Hasil Rapat R.13 - NA Pengelolaan Dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Kirim Wali Kota

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 61

Doc.

17 Feb 2024

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidup manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Teknologi diciptakan bertujuan untuk
mempermudah kehidupan segala aktifitas dan kebutuhan manusia 1.
Salah satu bidang teknologi yang berkembang adalah teknologi
informasi dan komunikasi. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) memiliki dampak yang signifikan pada berbagai sektor
kehidupan, termasuk bisnis, pendidikan, kesehatan, pemerintahan, dan
masyarakat umum.
Pemanfaatan TIK menghasilkan efisiensi Operasional dalam sektor
ekonomi maupun pemerintahan. Masyarakat maupun badan usaha
dapat menggunakan sistem informasi untuk mengitegrasikan berbagai
proses dalam Perusahaan, mulai dari penyediaan bahan baku,
managemen inventaris, produksi, hingga sektor keuangan. Pemerintan
daerah dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada Masyarakat juga
dapat menggunakan sistem TIK. Proses administrasi dan layanan publik
dapat ditingkatkan dan bekerja lebih efektif dengan menggunakan
sistem e-government, akses informasi dan penelusuran data lebih mudah
dan cepat.
TIK juga berbanfaat untuk membuka akses informasi. Media
internet memiliki manfaat yang sangat besar. Penyebaran informasi
melalui berita, website, media sosial, dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat. Sistem pemerintahan menjadi lebih terbuka karena
masyarakat dapat mengakses dengan mudah.
Wali Kota Madiun menangkap pentingnya akses internet bagi
Masyarakat di kota Madiun, sehingga Kota Madiun menyediakan wifii
gratis sebanyak 2.900 (dua ribu Sembilan ratus) titik yang terletak di
sekolah, puskesmas, lapak UMKM, poskamling, ruang terbuka hijau
(RTH) dan fasilitas umum di lingkungan RT2. Sarana wifii gratis yang
disediakan oleh Pemerintah Kota Madiun dimanfaatkan dengan baik
oleh masyarakat. Jumlah pengguna wifii gratis yang disediakan oleh

1
Haris Budiman, “Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan”, Al-Tadzkiyyah “ Jurnal
Pendidikan Islam, Volume 8 Nomor I, 2017, hlm. 32.
2
https://radarmadiun.jawapos.com/madiun/802967498/kota-madiun-panen-penghargaan-lagi-maidi-
dianugerahi-kepala-daerah-peduli-sensor-mandiri diakses pada 10 Januari 2024.

1
Doc. 17 Feb 2024

Pemerintah Kota Madiun rata-rata mencapai 120.000 (serratus dua


puluh ribu) pengguna setiap bulannya3.
Penyelenggaraan Komunikasi dan Informatika pada Pemerintah
Daerah Kota Madiun berdasarkan urusan pemerintah konkuren diatur
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 yang merupakan dasar
pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah
Daerah di Bidang Komunikasi dan Informatika.
Seiring dengan kebijakan Pemerintah menerapkan sistem
pemerintahan berbasis elektronik, Maka awal kebijakan ini dimulai
dengan diterbitkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-
Government. Kemajuan teknologi telekomunikasi dan informasi dapat
dimanfaatkan untuk tata kelola dan pendayagunaan informasi dalam
jumlah besar secara cepat dan akurat.
Tujuan E-Government menurut Instruksi Presiden Republik
Indonesia nomor 3 tahun 2003 adalah:
a. pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik
yang tidak dibatasi oleh sekat waktu dan lokasi, serta dengan biaya
yang terjangkau oleh masyarakat;
b. pembentukan hubungan yang interaktif dengan dunia usaha;
c. pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan semua
lembaga negara serta penyediaan fasilitas dialog publik; dan
d. pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan
dan efisien serta memperlancar transaksi dan pelayanan
antarlembaga pemerintah.
Kebijakan ini kemudian dikembangkan lagi dengan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2018 Tentang Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Tujuan SPBE adalah
mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang terbuka, partisipatif,
inovatif, dan akuntabel, meningkatkan kolaborasi antarinstansi
pemerintah dalam melaksanakan urusan dan tugas pemerintahan
untuk mencapai tujuan bersama, meningkatkan kualitas dan jangkauan
pelayanan publik kepada masyarakat luas, dan menekan tingkat
penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk kolusi, korupsi, dan
3
https://dashboard.madiunkota.go.id/?z=jumlah_pengguna_wifi_bulan_juli_2023 diakses pada 10 Januari
2024.

2
Doc. 17 Feb 2024

nepotisme melalui penerapan sistem pengawasan dan pengaduan


masyarakat berbasis elektronik4. Pengalaman yang telah dilakukan pada
level oleh Pemerintah Daerah, membuktikan bahwa penerapan SPBE
berdampak positif pada peningkatan pelayanan publik5.
Keseriusan Pemerintah dalam membangun SPBE dilanjutnya
dengan menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 132 Tahun 2022 tentang
Arsitektur Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik Nasional.
Peraturan Presiden ini bertujuan memberi panduan dalam
melaksanakan integrasi proses bisnis, data dan informasi, serta
penyiapan aplikasi, infrastruktur dan keamanan SPBE yang terintegrasi
secara nasional6. Sistem SPBE akan membuat interaksi antarkantor
pemerintah dapat dilakukan secara daring. Prinsip dalam penerapan
SPBE dengan pemanfaatan teknologi, meningkatkan partisipasi publik
dalam keberhasilan program SPBE7.
Adapun kendala dalam penerapan SPBE di Indonesia adalah
infrastruktur TIK, sumber daya manusia, kebijakan, geografis, dan
budaya8. Fokus pada kendala kebijakan, disebabkan kurangnya
kordinasi antarpemangku kepentingan serta belum tersedianya regulasi
dan rencana strategis yang berkelanjutan9.
Beberapa isu lain yang menjadi latar belakang kegiatan
penyusunan Naskah Akademik ini adalah, telah terbitnya Peraturan
Presiden Nomor 95 tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik (SPBE), dengan penekanan pada pemanfaatan sistem
pemerintahan berbasis elektronik SPBE untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, transparan, dan akuntabel serta
pelayanan publik yang berkualitas dan terpercaya. Kebijakan SPBE

4
Mahakrisna Giri Prawira, Ananda Chrisna D. Panjaitan dan AA Poetri Paranity, “Implementasi Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik Di Pemenerintah Kabupaten Tabanan”, Jurnal Raad Kerta, Volume 6, Nomor
1, Pebruari 2023-Juli 2023, hlm. 83.
5
Widya Kurniati Mohi dan Nuzlan Botutihe, “Strategi Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Pelayanan Pada
Masyarakat Melalui Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik”, Publik, Jurnal Ilmu Administrasi, Volume 9
Nomor 2, Desember 2020, hlm. 117.
6
Lampiran Peraturan Presiden Nomor 132 Tahun 2022 tentang Arsitektur Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik Nasional, hlm. 3.
7
Assaf Arief dan Muhammad Yunus Abbas, “Kajian Literatur (Systematic Literature Review) : Kendala
Penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)”, PORtek : Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, Volume 8,
Nomor 1, Mei 2021, hlm. 2.
8
Ibid., hlm. 4.
9
Ibid., hlm. 5.

3
Doc. 17 Feb 2024

memberikan pengaruh besar terhadap kerja pemerintahan dalam


memberikan pelayanan kepada masyarakat. Tindak lanjut dari SPBE ini
mengubah peraturan yang terkait langsung dengan pelayanan publik.
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko dan Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha di Daerah
menuntut perubahan pelayanan publik dari papper base menjadi
electronis base. Kota Madiun telah merespon kebijakan SPBE ini dengan
menerbitkan Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 8 Tahun 2023
tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha di Daerah.
Pelayanan publik berupa perizinan berusaha dilaksanakan secara
terintegrasi secara elektronik dengan sistem Online Single Submission
(OSS). Sistem OSS ini memberi akses yang terbuka tentang informasi
yang dibutuhkan untuk memperoleh perizinan berusaha, dan
mengajuan perizinan yang dilakukan secara daring (online) melalui OSS.
Sistem ini memiliki kecepatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan
sistem papper base.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak hanya berperan sebagai
regulator tetapi juga harus berperan dalam penggunaan TIK. Konsep e-
government dengan memaksimalkan TIK untuk pelayanan publik.
Hakikat dari pelayanan publik adalah:
1. meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi
pemerintah di bidang pelayanan publik;
2. mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tatalaksana pelayanan
sehingga pelayanan publik dapat diselenggarakan lebih berdaya guna
dan berhasil guna; dan
3. mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa, dan peran serta
masyarakat dalam derap langkah pembangunan serta dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas10.
Reformasi administrasi publik saat ini diarahkan kepada
pelaksanaan keseluruhan fungsi-fungsi dari manajemen pemerintahan
yang didasari pada kebutuhan bagi peningkatan kecepatan, efektivitas
dan mutu pelayanan sesuai dengan dinamika kemajuan masyarakat dan
tantangan pembangunan. Administrasi publik yang kuat juga memiliki
makna kredibilitas dan akuntabilitas di dalam pemecahan berbagai
permasalahan pemerintahan yang semakin kompleks secara mendasar
10
Heriyanto, “Urgensi Penerapan E-Government Dalam Pelayanan Publik”, Musamus Journal Of Public
Administration, Volume 4 , Nomor 2, 2022, hlm. 67.

4
Doc. 17 Feb 2024

dan berkesinambungan, terutama dalam upaya mewujudkan


peningkatan kesejahteraan secara berkeadilan dalam meningkatkan
daya saing guna memantapkan diri menghadapi era otonomi daerah dan
desentralisasi pemerintahan daerah.
Dengan kondisi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
publik saat ini, maka akan sulit dalam pengelolaan dan pemanfaatan
TIK, mengingat jaringan-jaringan aplikasi yang telah ada tidak disusun
dengan platform yang sama. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan
pengembangan pengelolaan dan pemanfaatan TIK yang komprehensif,
yang dapat digunakan sebagai acuan yang agar mampu mendukung
penyelenggaraan e-Government yang guna mendukung terwujudnya
Smart City.
Pengelolaan dan Pemanfaatan TIK memiliki tantangan dan kendala
dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan TIK yaitu data belum terintegrasi,
adanya pengelompokan informasi, aplikasi yang dibangun belum
mampu mengintegrasikan data, kekurangan Sumber Daya Manusia
(SDM) pengelola TIK, infrastruktur belum memadai, perubahan pola
kerja, dan peraturan perundangan.
Mempertimbangkan hal tersebut di atas, maka perlu disusun
Peraturan Daerah Kota Madiun tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi yang sesuai dengan perkembangan
kebijakan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

B. Identifikasi Masalah
Berpijak pada latar belakang tersebut maka beberapa
permasalahan yang akan dimuat dalam Naskah Akademik ini adalah:
1. permasalahan apa yang dihadapi dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat berkenaan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan Teknologi Informasi dan KomunikasiTIK serta
bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi?
2. mengapa perlu dilakukan perancangan peraturan daerah sebagai
dasar pemecahan masalah pengaturan mengenai pengelolaan dan
pemanfaatan Teknologi Informasi dan KomunikasiTIK, yang berarti
membenarkan pelibatan pemerintah daerah cq. negara dalam
penyelesaian masalah tersebut?
3. apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis,
dan yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah mengenai

5
Doc. 17 Feb 2024

Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi


tersebut?
4. apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,
jangkauan, dan arah pengaturan Peraturan Daerah mengenai
Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
tersebut?

C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik


Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang
dikemukakan di atas, tujuan penyusunan Naskah Akademik mengenai
Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
dimaksud, bertujuan untuk:
1. merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat utamanya berkait dengan
pengaturan Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi serta cara-cara yang diproyeksikan untuk mengatasi
permasalahan tersebut;
2. merumuskan permasalahan hukum berkait dengan pengaturan
Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
yang dihadapi, sebagai alasan pembentukan rancangan peraturan
daerah yang menjadi dasar hukum penyelesaian atau solusi
permasalahan atas pengaturan Pengelolaan dan Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi tersebut;
3. merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan
yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah berkait dengan
pengaturan Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi; dan
4. merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup
pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan
Peraturan Daerah berkait dengan pengaturan Pengelolaan dan
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Sementara itu, kegunaan penyusunan naskah akademik selain
sebagai acuan atau referensi penyusunan dan pembahasan rancangan
peraturan daerah, berguna pula untuk:
1. sebagai materi dasar dalam mengambil pertimbangan yang dapat
digunakan dalam usul prakarsa pembentukan Rancangan Peraturan
Daerah mengenai …;

6
Doc. 17 Feb 2024

2. sebagai literasi dasar bagi pembentuk rancangan peraturan daerah


mengenai Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi di Kota Madiun; dan
3. sebagai dokumen resmi yang menyatu dengan konsep rancangan
peraturan daerah yang selanjutnya dibahas.

D. Metode
Penyusunan naskah akademik pada dasarnya merupakan suatu
kegiatan penelitian pada disiplin ilmu hukum, sehingga metode
penyusunannya berbasiskan pada metode penelitian hukum. Penelitian
hukum dapat dilakukan melalui metode yuridis normatif dan metode
yuridis empiris. Metode yuridis empiris dikenal juga dengan penelitian
sosiolegal11.
Mengenai metode yuridis normatif dilakukan melalui studi
pustaka yang menelaah beragam bahan hukum, terutama bahan
hukum primer maupun bahan hukum sekunder, berupa peraturan
perundang-undangan atau dokumen hukum terkait, serta hasil
penelitian, hasil pengkajian, dan referensi lainnya. Sementara itu,
metode yuridis empiris atau sosiolegal adalah penelitian yang diawali
dengan penelitian normatif atau penelaahan terhadap peraturan
perundang-undangan (normatif) yang dilanjutkan dengan wawancara
mendalam, diskusi (focus group discussion), dan rapat dengar pendapat
untuk mendapatkan data faktor nonhukum yang terkait dan yang
berpengaruh terhadap peraturan daerah yang diteliti.
Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun naskah
akademik dimaksud, merupakan langkah untuk melakukan eksplorasi
bahan hukum dan realitas sosial yang akan diakomodasikan dalam
produk hukum peraturan daerah nantinya. Adapun metode penelitian
dilakukan dengan tipe yuridis normatif ditopang dengan berbagai
informasi dari para pihak termasuk elemen masyarakat di Kota Madiun
melalui diskusi (focus group discussion), wawancara mendalam, serta
mendengar pendapat narasumber atau para ahli. Wawancara dilakukan
melalui diskusi langsung dengan nara sumber maupun dalam FGD
diskusi (focus group discussion) dengan berbagai pemangku kepentingan
pengelolaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK

11
Esmi Warassih, 2007, Bahan Kuliah Metodologi Penelitian Hukum, Yogyakarta: Program
Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, hlm.8.

7
Doc. 17 Feb 2024

di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Madiun, di antaranya adalah


Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah
membidangi di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi, Dinas yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah membidangi di bidang
Perizinan dan Penanaman Modal, Dinas yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan daerah membidangi di bidang ketenagakerjaan
dan usaha kecil dan mikro, Dinas yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan daerah membidangi di bidang Kesehatan, Dinas yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah membidangi di bidang
Pendidikan, Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah
membidangi di bidang pekerjaan umum di Kota Madiun yang
menjalankan tugas pengelolaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi
dan Komunikasi TIK di Kota Madiun.
Pengertian penelitian dengan tipe yuridis normatif adalah
penelitian yang dilakukan dengan mengkaji dan menganalisa substansi
peraturan perundang-undangan atas pokok permasalahan12 atau isu
hukum dalam konsistensinya dengan asas-asas hukum, teori hukum,
termasuk pula pendapat ahli.
1. Pendekatan Masalah
Pada dasarnya penyusunan naskah akademik ini didasarkan
pada penelitian hukum doktrinal (doctrinal legal research), yakni
penelitian yang menggunakan pendekatan hukum dalam makna
“law in the book”. Namun untuk mendapatkan jawaban dan
informasi yang lebih dalam maka juga dilakukan pengembangan
dengan pendekatan penelitian hukum empiris, yang dimaksudkan
untuk memberikan konfirmasi dan pendalaman terhadap informasi
di atas. Penelitian yang demikian diawali dengan melakukan studi
dokumen terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur
dan berkenaan dengan pengelolaan dan pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi TIK, yang selanjutnya ditelusuri dan
diteliti realitas kebijakan di bidang pengelolaan dan pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah dengan menggunakan perspektif hukum.
2. Jenis dan Sumber Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan naskah
akademik ini adalah penelitian dogmatik, berdasarkan sifatnya

12
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Prenada Media, 2005, hlm.90.

8
Doc. 17 Feb 2024

penelitian ini termasuk jenis penelitian preskriptif yang mempelajari


tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-
konsep hukum, dan norma-norma hukum. Penelitian ini juga
bersifat terapan, yaitu menggunakan ilmu hukum dalam
menerapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu
dalam melaksanakan aturan hukum.
Selanjutnya dalam suatu penelitian diperlukan pula sumber-
sumber penelitian sebagai penunjang validitas penelitian tersebut.
Oleh karena itu dalam penulisan naskah akademik ini didukung
pula oleh sumber-sumber penelitian hukum yang mana dapat
dibedakan menjadi sumber-sumber penelitian yang berupa bahan-
bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder. Bahan-
bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan,
catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-
undangan. Sementara itu, bahan-bahan hukum sekunder berupa
semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-
dokumen resmi yang mana keduanya berkaitan dengan pengelolaan
dan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK.
3. Jenis Bahan Hukum
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang memiliki
kekuatan mengikat, contohnya peraturan perundang-undangan
dan putusan pengadilan. Beberapa peraturan perundang-
undangan yang menjadi bahan hukum primer yang diteliti (desk
study) antara lain:
1) Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kota Besar Dalam Lingkungan
Propinsi Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat dan
Dalam Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 1950 Nomor 45) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1954 tentang
Pengubahan Undang-Undang Nomor 16 dan 17 Tahun 1950
(Republik Indonesia Dahulu) tentang Pembentukan Kota-
kota Besar dan Kota-Kota Kecil di Jawa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551);

9
Doc. 17 Feb 2024

3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi


dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4843) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2024 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6905;
4) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 143);
5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerinta
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2023 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6656);
6) Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1982 tentang
Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Madiun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3244);
7) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6041);

10
Doc. 17 Feb 2024

8) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang


Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6400);
9) Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 182);
10) Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 4
Tahun 2016 tentang Sistem Manajemen Pengamanan
Informasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 551); dan
11) Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 6 Tahun 2017
tentang Pedoman Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Lembaran Daerah Kota Madiun Tahun 2017 Nomor 6/D,
Tambahan Lembaran Daerah Kota Madiun Nomor 40).
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang dapat
memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yaitu
bahan hukum diperoleh dari buku teks, jurnal baik nasional
maupun internasional, doktrin para ahli, surat kabar, berita
internet, dan rumusan pendapat para ahli.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier digunakan untuk membantu menerangkan
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan
hukum tersier merupakan bahan hukum yang memberikan
petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
sekunder, seperti kamus, maupun ensiklopedi.
4. Analisis Bahan Hukum
Bahan hukum dianalisis secara deduktif atau berdasarkan
konsep silogisme dan interpretasi (hermenuetika) hukum. Dengan
analisis tersebut ditemukan norma hukum atau asas hukum atau
argumentasi hukum terhadap permasalahan yang diajukan. Bahan
hukum yang digunakan pada penelitian ini adalah bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, dan dilengkapi dengan bahan
hukum tersier untuk menjelaskan substansi bahan hukum primer
dan bahan hukum sekunder.

11
Doc. 17 Feb 2024

Melalui penggunaan metode penelitian dengan tipe yuridis normatif


tersebut maka dapat dilakukan kajian dan analisa secara komprehensif,
sehingga akan diperoleh preskripsi hukum yang dapat dipertanggung-
jawabkan secara ilmiah dengan tingkat akurasi kebenaran yang
maksimal. Pada gilirannya, penelitian yang dilakukan mampu
memberikan nilai tambah konkret dan berarti dalam rangka
pembentukan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kota Madiun. Naskah akademik
ini disusun dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan
(statute approach)13. Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan
menelaah semua undang-undang dan semua regulasi yang
bersangkutan dengan pengelolaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi
dan Komunikasi TIK.

E.

13
Ibid, hlm. 94

12
Doc. 17 Feb 2024

BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoretis
1. Prinsip Pelayanan Publik
Pelayanan publik memiliki prinsip dalam penyelenggaraan
pelayanan menurut PERMENPAN Nomor 36 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan, Penetapan, dan Penerapan Standar
Pelayanan yaitu:
a. konsistensi;
b. partisipatif;
c. akuntabel;
d. berkesinambungan;
e. transparansi; dan
f. keadilan.
Konsistensi merupakan bentuk kepastian hukum dalam
pelayanan publik dan memberikan kedudukan yang sama kepada
seluruh anggota masyarakat. Konsistensi ini diterapkan dalam
penyusunan dan penerapan standar pelayanan harus
memperhatikan ketetapan dalam mentaati waktu, prosedur,
persyaratan, dan penetapan biaya pelayanan yang terjangkau.
Aktivitas penyelenggaraan pelayanan publik harus berjalan optimal
dan konsisten sesuai dengan standar pelayanan yang telah
ditetapkan14.
Strandar partisipatif dalam penyusunan Standar pelayanan
dengan melibatkan masyarakat dan pihak terkait untuk membahas
bersama dan mendapatkan keselarasan atas dasar komitmen atau
hasil kesepakatan. Partisipasi masyarakat dapat dilaksanakan
dengan membuka ruang diskusi pada saat penyusunan kebijakan,
maupun membuka ruang penyampaian asprirasi, keluhan, dan
pengaduan dari masyarakat15.
Akuntabel merupakan hal yang diatur dalam standar pelayanan
dimana harus dapat dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan
secara konsisten kepada pihak yang berkepentingan16. Akuntabilitas

14
Lampiran Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 36
Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan, Penetapan dan Penerapan Standar Pelayanan, hlm. 4.
15
Ibid, hlm 24.
16
Ibid, hlm. 4.

13
Doc. 17 Feb 2024

terkaitan dengan pemenuhan kewajiban hukum, etika, dan norma-


norma yang berlaku. Organisasi atau individu yang akuntabel
diharapkan untuk bertanggung jawab atas dampak dari tindakan
atau keputusan mereka, baik itu terhadap pihak internal maupun
eksternal. Penting untuk mencatat bahwa akuntabilitas merupakan
elemen kunci dalam memastikan transparansi, integritas, dan
keberlanjutan dalam berbagai konteks, termasuk dalam pengelolaan
sumber daya, pelaporan keuangan, kebijakan publik, dan
sebagainya.
Standar pelayanan harus dapat berlaku sesuai perkembangan
kebijakan dan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan.
Pergantian pejabat tidak secara otomatis menghapus Keputusan
pejabat sebalumnya. Perubahan kebijakan/Keputusan juga harus
memperhatikan kesinambungan dengan kebijakan yang telah ada
sebelumnya ataupun kebijakan di sektor lain yang berkaitan. Sistem
pelayanan publik juga harus dilakukan evaluasi secara periodik dan
berkesinambungan untuk mengetahui kondisi perkembangan dan
mengukur keberhasilan dan/atau mengetahui hambatan/kendala
yang ditemukan dalam rangka pelaksanaan standar pelayanan17.
Salah satu aspek terpenting dalam pelayanan publik, adalah
transparansi18. Masyarakat harus dapat dengan mudah mengakses
dan diketahui mengetahui informasi secara benar. Standar pelayanan
yang sama kepada seluruh anggota masyarakat, menghadirkan rasa
keadilan, sehingga Standar pelayanan harus menjamin bahwa
pelayanan yang diberikan dapat menjangkau semua masyarakat yang
berbeda status ekonomi, jarak lokasi geografis, dan perbedaan
kapabilitas fisik dan mental.
2. Pemerintahan Berbasis Elektronik (e-Government)
E-Government dideskripsikan secara cukup beragam. Hal ini
disebabkan karena beberapa pertimbangan:
a. konsep e-Government memiliki prinsip-prinsip dasar yang
universal, namun karena setiap negara memiliki skenario
implementasi atau penerapannya yang berbeda maka definisi dari
ruang lingkup e-Government menjadi beraneka ragam;
b. implementasi aplikasi e-Government sangatlah luas, mengingat
sedemikian banyaknya tugas dan tanggung jawab pemerintah
17
Ibid, hlm. 26.
18
Ibid, hlm 4.

14
Doc. 17 Feb 2024

sebuah negara yang berfungsi untuk mengatur dan melayani


masyarakatnya melalui berbagai jenis interaksi dan transaksi;
c. pengertian dan penerapan e-Government di sebuah negara tidak
dapat dipisahkan dengan kondisi internal baik secara makro
maupun mikro dari negara yang bersangkutan, sehingga
pemahamannya teramat sangat ditentukan oleh sejarah, budaya,
pendidikan, pandangan politik, kondisi ekonomi, dari negara yang
bersangkutan; dan
d. visi, misi, dan strategi pembangunan sebuah negara yang sangat
unik mengakibatkan terjadinya keberagaman pendekatan dan
skenario dalam proses pengembangan bangsa sehingga
berpengaruh terhadap penyusunan prioritas pengembangan
bangsa19.
Masalah definisi ini merupakan hal yang penting, karena akan
menjadi bahasa seragam bagi para konseptor maupun praktisi yang
berkepentingan dalam menyusun dan mengimplementasikan e-
Government di suatu negara. Terkadang definisi yang terlampau
sempit akan mengurangi atau bahkan meniadakan berbagai peluang
yang ditawarkan oleh e-Government, sementara definisi yang
terlampau luas dan mengambang akan menghilangkan nilai (value)
manfaat yang ditawarkan oleh e-Government.
Bank Dunia mendefinisikan e-Government sebagai berikut: “E-
Government refers to the use by government agencies of information
technologies (such as wide area network, the Internet, and mobile
computing) that have ability to transform relation with citizens,
businesses, and other arms of government”20.
E-Government adalah sebuah penggunaan teknologi informasi
secara elektronis melalui wide area network, internet, dan mobile
computing dalam ruang lingkup penyelenggaraan pemerintahan yang
tidak terbatas tempat dan waktu guna mengoptimalisasikan proses
pelayanan publik yang efisien, transparan, dan efektif21.

19
Richardus Eko Indrajit, 2002, Electronic Government: Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem
Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital, Yogyakarta: Andi, hlm. 2.
20
Ibid.
21
Diah Rachma Aprianty, “Penerapan Kebijakan E-Government Dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Publik di
Kantor KEcamatan Sambutan Kota Samarinda”, eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 4, Nomor 4, 2016, hlm.
1593.

15
Doc. 17 Feb 2024

E-government atau electronic government adalah penggunaan


teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan
pelayanan bagi warganya22 yang meliputi:
a. Government to Citizen (G2C) ialah sebuah tipe dari hubungan
pemerintah dengan masyarakat. Hubungan ini bertujuan untuk
dapat memperbaiki hubungan interaksi diantara pemerintah
dengan masyarakat serta untuk mempermudah masyarakat di
dalam mencari berbagai informasi mengenai pemerintahan.
b. Government to Business (G2B) ialah sebuah tipe dari hubungan
pemerintah dengan bisnis. Dikarenakan sangatlah dibutuhkan
relasi yang sangat baik, diantara pemerintah dengan kalangan
bisnis. Dan tujuannya ialah demi sebuah kemudahan berbisnis
masyarakat dari kalangan pebisnis.
c. Government to Goverment (G2G) ialah sebuah tipe dari hubungan
pemerintah dengan pemerintah lainnya. Hubungan ini bertujuan
agar dapat memenuhi berbagai macam informasi yang dibutuhkan
diantara pemerintah yang satu dengan pemerintah lainnya, dan
untuk memperlancar dan juga mempermudah sebuah kerjasama
diantara pemerintah-pemerintah yang bersangkutan.
d. Government to Employees (G2E) ialah sebuah tipe hubungan
antara pemerintah dengan pegawainya. Hubungan ini bertujuan
agar para pegawai pemerintahan ataupun pegawai negeri dapat
meningkatkan kinerja beserta kesejahteraan dari para pegawai
yang bekerja pada salah satu institusi pemerintah.
e. Government to Non-Profit (G2N) ialah sebuah tipe hubungan antara
pemerintah dengan Lembaga atau Institusi Nonprofit, seperti Non-
Govermental Organization, Partai Politik, dll. Hubungan ini
bertujuan agar lembaga atau institusi nonprofit dapat di kelola
dengan baik, sehingga tujuan lembaga atau institusi ini dapat
terwujud sesuai dengan fungsi dan wewenangnya masing-
masing23.
Dengan perkembangan TIK yang begitu cepatnya, pemerintah
dan Pemerintah Daerah lebih fokus untuk menyalurkan sumber daya
politik dan keuangan untuk mengembangkan kapasitas manusia dan

22
Richardus Eko Indrajit, Electronic Government : Konsep Pelayanan Public Berbasis Internet dan Teknologi
Informasi, APTIKOM, 2006.
23
Fang, Zhiyuan, “E-government in Digital Era: Concept, Practice, and Development”, International Journal of
The Computer, The Internet and Management, Vol 10, No. 2, 2002.

16
Doc. 17 Feb 2024

kapasitas sosial, membangun infrastruktur dasar, dan menciptakan


kesempatan berusaha bagi sektor swasta. Keterlibatan sektor swasta
tidak hanya mempercepat pembangunan infrastruktur, tetapi juga
mengurangi beban berat anggaran daerah sehingga Pemerintah
Daerah dapat berkonsentrasi pada bidang-bidang yang lebih
membutuhkan perhatian. Dengan kata lain, peran Pemerintah
Daerah adalah menyediakan prasyarat-prasyarat agar sektor TIK
dapat berkembang dengan baik.
TIK pada dasarnya, dapat menyentuh banyak bidang dan
penerapannya dapat multi sektoral dan multi cabang. Sebagai
contoh, penerapan TIK untuk pengentasan kemiskinan bisa jadi
berfokus kepada penyediaan lebih banyak peluang untuk
mendapatkan penghasilan, namun TIK juga sekaligus dapat
membantu mengantarkan masyarakat ke dalam arus kegiatan
ekonomi, dengan demikian lebih dari satu tujuan pembangunan
dapat ditangani secara bersamaan. Namun demikian, untuk
keperluan mendapat perhatian, bagian ini menggambarkan berbagai
penerapan TIK dengan referensi khusus terhadap peran TIK dalam
membantu mencapai tujuan atau target pembangunan yang spesifik.
Tujuan-tujuan tersebut dibagi ke dalam sektor-sektor pembangunan.
Terdapat dua pendekatan untuk penerapan TIK. Pertama,
langsung dan menargetkan sasaran utama dan menggunakan TIK
untuk secara langsung menghubungkannya dengan penyedia
layanan. Kedua, tidak langsung dan mendukung, misalnya
menargetkan pengembangan kebijakan, infrastruktur, konten, dan
sistem pendukung, yang kelak diharapkan membantu pihak yang
menjadi sasaran utama. Kedua pendekatan tersebut penting bagi
pencapaian tujuan pembangunan, tetapi masing-masing punya
rancangan yang berbeda-beda pada level kebijakan dan
implementasi.

3. Manfaat E-Government
E-Government bertujuan memberikan layanan publik yang lebih
baik, meningkatkan hubungan antara Pemerintah dan Pemerintah
Daerah dengan bisnis, industri, dan masyarakat, serta meningkatkan
peran serta masyarakat dalam peningkatan efisiensi manajemen
pemerintahan. Pemerintah akan menyebarkan informasinya dan
melakukan interaksi dengan masyarakat, dunia bisnis, dan juga

17
Doc. 17 Feb 2024

dengan lembaga pemerintah lainnya. Oleh karena itu, perlu didukung


oleh sistem informasi yang memadai. Sistem informasi bermakna
bukan hanya teknologi informasi (TI) (yang biasanya diwujudkan
dengan website laman), TI hanya merupakan bagian dari sistem
informasi. Namun sesungguhnya yang dimaksud dengan sistem
informasi dalam e-government ini adalah lebih kepada konteks dan
pengelolaannya. Dengan pengelolaan yang baik, maka masyarakat
tidak perlu lagi mengunjungi kantor pemerintahan apabila
membutuhkan informasi, tetapi cukup dengan menggunakan
teknologi informasi maka semua informasi maupun akses yang
dibutuhkan dapat diperoleh. Untuk menjamin hal tersebut maka
idealnya data-data yang dimasukkan ke dalam sistem e-government
tersebut hendaknya di perbarui setiap hari sesuai dengan dinamika
pembangunan dan kemasyarakatan dimana e-government tersebut
diterapkan.
Pemanfaatan TIK dalam pemerintahan daerah juga berdampak
positif pada Pendapatan Asli Daerah. Kemudahan yang diperoleh
dengan penggunaan sistem TIK, memudahkan masyarakat dalam
mengakses layanan dari Pemerintah Daerah. Perizinan menjadi lebih
cepat, mudah, dan transparan. Sistem Informasi dalam pelayanan
publik mengurangi interaksi langsung antara masyarakat dengan
pejabat pemerintahan. Hal ini menghilangkan potensi pumutan liar,
sehingga sistem pemerintahan berjalan dengan lebih baik.
Seiring dengan kemudahan tersebut, semakin banyak
masyarakat akan memanfaatkan sistem TIK. Semakin banyak
masyarakat memperoleh pelayanan publik, contohnya perizinan
berusaha, akan meningkatkan kegiatan ekonomi Masyarakat di kota
Madiun, Tingkat kesejahteraan Masyarakat meningkat, yang pada
akhirnya Pemerintah Daerah juga mendapat manfaat langsung
melalui pajak daerah dan retribusi daerah24.

4. Tata Kelola Informasi dan Data


Dalam menjalankan prinsip transparansi, informasi harus
disampaikan kepada Masyarakat, untuk itu diperlukan tata kelola
informasi dan data yang baik. Tata kelola meliputi aturan, kebijakan,
procedure, peran dan tanggung jawab yang dapat memandu
24
Ridwan Saifuddin, “Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Pendapatan Asli Daerah”, Inovasi
Pembangunan – Jurnal Kelitbangan, Volume 8 Nomor 2, 2020, hlm. 190.

18
Doc. 17 Feb 2024

keseluruhan pengelolaan data organisasi. Tata kelola memberikan


panduan untuk memastikan bahwa data adalah akurat dan
konsisten, lengkap, tersedia dan aman.
Tata Kelola Data penting untuk diimplementasikan karena:
a. Organisasi semakin bergantung pada data mereka untuk
pelaporan dan pengambilan keputusan;
b. Data adalah Aset Organisasi, yang semakin menjadi Business
Enabler daripada hanya disimpan untuk keperluan administrasi;
c. Informasi adalah Produk yang terdiri dari potongan data yang
dikumpulkan dari dalam maupun di luar batas organisasi;
d. Organisasi perlu mengembangkan Visi tentang Tata Kelola Data
agar memiliki kontrol yang baik terhadap informasi organisasi
mereka; dan
e. Diperlukan Strategi Tata Kelola untuk menciptakan kesadaran,
mendapatkan dukungan manajemen, dan menyediakan alat untuk
melaksanakan.
Prinsip Data Governance meliputi People, Process,Technology,
dan Metrics sebagai berikut:
a. People (Orang), merupakan Organisasi yang bertanggung jawab
untuk menegakkan pengelolaan data, dan mengarahkan serta
mengelola kegiatan data;
b. Process (Proses), merupakan Kebijakan dan standar yang
mengatur pembuatan, pengelolaan, dan penggunaan data;
c. Technology (Teknologi), merupakan template dan alat yang
digunakan untuk memantau pembuatan, pengelolaan, dan
penggunaan data;
d. Metrics (Pengukuran), merupakan langkah-langkah yang
memantau kualitas data dan operabilitas tata kelola, dan untuk
memastikan akuntabilitas untuk mencapai manfaat bisnis.
Fungsi tata kelola data berinteraksi dan mempengaruhi fungsi
lain yang mengelilinginya. Tata kelola data berkaitan dengan otoritas
dan kendali (perencanaan, pengawasan, pelaksanaan) terhadap aset
data.

5. TIK dan Pengentasan Kemiskinan


TIK memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi, yang akan berdampak pada pengentasan kemiskinan.
Tingkat pembangunan ekonomi akan meningkat seiring dengan

19
Doc. 17 Feb 2024

pemanfaatan TIK yang tinggi. Sektor Bisnis dan industri adalah yang
paling diuntungkan dari revolusi informasi. Pembangunan SDM dan
infrastruktur TIK telah berperan dalam meninggikan tingkat
pertumbuhan ekonomi.
Dampak perubahan dari TIK sangat terlihat pada sektor Usaha
menengah, Kecil dan mikro (UMKM). Dengan menggunakan TIK,
usaha kecil telah mampu memperbaiki efisiensi operasi bisnis
internal dengan mengurangi biaya terkait komunikasi internal dan
komunikasi eksternal dengan konsumen; menjangkau pasar yang
baru, mengembangkan basis konsumen global dan meningkatkan
volume permintaan; memperbaiki manajemen inventaris,
menghilangkan kebutuhan tempat usaha yang strategis, mengurangi
pemborosan serta pada akhirnya meningkatkan keuntungan.
Walaupun Negara telah menganggarkan pembangunan
infrastruktur komunikasi untuk pertumbuhan ekonomi, insentif
terbesar yang bisa diberikan pemerintah bagi UMKM yang
menggunakan TIK untuk meningkatkan produktivitas ialah dengan
menghilangkan hambatan dan menciptakan lingkungan kondusif
melalui perizinan dan persyaratan hukum yang lebih sederhana,
menyediakan pelatihan keahlian bisnis beserta pembiayaannya,
menghubungkan UMKM ke perusahaan yang lebih besar, serta
mengurangi pajak.
Pertumbuhan industri dan sektor swasta yang didukung TIK
berkontribusi dalam pengentasan kemiskinan. Namun, masyarakat
miskin adalah golongan yang mendapat keuntungan paling kecil dari
jenis pembangunan seperti ini dibandingkan masyarakat mampu25.
Pemerintah Daerah perlu mengatasi masalah kemiskinan secara
langsung dan tidak hanya sekedar melalui intervensi ekonomi untuk
memungkinkan pertumbuhan yang kelak diharapkan memberikan
manfaat bagi orang miskin.

6. TIK dalam Pendidikan


Hak atas pendidikan diakui sebagai sebuah hak dasar, tidak
lain karena pendidikan adalah sangat penting untuk memerangi
kemiskinan dan berbagai bentuk kesenjangan dalam masyarakat.
Namun demikian, kesenjangan sosial dan ekonomi telah menciptakan
25
OECD, Good Practice Paper on ICTs for Economic Growth and Poverty Reduction (Paris: OECD, 2005),
http://www.oecd.org/dataoecd/2/46/35284979.pdf.

20
Doc. 17 Feb 2024

situasi di mana anak-anak dari keluarga miskin tidak mendapatkan


hak dasar ini. Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus
menyediakan pendidikan berkualitas dan menyediakan sarana dan
prasarana dan juga guru, yang mana dalam sektor pendidikan diukur
dengan sangat keculupan ruang kelas, buku, guru, dan lain-lain.
TIK memiliki peranan yang penting untuk menghadapi
tantangan ini. Lebih spesifik lagi, TIK dapat menyediakan akses
terhadap sumber daya sekolah dan pendidikan, meningkatkan
kualitas pengajaran dan pembelajaran, serta memperbaiki efisiensi
administratif dan instruksional.
TIK dapat dan telah dipergunakan untuk menyediakan akses
terhadap pendidikan bagi siapa saja, dengan alasan kemiskinan,
keterbatasan fisik, letak geografis, kondisi darurat (contoh : pandemi
covid-19), komitmen pekerjaan atau batasan kebudayaan, tidak dapat
bersekolah. Dalam masyarakat yang telah banyak menggunakan
teknologi, teknologi telah diakui sebagai alternatif hemat untuk
sekolah-sekolah. Sekolah telah menggunakan berbagai macam TIK,
mulai dari cara konvensional dengan menggunakan materi tercetak
yang konvensional hingga audio visual dan e-learning, untuk
menyediakan akses terhadap pendidikan dasar dan menengah.
TIK juga dapat diterapkan pada pendidikan non formal dimana
pemuda dan orang dewasa diharapkan menambah dan memelihara
keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk beradaptasi
dalam lingkungan yang terus berubah26.
Kunci sukses TIK di bidang pendidikan adalah pengembangan
guru. TIK merupakan sarana penting untuk melatih guru secara
massal yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi tantangan akan
penyediaan pendidikan untuk semua. Dan karena guru adalah kunci
penerapan TIK yang efektif di ruang kelas, para guru perlu
mengembangkan keahlian teknis dan pedagogi yang diperlukan
untuk pengajaran dan pembelajaran dengan memanfaatkan TIK. Hal
ini menjadi sangat penting dalam era ekonomi berbasis pengetahuan
dimana tujuan pendidikan telah bergeser dari yang dulunya
mengembangkan penguasaan keahlian dan ilmu pengetahuan
tertentu menjadi peningkatan keahlian, pemikiran kritis, melek
26
Tata Group, "Tata Computer-based Functional Literacy Programme‖ (Tata Sons Ltd.),
http://www.tataliteracy.com; dan Glen Farrell, ICT and Literacy: Who benefits? Experience from Zambia and
India (Vancouver: Commonwealth of Learning, 2004), http://www.col.org/colweb/site/pid/3104.

21
Doc. 17 Feb 2024

informasi, pemecahan masalah, pembelajaran kolaboratif,


kemampuan mempelajari pengetahuan baru serta mengaplikasikan
pengetahuan tersebut pada situasi baru27.
Kesuksesan TIK untuk pendidikan dipengaruhi oleh kesuksesan
pelatihan para guru untuk bekerja di lingkungan yang didukung TIK
bahkan sebelum komputer ditempatkan di sekolah-sekolah. Upaya
tersebut diselaraskan dengan penempatan perangkat keras di
sekolah-sekolah untuk digunakan para guru dalam pelajaran dengan
memanfaatkan TIK. Setelah tahap pertama pelatihan guru, tahap
kedua mulai melakukan integrasi TIK ke dalam kurikulum sebagai
persyaratan dalam program Sarjana Pendidikan 28. Tanpa pelatihan
guru yang efektif di bidang TIK dan integrasi kurikulum, komponen
besar dari reformasi pendidikan akan gagal.
Penting untuk dipahami bahwa TIK bukan solusi dari semua
permasalahan yang dihadapi sistem pendidikan. Terlebih lagi,
keuntungan potensial dari TIK sepertinya akan disadari ketika TIK
diperkenalkan dalam konteks reformasi sistem dalam praktek dan
kebijakan pendidikan. Capaian pembelajaran sebenarnya serta
peningkatan dari sistem pendidikan hanya akan terjadi apabila
seluruh elemen pendidikan berubah, dari praktek dan kebijakan,
hingga para guru, murid dan pihak-pihak lainnya secara bersama-
sama.

7. TIK dan Kesehatan


TIK telah memfasilitasi pertukaran dua arah dalam pelayanan
kesehatan antara komunitas pedalaman dan terisolasi dengan daerah
perkotaan, menciptakan sistem pengawasan kesehatan yang efektif,
menyediakan akses terhadap penemuan terbaru penelitian
kesehatan, dan menyediakan sebuah sistem pendidikan
berkelanjutan bagi para profesional di bidang kesehatan. Dapat
disimpulkan bahwa ada dua kategori utama dari stakeholder kunci
dalam sektor kesehatan yang dapat mengambil manfaat penggunaan

27
Wadi D. Haddad dan Alexandra Draxler, eds., Technologies for Education: Potentials, Parameters, and
Prospects (Paris: UNESCO dan Washington, DC: AED, 2002), hlm. 7
http://unesdoc.unesco.org/images/0011/001191/119129e.pdf.
28
Philip Wong, "Bhutan ‗Support for Teacher Education‘ Project," dalam ICT in Teacher Education: Case Studies
from the Asia-Pacific Region, ed. Ellie Meleisea (Bangkok: UNESCO, 2007),hlm. 3-9,
http://www.unescobkk.org/index.php?id=7035.

22
Doc. 17 Feb 2024

TIK. Kategori pertama adalah orang-orang biasa yang membutuhkan


pelayanan kesehatan, terutama mereka yang memiliki akses terbatas
terhadap fasilitas kesehatan dan/atau informasi kesehatan, termasuk
kelompok yang rapuh seperti korban bencana alam dan konflik serta
kelompok disabel. Kelompok pertama dari orang-orang yang
merasakan manfaat dari pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan
TIK termasuk mereka yang menjadi tujuan pelayanan kesehatan.
Kategori kedua adalah penyedia layanan kesehatan. Profesional
kesehatan seperti dokter, perawat dan bidan pada tingkatan
pelayanan kesehatan dasar. Peneliti dan managemen layanan
Kesehatan (rumah sakit, klinik, puskesmas); dan bahkan pembuat
kebijakan di bidang kesehatan. Untuk kelompok yang pertama,
intervensi TIK dapat bermanfaat secara langsung, menghubungkan
pasien dengan layanan kesehatan. Untuk kelompok yang kedua,
intervensi TIK dapat dirasakan secara tidak langsung melalui
terbentuknya sistem pemantauan kesehatan, akses data (rekam
medis), atau pendidikan profesional berkelanjutan. Kedua jenis
intervensi TIK tersebut akan didiskusikan dibawah ini.
Aplikasi TIK di bidang kesehatan yang sering didengar adalah
telemedicine29, yaitu pada dasarnya penggunaan teknologi untuk
menghubungkan pasien di daerah terpencil dengan ahli kesehatan
(dokter) di kota. Salah satu bentuk telemedicine adalah konferensi
video interaktif di mana dokter dan pasien yang terpisah secara
geografis dapat melakukan konsultasi. Kamera di dalam ruang
periksa memungkinkan seorang dokter untuk menghadirkan pasien
kepada dokter di mana saja, dengan demikian secara signifikan
mengurangi biaya pengantaran pasien ke dokter atau biaya
perjalanan dokter ke lokasi pasien. Hal ini juga memperluas akses
menuju pelayanan kesehatan di tengah keterbatasan jumlah dokter.
Penggunaan TIK untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan
administrasi pelayanan kesehatan juga sama pentingnya karena
pendidikan dan administrasi pelayanan kesehatan berdampak
terhadap penyediaan pelayanan kesehatan. Akses terhadap literatur
medis hanya terbatas pada siswa kesehatan dan tenaga kesehatan
yang harus tetap mengikuti perkembangan terbaru melalui
pendidikan dan pelatihan kesehatan yang berkelanjutan. TIK
29
Anne G. Ekeland, Alison Bowes, dan Signe Flottorp, “Effectiveness of Telemedicine : A Systematic Review of
Reviews”, International Journal of Medical Informatics, Volume 79, Issue 11, November 2010.

23
Doc. 17 Feb 2024

memiliki peranan penting untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan


tersebut. Sebagai contoh, saat ini banyak ditemukan seorang dokter
yang menyediakan konten medis dalam bentuk multimedia baik
maupun offline untuk masyarakat umum. Jaringan global
menyediakan akses ke jurnal-jurnal kesehatan dan perpustakaan
online yang luas baik secara gratis.
Upaya-upaya untuk memodernisasikan rumah sakit dan
administrasi kesehatan telah mengarah ke pengembangan sejumlah
piranti lunak untuk administrasi kesehatan. Sistem informasi
manajemen memungkinkan perekaman dan pelaporan data pasien
dari masing-masing departemen yang kemudian terhubung dengan
sistem intranet untuk administrasi yang lebih efektif.
8. TIK, Pemerintahan dan Tata Kelola
Pemerintah terdiri dari superstruktur yang membuat peraturan,
serta mengambilnya dan mengimplementasikannya dengan keluaran-
keluaran nyata. Proses-proses pemerintahan meliputi banyak
interaksi internal antara pejabat-pejabat dan institusi pemerintahan
lain sebelum mengeluarkan keputusan yang dihasilkan sampai
kepada pengetahuan publik dan berdampak pada sistem dalam skala
besar. Governance memberikan perhatian pada interaksi antara
pemerintah dan masyarakat, dan karenanya merupakan proses yang
saling timbal balik. Governance terdiri dari fungsionalitas, proses,
tujuan, kinerja, dan koordinasi, dan muncul sebagai proses
partisipatif antara pemerintah dan masyarakat.
Sejumlah studi menunjukkan hubungan positif antara
governance dan pertumbuhan ekonomi30. Pemerintahan yang stabil
dan demokratis serta institusi publik yang dikelola dengan baik
sangatlah penting bagi peningkatan kondisi kehidupan masyarakat
miskin dan untuk memerangi kemiskinan. hubungan yang kuat
antara governance yang baik dengan peningkatan investasi, tingkat
pertumbuhan, kinerja ekonomi yang lebih baik, penurunan korupsi
serta peningkatan layanan. Pemerintahan yang baik tidak semata
cukup untuk menjamin kualitas pelayanan publik yang memenuhi
kebutuhan dan aspirasi masyarakat dan bahwa sebuah masyarakat

30
Daniel Kaufmann dan Aart Kraay, Governance and Growth: Causality which way? - Evidence for the World, in
brief (Washington, D.C.: World Bank Institute, 2003), 1,
http://www.worldbank.org/wbi/governance/pdf/growthgov_synth.pdf.

24
Doc. 17 Feb 2024

perlu untuk menjadi akuntabel dan responsif terhadap


masyarakatnya.
Indonesia telah menetapkan kebijakan e-government. Pelayanan
publik dilakukan dengan berbasis teknologi dengan membuat
aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan publik.
Kebanyakan aplikasi lebih berfokus kepada efisiensi internal
ketimbang pelayanan. Beberapa proyek yang fokus terhadap
pelayanan terbatas di masalah perizinan dan pajak. Pilihan aplikasi
banyak berfokus pada masalah perkotaan.
Model yang populer dalam penyampaian pelayanan e-
government adalah melalui sebuah portal, tetapi pandangan sepintas
terhadap banyak portal menunjukkan bahwa penyampaian informasi
bersifat satu arah dengan sedikit bahkan tidak ada interaksi. Ruang
kolom pengaduan kemudian dibuat untuk menutup kekurangan ini.
Sistem e-government dapat mengurangi biaya interaksi langsung
baik bagi bagi pejabat pemerintah maupun masyarakat, sekaligus
meningkatkan pengumpulan pajak serta meningkatkan transparansi
dalam kegiatan pemerintah. Tantangan dalam menerapkan e-
government bagi orang miskin yang tidak memiliki alat (computer,
laptop, atau telepon genggam). Tantangan ini meliputi kurangnya
prasarana dan konektifitas, kurangnya kapasitas aparatur
pemerintah dalam melakukan tugas-tugas yang berbeda, rendahnya
permintaan, administrasi dan perencanaan yang bersifat top down,
dan kurangnya kerangka kerja pengawasan dan evaluasi yang efektif.
Aplikasi e-government yang dijelaskan secara ringkas di atas
adalah contoh-contoh pelayanan pemerintah ke masyarakat, yang
berfokus pada sisi penawaran (supply side). e-Governance berfokus
pada sisi permintaan (demand side). Karakteristik ini perlu
diperhatikan sebelum kita menggali konsep e-governance.
e-Governance adalah salah satu cara yang paling efektif dalam
memberantas korupsi. Ketika semua proses dan prosedur
pemerintahan tersedia bagi publik secara online, media, kelompok
masyarakat, dan organisasi-organisasi masyarakat sipil dapat ikut
mengawasi kemajuan dan kemunduran pemerintahan.
e-Governance memungkinkan keterlibatan masyarakat dengan
pemerintah dalam bentuk yang lebih beragam. Situs web dan portal
pemerintah dapat memasukkan produk-produk hukum sehingga
masyarakat dapat mengetahui hak mereka terkait dengan layanan

25
Doc. 17 Feb 2024

publik yang mereka perlukan. Situs web juga dapat menampilkan


diskusi online dan meminta masukan masyarakat (poling) online
terkait isu-isu spesifik, sehingga pengambilan keputusan benar-
benar melibatkan masyarakat. Situs web juga dapat membantu
instansi yang berkepentingan dalam menyerap keluhan masyarakat
dan menanggapinya dengan lebih efektif. Masyarakat juga dapat
berinteraksi dengan aparatur pemerintah, menarik perhatian untuk
isu-isu publik, mendapatkan respon dan aksi yang cepat atas
permintaan informasi atau penanganan keluhan dan bahkan dapat
membuat kartu laporan atau mekanisme audit sosial lain untuk
melihat efisiensi dan efektivitas pemerintah dalam bekerja. Semua ini
dapat dilakukan dengan biaya yang lebih rendah dan efisiensi yang
lebih besar ketimbang sebelumnya. Pemerintah dapat memastikan
bahwa masyarakat yang kurang beruntung tetap dapat merasakan
keuntungan dari e-governance.

B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip Yang Terkait Dengan Penyusunan


Norma
Asas pembentukan peraturan daerah tetap terikat pada perangkat
hukum nasional mengenai asas pembentukan peraturan perundang-
undangan nasional berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang meliputi:
a. kejelasan tujuan;
b. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;
c. kesesuaian antara jenis dan materi muatan;
d. dapat dilaksanakan;
e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;
f. kejelasan rumusan; dan
g. keterbukaan.
Secara konseptual asas tersebut berkembang lebih jauh dari
sekedar deretan yang sederhana seperti yang diatur dalam Undang-
undang. Apa saja yang menjadi asas-asas pembentukan peraturan
perundang-undangan yang dapat diikuti dalam rangka pembentukan
peraturan daerah di Kota Madiun yang mengatur tentang Pelindungan
konsumen melalui Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi
dan Komunikasi. Mengikuti pemikiran Baron de Montesquieu, C.K.
Allen, Lon L. Fuller, Jeremy Bentham, Van der Vlies, P. Nicolai dan A.

26
Doc. 17 Feb 2024

Hamid S. Attamimi, dapat dikemukakan bahwa asas-asas pembentukan


peraturan perundang-undangan yang baik adalah:
1. asas tujuan yang jelas (“het beginselen van de duidelijke doelstelling”)
2. asas kebutuhan adanya pengaturan yang bersifat umum (“het
noodzakelijkeidsbeginsel”)
3. asas institusi dan substansi yang tepat (het beginselen van het juiste
orgaan en substantie”)
4. asas dapat diimplementasikan (“het beginsel van de uitvoerbaarheid”)
5. asas diumumkan dan mudah dikenali (“het beginsel van de publicatie
en kenbaarheid”)
6. asas perumusan yang ringkas dan padat (“irredudency principle”)
7. asas penggunaan istilah yang mudah dimengerti dan sistematis (“het
beginsel van de duidelijke terminologie en duidelijke systematiek”)
8. asas konsensus dan konsistensi (“het beginsel van de consensus en
consistentie”)
9. asas tidak saling bertentangan (“noncontradiction”/”non controversy
principle”)
10. asas kepastian hukum (“het rechtszekerheidsbeginsel”)
11. asas tidak berlaku surut (“non retroactive legislation principle”), serta
12. asas menjangkau masa depan (prediktabilitas atau “rule prospective
principle”).31
Kedua belas asas tersebut merupakan “pedoman” (“richtlijn”) bagi
setiap langkah dan upaya pembentukan peraturan perundang-undangan
termasuk pembentukan peraturan daerah. Dengan berpedoman pada
asas-asas tersebut, diharapkan bahwa peraturan daerah mengenai
Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi di
Kota Madiun memiliki kualifikasi sebagai peraturan perundang-

31
C.K. Allen, Law in The Making, (London: Oxford University Press, 1961), hlm. 467-468. Lon L. Fuller, The
Morality of Law, (New Haven and London: YaleUniversity Press, 1973), hlm. 39. P. Nicolai, Beginselen van
Behoorlijk Bestuur, (Deventer: Kluwer, 1990), hlm. 187. W.G. van der Velden, De Ontwikkeling van de
Wetgevingswetenschap, (Lelystad: Koninklijke Vermande B.V., 1988), hlm. 118-119. J.J. Oostenbrink,
“Rechtsvorming door Rechtshandhaving” dalam P. de Haan, Rechtsvorming in de Sociale Rechtsstaat”,
(Deventer: Kluwer, 1989), hlm. 51-55. H.J. van Eikema Hommes, De Elementaire Grondbegrippen der
Rechtswetenschap, (Deventer: Kluwer, 1972), hlm. 355-360. I.C. van der Vlies, Handboek Wetgeving, (Zwolle:
W.E.J. Tjeenk Willink, 1991), hlm. 150-180. Semua ini sudah terdapat dalam kajian yang dikembangkan dalam
Suparto Wijoyo, Refleksi Matarantai Pengaturan Hukum … Semua ini menandakan bahwa secara konseptual
masalah asas pembentukan peraturan perudang-undangan menjadi sangat penting dan harus diperhatikan
oleh para pembuat peraturan.

27
Doc. 17 Feb 2024

undangan yang baik (behoorlijke wetgewing/regelgeving). Peraturan


Daerah yang dimaksud di sini adalah Peraturan Daerah yang dibuat oleh
Dewan Perwakilan Ramkyat Daerah Kota Madiun bersama dengan
Walikota Madiun.
Berdasarkan ketentuan di atas, yang dimaksud dengan hierarki
adalah penjenjangan setiap jenis peraturan perundang-undangan yang
didasarkan pada asas bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih
rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi32. Oleh karena itu, dalam teknik
pembentukan peraturan perundang-undangan (legal drafting), harus
diperhatikan asas-asas penting yang menyertainya, diantaranya adalah
asas harmonisasi hukum dan sinkronisasi hukum, dalam arti bahwa
sebuah produk perundang-undangan, termasuk Perda, tidak boleh
bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Suatu Perda harus
sinkron dengan peraturan perundang-undangan yang berada pada
jenjang di atasnya serta tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang sejajar (harmonis). Hierarkhi atau
penjenjangan tersebut berlaku pula dalam pembentukan Peraturan
Daerah yang mengatur Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi di Kota Madiun. Apabila terdapat perbedaan
substansi dan penormaan antara Peraturan Daerah dengan peraturan
perundang-undangan di atasnya, maka ketentuan dalam peraturan
daerah harus disesuaikan atau diharmonisasikan/disinkronisasikan
dengan peraturan yang lebih tinggi.
Pemanfaatan Teknologi dan Komunikasi berdasarkan prinsip:
1. Manfaat
Prinsip manfaat adalah manfaat yang harus diperhatikan secara
seimbang antara: (1) kepentingan individu yang satu dengan
kepentingan individu yang lain; (2) kepentingan individu dengan
masyarakat; (3) kepentingan Warga Masyarakat dan masyarakat
asing; (4) kepentingan kelompok masyarakat yang satu dan
kepentingan kelompok masyarakat yang lain; (5) kepentingan
pemerintah dengan Warga Masyarakat; (6) kepentingan generasi
yang sekarang dan kepentingan generasi mendatang; (7) kepentingan

32
Taopik Iskandar dan Hendi Budiman, “Executive Review dan Judicial Review Terhadap Peraturan Daerah
Sebagai Implementasi Unsur-Unsur Negara Hukum”, Jurnal Ilmiah Galuh Justisi, Volume 10 Nomor 1, Maret
2022, hlm. 103.

28
Doc. 17 Feb 2024

manusia dan ekosistemnya; (8) kepentingan pria dan wanita 33.


“prinsip manfaat” merupakan asas yang mengupayakan bahwa
dalam pengelolaan E-Government disesuaikan dengan potensi
sumber daya manusia dan infrastruktur yang tersedia di lingkungan
Pemerintah Daerah Kota Madiun. “Prinsip manfaat” berarti asas bagi
pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik
diupayakan untuk mendukung proses berinformasi sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Efektivitas
“Prinsip Efektivitas” merupakan kemampuan suatu tindakan atau
proses untuk mencapai hasil yang diinginkan atau tujuan yang telah
ditetapkan dengan efisien dan tepat waktu. Faktor yang
mempengaruhi efektivitas meliputi perencanaan yang baik,
pengelolaan sumber daya, koordinasi yang efisien, dan evaluasi
secara terus-menerus untuk melakukan penyesuaian jika
diperlukan. Dalam hal ini, efektivitas tidak hanya berkaitan dengan
mencapai tujuan, tetapi juga dengan melakukan hal yang tepat
untuk mencapai tujuan tersebut dengan cara yang paling efisien dan
efektif.

3. Keterpaduan
“Prinsip keterpaduan” adalah asas yang mendasari bahwa dalam
pelaksanaan pengelolaan E-Government di lingkungan Pemerintah
daerah diperlukan kesamaan pemahaman, keserempakan tindak,
dan keterpaduan langkah dari seluruh unsur. Keterpaduan
merupakan pengintegrasian sumber daya yang mendukung
pemanfaatan TIK.

4. Kesinambungan
“Prinsip Kesinambungan” merupakan keberlanjutan dan sistem
pemerintahan berbasis elektronik secara terencana, bertahap dan
terus menerus sesuai dengan perkembangannya.

5. Efisiensi

33
Penjelasan Pasal 10 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan.

29
Doc. 17 Feb 2024

“Prinsip efisiensi” adalah prinsip yang mendasari pelaksanaan


pengelolaan EGovernment dengan memperhitungkan waktu, tenaga,
dan biaya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Efisien
merupakan optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang mendukung
pemanfaatan TIK yang tepat guna. efisien pelayanan yang
seharusnya diberikan oleh organisasi publik (organisasi
pemerintahan) terhadap masyarakat dalam mempermudah segala
urusan yang berhubungan dengan pelayanan-pelayanan publik34.

6. Akuntabilitas
“Prinsip akuntabilitas” adalah asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari pengelolaan E-Government harus
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Akuntabilitas merupakan kejelasan
fungsi dan pertanggungjawaban dari pemanfaatan TIK.

7. Interoperabilitas
“Prinsip interoperabilitas” adalah asas yang mendorong Pemerintah
Daerah untuk saling berbagi dan mengintegrasikan informasi dan
proses kerjanya dengan memanfaatkan sekumpulan standar yang
baku dalam pengelolaan E-Government. Interoperabilitas
merupakan koordinasi dan kolaborasi antar Proses Bisnis dan antar
sistem elektronik, dalam rangka pertukaran data, informasi, atau
Layanan pemanfaatan TIK.

8. Keamanan
“Prinsip keamanan” adalah asas yang mengupayakan untuk
mengamankan data dan informasi terhadap berbagai ancaman yang
mungkin timbul. Keamanan merupakan kerahasiaan, keutuhan,
ketersediaan, keaslian, dan kenirsangkalan (nonrepudiation) sumber
daya yang mendukung pemanfaatan TIK.

C. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi Yang Ada, Serta


Permasalahan Yang Dihadapi Masyarakat.

34
Heryanto Monoarfa, “Efektivitas dan Efisiensi Penyelenggaraan Pelayanan Publik : Suatu Tinjauan Kinerja
Lembaga Pemerintahan”, tanpa tahun, hlm. 2.

30
Doc. 17 Feb 2024

Menggunakan komputer atau teknologi informasi semata di dalam


proses pemerintahan belum berarti bahwa konsep e-Government telah
diterapkan, karena belum tentu kehadiran benda tersebut dapat
merubah kinerja pemerintah. Perlu dipahami bahwa teknologi hanyalah
merupakan instrumen untuk terciptanya sebuah transformasi peranan
pemerintah, dari yang bersifat birokrasi, menjadi sebuah ”lembaga” yang
berorientasi proses untuk melayani ”pelanggannya” – yang dalam hal ini
adalah masyarakat, komunitas bisnis (industri), dan para stakeholder
lainnya. Sebuah Pemerintahan memutuskan untuk
mengimplementasikan e-Government karena percaya bahwa dengan
melibatkan teknologi informasi di dalam kerangka manajemen
pemerintahan, akan memberikan sejumlah manfaat seperti:
1. meningkatkan kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat
dan komunitas negara lainnya;
2. memperbaiki proses transparansi dan akuntabilitas di kalangan
penyelenggara pemerintahan;
3. mereduksi biaya transaksi, komunikasi, dan interaksi yang terjadi
dalam proses pemerintahan; dan
4. menciptakan masyarakat berbasis komunitas informasi yang lebih
berkualitas.
Kota Madiun telah membuka informasi layanan pemerintahan
melalui websitelaman. WebsiteLaman Pemerintah Kota Madiun dan
diikuti dengan websitelaman Organisasi Perangkat Daerah telah
menampilkan informasi jenis layanan berikut syarat dan cara
pengajuannya. Hal ini menunjukan Pemerintah Kota Madiun telah
membuka akses informasi kepada masyarakat.
Keseriusan Pemerintah Kota Madiun dalam memanfaatkan TIK
untuk pelayanan kepada masyarakat diwujudkan dengan menyusun
Peraturan Walikota Madiun Nomor 32 Tahun 2020 tentang Masterplan
Smart City Kota Madiun tahun 2019-2024 yang telah diubah dengan
Peraturan Walikota Madiun Nomor 45 Tahun 2022. Kebijakan Smart
City ini mengubah perilaku kerja dan cara memberi pelayanan kepada
masyarakat. Smart City mendasari strategi Kota Madiun dengan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di beberapa bidang
seperti ekonomi, lingkungan, mobilitas, dan pemerintahan untuk
mengubah infrastruktur kota dan layanan.
Tindak lanjut dari kebijakan Smart City, diterbitkan Peraturan
Walikota Madiun Nomor 39 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan

31
Doc. 17 Feb 2024

Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik di Lingkungan Pemerintah


Kota Madiun sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Wali Kota
Madiun Nomor 41 Tahun 2023 tentang Perubahan atas Peraturan
Walikota Madiun Nomor 39 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik di Lingkungan Pemerintah
Kota Madiun. Peraturan Wali Kota ini ditetapkan dengan maksud untuk
mengatur penyelenggaraan SPBE di lingkungan Pemerintah Daerah
dengan mengacu pada Arsitektur SPBE.
Atas amanah Peraturan Walikota Madiun Nomor 39 Tahun 2021,
dibentuk Peraturan Walikota Madiun Nomor 32 Tahun 2022 tentang
Arsitektur Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik tahun 2023-2027.
Arsitektur ini bertujuan menjadi pedoman jalannya Pemerintahan
Berbasis Elektronik dan dalam mewujudkan birokrasi serta pelayanan
yang efektif dan terpadu, Pemerintah Daerah perlu menyusun Arsitektur
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik dengan kurun waktu 5 (lima)
tahun. Arak kebijakan Pembangunan SPBE dikelola dengan memetakan
aplikasi dan infrastruktur yang dibutuhkan.
Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan SPBE ini dilaksanakan oleh
Dewan Smart City Kota Madiun yang betugas merumuskan kebijakan
umum dan menentukan arah strategis Pembangunan Smart City. Dewan
Smart City Kota Madiun yang dibentuk dengan Keputusan Walikota
Madiun Nomor 050-401.109/70/2009 tentang Pembentukan Dewan
Smart City Kota Madiun sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Walikota Madiun Nomor 050.401-109/177/2019 tentang Perubahan
atas Keputusan Walikota Madiun Nomor 050-401.109/70/2009 tentang
Pembentukan Dewan Smart City Kota Madiun.
Arah kebijakan Smart City dituangkan dalam Peraturan Walikota
Madiun Nomor 32 Tahun 2020 tentang Masterplan Smart City Kota
Madiun Tahun 2019-2024 yang telah diubah dengan Peraturan Walikota
Madiun Nomor 45 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan
Walikota Madiun Nomor 32 Tahun 2020 tentang Masterplan Smart City
Kota Madiun Tahun 2019-2024.
Tujuan dari penyusunan Masterplan Smart City Kota Madiun
adalah sebagai dasar, acuan, perencanaan pembangunan dan
pengembangan Smart City Kota Madiun. Penyusunan masterplan
dilakukan secara sistematis, logis, kondisional, dan realistis sesuai
dengan kebutuhan Pemerintahan Kota Madiun sehingga dapat

32
Doc. 17 Feb 2024

meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan pemerintahan menjadi


lebih baik.
Kota Madiun juga telah menerapkan Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik (SPBE). Pengaturan SPBE ini dilakukan dengan
Peraturan Walikota Madiun Nomor 39 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik di
Lingkungan Pemerintah Kota Madiun yang telah diubah dengan
Peraturan Walikota Madiun Nomor 41 Tahun 2023 tentang Perubahan
Atas Peraturan Walikota Madiun Nomor 39 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik di
Lingkungan Pemerintah Kota Madiun.
Pengaturan SPBE meliputi tata Kelola SPBE, manajemen SPBE,
audit teknologi informasi dan komunikasi, penyelenggaraan SPBE, dan
Pemantauan dan evaluasi SPBE. SPBE dilaksanakan dengan memberi
layanan administrasi pemerintahan berbasis elektronik dan layanan
public berbasis elektronik. Hal ini dilaksanakan dengan menyediakan
layanan administrasi pemerintahan berbasis elektronik pada sektor
Pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal,
komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, Kesehatan, jaminan
social, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata,
dan sektor strategis lainnya. Dalam pelaksanaannya diperlukan aplikasi
khusus untuk melaksanakan kebijakan SPBE.
Salah satu layanan yang paling banyak diajukan adalah pelayanan
perizinan. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPRSP) Kota Madiun telah menerapkan sistem perizinan online
melalui aplikasi online single submition (OSS). Penerapan OSS ini
dilaksanakan dengan Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 8 Tahun
2023 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha di Daerah. Peraturan
Daerah Nomor 8 Tahun 2023 ini menerapkan sistem e-Government,
karena meningkatkan kualitas layanan, membuka transparansi dan
meningkatkan akuntabilitas, mereduksi biaya, interaksi dan
komunikasi.
Seluruh layanan publik yang telah dilakukan oleh Pemerintah
Kota Madiun menghasilkan kualitas yang baik dan memperoleh
beberapa penghargaan, diantaranya:
1. Penghargaan atas Predikat A Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara Reformasi dan Birokrasi (KemenPAN RB) RI;

33
Doc. 17 Feb 2024

2. Penghargaan terkait penerapan digitalisasi, Top Digital


Implementation 2023 Level Stars 4 untuk Dinas Kominfo Kota
Madiun pada ajang Top Digital Awards 2023;
3. Top Leader on Digital Implementation 2023 untuk Wali Kota Madiun
pada ajang Top Digital Awards 2023;
4. CIO on Digital Implementation 2023 untuk Kepala Dinas Kominfo
Kota Madiun pada ajang Top Digital Awards 2023; dan
5. Anugerah Keterbukaan Informasi Publik KI Award Jatim 2023.

D. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru Yang Akan Diatur


Dalam Peraturan Daerah Terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat
Dan Dampaknya Terhadap Aspek Beban Keuangan Daerah
Beberapa keuntungan pemanfaatan TIK dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara adalah sebagai berikut:
1. TIK meningkatkan efisiensi dan efektifiktas
TIK membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas tugas
pemrosesan massal dan operasi administrasi publik. Aplikasi berbasis
internet dapat melakukan penghematan pengumpulan dan transmisi
data, serta penyediaan informasi dan komunikasi dengan pelanggan.
Efisiensi yang signifikan di masa mendatang dilakukan melalui proses
berbagi data antara pemerintah.
2. TIK meningkatkan layanan
Mengadopsi fokus pelanggan adalah inti dari agenda reformasi sat ini.
Layanan yang berhasil adalah yang dibangun atas pemahaman
kebutuhan pelanggan. Fokus pelanggan menyiratkan bahwa
pengguna tidak perlu memahami struktur dan hubungan pemerintah
untuk berinteraksi dengan pemerintah. Internet dapat membantu
mencapai tujuan ini dengan memunculkan pemerintah sebagai
organisasi terpadu yang memberikan layanan online dengan lancar.
Sama dengan semua layanan, layanan TIK juga harus dikembangkan
berdasarkan permintaan dan nilai pengguna.
3. TIK membantu mencapai hasil kebijakan tertentu
TIK dapat membantu pemangku kepentingan berbagi informasi dan
ide, untuk kemudian berkontribusi dalam menentukan hasil
kebijakan. Misalnya, informasi dapat mendorong penggunaan program
pelatihan dan pendidikan serta proses berbagi informasi antara
pemerintah pusat dan daerah untuk memfasilitasi kebijakan

34
Doc. 17 Feb 2024

lingkungan. Meskipun demikian, proses berbagi informasi pada


individu, akan memunculkan isu perlindungan privasi, serta
kompromi harus dipertimbangkan secara cermat.
4. TIK berkontribusi terhadap tujuan kebijakan ekonomi
TIK membantu mengurangi korupsi, meningkatkan keterbukaan dan
kepercayaan terhadap pemerintah, serta berkontribusi terhadap
tujuan kebijakan ekonomi. Dampak spesifik mencakup penurunan
pengeluaran pemerintah daerah melalui program yang lebih efektif,
efisiensi serta peningkatan produktivitas bisnis melalui
penyederhanaan administrasi yang dimungkinkan oleh TIK dan
peningkatan informasi pemerintah daerah.
5. TIK adalah kontributor reformasi utama
Mayoritas Negara sedang menghadapi isu modernisasi dan reformasi
manajemen publik. Perkembangan saat ini berarti bahwa proses
reformasi harus berkelanjutan. TIK telah mendukung reformasi
dibanyak wilayah, misalnya dengan meningkatkan transparansi,
memfasilitasi proses berbagi informasi dan menyoroti inkonsistensi
internal.
6. TIK membantu membangun kepercayaan antara Pemerintah dan
warganya
Membangun kepercayaan antara pemerintah dan warganya sangat
fundamental bagi pemerintahan yang baik. TIK dapat membantu
membangun kepercayaan dengan memungkinkan keterlibatan warga
dalam proses kebijakan, mempromosikan pemerintah yang terbuka
dan bertanggung jawab serta membantu mencegah korupsi.
7. TIK meningkatkan transparansi dan tanggung jawab
TIK membantu meningkatkan transparansi dalam proses pengambilan
keputusan dengan memudahkan informasi untuk dapat diakses,
mempublikasikan debat dan rapat, anggaran dan pengeluaran, hasil
dan alasan pemerintah untuk mengambil suatu keputusan penting
dan lain-lain.

Pengelolaan dan Pemanfaatan TIK dalam sistem pemerintahan


pasti akan berdampak pada anggaran daerah. Sebagai pengelola,
Pemerintah Daerah harus menyusun kebijakan, strategi hingga
menyiapkan sarana dan prasarana pendukung. Hal ini perlu
dialokasikan dalam APBD. Namun setelah pengelolaan telah berjalan,
Pemerintah Daerah Kota Madiun dapat memanfaatkan sistem tersebut.

35
Doc. 17 Feb 2024

Pemanfaatan TIK akan berdampak pada penghematan dan


penyederhanaan birokrasi, pelayanan publik meningkat, pada akhirnya,
pelayanan pada sektor perizinan dan pajak melalui pemanfaatan TIK
akan menghasilkan Pendapat Asli Daerah (PAD) untuk Kota Madiun.
Berdasarkan hal tersebut dipandang perlu untuk segera
melakukan penulisan Naskah Akademik dan penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah Kota Madiun tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Metode yang digunakan untuk menemukan penghambat dan
pendukung yang melatarbelakangi stakeholders dalam
mengimplementasikan Rancangan Peraturan Daerah ini adalah
ROCCIPI. Terdapat tujuh kategori dalam metode ROCCIPI. Pertama, Rule
(peraturan). Peraturan perundang-undangan yang ada masih bersifat
nasional yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4843) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terahir dengan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2024 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6905 dan
Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik. Dengan demikian, diperlukan Peraturan Daerah
yang menindaklanjuti peraturan perundang-undangan tersebut dan
menjadi dasar Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi di Kota Madiun.
Kedua, opportunity (kesempatan). Peraturan Daerah ini
memungkinkan untuk diimplementasikan di Kota Madiun karena
Pemerintahan Kota Madiun telah menerapkan kebijakan e-government
diantaranya dengan Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 8 Tahun
2023 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha di Daerah. Pelayanan
perizinan telah dilakukan secara online dengan menggunakan siste OSS.
Kebijakan Walikota yang menerapkan smart city menjadi peluang untuk
lebih memaksimalkan pengelolaan dan pemanfaatan TIK.
Ketiga, capacity (kemampuan). Peraturan Daerah ini didukung
oleh sumber daya manusia yang dibagi dalam Organisasi Perangkat
Daerah. Saran dan Prasarana juga telah dimiliki oleh Pemerintah Kota
Madiun. Jumah titik wifii gratis, aplikasi/web telah tersedia. Sehingga

36
Doc. 17 Feb 2024

pengelolaan dan pemanfaatan TIK dapat dikelola dan dikembangkan di


Kota Madiun.
Keempat, communication (komunikasi). Peraturan Daerah ini akan
terimplementasikan dengan baik apabila sosialisasi dan pengawalan
ketat dilakukan sebagai ajak mengkomunikasikan peraturan daerah di
masyarakat. Seluruh Organisasi Perangkat Daerah sudah memiliki
komunikasi yang baik dengan stakeholders. Pelayanan publik dapat
ditingkatkan dengan pemanfaatan TIK.
Kelima, interest (kepentingan). Peraturan Daerah ini ditujukan
pada warga Kota Madiun secara umum dan perangkat daerah agar
memberi pelayanan publik. Sehingga kualitas layanan, kecepatan,
kesederhanaan proses akan menjadi lebih baik. Selain itu, Peraturan
Daerah ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
di Kota Madiun.
Keenam, process (proses). Peraturan Daerah ini disusun dengan
melalui proses yang menyaring dan mempertimbangkan masukan untuk
dijadikan dasar dalam mengambil keputusan, salah satunya melalui
Focus Group Discussion dan Uji Publik, sehingga stakeholders dan pihak
terkait dilibatkan dalam penyusunannya. Begitu pula dalam
pelaksanaannya, seluruh Organisasi Perangkat Daerah di Kota Madiun
dapat meningkatkan kemitraan dengan stakeholders, sehingga
Peraturan Daerah dapat diimplementasikan secara efektif.
Ketujuh, ideology (ideologi). Tujuan bernegara adalah untuk
kesejahteraan, sebagaimana juga diamanatkan Sila Kelima Pancasila
untuk mewujudkan keadilan sosial. Pengelolaan dan Pemanfaatan TIK
tidak hanya sebatas penggunaan computer, tetapi harus mengubah
perilaku yang memberi pelayanan secara cepat dan tepat sasaran.
Pemerintah Daerah dan Masyarakat telah memahami pentingnya
pengelolaan dan pemanfaatan TIK dengan memberikan akses informasi,
kemudahan pelayanan publik agar Masyarakat mendapatkan hak
pelayanan publik. Dengan demikian, Peraturan Daerah ini tidak akan
mendapatkan penolakan dan tekanan sosial dalam
mengimplementasikannya.
E.

37
Doc. 17 Feb 2024

BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT

Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kota


Madiun tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi akan terkait dan berkesesuaian dengan berbagai peraturan
perundang-undangan. Evaluasi dan analisis peraturan perundang-
undangan terkait sangat penting dilakukan untuk mengkaji sinkronisasi
dan harmonisasi antar peraturan perundang-undangan baik dengan aturan
yang lebih tinggi kedudukannya maupun yang ssetingkat. Bab ini dianalisis
beberapa peraturan perundang-undangan yang memang berhubungan
langsung, mengamanatkan, atau digunakan secara langsung sebagai dasar
rujukan dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kota Madiun
tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Berdasarkan hierarki perundang-undangan, beberapa peraturan tersebut
dievaluasi dan dianalisis sebagai berikut:

1. Evaluasi dan Analisis Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945

Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945 mengatur bahwa Pemerintahan Daerah berhak
menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Dalam hal ini daerah
sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai otonomi
berwenang mengatur dan mengurus daerahnya sesuai aspirasi dan
kepentingan masyarakatnya sepanjang tidak bertentangan dengan
tatanan hukum nasional dan kepentingan umum.
Dalam rangka memberikan ruang yang lebih luas kepada daerah
untuk mengatur dan mengurus kehidupan warganya, maka Pemerintah
Pusat dalam membentuk kebijakan harus memperhatikan kearifan lokal
dan sebaliknya Pemerintah Daerah ketika membentuk kebijakan daerah,
baik dalam bentuk Peraturan Daerah maupun kebijakan lainnya, harus
juga memperhatikan kepentingan nasional. Dengan demikian akan
tercipta keseimbangan antara kepentingan nasional yang sinergis dan
tetap memperhatikan kondisi, kekhasan, dan kearifan lokal dalam
penyelenggaraan pemerintahan secara keseluruhan.

38
Doc. 17 Feb 2024

Dalam melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi


kewenangan daerah, Kepala Daerah dan DPRD selaku penyelenggara
Pemerintahan Daerah membuat Peraturan Daerah sebagai dasar hukum
bagi daerah dalam menyelenggarakan Otonomi Daerah sesuai dengan
kondisi dan aspirasi masyarakat serta kekhasan dari daerah tersebut.

2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan


Daerah-Daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Provinsi Propinsi
Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat dan Dalam Daerah
Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950
Nomor 45) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
13 Tahun 1954 tentang Pengubahan Undang-Undang NR 16 dan 17
Tahun 1950 (Republik Indonesia Dahulu) tentang Pembentukan
Kota-Kota Besar dan Kota-Kota Ketjil Kecil Di Djawa.

Peraturan perundang-undangan memiliki wilayah berlaku sesuai dengan


tingkatan pembentuknya. Dalam konteks ini, peraturan yang akan
dibentukan adalah Peraturan Daerah Kota Madiun. Peraturan Daerah
Kota Madiun berlaku terbatas pada wilayah administrasi Kota Madiun.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang


Informasi Dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Republik
Indonesia Nomor 4843) sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terahir dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2024 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.

Perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi yang demikian pesat


telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam
berbagai bidang yang secara langsung telah memengaruhi lahirnya
bentuk-bentuk perbuatan hukum baru. pemanfaatan Teknologi
Informasi berperan penting dalam perdagangan dan pertumbuhan
perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 ini mengatur ruang digital
Indonesia yang bersih, sehat, beretika, produktif, dan berkeadilan, perlu
diatur pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik yang
memberikan kepastian hukum, keadilan, dan melindungi kepentingan

39
Doc. 17 Feb 2024

umum dari segala jenis gangguan sebagai akibat penyalahgunaan


Informasi Elektronik, Dokumen Elektronik, Teknologi Informasi, dan/
atau Transaksi Elektronik yang mengganggu ketertiban umum.

4. Evaluasi dan Analisis terhadap Undang-Undang Nomor 12 Tahun


2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan
sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan merupakan pelaksanaan dari perintah Pasal 22A
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa “Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pembentukan undang-undang diatur lebih lanjut dengan undang-
undang.” Namun, ruang lingkup materi muatan Undang-Undang ini
diperluas tidak saja Undang-Undang tetapi mencakup pula Peraturan
Perundang-undangan lainnya, selain Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan didasarkan pada pemikiran bahwa Negara Indonesia adalah
negara hukum. Sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan dalam
bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk
pemerintahan harus berdasarkan atas hukum yang sesuai dengan
sistem hukum nasional. Sistem hukum nasional merupakan hukum
yang berlaku di Indonesia dengan semua elemennya yang saling
menunjang satu dengan yang lain dalam rangka mengantisipasi dan
mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Secara umum Undang-Undang ini memuat materi-materi pokok
yang disusun secara sistematis sebagai berikut: asas pembentukan
Peraturan Perundang-undangan; jenis, hierarki, dan materi muatan

40
Doc. 17 Feb 2024

Peraturan Perundang-undangan; perencanaan Peraturan Perundang-


undangan; penyusunan Peraturan Perundang-undangan; teknik
penyusunan Peraturan Perundang-undangan; pembahasan dan
pengesahan Rancangan Undang-Undang; pembahasan dan penetapan
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dan Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota; pengundangan Peraturan Perundang-undangan;
penyebarluasan; partisipasi masyarakat dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan; dan ketentuan lain-lain yang memuat mengenai
pembentukan Keputusan Presiden dan lembaga negara serta pemerintah
lainnya.
Tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan
dan penetapan, serta pengundangan merupakan langkah-langkah yang
pada dasarnya harus ditempuh dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. Namun, tahapan tersebut tentu dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan atau kondisi serta jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-undangan tertentu yang pembentukannya tidak
diatur dengan Undang-Undang ini, seperti pembahasan Rancangan
Peraturan Pemerintah, Rancangan Peraturan Presiden, atau
pembahasan Rancangan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).
Perubahan terakhir atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan diadakan
penyempurnaan teknik penyusunan Naskah Akademik pada Lampiran
II. Pada Bab II Sub D Naskah Akademik ditambahkan metode analisis
ROCCIPI atau RIA untuk menganalisis implementasi Rancangan
Peraturan Daerah.

5. Evaluasi dan Analisis terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun


2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang.

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun


2014, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

41
Doc. 17 Feb 2024

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan, terdapat urusan
pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah. Urusan tersebut
menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.
Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan
Daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan
Pemerintahan Pilihan. Urusan Pemerintahan Wajib terdiri atas Urusan
Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan
Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar.
Pengaturan Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi diamanatkan melalui Pasal 386 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 sebagai usaha peningkatan kinerja pemerintahan daerah
dan pembaharuan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

6. Evaluasi dan Analisis Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang


Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan


nasional dan memenuhi hak asasi setiap orang dalam memperoleh
manfaat, ilmu pengetahuan dan teknologi, perlu diatur mengenai sistem
nasional ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan dalam
perumusan kebijakan pembangunan agar mampu mernpcrkuat daya
dukung ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mencapai tujuan
negara, serta meningkatkan daya saing dan kemandirian bangsa.
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem
Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mengatur bahwa Sistem
Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mengakui, menghormati,
mengembangkan, dan melestarikan keanekaragaman pengetahuan
tradisional, kearifan lokal, sumber daya alam hayati dan nirhayati, serta
budaya sebagai bagian dari identitas bangsa.
Pasal tersebut mengatur aspek-aspek daerah sebagai bagian dari
Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Sehingga dengan
demikian Penyelenggaraan Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi Daerah di Kota Madiun bersesuaian dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi sebagai salah satu dasar hukum
Pembentukan Peraturan Daerah Kota Madiun tentang Penyelenggaraan

42
Doc. 17 Feb 2024

Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi


Daerah.

7. Undang-Undang Nomor Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan


Data Pribadi

Pemerintah Daerah yang melaksanakan pelayanan publik secara


elektronik, maka akan memperoleh data pribadi dari Masyarakat yang
memanfaatkan layanan publik tersebut. Hal ini membuat Pemerintah
Daerah menjadi Pengendali Data Pribadi yang berkewajiban menyimpan,
memproses dan menjaga kerahasiaan data pribadi.

8. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1982 tentang Perubahan


Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Madiun.

Peraturan perundang-undangan memiliki wilayah berlaku sesuai dengan


tingkatan pembentuknya. Dalam konteks ini, peraturan yang akan
dibentukan adalah Peraturan Daerah Kota Madiun. Peraturan Daerah
Kota Madiun berlaku terbatas pada wilayah administrasi Kota Madiun.
Wilayah Kota Madiun yang dimaksud sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 49 Tahun 1982 tentang Perubahan Batas Wilayah
Kotamadya Daerah Tingkat II Madiun.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan


dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan


Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah mengatur tentang
mekanisme pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan
daerah secara efektif dan efisien. Berkenaan dengan pembinaan dan
pengawasan Pemerintah Daerah dilaksanakan oleh Gubernur sebagai
wakil pemerintah pusat. Pembinaan tersebut meliputi pembinaan umum
dan pembinaan teknis dalam bentuk fasilitasi, konsultasi, pendidikan
dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan. Adapun pengawasan
juga meliputi pengawasan umum dan teknis dalam bentuk reviu,
monitoring, evaluasi, pemeriksanaan, dan bentuk pengawasan lainnya.
Pembinaan dan Pengawasan terhadap pemerintahan daerah

43
Doc. 17 Feb 2024

dilaksanakan dengan tahapan perencanaan, penganggaran,


pengorganisasian, pelaksanaan, pelaporan, dan evaluasi.

10. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem


Pemerintahan Berbasis Elektronik

Sistem pemerintahan dilaksanakan dengan kebijakan tata kelola


pemerintahan yang bersih, efektif, transparan, dan akuntabel serta
pelayanan publik yang berkualitas dan terpercaya diperlukan sistem
pemerintahan berbasis elektronik. Pemerintah Daerah dituntut
melaksanakan kebijakan SPBE dengan Menyusun arsitektur SPBE yang
disusun secara periodik 5 tahunan yang mengacu pada arisitektur SPBE
Nasional. Hal ini bertujuan meningkatkan keterpaduan dan efisiensi
sistem pemerintahan berbasis elektronik diperlukan tata kelola dan
manajemen sistem pemerintahan berbasis elektronik secara nasional.

11. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2023 tentang Percepatan


Transformasi Digital dan Keterpaduan Layanan Digital Nasional

Pelayanan publik yang berkualitas dan terpercaya, sistem pemerintahan


berbasis elektronik dan satu data Indonesia yang terpadu dan
menyeluruh, birokrasi dan pelayanan publik yang berkinerja tinggi,
penguatan pencegahan korupsi, dan penguatan aspek keamanan siber
dan keamanan informasi, perlu melakukan percepatan transformasi
digital. Pelaksanaan SPBE harus dilakukan dengan kordinasi
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah memiliki
peran yang sangat sentral karena berhadapan langsung dengan
masyarakat, oleh karena itu penerapan SPBE harus sejalan dengan
kebijakan Pemerintah Pusat.
12. Evaluasi dan Analisis terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 120 Tahun 2018

Bahwa untuk menjamin kepastian hukum atas pembentukan


produk hukum daerah diperlukan pedoman berdasarkan cara dan
metode yang pasti, baku dan standar sehingga tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan

44
Doc. 17 Feb 2024

umum dan/atau kesusilaan sebagaimana diatur dalam Peraturan


Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan
Produk Hukum Daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut diatur
untuk melaksanakan ketentuan Pasal 243 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur
mengenai tata cara pemberian nomor register peraturan daerah yang
merupakan bagian dari pembentukan produk hukum daerah dan
dinamika perkembangan peraturan perundang-undangan mengenai
produk hukum daerah.
Produk Hukum Daerah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah adalah Peraturan dan Penetapan. Peraturan yang dalam hal ini
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota memuat materi penyelenggaraan
otonomi daerah dan tugas pembantuan. Peraturan Daerah tersebut juga
merupakan penjabaran pada ketentuan yang lebih tinggi dan dapat
memuat tentang kearifan atau kondisi lokal setiap daerah.

13. Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 6 Tahun 2017 tentang


Pedoman Pembentukan Produk Hukum Daerah.

Bahwa untuk menjamin kepastian hukum atas pembentukan produk


hukum daerah diperlukan pedoman berdasarkan cara dan metode yang
pasti, baku dan standar sehingga tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan/atau
kesusilaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kota Madiun
Nomor 6 Tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan Produk Hukum
Daerah.

45
Doc. 17 Feb 2024

BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan
pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana
kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari
Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 194535.
Dasar filosofis berkaitan dengan apa yang diharapkan dari
hukum, misalnya untuk menjamin keadilan, ketertiban, kesejahteraan
dan sebagainya. Cita hukum atau rechtsidee tersebut tumbuh dari
sistem nilai mereka mengenai baik atau buruk, pandangan terhadap
hubungan individu dan kemasyarakatan, tentang kebendaan,
kedudukan wanita dan sebagainya.
Cita hukum bersifat filosofis, artinya menyangkut pandangan
mengenai hakikat sesuatu. Hukum diharapkan mencerminkan sistem
nilai tersebut baik sebagai sarana mewujudkannya dalam tingkah laku
masyarakat. Nilai-nilai ini ada yang dibiarkan dalam masyarakat
sehingga setiap pembentukan hukum atau peraturan perundang-
undangan harus dapat menangkapnya setiap kali akan membentuk
hukum atau peraturan perundang-undangan. Akan tetapi adakalanya
sistem nilai tersebut telah terangkum dengan baik berupa teori-teori
filsafat maupun dalam doktrin (Pancasila).
Menurut Jimly Asshiddiqie, peraturan perundang-undangan selalu
mengandung norma-norma hukum yang diidealkan (ideal norms) oleh
suatu masyarakat ke arah mana cita-cita luhur kehidupan
bermasyarakat dan bernegara hendak diarahkan. Peraturan dapat
digambarkan sebagai cermin dari cita-cita kolektif suatu masyarakat
tentang nilai-nilai luhur dan filosofis yang hendak diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari melalui pelaksanaan peraturan perundang-
35
Lampiran I Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.

46
Doc. 17 Feb 2024

undangan yang bersangkutan dalam kenyataan. Karena itu, cita-cita


filosofis itu hendaklah mencerminkan cita-cita filosofis yang dianut
masyarakat bangsa yang bersangkutan itu sendiri36.
Pembukaan UUD 1945 memberikan amanat bahwa rakyat
Indonesia menyatakan kemerdekaan Republik Indonesia agar dapat
memiliki kehidupan berkebangsaan yang bebas. Selanjutnya
Pembukaan UUD 1945 alinea keempat juga menyatakan bahwa tugas
dari Pemerintah Negara Indonesia adalah untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Oleh karena upaya memajukan
kesejahteraan umum berbanding lurus dengan majunya tingkat
kecerdasan bangsa serta ketertiban dunia, maka pemerintah baik di
tingkat pusat maupun tingkat daerah mempunyai beberapa kewajiban
untuk melaksanakan amanat dari Pembukaan UUD 1945 tersebut.
Pertama, pemerintah harus memberikan menjamin kebebasan warga
menjalankan kehidupannya. Kedua, pemerintah mengimplementasikan
peran-peran pelayanan, pemberdayaan dan fasilitasi dalam rangka
mencerdaskan kehidupan warga.
Salah satu ukuran untuk mengetahui tingkat kecerdasan suatu
bangsa adalah sejauh mana warga masyarakatnya mempunyai akses
terhadap berbagai informasi publik. Komunikasi yang efektif antara
pemerintah dan warga atau antar warga juga menjadi variabel penting
dalam upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Namun
demikian, pemerintah dan Pemerintah Daerah harus dapat menjamin
bahwa bangunan komunikasi serta akses informasi yang didapatkan
oleh publik memberikan dampak yang positif terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara. Tersedianya data yang mempunyai tingkat
validitas tinggi juga akan membantu pemerintah untuk mewujudkan
cita-cita kebangsaan. Selain itu, aspek keamanan terhadap pola
komunikasi dan penyebaran informasi akan terkait pula dengan upaya
untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara sebagaimana
tersebut di atas.
Peraturan Daerah Kota Madiun tentang Pengelolaan dan
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi memberikan jaminan
berupa regulasi agar masyarakat kota Madiun yang berada di berbagai
36
Jimly Asshiddiqie, 2006, Perihal Undang-Undang di Indonesia, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
Mahkamah Konsitusi RI, hlm. 170-171.

47
Doc. 17 Feb 2024

wilayah memperoleh kemudahan akses terhadap data dan informasi


terkait penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Peraturan
Daerah tersebut merupakan bentuk konkret dari peran Pemerintah
Daerah untuk mewujudkan terbukanya akses informasi bagi publik,
kemudahan pelayanan publik, terkelolanya komunikasi antara
pemerintah dan warga atau antar warga, tersedianya data yang valid
dan mutakhir sebagai dasar pengambilan kebijakan, dan adanya
jaminan keamanan terhadap pola komunikasi dan penyebaran informasi
publik.

B. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis
sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan
masalah dan kebutuhan masyarakat dan Pemerintah Daerah.
Terdapat dua landasan teoritis sebagai dasar sosiologis berlakunya
suatu kaidah hukum diadasarkan pada dua teori yaitu:
1. Teori kekuasaan, bahwa secara sosiologis kaidah hukum berlaku
karena paksaan penguasa, terlepas diterima atau tidak diterima oleh
masyarakat.
2. Teori pengakuan, kaidah hukum berlaku berdasarkan penerimaan
dari masyrakat tempat hukum itu berlaku.
Mendasarkan pada dua teori tersebut, maka efektifitas berlakunya
Perauturan (daerah) adalah bagaimana agar peraturan yang dibuat
berdasarkan kewenangan penyelenggara poemerintahan ini diterima dan
diakui serta ditaati oleh masyarakat. Untuk mewujudkan hal ini, maka
dalam proses penyusunan peraturan daerah ini diperlukan keterlibatan
dan partisipasi masyarakat melalui kegiatan FGD, dengar pendapat, dan
sosialisasi dalam penerapannya.
Fakta empiris yang dirumuskan dalam penyusunan draf raperda
inisiatif DPRD Kota Madiun tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi dituangkan dalam tujuan dan
sasaran pembangunan sistem informasi yang diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan dan permasalahan sosial di masyarakat 37.
Keragaman masyarakat mempengaruhi aspirasi, tingkat kebutuhan dan

37
Ibid, hlm. 171.

48
Doc. 17 Feb 2024

kemampuannya, namun masyarakat secara luas memiliki kesamaan


harapan dan keinginan terhadap pelayanan publik.
Beberapa layanan yang dikembangkan untuk aspirasi masyarakat
seharusnya dapat menjawab tuntutan-tuntutan masyarakat antara lain:
1. menyelesaikan permasalahan dan kesulitan masyarakat baik secara
individu atau kolektif;
2. pelayanan kepada masyarakat yang mudah dan handal;
3. pelayanan kepada masyarakat yang konsisten dan transparan;
4. berinteraksi dengan pemerintah guna memperbaiki dan
meningkatkan taraf hidup dan kemampuan ekonomi;
5. melalui pemerintah menjangkau peluang pengembangan potensi dan
pemberdayaan secara lebih luas;
6. masyarakat mendapatkan kepastian hukum; dan
7. masyarakat dapat menikmati pajak yang telah dibayarkan.
Kota Madiun telah mencanangkan program Smart City. Program
Smart City di Kota Madiun telah berjalan sejak 2019. Dalam
penerapannya, Pemkot Madiun tidak hanya fokus pada digitalisasi
maupun teknologi informasi (TI) saja. Namun, juga membangun karakter
cerdas dalam tata kelola Kota dan sumber daya manusia. program
Smart City memberikan manfaat kepada masyarakat. Serta,
membangun pola pikir masyarakat menjadi lebih maju. Salah satu kunci
keberhasilan nya adalah dengan pemanfaatan teknologi.

C. Landasan Yuridis
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi
permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang
akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat. Dalam sebuah negara hukum pada asasnya setiap
tindakan pemerintah harus dilakukan berdasarkan kewenangan yang
diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Suatu tindakan
pemerintahan yang dilakukan tanpa dasar kewenangan adalah
berakibat batal demi hukum.

49
Doc. 17 Feb 2024

Peraturan Daerah sebagai suatu produk hukum daerah


hendaknya mencerminkan aspek yuridis, dimana aspek yuridis
berkaitan dengan harapan bahwa Peraturan Daerah memenuhi dan
menjamin kepastian hukum seperti halnya pembentukan Undang-
Undang38.
Dalam penyusunan Perda ini memperhatikan dan mendasarkan
pada beberapa perundang-undangan sebagai dasar hukum dan rujukan
yuridis, yaitu:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Republik
Indonesia Nomor 4843) sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terahir dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2024 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2024 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6905;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Republik Indonesia
Nomor 4846);
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 112, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5038);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi Elektronik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 189,
Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5348);
6. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 tentang
Kebijakan dan Strategi Pengembangan e-Government;
38
Bagir Manan, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara, Mandar Maju, Bandung, 1995, hlm.
20.

50
Doc. 17 Feb 2024

7. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 Tentang


Pengelolaan Komunikasi Publik;
8. Peraturan Menteri Aparatur Negara Nomor 83 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Pemanfaatan Media Sosial Instansi Pemerintahan;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2014 Tentang
Sistem Informasi Pembangunan Daerah ;
10. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 14 Tahun
2016 Tentang Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah Bidang
Komunikasi dan Informatika (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 1308);

51
Doc. 17 Feb 2024

BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN PERATURAN DAERAH

A. Sasaran Yang Akan Diwujudkan


Pengaturan Raperda Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi ini, terdiri atas tujuan dan sasaran untuk
terselenggaranya layanan pemerintah berbasis teknologi informasi dan
komunikasi guna terwujudnya pembangunan teknologi informasi dan
komunikasi TIK menuju Kota Madiun sebagai Smart City dan
menerapkan e-government.
Sasaran pengelolaan e-Government adalah:
1. terwujudnya masyarakat Kota Madiun yang memiliki aksesibilitas
terhadap penggunaan teknologi informasi dan komunikasi;
2. terwujudnya penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik
dalam proses penyelenggaraan manajemen pemerintahan Daerah;
3. terselenggaranya pemerintah daerah yang berbasis teknologi
informasi;
4. terlaksananya pengelolaan penyelenggaraan dan pelayanan informasi
di lingkungan pemerintah daerah untuk menghasilkan pelayanan
publik yang optimal.

B. Arah dan Jangkauan Pengaturan


Jangkauan terhadap pengaturan pengelolaan dan pemanfaatan
TIK meliputi seluruh stakeholder di Kota Madiun, yaitu Pemerintah
Daerah, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Badan Nonpemerintahan,
Perusahaan, dan Masyarakat.
teknologi informasi dan komunikasi TIK digunakan untuk
menunjang berjalannya perwujudan pengelolaan dan pemanfaatan
informasi di Pemerintah Daerah Kota Madiun. Pengaturan pengelolaan
dan pemanfaatan informasi pemerintah daerah dimaksudkan untuk
memberikan landasan untuk menerapkan Smart City. maka Pemerintah
Kota Madiun harus melalui tahapan memiliki Platform Government yang
mampu menangani permasalahan kompleks seperti format data yang
berbeda, data yang terpisah-pisah, kondisi real sistem di lapangan,
karakter SDM yang berbeda, peraturan, dan lain sebagainya.

52
Doc. 17 Feb 2024

Untuk mengimpementasikan Platform Government maka


diperlukan kerja sama dari banyak pihak, adapun usulan platform
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. platform yang akan dibangun harus didasari dari rasa memiliki
semangat untuk cerdas dan maju dengan kreativitas dan inovasi
untuk memikirkan kembali cara mengelola daerah melalui perangkat
lunak dan keras;
2. platform bersifat dinamis, dapat berkembang dan berubah
menyesuaikan kondisi dilapangan agar tidak menyebabkan kekakuan;
3. platform harus mampu meningkatkan dan mengatur pengumpulan
data melalui sistem maupun saluran masukan lainnya;
4. platform harus mampu melakukan pengolahan informasi multiaspek
di dalam masyarakat yang dilaksanakan secara optimal;
5. platform harus mampu menyediakan konektivitas terhadap berbagai
solusi layanan (collaboration services) yang menghubungkan antara
manusia, proses dan teknologi. Seperti:
a. layanan yang memberikan informasi kejadian secara realtime
termasuk prosedur eskalasinya;
b. layanan yang memberikan visualisasi dan jembatan antar aplikasi;
c. layanan yang memberikan prediksi dan pilihan solusi atas suatu
masalah daerah;
d. layanan yang memberikan informasi publik kepada masyarakat
umum; dan
e. layanan yang memberikan jembatan antar mesin, dapat berupa
web service atau protocol standar.

C. Ruang Lingkup Materi


Naskah Akademik ini menjabarkan pertimbangan filosofis,
sosiologis, dan yuridis yang menjadi landasan bagi pengaturan,
pengembangan, penataan, pengelolaan dan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi. Naskah Akademik ini juga berisi paparan
mengenai kajian teoritik, praktik empirik, asas-asas pengaturan dalam
penggunaan TIK dalam penyelenggaraan pemerintahan, serta uraian
mengenai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan usulan
pengaturan tersebut. Naskah Akademik ini juga menjadi dasar bagi
usulan pengaturan, pengembangan, penataan, pengelolaan dan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pemerintahan di Kota
Madiun dalam bentuk paparan mengenai jangkauan, arah pengaturan,

53
Doc. 17 Feb 2024

dan ruang lingkup materi muatan yang akan termuat dalam Rancangan
Peraturan Daerah tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan TIK.
Muatan Materi Rancangan Peraturan Daerah Kota Madiun tentang
Pengelolaan dan Pemanfaatan TIK, sebagai berikut:
BAB I. KETENTUAN UMUM
Ketentuan umum yang dirumuskan dalam Raperda antara lain meliputi:
1. Daerah adalah Kota Madiun.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Madiun.
3. Wali Kota adalah Wali Kota Madiun.
4. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah Kota Madiun.
5. Teknologi Informasi dan Komunikasi yang selanjutnya disingkat TIK
adalah segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan,
pengelolaan, dan penyampaian atau pemindahan informasi antar
sarana/media.
6. Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang selanjutnya
disebut Pengelolaan TIK adalah segala kegiatan yang terkait dengan
perencanaan, pembangunan, pelaksanaan, Teknologi Informasi dan
Komunikasi.
7. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang selanjutnya
disebut Pemanfaatan TIK adalah segala kegiatan yang mendukung
upaya pelayanan internal pemerintah, pelayanan publik,
ketenteraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat, dan
penanggulangan bencana.
8. Data adalah data yang teridentifikasi atau dapat diidentifikasi secara
tersendiri atau dikombinasi dengan informasi lainnya baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui sistem elektronik atau
nonelektronik.
9. Interoperabilitas Data adalah kemampuan Sistem Elektronik dengan
Karakteristik yang berbeda untuk berbagi pakai Data dan informasi
secara terintegrasi dalam penyelenggaraan Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik.
10. Layanan Interoperabilitas Data yang selanjutnya disingkat LID
adalah layanan yang disediakan oleh instansi tertentu sesuai dengan
tugas dan wewenangnya untuk memberikan Interoperabilitas Data
secara andal, akuntabel, dan aman.
11. Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda
yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta,
maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca

54
Doc. 17 Feb 2024

yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan


perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik
ataupun nonelektronik.
12. Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik yang selanjutnya disingkat
SPBE adalah penyelenggaraan pemerintahan yang memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk memberikan layanan
kepada Pengguna SPBE.
13. Smart City adalah pengembangan kota berbasis teknologi dan
informasi dengan infrastruktur yang terintegrasi antara pemerintah
daerah, masyarakat, dan swasta.
14. Literasi Digital adalah kecakapan dalam menggunakan perangkat
teknologi, informasi, dan komunikasi, memiliki sikap budaya digital,
berpikir kritis, kreatif, inspiratif, mengembangkan etika digital, serta
aman digital.

BAB II. PENGELOLAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI


Dalam bab ini mengatur Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi yang dilakukan dengan Menyusun perencanaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Perencanaan yang telah disusun digunakan
untuk Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Pemerintah
Daerah Kota Madiun harus menyediakan TIK dan pelayanan TIK melalui
penyediaan aplikasim infrastruktur dan sarana prasarana TIK sehingga
kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan TIK dapat dilaksanakan.
Pelaksanaan TIK juga dilakukan monitoring dan evaluasi sebagai input
atas pengembangan TIK.

BAB III. PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI


Pemanfaatan Tik digunakan untuk mendukung kinerja
pemerintah daerah dalam melaksanakan pelayanan public, penanganan
kebencanaan dan tercapainya ketentraman, ketertiban umum, serta
perlindungan Masyarakat.

BAB IV. SISTEM PEMERINTAHAN BERBASIS ELEKTRONIK


Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dilaksanakan
dengan unsur:
a. Arsitektur SPBE;
b. Peta Rencana SPBE;
c. rencana dan anggaran SPBE;

55
Doc. 17 Feb 2024

d. Proses Bisnis;
e. data dan informasi;
f. Infrastruktur SPBE;
g. Aplikasi SPBE;
h. Keamanan SPBE; dan
i. Layanan SPBE.
Penyelenggaraan SPBE di Pemerintah Daerah bertujuan untuk
memberi panduan dalam integrasi Proses Bisnis, Data dan Informasi,
Infrastruktur SPBE, Aplikasi SPBE, Keamanan SPBE; dan Layanan
SPBE.

BAB V. SMART CITY


Pelaksanaan Smart City bertujuan meningkatkan efektivitas
pelayanan publik. Kebijakan Smart City harus terarah, sehingga perlu di
susun Masterplant Smart City dalam periode 5 (lima) tahun yang
memuat visi dan misi Smart City, strategi Pembangunan Smart City,
rencana aksi Pembangunan Smart City, dan peta jalan Pembangunan
Smart City.

BAB VI. KERJA SAMA


Pemerintah Kota Madiun perlu melakukan Kerjasama dengan
pemerintah daerah lain dan pemangku kepentingan lain dalam
pengelolaan dan pemanfaatan TIK.

BAB VII. PERAN SERTA MASYARAKAT


Pemerintah Daerah dapat berkolaborasi dengan masyarakat
sebagai langkah partisipasi masyarakat dengan cara memberikan
masukan dalam pengelolaan TIK, bekerjasama dengan pemerintah
daerah, hak mendapatkan fasilitas melalui pelatihan literasi digital dan
masyarakat digital; dan memberikan dukungan dalam pengelolaan TIK.

BAB VIII. RELAWAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI


Pemerintah Daerah membentuk relawan TIK untuk
mensosialisasikan program yang dibuat oleh Pemerintah Daerah.

BAB IX. PEMBENTUKAN DEWAN TIK


Dewan TIK dibentuk untuk menjamin keberhasilan
penyelenggaraan TIK.

56
Doc. 17 Feb 2024

BAB X. LITERASI DIGITAL


Pemerintah Daerah memfasilitasi peningkatan kapasitas literasi
digital kepada masyarakat.

BAB XI. SISTEM KEAMANAN INFORMASI


Pemerintah Daerah melaksanakan sistem Keamanan Informasi
melalui:
a. penetapan kebijakan tata kelola Keamanan Informasi;
b. analisis kebutuhan dan pengelolaan sumber daya Keamanan
Informasi;
c. Pengamanan Informasi dalam penyelenggaraan SPBE dan non
elektronik; dan
d. penyediaan layanan Keamanan Informasi

BAB XII. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan
Pengelolaan dan Pemanfaatan TIK, yang dilakukan dengan:
a. koordinasi secara berkala;
b. pendampingan;
c. bimbingan dan supervisi; dan
d. pendidikan dan pelatihan.

BAB XIII. PENDANAAN


Dalam mewujudkan Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi diperlukan pendanaan supaya rencana yang
sudah dibuat dapat terlaksana, pendanaan dalam hal ini dibebankan
pada:
a. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah;
b. Dana Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan; dan
c. Pembiayaan dari sumber lain yang sah.

BAB XIV. PENUTUP


Pada bab ini diatur mengenai mulai berlakunya Peraturan Daerah
ini, yakni sejak tanggal diundangkan. Memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kota Madiun.

57
Doc. 17 Feb 2024

BAB VI
PENUTUP

A. Simpulan
1. Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
merupakan sarana dalam melaksanakan kewajiban Pemerintah
Daerah dalam memenuhi pelayanan publik kepada masyarakat, yang
dalam pelaksanaannya memerlukan pengaturan dalam Peraturan
Daerah agar program Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi dapat berjalan dengan baik dan terjaga
kelanjutannya.
2. Peraturan Daerah Kota Madiun tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi akan menjadi pedoman kerja
bagi Perangkat Daerah, Masyarakat, dalam mengelola data, informasi
serta pelayanan publik kepada masyarakat.
3. Peraturan Daerah Kota Madiun tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi telah mempertimbangan aspek
filosofis, sosiologis dan yuridis, sebagai berikut :
a. memberikan jaminan berupa kepada masyarakat kota Madiun
memperoleh kemudahan akses terhadap data dan informasi terkait
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, kemudahan
mendapat pelayanan publik sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan.
b. Kota Madiun telah mencanangkan dan melaksanakan program
Smart City. Dalam penerapannya, Kota Madiun tidak hanya fokus
pada digitalisasi maupun teknologi informasi (TI) saja. Namun,
juga membangun karakter cerdas dalam tata kelola Kota dan
sumber daya manusia. program Smart City memberikan manfaat
kepada masyarakat.
c. Rancangan Peraturan Daerah ini memiliki semangat yang sama
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008
Tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
112, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5038);

58
Doc. 17 Feb 2024

4. Pengaturan Raperda pengelolaan dan pemanfaatan Teknologi


Informasi dan Komunikasi ini, terdiri atas tujuan dan sasaran untuk
terselenggaranya layanan pemerintah berbasis teknologi informasi
dan komunikasi guna terwujudnya pembangunan teknologi informasi
dan komunikasi menuju Kota Madiun sebagai Smart City dan
menerapkan e-government. Jangkauan terhadap pengaturan
pengelolaan dan pemanfaatan TIK meliputi seluruh stakeholder di
Kota Madiun, yaitu Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), Badan Non Pemerintahan, Perusahaan, dan Masyarakat.

B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas maupun masukan dari berbagai
kalangan pihak terkait (stakeholders) dalam basis good governance,
maka disarankan agar disusun dan disahkan Rancangan Peraturan
Daerah Kota Madiun tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi.

59
Doc. 17 Feb 2024

DAFTAR PUSTAKA
Anne G. Ekeland, Alison Bowes, dan Signe Flottorp, “Effectiveness of
Telemedicine : A Systematic Review of Reviews”, International Journal
of Medical Informatics, Volume 79, Issue 11, November 2010
Assaf Arief dan Muhammad Yunus Abbas, “Kajian Literatur (Systematic
Literature Review) : Kendala Penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik (SPBE)”, PORtek : Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, Volume 8,
Nomor 1, Mei 2021.
C.K. Allen, Law in The Making, (London: Oxford University Press, 1961)
Daniel Kaufmann dan Aart Kraay, Governance and Growth: Causality which
way? - Evidence for the World, in brief (Washington, D.C.: World Bank
Institute, 2003), 1,
http://www.worldbank.org/wbi/governance/pdf/growthgov_synth.pdf
.
Diah Rachma Aprianty, “Penerapan Kebijakan E-Government Dalam
Peningkatan Mutu Pelayanan Publik di Kantor KEcamatan Sambutan
Kota Samarinda”, eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 4, Nomor 4,
2016.
Esmi Warassih, 2007, Bahan Kuliah Metodologi Penelitian Hukum,
Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia.
Fang, Zhiyuan, “E-government in Digital Era: Concept, Practice, and
Development”, International Journal of The Computer, The Internet
and Management, Vol 10, No. 2, 2002.
Haris Budiman, “Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
Pendidikan”, Al-Tadzkiyyah “ Jurnal Pendidikan Islam, Volume 8
Nomor I, 2017.
Heriyanto, “Urgensi Penerapan E-Government Dalam Pelayanan Publik”,
Musamus Journal Of Public Administration, Volume 4 , Nomor 2, 2022.
Mahakrisna Giri Prawira, Ananda Chrisna D. Panjaitan dan AA Poetri
Paranity, “Implementasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik Di
Pemenerintah Kabupaten Tabanan”, Jurnal Raad Kerta, Volume 6,
Nomor 1, Pebruari 2023-Juli 2023.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Prenada Media, 2005.
Philip Wong, "Bhutan ‗Support for Teacher Education‘ Project," dalam ICT in
Teacher Education: Case Studies from the Asia-Pacific Region, ed. Ellie
Meleisea (Bangkok: UNESCO, 2007)

60
Doc. 17 Feb 2024

Richardus Eko Indrajit, Electronic Government : Konsep Pelayanan Public


Berbasis Internet dan Teknologi Informasi, APTIKOM, 2006.
Richardus Eko Indrajit, 2002, Electronic Government: Strategi
Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis
Teknologi Digital, Yogyakarta: Andi.
Ridwan Saifuddin, “Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah”, Inovasi Pembangunan – Jurnal Kelitbangan,
Volume 8 Nomor 2, 2020.
Tata Group, "Tata Computer-based Functional Literacy Programme‖ (Tata
Sons Ltd.), http://www.tataliteracy.com; dan Glen Farrell, ICT and
Literacy: Who benefits? Experience from Zambia and India (Vancouver:
Commonwealth of Learning, 2004),
http://www.col.org/colweb/site/pid/3104.
Taopik Iskandar dan Hendi Budiman, “Executive Review dan Judicial Review
Terhadap Peraturan Daerah Sebagai Implementasi Unsur-Unsur
Negara Hukum”, Jurnal Ilmiah Galuh Justisi, Volume 10 Nomor 1,
Maret 2022.
Wadi D. Haddad dan Alexandra Draxler, eds., Technologies for Education:
Potentials, Parameters, and Prospects (Paris: UNESCO dan
Washington, DC: AED, 2002).
Widya Kurniati Mohi dan Nuzlan Botutihe, “Strategi Pemerintah Daerah
dalam Meningkatkan Pelayanan Pada Masyarakat Melalui Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik”, Publik, Jurnal Ilmu Administrasi,
Volume 9 Nomor 2, Desember 2020.
https://radarmadiun.jawapos.com/madiun/802967498/kota-madiun-
panen-penghargaan-lagi-maidi-dianugerahi-kepala-daerah-peduli-
sensor-mandiri diakses pada 10 Januari 2024.
https://dashboard.madiunkota.go.id/?
z=jumlah_pengguna_wifi_bulan_juli_2023 diakses pada 10 Januari
2024.

61

Anda mungkin juga menyukai