MiniPro Fitria Rahmatunnisa (GEMAS NYEDAK TB)
MiniPro Fitria Rahmatunnisa (GEMAS NYEDAK TB)
MiniPro Fitria Rahmatunnisa (GEMAS NYEDAK TB)
Oleh:
dr. Fitria Rahmatunnisa
Pembimbing:
dr. Intan Kusuma Dewi
Mini Project
Judul
Oleh:
dr. Fitria Rahmatunnisa
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
progam dokter internsip di Puskesmas Kampung Sawah, Bandar Lampung.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan berkat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan mini project yang
berjudul “GEMAS NYEDAK TB (Gerakan Masyarakat Nyetor Dahak
Tuberkulosis) Sebagai Metode Meningkatkan Angka Pelacakan Kasus TB Paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Sawah Bandar Lampung”. Mini project ini
merupakan salah satu syarat menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia
dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di Puskesmas Kampung Sawah
Bandar Lampung.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Intan Kusuma
Dewi selaku pembimbing dalam penulisan mini project ini, serta kepada semua
pihak yang telah membantu hingga tulisan ini dapat diselesaikan.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam mini project ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat
memberi ilmu dan manfaat bagi yang membacanya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4
2.1 Tuberkulosis........................................................................................ 4
2.2 Indikator Program TB Paru............................................................... 14
BAB III PROFIL PUSKESMAS........................................................................ 17
3.1 Sejarah............................................................................................... 17
3.2 Peta Wilayah......................................................................................20
3.3 Demografi..........................................................................................21
3.4 Geografis........................................................................................... 23
3.5 Mata Pencarian.................................................................................. 23
3.6 Agama................................................................................................23
3.7 Fasilitas Kesehatan............................................................................ 23
3.8 Profil Program................................................................................... 24
BAB IV METODE................................................................................................28
4.1 Identifikasi Masalah.......................................................................... 28
4.2 Menetapkan Prioritas Masalah.......................................................... 29
4.3 Identifikasi Akar Penyebab Masalah.................................................30
4.4 Penetapan Prioritas Penyebab Masalah............................................. 32
4.5 Penentuan Prioritas Solusi.................................................................33
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Dosis untuk Panduan OAT KDT Katagori I ........................................ 13
Tabel 2.2 Dosis untuk Panduan OAT Kombipak Katagori I ................................13
Tabel 2.3 Dosis untuk Panduan OAT KDT Katagori II .......................................14
Tabel 2.4 Dosis untuk Panduan OAT Kombipak Katagori II .............................. 14
Tabel 3.1 Luas Wilayah Puskesmas Kampung Sawah Tahun 2023 .................... 20
Tabel 3.2 Data Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kampung Sawah Tahun 2023 ................................................................. 22
Tabel 3.3 Data Penyebaran Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas
Kampung Sawah Tahun 2023 ................................................................. 22
Tabel 3.4 Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Sawah
Tahun 2023 ............................................................................................. 24
Tabel 4.1 Angka Kejadian TB Paru...................................................................... 28
Tabel 4.2 Capaian program Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit TB
Paru.......................................................................................................... 29
Tabel 4.3 Penentuan Masalah dengan Tabel USG................................................ 29
Tabel 4.4 Penentuan Prioritas Penyebab Masalah pada Program Pelayanan
Kesehatan Orang Terduga TB Mendapatkan Pelayanan TB Sesuai
Standar (Suspek) di Puskesmas Kampung Sawah .................................. 32
Tabel 4.5 Penentuan Prioritas Jalan Keluar ..........................................................33
Tabel 5.1 Hasil Pemeriksaan BTA ....................................................................... 38
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Sawah............................ 21
Gambar 4.1 Fish Bone Cakupan Orang Terduga TB Mendapatkan Pelayanan TB
Sesuai Standar (Suspek) ..................................................................31
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan angka pelacakan kasus TB paru di wilayah kerja
Puskesmas Kampung Sawah, Bandar Lampung.
2.1 Tuberkulosis
2.1.1 Definisi
Tuberkulosis adalah suatu penyakit kronik menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini
berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga sering dikenal
dengan Basil Tahan Asam (BTA). Sebagian besar kuman TB sering
ditemukan menginfeksi parenkim paru dan menyebabkan TB paru,
namun bakteri ini juga memiliki kemampuan menginfeksi organ tubuh
lainnya (TB ekstra paru) seperti pleura, kelenjar limfe, tulang, dan
organ ekstra paru lainnya (Kemenkes RI, 2020).
2.1.2 Epidemiologi
Pada tahun 2020, Indonesia berada pada posisi ketiga dengan
beban jumlah kasus terbanyak, sehingga tahun 2021 jelas tidak lebih
baik. Kasus TB di Indonesia diperkirakan sebanyak 969.000 kasus TB
(satu orang setiap 33 detik). Angka ini naik 17% dari tahun 2020,
yaitu sebanyak 24.000 kasus. Insidensi kasus TB di Indonesia adalah
354 per 100.000 penduduk, yang artinya setiap 100.000 orang di
Indonesia terdapat 354 orang di antaranya yang menderita TB. Dari
total 969.000 estimasi kasus TB yang ada di Indonesia, kasus yang
ditemukan hanya sebesar 443.235 (45,7%) kasus saja, sedangkan ada
525.765 (54,3%) kasus lainnya belum ditemukan dan dilaporkan. Pada
tahun 2020, jumlah kasus yang belum ditemukan adalah sebanyak
430.667 kasus. Artinya terjadi peningkatan jumlah kasus yang belum
ditemukan secara signifikan. Sedangkan capaian penemuan kasus
meningkat dari tahun 2020 yang sebanyak 393.323 kasus (WHO
Global Tuberculosis Report 2022).
4
5
2.1.2 Patofisiologi
Penyakit tuberkulosis paru ditularkan melalui udara secara
langsung dari penderita penyakit tuberkulosis kepada orang lain.
Dengan demikian, penularan penyakit tuberkulosis terjadi melalui
hubungan dekat antara penderita dan orang yang tertular (terinfeksi),
misalnya berada di dalam ruangan tidur atau ruang kerja yang sama.
Penyebaran penyakit tuberkulosis sering tidak mengetahui bahwa ia
menderita sakit tuberkulosis. Droplet yang mengandung basil
tuberkulosis yang dihasilkan dari batuk dapat melayang di udara
sehingga kurang lebih 1 - 2 jam tergantung ada atau tidaknya sinar
matahari serta kualitas ventilasi ruangan dan kelembaban. Dalam
suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai 9 hari
bahkan berbulan-bulan. Jika droplet terhirup oleh orang lain yang
sehat, maka droplet akan masuk ke sistem pernapasan dan
terdampar pada dinding sistem pernapasan. Droplet besar akan
terdampar pada saluran pernapasan bagian atas, sedangkan droplet
kecil akan masuk ke dalam alveoli di lobus manapun, tidak ada
predileksi lokasi terdamparnya droplet kecil. Pada tempat
terdamparnya, basil tuberkulosis akan membentuk suatu fokus
infeksi primer berupa tempat pembiakan basil tuberkulosis tersebut
dan tubuh penderita akan memberikan reaksi inflamasi. Setelah itu
infeksi tersebut akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama
terangsang adalah limfokinase yaitu akan dibentuk lebih banyak
untuk merangsang macrophage, sehingga berkurang atau tidaknya
jumlah kuman tergantung pada jumlah macrophage. Karena fungsi
dari macrophage adalah membunuh kuman atau basil apabila
proses ini berhasil dan macrophage lebih banyak maka klien akan
sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat. Apabila
kekebalan tubuhnya menurun pada saat itu maka kuman tersebut
akan bersarang di dalam jaringan paru-paru dengan membentuk
tuberkel (biji-biji kecil sebesar kepala jarum). Tuberkel lama-
kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan
6
2. Gejala sistemik
a. Demam
b. Keringat malam
c. Anoreksia
d. Penurunan berat badan
e. Malaise
2.1.4 Diagnosis
Penegakkan diagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis berupa keluhan terkait
terutama yang mengarah kepada diagnosis TB. Hal lain seperti
riwayat kontak dengan penderita TB, riwayat minum obat anti
tuberkulosis (OAT) juga menjadi dasar anamnesis dalam penegakkan
diagnosis TB (Wibawa, 2019). Pemeriksaan yang dilakukan untuk
menegakkan diagnosis TB yaitu:
1. Pemeriksaan bakteriologi
Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung. Pemeriksaan dahak
selain berfungsi untuk menegakkan diagnosis, juga untuk
menentukan potensi penularan dan menilai keberhasilan
pengobatan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis
dilakukan dengan cara mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang
dikumpulkan berupa dahak Sewaktu-Pagi-sewaktu (SPS):
a. S (Sewaktu) : dahak ditampung di fasyankes.
b. P (Pagi) : dahak ditampung pada pagi segera setelah bangun
tidur. Dapat dilakukan dirumah pasien atau dibangsal rawat
inap bilamana pasien menjalani rawat inap.
8
2.1.5 Pencegahan
Banyak hal yang bisa dilakukan mencegah terjangkitnya
tuberkulosis paru. Pencegahan-pencegahan berikut dapat dilakukan oleh
penderita, masyarakat, maupun petugas kesehatan.
1. Bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan
menutup mulut saat batuk, dan membuang dahak tidak disembarang
tempat.
2. Bagi masyarakat, pencegahan penuralan dapat dilakukan dengan
meningkatkan ketahanan terhadap bayi, yaitu dengan memberikan
vaksinasi BCG.
3. Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat dilakukan dengan
memberikan penyuluhan tentang penyakit tuberkulosis, yang meliputi
gejala, bahaya, dan akibat yang ditimbulkannya terhadap kehidupan
masyarakat pada umumnya.
4. Petugas kesehatan juga harus segera melakukan pengisolasian dan
pemeriksaan terhadap orang-orang yang terinfeksi, atau dengan
memberikan pengobatan khusus pada penderita tuberkulosis paru.
Pengobatan dengan cara menginap di rumah sakit hanya dilakukan
bagi penderita dengan katagori berat dan memerlukan pengembangan
program pengobatannya, sehingga tidak dikehendaki pengobatan jalan.
5. Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan melaksanakan
desinfeksi, seperti cuci tangan, kebersihan rumah yang ketat, perhatian
khusus terhadap muntahan atau ludah anggota keluarga yang terjangkit
penyakit ini (piring, tempat tidur, pakaian), dan menyediakan ventilasi
rumah dan sinar matahari yang cukup.
6. Melakukan imunisasi orang-orang yang melakukan kontak langsung
10
2.1.6 Tatalaksana
Tujuan pengobatan pada penderita tuberkulosis paru selain
untuk menyembuhkan/ mengobati penderita juga mencegah kematian
mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta
memutuskan mata rantai penularan (Soeparman, 2017).
1. Tahap intensif
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan
diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan untuk
semua OAT, terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif
tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian
besar penderita tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat
dalam tahan intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya
kekebalan obat.
2. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan
penting untuk membunuh kuman persisten (dorman) sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan. Panduan obat yang digunakan
11
terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang
digunakan sesuai dengan rekomen dari WHO adalah Rifampisin,
INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis
obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan
Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.
5. Angka notifikasi kasus (Case Notification Rate = CNR) adalah angka yang
menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat di antara
100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu CNR digunakan untuk
menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di
suatu wilayah (Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Sasaran Indikator CNR pada tahun 2014 adalah 85 per 100.000
penduduk (Pedoman Pengendalian TB Nasional 2010-2014). Pada tahun
2014, secara global terjadi peningkatan TB. Hal tersebut dikarenakan
adanya peningkatan temuan kasus baru TB, pada tahun 2014 sekitar 6,3
juta kasus sementara tahun sebelumnya 6.4 juta kasus (WHO, 2020).
Sedangkan di Indonesia kecenderungan peningkatan CNR TB tidak
terjadi. Dilaporkan bahwa terus terjadi penurunan CNR TB dari tahun
2008-2015, yaitu pada tahun 2014 tercatat sebesar 129 per 100.000
penduduk. Sedangkan menurut Ditjen P2P Kemenkes RI tahun 2016,
pada tahun 2015 tercatat sebesar 125 per 100.000 penduduk (Infodatin,
2016). Padahal CNR dianggap baik apabila terjadi peningkatan minimal
5% dibandingkan dengan sebelumnya (Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Sedangkan target nasional peningkatan CNR TB adalah 85 per 100.000
penduduk (Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014).
Tinggi rendahnya CNR dipengaruhi oleh penemuan kasus, sistem
pencatatan dan pelaporan di wilayah tersebut, jumlah fasyankes dan
banyaknya pasien TB yang tidak terlaporkan (Kementrian Kesehatan RI,
2015).
BAB III
PROFIL PUSKESMAS
3.1 Sejarah
Puskesmas Rawat Inap Kampung Sawah merupakan Puskesmas
Pemerintah Kota Bandar Lampung yang didirikan sekitar tahun 1970.
Penetapan Puskesmas Kampung Sawah sebagai Puskesmas didasarkan pada
Surat Keputusan Walikota No. 39 Tahun 2008 tentang pembentukan
organisasi dan tata kerja Puskesmas pada Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung.
Puskesmas Kampung Sawah membawahi tujuh kelurahan binaan,
namun sejak tahun 2008 seiring dengan perkembangan pembangunan
kesehatan yaitu dengan berubahnya status Puskesmas Pembantu Campang
menjadi puskesmas induk maka jumlah kelurahan binaan berkurang menjadi
5 kelurahan binaan yaitu Kelurahan Sawah Lama, Kelurahan Sawah Brebes,
Kelurahan Kebon Jeruk, Kelurahan Tanjung Agung, dan Kelurahan Kota
Baru dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 berdasarkan data BPS yaitu
34.563 jiwa dan luas wilayah 239,25 Ha. Tahun 2012 berdasarkan Keputusan
Walikota Bandar Lampung No.586/IV/HK/2012 tentang Pemberlakuan Pola
Pengelolaan Keuangan Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung sebagai Badan Layanan Umum Daerah, Puskesmas
Kampung Sawah mulai tanggal 01 April 2012 ditetapkan menjadi PPK
BLUD bertahap dan pada tahun 2014 ditetapkan menjadi BLUD Penuh.
VISI :
Visi dari Puskesmas Rawat Inap Kampung Sawah adalah “Menjadikan
Masyarakat Kecamatan Tanjung Karang Timur Sehat Secara Mandiri“.
Adapun
17
18
MISI :
Misi yang ditetapkan oleh Puskesmas Rawat Inap Kampung Sawah
untuk mencapai Visi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
2. Menyelenggarakan upaya kesehatan dengan mengutamakan upaya
promotif dan preventif.
3. Memelihara dan meningkatkan serta mendorong hidup sehat individu,
keluarga, dan masyarakat.
4. Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional dan beretika.
TUJUAN :
1. Mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran, pemauan dan
kemampuan hidup sehat.
2. Menujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
3. Mewujudkan lingkungan sehat di Kecamatan Tanjung Karang Timur.
4. Mewujudkan derajat kesehatan yang optimal baik individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
MOTTO :
“KESEHATAN ANDA TUJUAN KAMI, KEPUASAN ANDA
KEBANGGAAN KAMI “
TATA NILAI :
Senyum saat menyapa pasien
Inovatif dalam memberikan pelayanan
Gesit dalam memberikan pelayanan
Empati kepada pasien
Ramah kepada semua masyarakat
3.3 Demografi
Menurut data BPS tahun 2023, jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Kampung Sawah pada Tahun 2023 sebanyak 41.271 jiwa
dengan jumlah penduduk laki-laki 20.501 jiwa dan perempuan 20.770 jiwa.
Dari 5 Kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah
tercatat kelurahan yang paling banyak penduduknya adalah Kelurahan Kota
Baru dengan jumlah penduduk sasaran 16.318 jiwa, sedangkan jumlah
penduduk sasaran yang paling sedikit adalah kelurahan Tanjung Agung
yaitu 4.081 jiwa. Penyebaran penduduk tidak merata dan tercatat kelurahan
dengan jumlah penduduknya paling tinggi adalah kelurahan Kota Baru dan
paling rendah kelurahan Tanjung Agung.
22
Tabel 3.2. Data Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Kerja
Puskesmas Kampung Sawah Tahun 2023
No. Kelurahan Luas Wilayah Jumlah Penduduk Rerata Jiwa
(Ha)
L P
1 Kota Baru 135 8.340 8.512 16,852
2 Tanjung Agung 13.0 2.146 2.070 4.215
3 Kebon Jeruk 25.0 3.576 3.628 7.204
4 Sawah Lama 20.25 2.726 2.726 5.362
5 Sawah Brebes 46.0 4.544 4.544 8.989
Total 42.623
3.4 Geografis
Keadaan tanah terdiri dari sebagian besar daratan dan daerah
perbukitan.
3.6 Agama
Mayoritas penduduk memeluk Agama Islam, dan sebagian kecil ada
pula yang beragama Kristen Katholik, Hindu, dan Budha.
2. Rawat Inap
a. UGD
BAB IV
METODE
28
29
MONEY MAN
Kurangnya kesadaran
masyarakat mengenai gejala
Kurangnya dana yang penyakit dan penularan TB
diturunkan untuk Tidak semua pasien
kegiatan P2TB dapat mengeluarkan
dahak Tidak semua pasien Cakupan orang terduga
menyerahkan pot sputum TB mendapatkan
ke laboratorium pelayanan TB sesuai
standar (Suspek) di
Puskesmas Kampung
Sawah periode Januari-
September Tahun 2023
Kesalahan pasien dalam adalah 26.35% dari target
Adanya stigma negatif
mengambil sampel dan 100%
di masyarakat terhadap
kualitas dahak yang penderita TB
kurang baik
Tidak adanya pemisah antar
ruang tunggu poli TB
Lingkungan masyarakat
dengan pasien lainnya
yang padat
Gambar 4.1 Fish Bone Cakupan Orang Terduga TB Mendapatkan Pelayanan TB Sesuai Standar (Suspek)
32
2. Money
Kurangnya dana yang
diturunkan untuk 3 3 4 3 4 3 1 2 3 126
kegiatan P2TB
3. Material
Tidak adanya pemisah
antar ruang tunggu poli
3 4 4 2 4 2 2 3 2 126
TB dengan pasien
lainnya
4. Method
Kesalahan pasien
dalam mengambil
sampel dan kualitas 5 5 4 4 3 4 2 2 3 162
dahak yang kurang
baik
5. Machine
Adanya stigma negatif
di masyarakat terhadap 3 3 3 3 4 3 3 2 3 132
penderita TB
33
Lingkungan
masyarakat yang padat 4 4 4 4 3 4 3 2 2 104
Keterangan :
- I : Importancy (pentingnya masalah)
- P : Prevalence (besarnya masalah)
- S : Severity (akibat yang ditimbulkan masalah)
- RI : Rate of Increase (kenaikannya besarnya masalah)
- DU : Degree of Unmeet Need (derajat keinginan masyarakat yg telah terpenuhi
- SC : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
- PB : Public Concern (rasa prihatin masyarakat tentang masalah)
- PC : Political Climate (suasana politik)
- T : Technical feasibility (kelayakan tekhnologi)
- R : Resources availibility (sumber daya yang tersedia)
Keterangan:
P : Prioritas alternatif pemecahan masalah (MIV/C)
M : Magnitude, yaitu besarnya masalah yang dilihat dari morbiditas dan
mortalitas
I : Importance, yang ditentukan oleh jenis kelompok penduduk yang
terkena masalah/penyakit
V : Vulnerability, yaitu ada/tersedianya cara-cara pencegahan dan
pemberantasan masalah yang bersangkutan
C : Cost, yaitu biaya yang diperlukan untuk menanggulangi masalah
tersebut.
36
37
diperiksa dengan hasil positif BTA sebanyak 0 orang. Total positif BTA di
wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah yang ditemukan selama program
GEMAS NYEDAK TB berlangsung yaitu 1 orang, dengan total
pemeriksaan sebanyak 25 orang.
Berdasarkan hasil kegiatan di atas dapat diketahui bahwa dalam
rentan waktu kegiatan (6 Oktober 2023 – 21 Oktober 2023) tersebut
didapatkan 312 suspek TB. Jumlah suspek TB ini mencakup 26,35% dari
target satu tahun sebanyak 1184 orang. Hal ini menunjukkan peningkatan
capaian pasien per bulan dari bulan sebelumnya, pada saat kegiatan
GEMAS NYEDAK TB belum dilakukan. Hasil kegiatan ini juga menambah
jumlah capaian per tahun pada program upaya pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular yaitu persentase orang terduga TB yang
mendapatkan pelayanan TB sesuai standar (suspek) menjadi 28.46%. Untuk
mencapai jumlah target satu tahun perlu dilakukan kegiatan GEMAS
NYEDAK TB selama sisa tahun 2023.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
1. Jumlah orang terduga TB yang mendapatkan pelayanan TB pada bulan
Januari - September tahun 2023 yaitu sebanyak 312 suspek yang
mencakup 26,35%. Pada program GEMAS NYEDAK TB diperoleh
angka pemeriksaan sputum yaitu sebanyak 25 orang dari total 6
kelurahan berbeda, sehingga terdapat peningkatan menjadi 337 suspek
yang mencakup 28.46%.
2. Metode yang dipilih untuk meningkatkan angka pelacakan kasus TB
paru adalah GEMAS NYEDAK TB (Gerakan Masyarakat Nyetor
Dahak Tuberkulosis) yaitu dengan memberikan edukasi dan melakukan
pemberian pot sputum gratis kepada masyarakat.
6.2 Saran
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan
TB paru, melalui penyuluhan yang efektif dan edukasi yang memadai.
2. Meningkatkan pelatihan dan keterampilan para tenaga medis, termasuk
dokter dan perawat, tentang cara melakukan pelacakan TB paru yang
efektif.
3. Memperkuat sistem pemantauan dan evaluasi untuk memantau dan
mengukur efektivitas program pelacakan TB paru di puskesmas,
sehingga dapat dilakukan perbaikan dan perbaikan berkelanjutan pada
program tersebut.
40
DAFTAR PUSTAKA
41
LAMPIRAN