Makalah Gadar 4B-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

STABILISASI PASIEN DAN SISTEM RUJUKAN

DUSUSUN OLEH KELOMPOK 4.B ;


1. ALYA MAULY HANDAYANI
2. AYU PURWANINGSIH
3. ERA FAJIRA
4. FENARTI
5. KOMANG AYU SEPTI MAHARIAANI
6. NURUN NISA
7. PURWANTI
8. SRI AULIA IRVANI
9. MARYAM NIRMALA

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MATARAM
T.A 2024
KATA PENGANTAR
Puji terima kasih kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
karena dengan rahmat,karunia,serta taufiik dan hidayahnya yang dapat
menyelesaikan makalah tentang “Stabilitas pasien gawat darurat maternal dan
neonatal dan sistem rujukan kebidanan” dalam mata kuliah kegawatdaruratan yang
telah memberikan tugas ini.

Kami sangat berhaarap makalah ini dapat berguna dalam menambah


wawasan dan pengetahuan perlengkapan tentang “ kegawatdaruratan maternal
neonatal stabilisasi pasien dan system rujukan”

Tak lupa, penulis juga ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi baik dalam memberikan gagasan dan pandangan
maupun dukungan finansial.

Kami berharap bahwa makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan
tambahan kepada para pembaca. Bahkan, lebih dari itu, kami berharap agar isi
makalah ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari pembaca.

Penulis sadar bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
terutama karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca untuk
membantu meningkatkan kualitas makalah ini.

Mataram, 23 April 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan Khusus .................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2

BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………… 3

KEGAWATDARURATAN MATERNAL

A. Definisi kegawatdaruratan maternal .................................................. 3


B. Prinsip dasar penanganan kegawatdaruratan.................................... 3
C. Prinsip umum penananganan Kasus kegawatdaruratan....................
........................................................................................................... .
D. Pengenalan Segera kegawatdaruratan
E. Stabilisasi Penderita
F. Pemeriksaan Penderita
G. Sistem Rujukan ................................................................................. 1

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 11

A. Kesimpulan ........................................................................................ 33
B. Saran ................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 17


dfffffff

3
BAB l
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup
bulan meluputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan
( abortus,mola,hidatidosa,kista vasikuler,kehamilan ektra uteri/ ektopik ) dan
perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan ( plasenta previa, solusio
plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio
sesaria, retensio plasenta inkomplit, sungsang, vacum, hpp ), perdarahan
pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri.
Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses
kelahirannya. Ancaman jiwa berupa kematian tidak diduga secara pasti
walaupun dengan bantuan alat-alat medis modern sekalupun, sering kali
memberikan gambaran berbeda terhadap kondisi bayi saat lahir.
Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani
kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tidak semua medis memiliki
kemauan dan keterampilan standart, dalam melakukan resusitasi pada bayi
baru lahir yang dapat dihandalkan, walaupun mereka itu memiliki latar
belakang pendidikan sebagai profesional ahli.
B. Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah Konsep Dasar


Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Stabilisasi Pasien dan Sistem Rujukan

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk
mendeskripsikan Konsep Dasar Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Stabilisasi Pasien dan Sistem Rujukan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kegawatdaruratan merupakan suatu kejadian yang tiba-tiba


menuntut tindakan segera yang mungkin karena epidemi, kejadian alam,
untuk bencana teknologi, perselisihan atau kejadian yang disebabkan oleh
manusia (WHO, 2012 dalam Putri dkk, 2019).

Istilah kegawatan dan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan


yang serius, yang harus mendapatkan pertolongan segera.
Kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah kegawatan atau
kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas
(Maryunani A, 2016:28).

Gawat Darurat adalah keadaan klinis yang membutuhkan tindakan


medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan
(Permenkes RI No. 47 tahun 2018). Pelayanan kegawat daruratan adalah
tindakan medis yang dibutuhkan oleh pasien gawat darurat dalam waktu
segera untuk menyelamatkan nyawa dan pencegahan kecacatan
(Permenkes RI No. 47 tahun 2018). Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah
suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat (Permenkes RI No. 47 tahun 2018).

Kematian Ibu (AKI) menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada


tahun 2030. Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia meningkat dari 228 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2007 menjadi 359 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2007-2012. Angka Kematian Ibu (AKI)
mengalami penurunan pada tahun 2012-2015 menjadi 305 per 100.000
kelahiran hidup dan jumlah kematian ibu di Indonesia pada tahun 2019
yaitu sebanyak 4.221 kasus (Kemenkes RI, 2019). Kematian bayi berusia
di bawah lima tahun (balita) di Indonesia mencapai 28.158 jiwa pada tahun
2020. Dari jumlah itu, sebanyak 20.266 balita (71,97%) meninggal dalam
rentang usia 0-28 hari (neonatal). Sebanyak 5.386 balita (19,13%)

5
meninggal dalam rentang usia 29 hari-11 bulan (post-neonatal).
Sementara, 2.506 balita (8,9%) meninggal dalam rentang usia 12-59 bulan.
Mayoritas atau 35,2% kematian balita neonatal karena berat badan lahir
rendah. Kematian balita neonatal akibat asfiksia sebesar 27,4%, kelainan
kongenital 11,4%, infeksi 3,4%, tetanus neonatorium 0,03%, dan lainnya
22,5%. Kematian balita post-neonatal paling banyak karena pneumonia,
yakni 14,5%. Ada pula kematian balita post-neonatal akibat diare sebesar
9,8%, kelainan kongenital lainnya 0,5%, penyakit syaraf 0,9%, dan faktor
lainnya 73,9%. Sementara, 42,83% kematian balita dalam rentang usia 12-
59 bulan karena infeksi parasit. Ada pula kematian balita dalam rentang
usia tersebut karena pneumonia sebesar 5,05%, diare 4,5%, tenggelam
0,05%, dan faktor lainnya 47,41% (BPS, 2020).

Kegawatdaruratan maternal dan neonatal dapat ditangani dari mulai


pelayanan dasar sampai pelayanan yang lebih komprehensif. Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah puskesmas rawat
inap yang mampu menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal
emergensi atau komplikasi. Pada kondisi Puskesmas yang difungsikan
sebagai pusat rujukan-antara tidak mampu memberi layanan rujukan
medis pada kasus obstetri dan neonatal (PONED), pasien harus
secepatnya dirujuk ke RS rujukan (PONEK/RSSIB) yang dilakukan
stabilisasi terlebih dahulu oleh Puskesmas PONED (Kemenkes RI, 2013).

Rumah sakit PONEK 24 jam adalah Rumah Sakit yang


menyelenggarakan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal
secara komprehensif dan terintegrasi 24 jam sehari, 7 hari dalam
seminggu. RS mampu PONEK 24 jam memiliki tenaga dengan
kemampuan serta sarana dan prasarana penunjang yang memadai
untukmemberikan pelayanan pertolongan kegawatdaruatan obstetrik dan
neonatal dasar maupun komprehensif untuk secara langsung terhadap ibu
hamil,ibu bersalin dan ibu nifas baik yang datang sendiri atau atas rujukan
kader atau masyarakat, Bidan di desa, Puskesmas dan puskesmas
mampu PONED (Kemenkes RI, 2013)..

6
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti kasus
rujukan kegawatdaruratan maternal dan neonatal di Puskesmas PONED
Andalas Padang tahun 2022, dengan tujuan untuk mengetahui kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal di Puskesmas PONED Andalas
Padang tahun 2022, mengetahui karakteristik kasus rujukan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal dan kondisi pasien
kegawatdaruratan pada saat dilakukan rujukan ke rumah sakit PONEK.

7
BAB III

PEMBAHASAN

Kegawatdaruratan Maternal

A. Definisi Kegawatdaruratan Maternal


Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak terduga atau terjadi

secaratiba-tiba, seringkali merupak suatu kejadian yang berrbahaya.

Kegawatdaruratan maternal adalah kondisi kesehatan yang


mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah
persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan
dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya.

Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan


evaluasi

danmanajemen yang tepat pada bayi baru lahir dan sakit kritis (≤ usia 28

hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan


psikologisdan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul
sewaktu-waktuwaktu (Sharieff, Brousseau, 2006).

Penanganan kegawatdaruratan obstetrik tidak hanya


membutuhkansebuat tim medis yang menangani kegawatdaruratan tetapi
lebih padamembutuhkan petugas kesehatan yang dilatih untuk setiap kasus-
kasuskegawatdaruratan.

B. Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan


1. Prinsip Dasar
Dalam menangani kasus kegawatdaruratan, penentuan
permasalahanutama (diagnosis) dan tindakan pertolongannya harus
dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang tidak panik, meskipun
suasana keluarga pasienataupun pengantarnya mungkin dalam
ketakutan. Semuanya dilakukandengan cepat, cermat, dan terarah.
Walaupun prosedur pemeriksaan dan bantuan dilakukan dengan cepat,

8
dokter-pasien dalam menerima dan menangani pasien harus
tetapdiperhatikan.

2. Menghormati hak pasien


Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa
memandang status sosial dan ekonominya. Dalam hal ini petugas harus
memahami dan peka bahwa dalam situasi dan kondisi awatdarurat
perasaan cemas,ketakutan,dan berbicara adalah wajar bagi setiap
manusia dan kelurga yang mengalaminya.

3. Kelemah-lembutan
Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan setiap
langkah harus dilakukan dengan penuh halus, termasuk menjelaskan
kepada pasien bahwa rasa sakit atau kurang enak tidak dapat dihindari
sewaktu melakukan pemeriksaan atau pemberian pengobatan,tetapo
prosedur akan dilakukan selembut mungkin sehingga perasaankurang
enak itu diupayakan sesedikit mungkin.

4. Komunikatif
Petugas kesehatan harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa
Inggris dan kalimat yang tepat, mudah dipahami, dan memperhatikan
nilai norma budaya setempat. Dalam melakukan pemeriksaan, petugas
kesehatan harus menjelaskan kepada pasien apa yang akan diperiksa
dan apa yang diharapkan. Apabila hasil pemeriksaan normal atau kondisi
pasien sudah stabil, upaya untuk memastikan hal itu harus dilakukan.
Menjelaskan kondisi yang sebenarnya bagi pasien sangatlah penting.

5. Hak Pasien
Hak-hak pasien harus dihormati seperti penjelasan informed consent,hak
pasien untuk menolak pengobatan yang akan diberikan dan kerahasiaan
status medis pasien.
6. Dukungan Keluarga (Dukungan Keluarga)

9
Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan. Oleh karena itu,
petugas memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang
kondisi pasien,peka akan masalah kelurga yang tentang dengan Batasan
keuangan, keterbatasan transportasi, dan sebagainya. Dalam kondisi
tertentu, prinsip-prinsip tersebut dapat dinomorduakan, misalnya apa bila
pasien dalam keadaan syok, dan petugas Kesehatan kebetulan hanya
sendirian,maka tidak mungkin untuk meminta informed consent kepada
keluarga pasien. Prosedur untuk menyelamatkan jiwa pasien harus
dilakukan walaupun keluarga pasien belum diberi informasi.
7. Penilaian Awal
Dalam menentukan kondisi kasus obstetri yang dihadapi apakah dalam
keadaa gawat darurat atau tidak, secara prinsip harus dilakukan
pemeriksaan secara sistematis meliputi anamnesa,pemeriksaan fisik
umum, dan pemeriksaan obstetrik. Dalam praktik, oleh karena
pemeriksaan sistematis membutuhkan waktu yang agak lama,padahal
penilaian harus dilakukan dengan cepat, maka penilaian dilakukan awal.
Penilaian awal adalah langkah untuk menentukan dengan cepat kasus
obstetri yang salah dalam keadaan kegawatdarurat dan membutuhkan
bantuan segera dengan mengidentifikasi penyulit yang menghadap.
Dalam penilaian awal ini, anamnesis lengkap belum dilakukan.Anamnesis
awal dilakukan bersama-sama periksa periksa, periksa raba,dan
penilaian tanda vital dan hanya untuk mendapatkan informasi yang
sangat penting berkaitan dengan kasus. Misalnya apakah kasus
mengalami pendarahan,demam,tidak sadar,kejang,sudah mengedan,atau
bersalin berapa lama,dan misalnya.Fokus utama penilaian adalah apakah
pasien mengalami syok hipoflemik,syokseptik,syok jenis lain(syok
kardiogenik, syok neurologik, dan sebagainya), koma, kejang-kejang,
atau koma disertai kejang-kejang, dan hal itu terjadi dalam kehamilan,
pengiriman, atau pasca pengiriman.
C. Prinsip umum Penanganan Kasus Kegawatdaruratan.
1. Pastikan Jalan Napas Bebas
Harus yakin bahwa jalan napas tidak tersumbat. Jangan memberikan
cairan atau makanan ke dalam mulut karena pasien sewaktu-waktu dapat
muntah dan cairan muntahan dapat terisap masuk ke dalam paru-paru.
10
Putarlah kepala pasien dan kalau perlu putar juga badannya kesamping
dengan demikian bila ia muntah, tidak sampai terjadi aspirasi. Jagalah
agar kondisi badannya tetap hangat karena kondisi hipotermia berbahaya
dan dapat memperberat syok. Naikkanlah kaki pasien untuk membantu
aliran darah balik ke jantung. Jika posisi berbaring menyebabkan pasien
merasa sesak napas, kemungkinan besar hal ini disebabkan gagal
jantung dan edema paru-paru. Pada kasus demikian,Kisaran diturunkan
dan naikkanlah posisi kepala untuk mengurangi cairan dalam paru-paru.
2. Pemberian Oksigen
Oksigen diberikan dengan kecepatan 6-8 liter/menit. Intubasimaupun
ventilasi tekanan positif dilakukan jika ada indikasi yang jelas.
3. Pemberian Cairan Intravena
Cairan intra vena diberikan pada tahap awal untuk persiapan
mengantisipasi kalau kemudian penambahan cairan dibutuhkan.
Pemberian cairan infus intravena selanjutnya baik jenis cairan,
banyaknya cairan yang diberikan,dan kecepatan memberikan cairan
harus sesuai dengan diagnosis kasus. Misalnya memberikan cairan untuk
mengganti cairan tubuh yang hilang pada syok hipovolemik seperti pada
pendarahan berbeda dengan pemberian cairan pada syok septik. Pada
umumnya dipilih cairan isotonik, misalnya NaCl 0.9 % atau Ringer Laktat.
Jarum infus yang digunakan sebaiknya nomor 16-18 agar cairan dapat
dimasukkan secara cepat. Pengukuran banyaknya cairan infus yang
diberikan sangatlah penting. Berhati-hatilah agar-agar tidak berlebihan
memberikan cairan intravena terlebih lagi pada syok septik. Setiap tanda
pembengkakan,napas pendek, dan pipi bengkak, kemungkinan besar
adalah tanda kelebihan pemberian cairan. Bagaimana pun hal ini terjadi,
pemberian cairan dihentikan.Diuretika mungkin harus diberikan bila
terjadi edema paru-paru.

4. Pemberian Tranfusi Darah


Pada kasus pendarahan yang banyak, terlebih lagi jika disertai Syok,
transfusi darah sangat diperlukan untuk menyelamatkan jiwa penderita.
Bagaimanapun demikian, transfuse darah bukan tanpa risiko dan bahkan
dapat berdampak rumit yang berbahaya dan fatal. Oleh-oleh karena itu,

11
keputusan untuk memberikan transfusi darah harus dilakukan dengan
sangat hati-hati. Risiko yang serius terkait dengan transfuse darah
mencakup penyebaran mikroorganisme infeksius (misalnya manusia
immunodeficiency virus atau HIV dan virus hepatitis), masalah yang
tentang dengan imunologi (misalnyahemolisisintravaskular),dan
kelebihan cairan dalam transfusi darah.

5. Pasang Kateter Kandung Kemih


Kateter kandung kemih dipasang untuk mengukur banyaknya urin yang
keluar guna menulai fungsi ginjal dan keseimbangan pemasukan dan
pengeluaran cairan tubuh. Lebih baik dipakai kateter foley. Jika
kateterisasi tidak mungkin dilakukan, urin ditampung dan dicatat
kemungkinan terdapat peningkatan konsesntrasi urin ( urin berwarna
gelap) atau produksi urin berkurang sampai tidak ada urin sama
sekali.Jika produksi urin mula-mula rendah kemudian semakin
bertambah, halini menunjukkan bahwa kondisi pasien membaik. produksi
yang diharapkan urin paling sedikit 100 ml/4 jam atau 30 mL/jam.

6. Pemberian Antibiotika
Antibiotika harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada
kasus sepsi, syok septik, cidera intraabdominal, dan perforasi
uterus.Pada kasus syok, pemberian antibiotika intravena lebih
diutamakan sebab lebih cepat menyebarkan obat ke jaringan yang
terkena infeksi. Bagaimanapun pemberian intravena tidak mungkin,obat
dapat diberikan intramuskular. antibiotik Pemberianan per oral diberikan
jika diberikan intravena dan intramuskular tidak memungkinkan, yaitu jika
pasien dalam keadaan syok, pada infeksi ringan, atau untuk mencegah
infeksi yang belum timbul, namun diantisipasi dapat terjadi sebagai
komplikasi.
Profilaksis antibiotika adalah pemberian antibiotika untuk pencegahan
infeksi pada kasus tanpa tanda-tanda dan gejala infeksi. Antibiotika
diberikan dalam dosis tugngal, paling banyak adalah 3 kalidosis.
menyarankan profilaksis antibiotika diberikan setelah tali pusat diklem
untuk menghindari efeknya pada bayi. Profilaksis antibiotika yang

12
diberikan dalam dosis terapeutik selain menyalahi prinsip juga tidak perlu
dan suatu pemborosan bagi yang penderita. Risiko penggunaan
antibiotika yang berlebihan ialah retensi kuma, efek samping, toksisitas,
reaksialergi, danbiaya yang tidak perlu dikeluarkan.

7. Obat Pengurang Rasa Sakit


Pada beberapa kasus kegawatdaruratan obstetri, penderita dapat
mengalami rasa nyeri yang memerlukan pengobatan segera.
Memberikan obat pengurang rasa nyeri jangan sampai menyembunyikan
gejala yang sangat penting untuk menentukan diagnosis. Hindarilah
pemberian antibiotika pada kasus yang dirujuk tanpa didampingi petugas
kesehatan,terlebih lagi petugas tanpa kemampuan untuk mengatasi
depresi pernapasan.

8. Penanganan Masalah Utama


Penyebab utama kasus kegawatdaruratan kasus harus ditentukan
diagnosisnya dan diselesaikan sampai tuntas secepatnya setelah kondisi
pasien memungkinkan untuk segera ditindak. Kalau tidak, kondisi
kegawatdaruratan dapat timbul lagi dan bahkan mungkin dalam kondisi
yang lebih buruk.

9. Rujukan
Apabila fasilitas medis di tempat diterima kasus tidak mampu untuk
menyelesaikan kasus dengan tindakan klinik yang memadai, maka kasus
harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap.
Mempertimbangkan sebelum pasien dirujuk, fasilitas kesehatan yang
akan menerima pelanggan dihubungi dan diberitahu terlebih dahulu
sehingga persiapan penanganan entahlah perawatan masuk telah
dilakukan dan diyakini rujukan kasusa tidak akan ditolak.
D. Pengenalan Segera Kegawatdaruratan.
Sebelum melakukan pertolongan harus diingat bahwa tidak jarang
anda memasuki keadaan yang berbahaya. Selain resiko dari infeksi anda
juga dapat menjadi korban jika tidak memperhatikan kondisi sekitar pada

13
saat melakukan pertolongan. Ingatlah prioritas keamanan pada saat
memasuki daerah tugas :

1. Keamanan anda
Nampaknya egoistis, namun kenyataan adalah bahwa keamanan diri
sendiri merupakan prioritas utama. Mengapa ? Karena bagaimana kita
akan dapat melakukan pertolongan jika kondisi kita sendiri berada dalam
bahaya. Akan merupakan hal yang ironis seandainya kita bermaksud
menolong tetapi karena tidak memperhatikan situasi kita sendiri yang
terjerumus dalam bahaya.

2. Keamanan lingkungan
Ingat rumus do no further harm jangan membuat cedera semakin parah,
karena ini meliputi juga lingkungan sekitar penderita yang belum terkena
cidera. Sebagai contoh adalah saat mendekati mobil yang sudah mengalami
kecelakaan, dankeluar asap. Ingatkan dengan segera para penonton untuk
cepat-cepat menyingkir karena ada bahaya ledakan/api.

3. Keamanan penderita
Betapapun ironisnya, tetapi prioritas terakhir adalah penderita sendiri,
karena penderita ini sudah cidera sejak awal. Apapun yangdilakukan
pada penderita ingatlah untuk do no further harm “ jangan membuat
semakin parah”.

4. Langkah – langkah Penilaian Penderita


Setelah lokasi kejadian aman (termasuk anda sudah memakai alat
proteksi diri), maka anda akan mendekati penderita. Dalam keadaan
iniingat bahwa yang kemudian yang harus dilakukan adalah berturut-
turut: Kesan umum (mengenai penderitanya) à respon penderita
(sadar ?) Atasi keadaan segera yang mengancam nyawa. Keadaan apa

14
yang dengan segera akan menyebabkan kematian ? jawabannya adalah
masalah
ABC= Airway – breathing – Circulation (atau = jalan napas, pernapasan
dansirkulasi darah). Karena itu yang harus dilakukan saat ini adalah :
kesan umum (mengenai penderitanya) àrespon penderita à masalah
saluran udara atau sirkulasi.

5. Lihat Kesan Umum


Ini kita lakukan sambil mendekati penderita. Yang dicari pada saa tini
adalah : keluhan utama (apa yang membuat kita dipanggil, atau keluhan
apa yang membuat penderita mencari kita?). Sebenarnya menilai kesan
umum mengenai penderita sudah dapat kita lakukan dengan melihat
sekilas keadaan di lokasi maka saat kita mendekati penderita kita sudah
tahu bahwa ini adalah korban kecelakaan lalu lintas, korban kerusuhan
atau disebabkan penyakit yang tiba – tiba menyerang penderita yang
memegang dadanya dan kesakitan, kemungkinan ini serangan jantung.
Kadang – kadang mencari keluhan utama ini sangat mudah,tetapi bisa
juga sangat susah. Seperti contoh korban KLL tadi: janagn salah, apakah
karena kecelakaan korban menjadi tidak sadar atau korban yang tidak
sadar ini sebenarnya tidak sadar terlebih dahulu lalu mengalami
kecelakaan? Atau contoh berikut : kita mengetahui adanya penderita
yang jatuh pingsan. Apakah pingsan dulu baru jatuh, atau karena jatuh
menjadi pingsan atau contoh berikut : anak muda dalam keadaan
pingsan, dankesulitan bernapas: apakah penyakit biasa atau overdosis
obat – obatan. Untuk dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan seperti
diatas,diperlukan juga kita bertanya kepada oran – orang di sekitar
penderita.
E. Stabilitas Penderita
Mulailah dengan berbicara kepada penderita deengan memperkenalkan
diri anda, katakan nama dan jabatan anda (suatu hal yang tidak terlalu
sering dilakukan di Indonesia). Apabila penderita nampaknya pingsan,
anda dapatmelakukannya dengan menepuk – nepuk tangannya, sambil
mengatakan : “Pak, pak anda kenapa?”. Kemudian nilai respons
15
penderita apakah membuka mata sambil menjawab, hanya membuka
mata atau diam saja. Pada keadaan dimana ada kemungkinan cedera
tulang belakang, berhati – hatilah. Lebih baik sambil berbicara kepada
penderita (sambil menilai kesadarannya) kita memasang alat proteksi
tulang belakang, atau kita memegang (fiksasi) kepalanya.

Ada 4 tingkat kesadaran yang dapat kita cari untuk memudahkan


biasanya disingkat dengan A.S.N.T. (Awas, Suara, Nyeri, Tidak sadar)
atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan A.V.P.U yaitu
Alert (sadar),Voice (suara), Pain (nyeri), dan Unresponsive (tidak ada
respon).

1. A - Awas (sadar penuh)


Penderita sadar dan masih jelas orientasinya (orientasi orang,waktu,
tempat). Pada keadaan ini biasanya penderita dapat menjawab
dengan baik semua pertanyaan atau jawaban penderita sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan, barulah kita dapat mengatakan bahwa
penderita dalam keadaan sadar penuh. Pertanyaannya pun
sederhanaseperti :
a. Nama bapak siapa?
b. Bapak saat ini dimana?
c. Hari ini hari apa?
Dalam bahasa kedokteran , ini berarti bahwa orientasi akan
orang,waktu dan tempat adalah baik.

2. S – Suara (respon terhadap suara)


Penderita hanya berespon saat ditanya. Dikatakan bahwa
penderita tersebut berespon pada rangsangan suara. Saat kita
bertanya (merangsang dengan suara), penderita lalu membuka mata,
atau mengeluarkan suara.

3. N – Respon terhadap Nyeri


Penderita hanya membuka mata, atau mengeluarkan suara saat
kita merangsang dengan mencubit. Sebenarnya mencubit yang paling

16
nyeri adalah daerah putting susu, tetapi di Indonesia hal ini sebaiknya
tidak dilakukan, cubitlah pada daerah lengan saja atau daerah dada
dengan keras.

4. T– Tidak ada respon sama sekali


Pada saat dicubit tidak ada respon sama sekali. Jika seperti ini
maka apapun yang kita lakukan biasanya penderita tidak memberikan
respon sama sekali.
Kadang – kadang hal ini juga sulit apabila terdapat pengaruh
obat – obatan, atau di bawah pengaruh obat – obatan. Pada orang
mabuk atau dibawah pengaruh obat, juga dapat sulit menilai
kesadaran (misalnya : “kesadaran : nampaknya berespon terhadap
suara, namun penderitamabuk”). Apabila penderita tidak ada respons,
panggil bantuan ambulans.

5. Memastikan jalan nafas adekuat


Apabila penderita dapat berbicara , maka untuk sementara
dapat
dianggap bahwa jalan nafasnya baik-baik. Catatan: apabila
berbicara,tetapi tidak dapat menyelesaikan satu kalimat (terbata-bata)
maka kemungkinan ada sedikit kemungkinan ada sedikit gangguan
pada jalan nafas atau gangguan pada pernafasan. Apabila penderita
tidak dapat berbicara (pingsan, dibawah pengaruh obat-obatan dsb),
maka nilailah dengan :
a. Melihat ( adakah pernafasan ? )
b. Meraba ( adakah arus udara keluar dari mulut /hidung ?)
c. Mendengar ( adakah arus udara ?)
Apabila pernafasan berbunyi (mengorok, bunyi kumur-
kumur,stridor), maka dianggap ada gangguan jalan nafas.
6. Memeriksa pernafasan
Apabila penderita dapat berbicara tanpa terbata-bata, maka
pernafasannya baik. Apabila penderita kesadarannya menurun

17
sehingga tidak dapat diajak berbicara perhatikan hal-hal seperti
berikut:
a. Lihat : Berapa frekuensi pernafasannya ?
Jumlah pernafasan normal

Kelompok usia Jumlah Pernapasan


Bayi 25-30 x/menit
Anak 15-30 x/menit
Dewasa 12-20 x/menit

b. Apakah ke-2 sisi dada mengembang secara simetris


c. Apakah ada tanda kebiruan (sianosis).
d. Apakah ada tanda-tanda sesak : pernafasan yang
memaksa, pengembangan dada yang tidak normal.
e. Dengar : apakah ada bunyi bengek (seperti pada asma)

7. Menilai Sirkulasi

Peganglah tangan atau kaki penderita. Apabila terasa dingin,


maka kemungkinan penderita dalam keadaan syok, tetapi bisa juga
karena cuaca dingin. Karena itu carilah dengut nadi radialis didaerah
pergelangan tangan. Apabila tidak teraba denyut nadi radialis, raba
denyut nadi karotis ( di leher ). Apabila denyut nadi kecil ,cepat dan
kecil( serta tangan/kaki dingin) maka penderita dalam keadaan syok.
Apabila penderita tidak sadar , raba denyut nadi leher. Melakukan
kontrol pada perdarahan yang serius dengan segera.

F. Pemeriksaan Penderita
Pemeriksaan fisik penderita terdiri dari 2 bagian :

18
1. Pemeriksaan tanda vital
Tanda-tanda vital yang diperiksa adalah :
a) Pernafasan penderita
b) Nadi
c) Kulit
d) Pupil
e) Tekanan darah ( jika mampu)
Lakukan pemeriksaan tanda vital ini secara berulang kali,
karenakeadaan dapat berubah setiap saat.

a. Laju pernafasan penderita


Pernafasan terdiri dari 1x menarik nafas (menghirup) dan 1 x
membuang nafas. Jumlah normal setiap pernafasan /menit berubah-ubah
karena jenis kelamin dan usia. Pada orang dewasa jumlah itusekitar 12-
20 x/menit ,anak-anak 15-30 x/menit, Bayi 25-40 x/menit.Menghitung
pernafasan penderita anda lakukan dengan caralihat, dengar dan raba.
Hitung jumlahnya setiap kali dada/perut berkembang selama periode 30
detik, kemudian kalikan 2 .Dalamnya pernafasan memberi petunjuk
terhadap banyaknya udara pada saat menghirup.Untuk mengukur
kedalaman bernafas yaitudengan cara meletakan tangan diatas dada
penderita dan merasakannya, juga dapat dengan merasakan gerakan
perut.
Manusia normal akan bernafas tanpa usaha ekstra (menarik
nafas(inspirasi) lebih pendek dari pada menghembuskan nafas
(ekspirasi)normal inspirasi : ekspirasi = 1 : 2.Keadaan pernafasan yang
tidak normal yang harus dikenaliadalah :
1) Pernafasan yang pendek dan cepat (lebih sering dari normal), ini
biasanya menandakan kesulitan bernafas.
2) Pernafasan yang sangat lambat
b. Nadi
Setiap kali jantung berdenyut, pembuluh darah nadi (arteri)
akanmengembang dan dapat diraba. Dengan meraba nadi kita akan
mengetahui denyut jantung.Ketika anda mengukur nadi , catatlah :

19
1) Kecepatan nadi (frekuensi)
2) Kekuatan nadi ( nadi yang normal lengkap dan kuat
3) Irama nadi ( Nadi yang normal mempunyai jarak tetap antara setiap
denyutan )

Nadi dapat dirasakan dibeberapa titik diantaranya :

1) Arteri radialis - sendi pergelangan tangan


2) Arteri karotis -di leher
3) Arteri brakialis – dilengan atas terutama pada bayi
4) Arteri femoralis – dipangkal paha

Cara memeriksa nadi radialis:

1) Suruh penderita untuk berbaring atau duduk


2) Sentuh dengan lembut titik nadi dengan 2atau 3 ujung jari
(hindarimenggunakan ibu jari )
3) Hitung jumlah denyutan.Hitung selama 15 detik kemudian
kalikan jumlahnya dengan 4. Jika nadi tak teratur, lambat atau
sulitdidapatkan, hitung denyut dalam 30 detik kemudian kalikan
2.
4) Catat denyut nadi dan semua tanda vital lainnya.
c. Kulit
Menilai suhu,warna dan kondisi kulit dapat memberitahu tentang sistem
peredaran darah penderita.
1) Suhu kulit
Normal suhu tubuh adalah 37 C. Suhu dapat berbeda
diberbagai bagian tubuh , pada proses peradangan dikaki misalnya
maka kaki yang bersangkutan akan lebih panas.
2) Warna kulit
Warna kulit dapat berubah karena kelainan jantung ,
paru,ataupun permasalahan lainnya, contoh: Pucat, mungkin
disebabkan oleh syok/ serangan jantung. Mungkin juga disebabkan
karenaketakutan, pingsan atau kelainan emosi. Kemerah-
merahan,mungkin disebabkan karena tekanan darah yang tinggi,

20
penyalahgunaan alkohol (mabu) , tersengat matahari,
serangandemam ,atau pada penyakit infeksi. Kebiru-biruan adalah
selalumasalah serius, tampak pertama kali pada ujung jari dan sekitar
mulut. Umumnya, disebabkan karena kadar CO2 seperti pada
syok,serangan jantung atau keracunan. Kekuning-kuningan mungkin
disebabkan karena penyakit hati . Kehitaman atau warna biru tuayang
setempat ( lokal) adalah hasil dari darah merembes atau meresap
dibawah kulit. Biasanya diebabkan oleh cedera atau infeksi.Jika
penderita berkulit gelap, kita dapat memeriksa perubahan warna kulit
pada bibir, kuku, telap tangan , cuping telinga, daerah putih pada
mata, permukaan sebelah dalam pada kelopak mata, gusi atau lidah.
3) Kondisi kulit
Kulit biasanya kering, apabila kulit lembab atau basah
itumungkin menunjukan syok, kegawatdaruratan panas
ataukegawatdaruratan pada diabetes.
d. Pupil
Pupil adalah bulatan hitam ditengah pada bola mata pupil akan
mengecil saat mendapatkan sinar dan melebar saat kekurangan
sinar.Kedua pu[pil harus sama ukuranmya kecuali ada cedera.
Cara melihat pupil :
sorotkan senter anda kesalah satu mata penderita dan lihat apakah
pupil mengecil pada respon cahaya. Jangan menyorot lebih dari
beberapa detik karena penderita merasa tidak nyaman.Bentuk
kelainan pupil :
1) Tidak ada reaksi pupil terhadap Cahaya
2) Pupil tetap mengecil ( disebabkan over dosis obat )
3) Pupil tidak sama ( disebabkan cedera kepala atau stroke ).

G. SISTEM RUJUKAN
1. Definisi Sistem rujukan
adalah sistem yang dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif, dan
koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal yang paripurna darikomprehensif bagi masyarakat yang
membutuhkan terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka
21
berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar dapat dicapai
peningkatan derajat kesehatan dan neonataldi wilayah mereka berada
(Depkes RI. 2006)Menurut SK Mentri Kesehatan RI No. 32 Tahun 1972
sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tangguang jawab timbal balik
terhadap satu kasus masalah kesehatan secara horizontal dalam arti
antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.Dapat dikatakan bahwa
sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya tangguang jawab secara timbal balik atas
timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan
masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal yang lebih kompeten
terjangkau dan dilakukan secara rasional.
2. Tujuan
Sistem rujukan bertujuan agar pasien mendapatkan pertolongan pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat
terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan AKI dan AKB.
3. Jenis.
a. Menurut tata hubungannya, sistem rujakan terdiri dari : rujukan
internal dan rujukan neonatal.
1) Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terdiri di antarunit
pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring
puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk.
2) Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unitdalam
jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas kerumah sakit
umum daerah).
b. Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan
medik dan rujukan kesehatan.
1) Rujukan Medik
Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik,
pengobatan,spesimen, pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih
kompeten.

22
2) Rujukan Kesehatan Adalah rujukan yang mengangkat masalah
kesehatan masyarakatyang bersifat preventif dan promotif.
4. Tujuan sistem rujukan upaya kesehatan :
a. Umum
Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan didukung mutu
pelayananyang optimal.
b. Khusus
Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat
kuratifdan rehabilatif secara berhasil guna dan berdaya guna.

5. Jenjang Tingkat Tempat Rujukan


RUMAH SAKIT TIPE A

RUMAH SAKIT TIPE INAP

PUSKESMAS BP, RB, BKIA, DAN SWASTA

RUMAH SAKIT TIPE C/D

POSTANDU KADER DUKUN BAYI

PUSKESMAS PEMBANTU BIDAN
6. Jalur Rujukan
a. Dari kader, dapat langsung merujuk ke :
1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin/bidan desa
3) Puskesmas/ puskesmas rawat inap
4) Rumah Sakit pemerintah/ swasta

b. Dari Posyandu, dapat langsung merujuk ke :

1) Puskesmas pembantu

23
2) Pondok bersalin/bidan desa
3) Puskesmas/ puskesmas rawat inap
4) Rumah Sakit pemerintah/ swasta
c. Dari Puskesmas Pembantu
Dapat langsung mrujuk ke rumah sakit tipe D C atau rumahsakit
swasta.
d. Dari Pondok bersalin
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D atau rumah sakit
swasta.

7. Persiapan Penderita (BAKSOKUDA)


Kondisi bagaimana pasien harus dirujuk ? dirujuk jika fasilitas
kesehatan setempat tidak memadai dan jika penangan tidak mengalami
perubahan atau kondisi pasien menjadi semakin buruk. Maka, korban
dirujuk segera. sebelum merujuk maka yang yarus dilakukan adalah
mempersiapkan Penderita yang biasa disingkat BAKSOKUDA yang
diartikan sebagai berikut:
a. Bidan
Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong
persalinan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk
menatalaksana kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir untuk
dibawa ke fasilitas rujukan
b. Alat
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan,
masanifas dan bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu
ketempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin
diperlukan jika ibu melahirkan sedang dalam perjalanan.
c. Keluarga
Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi
dan mengapa ibu dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan padamereka
alasan dan keperluan upaya rujukan tersebut. Suami atau anggota
keluarga yang lain harus menemani ibu dan/atau bayi baru lahir ke
tempat rujukan.
d. Surat
24
Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi
mengenai ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan
uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu
dan/atau bayi baru lahir. Lampirkan partograf kemajuan persalinan ibu
pada saat rujukan.
e. Obat
Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat
rujukan.Obat-obatan mungkin akan diperlukan selama perjalanan.

f. Kendaraan
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu
dalam kondisi yang cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi
kendaraan itu cukup baik untuk. mencapai tempat rujukan dalam waktu
yang tepat.
g. Uang
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat-obatan yang diperiukan dan bahan -bahan
kesehatan lain yang diperiukan selama ibu dan/atau bayi baru lahir
tinggal di fesilitas rujukan.
h. Darah
Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membantu transfusi darah apabila
terjadi perdarahan.
8. Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/
sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita
9. Tindak Lanjut Penderita
a. untuk penderita yang telah dikembalikan
b. harus kunjungan rumah bila penderita yang memerlukan tindakanlanjut
tetapi tidak melapor.

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri merupakan salah satu panyebab


kematian ibu terbanyak akibat perdarahan yang tidak teratasi. Perdarahan
pada awal kehamilan seperti abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan
ektopik terganggu dapat menyebabkan kekurangan darah yang banyak
pada ibu jika tidak diatasi dengan baik. Begitupun dengan perdarahan pada
kehamilan trimester akhir maupun perdarahan post persalinan. Perdarahan
yang terjadi dapat mengakibatkan kematian pada ibu.

Diagnosis secara dini dapat mempermudah tenaga kesehatan terutama


dokter untuk memberikan penanganan secara cepat terhadap perdarahan
yang dialami ibu dalam kehamilannya, sehingga dapat meminimalisir
komplikasi yang yang akan terjadi bila tidak ditangani dengan cepat.

Penatalaksanaan pada kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri pada


dasamya adalah memperbaiki keadaan umum ibu dan mengakhiri segera
perdarahan yang dialaminya. Sehingga yang paling penting adalah
menangani perdarahan yang dialami agar mengurangi resiko terjasinya
syok dan berakhir pada kematian ibu.

26
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup
bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan
(abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik)
dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan
(plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per
vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet),
perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri.
Neonatus adalah organisme yang berada pada periode adaptasi kehidupan
intrauterin ke ekstrauterin. Masa neonatus adalah periode selama satu
bulan tepat 4 minggu atau 28 hari setelah lahir)
Penyebab kematian yang paling cepat pada neonatus adalah asfiksia dan
perdarahan. Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas dan
morbiditas yang penting. Akibat jangka panjang, asfiksia perinatal dapat
diperbaiki secara bermakna jika gangguan ini diketahui sebelum kelahiran
(misal, pada keadaan gawat janin) sehingga dapat diusahakan
memperbaiki sirkulasi / oksigenasi janin intrauterin atau segera melahirkan
janin untuk mempersingkat masa hipoksemia janin yang terjadi.
B. Saran
Mengingat tingginya AKI dan AKB di Indonesia, maka kegawatdaruratan
maternal dan neonatal haruslah ditangani dengan cepat dan tepat.
Penanganan yang tepat dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga di
Indonesia. Maka, dengan mempelajari dan memahami kegawatdaruratan
maternal dan neonatal, diharapkan bidan dapat memberikan penanganan
yang maksimal dan sesuai standar demi kesehatan ibu dan anak

27
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/10800992/kegawatdaruratan_obstetri
https://jcs.greenpublisher.id/index.php/jcs/article/download/
12/15#:~:text=Kegawatdaruratan%20Maternal%20merupakan%20kejadian
%20berbahaya,lahir%20usia%200%2D28%20hari
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4634/2/BAB%20I
%20Pendahuluan.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2711/4/4.%20Chapter%202.pdf
http://repository.unimus.ac.id/1299/3/5.%20BAB%20II.pdf
https://www.scribd.com/document/372752204/Makalah-Kegawatdaruratan-
Obstetri-Dan-Neonatal

28

Anda mungkin juga menyukai