Bukti-Bukti Keesaan Tuhan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BUKTI-BUKTI KEESAAN TUHAN


(WAHYU, ILMU, ALAM SEMESTA, DAN CINTA)
AQIDAH AKHLAK

Dosen Pengajar
Mokh. Ulil Hidayat, S.Ag., M.Fil.I.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Salvia Adnan 232110018
Nurul Aini Umar 232110027
S. Umar Husen Ba’bud 232110033

Disusun sebagai tugas kelompok Mata Kuliah Aqidah Akhlak

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) DATOKARAMA PALU
PALU SULAWESI TENGAH
2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat-Nya sehingga makalah ini bisa diselesaikan dengan baik.
Penyusunan makalah ini tidak bisa diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari
banyak pihak. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Mokh. Ulil
Hidayat, S.Ag., M.Fil.I., yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Ada
banyak hal yang bisa kami pelajari melalui penelitian dalam makalah ini.

Makalah berjudul “Bukti-bukti Keesaan Tuhan” disusun untuk memenuhi


tugas mata kuliah Aqidah Akhlak. Selain itu, makalah ini juga diharapkan bisa
menambah wawasan kita tentang Bukti-bukti Keesaan Tuhan.

Setelah berhasil menyelesaikan makalah ini, kami berharap apa yang


sudah kami teliti bisa bermanfaat untuk orang lain. Jika ada kritik dan saran
terkait ide tulisan maupun penyusunannya, kami akan menerimanya dengan
senang hati.

Palu, 26 Maret 2024

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………... 1

A. Latar Belakang …………………………………………. 1


B. Rumusan Masalah ………………………………………. 1
C. Tujuan …………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………….. 3

A. Definisi Keesaan Tuhan …….………...…………………. 3


B. Pentingnya membuktikan Keesaan Tuhan …..………… 4
C. Bukti-bukti Keesaan Tuhan …………………………….. 5
a. Bukti dari Wahyu ……………………………..….….. 5
b. Bukti dari Ilmu ………………………………………. 6
c. Bukti dari Alam Semesta ……………………………. 7
d. Bukti dari Cinta ……………………………………… 9

BAB III PENUTUP ………………………………………………….. 11

A. Kesimpulan ……………………………………………… 11
B. Saran …………………………………………………….. 12

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebelum membahas bukti-bukti keesaan Tuhan, penting untuk memahami


konsep keesaan Tuhan dalam berbagai agama dan pandangan filosofis. Ini
termasuk konsep dasar tentang Tuhan sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Penguasa
Alam Semesta serta hakikat dan atribut-atribut-Nya menurut keyakinan agama-
agama tertentu. Penjelasan mengapa makalah ini relevan dan penting untuk diteliti
dan dipahami. Misalnya, pentingnya kepercayaan kepada Tuhan dalam menjalani
kehidupan sehari-hari, implikasi filosofisnya terhadap makna eksistensi manusia,
atau kontribusi pemahaman keesaan Tuhan terhadap harmoni sosial dan moralitas.

Sebuah gambaran umum tentang berbagi jenis bukti yang akan dibahas
dalam makalah, seperti bukti dari wahyu (agama dan nubuat), ilmu pengetahuan
(alasan-alasan kosmologis, teleologis, dan moral), alam semesta (hukum alam,
desain, dan kompleksitas), dan cinta (nilai-nilai moral dan etika). Mengingat
adanya perdebatan dan diskusi antara pandangan agama dan sains, latar belakang
ini bisa mencakup bagaimana pendekatan sains modern dapat memberikan
wawasan yang mendalam terkait bukti-bukti keesaan Tuhan dan bagaimana
pandangan agama dapat memperkaya pemahaman akan alam semesta dan
eksistensi manusia. Akhirnya, penting untuk menjelaskan bahwa tujuan dari
penelitian ini bukan hanya sekedar membuktikan keberadaan Tuhan secara
teologis, tapi juga untuk merangsang refleksi dan introspeksi spiritual bagi
pembaca agar dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang
keberadaan Tuhan dalam kehidupan mereka.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa bukti-bukti yang mendukung keesaan Tuhan dalam konteks
wahyu dan nubuat dari berbagai agama?

1
2. Bagaimana ilmu pengetahuan modern memberikan bukti-bukti yang
mendukung keesaan Tuhan melalui keteraturan, kecerdasan, dan desain
dalam alam semesta?
3. Apa saja indikasi keesaan Tuhan yang terlihat dalam struktur dan
keharmonisan alam semesta, termasuk dalam sistem tata surya, galaksi,
dan kehidupan biologis?
4. Bagaimana cinta dan nilai-nilai moralitas manusia dapat dijadikan
bukti yang mendukung keesaan Tuhan, terutama dalam konteks etika
dan hubungan antar makhluk?

C. TUJUAN
1. Untuk memberikan pemahaman yang mendalam kepda pembaca
tentang berbagai bukti yang mendukung keesaan Tuhan.
2. Untuk menguatkan keyakinan spiritual pembaca terhadap keberadaan
Tuhan dan merangsang kebahagiaan spiritual.
3. Untuk mendorong pembaca untuk mernungkan secara lebih dalam
tentang hubungan mereka dengan Tuhan, nilai-nilai moral, dan peran
cinta dalam kehidupan mereka sehari-hari.
4. Untuk menyediakan prespektif terintegrasi yang menggabungkan
aspek-aspek yang berbeda namun saling mendukung dalam
membuktikan kesaan Tuhan.
5. Untuk membangun pemahaman yang relevan terkait ketrkaitan antara
agama dan sain modern dalam konteks keesaan Tuhan, yang dapan
memberikan wawasan baru dan memperkaya diskusi tentang topik ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Keesaan Tuhan

Setiap agama memiliki keyakinan terhadap Tuhan, karena pada dasarnya


agama merupakan aturan tentang ketuhanan yang menjadi pedoman bagi
penganutnya untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin baik di dunia maupun
akhirat kelak. Hal inilah yang menjadikan ilmu tentang ketuhanan menjadi ilmu
yang paling utama dalam setiap agama. Ilmu tentang ketuhanan pada umumnya
dikenal dengan istilah Teologi yang berasal dari kata theology (bahasa Inggris)
atau diambil dari kata theologie (bahasa Perancis dan bahasa Belanda) yang
berasal dari bahasa Greek Tua.

Kata teologi terdiri dari dua suku kata, yaitu theo yang berarti Tuhan
atau Dewa, sedangkan logos yang berarti ilmu atau akal. Jadi pada dasarnya
teologi merupakan ilmu tentang ketuhanan. Agama Islam sendiri
merupakanajaran yang di bawa oleh Nabi Muhammad Saw yang bersumber
pada Al-Qur’an dan hadis tentunya mengajarkan ilmu tentang ketuhanan kepada
para penganutnya. Ajaran ini dikenal dengan istilah Teologi Islam, atau
yang lebih dikenal dengan Tauhid yang merupakan pengesaan terhadap Sang
Ilahi. Tauhid sendiri berasal dari kata bahasa Arab, yaitu kata ahad dan wahid
yang keduanya adalah nama-nama Allah Swt yang berarti keesaan-Nya. Dalam
agama Islam konsep keesaan Tuhan salah satunya dinyatakan dalam surah Al-
Baqarah ayat 163 yang berbunyi:

ٌۚ
ُ ‫َوا ِٰل ُهكُمْ ا ِٰلهٌ َّواحِ ٌد ََلا ِٰلهَ ا ََِّّل ُه َو ال َّر ْحمٰ نُ ال َّرحِ ْيم‬

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa: tidak ada Tuhan melainkan
Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.

Pada ayat ini secara jelas menyatakan keesaan Allah pada lafadz ٌ‫هٌ َّواحِ ٌۚد‬
(wahid). Pada dasarnya, kata ‫ ه ٌ َّواحِ ٌۚ ٌد‬memiliki arti menyendiri. Akan tetapi kata
‫ هٌ َّواحِ ٌۚ ٌد‬pada ayat tersebut bermakna esa. Kata esa memiliki makna satu, yang

3
mana jika dijadikan sifat Allah Swt, bermakna tidak dapat dibagi dan kata esa
ini tidak boleh dipakai kepada sifat selain Allah. Tidak hanya agama Islam
yang konsep keesaan Tuhannya tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an, agama
Kristen pun demikian. Bibel telah dengan jelas menyatakan bahwa Tuhan itu Esa
dan tercantum dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Para penganut ajaran Yesus Kristus memiliki pemahaman bahwa hanya


satu Tuhan yang harus disembah yaitu Allah. Tidak ada sesembahan yang benar
selain Dia, karena sesembahan Konsep Keesaan Tuhan dalam Kitab 95 seperti
berhala dan yang lainnya merupakan sesembahan yang palsu. Sebagaimana yang
diterangkan dalam Ulangan 6:4 yang berbunyi:

“Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa!”

Para ahli kitab memahami ayat ini dengan berbagai macam


penafsiran, dari hal tersebut menghasilkan paham trinitas yang pada dasarnya
hal ini tidak dicantumkan dalam Bibel. Pada dasarnya, pemahaman trinitas
ini bukanlah suatu pembahasan baru, akan tetapi sudah ada sejak abad
permulaan sejarah Gereja Kristen. Pemahaman yang bermacam-macam tentang
keesaan Allah merupakan dampak dari pemahaman yang beragam mengenai
eksistensi Yesus Kristus dan Roh Kudus yang tercantum dalam Perjanjian
Baru. Sejak abad awal kekristenan hingga saat ini, ada yang menganggap
bahwa Yesus adalah Allah, ada pula yang meyakini bahwa ia adalah ciptaan dan
utusan Allah, bahkan ada juga yang meyakini bahwa Yesus Kristus merupakan
perwujudan dari Allah.

B. Pentingnya membuktikan Keesaan Tuhan

Pentingnya membuktikan keesaan Tuhan terletak pada aspek spiritual,


filosofis, dan moral. Secara spiritual, keyakinan akan keesaan Tuhan memberi
arah dan makna dalam hidup. Secara filosfis, membuktikan keesaan Tuhan sering
kali menjadi landasan bagi nilai-nilai etika dan moral yang mendorong perilaku
baik dan bertanggung jawab.

4
Secara jelas, membuktikan keesaan Tuhan dapat memberikan fondasi bagi
keyakinan dan praktik keagamaan. Ini membantu individu merasa terhubung
dengan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri, memberikan makna dan
tujuan dalam hidup. Selain itu keyakinan atas keesaan Tuahan juga dapat
memberikan rasa keadilan, harapan dan akhirat, yang bisa menjadi pendorong
untuk bertindak dengan baik dan menjalani hidup yang bermakna secara moral.

C. Bukti-bukti keesaan Tuhan


1. Bukti dari wahyu

Dalam pandangan wahyu, bukti keesaan Tuhan didasarkan pada


pemahaman bahwa tuhan didasarkan pada pemahaman bahwa Tuhan
berkomunikasi secara langsung dengan manusia melalui wahyu ilahi. Berikut
adalah penjelasan lebih detail mengenai aspek-aspek utama dari perspektif
wahyu tentang bukti keesaan Tuhan:

1. Kitab Suci sebagai Wahyu Ilahi: Kitab suci dianggap sebagai wahyu
ilahi yang diberikan kepada manusia sebagai pedoman dalam hidup.
Misalnya, Al-Quran dalam Islam, Injil dalam Kekristenan, Taurat
dalam Yahudi, dan lainnya. Kitab suci ini dianggap sebagai ucapan
langsung atau inspirasi dari Tuhan kepada manusia, mengandung
petunjuk tentang keesaan Tuhan, serta nilai-nilai moral dan etika yang
dianut oleh pengikut agama tersebut.
2. Nabi sebagai Pembawa Wahyu: Dalam banyak tradisi agama, nabi-
nabi dianggap sebagai pembawa wahyu yang diutus oleh Tuhan untuk
menyampaikan pesan-pesan ilahi kepada umat manusia. Nabi-nabi
seperti Musa, Isa (Yesus), Muhammad, dan lainnya dianggap telah
menerima wahyu langsung dari Tuhan dan menyampaikan pesan
tersebut kepada umat manusia. Pesan-pesan ini sering kali menegaskan
keesaan Tuhan, memperingatkan akan konsekuensi dosa, dan
menyerukan kepada umat manusia untuk taat kepada kehendak Tuhan.

5
3. Pengalaman Spiritual: Pengalaman spiritual yang mendalam juga dianggap
sebagai bukti keesaan Tuhan dalam perspektif wahyu. Melalui meditasi,
doa, atau pengalaman mistis, individu dapat merasakan kehadiran dan
komunikasi langsung dengan Tuhan. Pengalaman-pengalaman ini sering
kali menguatkan keyakinan individu akan keberadaan Tuhan dan
memperdalam hubungan spiritual mereka.
4. Kesinambungan dan Konsistensi Wahyu: Salah satu aspek penting dari
bukti keesaan Tuhan dalam perspektif wahyu adalah kesinambungan dan
konsistensi wahyu tersebut. Kitab suci dan ajaran-ajaran agama sering kali
mengandung kesamaan tema dan nilai-nilai fundamental yang
mencerminkan kesatuan sumber wahyu ilahi. Hal ini dianggap sebagai
bukti keesaan Tuhan, karena wahyu-wahyu tersebut berasal dari satu
sumber yang sama, yaitu Tuhan.

Dalam perspektif wahyu, bukti keesaan Tuhan ditemukan melalui wahyu


ilahi yang diberikan kepada manusia melalui kitab suci, nabi, dan pengalaman
spiritual. Ini memberikan dasar yang kokoh bagi keyakinan akan keberadaan dan
sifat Tuhan, serta memberikan arahan dan makna dalam hidup umat manusia.

2. Bukti dari Ilmu

Dalam perspektif ilmu pengetahuan, pembuktian keesaan Tuhan biasanya


lebih terfokus pada pengamatan empiris dan analisis rasional terhadap alam
semesta. Meskipun konsep keesaan Tuhan tidak selalu sepenuhnya dapat diuji
atau dibuktikan secara ilmiah karena sifatnya yang metafisik, beberapa
argumen filosofis telah diajukan untuk mendukung keberadaan Tuhan. Berikut
adalah beberapa argumen yang sering dikemukakan dari perspektif ilmu
pengetahuan:

1. Argumen Kosmologis: Argumen ini menyatakan bahwa alam


semesta memerlukan penyebab yang tidak terbatas atau transenden
untuk menjelaskan keberadaannya. Contohnya, argumen bahwa
alam semesta memiliki awal yang pasti (Big Bang) dan

6
memerlukan penyebab pertama yang tidak terbatas, yang dikenal
sebagai "Penyebab Pertama" atau "Tuhan".
2. Argumen Teleologis (Argumen Desain): Argumen ini menyatakan
bahwa keberadaan struktur dan kompleksitas yang teratur dalam
alam semesta menunjukkan adanya perencanaan atau desain yang
cerdas. Dari sini, beberapa orang menyimpulkan bahwa ada
"Desainer" atau "Tuhan" di balik keindahan dan kompleksitas alam
semesta.
3. Argumen Moral: Argumen ini berfokus pada eksistensi nilai-nilai
moral absolut yang diakui oleh manusia. Beberapa berpendapat
bahwa adanya nilai moral objektif menunjukkan adanya "Hukum
Kehendak" yang berada di luar manusia, yang sering dikaitkan
dengan keberadaan Tuhan.
4. Pengalaman Religius: Meskipun tidak dapat diuji secara empiris
oleh ilmu pengetahuan, pengalaman spiritual dan religius sering
dianggap sebagai bukti pribadi akan keberadaan Tuhan oleh
individu yang mengalaminya.

Namun, penting untuk dicatat bahwa argumen-argumen ini masih


diperdebatkan di antara ahli filosofi, ilmuwan, dan teolog, dan tidak ada
konsensus universal tentang keberadaan atau sifat Tuhan dari perspektif
ilmu pengetahuan. Selain itu, ilmu pengetahuan sering kali lebih fokus
pada menjelaskan fenomena alam semesta melalui metode observasi,
pengujian, dan pengulangan, daripada membuktikan atau membantah
eksistensi Tuhan.

3. Bukti dari Alam Semesta


Dari perspektif alam semesta, beberapa argumen telah diajukan untuk
mendukung keberadaan Tuhan. Meskipun argumen-argumen ini tidak
dapat memberikan bukti langsung tentang keberadaan Tuhan, mereka
mencoba untuk menafsirkan fenomena alam semesta sebagai indikasi akan

7
keberadaan entitas ilahi. Berikut adalah beberapa argumen yang sering
dikemukakan dari perspektif alam semesta:
1. Kosmologis: Argumen kosmologis menyatakan bahwa alam
semesta memiliki awal yang pasti dan memerlukan penyebab
pertama yang transenden atau tak terbatas. Penyebab pertama ini
sering dikaitkan dengan Tuhan. Misalnya, teori Big Bang
menunjukkan bahwa alam semesta memiliki awal, sehingga
memunculkan pertanyaan tentang apa yang menyebabkan Big
Bang terjadi.
2. Teleologis (Argumen Desain): Argumen teleologis berfokus pada
struktur dan kompleksitas yang teratur dalam alam semesta.
Beberapa berpendapat bahwa kompleksitas dan harmoni alam
semesta menunjukkan adanya perencanaan atau desain yang
cerdas, yang bisa diartikan sebagai bukti akan keberadaan Tuhan.
3. Fenomena Alam: Beberapa fenomena alam semesta, seperti
konstanta kosmologi yang sangat halus, struktur hierarkis dalam
alam semesta, dan kondisi yang mendukung kehidupan, dianggap
sebagai indikasi akan keberadaan Tuhan. Contohnya, nilai-nilai
tertentu dari konstanta fisika tampak disetel dengan sangat presisi
untuk mendukung kehidupan seperti yang kita kenal.
4. Penyelarasan Matematika: Beberapa ilmuwan dan filosof percaya
bahwa matematika adalah bahasa alam semesta yang
mengungkapkan keberadaan struktur dan hukum-hukum yang
teratur. Beberapa dari mereka melihatnya sebagai tanda keberadaan
Tuhan, mengklaim bahwa matematika adalah cara Tuhan
mengungkapkan diri-Nya dalam alam semesta.
5. Pengalaman Kekaguman: Seringkali, pengamatan langsung dan
pengalaman pribadi terhadap keindahan, kompleksitas, dan
harmoni alam semesta dapat memicu pengalaman kekaguman yang
mengarah pada keyakinan akan keberadaan Tuhan.

8
4. Bukti dari Cinta

Dalam perspektif cinta, bukti keesaan Tuhan sering kali ditemukan


melalui hubungan kasih sayang, kebaikan, dan pengampunan yang
dianggap berasal dari Tuhan. Beberapa argumen yang mendukung
keberadaan Tuhan dari perspektif cinta antara lain:

1. Kasih Sayang Tanpa Batas*: Konsep cinta tanpa batas dan tak
terbatas sering kali dianggap sebagai bukti akan keberadaan Tuhan.
Kasih sayang yang diberikan oleh orang-orang kepada sesama
manusia, tanpa mengharapkan imbalan, sering kali dianggap
sebagai cerminan dari cinta ilahi yang melampaui batas-batas
manusia.
2. Pengalaman Rohani: Banyak orang yang telah mengalami
pengalaman rohani yang mendalam, seperti pengampunan,
kedamaian, dan rasa kasih sayang yang luar biasa, yang mereka
atributkan kepada kehadiran Tuhan. Pengalaman ini menguatkan
keyakinan akan keberadaan Tuhan yang penuh kasih.
3. Ajaran Agama: Ajaran agama sering kali menekankan pentingnya
cinta, baik terhadap Tuhan maupun sesama manusia, sebagai
prinsip dasar yang harus dijalani oleh umat manusia. Konsep cinta
sebagai bagian integral dari ajaran agama dianggap sebagai bukti
akan keberadaan Tuhan yang mencintai dan memelihara manusia.
4. Pemulihan dan Transformasi: Banyak orang yang mengalami
pemulihan dan transformasi hidup yang signifikan melalui
pengalaman cinta, baik itu cinta dari Tuhan atau cinta yang
diterima dari sesama manusia. Proses pemulihan ini sering kali
dianggap sebagai tanda kasih sayang Tuhan yang terus-menerus
terhadap umat-Nya.
5. Kesaksian Pribadi: Kesaksian individu tentang pengalaman cinta
dan kasih sayang Tuhan sering kali menjadi bukti pribadi yang kuat
akan keberadaan Tuhan. Pengalaman-pengalaman ini dapat

9
memberikan keyakinan mendalam akan kasih sayang Tuhan yang
abadi.
Dari perspektif cinta, bukti keesaan Tuhan ditemukan dalam
pengalaman-pengalaman cinta yang mendalam dan kasih sayang yang
dianggap berasal dari Tuhan. Hubungan cinta dengan Tuhan dan
sesama manusia dianggap sebagai bagian penting dari pengalaman
spiritual yang mendalam.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bukti-bukti keesaan Tuhan tersebar dalam berbagai perspektif, yang


meliputi wahyu, ilmu pengetahuan, alam semesta, dan cinta. Melalui pemahaman
yang mendalam terhadap konsep ini, kita dapat memperkuat keyakinan spiritual
kita dan mendapatkan arah serta makna dalam hidup. Dari perspektif wahyu, kita
memahami bahwa kitab suci dianggap sebagai wahyu ilahi yang memberikan
pedoman hidup. Nabi-nabi dianggap sebagai pembawa wahyu yang
menyampaikan pesan ilahi kepada umat manusia, menegaskan keesaan Tuhan dan
nilai-nilai moral. Pengalaman spiritual juga menjadi bagian penting dalam
memperkuat keyakinan akan keberadaan Tuhan. Dari perspektif ilmu
pengetahuan, argumen-argumen kosmologis, teleologis, dan moral telah diajukan
untuk mendukung keberadaan Tuhan. Meskipun tidak selalu dapat diuji secara
empiris, argumen-argumen ini menggambarkan upaya manusia untuk memahami
dan merenungkan fenomena alam semesta serta mencari makna di baliknya.

Dari perspektif alam semesta, fenomena-fenomena seperti Big Bang,


kompleksitas alam semesta, dan penyelarasan matematika dianggap sebagai
indikasi akan keberadaan Tuhan. Pandangan ini memperluas pemahaman kita
akan keajaiban dan ketertiban alam semesta serta memberikan ruang bagi refleksi
spiritual. Dari perspektif cinta, pengalaman kasih sayang, pengampunan, dan
transformasi hidup dipandang sebagai bukti akan kehadiran Tuhan. Konsep cinta
tanpa batas dan pengalaman rohani yang mendalam menjadi cerminan dari
keberadaan Tuhan yang penuh kasih dan kemurahan. Secara keseluruhan,
pentingnya membuktikan keesaan Tuhan tidak hanya terletak pada aspek spiritual,
tetapi juga filosofis dan moral. Hal ini memberikan landasan bagi praktik
keagamaan, nilai-nilai etika, dan perilaku bertanggung jawab dalam kehidupan
sehari-hari.

11
B. SARAN DAN KRITIK

Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan


menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan
ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas. Kami hanyalah
manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Sekian
penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anasri Fazrin, (UNSIQ Jawa Tengah di Wonosobo. 2023, 1 Februari) Diakses


pada tanggal 26 Maret 2024 dari
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/qaf/article/view/4379/2220

13

Anda mungkin juga menyukai