKEMA KERJA
Tawas
Aquades
- Diaduk sampel air limbah di dalam jerigen air untuk menghindari adanya endapan yang
terbentuk
- Dituangkan sampel air limbah ke dalam gelas beker 1 liter sebanyak 6 gelas beker
- Diambil larutan tawas sebanyak 1mL; 2mL; 4mL; 8mL; 12mL; 20mL
- Dimasukkan larutan tawas yang telah diambil ke dalam masing masing gelas beker yang
telah berisi air limbah
- Ditempatkan ke dalam alat jar test
- Diaduk dengan pengadukan cepat (koagulasi) dengan kecepatan 200 rpm selama 1 menit
- Diaduk dengan pengadukan lambat (flokulasi) dengan kecepatan 100 rpm selama 15 menit
- Didiamkan selama 15 menit sebagai proses sedimentasi
- Diambil sebanyak 100 mL dari setiap sampel yang telah di jar test ke dalam gelas beker 500
mL
- Diuji kekeruhannya dengan kasat mata
Larutan buffer
6. TABEL PENGAMATAN
Ka-
rena dengan adanya pengadukan cepat ini da-
pat membantu dalam proses pencampuran ba-
han tawas dalam air limbah secara rata. Dengan
8. KESIMPULAN
9. DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka
Suherman, D., & Sumawijaya, N. (2013). Menghilangkan warna dan zat organik air gambut dengan
metode koagulasi-flokulasi suasana basa. Riset Geologi dan Pertambangan, 23(2), 125-137.
Asni, N., Rospian, N. S. P., Djonaedi, E., & Wahyuni, R. (2022). Penentuan Dosis Optimum Koagulan
FeCl3 Untuk Pengolahan Air Limbah Industri dengan Metode Jar Test. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah
Indonesia, 7(6), 6952-6961.
Husaini, H., Cahyono, S. S., Suganal, S., & Hidayat, K. N. (2018). Perbandingan koagulan hasil
percobaan dengan koagulan komersial menggunakan metode jar test. Jurnal Teknologi Mineral dan
Batubara, 14(1), 31-45.
Villabona-Ortíz, A., Tejada-Tovar, C., & Toro, R. O. (2020). Comparative study of the use of starch
from agroindustrial materials in the coagulation-floculation process. Revista Mexicana de Ingeniería
Química, 19(2), 593-601.
Goudjil, S., Guergazi, S., Masmoudi, T., & Achour, S. (2021). Effect of reactional parameters on the
elimination of Congo Red by the combination of coagulation–floculation with aluminum
sulfate. Desalin. Water Treat, 209, 429-436.
Putra, S. U. G. I. L. I., Rantjono, S. U. R. Y. O., & Arifiansyah, T. (2009). Optimasi tawas dan kapur
untuk koagulasi air keruh dengan penanda I-131. In Seminar Nasional V (Vol. 1).
Ningsih, R. (2011). Pengaruh pembubuhan tawas dalam menurunkan tss pada air limbah rumah
sakit. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2).