Makalah Manajemen Pendidikan Di SD Kel.9

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

Manajemen Pembiayaan Pendidikan

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Manajemen Pendidikan di
SD
Dosen Pengampu:Wulida Makhtuna,M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 9
 Nur Istiqomah Muryanto (3062156209)
 Nor Lailatul Hikmah (3062156203)
 Alvini Syahrianti (3062156238)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


UNIVERSITAS PGRI KALIMANTAN
2024
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Manajemen Pembiayaan Pendidikan” ini tepat waktu.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Wulida
Makhtuna,M.Pd pada mata kuliah Manajemen Pendidikan di SD.Selain itu,Makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Manajemen Pembiayaan Pendidikan” bagi para
pembaca dan juga bagi penyusun.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wulida Makhtuna,M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Manajemen Pendidikan di SD yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.Penulis
menyadari,makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu,kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin,Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 2

1.3 Tujuan....................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 3

2.1 Konsep Dasar Manajemen Pembiayaan Pendidikan................................................. 3

2.2 Perencanaan Pembiayaan Pendidikan....................................................................... 7

2.3 Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan....................................................................... 13

2.4 Pengawasan,Pelaporan dan Pertanggung Jawaban Pembiayaan Pendidikan........... 18

BAB III PENUTUP........................................................................................................ 26

3.1 Simpulan................................................................................................................... 26

3.2 Saran......................................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan sarana peningkatan sumber daya manusia dalam suatu Negara.
Bangsa yang maju adalah bangsa yang peduli terhadap pendidikan, yang dibuktikan dengan
kualitas sumber daya manusia bangsanya. Namun, hal tersebut sulit dicapai tanpa adanya
dukungan pembiayaan yang kuat. (Fattah, 2012) menyampaikan bahwa, kalau pendidikan
dipandang sebagai kereta maka biaya dipandang sebagai kuda yang akan menarik kereta tadi.
Jadi kalau kuda (biaya) kuat, maka kereta (pendidikan) tersebut otomatis akan berjalan
dengan baik. Namun banyak lembaga pendidikan yang lemah karena salah satu factor biaya
tersebut. Faktor pembiayaan tersebut merupakan faktor penting yang sangat menentukan
kehidupan suatu organisasi seperti halnya lembaga- lembaga pendidikan dan lembaga
lembaga yang lain. Pengelolaan pembiayaan yang memadai menjadi salah satu faktor yang
paling mendasar atas keberhasilan pencapaian tujuan dan program pendidikan.
Meskipun pembiayaan pendidikan tersebut tidak menjadi satu-satunya faktor
keberhasilan, namun tanpa adanya pembiayaan yang mencukupi, maka pendidikan dan
tujuan pendidikan yang telah direncanakan hanya dalam angan-angan. Pemerintah menyadari
betul hal tersebut, dengan ditetapkannya dana pendidikan sebesar 20% dari APBN/APBD
merupakan bukti keseriusan pemerintah dalam memajukan mutu pendidikan di Indonesia.
Namun tidak sampai di situ, diperlukan ketetapan dan pengelolaan yang tepat dan baik
sehingga dana tersebut benar-benar membawa manfaat dalam memajukan pendidikan di
Indonesia.
Dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas, perlu adanya
pengelolaan secara menyeluruh dan profesional terhadap sumber daya yang ada dalam
lembaga pendidikan baik pemerintah, pemangku kepentingan (stake holder) ataupun
masyarakat. Salah satu sumber daya tersebut yang perlu dikelola dengan baik dan tepat
adalah pembiayaan. Pembiayaan merupakan sumber dana yang diperlukan lembaga
pendidikan sebagai alat untuk melengkapkan sarana dan prasarana pembelajaran,
meningkatkan kesejahteraan guru, memberikan pelayanan pendidikan, dan pelaksanaan
program evaluasi dan supervisi pendidikan. (Campbell, dkk, 1983:67). Kelengkapan sarana

1
prasarana dan berbagai penunjang pendidikan tersebut akan berimplikasi pada semangat
siswa untuk belajar, serta memudahkan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga,
kepala sekolah harus mampu dan mengetahui cara mengelola pembiayaan pendidikan di
sekolah dengan baik serta bertanggung jawab dan transparan dengan dasar konsep value for
money kepada masyarakat dan pemerintah. Dengan demikian, akan tercipta pengelolaan
pembiayaan pendidikan untuk terciptanya akuntabilitas publik.
Manajemen pembiayaan pendidikan secara ringkas terdiri dari tiga tahapan penting, yaitu
tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan (actuating), dan tahap pengawasan
(controlling). Kegiatan dalam manajemen pembiayaan meliputi tiga hal utama, (1)
Penyusunan anggaran (budgeting); (2) Pembukuan (accounting); dan (3) Pemeriksaan
(controlling). Dalam materi ini, akan dicoba dibahas secara detail dan rinci. Pembahasan
tersebut dimulai dari konsep dasar manajemen pembiayaan pendidikan, penentuan program
kerja pelaksanaan anggaran pendidikan, perencanaan penentuan anggaran pendidikan dan
sumber serta alokasi

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep Dasar Manajemen Pembiayaan Pendidikan?
2. Bagaimana Perencanaan Pembiayaan Pendidikan?
3. Bagaimana Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan?
4. Bagaimana Pengawasan,Pelaporan dan Pertanggung Jawaban Pembiayaan Pendidikan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar manajemen pembiayaan pendidikan
2. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan pembiayaan pendidikan
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembiayaan pendidikan
4. Untuk mengetahui bagaimana pengawasan,pelaporan dan pertanggung jawaban
pembiayaan pendidikan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Manajemen Pembiayaan Pendidikan


Pembiayaan pendidikan pada dasarnya adalah menitik beratkan upaya pendistribuan
benefit pendidikan dan beban yang harus ditanggung pada masyarakat. Biaya secara sederhana
adalah sejumlah nilai uang yang dibelanjakan atau jasa pelayanan yang diserahkan pada siswa.
Pembiayaan pendidikan berhubungan dengan distribusi beban pajak dalam berbagai jenis pajak,
kelompok manusia serta metode pengalihan pajak ke sekolah. Hal yang penting dalam
pembiayaan pendidikan adalah berupa besar uang yang harus dibelanjakan, dari mana uang
diperoleh, dan kepada siapa uang harus dibelanjakan. (Thomas, 1985, 12). Pembiayaan
pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses mengalokasikan sumber-sumber pada
kegiatan-kegiatan atau program- program pelaksanaan operasional pendidikan atau dalam proses
belajar mengajar di kelas. Hal-hal yang berkaitan dengan tersebut meliputi: perencanaan
anggaran pendidikan, pembiayaan pendidikan, pelaksanaan anggaran pendidikan, akuntansi dan
pertanggung jawaban pembiayaan pendidikan, serta pemeriksaan dan pengawasan anggaran
pendidikan. (Martin, 2014, 4).
Pengertian lain dari pembiayaan pendidikan adalah sebagaimana yang diutarakan Nanang
Fattah, merupakan jumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan
penyelenggaraan pendidikan yang mencakup gaji guru, peningkatan profesional guru, pengadaan
sarana ruang belajar, perbaikan ruang pengadaan peralatan/mobile, pengadaan alat-alat alat dan
buku pelajaran, alat tulis kantor (ATK), kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan pengelolaan
pendidikan, dan supervise pendidikan (Nanang Fattah, 2000: 112).
Dari pengertian di atas, pengertian manajemen pembiayaan dalam arti sempit adalah tata
pembukuan. Sedangkan dalam arti luas adalah pengurusan dan pertanggung jawaban dalam
menggunakan keuangan baik pemerintah pusat maupun daerah (Soeryani, 1989). Adapun
Maisyaroh (2004) menjelaskan bahwa manajemen pembiayaan merupakan suatu proses dalam
kegiatan mengatur keuangan dengan menggerakkan tenaga orang lain. Kegiatan ini dapat
dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai dengan pengawasan. Dalam
manajemen pembiayaan tersebut dimulai dari proses perencanaan anggaran sampai dengan
pengawasan dan pertanggung jawaban pembiayaan pendidikan.

3
Menurut Depdiknas (2002) bahwa manajemen pembiayaan pendidikan merupakan
tindakan pengurusan/ketatausahaan pembiayaan yang meliputi pencatatan, perencanaan,
pelaksanaan, pertanggung jawaban dan pelaporan. Dengan demikian manajemen pembiayaan
sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur pembiayaan sekolah dimulai dari
perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan, dan pertanggung jawaban pembiayaan
pendidikan.
Dapat disimpulkan bahwa manajemen pembiayaan pendidikan merupakan salah satu
substansi manajemen pendidikan yang turut terlibat dalam menentukan berjalannya kegiatan
dalam lembaga pendidikan. Ruang lingkup kegiatan manajemen pembiayaan pendidikan
dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan pengkoordinasian,
pengawasan, dan pengendalian. Dengan adanya kegiatan manajemen pembiayaan pendidikan di
atas maka kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah/madrasah dapat diupayakan pengadanya,
dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah
secara efektif dan efisien. Untuk itu tujuan manajemen pembiayaan pendidikan, menurut
(Kadarman, A.M dan Udaya, Jusuf: 1992) sebagai berikut:
a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan pembiayaan Pendidikan
b. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pembiayaan Pendidikan
c. Meminimalkan pembiayaan Pendidikan
Dengan demikian untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kereativitas kepala
satuan pendidikan sebagai manajer dalam lembaga pendidikan untuk menggali sumber-sumber
dana, melakukan pengorganisasian dengan penunjukan bendaharawan/pengelolaan keuangan
yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggung jawaban pembiayaan pendidikan serta
mampu memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Biaya pendidikan adalah biaya yang harus dikeluarkan baik oleh perorangan/individu,
keluarga yang menanggung anak yang sedang belajar, masyarakat, ataupun lembaga
penyelenggara pendidikan sehingga mendapatkan pendidikan yang diinginkan (Dadang
Suhardan, dkk. 2014). Biaya pendidikan tersebut terbagi menjadi biaya langsung dan biaya tidak
langsung. Biaya langsung terdiri biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pelaksanaan
pengajaran dan kegiatan belajar mengajar (KBM) peserta didik. Biaya langsung antara lain SPP,
sumbangan Orang Tua murid untuk pendidikan atau yang dikeluarkan sendiri oleh siswa untuk
membeli perlengkapan dalam belajarnya seperti buku, alat tulis, uang saku, dsb. Sedangkan

4
biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang dalam bentuk kesempatan yang hilang dan
dikorbankan oleh peserta didik selama belajar. Dalam menetapkan biaya pendidikan yang
diperlukan, harus disusun perencanaan dan analisis pembiayaan pendidikan sesuai prinsip-
prinsip pembiayaan pendidikan sebagai usaha dalam mencapai tujuan dan sasaran program
lembaga pendidikan tersebut.
Manajemen pembiayaan pendidikan perlu memperhatikan beberapa sejumlah prinsip.
Pembiayaan atau pendanaan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat. Tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah yaitu dalam
menyediakan anggaran pendidikan berdasarkan prinsip keadilan kecukupan dan keberlanjutan.
Prinsip keadilan berarti bahwa besarnya pendanaan pendidikan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Prinsip kecukupan
merupakan bahwa pendanaan pendidikan cukup untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan
yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP). Adapun prinsip keberlanjutan ialah
pembiayaan pendidikan dapat digunakan secara berkesinambungan untuk memberikan layanan
pendidikan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP). Masyarakat sebagai
penyelenggaraan dalam satuan pendidikan yang terdiri dari peserta didik, orang tua atau wali
peserta didik, serta pihak yang mempunyai perhatian dan peranan dalam pendidikan memiliki
keterlibatan dalam pelaksanaan akuntabilitas atau pertanggung jawaban pengelolaan pembiayaan
dalam lembaga pendidikan. Dengan demikian dalam rangka memenuhi tanggung jawab
pembiayaan tersebut, pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bersama-sama
mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan peraturan perundang undangan yang dikelola
dengan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik di atas sesuai dengan
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 48. Prinsip efektivitas juga diperlukan dalam
pengelolaan pembiayaan pendidikan.
Prinsip keadilan yakni dengan membuka ruang seluas-luasnya bagi peserta didik tanpa
adanya perbedaan latar belakang baik ekonomi, status sosial, jenis kelamin, bahkan perbedaan
lainnya yang mengandung unsur SARA. Transparansi berarti adanya keterbukaan dalam
mengelola suatu kegiatan. Sehingga dalam manajemen pembiayaan pendidikan perlu adanya
keterbukaannya itu keterbukaan dalam sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan,
dan laporan pertanggung jawaban harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang
berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi dalam pembiayaan pendidikan sangat

5
diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan orang tua, masyarakat, dan pemerintah
sebagai penyelenggara program pendidikan. Di samping itu, transparansi juga dapat menciptakan
kepercayaan timbal balik antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah
yaitu melalui penyediaan fasilitas informasi dan kemudahan dalam mengakses informasi yang
akurat dan memadai.
Manajemen pembiayaan pendidikan yang baik seharusnya juga menganut prinsip
akuntabilitas. Akuntabilitas merupakan kondisi di mana seseorang yang dinilai oleh orang lain
karena kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi
tanggung jawabnya. Dalam hal manajemen pembiayaan pendidikan, penggunaan keuangan
dalam mengelola pembiayaan pendidikan di lembaga pendidikan dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Pertanggung jawaban tersebut dapat dilakukan
kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Ada tiga pilar utama yang menjadi syarat
terciptanya akuntabilitas publik. Pertama adanya transparansi, para penyelenggara lembaga
pendidikan dengan menerima masukan dan melibatkan berbagai komponen dalam mengelola
lembaga pendidikan tersebut. Kedua, adanya standar kerja sehingga dapat terukur dalam
melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenangnya. Ketiga adanya partisipasi untuk saling
menciptakan suasana kondusif dalam menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang
mudah, murah dan pelayanan yang cepat.
Efektivitas sering kali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. (Garner,
2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi, karena efektivitas tidak berhenti sampai
tujuan yang tercapai namun sampai pada kualitatif hasil yang di kaitkan dengan pencapaian visi
lembaga. Efektivitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes. Manajemen pembiayaan
pendidikan yang dilakukan dalam rangka mengelola pembiayaan pendidikan untuk membiayai
aktivitas kegiatan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan lembaga pendidikan dan kualitatif
outcomesnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Efisiensi berkaitan dengan kuantitas
hasil suatu kegiatan. (Garner, 2014). Efisiensi merupakan perbandingan vang terbaik antara
masukan (input) dan keluaran (output) atau antara daya dan hasil. Daya ialah meliputi tenaga,
pikiran, waktu, dan biaya. Tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi berpengaruh terhadap
terselenggaranya pelayanan terhadap masyarakat secara memuaskan dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab. Efisiens dan efektivitas dalam

6
pengelolaan pembiayaan pendidikan tersebut juga berimplikasi pada kemampuan lembaga
pendidikan dalam mencapai tujuan dan program pendidikan yang sudah direncanakan.
Penggunaan pembiayaan di lembaga pendidikan didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai
berikut: (Sulistyorini, 2009).
1. Hemat tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan
2. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program, atau kegiatan
3. Keharusan penggunaan kemampuan.
Dalam mengelola pembiayaan pendidikan kepala sekolah berfungsi sebagai otorisator, dan
ordonator. Sebagai Otorisator kepala sekolah diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang
berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran anggaran. Sedangkan fungsi organator, kepala
sekolah sebagai pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran
atas segala tindakan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan. (Dikdasmen, 2002, 23).

2.2 Perencanaan Pembiayaan Pendidikan


Perencanaan dalam manajemen pembiayaan pendidikan ialah kegiatan merencanakan
sumber dana untuk menunjang kegiatan pendidikan dan tercapainya tujuan pendidikan di
lembaga pendidikan. Perencanaan menghimpun sejumlah sumber daya yang diarahkan untuk
mencapai suatu tujuan yang berhubungan dengan anggaran sebagai penjabaran suatu rencana ke
dalam bentuk dana untuk semua komponen kegiatan. Dalam kaitannya dengan penyusunan
anggaran, Lipham, (1985) mengemukakan tiga sudut pandang, yaitu (1) comparative approach,
penganggaran yang dilakukan dengan membandingkan besarnya penerimaan dengan
pengeluaran untuk setiap mata anggaran untuk setiap tahun, (2) The Planning Programming
Budgeting Evaluation System (PPBES), penganggaran yang berorientasi pada rencana dan
sasaran program secara khusus dan umum. Pada pendekatan ini, analisis dana pelaksanaan serta
penilaian PPBES didasarkan atas zero-based budgeting, (3). Fungtional Approach,
pengganggaran dalam bentuk gabungan antara unsur PPBES dengan comparative approach.
(Mulyono, 2010, 145).
Perencanaan sebagai kegiatan yang sistematis, artinya bahwa perencanaan meliputi
beberapa tahapan kegiatan. Kegiatan yang satu menjadi landasan tahapan berikutnya. Tahapan
tersebut dijadikan sebagai panduan sehingga penyimpangan dapat segera di atasi dan diketahui.
(Jones, 1985: 171), mengemukakan bahwa financial planning yang disebut juga budgeting atau

7
penyusunan anggaran merupakan suatu kegiatan mengkoordinasi semua sumber daya yang
tersedia untuk mencapai sasaran yang dinginkan secara sistematis tanpa efek samping yang
merugikan. Ek. Mochtar Effendy (1986:74) menjelaskan bahwa perencanaan yaitu tindakan yang
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang ditentukan dalam jangka ruang dan waktu tertentu.
Perencanaan dalam manajemen pembiayaan pendidikan merupakan merencanakan sumber dana
untuk menunjang kegiatan pendidikan dan tercapainya tujuan pendidikan (E. Mulyasa, 2005:
173). Dengan demikian, dalam rangka mengelola lembaga pendidikan dengan baik khususnya
dalam manajemen pembiayaan pendidikan harus dilaksanakan dengan baik dan teliti mulai tahap
penyusunan anggaran, penggunaan, serta pengawasan dan pertanggung jawaban agar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku sehingga semua pembiayaan pendidikan benar-benar
dimanfaatkan dengan baik secara efektif dan efisiens, tidak ada kebocoran serta bebas dari
penyakit korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Istilah anggaran sering dimaknai dengan suatu rencana. Namun dalam lembaga
pendidikan pembiayaan pendidikan disebut sebagai RAPBS/M (Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Sekolah/Madrasah), yang saat ini dikenal dengan istilah RKAS/M (Rencana
Kegiatan Anggaran Sekolah/Madrasah). Dalam istilah anggaran bukanlah suatu rencana. Istilah
rencana memberikan penekanan atau pemakaian istilah anggaran sebagai suatu rencana (Hadar
Nawawi, 2005: 109). Anggaran merupakan suatu rencana yang berisi jumlah uang yang dimiliki
agar dapat diadakan (pendapatan dan pemasukan) untuk membiayai kegiatan proses pendidikan
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Setiap lembaga tentu memerlukan anggaran untuk
menunjang proses belajar mengajar. Oleh karena itu, anggaran ini sifatnya masih rencana dan
menyangkut keperluan proses pendidikan, maka anggaran baru sah jika mendapat pengesahan
dari komite sekolah/madrasah. (Hadar Nawawi, 2005: 110).
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran adalah harus
menerapkan prinsip anggaran berimbang, artinya rencana pendapatan dan pengeluaran harus
berimbang, diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan yang minus. Dengan prinsip anggaran
berimbang tersebut maka lembaga pendidikan menjadi efektif dan efisien dalam hal pembiayaan
pendidikan. Oleh karena itu, di perlukan sentralisasi pengelolaan anggaran pendidikan perlu
difokuskan pada bendaharawan lembaga pendidikan dalam rangka untuk mempermudah dalam
pertanggung jawaban pembiayaan pendidikan (Hadar Nawawi, 2005: 111).

8
Anggaran (budget) merupakan suatu instrumen yang dirancang untung memfasilitasi
perencanaan. Perencanaan pembiayaan pendidikan menimbulkan beberapa manfaat dalam
pengelolaan lembaga pendidikan.
Manfaat perencanaan pembiayaan pendidikan digolongkan menjadi tiga jenis yaitu:
a. sebagai alat penaksiran;
b. sebagai alat otoritasi pengeluaran dana; dan
c. alat efisiensi dalam penganggaran.
Selain itu, Budget juga memberikan sebuah konteks proses perencanaan dalam pemilihan
langkah-langkah untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian tujuan perencanaan
pembiayaan pendidikan antara lain:
a. Standart pengawasan, yaitu mencocokkan pelaksanaan dengan perencanaannya
b. Mengetahui pelaksanaan serta selesainya suatu kegiatan
c. Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan
d. Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif
e. Menghemat biaya yang dikeluarkan
f. Memberikan gambaran anggaran menyeluruh mengenai kegiatan Pendidikan
g. Mendeteksi hambatan kesulitan yang ditemui
h. Mengarahkan pada pencapaian tujuan
Dalam pelaksanaannya, manajemen pembiayaan pendidikan menganut prinsip atas
pemisahan tugas antara fungsi otorisator, ordonator, dan bendaharawan. Otorisator adalah
pejabat yang berwenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan
pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan
memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang
telah ditetapkan. Sedangkan bendaharawan adalah pejabat yang berwenang dalam melakukan
penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang atau surat- surat berharga lainnya yang dinilai
dengan uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban. Kepala sekolah
berfungsi sebagai otorisator dana dilimpahi fungsi ordonator untuk memerintahkan pembayaran.
Namun, tidak dibenarkan melakukan fungsi bendaharawan karena berkewajiban melakukan
pengawasan ke dalam. Bendaharawan, di samping mempunyai fungsi-fungsi bendaharawan, juga
dilimpahi fungsi ordonator untuk menguji hak atas pembayaran.

9
Kepala sekolah dalam lembaga pendidikan yang berperan sebagai manajer, sekaligus
berfungsi sebagai otorisator di atas harus mampu dalam menyusun Rencana Kegiatan Anggaran
Sekolah/Madrasah (RKAS/M). Sehingga kepala sekolah mengetahui sumber dana yang
merupakan sumber daya sekolah. Sumber pembiayaan dalam lembaga pendidikan secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi tiga sumber, yaitu 1). Pemerintah, baik pemerintah pusat,
daerah maupun dua-duanya, uang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi
kepentingan pendidikan, 2) orang tua atau peserta didik, 3) masyarakat, baik mengikat atau tidak
mengikat. Berkaitan dengan penerimaan pembiayaan pendidikan dari orang tua dan masyarakat
ditegaskan dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 bahwa karena
keterbatasan kemampuan pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan, tanggung jawab
atas pemenuhan kebutuhan pembiayaan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, masvarakat. dan orang tua. Sementara dimensi pengeluaran meliputi biaya rutin dan
biaya pembangunan.
Setelah mengetahui sumber dana yang ada, selanjutnya lembaga pendidikan membuat
RKAS/RAPBS. Format yang digunakan dalam menyusun RKAS/RAPBS meliputi sumber
pendapatan, antara lain dana rutin, DPP, DBO, OPF, dan BP3, pengeluaran untuk kegiatan
belajar mengajar, pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana, pengembangan sumber belajar
dan alat pelajaran serta honorarium dan kesejahteraan. (Jones, 1985: 17). Dalam kaitannya
dengan proses penyusunan rencana anggaran ini, Lipham (1985) mengungkapkan adanya empat
fase kegiatan pokok sebagai berikut:
1. Merencanakan anggaran, yaitu kegiatan mengidentifikasi tujuan, menentukan
skala prioritas, menjabarkan tujuan ke dalam penampilan operasional yang dapat
diukur, menganalisis alternative pencapaian tujuan dengan analisis cost-
affectiveness, dan membuat rekomendasi alternative pendekatan untuk mencapai
sasaran.
2. Mempersiapkan anggaran, yaitu menyesuaikan kegiatan dengan mekanisme
anggaran yang berlaku, bentuknya, distribusi, dan sasaran program pengajaran
perlu dirumuskan dengan jelas. Melakukan inventarisasi kelengkapan peralatan
dan bahan-bahan yang telah tersedia.
3. Mengelola pelaksanaan anggaran, yaitu mempersiapkan pembukuan, melakukan
pembelanjaan, membuat transaksi, membuat perhitungan, mengawasi pelaksanaan

10
sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku serta membuat laporan pertanggung
jawaban keuangan.
4. Menilai pelaksanaan anggaran, yaitu menilai pelaksanaan program belajar
mengajar, menilai bagaimana mencapai sasaran program serta membuat
rekomendasi untuk perbaikan anggaran yang akan datang.\
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan anggaran pembiayaan
pendidikan menurut (Morphet, 1975) antara lain:
1. Mengganti beberapa peraturan dan prosedur yang tidak efektif sesuai dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat akan pendidikan.
2. Melakukan perbaikan terhadap peraturan dan input lain yang relevan dengan
merancang pengembangan sistem secara efektif
3. Melakukan pengawasan dan penilaian terhadap proses dan hasil secara terus
menerus dan berkesinambungan sebagai bahan perencanaan tahap berikutnya.
Nanang Fattah menyebutkan klasifikasi prosedur dan tahapan dalam penyusunan
perencanaan pembiayaan pendidikan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama periode anggaran
2. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa, dan barang
3. Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang karena anggaran pada dasarnya
merupakan pernyataan finansial
4. Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui dan
dipergunakan oleh instansi tertentu menyusun usulan anggaran untuk memperoleh
persetujuan dari pihak yang berwenang
5. Melakukan revisi usulan anggaran
6. Persetujuan revisi usulan anggaran
7. Pengesahan anggaran. (Nanang Fattah, 2000: 50).
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa persoalan penting dalam penyusunan
perencanaan anggaran pendidikan adalah bagaimana memanfaatkan anggaran secara efektif dan
efisien, mengalokasikan secara tepat, sesuai dengan skala prioritas. Selain itu, ada beberapa
sumber esensial seperti; 1) Sumber daya manusia yang kompeten dan memiliki wawasan yang
luas serta tepat waktu sesuai dengan dinamika sosial masyarakat; 2) Tersedianya informasi yang
akurat dan tepat waktu untuk menunjang pembuatan keputusan; 3) Menggunakan manajemen

11
dan teknologi secara tepat dalam perencanaan; dan 4) Tersedianya dana yang memadai dalam
rangka menunjang pelaksanaan pendidikan. (Thomas, 1971: 175).
Desain anggaran yang dianut oleh lembaga pendidikan ada empat bentuk. Menurut
Nanang Fattah (2000: 53) bentuk desain anggaran adalah sebagai berikut: 1) Anggaran butir per
butir (line item budget); 2) Anggaran program (program Budget Sistem); 3) Anggaran
berdasarkan hasil (performance budget); dan 4) System penyusunan program dan penganggaran
(planning programming budgeting sistem/PPBS atau SP4). Adapun menurut Thomas (1971: 123)
ada empat jenis budget yang bisa diadopsi yaitu: 1) Budgeting by line item; 2) Budgeting by
organizational unit; 3) budgeting by functional category; dan 4) budgeting by program or
performance. Namun, apabila kita lihat dan bandingkan keempat jenis budgeting yang
dikemukakan di atas oleh ke dua ahli tersebut memiliki kesamaan.
Perencanaan pelaksanaan anggaran di lembaga pendidikan dilakukan dengan
memberikan keleluasaan/otoritas dan kewenangan yang sangat lebar kepada lembaga pendidikan
dalam mengelola pembiayaan pendidikan yang dikenal dengan sebutan MBS (Manajemen
Berbasis Sekolah) untuk mencapai efektivitas pencapaian tujuan pendidikan. Anggaran
pembiayaan pendidikan dalam lembaga pendidikan dikenal dengan istilah BOS (Bantuan
Operasional Sekolah) yang penyusunannya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
lembaganya.Sehingga diharapkan pemanfaat dana BOS tersebut dapat berjalan dengan efektif
dan efisien. Disamping itu, sekolah wajib memiliki program kerja tahunan yang dikenal dengan
RKAS (Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah) yang dibuat satu kali dalam satu tahun pada
awal tahun anggaran agar semua program dan kegiatan pendidikan yang sudah direncanakan
dengan baik dapat terlaksana serta dalam hal penganggarannya (Permendikbud No 8 tahun
2020). Namun, sebelum menyusun anggaran pendidikan, lembaga pendidikan terlebih dahulu
melakukan analisis konteks dalam pembiayaan pendidikan. Dari hasil analisa tersebut dapat
diketahui kebutuhan pendidikan dan prioritas pemenuhannya. Dengan demikian, kepala sekolah
guru memiliki kemampuan dalam mengembangkan sejumlah dimensi perbuatan administratif.
Kemampuan dalam menerjemahkan program pendidikan ke dalam ekuivalensi pembiayaan
pendidikan merupakan hal yang penting dalam menyusun anggaran pembiayaan pendidikan.
Sehingga pembuatan anggaran belanja dapat membuka jalan bagi pembangunan dan penjelasan
konsep-konsep tentang tujuan pendidikan yang diinginkan dan merancang cara-cara bagi
pencapaiannya. (Thomas, 176).

12
Di dalam penyusunan RKAS di laksanakan dengan melibatkan beberapa unsur, di
antarannya 1) kepala sekolah dibantu para wakilnya dalam membuat kebijakan sekolah; 2) orang
tua murid dalam wadah komite sekolah; 3) Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten; dan 4)
pemerintah Kota/Kabupaten setempat. Semua komponen tersebut merupakan pihak- pihak yang
terkait langsung dengan operasional pendidikan sesuai kedudukan dan kapasitasnya.

2.3 Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan


Pelaksanaan yakni usaha dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang telah diprogramkan
atau ditetapkan melalui penciptaan iklim, budaya, dan kerja sama yang produktif. Pelaksanaan
juga berarti bahwa mengarahkan, memberikan dorongan, dan memerintah. (Siagian, 2012: 36).
Dengan demikian pelaksanaan dalam manajemen pembiayaan pendidikan mengacu kepada
perencanaan yang telah ditetapkan. Mekanisme dalam pelaksanaan pengelolaan pembiayaan
pendidikan harus secara benar, efektif dan efisien. Pembukuan anggaran, baik penerimaan
maupun pengeluaran harus dilakukan dengan tertib, teratur dan benar serta cermat dan transparan
agar tercapai tujuan pendidikan. Pada tahap pelaksanaan terdapat tiga langkah yaitu penyaluran
dana, pencairan dana, dan penggunaan dana di lembaga pendidikan.
Dalam penggunaan anggaran pembiayaan pendidikan, ada tiga azaz yang dijadikan
sebagai pedoman agar anggaran yang dijatahkan oleh pemerintah atau sumber lainnya mengenai
sasaran yang tepat. Adapun ketentuan atau azaz tersebut antara lain: (Arikunto, 2009: 139).
1. Azaz Plafond
artinya bahwa anggaran belanja tidak boleh melebihi jumlah tertinggi dari standar yang
ditentukan.
2. Azaz pengeluaran berdasarkan mata anggaran
Pengeluaran pembelanjaan harus didasarkan sesuai anggaran yang telah ditetapkan.
3. Azaz tidak langsung
Suatu ketentuan bahwa setiap penerimaan uang tidak boleh digunakan secara langsung
untuk keperluan pengeluaran. Misalnya setiap penerimaan uang SPP di sekolah harus
disetorkan dahulu ke Bank atau Kas Negara. Kemudian apabila akan minta hak yang telah
dialokasikan, baru kemudian mengajukan permintaan ke kas Negara.
Dengan menggunakan anggaran azaz-azaz tersebut dijadikan sebagai pedoman, yaitu azaz
pengeluaran Negara, bahwa manfaat penggunaan uang Negara minimal harus sama apabila uang

13
tersebut dipergunakan sendiri oleh masyarakat. Azaz tersebut tercermin dalam prinsip-prinsip
yang dianut dalam pelaksanaan RKAS yaitu prinsip efisien, pola hidup sederhana, dan
sebagainya.
Pembiayaan pendidikan dalam Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 48 Tahun 2008 tentang Pembiayaan Pendidikan, meliputi:
1. Biaya satuan pendidikan, yang terdiri dari:
a. Biaya investasi lahan pendidikan dan biaya investasi selain lahan Pendidikan
b. Biaya operasi, yang terdiri atas biaya personalia dan biaya non personalia
c. Bantuan biaya Pendidikan
d. Beasiswa
Biaya personalia sebagaimana tercantum dalam biaya operasi, meliputi:
a. Gaji pokok bagi pegawai pada satuan Pendidikan
b. Tunjangan yang melekat pada gaji pegawai pada satuan Pendidikan
c. Tunjangan struktural bagi pejabat structural pada satuan Pendidikan
d. Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional di luar guru dan dosen
e. Tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional bagi guru dan dosen
f. Tunjangan profesi bagi guru dan dosen
g. Tunjangan khusus bagi guru dan dosen
h. Maslahat tambahan bagi guru dan dosen
i. Tunjangan kehormatan bagi dosen yang memiliki jabatan profesor atau guru besar
2. Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan Pendidikan
a. Biaya investasi lahan pendidikan dan biaya investasi selain lahan Pendidikan
b. Biaya operasi, yang terdiri atas biaya personalia dan biaya non personalia
Biaya personalia sebagaimana tercantum dalam biaya operasi, terdiri atas:
a. Gaji pokok
b. Tunjangan yang melekat pada gaji
c. Tunjangan structural bagi pejabat structural
d. Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional
3. Biaya pribadi peserta didik
Untuk lebih jelasnya terkait pembiayaan pendidikan dapat dilihat pada Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan. Berikut ini hal-hal yang bisa

14
dilakukan oleh lembaga pendidikan dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan, sebagai
berikut: (Depdiknas, 2000: 97-99).
a. Penggunaan anggaran harus sesuai dengan yang telah direncanakan. Setiap ada
penyimpangan anggaran harus disertai alasan yang jelas dan meminta persetujuan
kepada pihak yang berwenang sebelum dilaksanakan
b. Penggunaan anggaran harus se-efisien mungkin, dan menghindari terjadinya kecurigaan
"kenaikan harga pembelian atau pengadaan barang.
c. Menghindari kesan bahwa lembaža pendidikan sekedar menghabiskan dana.
d. Pengeluaran anggaran hanya dapat dilakukan oleh yang berwenang sesuai dengan
aturan yang berlaku.
e. Pemasukan dan pengeluaran uang harus tercatat secara tertib disertai bukti-bukti tertulis
sesuai dengan aturan yang berlaku.
f. Bukti pengeluaran tersebut harus siap untuk diperiksa setiap saat, artinya siap
dipertanggungjawabkan kepada pihak yang berwenang. Menghindari transaksi tanpa
pencatatan yang lengkap.
g. Administrasi keuangan harus dilakukan secara terbuka, artinya semua pihak yang terkait
dapat melihat laporan keuangan tersebut.
Dengan demikian, bendaharawan di lembaga pendidikan diharapkan memperhatikan
beberapa hal berikut saat pengelolaan pembiayaan pendidikan antara lain hemat dan sesuai
dengan kebutuhan, terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, serta tidak diperkenankan
untuk kebutuhan yang tidak sesuai perencanaan atau tidak menunjang dalam kegiatan belajar
mengajar. Selain itu, diperlukan penerapan panca tertib yaitu 1) Tertib program, 2) Tertib
anggaran; 3) Tertib administrasi; 4) Tertib pelaksanaan; dan 5) Tertib pengendalian atau
pengawasan. (Sulistyorini, 2009: 135).
Dalam prosesnya pengelolaan pembiayaan pendidikan harus dilaksanakan sesuai dengan
prinsip-prinsip manajemen pembiayaan pendidikan, yaitu transparan, efektif, efisien, dan akun
tabel. Dalam hal realisasi anggaran, dana yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut perlu
digunakan untuk kepentingan lembaga pendidikan, khususnya kegiatan belajar mengajar secara
efektif dan efisien. Maka setiap perolehan dana, pengeluarannya harus disesuaikan dengan
kebutuhan- kebutuhan yang telah disesuaikan dengan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
(RKAS). Pada lembaga pendidikan menggunakan anggaran BOS yang mana dalam tahap

15
penyaluran dana mengacu pada petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh yang dikeluarkan oleh
kementerian pendidikan terkait. (Permendikbud No.8 Tahun 2020). Dalam penyaluran dana
BOS, terlebih dahulu dilakukan verifikasi data atau kebenaran jumlah atau kondisi peserta didik
pada lembaga pendidikan tersebut dalam rangka menentukan alokasi dana BOS pada lembaga
pendidikan tersebut. Kepala sekolah menyampaikan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
(RKAS) periode satu tahun. Sehingga, penyaluran dana BOS membutuhkan kerja sama dari
beberapa elemen-elemen yang berkepentingan.
Pada tahap pencairan dan BOS sesuai aturan pada petunjuk teknis dilakukan melalui Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Dana yang diberikan pemerintah melalui mekanisme
pembayaran langsung, diawali dengan kelengkapan berkas terlebih dahulu sebelum dapat
dicairkan oleh bank penyalur. Kemudian, lembaga pendidikan dapat mengelola dengan baik
sesuai rencana kegiatan yang telah diprogramkan. Pemanfaatan dana tersebut pada umumnya
digunakan untuk pelaksanaan proses belajar mengajar (KBM), pengadaan sarana prasarana,
pemeliharaan sarana prasarana, kesejahteraan pegawai, kegiatan belajar mengajar,
penyelenggaraan evaluasi atau ujian belajar siswa, pengiriman naskah soal ujian siswa,
perjalanan dinas supervisor, pengelolaan pelaksanaan pendidikan, pendataan, serta kebutuhan-
kebutuhan lain yang mendesak dan diperlukan dalam pelaksanaan pendidikan (Permendikbud
Nomor 8 tahun 2020). Di sinilah pentingnya skala prioritas bagi sekolah dalam mengelola
pembiayaan pendidikan agar tercapai tujuan pendidikan yang efektif dan efisien. Kepala sekolah
berwenang penuh dalam mengatur masalah pembiayaan pendidikan di lembaganya. Meskipun
demikian, kepala sekolah tetap memperhatikan perangkat peraturan yang ada dan selaras dengan
rincian pengeluaran.
Kegiatan selanjutnya ialah penyelenggaraan pembukuan atau penatausahaan pembiayaan
yang disebut juga dengan accounting.Accounting atau pembukuan adalah kegiatan proses
pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisisan data pembiayaan
pendidikan yang dilakukan oleh bendaharawan. Peran dan fungsi pembukuan dalam pendidikan
adalah menyediakan informasi keuangan untuk menentukan kebijakan anggaran yang dilakukan
oleh lembaga pendidikan. (Indra Bastian, 2006: 56). Selain itu, hal ini sangat berguna dalam
rangka melakukan penilaian dan pengambilan keputusan terkait dengan penggunaan anggaran
pembiayaan pendidikan.

16
Accounting atau pembukuan pada dasarnya merupakan transaksi penerimaan dan
pengeluaran uang yang dilakukan oleh bendaharawan yang senantiasa terjadi dari hari ke hari.
Agar semuanya berjalan dengan tertib dan lancar maka setiap pemasukan dan pengeluaran
pembiayaan pendidikan hendaknya dicatat dan dibukukan secara tertib dan sesuai dengan
petunjuk teknis yang telah ditetapkan. Di sinilah peran bendaharawan sebagai pelaksana
pembukuan pembiayaan pendidikan.
Accounting selain bermakna pembukuan juga melakukan pemeriksaan, penyusunan laporan
keuangan, penafsiran laporan keuangan, dan lain sebagainya. Lembaga pendidikan sebagai
penerima berbagai sumber harus melakukan pembukuan. Pembukuan yang lengkap mencatat
berbagai sumber dana beserta jumlahnya, dan distribusi penggunaannya secara rinci. Kalau ada
beban pajak yang harus dikeluarkan juga harus disetor sesuai aturan yang berlaku.
Dengan demikian, pembukuan anggaran pembiayaan pendidikan penerimaan maupun
pengeluaran anggaran yang baik harus dilakukan secara tertib, teratur, dan benar. Pembukuan
yang tertib, teratur, lengkap dan up to date akan dapat disajikan pelaporan yang baik, lengkap,
dan bermanfaat. Pelaporan dilakukan secara teratur dan periodik dan dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dapat disimpulkan bahwa dalam
rangka menunjang pengelolaan pembiayaan pendidikan yang baik, kepala sekolah hendaknya
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Perlengkapan administrasi pembiayaan pendidikan, yaitu lembaga pendidikan
memiliki tempat khusus untuk menyimpan perlengkapan administrasi keuangan,
memiliki alat hitung, dan memiliki buku-buku yang dibutuhkan.
2. Lembaga pendidikan mempunyai RKAS (Rencana Kerja dan Anggaran Kegiatan
Sekolah)/RAPBS yang telah disahkan oleh lembaga yang berwenang, serta memiliki
program penjabarannya.
3. Pengadministrasian keuangan, yaitu lembaga pendidikan memiliki logistik (uang dan
barang) sesuai dengan mata anggaran dan sumber dananya masing-masing. Lembaga
pendidikan memiliki buku setoran ke Bank/KPPN/yayasan, serta memiliki daftar
penerimaan honor atau gaji guru dan tenaga kependidikan lainnya, serta memiliki
laporan keuangan triwulan dan tahunan. (Ditdiknas, 1996).

17
2.4 Pengawasan,Pelaporan,dan Pertanggung Jawaban Pembiayaan Pendidikan
Pengawasan (controlling) diartikan sebagai proses kegiatan monitoring dalam rangka
meyakinkan bahwa semua kegiatan suatu organisasi dalam hal ini lembaga pendidikan dapat
dapat terlaksana dengan baik seperti yang direncanakan, selain itu juga merupakan kegiatan
untuk mengevaluasi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan dan
ketidaksesuaian yang akan mengganggu pencapaian tujuan organisasi. (Robbin, 1997).
Pengawasan juga merupakan fungsi manajemen dalam rangka untuk mengevaluasi kinerja
organisasi guna menetapkan kemajuan sesuai dengan program yang ditetapkan. (Mantja,
2001). Pengawasan dalam penggunaan anggaran pendidikan merupakan serangkaian
aktivitas melihat, memerhatikan, memonitoring, memeriksa, menilai, dan melaporkan
penggunaan anggaran yang telah dialokasikan sesuai dengan rencana anggaran dalam
membiayai program pendidikan tersebut digunakan sebagaimana mestinya, dan dapat
berjalan secara efektif dan efisien (Martin, 2014: 185). Fattah menyampaikan bahwa
pengawasan merupakan kegiatan yang untuk mengukur, membandingkan, menilai sejauh
mana alokasi biaya dan tingkat penggunaannya. (Jones, 1985) bahwa manajemen
pembiayaan meliputi: 1) perencanaan keuangan (financial planning); 2) pelaksanaan
(implementation involves accounting) yakni pelaksanaan kegiatan berdasar perencanaan
yang telah dibuat; dan 3) evaluasi yaitu proses penilaian terhadap pencapaian tugas.
Dari pengertian di atas, disimpulkan bahwa pengawasan merupakan bagian dari sistem
manajemen pembiayaan. Pengawasan pembiayaan pendidikan diharapkan dapat mengetahui
sejauh mana tingkat efektivitas dan efisiensi dari penggunaan sumber-sumber dana yang
tersedia. Adanya pengawasan dapat diketahui juga seberapa besar tingkat kesesuaian antara
biaya yang dialokasikan untuk pembiayaan dalam RKAS dengan realisasi anggaran. Apabila
terdapat ketidaksesuaian maka perlu diambil tindakan-tindakan perbaikan dan jika perlu
diproses melalui jalur hukum. Pengawasan keuangan sekolah dilakukan oleh kepala sekolah
dan instansi vertical di atasnya, serta aparat pemeriksa keuangan pemerintah. Terkait dengan
pengawasan luar sekolah kepala sekolah bertugas untuk menggerakkan semua pihak yang
terkait dengan materi pengawasan agar menyediakan data yang dibutuhkan. Kepala sekolah
mengkordinasikan semua kegiatan pengawasan sehingga berjalan dengan lancar. Kegiatan
pelaksanaan pengawasan tersebut dengan tujuan untuk mengetahui: a) kesesuaian
pelaksanaan anggaran dengan ketentuan yang ditetapkan dan sesuai prosedur, b) kesesuaian

18
hasil yang dicapai baik di bidang teknis administrative maupun operasional sesuai aturan
yang ditetapkan, c) kemanfaatan sarana yang ada (manusia, biaya, perlengkapan, organisasi)
secara efektif dan efisien, dan d) sistem yang lain atau perubahan sistem guna mencapai hasil
yang lebih sempurna.
Dari penjelasan tersebut, disimpulkan bahwa tujuan pengawasan pembiayaan pendidikan
agar: a) pelaksanaan anggaran berjalan sesuai rencana; b) pelaksanaan anggaran sesuai
dengan peraturan dan asas-asas yang ditentukan; c) kesulitan dan kelemahan bekerja dapat
diketahui dan dikurangi; dan d) pelaksanaan tugas berjalan efektif, efisien, dan tepat pada
waktunya. Selain itu, dalam kebijakan umum pengawasan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (Rakernas, 1999), bahwa sistem pengawasan harus berorientasi pada hal-hal
sebagai berikut:
1. Sistem pengawasan fungsional sejak proses perencanaan yang memuat aspek
penilaian kehematan, efisiensi, efektivitas yang mencakup seluruh aktivitas
program kegiatan dalam organisasi.
2. Hasil temuan pengawasan harus ditindaklanjuti dengan koordinasi antara aparat
pengawasan dengan aparat penegak hukum serta instansi lainnya yang terkait
dalam menyamakan persepsi, mencari solusi bersama atas persoalan yang
dihadapi.
3. Hendaknya lebih diarahkan pada bidang strategis dan memperhatikan aspek
manajemen.
4. Kegiatan pengawasan hencaknya memberi dampak postif terhadap penyelesaian
masalah dengan konsepsional dan menyeluruh.
5. Kegiatan pengawasan dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kompetensi
teknis, sikap, dedikasi, dan integritas pribadi yang baik.
6. Akurat, tepat waktu, objektif, atau in-efisiensi.
7. Tindakan dan kegiatan pengawasan bertujuan untuk menyamakan rencana yang
telah dibuat.
8. Kegiatan pengawasan harus mampu mengoreksi, mengevaluasi, dan menilai
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.

19
Menurut Pigawahi (1985), proses pengawasan mencakup kegiatan antara lain:
pemahaman tentang ketentuan pelaksanaan dan masalah yang dihadapi, menentukan obyek
pengawasan, menentukan sistem, prosedur, metode, dan teknik pengawasan, menentukan norma
yang dipedomani, menilai penyelenggaraan, menganalisis dan menentukan sebab penyimpangan,
menentukan tindakan korektif dan menarik kesimpulan dan evaluasi. Manullang (2015) maupun
Swastha (1985) meliputi menetapkan standar pengawasan, menilai atau evaluasi dan
mengadakan tindakan perbaikan (corrective action). Standar pengawasan terdapat pada
perencanaan keseluruhan maupun rencana bagian. Evaluasi dimaksudkan untuk membandingkan
hasil pekerjaan atau pelaksanaan kegiatan (actual result) dengan alat pengukur atau standar
pengawasan) yang telah ditentukan,Fase terakhir, jika ditemukan penyimpangan dalam hasil
pengawasan maka diperlukan tindakan perbaikan yang bertujuan untuk menyesuaikan hasil
pekerjaan nyata yang menyimpang agar sesuai dengan standar atau rencana yang telah
ditentukan sebelumnya.
Fattah menyampaikan bahwa secara sederhana pengawasan terdiri tiga kegiatan pokok,
yakni memantau, menilai, dan melaporkan hasil temuan baik terhadap kinerja actual (actual
performance) dalam proses maupun hasilnya. Dengan langkah tersebut akan ditemukan
penyimpangan (deviasi) sehingga akan diusahakan perbaikan atau koreksi yang
direkomendasikan kepada pimpinan evaluasi. Tahapan yang harus dilaksanakan dalam proses
pengawasan yaitu:
1. Penetapan standar atau patokan yang digunakan baik berupa ukuran kuantitas, kualitas,
biaya, dan waktu.
2. Mengukir dan membandingkan antara kenyataan yang sebenarnya dengan standar yang
ditetapkan.
3. Mengidentifikasi penyimpangan (deviasi).
4. Menentukan tindakan perbaikan atau koreksi yang kemudian menjadi materi
rekomendasi. (Fattah, 2017:67)
Jika dilihat dari perspektif pelaksana pengawasan di atas, sebagai implikasi dari penggunaan
dana yang diperoleh dari pemerintah, masyarakat maupun pihak lain maka perlu adanya
pertanggung jawaban baik berupa laporan tertulis maupun yang lainnya. (Martin, 2014:188).
Menggolongkan pengawasan penggunaan anggaran pendidikan ke dalam empat kelompok, yaitu
sebagai berikut:

20
1. Pengawasan melekat (waskat), dilaksanakan oleh atasan langsung terhadap bawahannya,
atau pengawasan terhadap kinerja bawahan dilaksanakan atasan langsungnya bukan oleh
pihak lain. Atasan langsung meskipun tidak memiliki jabatan sebagai pengawas, tetapi
memiliki fungsi kepengawasan yang melekat pada jabatannya sebagai kepala bagian atau
pimpinan suatu unit kerja. Atasan setiap unit terkecil, seperti pengelola keuangan
pendidikan pada tingkat sub bagian merupakan aparat terdepan dan menjadi filter
pertama dalam melakukan pengawasan melekat. Apabila pengawasan melekat berjalan
dengan baik maka tugas pengawasan fungsional, pengawasan legislatif, dan pengawasan
masyarakat menjadi ringan.
2. Pengawasan fungsional internal, dilaksanakan oleh aparat yang pekerjaannya sebagai
pengawas. Aparat fungsional melakukan pengawasan keuangan di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam hal meliputi a) Inspektorat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beserta jajarannya, (para Inspektorat dan para
pengawas tingkat satuan pendidikan); b) Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP); c) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); d) Menteri Koordinator Ekonomi,
Keuangan dan Industri serta Pengawasan Pembangunan (Menko Ekuin dan Wasbag), dan
e) Tim koordinasi pengawasan yang dipimpin oleh Wakil Presiden. Namundalam
pelaksanaannya di lapangan hanya dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan beserta jajarannya, oleh BPKP, dan oleh BPK. Sedangkan
Menko Ekuin dan Wasbang, dan Tim Koordinasi Pengawasan Wakil Presiden melakukan
pengawasan ketika keadaan darurat atau benar-benar membutuhkan. Proses pengawasan
diawali dengan penyusunan Usulan Program Kerja Pengawasan Tahunan (UPKT). UPKT
selanjutnya disampaikan kepada BPKP untuk ditetapkan sebagai Program Kerja
Pengawas Tahunan (PKPT). Tujuan disusun PKPT ialah agar pengawasan dan
pemeriksaan keuangan pendidikan tidak tumpang tindih antara Inspektorat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan yang dilaksanakan BPK.
3. Pengawasan Legislatif (wasleg), dilakukan oleh badan legislatif, yaitu Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), DPRD beserta jajarannya, termasuk jajaran Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan terkait pelaksanaan perencanaan dan program kerja pemerintah. Pengawasan
tersebut dilakukan dengan cara Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan beserta jajarannya menyampaikan hasil pengawasan pada satuan kerja di

21
lingkungan serta menjawab pertanyaan- pertanyaan yang diajukan oleh anggota dewan
dalam rapat dengar pendapat DPR/DPRD. Dalam rangka menyampaikan hasil
kepengawasan di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kepada anggota
dewan dengan tepat, maka setidaknya dalam sekali dalam setahun Inspektorat Jenderal
(Itjen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengań BPK mengadakan
pemutakhiran data hasil pemeriksaan BPK di lingkungan Kemendikbud. Sehingga
diketahui sejauh mana tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK, hambatan serta langkah-
langkah yang harus diambil.
4. Pengawasan Masyarakat (warmas), dilakukan oleh anggota masyarakat baik anggota
masyarakat secara individual maupun kelompok. Pengawasan masyarakat menjadi bagian
penting dalam penggunaan anggaran pembiayaan pendidikan agar tercapai prinsip
pembiayaan yaitu akun tabel dan transparan, Pengawasan masyarakat dilakukan dengan
cara melihat, memerhatikan, memonitor, menilai dan melaporkan pelaksanaan kegiatan
lembaga pendidikan tersebutmelalui pengiriman surat pengaduan kepada kementerian
atau lembaga yang terkait lainnya. Apabila pengaduan masyarakat sesuai dengan
persyaratan yang ada maka akan diproses dan berpangkal pengawasan, serta akan
ditindaklanjuti oleh pimpinan kementerian melalui kegiatan pengawasan melekat,
pengawasan fungsional, monitoring, dan pemeriksaan khusus.
Pembiayaan pendidikan membutuhkan adanya pertanggung jawaban pembiayaan pendidikan.
Pertanggung jawaban dalam manajemen pembiayaan berupa pelaporan dan pertanggung
jawaban. Laporan pembiayaan merupakan hasil akhir suatu proses pencatatan, yang berisi suatu
ringkasan dan transaksi-transaksi yang terjadi selama periode tertentu. Pelaporan tersebut
bertujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan perubahan
posisi keuangan (yang bisa disajikan dalam berbagai cara contoh sebagai laporan arus kas atau
laporan arus dana), catatan juga schedule dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan
tersebut. Misal informasi keuangan segmen industry dan geografis serta pengungkapan pengaruh
perubahan harga. Pelaporan pembiayaan tersebut digunakan untuk mengetahui dan melihat
apakah sesuai dengan perencanaan awal atau tidak, hambatan, kekurangan dan kelemahan-
kelemahan yang terjadi saat proses pengawasan (monitoring). Dalam lembaga pendidikan,

22
pelaksanaan monitoring dilakukan dengan berbagai cara, yaitu kunjungan lapangan, koordinasi
melalui media komunikasi antara lain telepon, faxmile, email, dan sebagainya, dan/atau melalui
mekanisme monitoring terhadap laporan daring baik di tingkat pusat, provisnsi, kabupaten/Kota.
(Direktur Jenderal Pendidikan Islam, 2020:45). Dari hasil pelaporan penggunaan pembiayaan
pendidikan tersebut memunculkan pertanggung jawaban dari pengguna atau pengelola
pembiayaan kepada instansi yang terkait.
Akuntabilitas pendidikan berkembang dari penyataan bahwa siapa pun yang diserahi tugas
mendidik harus dapat mempertanggung jawabkan tugasnya itu. (Depdikbud 1983: 76).
Sedangkan (Neave G. 1987:70) menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan proses yang
melibatkan tugas yang bersifat individual maupun organisasi sebagai bagian dari suatu badan
yang secara berkala harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada atasan yang
berwenang atas perbuatannya baik diberi sanksi ataupun penghargaan. Dari pengertian tersebut
dapat dipahami bahwa setiap pekerjaan yang dibebankannya harus bisa untuk dipertanggungkan
di depan yang berwenang dan implikasi dari pertanggung jawaban tersebut berupa sanksi atau
penghargaan. Hal senada disampaikan oleh Dewan Pendidikan Negara Bagian (Idaho, 2020),
bahwa dalam pelaksanaan akuntabilitas sekolah dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat
dalam kegiatan sekolah harus senantiasa bertanggung jawab untuk meningkatkan prestasi peserta
didik. Dalam konsepsi akuntabilitas paling sedikit ada empat komponen yang perlu diperhatikan,
yaitu tujuan, kegiatan, penilaian, dan umpan balik.Adapun ukuran pendidikan yang akun tabel
tersebut sebagai berikut: (Nanang Fattah, 2017: 67).
1. Tujuannya jelas dan dapat dijabarkan menjadikan tujuan-tujuan khusus;
2. Kegiatannya dapat diawasi agar selalu mengarah pada tujuan;
3. Hasilnya efektif karena tujuan tercapai;
4. Proses pencapaian hasil secara efisien dengan mengingat sumber- sumber yang tersedia;
5. Menjalankan mekanisme umpan balik untuk penyempurnaan;
6. Lima syarat akuntabilitas.
Lima syarat akuntabilitas tersebut dikemukakan oleh (Barbee David E, dan Bouck Aubrey J.,
1974; XV-XVII) sebagai berikut a) diketahuinya tujuan dan sasaran-sasaran yang akan dicapai
oleh sekolah; b) sekolah memiliki cara dan sarana untuk mengukur ketercapaian tujuannya dan
sasaran- sasarannya; c) sekolah memiliki sebuah metode yang dapat mengantarkan pada model
belajar siswa yang berkelanjutan; d) sekolah memiliki sistem akuntansi biaya dan sistem

23
distribusi sumber-sumber yang bisa mengukur hubungan biaya dan sumber-sumber daya pada
hasil di mana sekolah melakukan produksi pendidikan, dan e) sekolah memiliki prosedur untuk
mengubah dan menyesuaikan program-programnya berdasarkan data baik yang berhubungan
ketercapaian dan ke tidak tercapai outcome atau hasil dari pendidikan. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan yang akun tabel, maka lembaga pendidikan
tersebut harus 1) memiliki tujuan; 2) memiliki metode pengukuran; 3) memiliki metode
pengajaran; 4) memiliki akuntansi biaya; dan 5) memiliki kemampuan dalam beradaptasi
terhadap program-program yang dibuatnya.
Akuntabilitas dalam pendidikan berkaitan dengan akuntansi biaya yang berkaitan dengan
kegiatan produksi pendidikan. Produksi pendidikan belajar merupakan siswa yang belajar.
Seperti yang disampaikan Barbee E David dan Bouck J. Audrey (1974:XIV) bahwa akuntabilitas
berkaitan dengan akuntansi biaya dihubungkan dengan perbuatan suatu produk. Produk dalam
pendidikan adalah siswa yang terpelajar. Selain itu, Н. Мс. Ahsan dalam Nanang Fattah dan
Moh. Ali (2003:3:29) menyebutkan bahwa akuntabilitas dalam bidang pendidikan menyangkut
a) program dan manajemen personalia yang mengarah pada tujuan; b) penekanan manajemen
personalia yang efektif dan efisien; dan c) pengembangan program, pengembangan personalia,
peningkatan hubungan masyarakat, dan kegiatan-kegiatan manajemen.
Scorvis D. Anderson yang dikutip oleh Made Pidarta dalam Nanang Fattah (2004:71)
bagaimana manifestasi akuntabilitas ada lima bagian penting, yaitu: 1) mengontrak performan
yaitu menentukan kriteria yang disepakati bersama dan tidak boleh menyimpang dari kriteria
tersebut dalam pelaksanaannya; 2) memiliki kunci pembentukan arah dalam bentuk biaya dan
usaha performan yang dikontrak, maksudnya, dengan biaya tertentu tujuan dapat tercapai secara
efektif dan efisien; 3) Unsur pemeriksaan oleh orang bebas dan tidak terlibat dalam kegiatan
internal seperti orang tua siswa, masyarakat, atau pemeriritah; 4). Memiliki jaminan melalui
kriteria dan ukuran tertentu; dan 5) pemberian insentif sebagai penghargaan untuk meningkatkan
motivasi dan peningkatan performa.
Dalam pelaksanaan akuntabilitas pendidikan tidak mudah dan menghadapi kendala yang
berasal dari pihak internal maupun eksternal sekolah, yaitu siswa, guru, administrator
pendidikan, lembaga pendidikan, tenaga kependidikan, dan masyarakat (siswa dan masyarakat).
Masing- masing dari mereka mempunyai kepentingan dan pemikiran sendiri yang tidak sejalan
dan kesulitan yang terkait dengan pihak yang berkepentingan. Misalkan dari kepentingan

24
masyarakat dan pemerintah kadang juga tidak sejalan karena dalam meningkatkan mutu
pendidikan tentu membutuhkan biaya yang besar. Sementara itu karena kemampuan terbatas,
diharapkan keikutsertaan masyarakat dalam pendidikan yang lebih besar. Di lain pihak
masyarakat menginginkan mutu pendidikan yang tinggi, tetapi dengan pembiayaan yang rendah.
Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara ke dua kepentingan tersebut karena keduanya
saling membutuhkan dan dimanfaatkan bersama untuk kemajuan pendidikan. Kebijakan
pemerintah dalam menetapkan tujuan pendidikan secara nasional dan seragam sehingga tidak
ada anggapan masyarakat bahwa kondisi dan keadaan atau kepentingan mereka kurang
diperhatikan.

25
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Manajemen pembiayaan pendidikan merupakan rangkaian aktivitas mengelola
pembiayaan sekolah dimulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan,
dan pertanggung jawaban pembiayaan pendidikan. Secara ringkas aktivitas manajemen
pembiayaan pendidikan meliputi tiga aktivitas yaitu, perencanaan (budgeting), pelaksanaan
(accounting) dan pengawasan (controlling/auditing). Ruang lingkup kegiatan manajemen
pembiayaan pendidikan dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan pengkoordinasian, pengawasan, dan pengendalian. Dengan adanya kegiatan
manajemen pembiayaan pendidikan maka kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah dapat
diupayakan pengadaanya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk membiayai
pelaksanaan program sekolah secara efektiv dan efisien.Dalam pelaksanaannya,
manajemen pembiayaan pendidikan menganut prinsip atas pemisahan tugas antara fungsi
otorisator, ordonator, dan bendaharawan.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis yakin masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu
penulis sangat mengharapkan masukan pemikiran, saran serta komentar yang bersifat
membangun baik dari dosen pembimbing maupun dari teman-teman demi kesempurnaan
makalah ini.

26
DAFTAR PUSTAKA

Mukhlishoh, R. (2020). UIN Maulana Malik Ibrahim. Manajemen Pembiayaan Pendidikan, 22-

43.

Nurmiyanti, L., & The, H. Y. (2020). Manajemen Pendidikan Tinjauan Teori dan Praktis.

Bandung: Widina Bhakti Persada Bandung.

Rahmawati, A. Y. (2019). Universitas Alma Ata. Manajemen Pembiayaan Pendidikan, 3-8.

27

Anda mungkin juga menyukai