Hasil Rapat R.13 - NA Pengelolaan Dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Kirim Wali Kota
Hasil Rapat R.13 - NA Pengelolaan Dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Kirim Wali Kota
Hasil Rapat R.13 - NA Pengelolaan Dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Kirim Wali Kota
17 Feb 2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Teknologi diciptakan bertujuan untuk
mempermudah kehidupan segala aktifitas dan kebutuhan manusia 1.
Salah satu bidang teknologi yang berkembang adalah teknologi
informasi dan komunikasi. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) memiliki dampak yang signifikan pada berbagai sektor
kehidupan, termasuk bisnis, pendidikan, kesehatan, pemerintahan, dan
masyarakat umum.
Pemanfaatan TIK menghasilkan efisiensi Operasional dalam sektor
ekonomi maupun pemerintahan. Masyarakat maupun badan usaha
dapat menggunakan sistem informasi untuk mengitegrasikan berbagai
proses dalam Perusahaan, mulai dari penyediaan bahan baku,
managemen inventaris, produksi, hingga sektor keuangan. Pemerintan
daerah dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada Masyarakat juga
dapat menggunakan sistem TIK. Proses administrasi dan layanan publik
dapat ditingkatkan dan bekerja lebih efektif dengan menggunakan
sistem e-government, akses informasi dan penelusuran data lebih mudah
dan cepat.
TIK juga berbanfaat untuk membuka akses informasi. Media
internet memiliki manfaat yang sangat besar. Penyebaran informasi
melalui berita, website, media sosial, dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat. Sistem pemerintahan menjadi lebih terbuka karena
masyarakat dapat mengakses dengan mudah.
Wali Kota Madiun menangkap pentingnya akses internet bagi
Masyarakat di kota Madiun, sehingga Kota Madiun menyediakan wifii
gratis sebanyak 2.900 (dua ribu Sembilan ratus) titik yang terletak di
sekolah, puskesmas, lapak UMKM, poskamling, ruang terbuka hijau
(RTH) dan fasilitas umum di lingkungan RT2. Sarana wifii gratis yang
disediakan oleh Pemerintah Kota Madiun dimanfaatkan dengan baik
oleh masyarakat. Jumlah pengguna wifii gratis yang disediakan oleh
1
Haris Budiman, “Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan”, Al-Tadzkiyyah “ Jurnal
Pendidikan Islam, Volume 8 Nomor I, 2017, hlm. 32.
2
https://radarmadiun.jawapos.com/madiun/802967498/kota-madiun-panen-penghargaan-lagi-maidi-
dianugerahi-kepala-daerah-peduli-sensor-mandiri diakses pada 10 Januari 2024.
1
Doc. 17 Feb 2024
2
Doc. 17 Feb 2024
4
Mahakrisna Giri Prawira, Ananda Chrisna D. Panjaitan dan AA Poetri Paranity, “Implementasi Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik Di Pemenerintah Kabupaten Tabanan”, Jurnal Raad Kerta, Volume 6, Nomor
1, Pebruari 2023-Juli 2023, hlm. 83.
5
Widya Kurniati Mohi dan Nuzlan Botutihe, “Strategi Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Pelayanan Pada
Masyarakat Melalui Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik”, Publik, Jurnal Ilmu Administrasi, Volume 9
Nomor 2, Desember 2020, hlm. 117.
6
Lampiran Peraturan Presiden Nomor 132 Tahun 2022 tentang Arsitektur Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik Nasional, hlm. 3.
7
Assaf Arief dan Muhammad Yunus Abbas, “Kajian Literatur (Systematic Literature Review) : Kendala
Penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)”, PORtek : Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, Volume 8,
Nomor 1, Mei 2021, hlm. 2.
8
Ibid., hlm. 4.
9
Ibid., hlm. 5.
3
Doc. 17 Feb 2024
4
Doc. 17 Feb 2024
B. Identifikasi Masalah
Berpijak pada latar belakang tersebut maka beberapa
permasalahan yang akan dimuat dalam Naskah Akademik ini adalah:
1. permasalahan apa yang dihadapi dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat berkenaan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan Teknologi Informasi dan KomunikasiTIK serta
bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi?
2. mengapa perlu dilakukan perancangan peraturan daerah sebagai
dasar pemecahan masalah pengaturan mengenai pengelolaan dan
pemanfaatan Teknologi Informasi dan KomunikasiTIK, yang berarti
membenarkan pelibatan pemerintah daerah cq. negara dalam
penyelesaian masalah tersebut?
3. apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis,
dan yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah mengenai
5
Doc. 17 Feb 2024
6
Doc. 17 Feb 2024
D. Metode
Penyusunan naskah akademik pada dasarnya merupakan suatu
kegiatan penelitian pada disiplin ilmu hukum, sehingga metode
penyusunannya berbasiskan pada metode penelitian hukum. Penelitian
hukum dapat dilakukan melalui metode yuridis normatif dan metode
yuridis empiris. Metode yuridis empiris dikenal juga dengan penelitian
sosiolegal11.
Mengenai metode yuridis normatif dilakukan melalui studi
pustaka yang menelaah beragam bahan hukum, terutama bahan
hukum primer maupun bahan hukum sekunder, berupa peraturan
perundang-undangan atau dokumen hukum terkait, serta hasil
penelitian, hasil pengkajian, dan referensi lainnya. Sementara itu,
metode yuridis empiris atau sosiolegal adalah penelitian yang diawali
dengan penelitian normatif atau penelaahan terhadap peraturan
perundang-undangan (normatif) yang dilanjutkan dengan wawancara
mendalam, diskusi (focus group discussion), dan rapat dengar pendapat
untuk mendapatkan data faktor nonhukum yang terkait dan yang
berpengaruh terhadap peraturan daerah yang diteliti.
Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun naskah
akademik dimaksud, merupakan langkah untuk melakukan eksplorasi
bahan hukum dan realitas sosial yang akan diakomodasikan dalam
produk hukum peraturan daerah nantinya. Adapun metode penelitian
dilakukan dengan tipe yuridis normatif ditopang dengan berbagai
informasi dari para pihak termasuk elemen masyarakat di Kota Madiun
melalui diskusi (focus group discussion), wawancara mendalam, serta
mendengar pendapat narasumber atau para ahli. Wawancara dilakukan
melalui diskusi langsung dengan nara sumber maupun dalam FGD
diskusi (focus group discussion) dengan berbagai pemangku kepentingan
pengelolaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK
11
Esmi Warassih, 2007, Bahan Kuliah Metodologi Penelitian Hukum, Yogyakarta: Program
Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, hlm.8.
7
Doc. 17 Feb 2024
12
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Prenada Media, 2005, hlm.90.
8
Doc. 17 Feb 2024
9
Doc. 17 Feb 2024
10
Doc. 17 Feb 2024
11
Doc. 17 Feb 2024
E.
13
Ibid, hlm. 94
12
Doc. 17 Feb 2024
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. Kajian Teoretis
1. Prinsip Pelayanan Publik
Pelayanan publik memiliki prinsip dalam penyelenggaraan
pelayanan menurut PERMENPAN Nomor 36 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan, Penetapan, dan Penerapan Standar
Pelayanan yaitu:
a. konsistensi;
b. partisipatif;
c. akuntabel;
d. berkesinambungan;
e. transparansi; dan
f. keadilan.
Konsistensi merupakan bentuk kepastian hukum dalam
pelayanan publik dan memberikan kedudukan yang sama kepada
seluruh anggota masyarakat. Konsistensi ini diterapkan dalam
penyusunan dan penerapan standar pelayanan harus
memperhatikan ketetapan dalam mentaati waktu, prosedur,
persyaratan, dan penetapan biaya pelayanan yang terjangkau.
Aktivitas penyelenggaraan pelayanan publik harus berjalan optimal
dan konsisten sesuai dengan standar pelayanan yang telah
ditetapkan14.
Strandar partisipatif dalam penyusunan Standar pelayanan
dengan melibatkan masyarakat dan pihak terkait untuk membahas
bersama dan mendapatkan keselarasan atas dasar komitmen atau
hasil kesepakatan. Partisipasi masyarakat dapat dilaksanakan
dengan membuka ruang diskusi pada saat penyusunan kebijakan,
maupun membuka ruang penyampaian asprirasi, keluhan, dan
pengaduan dari masyarakat15.
Akuntabel merupakan hal yang diatur dalam standar pelayanan
dimana harus dapat dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan
secara konsisten kepada pihak yang berkepentingan16. Akuntabilitas
14
Lampiran Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 36
Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan, Penetapan dan Penerapan Standar Pelayanan, hlm. 4.
15
Ibid, hlm 24.
16
Ibid, hlm. 4.
13
Doc. 17 Feb 2024
14
Doc. 17 Feb 2024
19
Richardus Eko Indrajit, 2002, Electronic Government: Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem
Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital, Yogyakarta: Andi, hlm. 2.
20
Ibid.
21
Diah Rachma Aprianty, “Penerapan Kebijakan E-Government Dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Publik di
Kantor KEcamatan Sambutan Kota Samarinda”, eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 4, Nomor 4, 2016, hlm.
1593.
15
Doc. 17 Feb 2024
22
Richardus Eko Indrajit, Electronic Government : Konsep Pelayanan Public Berbasis Internet dan Teknologi
Informasi, APTIKOM, 2006.
23
Fang, Zhiyuan, “E-government in Digital Era: Concept, Practice, and Development”, International Journal of
The Computer, The Internet and Management, Vol 10, No. 2, 2002.
16
Doc. 17 Feb 2024
3. Manfaat E-Government
E-Government bertujuan memberikan layanan publik yang lebih
baik, meningkatkan hubungan antara Pemerintah dan Pemerintah
Daerah dengan bisnis, industri, dan masyarakat, serta meningkatkan
peran serta masyarakat dalam peningkatan efisiensi manajemen
pemerintahan. Pemerintah akan menyebarkan informasinya dan
melakukan interaksi dengan masyarakat, dunia bisnis, dan juga
17
Doc. 17 Feb 2024
18
Doc. 17 Feb 2024
19
Doc. 17 Feb 2024
pemanfaatan TIK yang tinggi. Sektor Bisnis dan industri adalah yang
paling diuntungkan dari revolusi informasi. Pembangunan SDM dan
infrastruktur TIK telah berperan dalam meninggikan tingkat
pertumbuhan ekonomi.
Dampak perubahan dari TIK sangat terlihat pada sektor Usaha
menengah, Kecil dan mikro (UMKM). Dengan menggunakan TIK,
usaha kecil telah mampu memperbaiki efisiensi operasi bisnis
internal dengan mengurangi biaya terkait komunikasi internal dan
komunikasi eksternal dengan konsumen; menjangkau pasar yang
baru, mengembangkan basis konsumen global dan meningkatkan
volume permintaan; memperbaiki manajemen inventaris,
menghilangkan kebutuhan tempat usaha yang strategis, mengurangi
pemborosan serta pada akhirnya meningkatkan keuntungan.
Walaupun Negara telah menganggarkan pembangunan
infrastruktur komunikasi untuk pertumbuhan ekonomi, insentif
terbesar yang bisa diberikan pemerintah bagi UMKM yang
menggunakan TIK untuk meningkatkan produktivitas ialah dengan
menghilangkan hambatan dan menciptakan lingkungan kondusif
melalui perizinan dan persyaratan hukum yang lebih sederhana,
menyediakan pelatihan keahlian bisnis beserta pembiayaannya,
menghubungkan UMKM ke perusahaan yang lebih besar, serta
mengurangi pajak.
Pertumbuhan industri dan sektor swasta yang didukung TIK
berkontribusi dalam pengentasan kemiskinan. Namun, masyarakat
miskin adalah golongan yang mendapat keuntungan paling kecil dari
jenis pembangunan seperti ini dibandingkan masyarakat mampu25.
Pemerintah Daerah perlu mengatasi masalah kemiskinan secara
langsung dan tidak hanya sekedar melalui intervensi ekonomi untuk
memungkinkan pertumbuhan yang kelak diharapkan memberikan
manfaat bagi orang miskin.
20
Doc. 17 Feb 2024
21
Doc. 17 Feb 2024
27
Wadi D. Haddad dan Alexandra Draxler, eds., Technologies for Education: Potentials, Parameters, and
Prospects (Paris: UNESCO dan Washington, DC: AED, 2002), hlm. 7
http://unesdoc.unesco.org/images/0011/001191/119129e.pdf.
28
Philip Wong, "Bhutan ‗Support for Teacher Education‘ Project," dalam ICT in Teacher Education: Case Studies
from the Asia-Pacific Region, ed. Ellie Meleisea (Bangkok: UNESCO, 2007),hlm. 3-9,
http://www.unescobkk.org/index.php?id=7035.
22
Doc. 17 Feb 2024
23
Doc. 17 Feb 2024
30
Daniel Kaufmann dan Aart Kraay, Governance and Growth: Causality which way? - Evidence for the World, in
brief (Washington, D.C.: World Bank Institute, 2003), 1,
http://www.worldbank.org/wbi/governance/pdf/growthgov_synth.pdf.
24
Doc. 17 Feb 2024
25
Doc. 17 Feb 2024
26
Doc. 17 Feb 2024
31
C.K. Allen, Law in The Making, (London: Oxford University Press, 1961), hlm. 467-468. Lon L. Fuller, The
Morality of Law, (New Haven and London: YaleUniversity Press, 1973), hlm. 39. P. Nicolai, Beginselen van
Behoorlijk Bestuur, (Deventer: Kluwer, 1990), hlm. 187. W.G. van der Velden, De Ontwikkeling van de
Wetgevingswetenschap, (Lelystad: Koninklijke Vermande B.V., 1988), hlm. 118-119. J.J. Oostenbrink,
“Rechtsvorming door Rechtshandhaving” dalam P. de Haan, Rechtsvorming in de Sociale Rechtsstaat”,
(Deventer: Kluwer, 1989), hlm. 51-55. H.J. van Eikema Hommes, De Elementaire Grondbegrippen der
Rechtswetenschap, (Deventer: Kluwer, 1972), hlm. 355-360. I.C. van der Vlies, Handboek Wetgeving, (Zwolle:
W.E.J. Tjeenk Willink, 1991), hlm. 150-180. Semua ini sudah terdapat dalam kajian yang dikembangkan dalam
Suparto Wijoyo, Refleksi Matarantai Pengaturan Hukum … Semua ini menandakan bahwa secara konseptual
masalah asas pembentukan peraturan perudang-undangan menjadi sangat penting dan harus diperhatikan
oleh para pembuat peraturan.
27
Doc. 17 Feb 2024
32
Taopik Iskandar dan Hendi Budiman, “Executive Review dan Judicial Review Terhadap Peraturan Daerah
Sebagai Implementasi Unsur-Unsur Negara Hukum”, Jurnal Ilmiah Galuh Justisi, Volume 10 Nomor 1, Maret
2022, hlm. 103.
28
Doc. 17 Feb 2024
2. Efektivitas
“Prinsip Efektivitas” merupakan kemampuan suatu tindakan atau
proses untuk mencapai hasil yang diinginkan atau tujuan yang telah
ditetapkan dengan efisien dan tepat waktu. Faktor yang
mempengaruhi efektivitas meliputi perencanaan yang baik,
pengelolaan sumber daya, koordinasi yang efisien, dan evaluasi
secara terus-menerus untuk melakukan penyesuaian jika
diperlukan. Dalam hal ini, efektivitas tidak hanya berkaitan dengan
mencapai tujuan, tetapi juga dengan melakukan hal yang tepat
untuk mencapai tujuan tersebut dengan cara yang paling efisien dan
efektif.
3. Keterpaduan
“Prinsip keterpaduan” adalah asas yang mendasari bahwa dalam
pelaksanaan pengelolaan E-Government di lingkungan Pemerintah
daerah diperlukan kesamaan pemahaman, keserempakan tindak,
dan keterpaduan langkah dari seluruh unsur. Keterpaduan
merupakan pengintegrasian sumber daya yang mendukung
pemanfaatan TIK.
4. Kesinambungan
“Prinsip Kesinambungan” merupakan keberlanjutan dan sistem
pemerintahan berbasis elektronik secara terencana, bertahap dan
terus menerus sesuai dengan perkembangannya.
5. Efisiensi
33
Penjelasan Pasal 10 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan.
29
Doc. 17 Feb 2024
6. Akuntabilitas
“Prinsip akuntabilitas” adalah asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari pengelolaan E-Government harus
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Akuntabilitas merupakan kejelasan
fungsi dan pertanggungjawaban dari pemanfaatan TIK.
7. Interoperabilitas
“Prinsip interoperabilitas” adalah asas yang mendorong Pemerintah
Daerah untuk saling berbagi dan mengintegrasikan informasi dan
proses kerjanya dengan memanfaatkan sekumpulan standar yang
baku dalam pengelolaan E-Government. Interoperabilitas
merupakan koordinasi dan kolaborasi antar Proses Bisnis dan antar
sistem elektronik, dalam rangka pertukaran data, informasi, atau
Layanan pemanfaatan TIK.
8. Keamanan
“Prinsip keamanan” adalah asas yang mengupayakan untuk
mengamankan data dan informasi terhadap berbagai ancaman yang
mungkin timbul. Keamanan merupakan kerahasiaan, keutuhan,
ketersediaan, keaslian, dan kenirsangkalan (nonrepudiation) sumber
daya yang mendukung pemanfaatan TIK.
34
Heryanto Monoarfa, “Efektivitas dan Efisiensi Penyelenggaraan Pelayanan Publik : Suatu Tinjauan Kinerja
Lembaga Pemerintahan”, tanpa tahun, hlm. 2.
30
Doc. 17 Feb 2024
31
Doc. 17 Feb 2024
32
Doc. 17 Feb 2024
33
Doc. 17 Feb 2024
34
Doc. 17 Feb 2024
35
Doc. 17 Feb 2024
36
Doc. 17 Feb 2024
37
Doc. 17 Feb 2024
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT
38
Doc. 17 Feb 2024
39
Doc. 17 Feb 2024
40
Doc. 17 Feb 2024
41
Doc. 17 Feb 2024
42
Doc. 17 Feb 2024
43
Doc. 17 Feb 2024
44
Doc. 17 Feb 2024
45
Doc. 17 Feb 2024
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan
pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana
kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari
Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 194535.
Dasar filosofis berkaitan dengan apa yang diharapkan dari
hukum, misalnya untuk menjamin keadilan, ketertiban, kesejahteraan
dan sebagainya. Cita hukum atau rechtsidee tersebut tumbuh dari
sistem nilai mereka mengenai baik atau buruk, pandangan terhadap
hubungan individu dan kemasyarakatan, tentang kebendaan,
kedudukan wanita dan sebagainya.
Cita hukum bersifat filosofis, artinya menyangkut pandangan
mengenai hakikat sesuatu. Hukum diharapkan mencerminkan sistem
nilai tersebut baik sebagai sarana mewujudkannya dalam tingkah laku
masyarakat. Nilai-nilai ini ada yang dibiarkan dalam masyarakat
sehingga setiap pembentukan hukum atau peraturan perundang-
undangan harus dapat menangkapnya setiap kali akan membentuk
hukum atau peraturan perundang-undangan. Akan tetapi adakalanya
sistem nilai tersebut telah terangkum dengan baik berupa teori-teori
filsafat maupun dalam doktrin (Pancasila).
Menurut Jimly Asshiddiqie, peraturan perundang-undangan selalu
mengandung norma-norma hukum yang diidealkan (ideal norms) oleh
suatu masyarakat ke arah mana cita-cita luhur kehidupan
bermasyarakat dan bernegara hendak diarahkan. Peraturan dapat
digambarkan sebagai cermin dari cita-cita kolektif suatu masyarakat
tentang nilai-nilai luhur dan filosofis yang hendak diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari melalui pelaksanaan peraturan perundang-
35
Lampiran I Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
46
Doc. 17 Feb 2024
47
Doc. 17 Feb 2024
B. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis
sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan
masalah dan kebutuhan masyarakat dan Pemerintah Daerah.
Terdapat dua landasan teoritis sebagai dasar sosiologis berlakunya
suatu kaidah hukum diadasarkan pada dua teori yaitu:
1. Teori kekuasaan, bahwa secara sosiologis kaidah hukum berlaku
karena paksaan penguasa, terlepas diterima atau tidak diterima oleh
masyarakat.
2. Teori pengakuan, kaidah hukum berlaku berdasarkan penerimaan
dari masyrakat tempat hukum itu berlaku.
Mendasarkan pada dua teori tersebut, maka efektifitas berlakunya
Perauturan (daerah) adalah bagaimana agar peraturan yang dibuat
berdasarkan kewenangan penyelenggara poemerintahan ini diterima dan
diakui serta ditaati oleh masyarakat. Untuk mewujudkan hal ini, maka
dalam proses penyusunan peraturan daerah ini diperlukan keterlibatan
dan partisipasi masyarakat melalui kegiatan FGD, dengar pendapat, dan
sosialisasi dalam penerapannya.
Fakta empiris yang dirumuskan dalam penyusunan draf raperda
inisiatif DPRD Kota Madiun tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi dituangkan dalam tujuan dan
sasaran pembangunan sistem informasi yang diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan dan permasalahan sosial di masyarakat 37.
Keragaman masyarakat mempengaruhi aspirasi, tingkat kebutuhan dan
37
Ibid, hlm. 171.
48
Doc. 17 Feb 2024
C. Landasan Yuridis
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi
permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang
akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat. Dalam sebuah negara hukum pada asasnya setiap
tindakan pemerintah harus dilakukan berdasarkan kewenangan yang
diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Suatu tindakan
pemerintahan yang dilakukan tanpa dasar kewenangan adalah
berakibat batal demi hukum.
49
Doc. 17 Feb 2024
50
Doc. 17 Feb 2024
51
Doc. 17 Feb 2024
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN PERATURAN DAERAH
52
Doc. 17 Feb 2024
53
Doc. 17 Feb 2024
dan ruang lingkup materi muatan yang akan termuat dalam Rancangan
Peraturan Daerah tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan TIK.
Muatan Materi Rancangan Peraturan Daerah Kota Madiun tentang
Pengelolaan dan Pemanfaatan TIK, sebagai berikut:
BAB I. KETENTUAN UMUM
Ketentuan umum yang dirumuskan dalam Raperda antara lain meliputi:
1. Daerah adalah Kota Madiun.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Madiun.
3. Wali Kota adalah Wali Kota Madiun.
4. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah Kota Madiun.
5. Teknologi Informasi dan Komunikasi yang selanjutnya disingkat TIK
adalah segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan,
pengelolaan, dan penyampaian atau pemindahan informasi antar
sarana/media.
6. Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang selanjutnya
disebut Pengelolaan TIK adalah segala kegiatan yang terkait dengan
perencanaan, pembangunan, pelaksanaan, Teknologi Informasi dan
Komunikasi.
7. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang selanjutnya
disebut Pemanfaatan TIK adalah segala kegiatan yang mendukung
upaya pelayanan internal pemerintah, pelayanan publik,
ketenteraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat, dan
penanggulangan bencana.
8. Data adalah data yang teridentifikasi atau dapat diidentifikasi secara
tersendiri atau dikombinasi dengan informasi lainnya baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui sistem elektronik atau
nonelektronik.
9. Interoperabilitas Data adalah kemampuan Sistem Elektronik dengan
Karakteristik yang berbeda untuk berbagi pakai Data dan informasi
secara terintegrasi dalam penyelenggaraan Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik.
10. Layanan Interoperabilitas Data yang selanjutnya disingkat LID
adalah layanan yang disediakan oleh instansi tertentu sesuai dengan
tugas dan wewenangnya untuk memberikan Interoperabilitas Data
secara andal, akuntabel, dan aman.
11. Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda
yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta,
maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca
54
Doc. 17 Feb 2024
55
Doc. 17 Feb 2024
d. Proses Bisnis;
e. data dan informasi;
f. Infrastruktur SPBE;
g. Aplikasi SPBE;
h. Keamanan SPBE; dan
i. Layanan SPBE.
Penyelenggaraan SPBE di Pemerintah Daerah bertujuan untuk
memberi panduan dalam integrasi Proses Bisnis, Data dan Informasi,
Infrastruktur SPBE, Aplikasi SPBE, Keamanan SPBE; dan Layanan
SPBE.
56
Doc. 17 Feb 2024
57
Doc. 17 Feb 2024
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
1. Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
merupakan sarana dalam melaksanakan kewajiban Pemerintah
Daerah dalam memenuhi pelayanan publik kepada masyarakat, yang
dalam pelaksanaannya memerlukan pengaturan dalam Peraturan
Daerah agar program Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi dapat berjalan dengan baik dan terjaga
kelanjutannya.
2. Peraturan Daerah Kota Madiun tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi akan menjadi pedoman kerja
bagi Perangkat Daerah, Masyarakat, dalam mengelola data, informasi
serta pelayanan publik kepada masyarakat.
3. Peraturan Daerah Kota Madiun tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi telah mempertimbangan aspek
filosofis, sosiologis dan yuridis, sebagai berikut :
a. memberikan jaminan berupa kepada masyarakat kota Madiun
memperoleh kemudahan akses terhadap data dan informasi terkait
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, kemudahan
mendapat pelayanan publik sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan.
b. Kota Madiun telah mencanangkan dan melaksanakan program
Smart City. Dalam penerapannya, Kota Madiun tidak hanya fokus
pada digitalisasi maupun teknologi informasi (TI) saja. Namun,
juga membangun karakter cerdas dalam tata kelola Kota dan
sumber daya manusia. program Smart City memberikan manfaat
kepada masyarakat.
c. Rancangan Peraturan Daerah ini memiliki semangat yang sama
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008
Tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
112, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5038);
58
Doc. 17 Feb 2024
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas maupun masukan dari berbagai
kalangan pihak terkait (stakeholders) dalam basis good governance,
maka disarankan agar disusun dan disahkan Rancangan Peraturan
Daerah Kota Madiun tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi.
59
Doc. 17 Feb 2024
DAFTAR PUSTAKA
Anne G. Ekeland, Alison Bowes, dan Signe Flottorp, “Effectiveness of
Telemedicine : A Systematic Review of Reviews”, International Journal
of Medical Informatics, Volume 79, Issue 11, November 2010
Assaf Arief dan Muhammad Yunus Abbas, “Kajian Literatur (Systematic
Literature Review) : Kendala Penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik (SPBE)”, PORtek : Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, Volume 8,
Nomor 1, Mei 2021.
C.K. Allen, Law in The Making, (London: Oxford University Press, 1961)
Daniel Kaufmann dan Aart Kraay, Governance and Growth: Causality which
way? - Evidence for the World, in brief (Washington, D.C.: World Bank
Institute, 2003), 1,
http://www.worldbank.org/wbi/governance/pdf/growthgov_synth.pdf
.
Diah Rachma Aprianty, “Penerapan Kebijakan E-Government Dalam
Peningkatan Mutu Pelayanan Publik di Kantor KEcamatan Sambutan
Kota Samarinda”, eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 4, Nomor 4,
2016.
Esmi Warassih, 2007, Bahan Kuliah Metodologi Penelitian Hukum,
Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia.
Fang, Zhiyuan, “E-government in Digital Era: Concept, Practice, and
Development”, International Journal of The Computer, The Internet
and Management, Vol 10, No. 2, 2002.
Haris Budiman, “Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
Pendidikan”, Al-Tadzkiyyah “ Jurnal Pendidikan Islam, Volume 8
Nomor I, 2017.
Heriyanto, “Urgensi Penerapan E-Government Dalam Pelayanan Publik”,
Musamus Journal Of Public Administration, Volume 4 , Nomor 2, 2022.
Mahakrisna Giri Prawira, Ananda Chrisna D. Panjaitan dan AA Poetri
Paranity, “Implementasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik Di
Pemenerintah Kabupaten Tabanan”, Jurnal Raad Kerta, Volume 6,
Nomor 1, Pebruari 2023-Juli 2023.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Prenada Media, 2005.
Philip Wong, "Bhutan ‗Support for Teacher Education‘ Project," dalam ICT in
Teacher Education: Case Studies from the Asia-Pacific Region, ed. Ellie
Meleisea (Bangkok: UNESCO, 2007)
60
Doc. 17 Feb 2024
61