Makalah Manajemen Kelas Kelompok 2.

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MANAJEMEN KELAS

“ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran “

DOSEN PENGAMPU:

Dra. Rahmatina M.Pd

OLEH KELOMPOK 2:

Adinda Putri Hanifa 21129153


Miftahul Fadlilah 21129246
Nazla Asyifa 21129265

21 BKT 14

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada kami
untuk menyelesaikan makalah Manajemen Kelas tentang “Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelajaran.” dengan tepat waktu.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Rahmatina, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Kelas. Karena dengan diberikannya tugas ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca. Akhir kata
kami mengucapkan terimakasih.

Bukittinggi, 01 Mei 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
1. PENDAHULUAN .................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................................................................. 4
BAB II ............................................................................................................................................ 6
2. PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 6
A. Pengertian Pembelajaran .................................................................................................. 6
B. Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Pembelajaran ....................................... 8
C. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Proses Dan Hasil Belajar......................... 10
D. Faktor Instrumental Yang Mempengaruhi Proses Dan Hasil Belajar ....................... 11
E. Kondisi Fisik yang Mempengaruhi Hasil Pembelajaran ............................................. 14
F. Kondisi Mental yang Mempengaruhi Hasil Pembelajaran ......................................... 16
BAB III......................................................................................................................................... 21
3. PENUTUP ............................................................................................................................ 21
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 21
B. Saran ................................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 22
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kualitas pembelajaran adalah salah satu tolok ukur yang dapat menentukan
keberhasilan dari suatu proses kegiatan belajar di kelas. Ukuran dari kualitas atau
tidaknya suatu sekolah, yaitu bersifat relatif. Hal ini disebabkan tolak ukur yang akan
digunakan akan senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan perubahan tantangan era
atau zaman secara terus menerus. Dalam penerapannya, ada beberapa faktor yang
memengaruhi kualitas pembelajaran yang harus diketahui para pendidik. Pembahasan
tersebut akan dilampirkan dalam laman ini.
Dalam penerapannya, proses pembelajaran harus dirancang dengan cermat. Jika
guru berhasil merancang proses pembelajaran yang efektif untuk siswa, tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pun dapat dicapai dengan hasil yang maksimal. Hasil
belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari
lingkungan dan faktor dari diri peserta didik itu sendiri, misalnya seperti motivasi belajar,
minat belajar, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan siswa selama proses kegiatan
belajar, kehidupan sosial dan ekonomi siswa, serta faktor fisik dan psikis pesera didik
yang menjadi faktor utama yang dimiliki peserta didik untuk cepat memahami materi
pembelajaran yang diberikan guru.
Proses kegiatan belajar merupakan suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Dalam
penerapannya, nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi di antara guru dengan
peserta didik. Dapat dikatakan sebagai interaksi yang bernilai edukatif karena proses
kegiatan belajar-mengajar dilakukan sesuai dengan pengarahan guru yang diterapkan
dengan tujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelum
kegiatan pembelajaran dilakukan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran?


2. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi proes dan hasil belajar?
4. Apa saja faktor instrumental yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
5. Bagaimana kondisi fisik yang mempengaruhi hasil pembelajaran?
6. Bagaimana kondisi mental yang mempengaruhi hasil pembelajaran?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pemgertian dari pembelajaran.


2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
4. Untuk mengetahui faktor instrumental yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
5. Untuk mengetahui kondisi fisik yang mempengaruhi hasil pembelajaran.
6. Untuk mengetahui kondisi mental yang mempengaruhi hasil pembelajaran.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana pihak
yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi pada kegiatan
mengajarkan materi yang berorientasi pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam proses pembelajaran akan
mencakup berbagai komponen lainnya, seperti media, kurikulum, dan fasilitas
pembelajaran.
Darsono (Darsono, 2002)secara umum menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai
“suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa
berubah kearah yang lebih baik. Sedangkan secara khusus pembelajaran dapat diartikan
sebagai berikut:
1. Teori Behavioristik, mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha guru membentuk
tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus). Agar
terjadi hubungan stimulus dan respon (tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan,
dan setiap latihan yang berhasil harus diberi hadiah dan atau reinforcement
(penguatan).
2. Teori Kognitif, menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai cara guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa
yang sedang dipelajari. Teori Gestalt, menguraikan bahwa pembelajaran merupakan
usaha guru untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa
lebih mudah mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi suatu gestalt (pola bermakna).
3. Teori Humanistik, menjelaskan bahwa pembelajaran adalah memberikan kebebasan
kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan
minat dan kemampuannya. Arikunto (Arikunto, 2006)mengemukakan “pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang mengandung terjadinya proses penguasaan pengetahuan,
keterampilan dan sikap oleh subjek yang sedang belajar”. Lebih lanjut Arikunto
(Arikunto, 2006)mengemukakan bahwa “pembelajaran adalah bantuan pendidikan
kepada anak didik agar mencapai kedewasaan di bidang pengetahuan, keterampilan
dan sikap”.
4. Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun
2003 menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Beberapa pengertian pembelajaran menurut para ahli:
1. Warsita (Warsita, 2008)“Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta
didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”.
2. Sudjana (Sudjana, 2004)“Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang
sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif
antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber
belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”.
3. Corey (Corey, 1986)“Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi- kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi
tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”.
4. Dimyati dan Mudjiono (Mudjiono & Dimyati, 1999), Pembelajaran adalah kegiatan
guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar
aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.
5. Trianto (Trianto, 2010), Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang
kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel
dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan
pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari
seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan
sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.

Dari berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan
guru dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru
secara sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran
merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan
melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/ media
dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Proses yang akan
dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber
pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan media.
Proses belajarsendirimerupakankegiatan yang terjadiselama proses belajar
berlangsung(Rustaman, 2007)proses pembelajaran adalah proses yang didalamnya
terdapat kegiatan interaksi antar guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimplan bahwa proses belajar merupakan suatu
kegiatan yang di dalamnya terdapat interaksi antar “guru” atau merupakan orang yang
kemudian memberikan pembelajaran kepada “siswa” atau orang yang menerima
pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Proses belajar
inilah yang kemudian menentukan hasil pembelajaran atau pengaruh yang akan
didapatkan oleh individu yang terlibatdalam proses pembelajaran tersebut.
Adapun hasil pembelajaran adalah tujuan akhir dari proses pembelajaran yang diharapkan
berorientasi positif kepada anak didik. Akhir dari proses belajar adalah suatu hasil belajar
siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar. Semua hasil
belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan
dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggalian dan puncak proses belajar
(Mudjiono & Dimyati, 1999). Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajar(Sudjana, 2004). Selanjutnya Warsito (dalam
Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan
adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang
belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, maka (Wahidmurni, 2010)menjelaskan bahwa
sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan
adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi
kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah akhir dari
proses belajar yang kemudian mendapatkan hasil berupa perubahan dalam diri individu
tersebut yang berorientasi positif serta relatif permanen serta dapat menunjukkan
perubahan tersebut, perubahan ini sendri dapat berupa kemampuan berpikirnya,
keterampilannya, atau sikapnya.

B. Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran tentunya terdapat faktor yang kemudian mempengaruhinya


yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar dari siswa seperti yang dikutip dari
buku psikologi pendidikan karangan Muhibbin Syah, secara global faktor yang
memengaruhi siswa terbagi menjadi 3 macam, yakni:
1. Faktor internal siswa
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswameliputi aspek
yaitu:
a. Faktor fisiologis, adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu,
kondisi fisik yang bugar cenderung membuat hasil belajar siswa menjadi lebih
baik bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki kondisi fisik yang kurang
sehat,
b. Faktor psikologis, adalah faktor yang berhubungan dengan psikologi siswa,
perbedaan kondisi psikologis ini berbeda-beda tiap siswa, meskipun begitu
perbedaan ini hanya ada pada kadarnya, adapun beberapa faktor psikologis yang
umum ialah, kecerdasan siswa, motivasi, minat, perhatian, sikap, bakat, dan daya
nalar.
2. Faktor eksternal siswa
Faktor ini sendiri adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang mana mirip
dengan faktor internal, faktor ini terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Faktor lingkungan sosial, ialah faktor lingkungan di mana kemudian siswa
mengalami sosialisasi dengan individu atau masyarakat lainya, seperti lingkungan
masyarakat, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah.
b. Faktor lingkungan nonsosial, ialah faktor lingkungan di mana siswa hidup dan
mempengaruhi siswa tesebut, yang tentunya bersifat nonsosial atau
nonkemasyarakatan, contohnya adalah lingkungan alam seperti udara yang segar,
suhu yang pas atau dengan kata lain tidak terlalu panas ataupun dingin, sinar
matahari yang tidak terlalu menyilaukan. Selain itu adapula sarana dan prasarana
penunjang pembelajaran siswa.
3. Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan ini berkaitan dengan pendekatan yang digunakan baik siswa
ataupun guru dalam melakukan proses belajar agar hasil belajar yang diperoleh dapat
semaksimal mungkin.
Aby Syamsudin Makmun (Makmun, 2001)mengemukakan 3 faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah yaitu
a. Faktor input (masukan)
Faktor ini meliputi (a) raw input atau masukan dasar yang mengembangkan
kondisi individual anak dengan segala karakteristik fisik dan psikis yang
dimilikinya, (b) instrumental input atau masukan instrumental yang mencakup
guru, kurikulum, materi, sarana dan prasaran, (c) enviromental input atau
masukan lingkungan yang mencakup lingkungan fisik, georafis, sosial, dan
lingkungan budaya.
b. Faktor proses
Faktor proses ini menggambarkan bagaimana ketiga input tadi saling bekerja
sama dalam proses belajar siswa.
c. Faktor output
Faktor output adalah perubahan yang diharapkan pada siswa setelah melakukan
proses pembelajaran.

Rochman Natawidjaja (Natawidjaja, 1984)mengemukakan 5 unsur yang mempengaruhi


kegiatan belajar siswa di sekolah, yaitu:
1. Unsur Tujuan, berkaitan dengan tujuan siswa dan guru dalam melakukan proses
pembelajaran.
2. Pribadi siswa, berkaitan dengan aspek internal atau pribadi siswa itu sendiri,
yakni fisik dan psikologis siswa.
3. Bahan pelajaran, meupakan bahan ajar yang digunakan oleh guru atau yang akan
dipelajari oleh siswa.
4. Perlakuan guru, cara mengajar serta kepribadian guru tentu saja berpengaruh
terhadap proses belajar serta kondisi mental siswa.
5. Fasilitas, berhubungan dengan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran.
Setelah melihat seluruh pendapat ahli di atas dapat ditarik kesimpulan atau dipersempit
dari berbagai faktor tersebut, menjadi 4 faktor utama yakni:
1. Faktor lingkungan, berkaitan dengan lingkungan yang didiami siswa
2. Faktor instrumental, berkaitan dengan bahan ajar, metode, dan pendekatan yang
dipergunakan.
3. Kondisi fisik, yang meliputi kondisi jasmani atau tubuh dari siswa.
4. Kondisi mental, yang meliputi kondisi psikis atau kondisi psikologi siswa.

Keempat faktor ini adalah faktor utama yang selalu berhubungan dengan hasil serta
proses belajar siswa, seluruh faktor ini tentu saja saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu sama lain dalam proses pembelajaran, bila keseluruhan faktor ini
berada dalam tingkat terbaiknya maka hasil yang dapat dicapai dapat pada tingkat
maksimal begitupun sebaliknya.

C. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Proses Dan Hasil Belajar

Faktor lingkungan tentu saja mempengaruhi proses serta hasil belajar siswa karena dalam
lingkungan inilah siswa melakukan dan mendapatkan proses pembelajaran. Faktor
lingkungan ini dibagi menjadi dua yaitu lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial,
adapun penjelasanya sebagai berikut.
1. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial berkaitan dengan lingkungan dimana siswa mngalami kehidupan
sosialnya, di mana mereka melakukan interaksi, dan berbagai kehidupan sosial lainya.
a. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal
siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa,
paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.(Nursyaidah, 2014)
b. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan
belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak
rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap
aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak,
atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar
dengan baik.
c. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas
dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis
antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di
sekolah. maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan
memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain
dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk
memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya. Lingkungan sosial yang
berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan
hasil belajar. Seringkali guru dan para siswa yang sedang belajar di dalam kelas
merasa terganggu oleh obrolan orang-orang yang berada di luar persis di depan
kelas tersebut, apalagi obrolan tersebut diiringi dengan gelak tawa yang keras dan
teriakan. Hiruk pikuk lingkungan sosial seperti suara mesin pabrik, lalu lintas,
gemuruhnya pasar, dan lain-lain juga akan berpengaruh terhadap proses dan hasil
belajar. Oleh karena itu hendaknya sekolah didirikan dalam lingkungan yang
kondusif untuk belajar.
2. Lingkungan Non-sosial
Lingkungan nonsosial sendiri berkaitan dengan lingkungan fisik siswa dan dimana
siswa tersebut tingggal serta mendapatkan proses pembelajaran.
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak
dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana
yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor
yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi
lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat. Belajar
pada tengah hari diruang yang memiliki ventilasi udara kurang, tentunya akan
berbeda dengan suasana belajar di pagi hari yang udaranya masih segar, apalagi di
dalam ruangan yang cukup mendukung untuk benafas lega.
b. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode
mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar
guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa,
maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang
dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

D. Faktor Instrumental Yang Mempengaruhi Proses Dan Hasil Belajar

Faktor instrumental merupakan perangkat belajar yang dapat digolongkan


menjadi dua macam. Pertama, hardware, yang merupakan instrumen yang dapat
dirasakan secara fisik, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan
olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software, yang merupakan instrumen yang bersifat
abstrak, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus,
dan lain sebagainya.
1. Sarana dan fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan.Gedungsekolah misalnya
sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar
disekolah. Jumlah ruang kelas pun harus menyesuaikan peserta didik. Karena jika
anak didik lebih banyak dari pada jumlah kelas, akan terjadi banyak masalah, yang
tentunya akan berpengaruh pada hasil belajar anak.Selain fasilitas, sarana pun tidak
boleh diabaikan. Misalkan perpustakaan. Lengkap tidaknya buku di sekolah tersebut
akan menentukan hasil belajar anak didik. Karena perpustakaan adalah laboratoriun
ilmu yang merupakan sahabat karib anak didik.Selainitu fasilitas yang digunakan
guru dalam pengajaranpun harus diperhatikan.Misalkan LCD dan sebagainya. Karena
ini akan memudahkan dalam pembelajaran.
Menejemen tata ruang kelas sangat penting bagi kelancaran proses belajar
mengajar.Mengelola kelas merupakan salah satu peranan yang dilakukan seorang
guru dalam proses pembelajaran, yaitu untuk menciptakan kondisi belajar yang
optimal dan menetralisir keadaan jika terjadi gangguan di dalam kelas selama proses
belajar mengajar. Sebagai contoh guru harus menghentikan tingkah laku siswa yang
menyelewengkan perhatian kelas, memberikan hadiah pada siswa yang
menyelesaikan tugas atau dapat menjawab pertanyaan guru serta penetapan
normanorma atau aturan kelompok yang produktif. Sehingga ketika memasuki kelas,
maka seorang guru punya masalah pokok, yaitu masalah pengajaran dan masalah
menajemen atau pengelolaan kelas dengan tujuan untuk meningkatkan mutu
pendidikan pada siswa di dalam kelas(Nugraha, 2018).
Loren Agrey dan Naltan Lampadan meneliti minat mahasiswa memilih kampus
tertentu di dasarkan atas pilihan pilhan fasilitas yang menarik.Dari penelitian ini,
beberapa faktor muncul sebagai orang-orang yang secara signifikan mempengaruhi
pengambilan keputusan untuk hadir pada lembaga pendidikan tinggi tertentu. Ini
termasuk sistem pendukung, baik fisik (misalnya toko buku, bimbingan / konseling
kantor) dan non-fisik (beasiswa, kredit transferabilitas, pemrograman spiritual);
lingkungan belajar (lingkungan modern belajar dan fasilitas, reputasi, kampus yang
indah, perpustakaan dan laboratorium komputer) dan prospek pekerjaan yaitu
tingginya tingkat lulusan yang dipekerjakan; ketiga memiliki fasilitas olahraga yang
baik; keempat, program kehidupan siswa yang kuat (pelayanan kesehatan, akomodasi
perumahan) dan kegiatan (berbagai kegiatan ekstrakurikuler) dan akhirnya
lingkungan yang aman dan ramah (kampus aman serta fakultas mendukung). Studi ini
menunjukkan bahwa siswa menggunakan berbagai faktor dalam membuat seleksi
akhir mereka dari universitas dengan lima tercantum di atas sebagai kriteria membuat
dampak terbesar pada pilihan(Agrey & Lampadan, 2014).
2. Guru
Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. maka, kehadiran guru mutlak
didalamnya. Kalau hanya ada anak didik, tanpa guru tidak akan terjadi kegiatan
belajar mengajar disekolah. Jangankan tanpa guru, kekurangan guru saja akan
menjadi masalah.Tetapi,harus diperhatikan juga guru yang seperti apa yang bisa
menyukseskan belajar anak. Karena guru haruslah memenuhi syarat-syarat menjadi
guru.Dia harus berpengetahuan tinggi, profesional, paham psikologi anak didik, dan
sebagainya. Karena guru yang berkualitas, akan menentukan kualitas anak didik.
Cukup mengejutkan hasil penelitian Gerald N. Kimani dkk (Kimani, Kara, &
Njagi, 2013) menghasilkan kesimpulan bahwa usia, jenis kelamin, kualifikasi
profesional guru dan pengalaman profesional tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi akademik di sekolah menengah di Nyandarua County.
Namun, kelompok kerja guru dan beban kerja secara signifikan mempengaruhi
prestasi akademik. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa frekuensi penerbitan
tugas, guru memastikan tugas yang siswa selesai dan tepat waktu penandaan tugas
secara signifikan mempengaruhi prestasi akademik.
Berbeda halnya dengan Siswanto dalam penelitiannya justru guru merupakan
faktor pengaruh pokok dalam proses pembelajaran siswa.Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan yang telah disampaikan, dapat disim- pulkan sebagai berikut.
Pertama, terdapat pengaruh yang signifikan dari persepsi pe- nguasaan metode
mengajar praktik guru ter- hadap hasil belajar praktik kelistrikan oto- motif, dengan
nilai sig.0,044 < (α: 0,05), dan kontribusi sebesar 4,34%. Kedua, terdapat pengaruh
yang signifikan dari media pembelajaran terhadap hasil belajar pembelajaran praktik
kelistrikan oto- motif, dengan nilai sig.0,039 < (α: 0,05), dankontribusi sebesar
5,85%. Ketiga, terdapat pengaruh yang signifikan dari motivasi belajar siswa
terhadap hasil belajar pembelajaran praktik kelistrikan otomotif, dengan nilai
sig.0,036 < (α: 0,05), dan kontribusi sebesar 4,71%. Keempat, terdapat pengaruh yang
signifikan dari persepsi penguasaan metode mengajar praktik guru, persepsi media
pem- belajaran, dan motivasi belajar siswa secara bersama-sama terhadap hasil
belajar pembel- ajaran praktik kelistrikan otomotif, dengan nilai sig.0,000 < (α: 0.05),
dan kontribusi se- besar 14,9%(sutrisno, VLP & Siswanto, 2016)
3. Kurikulum
Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relefansi. Kesesuian ini
meliputidua hal: Pertama kesesuaian anatar kurikulum dengan tuntunan, kebutuhan,
kondisidan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian anata komponen-
komponenkurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan
tujuan, demikianjuga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan
kurikulum(Sukmadinata, 2015).
Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial dalam
pendidikan. Tanpa kurikulum belajar mengajar tidak dapat berlangsung, karena
materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran harus direncanakan terlebih
dahulu. Dan perencanaan tersebut termasuk dalam kurikulum, yang mana seorang
guru harus mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum kedalam program yang lebih
rinci dan jelas sasarannyasehingga dapat diukur dan diketahui dengan pasti tingkat
keberhasilan belajar mengajar yang dilaksanakan.
Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak
didik. Karena guru harus berusaha semaksimal mungkin untuk ketercapaian
kurikulum.Misalkan, jumlah tatap muka, metode, dan sebagainya harus dilakukan
sesuai dengan kurikulum. Jadi, kurikulum diakui dapat mempengaruhi proses dan
hasil belajar anak didik.
Berbicara kurikulum berarti berbicara mengenai komponen-komponennya, yakini
tujuan, bahan atau program, proses belajar mengajar, dan evaluasi. Kiranya jelas
faktor-faktor ini besar pengaruhnya pada proses dan hasil belajar. Misalnya kita lihat
pada sisi tujuan kurikulum, setiap tujuan kurikulum merupakan pernyataan keinginan
tentang hasil pendidikan agar dapat mencapai ke arah itu di perlukan seperangkat
kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Sarana dan fasilitas yang tersedia
harus di manfaatkan sebaik-baik agar berdaya guna dan berhasil guna bagi kemajuan
belajar anak didik di sekolah. Oleh karena itu setiap ada perubahan tujuan kurikulum
maka bisa dipastikan ada perubahan keinginan. Bisa dipastikan juga bahwa
perubahan tujuan itu akan mengubah program atau bahan (mata pelajaran) yang akan
diberikan bahkan mungkin dengan ruang lingkupnya masing-masing. Dan demikian
juga pada aspek-aspek lainnya, termasuk pada aspek sarana dan fasilitas. Demikian
itu akan berdampak pula pada kompetensi yang harus dimiliki para guru.
Selama proses belajar mengajar berlangsung, terjadilah interaksi antara guru dan
siswa, namun interaksi ini bercirikan khusus, karena siswa menghadapi tugas belajar
dan guru harus mengajar disimpan di pusat dan digambarkan dalam bentuk lingkaran.
Dengan demikian, interaksi antara kegiatan mengajar yang meliputi penentuan
prosedur-prosedur didaktik, media pembelajaran, bentuk-bentuk pengelompokkan
siswa serta materi pelajaran, dan kegiatan belajar yang meliputi menjalani suatu
proses belajar, menjadi lebih jelas. Komponen-komponen yang lain, yaitu tujuan
instruksional, keadaan awal dan evaluasi hasil belajar, berada di luar proses itu dan
karenanya, tetap merupakan bagian dari kegiatan didaktik.

E. Kondisi Fisik yang Mempengaruhi Hasil Pembelajaran

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi


fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu keadaan jasmani
dan keadaan fungsi jasmani.Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi
aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan
pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah
atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Secara umum
kondisi fisiologi, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah, dan capek.
tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya semuanya akan membantu dalam
proses dan hasil belajar. Siswa yang kekurangan gizi misalnya, ternyata kemampuan
belajarnya berada dibawah siswa-siswa yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang
kekurangan gizi, pada umumnya cenderung cepat lelah dan capek, cepat ngantuk dan
akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran.
Demikian juga kondisi saraf pengontrol kesadaran dapat berpengaruh pada proses
dan hasil belajar. Misalnya, seseorang yang minum-minuman kerasakan kesulitan
melakukan proses belajar, karena saraf pengomtrol kesadarannya terganggu. Bahkan,
perubahan tingkah laku akibat pengaruh minuman keras tersebut, tidak dapat dikatakan
perubahan tingkah laku hasil belajar.
Oleh karena keadaan keadaan jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka
perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani
antara lain adalah:
1. Menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam
tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah,
lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar;
2. Rajin berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat;
3. Istirahat yang cukup dan sehat.

Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran


fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama
pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar
dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala
informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal
dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan
telinga. Bahkan dikatakan oleh Aminnudin Rasyad (2003, h.) pancaindera merupakan
ilmu pengetahuan (five sence are the golden gate of knowledge). Artinya, kondisi
pancaindera tersebut akan memberikan pengaruh pada proses dan hasil belajar. Dengan
memahami kelebihan dan kekurangan pancaindera dalam memperoleh pengetahuan dan
pemahaman akan mempermudah dalam memilih dan menentukan jenis rangsangan arau
stimuli dealam proses belajar.
Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga pancaindra dengan baik, baik
secara preventif maupun yangbersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang
memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik,
mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya
Hal lainya yang dapat dilakukan guna menjaga kesehatan jasmani yang dilakukan
disekolah ialah dengan mengadakan mata pelajaran keolahragaan yang mana selain untuk
mengasah keterampilan fisik siswa dapat pula dilakukan untuk menjaga dan semakin
menyehatkan jasmani siswa. Kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah dengan
mengadakan senam bersama setiap sabtu dimana seluruh masyarakat sekolah mulai dari
guru, siswa, bahkan kepala sekolah dapat memepergunakan kegiatan ini untuk menjaga
kesehatan jasmani mereka sekaligus untuk menjalin keakraban satu sama lain.
F. Kondisi Mental yang Mempengaruhi Hasil Pembelajaran

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat


memengaruhi proses belajar. Setiap manusia atau anak didik pada dasrnya memilki
kondisi psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar, bukan dalam hal jenis.
Tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya
maisng-masing. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar
adalah kecerdasan/intelegensi siswa, motivasi, minat, perhatian, sikap,bakat, dan kognitif
dan daya nalar.
1. Kecerdasan/intelegensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam
mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang
tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja,
tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan,
tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena
fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir
seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses
belajar siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat
intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses
dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit
individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar
dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis
yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman
tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau guru profesional,
sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya.Pemahaman tentang
tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru atau pihak-pihak
yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga
dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior,
superior, rata¬rata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan
seseorang merupakan hal yang sangat berhar¬ga untuk memprediksi kemampuan
belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan
membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada
siswa.
2. Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar
siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para
ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang
aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 2008).
Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan
terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi
dibagi menjadi dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan
dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca,
maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya
menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya.
Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena
motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar
(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992)yang termasuk dalam motivasi
intrinsik untuk belajar antara lain adalah:
1. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas. Adanya sifat
positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
2. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari
orang-orang penting, misalkan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan
lain sebagainya;
3. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi
dirinya, dan lain-lain.
4. Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi
memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, reladan guru orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
3. Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003)minat
bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya
terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan,
motivasi, dan kebutuhan.Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya
dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar.
Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat
atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik
terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa
digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari
semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain
pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari,
melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga
siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua,
pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan
atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
4. Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa semata-mata tertuju kepada
suatu obyek ataupun sekumpulan obyek (Slameto, 1995). Untuk dapat menjamin hasil
belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada obyek-obyek yang dapat
menarik perhatian siswa, bila tidak, maka perhatian siswa tidak akan terarah atau
fokus pada obyek yang sedang dipelajari.
Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif
dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh
besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik
ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti
menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik,
menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif,
seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.
Strategi pembelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan
dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian yang tidak
disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan untuk mengetahui sesuatu,
seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di balik keributan di
samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan
bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan intensif
dari pada perhatian yang disengaja(Hapnita, Abdullah, Yualitas Gusmareta, & Rizal,
2017)
5. Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif
(Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau
tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk
mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha
untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang
dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang
terbaik bagi siswanya;berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru
yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan
pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat
mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa
bidang srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
6. Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara
umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003).
Berkaitan dengan belajar, (Slavin, 2008)mendefinisikan bakat sebagai kemampuan
umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah
kemampuan seseorangyang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam
proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kernungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai
prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga
diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu,
akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang
dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah
mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.
7. Kognitif dan Daya Nalar
Pembahasan mengenai hal ini meliputi tiga hal, yakni persepsi, mengingat dan
berpikir.Persepsiadalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam
lingkungannya.Penginderaanitu di pengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan, dan
kebutuhan. Kemampuan mempersepsi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain
tidak sama meskipun mereka sama-sama dari sekolah yang sama, bahkan kelas yang
sama, ini di tentukan oleh pengetahuan dan pengalaman pelajar itu sendiri. Karena
pengetahuan dan pengalaman akan memperkaya benaknya dengan perbendaharaan
untuk memperkuat daya persepsinya.Semakin sering ia melibatkan diri dalam
berbagai aktifitas, akan semakin kuat daya persepsinya(Slameto, 1995).
Mengingat adalah suatu aktifitas kognitif, dimana orang menyadari bahwa
pengetahuannya berasal dari masa yang lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang
diperoleh melalui pengalamannya di masa lampau.Terdapat dua bentuk mengingat
yang menarik untuk di perhatikan, yaitu mengenal kembali (rekognisi) dan mengingat
kembali (reproduksi).Pertama, dalam mengenal kembali (rekognisi), orang
berhadapan dengan suatu objek dan pada saat itu dia menyadari bahwa objek itu
pernah di jumpai di masa lampau. Misalnya orang mencari film cerita dalam bentuk
video compact disk (VCD) di sebuah rental, pada saat dia mencoba salah satunya, dia
ingat bahwa dia pernah menontonnya di televisi, maka ia tidak jadi menyewa. Di sini,
ternyata aktivitas mengingat terikat pada kontak kembali antara pengalamannya
dengan objek; seandainya tidak ada kontak berarti tidak terjadi mengingat. Dalam
mengenal kembali, pada tataran mental seseorang akan muncul tanggapan-tanggapan
dan penilaian baru terhadap objek bersangkutan. Tanggapan dan penilaian baru, ini
adakalanya memperkuat tanggapan dan penilaian lamanya di saat pertama ia
berjumpa dengan objek di masa lampau, dan ada kalanya berbeda dengan tanggapan
terdahulunya. Kedua, dalam mengingat kembali (reproduksi), dihadirkan suatu kesan
dari masa lampau dalam bentuk suatu tanggapan atau gagasan seperti telah
dicontohkan di atas (siswa yang berdamawisata).
Berpikir oleh Jalaludin Rakhmat (1985:86) dibagi dua macam, yakni berpikir
autistik (autistic) dan berpikir realistik (realistic). Yang pertama mungkin lebih tepat
disebut melamun; fantasi, menghayal, wishful thinking, adalah contoh-contohnya.
Berpikir realistik, di sebut juga nalar (reasoning), ialah berpikir dalam rangka
menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Dalam kebanyakan usaha pemanfaatan media
pembelajaran yang yang dilakukan guru adalah berusaha untuk membawa para
siswanya kepada pemahaman yang realistis. Dengan demikian, pemanfaatan media
dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan daya nalar siswa.
Istilah penalaran sebagai terjemahan dari bahasa inggris reasoning menurut kamus
The Random House Dictionary berarti the act of process of a person who reasons
(kegiatan atau proses menalar yang dilakukan oleh seseorang). Sedangkan reason
berarti the mental powers concerned with forming conclusions, judgements of
inferences (kekuatan mental yang berkaitan dengan pembentukan kesimpulan dan
penilaian). Jadi, yang membedakan pelajar dengan orang yang bukan pelajar,
mahasiswa dengan pemuda bukan mahasiswa adalah faktor penalarannya; dan yang
membedakan pelajar dengan pelajar lainnya, mahasiswa dengan mahasiswa lainnya
adalah kadar kekuatan penalarannya atau daya nalarnya. Ini ditentukan oleh
individual power of reason (daya nalar individual) yang merupakan dasar yang paling
menentukan dari kemampuan berpikir analitis dan sistesis.
Kondisi mental yang mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran secara konkret
dapat dilihat dari hasil penelitianSukardi Weda dan Andi Elsa Fadhilah Sakti bahwa:
Pertama, takut gagal kursus bahasa Inggris tampaknya penyebab utama kecemasan
siswa dalam kelas. Kedua, para siswa menjadi gugup ketika guru mengajukan
pertanyaan di mana mereka tidak mengerti jawaban dari pertanyaan-pertanyaan.
Ketiga, mereka menjadi gugup ketika kelas berjalan dengan cepat tanpa
memperhatikan kemampuan siswa yang berbeda. Akhirnya, para siswa cenderung
gugup ketika mereka tidak memahami materi dijelaskan oleh guru di kelas(Weda,
Elsa, & Sakti, 2018)
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.
Faktor internal meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa, seperti kesehatan, inteligensi,
perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, kesiapan, dan kelelahan. Faktor eksternal
meliputi lingkungan keluarga, lingkungan kelas, dan lingkungan masyarakat. Selain itu,
faktor pendekatan belajar juga mempengaruhi hasil belajar, seperti tujuan, metode
belajar, media, waktu, motivasi, latihan dan ulangan, bahan pelajaran, dan sumber
belajar.

B. Saran
Penulis sangat mengharapkan kontribusi beharga pembaca, baik dalam kritik dan
saran yang dapat meningkat kualitas pembahasan yang disajikan dalam kesimpulan
diatas. Dengan kerendahan hati, penulis yakin bahwa masukan dari berbagai sudut
panjang akan menjadi bekal penting untuk mengembangkan makalah ini di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Agrey, L., & Lampadan, N. (2014). Determinant Factors Contributing to Student Choice in
Selecting a University. 3(2), 2334–2978.

Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi IV. Jakarta: Bumi Aksara.

Corey. (1986). Teori Pembelajaran. Bandung: Scolastik.

Darsono. (2002). Teori Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Hapnita, W., Abdullah, R., Yualitas Gusmareta, & Rizal, F. (2017). Faktor Internal Dan
Eksternal Yang Dominan Siswa Kelas Xi Teknik Gambar Bangunan Smk N 1 Padang Tahun
2016 / 2017. Cived Jurusan Teknik Sipil, 5(1), 1–8. https://doi.org/2302-3411

Hayinah. (1992). Masalah Belajar. Malang: DepDikbud IKIP Negri Malang.

Kimani, G. N., Kara, A. . M., & Njagi, L. W. (2013). Teacher Factors Influencing Students’
Academic Achievement in Secondary Schools in Nyandarua County, Kenya. International
Journal of Education and Research, 1(3), 1–14.

Makmun, A. S. (2001). Psikologi Pendidikan. Bandung: :PT. Remaja Rosda Karya.

Mudjiono & Dimyati. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

natawidjaja, rochman. (1984). Tingkat Penerapan Bimbingan dalam Proses Belajar Mengajar
dihubungkan dengan kepedulian Guru dan sikap siswa terhadap Bimbingan. IKIP Bandung.

Nugraha, M. (2018). Manajemen kelas dalam meningkatkan proses pembelajaran. Jurnal UIN
Banten, 4, 27–44.

Nursyaidah. (2014). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR PESERTA


DIDIK. Forum Pedagogik, 70–79.

Rustaman, N. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama.

Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rinieka Cipta.

Slavin, S. (2008). Cooperative Learning Theory, Research and Practise Second Edition. Boston:
Allyn and Bacon a Division of Simon and Schusster Inc.

Sudjana, N. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensido
Offset.

Sukmadinata, N. S. (2015). Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek. (Bandung: PT.: PT.
Remaja Rosdakarya.
sutrisno, VLP & Siswanto, B. (2016). FAktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Pada Pembelajaran Praktik Kelistrikan otomotif SMK di Kota Yogyakarta. Jurnal Pendidikan
Vokasi, 6(1), 111–120.

Syah, M. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Grafindo.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahidmurni, D. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Yogjakarta: Nuha Litera.

Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran: Landasan &Aplikasinya,. Jakarta: Rineka Cipta.

Weda, S., Elsa, A., & Sakti, F. (2018). Factors Influencing Students ’ Anxiety in English as a
Foreign Language Classroom Factors Influencing Students ’ Anxiety in English as a Foreign
Language Classroom.

Anda mungkin juga menyukai