Perbaikan Laporan PKP Bab 1-3 Julaini

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL

PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL


(PKP)

PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
PADA SISWA KELAS I SDN 47 KODO KOTA BIMA
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) PDGK 4501 dan Salah Satu
Syarat dalam Memenuhi Tugas Akhir pada Program S-1 PGSD

Disusun oleh :

NAMA : JULAINI
NIM : 859143359

UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) MATARAM
POKJAR KOTA BIMA
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala


pengetahuan dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Untuk
meningkatkan kualitas pendidikan bukanlah suatu hal yang mudah
dilaksanakan karena ada faktor yang mempengaruhi. Dengan demikian siswa
diharapkan dapat meningkatkan keterlibatannya dalam kegiatan pembelajaran
dan tentunya dapat meningkatkan pemahamannya sendiri terhadap materi sifat-
sifat bangun datar. Oleh karena itu pendidikan memegang peranan yang sangat
penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara yaitu untuk
menciptakan masyarakat yang cerdas dan pintar.

Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan sebuah


bangsa, karena dengan pendidikan sebuah bangsa akan mencapai kemajuan,
baik dalam pengembangan sumber daya manusia maupun pada
pengelolaannya. Fungsi pendidikan adalah membimbing siswa ke arah suatu
tujuan yang di nilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah sutu usaha yang
berhasil membawa semua peserta didik kepada tujuan tersebut.
Hakikat pendidikan tidak akan terwujud tanpa adanya kerja sama antara
lembaga-lembaga pendidikan, lembaga pendidikan tersebut yaitu keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Di antara lembaga pendidikan tersebut yang potensial
memiliki peranan dalam pembinaan generasi muda secara terencana dan
terstruktur adalah sekolah.
Dewasa ini, dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan
sebagai penerima pesan, karena bisa saja siswa bertindak sebagaipenyampai
pesan. Kondisi seperti ini biasa disebut dengan komunikasi dua arah. Dalam
proses pembelajaran manapun media sangat dibutuhkan untuk lebih
meningkatkan tingkat keefektifan pendacapaian tujuan pembelajaran, karena

2
proses pembelajaran akan terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan
dan penyalur pesan sehingga dapat merangsang pikiran dan minat belajar siswa.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah tidak telepas dari tiga
proses penting, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Tiga proses ini
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan akhir pembelajaran yaitu penguasaan,
pengetahuan, keterampilan dan sikap..
Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran antara lain
dipengaruhi oleh kesiapan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Proses belajar mengajar melalui interaksi guru dan siswa, siswa dan
antara siswa dan guru secara tidak langsung menyangkut berbagai komponen
lain yang saling terkait menjadi suatu sistem yang utuh. Pemerolehan hasil
belajar sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan dalam proses belajar
mengajar yang berlangsung. Interaksi antara guru dan peserta didik pada saat
proses pembelajaran memegang peran penting dalam mencapai tujuan yang
diinginkan.
Pada pelajaran Matematika, guru dalam mengajarkannya perlu memiliki
strategi pembelajaran yang tepat. Selain itu agar pelajaran Matematika dapat
diserap dengan baik oleh siswa maka perlu menerapkan salah satu model atau
metode pembelajaran yang dipandang tepat untuk mengatasi masalah yang ada
dalam proses pembelajaran di sekolah, dan guru dapat membuat program
pembelajaran dengan memanfaatkan media pembelajaran yang tepat sehingga
diharapkan dapat meningkatkan hasil pembelajaran.
Keterampilan bahasa yang meliputi keterampilan mendengar, menulis,
membaca dan berbicara adalah keterampilan yang harus dimiliki siswa
terutama siswa sekolah dasar (SD). Secara teoretis menulis merupakan alat
berkomunikasi dan alat untuk memperluas ilmu pengetahuan. Menulis juga
merupakan satu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Proses kegiatan belajar mengajar (KBM) mata pelajaran Matematika
juga harus selalu ditingkatkan efektif dan efisiensinya. Dengan diadakannnya
kegiatan pendidikan di sekolah, dalam usaha guru meningkatkan mutu dan
kualitas isi pelajaran, maka kadang-kadang menyita waktu siswa untuk

3
melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Untuk meminimalisir
kegiatan tersebut guru perlu kiranya memberikan tugas-tugas di luar dari pada
jam pelajaran. Dengan demikian perlu diberikan tugas-tugas sebagai selingan
untuk variasi metode penyajian. Tugas semacam itu dapat dikerjakan di luar
jam pelajaran, baik di rumah maupun sebelum pulang, sehingga dapat
dikerjakan secara bersama-sama dengan teman sekelas.
Dalam memberikan tugas kepada siswa, guru diharuskan memeriksa
dan memberi nilai. Rostiyah (2011:113) berpendapat bahwa dengan
melakukan asesmen tugas yang ditugaskan kepada siswa, akan memberi
motivasi belajar siswa. Setiap manusia tentu telah memiliki tugas dan
tanggung jawab masing-masing, sebab barang tentu tugas yang diberikan
adalah yang berhubungan dengan topik yang sedang dan atau dipelajarai.
Metode Pemberian tugas sebagai salah satu metode pembelajaran yang
memperhatikan kesiapan siswa yaitu melalui pemberian tugas. Selain itu siswa
juga dapat lebih aktif dalam pembelajaran yaitu melalui diskusi atau tanya
jawab sebagai wujud pertan ggung jawaban atas tugas yang telah dikerjakan
sebelumnya.
Terkait dengan pembelajaran Matematika terdapat beberapa
permasalahan yang saya temui di kelas 1 SDN 47 Kodo Kota Bima yaitu
atusiasme siswa dalam belajar masih rendah. Hal ini tampak ketika siswa
memasuki ruangan kelas dan saat dimulainya proses pembelajaran siswa
kurang bersemangat dan merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran
Matematika. Gejala-gejala tersebut ditunjukkan dengan beberapa sikap siswa
seperti sering keluar masuk kelas, sering mengobrol ketika pembelajaran
berlangsung, ketersediaan dan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru
dalam proses belajar, metode belajar siswa hanya menggunakan ceramah saja
cenderung siswa menjadi pasif dan kurang aktif dalam mengikuti
pembelajaran, kurangnya pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan
guru sehingga masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu nilai 70 untuk mencapai nilai ketuntasan
pada pembelajaran Matematika.

4
Faktor lain yang menyebabkan prestasi siswa selama ini belum sesuai
dengan standar KKM yaitu dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik
selama dalam menyampaikan materi pembelajaran hanya dengan
menggunakan metode konvesional, harus ada metode yang cocok untuk lebih
mempertajam kefokusan perhatian mereka terhadap mata pelajaran
Matematika. Guru harus bisa membangun semangat dan motivasi siswa karena
terkadang siswa cenderung merasa bosan dan jenuh, tidak begitu tertarik
dengan pelajaran Matematika.
Dari itu penulis bermaksud meneliti masalah tersebut dengan konsep
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penilitian tindakan (action research)
yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di
kelasnya dengan mengangkat judul: “Penerapan metode pemberian tugas
untuk meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa Kelas I SDN 47
Kodo Kota Bima Tahun Pelajaran 2020/2021”.

1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat
diidentifikasikan adalah sebagai berikut:
a. Penyampaian materi pelajaran yang masih konvesional
b. Pembelajaran yang cenderung menonton
c. Siswa sering ngomong sendiri
d. Semangat dan motivasi siswa dalam menerima pelajaran rendah

2. Analisis Masalah
Faktor penyebab masalah pada Pembelajaran Matematika, pada
materi yang dipelajari adalah :
a. Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan kebutuan siswa
b. Penggunaan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang
bervariasi dan kurang tepat.
c. Perhatian siswa yang masih kurang dalam pembelajaran yang
berlangsung.
d. Pemberian motivasi kepada siswa masih kurang

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

5
Adapun langkah yang diambil peneliti sebagai alternatif dan
prioritas pemecahan masalah sebagai bentuk penyelesaian masalah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa antara lain :

a. Penggunaan dan pemilihan metode pembelajaran yang tepat


b. Menerapkan Metode Pemberian tugas agar siswa bisa lebih fokus
c. Pelajaran tidak boleh didominasi oleh guru dan tidak berpaku pada buku
panduan.
d. Memaksimalkan pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan siswa
yang rendah dalam mengikuti mata pelajaran
e. Memberikan motivasi belajar agar siswa bisa meningkatkan prestasi
atau hasil belajarnya.

Penerapan metode pemberian tugas ini didasari oleh menurunnya


hasil belajar siswa, bahkan ada banyak siswa yang mendapat nilai di
bawah standar pada mata pelajaran Matematika. Permasalah inilah yang
memotivasi guru untuk mencari solusi dan alternatif yang tepat untuk
menyelesaikan masalah dalam pembelajaran Matematika yaitu dengan
menerapkan metode pemberian tugas. Menurut Mulyasa, (2012) metode
pemberian tugas merupakan cara penyajian bahan pelajaran. Pada
metode ini guru memberikan seperangkat tugas yang harus dikerjakan
peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa


persoalan yang perlu diteliti sebagai berikut;
“Bagaimanakah penerapan metode pemberian tugas dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa Kelas I SDN 47 Kodo
Kota Bima Tahun Pelajaran 2020/2021?”.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui sejauh mana penerapan metode pemberian tugas

6
dapat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika Kelas I SDN 47 Kodo Kota Bima Tahun Pelajaran
2020/2021.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat dalam
pelaksanaan pembelajaran di SDN 47 Kodo Kota Bima, khususnya pada
kegiatan pembelajaran Matematika, diantaranya adalah untuk:

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dalam terutama dalam hal meSnentukan waktu terutama
tentang menggunakan waktu dan panjang, sebagai bagian dalam mencari
alternatif model pembelajaran Matematika dan diharapkan dapat
mengembangkan wawasan baru bagi guru dalam membelajarkan
keterampilan kepada siswa.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat praktis bagi guru,
siswa dan peneliti.
a. Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru,
meningkatkan kretivitas, keterampilan menulis siswa, dan meningkatkan
hasil belajar siswa.
b. Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memacu kreativitas dan memberikan
alternatif guru dalam mengoptimalkan penggunaan metode
pembelajaran, khususnya penggunaan Metode Pemberian tugas.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai
Metode Pemberian tugas dan mampu menjadikan kita sebagai guru yang
profesional.
c. Sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka
perbaikan proses Pembelajaran Matematika sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.

7
d. Peneliti
Dengan melakuan penelitian ini peneliti bisa menambah wawasan
keintelektualan tentang cara penggunaan Metode Pemberian tugas
dengan baik.

8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Metode Pemberian tugas
a. Pengertian Metode Pemberian tugas
Pengertian Metode Pemberian tugas atau metode adalah cara dalam
proses belajar mengajar dengan jalan memberi tugas kepada siswa.
Metode Pemberian tugas sebagai salah satu metode pembelajaran yang
memperhatikan kesiapan siswa yaitu melalui pemberian tugas. Menurut
Werkanis (2013:21) metode pemberian tugas merupakan cara mengajar
dengan kegiatan perencanaan antara siswa dan guru mengenai suatu
pokok bahasan yang harus diselesaikan oleh siswa dalam waktu tertentu
yang telah disepakati. Metode ini diberikan karena dapat merangsang
anak untuk aktif belajar, baik secara individual, maupun secara
kelompok. Selain itu siswa juga dapat lebih aktif dalam pembelajaran
yaitu melalui diskusi atau tanya jawab sebagai wujud pertanggung
jawaban atas tugas yang telah dikerjakan sebelumnya.
Salah satu strategi belajar Matematika yang baik adalah
memperbesar frekuensi pengulangan materi dengan memperbanyak
latihan soal-soal sehingga menjadi suatu keterampilan yang dapat
melatih diri mendayagunakan pikiran, sehingga akan membangun
karakter positif dari siswa tersebut.
b. Pengertian Metode Pemberian tugas menurut Para Ahli
1. Rosdayati (2011:91) mengemukakan bahwa Metode Pemberian
tugas adalah sebagai salah satu metode pembelajaran yang
memperhatikan kesiapan siswa yaitu melalui pemberian tugas.
Selain itu siswa juga dapat lebih aktif dalam pembelajaran yaitu
melalui diskusi atau tanya jawab sebagai wujud pertanggung
jawaban atas tugas yang telah dikerjakan sebelumnya.
2. Slameto (2012:115) mengemukakan : Metode Pemberian tugas

9
terstruktur adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan
memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan dalam rentangan
waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggung jawabkan kepada
guru.
3. Carol (2013:76) berpendapat bahwa metode pemberian tugas adalah
metode penyajian dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa
melakukan kegiatan belajar. Tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat
dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, laboratorium dan di rumah
siswa itu sendiri.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Metode Pemberian
tugas adalah pemberian tugas kepada siswa di luar jadwal sekolah atau
diluar jadwal pelajaran yang pada akhirnya dipertanggung jawabkan
kepada guru yang bersangkutan.

c. Jenis-jenis Penugasan yang diberikan kepada siswa :


1. Tugas membuat rangkuman
2. Tugas membuat makalah
3. Menyelesaikan soal
4. Tugas mengadakan observasi
5. Tugas mempraktekkan sesuatu
6. Tugas mendemonstrasikan

d. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pendekatan pelaksanaan


dalam Metode pemberian tugas atau penugasan.
1. Tugas yang ingin diberikan harus jelas dan terarah
2. Durasi waktu penyelesaian tugas juga harus jelas.
3. Diberikan petunjuk cara mengerjakan atau contoh soal terlebih
dahulu supaya siswa lebih paham cara pengerjaannya.
4. Guru harus memberikan bimbingan utamanya kepada siswa yang
mengalami kesulitan belajar atau salah arah dalam mengerjakan
tugas.
5. Memberi dorongan terutama bagi siswa yang lambat atau kurang
bergairah mengerjakan tugas.

10
e. Tujuan penggunaan Metode Pemberian tugas:
1. Menumbuhkan proses pembelajaran yang eksploratif
2. Mendorong perilaku kreatif
3. Membiasakan berpikir komprehensif
4. Memupuk kemandirian dalam proses pembelajaran

f. Manfaat penggunaan Metode Pemberian tugas


1. Menumbuhkan kebiasaan belajar secara mandiri dalam lingkungan
bersama (kolektif) maupun sendiri
2. Melatih cara mencari informasi secara langsung dari sumber belajar
yang terdapat di lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat
3. Menumbuhkan suasana pembelajaran yang menggairahkan
(rekreatif)

g. Prosedur penggunaan Metode Pemberian tugas


Adapaun prosedur penggunaan Metode Pemberian tugas yang
perlu diperhatikan dalam melakukan pengajaran antara lain :
1. Memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah
diterima
2. Melatih siswa ke arah belajar mandiri, dapat membagi waktu secara
teratur
3. Memanfaatkan waktu luang
4. Melatih untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk
menyelesaikan tugas dan memperkaya pengalaman di sekolah
melalau kegiatan di luar kelas.

h. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemberian tugas


1. Kelebihan Metode Pemberian tugas antara lain:
a. Tugas lebih merangsang siswa untuk untuk belajar lebih
banyak , baik pada waktu di kelas maupun di luar kelas.
b. Metode ini dapat mengembangkan kemandiria siswa yang

11
diperlukan kehidupan kelak.
c. Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari
guru, lebih memperdalam , memperkaya atau memperluas
pandangan tentang apa yang dipelajari.
d. Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan
mengolah sendiri imformasi dan komunikasi.
e. Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar
karena kegiatan belajar dilakukan dengan berbagai variasi
sehingga tidak membosankan.
2. Kekurangan Metode Pemberian tugas antara lain:
a. Siswa sulit dikontrol, apa benar mengerjakan tugas ataukan
orang lain
b. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan
individu siswa.
c. Sering memberikan tugas yang monoton, sehingga dirasa
sering membosankan.

2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar

Sebelum membahas tentang pengertian hasil belajar. Maka kita


harus memahami pengertian belajar itu sendiri. Belajar menurut (Slameto
2014:2) dapat didefinisikan sebagai berikut:Belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Artinya belajar selalu menekankan pada
proses sehingga seseorang dapat merasakan adanya perubahan perilaku.
Belajar juga berarti tidak hanya dikelas saja melainkan sesuatu yang
mengakibatkan perubahan perilaku. Belajar adalah kegiatan yang berproses
dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan
setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Belajar menurut Benjamin Bloom (dalam Sagala, 2012: 33)
mencakup keseluruhan tujuan pendidikan yang dibagi menjadi tiga kawasan

12
(Domain) yaitu: (1) domain kognitif mencakup kemampuan intelektual
mengenal lingkungan yang terdiri atas enam macam kemampuan yaitu
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek kognitif mencakup: 1)
Pengetahuan (Knowledge) yaitu kemampuan mengingat bahan yang telah
dipelajari, 2) Pemahaman (Comprehension) yaitu kemampuan menangkap
pengertian, menterjemahkan, dan menefsirkan. 3) Penerapan (Aplication)
yaitu kemampuan menggunakan bahan yang telah dipelajari dalam situasi
baru dan nyata, 4) Analisis (Analisys) yaitu kemampuan menjabarkan
sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasinya dapat
dipahami, 5) Sintesis (Synthesis) yaitu kemampuan memadukan bagian-
bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti, 6) Penilaian (Evaluation)
yaitu kemampuan mengkaji nilai atau harga sesuatu, seperti pernyataan atau
laporan penelitian yang didasarkan pada suatu kriteria.
Menurut Crow (Dalam Sagala, 2014: 13) mengemukakan belajar
adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan
sikap-sikap. Belajar dikatakan berhasil manakala sesorang mampu
mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya, maka belajar seperti
ini disebut “Rote Learning” kemudian, jika yang telah dipelajari itu mampu
disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa sendiri, maka disebut “Over
Learning”.
Belajar merupakan kegiatan yang melibatkan seseorang dalam
upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif
melalui interaksi dengan lingkungannya dimana belajar meliputi 3 domain
didalam pembelajarannya. Menurut beberapa ahli atau pakar pendidikan
belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:
a. Menurut Sudjana (dalam Rusman,dkk 2010:5) belajar merupakan proses
melihat, mengamati, dan memahami sesuatu dimana kegiatan yang
dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa.

b. James O. Whitaker (dalam Rusman dkk 2013:8) “belajar adalah proses


dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan
pengalaman”. Sehingga dari kalimat tersebut mengandung makna bahwa
belajar adalah sebuah perubahan yang direncanakan secara sadar melalui

13
suatu program yang disusun untuk menghasilkan perubahan perilaku
positif tertentu. Intinya bahwa belajar adalah proses perubahan.

c. Belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan individu secara


keseluruhan, baik fisik maupun psikis, untuk mencapai suatu tujuan
(Darsono, 2010:32).

d. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan


serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya (Sardiman, 2011:22).
Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan
belajar, di mana pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar
adalah siswa yang berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi yang
berorientasi pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam proses pembelajaran akan
mencakup berbagai komponen lainnya, seperti media, kurikulum, dan
fasilitas pembelajaran.
Dari berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu
proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa
dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara
sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar.

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses


penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke
penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/ media dan penerima pesan
adalah komponen-komponen proses komunikasi. Proses yang akan
dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam
kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis
buku dan media.
Demikian pula kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar),
tetapi bukan berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif
sedang siswa pasif. Pembelajaran menuntut keaktifan kedua belah pihak
yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran. Jadi, jika pembelajaran

14
ditandai oleh keaktifan guru sedangkan siswa hanya pasif, maka pada
hakikatnya kegiatan itu hanya disebut mengajar. Demikian pula bila
pembelajaran di mana siswa yang aktif tanpa melibatkan keaktifan guru
untuk mengelolanya secara baik dan terarah, maka hanya disebut belajar.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menuntut keaktifan guru dan
siswa.
Hasil belajar merupakan tingkat puncak dari proses pembelajaran,
dimana hasil belajar adalah bukti yang didapatkan dari proses belajar. Guru
bertujuan agar bisa mengajarkan atau mentransformasikan ilmu serta
pengetahuannya ke pada murid dengan proses belajar mengajar. Dengan
harapan murid mendapatkan hasil pemahaman dari proses ini.
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan
pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha
sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang
positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses
belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di
kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar
tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 3).
Menurut (Sudjana, 2012: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito
(dalam Depdiknas, 2010: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan
belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang
relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat
itu, maka (Wahidmurni, dkk. 2011: 18) menjelaskan bahwa sesorang dapat
dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya
perubahan dalam dirinya. Perubahan- perubahan tersebut di antaranya dari
segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap
suatu objek. Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang
dalam taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain)

15
yaitu domain kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap,
dan domain psikomotor atau keterampilan.
Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana, 2012: 22)
mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain:
(1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem
lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir
seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan
masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional
dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan
bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal,
pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik
yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta
memprestasikan konsep dan lambang.
Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan
melakukan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat
sebagai pengumpul data yang disebut dengan instrumen penilaian hasil
belajar. Menurut (Wahidmurni, dkk. 2010: 28), instrumen dibagi menjadi
dua bagian besar, yakni tes dan non tes. Selanjutnya, menurut (Hamalik,
2012: 155), memberikan gambaran bahwa hasil belajar yang diperoleh
dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan
sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku
pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan
dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Berdasarkan konsepsi di atas, pengertian hasil belajar dapat
disimpulkan sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan
yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang
berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi
verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan
dengan sebelumnya.

16
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar
Hamalik (2011:32) menyebutkan yaitu ada “faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor pengalaman masa lampau, faktor
kesiapan belajar, faktor minat dan usaha, faktor fisiologis dan faktor
intelegensi”.
Menurut Uno Hamzah (2014:3) menyatakan bahwa “faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah faktor guru, siswa, kurikulum dan
lingkungan. Keempat faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Faktor Guru
Setiap guru memiliki pola mengajar sendiri-sendiri, pola mengajar
tercermin dalam tingkah laku pada waktu melaksanakan pengajaran.
Gaya mengajar yang dilakukan guru mencerminkan bagaimana
pelaksanaan pengajaran guru yang bersangkutan, yang dipengaruhi oleh
pandangannya sendiri tentang mengajar, konsep, psikologi, dan
kurikulum.
2) Faktor Siswa
Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun
kepribadian, kecakapan, yang dimiliki masing-masing itu meliputi,
kecakapan potensial maupun kecakapan yang diperoleh dari hasil belajar.
3) Faktor Kurikulum
Bahan-bahan pengajaran sebagai isi kurikulum mengacu kepada
tujuan yang hendak dicapai.
4) Faktor Lingkungan
Lingkungan meliputi keadaan ruangan, tata ruang dan berbagai situasi
fisik yang ada disekitar kelas atau sekitar tempat berlangsungnya proses
belajar mengajar.
Berdasarkan berbagai pernyataan tersebut, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal tersebut terdiri atas, faktor fisiologis psikologis, sedangkan
faktor eksternal terdiri atas faktor lingkungan (fisik dan sosial) dan faktor
instrumental (kurikulum, sarana-prasarana, guru, metode, media serta
manajemen).

17
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih
baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan
mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat
terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik hasil belajar
adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada
orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
mengerti menjadi mengerti.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka
studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif,
psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1) Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6
aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
penilaian.
2) Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima
jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,
organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3) Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda,
koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan
psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan
afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses
pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

18
B. Hipotesis Tindakan Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:96) hipotesis merupakan jawaban sementara


terhadap pertanyaan penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena
jawaban yang berikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.
Hipotesis dalam penelitian yang dilakukan di SD Negeri 47 Kodo Kota
Bima pada mata pelajaran Matematika bagi siswa Kelas I pada:
1. Penerapan Metode Pemberian tugas pada mata pelajaran Matematika Kelas
I dapat mencapai peningkatan hasil belajar sebesar 95,45%.
2. Penerapan Metode Pemberian tugas pada mata pelajaran Matematika Kelas
I dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

19
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subyek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu


1. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas I SDN 47 Kodo Kota
Bima yang berjumlah 20 orang Siswa. 8 orang siswa laki-laki 12 orang
siswa perempuan. Siswa di kelas ini dipilih sebagai subjek penelitian
karena ditemukan permasalahan-permasalahan seperti yang telah
dipaparkan pada latar belakang di atas.
2. Tempat
Penelitian tindakan kelas dalam perbaikan pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dilaksanakan di SDN 47 Kodo Kota
Bima Jalan Lintas Sape Kelurahan Kodo Kecamatan Rasanae Timur
Kota Bima.
3. Waktu Penelitian
Perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Matematika pada Siswa Kelas I di SDN 47 Kodo
Kota Bima.

Adapun jadwal dan waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran


adalah sebagai berikut:

a. Pra siklus pada hari Senin, 5 April 2021


b. Siklus I pada hari Senin, 12 April 2021
c. Siklus II pada hari Senin, 19 April 2021
4. Pihak yang Membantu
Adapun pihak yang membantu dalam pelaksanaan perbaikan
pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
a. Kepala SDN 47 Kodo Kota Bima : Ibu Maryani, S.Pd.SD
b. Pembimbing Supervisor 1 : Ibu Mariamah, S.Pd.I, M.Pd
c. Pembimbing Supervisor 2 : Ibu Hj. Siti Rahmah, S.Pd

20
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
1. Jenis Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Jenis penelitian perbaikan pembelajaran yang digunakan adalah
penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus
meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi)
dan refleksi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

Gambar Bagan 3.1 Desain Prosedur Pelaksanaan Perbaikan PTK

2. Prosedur Perbaikan PTK


Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka
prosedur penelitian ini sesuai dengan prosedur penelitian tindakan kelas
yang dilakukan dalam suatu proses berdaur/bersiklus. Setiap siklus
terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kemmis S. dan M.C. Tanggrat (dalam Karniti 2012:15)
yang menyatakan bahwa PTK adalah siklus refleksi diri yang berbentuk
spiral dalam rangka melakukan proses perbaikan terhadap kondisi yang

21
ada mencarikan solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan
dalam rangka menemukan cara-cara baru yang lebih baik dan lebih
efektif untuk mencapai hasil yang lebih optimal.
Berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang ada, penelitian
tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 2 (dua) siklus, setiap siklus
terdiri dari dua kali pertemuan dengan 4 (empat) fase, yaitu perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan dan refleksi terhadap
tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus yaitu:

1) Tahap perencanaan ( Planning )


Pada tahap perencanaan guru menyusun rancangan tindakan
yang menjelaskan tindakan atau hal-hal yang akan dilakukan
didalam kelas. Topik yang direncanakan meliputi:
a. Membuat rencana pembelajaran (RPP) dan Silabus
b. Penyajian materi pelajaran
c. Menyusun Instrumen Observasi
2) Tahap pelaksanaan ( Acting )
Tahap ini guru melaksanakan semua yang telah disiapkan pada
tahap perencanaan yang berhubungan dengan langkah–langkah
dalam pembelajaran dan kegiatan yang dilakukan bersama–sama
dengan siswa.
3) Tahap pengamatan ( Observing )
Pada tahap observasi ini observer yaitu kolaborator mengadakan
pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan hal–hal
yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung termasuk
membuat instrument seperti lembar observasi dan mengumpukan
hasil ulangan harian siswa.
4) Tahap refleksi ( Reflecting )
Pada tahap ini guru memberikan soal-soal untuk dikerjakan
siswa pada setiap akhir siklus pada proses pembelajaran. Namun
demikian, keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan penelitian
pada akhir siklus tertentu sepenuhnya bergantung pada hasil yang

22
dicapai pada siklus terakhir. Bila hasil yang dicapai telah memenuhi
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, maka penelitian
dihentikan dan apabila belum mencapai hasil sesuai dengan yang
diharapkan, maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya.

 Siklus Tindakan ke-I


a. Perencanaan
1. Menentukan tujuan pembelajaran
2. Menentukan judul pengamatan yang akan dilakukan
3. Menyiapkan bahan ajar
4. Merencanakan bagaimana langkah-langkah menyampaikan
pembelajaran
5. Koordinasi dengan teman sejawat
6. Menyusun rencana perbaikan siklus I, instrumen penilaian dan
instrumen observasi
b. Tindakan
1. Melaksanakan kegiatan perbaikan sesuai dengan rencana
perbaikan pada siklus I
2. Melakukan penilaian proses pembelajaran
3. Observasi pelaksanaan tindakan oleh teman sejawat
c. Pengamatan
Pada tahap ini semua kegiatan dalam kegiatan perbaikan
pembelajaran dicatat oleh teman sejawat pada lembar observasi yang
sudah disediakan, dengan tujuan untuk mencari kelemahan dan
kekurangan pada siklus I.
d. Refleksi
Pada tahap ini guru memberikan soal-soal untuk dikerjakan
siswa pada setiap akhir siklus pada proses pembelajaran.
 Siklus Tindakan ke-II
a. Perencanaan
1. Mempersiapkan bahan dan alat untuk melaksanakan pengamatan

23
2. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus II sebagai
rencana penyempurnaan dari siklus I
3. Menyiapkan kembali instrumen penilaian dan instrumen observasi.
b. Tindakan
Melakukan simulasi pembelajaran yang didasarkan pada metode
diskusi pada pembelajaran Matematika yang telah dirancang pada
tahap perencanaan
c. Pengamatan
Peneliti dibantu teman sejawat melakukan kembali
perekaman/video data semua aktifitas dalam pelaksanaan kegiatan
perbaikan pembelajaran dan dicatat dalam instrument observasi.
d. Refleksi
Pada tahap ini guru memberikan soal-soal untuk dikerjakan
siswa pada akhir siklus guna mengetahui keberhasilan dari metode
pembelajaran diskusi.

C. Tekhnik Analisis Data


Menurut Sugiono (2010:335) “Analisis data adalah proses pengujian
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain”.
Menurut Arikunto (2010:219) “Teknik analisis data merupakan suatu cara
untuk mengolah data hasil penelitian guna memperoleh suatu simpulan”.
Bedasarkan keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknik
analisis data adalah cara untuk mengolah data hasil penelitian guna
memperoleh suatu simpulan.
1. Data Kualitatif
Analisis data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan lembar
observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui

24
perkembangan hasil belajar pada aspek sikap siswa dan kinerja guru
selama pembelajaran.
Analisis yang dilakukan terhadap data aktivitas belajar siswa
adalah sebagai berikut:

a. Metode Pemberian tugas


Metode Pemberian tugas di dalam pembelajaran diamati
menggunakan instrumen penilaian Metode Pemberian tugas. Untuk
mengumpulkan data-data selama perbaikan penelitian, peneliti
menggunakan instrument sebagai berikut :
1) Lembar Observasi
Observasi berarti pengamatan dengan tujuan tertentu, yaitu
untuk mengumpulkan data-data hasil perbaikan. Observasi dalam
penelitian tindakan kelas dilakukan terhadap guru sebagai peneliti
oleh kepala sekolah, dan pengamatan (observasi) terhadap siswa
sebagai subyek penelitian. Lembar observasi terhadap guru sebagai
peneliti adalah jurnal yang telah disediakan . Lembar observasi
untuk siswa sebagai subyek perbaikan penelitian adalah observasi
aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
2) Lembar Tes / Soal-soal Tes
Tes dilakukan pada saat penelitian dilakukan. Untuk
mengetahui hasil perbaikan pembelajaran, data-data dikumpulkan
melalui hasil tes pembelajaran. Tes pembelajaran berupa soal-soal
tes yang disusun dalam RPP (Rencana Perbaikan Pembelajaran)
setiap siklus. Hasil tes pembelajaran dimasukkan kedalam suatu
tabel, kemudian dideskripsikan sehingga diketahui peningkatan
perbaikan pembelajaran setiap siklus.

b. Hasil Belajar

1) Setiap aktivitas yang dilakukan oleh masing-masing siswa, diberi


skor sesuai dengan aspek yang diamati.
2) Setiap siswa memperoleh skor dari hasil diskusi yang dilakukan
sesuai dengan aspek yang diamati.

25
3) Skor yang diperoleh akan diolah ke dalam bentuk nilai.

Tabel 3.1. Persentase aktivitas diskusi siswa secara klasikal.

No. Tingkat keberhasilan (%) Kategori


1. ≥ 80 Sangat Aktif
2. 60 – 79 Aktif
3. 40 – 59 Cukup aktif
4. 20 – 39 Kurang aktif
5. < 20 Pasif
(Sumber: adaptasi Aqib, dkk. 2011: 41)

2. Data Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai
dinamika kemajuan kualitas belajar siswa dalam hubungannya dengan
penguasaan materi yang diajarkan guru. Nilai siswa akan dibandingkan
dengan nilai awal kemudian dihitung selisihnya, selisihnya itu yang
menjadi kemajuan atau kemunduran belajar siswa.

Tabel. 3.2 Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa


No. Tingkat ketuntasan Kategori
(%)
1. ≥ 80 Sangat tinggi
2. 60 – 79 Tinggi
3. 40 – 59 Sedang
4. 20 – 39 Rendah
5. < 20 Sangat
rendah
(Sumber: adaptasi Aqib, dkk 2011: 41)

26

Anda mungkin juga menyukai