Bab I

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Agama Islam merupakan Mata Pelajaran yang wajib
diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Hal ini dikarenakan Pendidikan
Agama Islam diharapkan mampu mengangkat moral dan perilaku yang baik,
sesuai dengan tujuan nasional pendidikan itu sendiri, yaitu bertaqwa kepada
Allah SWT. Berangkat dari tujuan pendidikan nasional tersebut pemerintah
mengatur dan mewajibkan mata pelajaran disetiap jenjang pendidikan, baik
SD sampai perguruan tinggi.
Materi pendidikan yang diajarkan di sekolah masih terjadi pengulangan-
pengulangan di tingkat sebelumnya dan waktunya pun sedikit sekali. Di
samping itu materi Pendidikan Agama Islam dipelajari tersendiri dan terlepas
kaitannya dari bidang-bidang studi lainnya, sehingga materi pendidikan
agama islam diabaikan, akibatnya terjadi kesenjangan yang sangat signifikan
antara mata pelajaran PAI dan umum. Padahal jika ditarik, tujuan pendidikan
di Indonesia ini tidak terlepas dari mata pelajaran PAI, yaitu membuat orang
bertaqwa kepada Allah SWT.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAl) di Sekolah Dasar (SD)
secara keseluruhan berada pada lingkup Alquran dan Hadits, keimanan,
akhlaq, fiqih, dan sejarah. Ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup
pewujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia
dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, mahluk Iainnya maupun
lingkungannya (Hablun minallah wa hablun minannas). Jadi pendidikan
agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka
mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan
ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang
telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
(Aziz et al., n.d.)

Kedudukan Pendidikan Agama Islam di tingkat satuan pendidikan


berfungsi sebagai pengajaran agama Islam, sosialisasi, dan internalisasi nilai-

1
nilai agama Islam. Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam memiliki
andil yang besar bagi proses pembangunan karakter dan merupakan benteng
moralitas bangsa. Namun, pada implementasinya, Pendidikan Agama Islam
secara umum belum menghasilkan lulusan seperti yang diharapkan. Hal ini
diindikasikan adanya kesenjangan antara penguasaan pengetahuan dan
pengamalan agama Islam. (Musya’adah et al., 2018)
Problem pembelajaran saat ini adalah siswa masih kurang didorong
kemampuan berpikirnya. Proses pembelajaran yang dilakukan masih dalam
seputar menghafal informasi, dipaksa mengingat informasi, dan
menimbunnya tanpa dituntut untuk memahami dan menghubungkan dengan
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru harus mempunyai strategi untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa dan untuk membangkitkan semangat
belajar siswa.
Hasil observasi penulis di SD 28 Indrapura, diketahui bahwa dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SD 28 Indrapura masih
terdapat masalah. Salah satu di antaranya pada saat proses pembelajaran
berlangsung guru hanya menerangkan pelajaran dan siswa mendengarkan
kemudian mencatat pelajaran yang diberikan, sehingga hasil belajar siswa
kurang memuaskan. Selama proses pembelajaran berlangsung guru tidak
menggunakan media yang dapat menarik perhatian siswa. Oleh sebab itu,
didapati siswa yang tidak memperhatikan guru atau sibuk dengan kegiatannya
masing-masing.
Berangkat dari latar belakang tersebut maka penulis tertarik mengadakan
studi di SD 28 Indrapura dengan menggunakan metode pembelajaran Talking
Stick dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SD 28 Indrapura.
1. Identifikasi Masalah
Pembelajaran yang dilakukan didalam kelas dengan melakukan
evaluasi pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti, banyak menemukan
hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ternyata hanya 10 orang
dari 30 siswa di kelas V SD 28 Indrapura yang mencapai Kriteria

2
Ketuntasan. Hal ini terlihat dari nilai ujian Mid Semester pada Mata
Pelajaran PAI dan Budi Pekerti.
Setelah melakukan evaluasi, banyak sekali temuan-temuan yang
harus diperbaiki, oleh karena itu penulis meminta bantuan Kepala
Sekolah untuk mengidentifikasi kekurangan dalam pembelajaran yang
dilakukan. Dari hasil diskusi terungkap masalah-masalah yang terjadi
dalam proses Kegaitan Belajar Mengajar (KBM) antara lain:
a. Kurangnya perhatian siswa terhadap materi yang sedang
disampaikan guru.
b. Siswa merasa bosen dengan penjelasan materi yang menggunakan
metode klasik
c. Siswa tidak aktif dalam bertanya tentang materi yang belum
dikuasai, dan tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan
guru.
d. Guru tidak menggunakan alat peraga atau media pembelajaran
secara langsung
2. Analisis Masalah
Setelah terjadi sebuah masalah pada saat proses pembelajaran
berlangsung, diketahui faktor penyebabnya bahwa siswa kurang senang
dan tidak aktif dalam belajar PAI dan Budi Pekerti antara lain adalah :
a. Guru tidak menggunakan metode yang tepat dalam menjelaskan
materi-materi pembelajaran
b. Guru tidak menggunakan metode yang bervariasi dalam
pembelajaran
c. Guru tidak melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran
d. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan menghapal dalam
pembelajaran
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Melihat kenyataan yang ada penulis dan sekaligus sebagai guru
terdorong untuk mengatasi dan menyelesaikan permsalahan-
permasalahan dalam proses pembelajaran. Perbaikan terfokus pada

3
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan metode Talking Stick
pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti kelas V di SD 28 Indrapura.
Berdasarkan penjelesan di atas memberikan inspirasi bagi penulis
untuk melakukan suatu tindakan melalui Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), pada mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti dengan judul
“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Talking Stick
Materi Sikap Terpuji Para Rasul dan Rasul Ulul ‘Azmi Pelajaran
PAI dan Budi Pekerti Kelas V SD 28 Indrapura”
B. Rumusan Masalah
Mengacu penjelasan di atas yang telah diutarakan maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan yakni apakah metode Talking Stick
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada materi Sikap Terpuji
Para Rasul dan Rasul Ulul ‘Azmi?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan metode Talking Stick
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata Pelajaran PAI dan Budi
Pekerti kelas V di SD 28 Indrapura, dan yang lebih penting dari pelaksanaan
perbaikan yaitu berusaha untuk meningkatkan pengusaan siswa terhadap
materi pelajaran, memperbaiki metode mengajar, keterampilan menjelaskan
dan membina sikap siswa.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain:
1. Bagi siswa
a. Siswa dapat lebih meningkatkan hasil belajarnya.
b. Siswa dapat mengembangkan disiplin dan tanggung jawab
c. Siswa lebih aktif dan antusias dalam menerima pelajaran
d. Siswa akan semakin serius dan tidak merasa bosan pada saat proses
pembelajaran

4
2. Bagi Guru
a. Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi S1 PGSD Universitas
Terbuka
b. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh penulis untuk memperbaiki
pembelajaran yang dikelolanya
c. Dengan melakukan penelitian penulis dapat berkembang secara
profesional, serta memungkinkan secara aktif mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan
kebijakan sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah,
dan dapat juga dijadikan alternatif untuk menentukan strategi
pembelajaran lebih baik dalam upaya meningkatkan hasil pembelajaran
siswa disekolah.
4. Bagi Instituti Pendidikan
Hasil penelitian dapat membantu utuk menjadi referensi dalam
pengembangan pendidikan di masa yang akan datang khususnya program
studi PGSD Universitas Terbuka.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar
Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relative permanen dan
dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang
bertujuan atau direncanakan. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh tiap individu dalam seluruh proses pendidikan untuk memperolah
perubahan tingkah laku dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang Pendidikan.
(Nurrita, 2018)

Hasil belajar siswa merupakan prestasi yang dicapai siswa secara


akademis melalui ujian dan tugas, keaktifan bertanya dan menjawab
pertanyaan yang mendukung perolehan hasil belajar tersebut. Di kalangan
akademis memang sering muncul pemikiran bahwa keberhasilan pendidikan
tidak ditentukan oleh nilai siswa yang tertera di raport atau di ijasah, akan
tetapi untuk ukuran keberhasilan bidang kognitif dapat diketahui melalui hasil
belajar seorang siswa. (Agustin et al., 2020)
Hasil belajar dapat dijadikan acuan untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang
ditempuhnya, kemudian dapat diketahui seberapa jauh keefektifan proses
belajar yang dilakukan dalam mengubah tingkah laku para siswa kearah
tujuan pendidikan yang diharapkan. Pendidik memberikan penilaian kepada
para siswa berupa perkembangan dan kemajuan dari pengetahuan,
keterampilan, dan perubahan sikap yang di peroleh setelah siswa melakukan
proses belajar.
Untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh oleh siswa maka
dilakukan terlebih penilaian hasil belajar. Penilaian biasanya dinyatakan
dalam bentuk angka, huruf, simbol ataupun kata-kata, yang tujuannya untuk
mengukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap apa yang telah

6
dipelajarinya dengan menggunakan kriteria tertentu sebagai patokan atau
acuan penilaian.
Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu berasal dari dalam diri
siswa (intern) dan factor yang berasal dari luar diri siswa (ekstern). Fokus
penelitian pada faktor intern (faktor dalam diri siswa), sejauh mana
memberikan pengaruh pada hasil belajar Adapun faktor-faktor intern antara
lain intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan.
(Saputra et al., 2018)

Setiap proses pembelajaran tentunya diharapkan peserta didik


memperoleh hasil belajar yang baik. Namun pada kenyataannya hasil belajar
yang diperoleh siswa tidak selalu baik dan sesuai harapan. Sebagaimana yang
menjadi standar baik atau tidaknya hasil belajar atas dasar KKM yang telah
ditetapkan sebagai patokan keberhasilan proses pembelajaran. Hal ini harus
menjadi perhatian dan bahan evaluasi dalam proses pembelajaran. Hasil
belajar siswa yang belum baik menjadi salah satu permasalahan dalam
pendidikan.
Hasil belajar siswa menunjukkan kemampuan dan kualitas siswa sebagai
dampak dari proses pembelajaran yang telah dilaluinya. Melton menyiratkan
bahwa hasil belajar merupakan tindakan dan pertunjukan yang mengandung
dan mencerminkan kompetensi peserta didik yang berhasil menggunakan
konten, informasi, ide-ide dan alat-alat dalam pembelajaran. Oleh karena itu
hasil belajar dapat didefenisikan sebagai kompetensi dan keterampilan yang
dimiliki siswa setelah masa pembelajaran. (Nurhasanah, 2016)
Berdasarkan dari pendapat uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hasil
belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu yang dicapai oleh siswa
setelah mengikuti proses belajar mengajar dan meliputi keterampilan kognitif,
afektif, maupun psikomotor.
B. Metode Talking Stick
Model Talking Stick merupakan salah satu model yang menekankan pada
keterlibatan peserta didik pada proses belajar mengajar, untuk berani
mengemukakan pendapat. Model ini dapat memberikan motivasi kepada

7
peserta didik supaya belajar aktif dalam memahami dan menemukan konsep,
sehingga peserta didik mampu menghubungkan soal dengan teori yang ada.
Pada proses pembelajaran dengan menggunakan model talking stick guru
harus mampu berperan sebagai motivator dan fasilitator agar proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif, untuk itu guru harus
memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan mampu memanfaatkan
teknologi modern, dan potensi lingkungan sekitar untuk dijadikan sebagai
sumber belajar dan media pembelajaran.
(Safitri Fakultas Tarbiyah dan Keguruan et al., 2018)

Model ini menuntut peserta didik untuk aktif, berani berbicara dan
mengemukakan pendapat, sehingga memudahkan peserta didik dalam
mengingat pelajaran yang sudah diajarkan. Model talking stick dilakukan
dengan pemberian tongkat oleh guru secara acak yang ditujukan kepada
peserta didik, untuk itu peserta didik harus siap dalam menjawab pertanyaan
atau mengemukakan pendapat.
Talking Stick merupakan model pembelajaran yang dapat mendorong
peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Model pembelajaran ini
menggunakan bantuan alat berupa tongkat, dimana jika peserta didik yang
menerima tongkat harus berani menjawab pertanyaan dari guru dan
mengemukakan pendapatnya. (Fajrin, 2018)
Menurut Suyatno (2009) model pembelajaran Talking Stick yaitu: (1)
pemberian informasi pembelajaran secara umum, (2) peserta didik dibagi
menjadi beberapa kelompok, (3) pemilihan ketua dan pembagian tugas oleh
anggota kelompok untuk membahas materi tertentu, (4) peserta didik bekerja
dalamkelompnya, (5) tiap kelompok membuat pertanyaan seputar materi yang
didapat dan soal yang dibuat diberikan kepada kelompok lain, (6) kelompok
lain menjawab secara bergantian menggunakan alat berupa tongkat yang
digulirkan secara acak, (7) peserta didik menyimpulkan materi yang sudah
dipelajari, dan (8) kegiatan refleksi dan evaluasi pembelajaran.
Menurut Kurniasih (2015) menerangkan bahwa kelebihan dari model
talking stick yaitu: melatih keterampilan peserta didik dalam memahami

8
materi yang sudah diajarkan dengan cepat, menguji kesiapan peserta didik
dalam memahami dan menguasai materi pelajaran yang sudah diajarkan,
melatih peserta didik untuk giat belajar karena peserta didik harus siap
menjawab atau mengemukakan pendapat jika menerima tongkat,
memudahkan peserta didik dalam mengingat pelajaran, menyisipkan unsur
permainan sehingga pembelajaran terasa menyenangkan dan tidak
membosankan.
Adapun metode ini memberikan pengalaman belajar yang
menyenangkan, meningkatkan motivasi, kepercayaan diri dan life skill yang
mana pendekatan tersebut ditujukan untuk memunculkan emosi dan sikap
positif belajar dalam proses belajar mengajar yang berdampak pada
peningkatan kecerdasan otak.
Jadi, Metode Talking Stick ini adalah sebuah metode pendidikan yang
dilaksanakan dengan cara memberi kebebasan kepada peserta didik untuk
dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa sejauh mungkin menghindari
unsur-unsur perintah dan keharus paksaan sepanjang tidak merugikan bagi
peserta didik dengan maksud untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa
percaya diri.
Model pembelajaran Talking Stick memiliki beberapa langkah-langkah
pembelajaran. Langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran tipe
Talking Stick antara lain:
1. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.
2. Guru menyiapkan sebuah tongkat sebagai media pembelajaran.
3. Guru menyiapkan materi pokok yang akan di pelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan
mempelajari materi pada pegangannya/buku paketnya.
4. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari
isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi
bacaan.
5. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota
kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok

9
yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk
menjawab setiap pertanyaan dari guru.
6. Peserta didik lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota
kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
7. Guru memberikan kesimpulan.
8. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun
individu.
9. Guru menutup pembelajaran.
(Yudharta Pasuruan Nihayatur Rofi & dan Ahmad Ma, 2020)

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut


merupakan kelebihan dan kelemahan model pembelajarn Talking Stick.
1. Menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran;
2. Melatih peserta didik memahami materi dengan cepat;
3. Memacu agar peserta didik lebih giat belajar; dan
4. Peserta didik berani untuk mengemukakan pendapat.
Sedangkan kekurangan model pembelajaran talking stick adalah jika ada
siswa yang tidak memahami pelajaran, siswa akan merasa gelisah dan
khawatir ketika nanti giliran tongkat berada pada tangannya.
(Lidia et al., 2018)

C. Materi Sikap Terpuji Para Rasul dan Rasul Ulul ‘Azmi


1. Sikap Terpuji Para Rasul
Ada sikap berbicara, sikap makan-minum, sikap berjalan, sikap
bertamu, sikap waktu belajar, sikap ketika bergaul sesama teman, dengan
guru, dengan orangtua sendiri atau dengan orang yang lebih tua, dan
sebagainya. Sikap terpuji para rasul itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu
sikap terpuji kepada Allah Swt. sebagai pencipta alam semesta, dan sikap
terpuji kepada sesama manusia dan alam sekitar.
Kita telah mengetahui bahwa para Rasul itu memiliki sifat wajib, yaitu
sifat siddiq artinya benar, sifat amanah artinya dapat dipercaya, sifat
tablig artinya menyampaikan, dan sifat fatanah artinya pandai dan cerdas.

10
Selain itu, ada sifat dan sikap yang mereka pegang teguh yaitu
menyembah hanya kepada Allah Swt., Tuhan Yang Maha Esa, taat dan
patuh kepada Allah Swt.
2. Sikap Terpuji Rasul Ulul ‘Azmi
       
       
  
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil Perjanjian dari nabi-nabi dan
dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan
Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang teguh. (Q.S. Al-
Ahzab;7).

Sikap terpuji di dalam ayat itu terdapat kata “teguh” , yaitu perjanjian
yang teguh. Teguh dan sanggup menyampaikan agama kepada umatnya
masing-masing. Pada pelajaran sebelumnya telah dijelaskan bahwa Ulul
‘Azmi maksudnya teguh hati, tabah, dan sabar. Mengapa diberi gelar
rasul Ulul ‘Azmi karena mereka yang paling banyak mendapat tantangan,
paling banyak penderitaan, akan tetapi mereka tetap teguh, tabah, sabar
dan terus berjuang menyampaikan pesan Allah Swt. kepada umat
manusia. (Amrie et al., 2012)

BAB III

11
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Waktu, dan Tempat Penelitian


1. Subjek dan Tempat Penelitian
Subjek penilitan ini adalah siswa kelas V SD 28 Indrapura
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun Pelajaran 2022 - 2023.
Jumlah siswa sebanyak 30 siswa, 14 orang laki-laki dan 16 orang
perempuan. Dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti pada materi pelajaran Sikap Terpuji Para Rasul dan Rasul Ulul
‘Azmi
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dalam tiga siklus yang dilaksanakan mulai pada
22 Mei 2023 s.d 12 Juni 2023. Yang terdiri dari penyusun proposal,
menyusun instrumen, mengumpulkan data dilapangan, menganalisis data,
pembahasan hasil analisis dan terakhir adalah menyusun hasil penelitian
perbaikan pembelajaran, jadwal perbaikan pembelajaran selengkapnya
disajikan pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
No Mata Pelajaran Kegiatan Hari/ Tanggal
1 PAI dan Budi Pekerti Pra Siklus 22 Mei 2023
2 PAI dan Budi Pekerti Siklus I 29 Mei 2023
3 PAI dan Budi Pekerti Siklus II 05 Juni 2023
4 PAI dan Budi Pekerti Siklus III 12 Juni 2023

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


1. Karakteristik Siswa
Dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas, guru memperhatikan
karakteristik siswa yaitu hal-hal baik yang mendukung maupun yang
menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga pembelajaran
lebih bermakna bagi siswa, adapun karakteristik siswa kelas V SD 28
Indrapura sebagai berikut:

12
a. Jumlah Siswa 30 Orang
b. Jarak tempat tinggal siswa dari sekolah sebagian besar jauh
c. Latar belakang sosial siswa sebagian besar dari ekonomi menengah
kebawah
d. Usia siswa rata-rata 11-12 Tahun
2. Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengamatan
Proses pembelajaran yang dimulai dari pra siklus dan rencana
perbaikan pembelajaran dalam siklus 3 untuk mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti. Hal-hal yang disiapkan dalam hal ini
antara lain:
a. Membuat sekenario pembelajaran, terdiri dari langkah-langkah
dalam pembelajaran yang berkaitan yang diinginkan dan tindakan
yang ditetapkan.
b. Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan
perbaikan pembelajaran termasuk mempersiapkan media
pembelajaran yang digunakan.
c. Mempersiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian
Pada tahap pelaksanaan proses perbaiakan pembelajaran, kegiatan
yang dilakukan adalah melaksanakan sekenario pembalajaran sesuai
dengan yang direncanakan. Observasi dilakukan terhadap guru maupun
terhadap siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Khusus untuk
mengobservasikan guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses
pembalajaran digunakan lembar Alat Penailaian Kemampuan Guru
(APKG).
APKG 1 berkenaan dengan penelitian perencanaan pembelajaran
(RPP) sedangkan APKG 2 berkenaan dengan penelitian pelaksanaan
pembalajaran. Pengamatan kedua hal tersebut dilakukan oleh teman
sejawat. Tes/evaluasi siswa dilakukan diakhir setiap siklus pembalajaran.
Adapun tahapan kegiatan perbaikan pembalajaran pada setiap siklus akan
diuraikan berikut ini:
a. Siklus I

13
1) Rencana Perbaikan
Rencana Perbaikan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti
a) Materi : Sikap Terpuji Para Rasul dan Rasul Ulul ‘Azmi
b) Tujuan Perbaikan : Melaui metode Talking Stick. siswa
dapat memahami Sikap Terpuji Para Rasul dan Rasul Ulul
‘Azmi
c) Indikator : Mengidentifikasi Sikap Terpuji Para Rasul dan
Rasul Ulul ‘Azmi
d) Cara Mengatasi : Melibatkan peserta didik secara aktif
dalam setiap pembalajaran melalui metode Talking Stick
2) Pelaksanaan Perbaikan
Kegiatan Awal
a) Guru Menkondisikan siswa ke arah pembalajran yang
kondusif
b) Mengisi daftar kelas, menyiapkan fasilitas dan sumber
belajar.
c) Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab yang
berhubungan dengan materi yang akan dibahas.
d) Menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
a) Guru membentuk kelompok kecil atau besar secara
heterogeny
b) Guru menjelaskan kepada siswa terkait materi yang akan di
bahas
e) Guru menyuruh siswa membaca materi Sikap Terpuji Para
Rasul dan Rasul Ulul ‘Azmi
f) Guru kembali memberikan menguatkan mengenai
hubungan khusus makluk hidup
g) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan pendapatnya sesuai dengan materi

14
h) Guru meminta siswa untuk menutup buku materi yang telah
dibaca
i) Guru menyiapkan tongkat
j) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa yang
memdapatkan tongkat
k) Guru menguatkan jawaban-jawaban yang telah diberikan
oleh siswa.
Kegiatan Akhir
a) Guru menyuruh siswa untuk membuat kesimpulan
mengenai pembelajaran pada hari itu
b) Guru menguatkan kembali kesimpulan dari siswa.
c) Guru melakukan refleksi, yaitu dengan menanyakan
kembali kepada siswa mengenai materi hari ini
d) Guru memberikan evaluasi berupa tes akhir (post test).
e) Pembelajaran ditutup dengan doa
f) Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam
3) Refleksi
Setelah melakukan hasil tes belajar siswa, kemudian
dianalisis melalui proses refleksi untuk menarik kesimpulan.
Hasil yang diperoleh pada kegiatan refleksi ini dijadikan sumber
bagi tindakan selanjutnya, yaitu dalam rangka memperbaiki,
menyempurnakan atau meninggalkan kebiasaan yang kurang
baik dalam pelaksanaan pembalajaran, sehingga dapat mencapai
tujuan yang diharapkan, yaitu meningkatkan kemampuan dan
pemahaman siswa dalam pembelajaran. Adapun hasil Refleksi
yang didapat adalah :
a) Guru kadang mengkondisikan siswa kearah situasi
pembelajaran yang kondusif .
b) Guru kurang dalam penggunaaan alat peraga
c) Guru kurang mampu memotivasi siswa
b. Siklus II

15
1) Rencana Perbaikan
Rencana Perbaikan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti
a) Materi : Sikap Terpuji Para Rasul dan Rasul Ulul ‘Azmi
b) Tujuan Perbaikan : Melaui metode Talking Stick. siswa
dapat memahami Sikap Terpuji Para Rasul dan Rasul Ulul
‘Azmi
c) Indikator : Mengidentifikasi Sikap Terpuji Para Rasul dan
Rasul Ulul ‘Azmi
d) Cara Mengatasi : Melibatkan peserta didik secara aktif
dalam setiap pembalajaran melalui metode Talking Stick
2) Pelaksanaan Perbaikan
Kegiatan Awal
a) Guru Menkondisikan siswa ke arah pembalajran yang
kondusif
b) Mengisi daftar kelas, menyiapkan fasilitas dan sumber
belajar.
c) Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab yang
berhubungan dengan materi yang akan dibahas.
d) Menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
a) Guru membentuk kelompok kecil atau besar secara
heterogeny
b) Guru menjelaskan kepada siswa terkait materi yang akan di
bahas
c) Guru menyuruh siswa membaca materi Sikap Terpuji Para
Rasul dan Rasul Ulul ‘Azmi
d) Guru kembali memberikan menguatkan mengenai
hubungan khusus makluk hidup
e) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan pendapatnya sesuai dengan materi

16
f) Guru meminta siswa untuk menutup buku materi yang telah
dibaca
g) Guru menyiapkan tongkat
h) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa yang
memdapatkan tongkat
i) Guru menguatkan jawaban-jawaban yang telah diberikan
oleh siswa.
Kegiatan Akhir
a) Guru menyuruh siswa untuk membuat kesimpulan
mengenai pembelajaran pada hari itu
b) Guru menguatkan kembali kesimpulan dari siswa.
c) Guru melakukan refleksi, yaitu dengan menanyakan
kembali kepada siswa mengenai materi hari ini
d) Guru memberikan evaluasi berupa tes akhir (post test).
e) Pembelajaran ditutup dengan doa
f) Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam
3) Refleksi
Bedasarkan hasil tes belajar siswa, kemudian dianalisis
melaui proses refleksi untuk menarik kesimpulan. Hasil yang
diperoleh pada kegiatan refleksi ini dijadikan sumber bagi
tindakan selanjutnya, yaitu dalam rangka memperbaiki,
menyempurnakan atau meninggalkan kebiasaan yang kurang
baik dalam pelaksanaan pembalajaran, sehingga dapat mencapai
tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan kemampuan dan
pemahaman siswa dalam pembelajaran. Adapun hasil Refleksi
yang didapat adalah :
a) Guru mampu mengkondisikan siswa kearah situasi
pembelajaran yang kondusif
b) Guru mampu dalam penggunaaan alat peraga
c) Guru mampu mampu memotivasi siswa
c. Siklus III

17
1) Rencana Perbaikan
Rencana Perbaikan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti
a) Materi : Sikap Terpuji Para Rasul dan Rasul Ulul ‘Azmi
b) Tujuan Perbaikan : Melaui metode Talking Stick. siswa
dapat memahami Sikap Terpuji Para Rasul dan Rasul Ulul
‘Azmi
c) Indikator : Mengidentifikasi Sikap Terpuji Para Rasul dan
Rasul Ulul ‘Azmi
d) Cara Mengatasi : Melibatkan peserta didik secara aktif
dalam setiap pembalajaran.
2) Pelaksanaan Perbaikan
Kegiatan Awal
a) Guru Menkondisikan siswa ke arah pembalajran yang
kondusif
b) Mengisi daftar kelas, menyiapkan fasilitas dan sumber
belajar.
c) Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab yang
berhubungan dengan materi yang akan dibahas.
d) Menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
a) Guru membentuk kelompok kecil atau besar secara
heterogeny
b) Guru menjelaskan kepada siswa terkait materi yang akan di
bahas
j) Guru menyuruh siswa membaca materi Sikap Terpuji Para
Rasul dan Rasul Ulul ‘Azmi
k) Guru kembali memberikan menguatkan mengenai
hubungan khusus makluk hidup
l) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan pendapatnya sesuai dengan materi

18
m) Guru meminta siswa untuk menutup buku materi yang telah
dibaca
n) Guru menyiapkan tongkat
o) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa yang
memdapatkan tongkat
p) Guru menguatkan jawaban-jawaban yang telah diberikan
oleh siswa.
Kegiatan Akhir
a) Guru menyuruh siswa untuk membuat kesimpulan
mengenai pembelajaran pada hari itu
b) Guru menguatkan kembali kesimpulan dari siswa.
c) Guru melakukan refleksi, yaitu dengan menanyakan
kembali kepada siswa mengenai materi hari ini
d) Guru memberikan evaluasi berupa tes akhir (post test).
e) Pembelajaran ditutup dengan doa
f) Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam
3) Refleksi
Setelah melakukan observasi dan tes yang diolah, dapat
diperoleh data yang dapat dianalisis, dan dinterprestasi untuk
menjawab berbagai pertanyaan yang muncul dari temuan
peneliti seperti, apakah semua sekenario sudah dilaksanakan
dapat berjalan dengan baik, apakah kompetensi dasar, standar
kompetensi, indikator dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran sudah tercapai.
C. Teknik Analisa Data
Instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian tindakan kelas terdiri
dari empat macam, yaitu lembar pengamatan kinerja guru dan lembar
observasi aktivitas siswa yang merupakan data kualitatif. Serta lembar hasil
evaluasi siswa yang merupakan dan kuantitatif.
1. Lembar Pengamatan Kinerja Guru

19
Lembar ini adalah alat pengumpul data dan merupakan sebuah
format yang berisi indikator tentang keadaan yang menggambarkan
kinerja guru kelas V di SD 28 Indrapura pada saat belangsungnya
pelaksanaan perbaikan yaitu proses pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti
2. Lembar Observasi Aktifitas Siswa
Lembar observasi aktifitas siswa digunakan untuk mengumpulkan
data tentang prilaku siswa selama proses pembelajaran dengan metode
pembelajaran Talking Stick
3. Lembar Evaluasi Siswa
Setelah melakukan penelitian diperoleh Lebar evaluasi berupa
lembar soal yang dikerjakan oleh setiap siswa. Setiap soal merupakan
tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai siswa. Tujuan
dilaksanakannya evaluasi/ tes adalah untuk memperoleh data mengenai
tingkat keberhasilan siswa dalam memahami dan menguasai materi
pelajaran yang dibahas.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini dilaksanakan dalam satu siklus awal (Pra Siklus) dan tiga
siklus perbaikan pembelajaran untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti. Dari hasil peneliti selama tiga siklus menunjukan adanya
peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa. Demikian juga yang berkaitan
dengan aktifitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran.

20
Deskripsi Per Siklus
1. Pra Siklus
Pra siklus untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti ini dilaksanakan pada hari Senin, 22 Mei 2023. Dengan materi
pokok tentang Sikap Terpuji Para Rasul dan Rasul Ulul ‘Azmi, siswa
yang mengikuti pelajaran sebanyak 30 siswa, 14 orang laki-laki dan 16
orang perempuan. Pada proses pembelajaran pra siklus ini, penulis tidak
mempergunakan alat peraga hanya dan hanya menggunakan metode
klasik, sehingga siswa tidak dapat memahami pembelajaran dengan baik,
dan tidak akifnya siswa dalam pembelajaran, siswa menjadi cenderung
pasif dalam belajar.
Pada pra siklus ini dapat dikatakan belum berhasil karena nilai rata-
rata hasil evaluasi mencapai 64,3 dengan kriterian ketuntasan minimal
65. Siswa memperoleh nilai dibawah KKM hanya sebanyak 20 siswa.
Sedangkan nilai diatas KKM hanya 10 siswa. Dapat dikatakan bahwa
ketuntasan hanya mencapacai 33 % untuk mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti.
2. Perbaikan Siklus 1
Proses perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 29 Mei 2023. Dari evaluasi dan diskusi dengan teman sejawat
tentang pelaksanaan pembelajaran pra siklus, pembelajaran pada
perbaikan siklus 1 harus diubah.
Menurut teman sejawat selama pembelajaran guru cenderung terlalu
cepat dalam menyampaikan materi dan intonasi bahasa yang kurang kuat.
Siswa belum sepenuhnya terlibat secara aktif, namun motifasi siswa
dalam proses pembelajaran sedikit lebih meningkat dengan menggukan
metode Talking Stick.
Hal ini dapat terlihat dari nilai rata-rata hasil evaluasi yang mencapai
70,6. Siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM bertambah menjadi 16
siswa. Ketentuan dapat dikatakan mengalami peningkatan menjadi 53 %
dibandingkan dengan pra siklus.

21
3. Perbaikan Siklus 2
Proses perbaikan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan pada hari
Senin, 05 Juni 2023, atau 1 Minggu setelah perbaikan siklus pertama.
Pada siklus ke 2 ini penulis melakukan proses kegiatan belajar mengajar
didampingi teman sejawat. Dari pengalaman siklus pertama maka
pelaksanaan proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus kedua ini
sudah lebih jauh lebih baik dari sebelumnya.
Siswa sudah terlihat lebih aktif dalam mengikuti pelajaran yaitu
dengan metode Talking Stick. Dengan metode tersebut, pemahaman
siswa dalam belajar pun meningkat. Namun dalam siklus kedua inipun
masih terdapat kekurangan, hal ini disebabkan siswa hanya mengamati
dan kurang memperoleh pengalaman secara langsung, juga karena
penulis sibuk dengan metode yang disiapkan.
Namun demikian pelaksanaan perbaikan pada siklus kedua sudah
menunjukan peningkatan bila dibandingkan dengan apa yang diperoleh
siswa pada siklus pertama. Hal ini dapat terlihat dari nilai rata-rata kelas
yang meningkat mencapai 76, siswa yang mendapat nilai di atas KKM
sebanyak 23 orang. Artinya terjadi sebuah peningkatan yang cukup besar
dari hasil evaluasi, ketuntasan meningkat mencapai 77%.
4. Perbaikan Siklus 3
Proses perbaikan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan pada hari
Senin, 05 Juni 2023, atau 1 Minggu setelah perbaikan siklus kedua.
Peningkatan hasil perbaikan pembelajaran pada siklus ketiga pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sangat pesat
terhadap rata-rata evaluasi 86, 67 siswa yang mendapat nilai dibawah
KKM pun tidak ada dan siswa yang mendapat nilai diatas KKM
mencapai 100%. Hasil selengkapnya tentang kemampuan siswa
menyerap materi pelajaran dari pra siklus, rencana perbaikan siklus satu,
siklus dua, dan siklus tiga disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.1 Daftar Hasil Evaluasi Siswa
No. Responden Nilai

22
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
1 70 80 80 90
2 60 65 70 85
3 50 65 65 80
4 45 60 65 70
5 70 75 80 95
6 80 80 85 95
7 85 85 90 100
8 75 75 85 100
9 55 60 65 70
10 65 65 70 85
11 60 65 70 85
12 80 85 90 100
13 65 65 70 75
14 60 65 70 80
15 80 85 90 100
16 55 65 65 75
17 65 70 80 85
18 75 75 85 85
19 70 80 80 95
20 60 65 75 80
21 75 75 80 90
22 65 70 70 95
23 60 65 70 85
24 50 65 65 80
25 45 60 65 70
26 65 75 80 95
27 65 70 85 95
28 60 75 90 100
29 55 65 65 75
30 65 70 80 85
Jumlah 1930 2120 2280 2600
Rata-rata 64,3 70,6 76 86,6
Nilai Tertinggi 85 85 90 100
Nilai Terendah 45 60 65 70
Persentase
33% 53% 77% 100%
Ketuntasan

23
Dari tabel diatas dapat digambarkan grafik ketuntasan belajar siswa V
SD 28 Indrapura pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti.

Grafi k Ketuntasan Belajar Siswa


120%

100%

80%

60%

40%

20%

0%
Presentasi Ketuntasan

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Gambar 4.1. Grafik Ketuntasan Belajar Siswa

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan
guru dengan media tongkat dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Metode Talking Stick berguna untuk melatih keberanian siswa
dalam menjawab dan berbicara kepada orang lain. Sedangkan penggunaan
tongkat secara bergiliran sebagai media untuk meransang siswa bertindak
cepat dan tepat sekaligus untuk mengukur kemanpuan siswa dalam
memahami materi. (Wahyuni et al., 2020)
Berdasarkan pengertian diatas dapatlah dikatakan bahwa metode Talking
Stick memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan

24
potensi intelektualnya dan mendorong siswa untuk bertindak aktif.
Pembelajaran Talking Stick menempatkan siswa lebih banyak mengetahui dan
belajar dari metode-metode baru yang diberikan dalam upaya memecahkan
masalah yang selama ini banyak terjadi terutama siswa yang belum mau
terlalu mengfokuskan cara belajar mereka di kelas karena biasanya
terpengaruh dari lingkungan sekolah.
Dengan memperhatikan hasil pembelajaran terlihat penguasaan materi
pelajara Pendidikan Agama dan Budi Pekerti menunjukan terjadinya
peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari hasil pra siklus, siklus pertama, siklus
kedua, siklus ketiga. Dimana hasil yang diperoleh setiap siklusnya mengalami
peningkatan. Besasarkan hasil penelitian, analisis data dan analisis evaluasi
pada pembalaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti yang telah dilakukan,
tampak bahwa penggunaan Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran yang terdiri dari suatu pra
siklus dari tiga siklus perbaikan, yaitu dilakukan pada siswa kelas V SD 28
Indrapura pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
tentang sikap terpuji Para Rasul dan Rasul Ulul ‘Azmi dengan menggunakan
metode Talking Stick telah menunjukan peningkatan-peningkatan kearah yang
lebih baik. Sehingga dapat disimpulkan yakni proses pembelajaran

25
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan menggunakan metode
Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan menggunakan metode Talking Stick siswa dapat lebih aktif
dengan pembelajaran. Keaftifan siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat
antusias sekali, karena siswa terlibat langsung dengan menggunakan metode
Talking Stick. Kualitas siswa meningkat setelah menggunakan metode
Talking Stick.
B. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan kesimpulan diatas, beberapa hal sebaiknya menjadi
perhatian dan dilaksanakan oleh guru dalam rangka untuk meningkatkan
partisifasi dan keaktifan dalam kelasnya diataranya adalah :
1. Menyiapkan media pembelajaran yang relevan dan menarik serta
penggunaanya melibatkan siswa secara langsung
2. Penerapan metode pembelajaran Talking Stick tepat dalam pembelajaran
yang menyesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran.
3. Lebih jauh kiranya penting juga adanya pelatihan-pelatihan yang
menyangkut perbaikan melalui penelitian tindakan kelas maupun pelatihan
pembuatan dan penggunaan media metode Talking Stick serta cara-cara
belajar yang melibatkan keaktifan siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Agustin, O. :, Dakhi, S., Prodi, D., Pancasila, P., Sekolah, K., Keguruan, T., Pendidikan,
I., & Selatan, N. (2020). Peningkatan Hasil Belajar Siswa.
https://www.kompasiana.com/rangga93/55292bc6f
Amrie, M. A., Dakwah, F., & Antasari, I. (2012). Meneladani Kesabaran dan
Ketabahan Rasul Ulul ’Azmi dalam Berdakwah: Studi Kisah-Kisah
dalam Al-Qur’an. In Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah (Vol. 11).
Aziz, A. A., Hidayatullah, A. S., Budiyanti, N., & Ruswandi, U. (2020).
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar. In
Jurnal Pendidikan Agama Islam (Vol. 18, Issue 2).

26
Fajrin, O. A. (2018). Pengaruh Model Talking Stick terhadap Hasil Belajar IPS
Siswa SD. In Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) (Vol. 2, Issue
1A). http:ejournal.unikama.ac.id/index.php/JBPD.
Kurniasih, I. 2015. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Kata Pena
Lidia, W., Hairunisya, N., & Sukwatus Sujai, I. (2018). Pengaruh Model
Talking Stick Terhadap Hasil Belajar IPS. Jurnal Teori Dan Praksis
Pembelajaran IPS, 3(2), 81–87.
https://doi.org/10.17977/um022v3i22018p081
Musya’adah, U., Tinggi, S., Islam, A., & Surabaya, T. (2018). Peran Penting
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar: Vol. I (Issue 2). http://e-
journal.ikhac.ac.id/index.php/aulada
Nurhasanah, S. & A. S. (2016). Minat Belajar Sebagai Determinan Hasil
Belajar Siswa (Learning Interest as Determinant Student Learning
Outcomes) (Vol. 1, Issue 1).
http://ejournal.upi.edu/index.php/jpmanper/article/view/00000
Nurrita, T. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa (Vol. 03).
Safitri Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, I., Alauddin Makassar, U., & Malik
Ibrahim Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, M. (2018). Pengaruh
Penerapan Model Talking Stick Dengan Bantuan Media Choose Number
Terhadap Hasil Belajar Biologi di SMP Negeri 3 Sungguminasa
Kabupaten Gowa.
Saputra, H. D., Ismet, F., & Andrizal, A. (2018). Pengaruh Motivasi Terhadap
Hasil Belajar Siswa SMK. INVOTEK: Jurnal Inovasi Vokasional Dan
Teknologi, 18(1), 25–30. https://doi.org/10.24036/invotek.v18i1.168
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana
Pustaka.
Wahyuni, S., Nengah Kundera, I., & Yusdin Gagaramusu Mahasiswa Program
Guru Dalam Jabatan, dan. (2020). Penerapan Metode Talking Stick untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV di SDN 2 Posona. In Jurnal
Kreatif Tadulako Online (Vol. 1, Issue 1).
Yudharta Pasuruan Nihayatur Rofi, U., & dan Ahmad Ma, ah. (2020).
Implementasi Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Mu’allim, 2(1), 29–40.
https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/muallim

27

Anda mungkin juga menyukai