Ade Nurfitriah K3 - 20240120 - 173109 - 0000

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

JUDUL

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN


KERJA RUMAH SAKIT (K3RS) DI RUMAH SAKIT TINGKAT II ROBERT
WOLTER MONGISIDI KOTA MANADO

JURNAL
Jurnal KESMAS

VOLUME DAN HALAMAN


Vol. 8, No. 5,

TAHUN
Juli 2019

PENULIS
Ferlina Maringka*, Paul A. T. Kawatu*, Maureen I. Punuh*

REVIEW
Ade Nurfitriah

TANGGAL
20 Januari 2024

LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang memiliki tenaga kerja yang banyak
dengan tingkat resiko yang tinggi terkena penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan kerja.

PENDAHULUAN
Rumah sakit mempunyai banyak potensi Hasil penelitian dengan menggunakan
bahaya yang dapat mengancam jiwa dan metode kualitatif yang dilakukan oleh
kehidupan khususnya untuk karyawan di Tatilu (2017) di RSUD Dr. Sam Ratulangi
rumah sakit, para pasien dan para Tondano menunjukan bahwa untuk
pengunjung yang ada di lingkungan kebijakan K3 di rumah sakit yang telah
rumah sakit (Kemenkes, 2007). ada yaitu pembentukan tim K3RS dan
Berdasarkan data dari International pengadaan anggaran, namun masih
Labour Organization (ILO) menyatakan kurangnya koordinasi dari pihak
bahwa, 2,78 juta pekerja di seluruh dunia manajemen, tim K3RS dan tenaga
meninggal setiap tahun karena kesehatan. Untuk perencanaan sudah
kecelakaan pada saat bekerja dan memuat tujuan dan sasaran K3 yang
penyakit akibat kerja. Sekitar 86,3% yang terdapat indikator pengukuran dan
mengakibatkan kematian bagi pekerja sasaran pencapaian akan tetapi belum
yaitu penyakit akibat kerja. Sementara maksimal.
lebih dari 13,7% terjadi karena
kecelakaan kerja fatal (ILO, 2018).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian Instrumen penelitian dalam pelaksanaan
kualitatif. Penelitian dilaksanakan di Rumah penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan
Sakit Tingkat II Robert Wolter Mongisidi tambahan instrumen berupa alat perekam
Kota Manado pada bulan Mei sampai bulan suara. Metode pengumpulan data
Juli 2019. Informan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi,
adalah Direktur Rumah Sakit atau wakil, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi.
ketua tim K3RS, kepala perawat, 1 (satu)
perawat, 2 (dua) staf dan 1 (satu) cleaning
service/petugas kebersihan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengembangan Kebijakan K3RS dengan Tahun 2010 yang menyatakan
Penelitian yang di lakukan oleh Ardi dan bahwa rumah sakit perlu memberikan
Haryono (2018) tentang Analisa Penerapan informasi sarana yang terkait K3, informasi
Budaya Perilaku K3 di Rumah Sakit tentang resiko bahaya khusus di tempat
menunjukan bahwa, dengan adanya kerja tersebut, SOP Kerja, SOP peralatan,
kebijakan terkait K3 di rumah sakit maka dan SOP penggunaan APD.
budaya K3 akan lebih baik. Dalam
Pengembangan SDM K3RS
penelitian ini rumah sakit telah
Pengembangan SDM dapat dilakukan
mengeluarkan kebijakan terkait K3 yaitu
dengan cara memberikan pelatihan. Untuk
dengan Surat Keputusan yang telah dibuat.
SDM yang memiliki potensi yang lebih
Dalam Surat Keputusan tersebut dibentuk
tentang K3 dapat diikutsertakan dalam
tim kesehatan dan keselamatan kerja
workshop terkait K3. Rumah sakit telah
rumah sakit beserta dengan anggotanya.
melakukan pelatihan kepada SDM rumah
Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan
sakit dan pelatihan tersebut dilakukan oleh
penelitian yang telah dilakukan oleh Ivana
ketua tim K3RS yang memiliki sertifikat dari
dkk (2014) tentang Analisa Komitmen
BNSP. Untuk pelatihan lanjutan diikuti oleh
Manajemen Rumah Sakit Terhadap
ketua tim K3RS setiap 3 (tiga) tahun sekali
Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada
yang diselenggarakan oleh Badan Nasional
Rumah Sakit Prima Medika Pemalang yang
Sertifikat dan Profesi (BNSP).
dalam hasil penelitiannya menunjukan RS
Prima Pemalang sudah memiliki komitmen Pelayanan Kesehatan Kerja
dan kebijakan rumah sakit tetapi belum Banyaknya pelayanan yang disediakan
diwujudkan secara tertulis. rumah sakit memerlukan SDM atau tenaga
kesehatan yang banyak dan dalam
Pembudayaan Perilaku K3RS
melaksanakan tugas dan tanggung jawab
Rumah sakit telah menerapkan budaya K3
mereka juga harus dalam keadaan sehat
yaitu dengan melakukan sosialisasi tentang
jasmani dan rohani. Berdasarkan Peraturan
K3 dirumah sakit. Kepada pasien ataupun
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
pengantar pasien dan pengunjung rumah
Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3RS
sakit di berikan informasi melalui media
menyatakan bahwa pelayanan kesehatan
poster, pamflet dan banner.Rumah sakit
kerja wajib diberikan kepada SDM rumah
juga telah melaksanakan program ini sesuai
sakit secara menyeluruh yang meliputi
pelayanan promosi, pencegahan, tindakan penanganan untuk perbaikan
pengobatan dan rehabilitatif yang bertujuan lingkungan kerja. Namun, penelitian ini
untuk meningkatkan dan memelihara berbanding terbalik dengan penelitian yang
derajat kesehatan fisik,mental dan sosial dilakukan oleh Tamboto (2017) tentang
yang setinggitingginya bagi SDM di semua Analisis Penerapan Standar Pelayanan
jenis pekerjaan. Kesehatan Kerja Di Rumah Sakit Gmim
Kalooran Amurang Kabupaten Minahasa
Pelayanan Keselamatan Kerja Selatan, dalam penelitiannya menunjukan
Rumah sakit telah melaksanakan bahwa rumah sakit belum melaksanakan
pengawasan yaitu dengan melakukan pemantauan lingkungan kerja. meliputi
pemeriksaan terhadap fasilitas sarana penyediaan sarana detdkti, alarm, pemadam
prasarana yang dilakukan setiap bulan. kebakaran dan sarana evakuasi. Namun, dalam
Untuk pemeliharaan alat kesehatan dengan penelitian ini menunjukkan bahwa sistem
melakukan kalibrasi alat yang dilakukan penanggulangan kebakaran di rumah sakit
setiap 1 (satu) tahun sekali. Pengawasan belum terlaksana dengan baik. Berdasarkan
yang dilakukan sudah sesuai dengan hasil observasi sistem pencegahan dan
Undang-undang Republik Indonesia No 44 penanggulangan kebakaran dirumah belum
Tahun 2009 pasal 16 ayat (2) yang maksimal. Karena, masih kurangnya sarana
menyatakan bahwa peralatan medis harus dan prasarana seperti tidak adanya alat
pemadam api otomatis (Sprinkler), alarm
diuji dan juga dilakukan kalibrasi secara
kebakaran, hydrant, dll.Terdapat beberapa hal
berkala. Pelaksanaan pembinaan dan
yang perlu di perhatikan yaitu dalam
pengawasan perlengkapan keselamatan
pemerataan Sprinkler, jalur evakuasi yang
kerja yang telah dilaksanakan pihak rumah
perlu di lakukan pembenahan kembali karena
sakit yaitu telah menyediakan APD berupa
ada yang sudah tidak tertempel dengan baik,
sarung tangan, masker, APAR lengkap pengadaan detektor asap dan alarm
dengan SOP penggunaan, adanya jalur kebakaran.
evakuasi dan titik kumpul untuk keadaan
Pengembangan Pedoman, Petunjuk
darurat.
Teknis dan SOP
Pemantauan dan Evaluasi Kesehatan Pengembangan pedoman K3RS telah
Lingkungan Kerja dilakukan oleh rumah sakit yaitu dengan
Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan adanya pedoman pelaksanaan K3, pedoman
lingkungan kerja telah dilakukan oleh pihak pencegahan dan penanggulangan kebakaran
rumah sakit. Pelaksanaan tersebut meliputi dan penyusunan SOP kerja untuk
pemeriksaan seluruh area kerja yang memiliki masingmasing unit kerja. Di setiap ruangan
resiko bahaya fisik, kimia ataupun biologi. telah tersedia alat keselamatan dan juga ada
Pengawasan juga dilakukan disetiap area kerja SOP untuk penggunaan serta SOP untuk
yang beresiko seperti tanda perhatian yang keadaan tanggap darurat berupa prosedur
diletakkan di area beresiko jatuh ataupun pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
untuk lantai yang licin dilakukan pergantian Penelitian ini sesuai dengan Peraturan
dengan yang tidak licin.Selanjutnya dilakukan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
evaluasi untuk tindakan selanjutnya. Hal ini Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2010
sesuai dengan Kemenkes RI No 1087 Tahun tentang alat pelindung diri yang menyatakan
2010 yang menyatakan bahwa tempat kerja bahwa pimpinan suatu tempat kerja ataupun
harus menyedian dan menyiapkan lingkungan tenaga kerja yangtelah lama bekerja wajib
kerja yang memenuhi persyaratan baik fisik, memberikan informasi secara tertulis dan
kimia dan biologi melalui kegiatan pengawasan memasang SOP untuk penggunaan APD di
secara rutin kemudin melakukan evaluasi dan tempat kerja.
Pengembangan Pemeliharaan Pengelolaan Review Program Tahunan
Limbah Padat, Cair dan Gas Rumah sakit telah melakukan akreditasi
Pegelolaan limbah di rumah sakit telah setiap 3 tahun sekali dan juga melakukan
dilakukan oleh rumah sakit yaitu dengan reakreditasi setiap 1 tahun sekali yang di
menyediakan tempat penampungan lakukan oleh KARS serta melakukan
sementara dan tempat penampungan akhir evaluasi yang di lakukan setiap 3 bulan
limbah medis yang dilaksanakan sekali. Kegiatan tersebut termasuk dalam
berdasarkan prosedur yang ada. Proses program tahunan yang wajib di lakukan
pengelolaan limbah B3 yaitu dari pemilahan rumah sakit. Penelitian ini sesuai dengan
dengan menggunanakan tempat sampah Peraturan Menteri Kesehatan Republik
medis dan non medis khusus untuk limbah Indonesia Nomor 34 Tahun 2017 tentang
padat yang disediakan pihak rumah sakit di Akreditasi Rumah Sakit.
setiap ruangan, kemudian adanya saluran
Observasi Dokumen
khusus untuk limbah cair dari tiap ruangan
Dari hasil observasi dokumen menunjukan
menuju ke tempat pembuangan limbah cair
rumah sakit telah memiliki dokumen
kemudian menuju ke IPAL.
pemeriksaan kesehatan bagi pekerja,
Pengelolaan Jasa, Bahan Beracun dokumen penyuluhan/pelatihan terkait
Berbahaya dan Barang Berbahaya K3RS, dokumen pengawasan sarana
Berdasarkan hasil observasi rumah sakit prasarana keselamatan dan peralatan
telah menyediakan tempat untuk keselamatan, dokumen kalibrasi alat
menyimpan bahan berbahaya dan beracun kesehatan, dokumen pelaporan kejadian
(B3) yang juga terdapat SOP dan tanda kecelakaan kerja, dokumen pelatihan
peringatan bahaya di tempat penyimpanan tanggap darurat, dokumen pencegahan dan
tersebut. Penelitian ini sesuai dengan penanggulangan kebakaran, dokumen SOP
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia penggunaan alat dan dokumen evaluasi
Nomor 101 Tahun 2014 tentang program K3RS.
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Observasi Lapangan
Beracun.
Berdasarkan hasil observasi dari beberapa
Pengumpulan, Pengolahan, Dokumentasi komponen kesehatan dan keselamatan
Data dan Pelaporan K3RS kerja di rumah sakit menunjukan bahwa
Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan tarkait masih kurangnya sarana pencegahan dan
kejadian kecelakaan kerja rumah sakit telah penanggulangan kebakaran.
melaksanakan. Berdasarkan hasil
Faktor Penghambat Pelaksanaan Program
wawancara menunjukkan bahwa dari tim
K3RS
K3RS dengan tim PPI rumah sakit maupun
Pelaksanaan program kesehatan dan
dengan IGD telah melakukan kerja sama
keselamatan kerja di rumah sakit telah
dalam pelaporan juga penanganan
dilaksanakan dengan baik program K3RS
pengobatan bagi tenaga kerja yang
sudah ada dan berjalan. Namun, ada
mengalami kecelakaan kerja. Selanjutnya
beberapa kendala yang menghambat
dari tim K3RS akan melakukan evaluasi
pelaksanaan program, yaitu karyawan
untuk tindakan selanjutnya.
baru yang belum diberikan sosialisasi terkait Rumah sakit tidak memiliki tenaga khusus
K3 dikarena jadwal yang padat sehingga ahli K3RS. Penelitian ini sejalan dengan
belum sempat di berikan sosialisasi. penelitian yang di lakukan oleh Ristiono dan
Sosialisasi biasanya di lakukan ketika Azkha (2010), hasil penelitiannya
karyawan dinyatakan diterima bekerja telah menunjukan bahwa salah satu faktor
bekerja kurang lebih 1 (satu) bulan setelah penghambat pelaksanaan K3RS adalah
mereka bekerja. sumber daya manusia.

KESIMPULAN
Pelaksanaan Program K3RS i. Pengembangan Program Pemeliharaan
a. Pengembangan Kebijakan K3RS, pihak Pengelolaan Limbah Padat, cair dan Gas,
rumah sakit telah melaksanakan dengan rumah sakit telah menyediakan tempat
mengeluarkan surat keputusan tentang penampungan limbah sementara dan
pembentukan tim K3RS. tempat pengolahan akhir limbah medis.
b. Pembudayaan Perilaku K3RS, rumah sakit j. Pengelolaan Jasa, Bahan Beracun
telah menerapkan budaya K3 di rumah sakit Berbahaya dan Barang Berbahaya, rumah
yaitu dengan dilakukannya sosialisasi sakit telah menyediakan tempat
tentang K3RS kepada SDM RS dan penyimpanan khusus untuk B3.
memberikan informasi kepada pasien k. Pengumpulan Data, Pengolahan dan
ataupun kepada pengantar pasien dan Pelaporan K3RS, rumah sakit telah
pengunjung rumah sakit. melakukan kerja sama dari tim K3RS dengan
c. Pengembangan SDM, rumah sakit telah tim PPI rumah sakit.
melaksanakan pelatihan kepada SDM l. Review Program Tahunan, rumah sakit
rumah sakit dan untuk pelatihan lanjutan melakukan akreditasi sesuai dengan
dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali. Permenkes RI No 34 Tahun 2017 tentang
d. Pelayanan Kesehatan Kerja, rumah sakit akreditasi rumah sakit.
telah melaksanakan program pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan SARAN
Rumah sakit perlu menambahkan sarana
kesehatan berkala dan pemeriksaan
prasarana tanggap darurat kebakaran
kesehatan khusus.
seperti hydrant, alarm kebakaran, detektor
e. Pelayanan Keselamatan Kerja, rumah
asap dan alat pemadam api ototmatis
sakit telah melakukan pengawasan dengan
(sprinkler)
melakukannya pemeriksaan sarana-
prasarana dan peralatan keselamatan. KELEBIHAN JURNAL
f. Pemantauan Kesehatan Lingkungan Kerja, 1. Pembahasan Detail dan Terperinci
rumah sakit telah melaksanakan 2. Menyajikan Abstrak dan Kesimpulan
pengawasan lingkungan kerja atau area 3. Urutan Penulisan Tersusun Rapi
kerja yang memiliki resiko bahaya.
g. Pengembangan Manajemen Tanggap KELEBIHAN JURNAL
Darurat, rumah sakit telah menyediakan 1. Tidak menggunakan bahasa yang lugas
sarana prasarana dan alat keselamatan, 2. Tidak mendorong adanya penelitian
namun sistem penanggulangan kebakaran lanjutan
belum maksimal.
h. Pengembangan Pedoman, Petunjuk
teknis dan SOP, rumah sakit telah
menyediakan alat keselamatan dan juga
SOP penggunaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ferlina Maringka*, Paul A. T. Kawatu*, Maureen I. Punuh*,ANALISIS PELAKSANAAN
PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA RUMAH SAKIT (K3RS) DI RUMAH
SAKIT TINGKAT II ROBERT WOLTER MONGISIDI KOTA MANADO, Jurnal KESMAS, *
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado, 2019.
Ade Nurfitriah
D3 Farmasi
NIM 2348401014

Anda mungkin juga menyukai