Makalah Gadar 4B-1
Makalah Gadar 4B-1
Makalah Gadar 4B-1
Tak lupa, penulis juga ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi baik dalam memberikan gagasan dan pandangan
maupun dukungan finansial.
Kami berharap bahwa makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan
tambahan kepada para pembaca. Bahkan, lebih dari itu, kami berharap agar isi
makalah ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari pembaca.
Penulis sadar bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
terutama karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca untuk
membantu meningkatkan kualitas makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KEGAWATDARURATAN MATERNAL
A. Kesimpulan ........................................................................................ 33
B. Saran ................................................................................................. 16
3
BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup
bulan meluputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan
( abortus,mola,hidatidosa,kista vasikuler,kehamilan ektra uteri/ ektopik ) dan
perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan ( plasenta previa, solusio
plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio
sesaria, retensio plasenta inkomplit, sungsang, vacum, hpp ), perdarahan
pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri.
Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses
kelahirannya. Ancaman jiwa berupa kematian tidak diduga secara pasti
walaupun dengan bantuan alat-alat medis modern sekalupun, sering kali
memberikan gambaran berbeda terhadap kondisi bayi saat lahir.
Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani
kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tidak semua medis memiliki
kemauan dan keterampilan standart, dalam melakukan resusitasi pada bayi
baru lahir yang dapat dihandalkan, walaupun mereka itu memiliki latar
belakang pendidikan sebagai profesional ahli.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk
mendeskripsikan Konsep Dasar Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Stabilisasi Pasien dan Sistem Rujukan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
meninggal dalam rentang usia 29 hari-11 bulan (post-neonatal).
Sementara, 2.506 balita (8,9%) meninggal dalam rentang usia 12-59 bulan.
Mayoritas atau 35,2% kematian balita neonatal karena berat badan lahir
rendah. Kematian balita neonatal akibat asfiksia sebesar 27,4%, kelainan
kongenital 11,4%, infeksi 3,4%, tetanus neonatorium 0,03%, dan lainnya
22,5%. Kematian balita post-neonatal paling banyak karena pneumonia,
yakni 14,5%. Ada pula kematian balita post-neonatal akibat diare sebesar
9,8%, kelainan kongenital lainnya 0,5%, penyakit syaraf 0,9%, dan faktor
lainnya 73,9%. Sementara, 42,83% kematian balita dalam rentang usia 12-
59 bulan karena infeksi parasit. Ada pula kematian balita dalam rentang
usia tersebut karena pneumonia sebesar 5,05%, diare 4,5%, tenggelam
0,05%, dan faktor lainnya 47,41% (BPS, 2020).
6
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti kasus
rujukan kegawatdaruratan maternal dan neonatal di Puskesmas PONED
Andalas Padang tahun 2022, dengan tujuan untuk mengetahui kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal di Puskesmas PONED Andalas
Padang tahun 2022, mengetahui karakteristik kasus rujukan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal dan kondisi pasien
kegawatdaruratan pada saat dilakukan rujukan ke rumah sakit PONEK.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Kegawatdaruratan Maternal
danmanajemen yang tepat pada bayi baru lahir dan sakit kritis (≤ usia 28
8
dokter-pasien dalam menerima dan menangani pasien harus
tetapdiperhatikan.
3. Kelemah-lembutan
Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan setiap
langkah harus dilakukan dengan penuh halus, termasuk menjelaskan
kepada pasien bahwa rasa sakit atau kurang enak tidak dapat dihindari
sewaktu melakukan pemeriksaan atau pemberian pengobatan,tetapo
prosedur akan dilakukan selembut mungkin sehingga perasaankurang
enak itu diupayakan sesedikit mungkin.
4. Komunikatif
Petugas kesehatan harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa
Inggris dan kalimat yang tepat, mudah dipahami, dan memperhatikan
nilai norma budaya setempat. Dalam melakukan pemeriksaan, petugas
kesehatan harus menjelaskan kepada pasien apa yang akan diperiksa
dan apa yang diharapkan. Apabila hasil pemeriksaan normal atau kondisi
pasien sudah stabil, upaya untuk memastikan hal itu harus dilakukan.
Menjelaskan kondisi yang sebenarnya bagi pasien sangatlah penting.
5. Hak Pasien
Hak-hak pasien harus dihormati seperti penjelasan informed consent,hak
pasien untuk menolak pengobatan yang akan diberikan dan kerahasiaan
status medis pasien.
6. Dukungan Keluarga (Dukungan Keluarga)
9
Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan. Oleh karena itu,
petugas memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang
kondisi pasien,peka akan masalah kelurga yang tentang dengan Batasan
keuangan, keterbatasan transportasi, dan sebagainya. Dalam kondisi
tertentu, prinsip-prinsip tersebut dapat dinomorduakan, misalnya apa bila
pasien dalam keadaan syok, dan petugas Kesehatan kebetulan hanya
sendirian,maka tidak mungkin untuk meminta informed consent kepada
keluarga pasien. Prosedur untuk menyelamatkan jiwa pasien harus
dilakukan walaupun keluarga pasien belum diberi informasi.
7. Penilaian Awal
Dalam menentukan kondisi kasus obstetri yang dihadapi apakah dalam
keadaa gawat darurat atau tidak, secara prinsip harus dilakukan
pemeriksaan secara sistematis meliputi anamnesa,pemeriksaan fisik
umum, dan pemeriksaan obstetrik. Dalam praktik, oleh karena
pemeriksaan sistematis membutuhkan waktu yang agak lama,padahal
penilaian harus dilakukan dengan cepat, maka penilaian dilakukan awal.
Penilaian awal adalah langkah untuk menentukan dengan cepat kasus
obstetri yang salah dalam keadaan kegawatdarurat dan membutuhkan
bantuan segera dengan mengidentifikasi penyulit yang menghadap.
Dalam penilaian awal ini, anamnesis lengkap belum dilakukan.Anamnesis
awal dilakukan bersama-sama periksa periksa, periksa raba,dan
penilaian tanda vital dan hanya untuk mendapatkan informasi yang
sangat penting berkaitan dengan kasus. Misalnya apakah kasus
mengalami pendarahan,demam,tidak sadar,kejang,sudah mengedan,atau
bersalin berapa lama,dan misalnya.Fokus utama penilaian adalah apakah
pasien mengalami syok hipoflemik,syokseptik,syok jenis lain(syok
kardiogenik, syok neurologik, dan sebagainya), koma, kejang-kejang,
atau koma disertai kejang-kejang, dan hal itu terjadi dalam kehamilan,
pengiriman, atau pasca pengiriman.
C. Prinsip umum Penanganan Kasus Kegawatdaruratan.
1. Pastikan Jalan Napas Bebas
Harus yakin bahwa jalan napas tidak tersumbat. Jangan memberikan
cairan atau makanan ke dalam mulut karena pasien sewaktu-waktu dapat
muntah dan cairan muntahan dapat terisap masuk ke dalam paru-paru.
10
Putarlah kepala pasien dan kalau perlu putar juga badannya kesamping
dengan demikian bila ia muntah, tidak sampai terjadi aspirasi. Jagalah
agar kondisi badannya tetap hangat karena kondisi hipotermia berbahaya
dan dapat memperberat syok. Naikkanlah kaki pasien untuk membantu
aliran darah balik ke jantung. Jika posisi berbaring menyebabkan pasien
merasa sesak napas, kemungkinan besar hal ini disebabkan gagal
jantung dan edema paru-paru. Pada kasus demikian,Kisaran diturunkan
dan naikkanlah posisi kepala untuk mengurangi cairan dalam paru-paru.
2. Pemberian Oksigen
Oksigen diberikan dengan kecepatan 6-8 liter/menit. Intubasimaupun
ventilasi tekanan positif dilakukan jika ada indikasi yang jelas.
3. Pemberian Cairan Intravena
Cairan intra vena diberikan pada tahap awal untuk persiapan
mengantisipasi kalau kemudian penambahan cairan dibutuhkan.
Pemberian cairan infus intravena selanjutnya baik jenis cairan,
banyaknya cairan yang diberikan,dan kecepatan memberikan cairan
harus sesuai dengan diagnosis kasus. Misalnya memberikan cairan untuk
mengganti cairan tubuh yang hilang pada syok hipovolemik seperti pada
pendarahan berbeda dengan pemberian cairan pada syok septik. Pada
umumnya dipilih cairan isotonik, misalnya NaCl 0.9 % atau Ringer Laktat.
Jarum infus yang digunakan sebaiknya nomor 16-18 agar cairan dapat
dimasukkan secara cepat. Pengukuran banyaknya cairan infus yang
diberikan sangatlah penting. Berhati-hatilah agar-agar tidak berlebihan
memberikan cairan intravena terlebih lagi pada syok septik. Setiap tanda
pembengkakan,napas pendek, dan pipi bengkak, kemungkinan besar
adalah tanda kelebihan pemberian cairan. Bagaimana pun hal ini terjadi,
pemberian cairan dihentikan.Diuretika mungkin harus diberikan bila
terjadi edema paru-paru.
11
keputusan untuk memberikan transfusi darah harus dilakukan dengan
sangat hati-hati. Risiko yang serius terkait dengan transfuse darah
mencakup penyebaran mikroorganisme infeksius (misalnya manusia
immunodeficiency virus atau HIV dan virus hepatitis), masalah yang
tentang dengan imunologi (misalnyahemolisisintravaskular),dan
kelebihan cairan dalam transfusi darah.
6. Pemberian Antibiotika
Antibiotika harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada
kasus sepsi, syok septik, cidera intraabdominal, dan perforasi
uterus.Pada kasus syok, pemberian antibiotika intravena lebih
diutamakan sebab lebih cepat menyebarkan obat ke jaringan yang
terkena infeksi. Bagaimanapun pemberian intravena tidak mungkin,obat
dapat diberikan intramuskular. antibiotik Pemberianan per oral diberikan
jika diberikan intravena dan intramuskular tidak memungkinkan, yaitu jika
pasien dalam keadaan syok, pada infeksi ringan, atau untuk mencegah
infeksi yang belum timbul, namun diantisipasi dapat terjadi sebagai
komplikasi.
Profilaksis antibiotika adalah pemberian antibiotika untuk pencegahan
infeksi pada kasus tanpa tanda-tanda dan gejala infeksi. Antibiotika
diberikan dalam dosis tugngal, paling banyak adalah 3 kalidosis.
menyarankan profilaksis antibiotika diberikan setelah tali pusat diklem
untuk menghindari efeknya pada bayi. Profilaksis antibiotika yang
12
diberikan dalam dosis terapeutik selain menyalahi prinsip juga tidak perlu
dan suatu pemborosan bagi yang penderita. Risiko penggunaan
antibiotika yang berlebihan ialah retensi kuma, efek samping, toksisitas,
reaksialergi, danbiaya yang tidak perlu dikeluarkan.
9. Rujukan
Apabila fasilitas medis di tempat diterima kasus tidak mampu untuk
menyelesaikan kasus dengan tindakan klinik yang memadai, maka kasus
harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap.
Mempertimbangkan sebelum pasien dirujuk, fasilitas kesehatan yang
akan menerima pelanggan dihubungi dan diberitahu terlebih dahulu
sehingga persiapan penanganan entahlah perawatan masuk telah
dilakukan dan diyakini rujukan kasusa tidak akan ditolak.
D. Pengenalan Segera Kegawatdaruratan.
Sebelum melakukan pertolongan harus diingat bahwa tidak jarang
anda memasuki keadaan yang berbahaya. Selain resiko dari infeksi anda
juga dapat menjadi korban jika tidak memperhatikan kondisi sekitar pada
13
saat melakukan pertolongan. Ingatlah prioritas keamanan pada saat
memasuki daerah tugas :
1. Keamanan anda
Nampaknya egoistis, namun kenyataan adalah bahwa keamanan diri
sendiri merupakan prioritas utama. Mengapa ? Karena bagaimana kita
akan dapat melakukan pertolongan jika kondisi kita sendiri berada dalam
bahaya. Akan merupakan hal yang ironis seandainya kita bermaksud
menolong tetapi karena tidak memperhatikan situasi kita sendiri yang
terjerumus dalam bahaya.
2. Keamanan lingkungan
Ingat rumus do no further harm jangan membuat cedera semakin parah,
karena ini meliputi juga lingkungan sekitar penderita yang belum terkena
cidera. Sebagai contoh adalah saat mendekati mobil yang sudah mengalami
kecelakaan, dankeluar asap. Ingatkan dengan segera para penonton untuk
cepat-cepat menyingkir karena ada bahaya ledakan/api.
3. Keamanan penderita
Betapapun ironisnya, tetapi prioritas terakhir adalah penderita sendiri,
karena penderita ini sudah cidera sejak awal. Apapun yangdilakukan
pada penderita ingatlah untuk do no further harm “ jangan membuat
semakin parah”.
14
yang dengan segera akan menyebabkan kematian ? jawabannya adalah
masalah
ABC= Airway – breathing – Circulation (atau = jalan napas, pernapasan
dansirkulasi darah). Karena itu yang harus dilakukan saat ini adalah :
kesan umum (mengenai penderitanya) àrespon penderita à masalah
saluran udara atau sirkulasi.
16
nyeri adalah daerah putting susu, tetapi di Indonesia hal ini sebaiknya
tidak dilakukan, cubitlah pada daerah lengan saja atau daerah dada
dengan keras.
17
sehingga tidak dapat diajak berbicara perhatikan hal-hal seperti
berikut:
a. Lihat : Berapa frekuensi pernafasannya ?
Jumlah pernafasan normal
7. Menilai Sirkulasi
F. Pemeriksaan Penderita
Pemeriksaan fisik penderita terdiri dari 2 bagian :
18
1. Pemeriksaan tanda vital
Tanda-tanda vital yang diperiksa adalah :
a) Pernafasan penderita
b) Nadi
c) Kulit
d) Pupil
e) Tekanan darah ( jika mampu)
Lakukan pemeriksaan tanda vital ini secara berulang kali,
karenakeadaan dapat berubah setiap saat.
19
1) Kecepatan nadi (frekuensi)
2) Kekuatan nadi ( nadi yang normal lengkap dan kuat
3) Irama nadi ( Nadi yang normal mempunyai jarak tetap antara setiap
denyutan )
20
penyalahgunaan alkohol (mabu) , tersengat matahari,
serangandemam ,atau pada penyakit infeksi. Kebiru-biruan adalah
selalumasalah serius, tampak pertama kali pada ujung jari dan sekitar
mulut. Umumnya, disebabkan karena kadar CO2 seperti pada
syok,serangan jantung atau keracunan. Kekuning-kuningan mungkin
disebabkan karena penyakit hati . Kehitaman atau warna biru tuayang
setempat ( lokal) adalah hasil dari darah merembes atau meresap
dibawah kulit. Biasanya diebabkan oleh cedera atau infeksi.Jika
penderita berkulit gelap, kita dapat memeriksa perubahan warna kulit
pada bibir, kuku, telap tangan , cuping telinga, daerah putih pada
mata, permukaan sebelah dalam pada kelopak mata, gusi atau lidah.
3) Kondisi kulit
Kulit biasanya kering, apabila kulit lembab atau basah
itumungkin menunjukan syok, kegawatdaruratan panas
ataukegawatdaruratan pada diabetes.
d. Pupil
Pupil adalah bulatan hitam ditengah pada bola mata pupil akan
mengecil saat mendapatkan sinar dan melebar saat kekurangan
sinar.Kedua pu[pil harus sama ukuranmya kecuali ada cedera.
Cara melihat pupil :
sorotkan senter anda kesalah satu mata penderita dan lihat apakah
pupil mengecil pada respon cahaya. Jangan menyorot lebih dari
beberapa detik karena penderita merasa tidak nyaman.Bentuk
kelainan pupil :
1) Tidak ada reaksi pupil terhadap Cahaya
2) Pupil tetap mengecil ( disebabkan over dosis obat )
3) Pupil tidak sama ( disebabkan cedera kepala atau stroke ).
G. SISTEM RUJUKAN
1. Definisi Sistem rujukan
adalah sistem yang dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif, dan
koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal yang paripurna darikomprehensif bagi masyarakat yang
membutuhkan terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka
21
berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar dapat dicapai
peningkatan derajat kesehatan dan neonataldi wilayah mereka berada
(Depkes RI. 2006)Menurut SK Mentri Kesehatan RI No. 32 Tahun 1972
sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tangguang jawab timbal balik
terhadap satu kasus masalah kesehatan secara horizontal dalam arti
antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.Dapat dikatakan bahwa
sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya tangguang jawab secara timbal balik atas
timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan
masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal yang lebih kompeten
terjangkau dan dilakukan secara rasional.
2. Tujuan
Sistem rujukan bertujuan agar pasien mendapatkan pertolongan pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat
terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan AKI dan AKB.
3. Jenis.
a. Menurut tata hubungannya, sistem rujakan terdiri dari : rujukan
internal dan rujukan neonatal.
1) Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terdiri di antarunit
pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring
puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk.
2) Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unitdalam
jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas kerumah sakit
umum daerah).
b. Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan
medik dan rujukan kesehatan.
1) Rujukan Medik
Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik,
pengobatan,spesimen, pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih
kompeten.
22
2) Rujukan Kesehatan Adalah rujukan yang mengangkat masalah
kesehatan masyarakatyang bersifat preventif dan promotif.
4. Tujuan sistem rujukan upaya kesehatan :
a. Umum
Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan didukung mutu
pelayananyang optimal.
b. Khusus
Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat
kuratifdan rehabilatif secara berhasil guna dan berdaya guna.
1) Puskesmas pembantu
23
2) Pondok bersalin/bidan desa
3) Puskesmas/ puskesmas rawat inap
4) Rumah Sakit pemerintah/ swasta
c. Dari Puskesmas Pembantu
Dapat langsung mrujuk ke rumah sakit tipe D C atau rumahsakit
swasta.
d. Dari Pondok bersalin
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D atau rumah sakit
swasta.
f. Kendaraan
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu
dalam kondisi yang cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi
kendaraan itu cukup baik untuk. mencapai tempat rujukan dalam waktu
yang tepat.
g. Uang
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat-obatan yang diperiukan dan bahan -bahan
kesehatan lain yang diperiukan selama ibu dan/atau bayi baru lahir
tinggal di fesilitas rujukan.
h. Darah
Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membantu transfusi darah apabila
terjadi perdarahan.
8. Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/
sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita
9. Tindak Lanjut Penderita
a. untuk penderita yang telah dikembalikan
b. harus kunjungan rumah bila penderita yang memerlukan tindakanlanjut
tetapi tidak melapor.
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
26
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup
bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan
(abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik)
dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan
(plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per
vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet),
perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri.
Neonatus adalah organisme yang berada pada periode adaptasi kehidupan
intrauterin ke ekstrauterin. Masa neonatus adalah periode selama satu
bulan tepat 4 minggu atau 28 hari setelah lahir)
Penyebab kematian yang paling cepat pada neonatus adalah asfiksia dan
perdarahan. Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas dan
morbiditas yang penting. Akibat jangka panjang, asfiksia perinatal dapat
diperbaiki secara bermakna jika gangguan ini diketahui sebelum kelahiran
(misal, pada keadaan gawat janin) sehingga dapat diusahakan
memperbaiki sirkulasi / oksigenasi janin intrauterin atau segera melahirkan
janin untuk mempersingkat masa hipoksemia janin yang terjadi.
B. Saran
Mengingat tingginya AKI dan AKB di Indonesia, maka kegawatdaruratan
maternal dan neonatal haruslah ditangani dengan cepat dan tepat.
Penanganan yang tepat dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga di
Indonesia. Maka, dengan mempelajari dan memahami kegawatdaruratan
maternal dan neonatal, diharapkan bidan dapat memberikan penanganan
yang maksimal dan sesuai standar demi kesehatan ibu dan anak
27
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/10800992/kegawatdaruratan_obstetri
https://jcs.greenpublisher.id/index.php/jcs/article/download/
12/15#:~:text=Kegawatdaruratan%20Maternal%20merupakan%20kejadian
%20berbahaya,lahir%20usia%200%2D28%20hari
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4634/2/BAB%20I
%20Pendahuluan.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2711/4/4.%20Chapter%202.pdf
http://repository.unimus.ac.id/1299/3/5.%20BAB%20II.pdf
https://www.scribd.com/document/372752204/Makalah-Kegawatdaruratan-
Obstetri-Dan-Neonatal
28