1 SM
1 SM
1 SM
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan dan mendeskripsikan kualitas bahan ajar berbantu
GeoGebra yang berorientasi pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada materi
vektor ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Jenis penelitian yang digunakan
adalah Research and Development dengan model pengembangan ADDIE (Analysis, Design,
Development, Implementation, Evaluation). Subjek uji coba adalah 23 siswa kelas X MIPA di SMA
Mataram Tempursari. Pengumpulan data menggunakan lembar validasi ahli, angket respon siswa, dan
soal tes. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan uji t satu sampel. Hasil analisis validasi
ahli memperoleh rata-rata nilai 90 sehingga produk dinyatakan valid. Hasil analisis angket respon
siswa dengan rata-rata nilai 77,48 dan taraf signifikansi 5% pada uji t satu sampel memperoleh nilai
0,000<0,05 sehingga H_0 ditolak dan produk dinyatakan praktis. Hasil analisis tes siswa dengan rata-
rata nilai 77,48 dan taraf signifikansi 5% pada uji t satu sampel memperoleh nilai 0,0265<0,05
sehingga H_0 ditolak dan produk dinyatakan efektif
Kata kunci: Bahan ajar, GeoGebra, pemahaman konsep, dan konsep matematis
Abstract
The aim of this study was to develop and describe the quality of geogebra-assisted teaching materials
that oriented to the students’ ability to understand mathematical concepts on vector operating
materials in terms of validity, practicality, and effectiveness aspects. The type of this study was
Research and Development with ADDIE development model (Analysis, Design, Development,
Implementation, Evaluation). The trial subjects were 23 students at X MIPA calss on Mataram
Tempursari High School. The data collection used a validation sheet, student response questionnaire,
and test. The data analysis used descriptive analysis and one sample t test. The results of the expert
validation analysis obtained an average score of 90 so the product was valid. The results of student
response questionnaire with an average score of 77,48 and significance level of 5% in one sample t
test obtain that 0,000<0,05 so H_0 rejected and the product was practical. The results of student test
with an average score of 74,55 and significance level of 5% in one sample t test obtain that
0,0265<0,05 so H_0 rejected and the product was effective
PENDAHULUAN
Kompetensi yang perlu dikuasai siswa dalam Kurikulum 2013 untuk setiap mata
pelajaran pada suatu satuan pendidikan dalam jenjang dan jenis pendidikan tertentu telah
dirumuskan dalam Permendikbud Tahun 2016 Nomor 21 tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah. Mengacu pada tingkat kompetensi yang telah ditetapkan dalam
standar isi tersebut tampak bahwa capaian kompetensi siswa untuk mata pelajaran
matematika masih belum maksimal. Berdasarkan hasil Ujian Nasional (UN) tahun 2019,
matematika merupakan mata pelajaran yang memperoleh nilai rata-rata paling rendah
dibandingkan dengan mata pelajaran lain yang diujikan pada tiap jenjang pendidikan.
Laporan hasil ujian nasional yang dirilis oleh Puspendik menunjukkan capaian nasional
rata-rata nilai matematika untuk jenjang SMP yaitu 46,56. Sementara itu, rata-rata nilai
matematika untuk jenjang SMA jurusan IPA yaitu 39,33 dan SMA jurusan IPS yaitu 34,46
sedangkan SMK memperoleh rata-rata nilai 35,26. Dari data tersebut tampak bahwa capaian
hasil belajar siswa masih sangat rendah untuk mata pelajaran matematika.
Ardila & Hartanto (2017) menyatakan bahwa rendahnya capaian hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kurangnya minat siswa terhadap matematika,
kurangnya konsentrasi siswa selama proses pembelajaran, rendahnya pemahaman konsep
siswa, dan kurangnya kedisiplinan siswa. Menurut Yuliani, Zulfah & Zulhendri (2018),
siswa dengan kemampuan pemahaman konsep yang baik lebih mudah mengikuti
pembelajaran sehingga memiliki prestasi belajar yang tinggi dibandingkan dengan siswa
yang kurang memahami konsep. Kristanti, Isnarto & Mulyono (2019) menambahkan bahwa
pemahaman konsep sangat penting bagi siswa sebagai dasar dalam memecahkan masalah
matematika. Siswa yang memiliki pemahaman konsep yang baik mampu mengungkapkan
konsep matematika dalam bentuk lain serta mengaplikasikan satu atau beberapa konsep
dalam pemecahan suatu masalah tertentu. Dengan demikian pemahaman konsep sangat
penting dimiliki agar siswa tidak sekedar tahu atau mengingat rumus dengan perhitungan
sederhana saja.
Pemahaman merupakan kemampuan menjelaskan dan menginterpretasikan suatu
konsep, situasi dan fakta menggunakan bahasa sendiri (Nur’aeni & Muharram, 2016).
Konsep merupakan ide abstrak yang digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau
penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah, rangkaian kata, atau
lambang bahasa (Soedjadi, 2000). Sementara itu, matematis artinya bersangkutan dengan
matematika atau bersifat matematika. Syarifah (2017) mendefinisikan matematika sebagai
ilmu pengetahuan tentang pola dan hubungan yang pembuktiannya bersifat logis dan
terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia terkait ide, proses, dan penalaran yang berguna
dalam memahami dan menguasai suatu permasalahan baik masalah sosial, ekonomi, dan
alam. Dengan demikian, pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan
mengintepretasi konsep, fakta, dan hubungan antar konsep matematis dalam penyelesaian
suatu masalah matematika.
Dalam pembelajaran matematika saat ini, kemampuan siswa menyelesaikan masalah
matematika yang menekankan pada pemahaman konsep masih tergolong rendah. Realita
bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa masih belum baik dapat diamati berdasarkan
gejala-gejala yang tampak selama proses pembelajaran. Adapun indikasi rendahnya
pemahaman konsep matematis yaitu siswa kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan
yang berbeda dengan contoh, siswa hanya menghafal rumus namun tidak tahu maknanya,
siswa mudah lupa dengan materi yang telah dipelajari padahal materi tersebut saling
berkaitan, dan siswa belum mampu mengaplikasikan konsep pembelajaran dalam kehidupan
sehari-hari (Yuliani et al., 2018).
pembelajaran interaktif sebagai halaman web. Selain itu, perangkat lunak ini tersedia secara
bebas untuk pengguna non-komersial sehingga dapat diakses dan diunduh secara gratis
melalui website GeoGebra www.geogebra.org, windows store, app store, dan google play
store menggunakan komputer maupun tablet.
Pemanfaatan GeoGebra dalam pembelajaran matematika menurut Hohenwarter &
Fuchs (2004) yaitu penggunaan GeoGebra sebagai media demonstrasi dan visualisasi,
Geogebra sebagai alat bantu konstruksi, GeoGebra sebagai alat bantu eksplorasi dan
penemuan matematika, serta GeoGebra sebagai perangkat lunak pembangun bahan ajar.
Adapun pemanfaatan GeoGebra ini dapat digunakan secara langsung dalam pembelajaran
atau diunggah ke internet untuk akses lebih luas dengan format media berupa file
GeoGebra, animasi GIF maupun dalam bentuk video pembelajaran.
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa pemanfaatan GeoGebra dalam
pembelajaran matematika memberikan pengaruh positif bagi siswa. Melalui fitur-fitur yang
dimiliki GeoGebra diharapkan dapat memfasilitasi siswa untuk aktif dalam mengkonstruksi
pengetahuan secara mandiri agar lebih memahami konsep selama proses pembelajaran
matematika. Berangkat dari hal tersebut, peneliti akan menggunakan GeoGebra dalam
pengembangan bahan ajar matematika. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep
matematis siswa dalam pembelajaran matematika kedepannya. Dengan demikian maka
tujuan penelitian ini adalah mengembangkan dan mendeskripsikan kualitas bahan ajar
berbantu GeoGebra yang berorientasi pada kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa pada materi vektor ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan produk.
METODE
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and Development
(R&D) yang bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar berbantuan GeoGebra yang
berorientasi pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Pengembangan bahan
ajar dalam penelitian ini menggunakan model ADDIE (Analysis, Design, Development,
Implementation, and Evaluation) yang dikembangkan oleh Dick dan Carry (1996) dengan
mengadaptasi langkah-langkah model ADDIE seperti yang telah disampaikan oleh
Mulyatiningsih (2011).
Subjek Penelitian
Subjek uji coba dalam penelitian ini yaitu 23 siswa kelas X MIPA di SMA Mataram
Tempursari pada tahun ajaran 2020/2021.
dilakukan untuk mengidentifikasi produk yang sesuai dengan sasaran peserta didik dan tujuan
pembelajaran. Analisis kurikulum dilakukan untuk mengetahui kurikulum yang digunakan
oleh sekolah sehingga peneliti dapat menentukan materi apa yang akan digunakan dalam
penelitian. Sementara itu, analisis situasi lingkungan dilakukan untuk mengidentifikasi
lingkungan belajar terutama fasilitas TIK yang dimiliki sekolah dan strategi penyampaian
yang digunakan dalam pembelajaran.
Tahap Design
Tahap ini bertujuan untuk merancang desain awal produk yang akan dikembangkan
sesuai dengan hasil analisis pada tahap sebelumnya. Rancangan yang dihasilkan pada tahap
ini masih bersifat konseptual dan akan mendasari proses pengembangan berikutnya. Proses
perancangan desain awal produk ini meliputi penetapan tujuan pembelajaran, perancangan
materi pembelajaran, perancangan skenario kegiatan belajar, merancang perangkat
pembelajaran, dan merancang alat evaluasi pembelajaran.
Tahap Development
Tahap development bertujuan untuk mengembangkan rancangan awal produk pada
tahap design. Pada tahap ini, produk mulai dibuat berdasarkan kerangka konseptual yang telah
dirancang sebelumnya. Selain realisasi produk, pada tahap ini juga dibuat instrumen untuk
mengukur kinerja produk yang dikembangkan.
Tahap Implementation
Tahap ini bertujuan untuk menguji cobakan produk yang telah dikembangkan dalam
penelitian. Sebelum produk diterapkan secara langsung dalam pembelajaran di kelas, produk
divalidasi dan direvisi terlebih dahulu sesuai dengan saran dan masukan dari ahli. Tahap uji
coba ini meliputi validasi produk oleh ahli, revisi produk berdasarkan hasil validasi, dan uji
coba produk di lapangan.
Tahap Evaluation
Tahap evaluation bertujuan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pengembangan
produk. Pada tahap ini, dilakukan evaluasi dengan tes hasil belajar siswa untuk mengukur
pemahaman konsep matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran. Hasil tes ini digunakan
untuk mengetahui keefektifan produk yang dikembangkan. Sementara itu, pengisian angket
respon siswa juga dilakukan untuk mengetahui kepraktisan penggunaan produk dalam
pembelajaran.
Instrumen penilaian kepraktisan dalam penelitian ini berupa angket respon siswa.
Aspek penilaian angket ini meliputi kemudahan penggunaan dan aktivitas, ketepatan
penggunaan bahasa dan kalimat, serta tampilan bahan ajar dalam bentuk LKS. Angket respon
siswa ini disusun dengan 5 kriteria alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),
netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Instrumen Penilaian Keefektifan
Instrumen penilaian keefektifan berupa tes tertulis yang diberikan setelah siswa
mengikuti pembelajaran menggunakan bahan ajar yang dikembangkan. Tes yang digunakan
berbentuk soal uraian yang terdiri dari 5 butir soal.
Jenis Data
Terdapat empat jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data proses
pengembangan produk berupa data deskriptif sesuai dengan model pengembangan ADDIE
(Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation), data kevalidan produk yang
diperoleh dari hasil validasi ahli, data kepraktisan produk yang diperoleh dari hasil angket
respon siswa, dan data keefektifan produk yang diperoleh dari hasil tes pemahaman konsep
mateamtis siswa.
Analisis Kepraktisan
Selanjutnya dilakukan analisis statistik untuk menguji keefektifan dengan uji t satu sampel.
Adapun langkah-langkah analisis keefektifan adalah sebagai berikut.
1) Melakukan rekapitulasi nilai tes pemahaman konsep matematis siswa
2) Menghitung rata-rata nilai tes siswa yang diperoleh menggunakan rumus
∑x
x=
n
Keterangan:
x : Rata-rata nilai tes siswa
∑ x : Total nilai tes siswa
n : Banyak siswa yang mengikuti tes
3) Menguji rata-rata nilai tes siswa dengan uji t satu sampel
Seperti pada analisis kepraktisan, langkah-langkah uji t satu sample pada analisis
keefektifan ini adalah sebagai berikut.
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari
hasil tes siswa berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang
digunakan adalah uji Shapiro-Wilk dengan rumusan hipotesis sebagai berikut.
H0 : Data sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi
normal
H1: Data sampel berasal dari
populasi yang tidak
berdistribusi normal
Dengan taraf signifikansi sebesar 5%, kriteria keputusan pengujian yaitu tolak H 0
jika sig.< 0 ,05 dan dapat disimpulkan bahwa data sampel berasal dari populasi
yang tidak berdistribusi normal.
b) Uji T Satu Sampel
Uji t satu sampel dilakukan untuk mengetahui keefektifan penggunaan
produk yang dikembangkan dalam pembelajaran berdasarkan rata-rata nilai tes
siswa. Kriteria kepraktisan produk yaitu jika rata-rata nilai tes pemahaman konsep
matematis siswa minimal mencapai 70 dengan rumusan hipotesis sebagai berikut.
H 0 : μ ≤69 , 99
(bahan ajar berbantuan GeoGebra tidak efektif ditinjau dari hasil tes siswa)
H 1 : μ >69 , 99
(bahan ajar berbantuan GeoGebra efektif ditinjau dari hasil tes siswa)
Dengan taraf signifikansi sebesar 5%, kriteria keputusan pengujian yaitu tolak H 0
jika sig.< 0 ,05 dan dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata tes siswa minimal
mencapai 70 sehingga bahan ajar berbantuan GeoGebra dapat dikatakan efektif
ditinjau dari hasil tes siswa.
untuk mengetahui kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan dari produk yang dikembangkan.
Adapun hasil penelitian pengembangan bahan ajar berbantuan GeoGebra adalah sebagai
berikut.
Dosen Guru
Ditinjau dari ketiga aspek penilaian secara keseluruhan diperoleh hasil penilaian oleh
dosen yakni 93. Sementara itu, hasil penilaian oleh guru memperoleh nilai 87. Berdasarkan
kedua penilaian dari validator ini diperoleh rata-rata penilaian secara keseluruhan yaitu 90
yang termasuk dalam rentang penilaian 90 ≤ x< 100sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat
kelayakan produk secara keseluruhan berada dalam kriteria sangat baik dan produk
dinyatakan valid.
Berdasarkan tabel 3, ditinjau dari ketiga aspek penilaian diperoleh rata-rata nilai
angket respon siswa secara keseluruhan yaitu 77,48. Selanjutnya dilakukan analisis statistik
untuk menguji apakah dengan rata-rata nilai tersebut bahan ajar berbantuan GeoGebra yang
dikembangkan dalam penelitian dapat dikatakan praktis dengan melakukan uji t satu sampel
sebagai berikut.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji prasyarat yang dilakukan untuk mengetahui apakah data
yang diperoleh dari hasil angket respon siswa berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Uji normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk dengan rumusan hipotesis sebagai
berikut.
H 0 : Data sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal
H 1 : Data sampel berasal dari populasi
yang tidak berdistribusi normal
Dengan taraf signifikansi sebesar 5%, kriteria keputusan pengujian yaitu tolak H 0 jika
sig.< 0 ,05 dan dapat disimpulkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang tidak
berdistribusi normal. Hasil perhitungan statistik menggunakan bantuan SPSS dapat dilihat
pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Angket Respon Siswa
Shapiro-Wilk
Statistik df Sig.
0,950 23 0,295
Pada tabel 4 diperoleh nilai Sig. 0,295> 0 ,05 sehingga H 0 diterima dan dapat disimpulkan
bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Uji T Satu Sampel
Uji t satu sampel dilakukan untuk mengetahui kepraktisan bahan ajar berbantuan
GeoGebra berdasarkan rata-rata nilai angket respon siswa. Kriteria kepraktisan produk yaitu
jika rata-rata nilai angket respon siswa minimal mencapai 70 dengan rumusan hipotesis
sebagai berikut.
H 0 : μ ≤69 , 99
(bahan ajar berbantuan GeoGebra tidak praktis ditinjau dari hasil angket respon siswa)
H 1 : μ >69 , 99
(bahan ajar berbantuan GeoGebra praktis ditinjau dari hasil angket respon siswa)
Dengan taraf signifikansi sebesar 5%, kriteria keputusan pengujian yaitu tolak H 0 jika
sig.< 0 ,05 dan dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata angket respon siswa minimal
mencapai 70 sehingga bahan ajar berbantuan GeoGebra dapat dikatakan praktis ditinjau dari
hasil angket respon siswa. Hasil perhitungan statistik menggunakan bantuan SPSS dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji T Satu Sampel Angket Respon Siswa
Nilai Uji = 69,99
t df Sig. (2-tailed) Sig. (1-tailed)
6,00 22 0,000 0,000
9
Pada tabel 5 diperoleh nilai Sig. untuk uji satu arah yakni Sig.(1-tailed) 0,000< 0 ,05 sehingga
H 0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata angket respon siswa minimal
mencapai 70. Dengan demikian bahan ajar berbantuan GeoGebra dapat dikatakan praktis
ditinjau dari hasil angket respon siswa.
Hasil Tes Siswa
Tes pemahaman konsep matematis siswa digunakan untuk menilai keefektifan
penggunaan bahan ajar berupa LKS dalam pembelajaran. Soal tes ini berbentuk uraian yang
disusun berdasarkan empat indikator pemahaman konsep matematis yaitu menyatakan ulang
suatu konsep yang telah dipelajari, mengembangkan syarat cukup suatu konsep,
mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma
pemecahan masalah. Data hasil tes pemahaman konsep matematis siswa disajikan pada tabel
6.
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa indikator paling dominan yang memperoleh nilai
skor tertinggi adalah indikator ke-3 yaitu mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep.
Contoh pekerjaan siswa terkait indikator ini dapat dilihat pada gambar 1 dan 2.
Dari kedua contoh jawaban tersebut, sebagian besar siswa mampu mengidentifikasi
sifat-sifat operasi atau konsep vektor dengan baik seperti pada contoh jawaban 1. Hal ini
menujukkan bahwa siswa memiliki pemahaman konsep matematis yang baik ditinjau dari
indikator tersebut. Selain itu, siswa dengan pemahaman konsep matematis yang baik mampu
mengungkapkan konsep matematika dalam bentuk lain serta mengaplikasikan satu atau
beberapa konsep dalam pemecahan suatu masalah tertentu (Kristanti et al., 2019). Terkait hal
ini tampak bahwa pada contoh jawaban 1, siswa mampu menyatakan konsep vektor dalam
bentuk lain dan secara terarah mampu mengaplikasikan beberapa konsep tersebut dalam
memecahkan masalah untuk membuktikan nilai kebenaran dari resultan vektor. Sementara itu
pada contoh jawaban 2, siswa mampu menyatakan konsep vektor dalam bentuk lain namum
belum terarah untuk mengaplikasikan konsep tersebut sehingga tidak dapat memecahkan
masalah yang ada. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa siswa pada contoh jawaban 1
memiliki kemampuan pemahaman konsep yang lebih tinggi dibandingkan siswa pada contoh
jawaban 2.
Adapun indikator paling rendah adalah indikator ke-4 yaitu mengaplikasikan konsep
atau algoritma pemecahan masalah pada soal nomor 5. Contoh pekerjaan siswa terkait
indikator ini dapat dilihat pada gambar 3 dan 4.
Dari kedua contoh jawaban tersebut, sebagian besar siswa telah mampu menggunakan
algoritma pemecahan masalah sesuai konsep namun tidak dapat menyelesaikan masalah
kontekstual yang berhubungan dengan selisih vektor baik dalam menentukan vektor yang
menyatakan arah perahu atau kecepatan perahu sebagaimana pada contoh jawaban 2. Terkait
hasil ini tampak pemahaman konsep matematis siswa dalam mengaplikasikan konsep atau
algoritma pemecahan masalah cukup baik namun dalam mengaplikasikan konsep atau
algoritma pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari masih kurang. Hasil yang serupa
juga diperoleh Yuliani et al. (2018) yang menyatakan bahwa siswa belum mampu
mengaplikasikan konsep pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Dari data yang diperoleh,
kebanyakan siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari dikarenakan siswa
belum memahami permasalahan yang diberikan seutuhnya. Walaupun demikian jika ditinjau
secara keseluruhan dari analisis indikator, pemahaman konsep matematis siswa dapat
dikatakan cukup baik.
Hasil analisis pemahaman konsep matematis siswa tersebut, diperkuat dengan hasil uji
t satu sampel. Merujuk pada tabel 6 diperoleh rata-rata nilai tes pemahaman konsep matematis
siswa yaitu 74,55. Selanjutnya dilakukan analisis statistik untuk menguji apakah dengan rata-
rata nilai tersebut bahan ajar berbantuan GeoGebra yang dikembangkan dalam penelitian
dapat dikatakan efektif dengan melakukan uji t satu sampel sebagai berikut.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji prasyarat yang dilakukan untuk mengetahui apakah data
yang diperoleh dari hasil tes pemahaman konsep matematis siswa berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk dengan rumusan
hipotesis sebagai berikut.
Pada tabel 7 diperoleh nilai Sig. 0,076> 0 , 05 sehingga H 0 diterima dan dapat disimpulkan
bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Uji T Satu sampel
Uji t satu sampel dilakukan untuk mengetahui keefektifan bahan ajar berbantuan
GeoGebra berdasarkan rata-rata nilai tes pemahaman konsep matematis siswa. Kriteria
kepraktisan produk yaitu jika rata-rata nilai tes siswa minimal mencapai 70 dengan rumusan
hipotesis sebagai berikut.
H 0 : μ ≤69 , 99
(bahan ajar berbantuan GeoGebra tidak efektif ditinjau dari hasil tes siswa)
H 1 : μ >69 , 99
(bahan ajar berbantuan GeoGebra efektif ditinjau dari hasil tes siswa)
Dengan taraf signifikansi sebesar 5%, kriteria keputusan pengujian yaitu tolak H 0 jika
sig.< 0 ,05 dan dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai tes siswa minimal mencapai 70
sehingga bahan ajar berbantuan GeoGebra dapat dikatakan efektif ditinjau dari hasil tes
pemahaman konsep matematis siswa. Hasil perhitungan statistik menggunakan bantuan SPSS
dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 3. Hasil Uji T Satu Sampel Tes Siswa
Nilai Uji = 69,99
t df Sig. (2-tailed) Sig. (1-tailed)
2,05 21 0,053 0,0265
1
Pada tabel 8 diperoleh nilai Sig. untuk uji satu arah yakni Sig.(1-tailed) 0,0265< 0 ,05
sehingga H 0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai tes siswa minimal mencapai
70. Dengan demikian bahan ajar berbantuan GeoGebra dapat dikatakan efektif ditinjau dari
hasil tes pemahaman konsep matematis siswa.
SIMPULAN
Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk bahan ajar berupa LKS berbantuan
GeoGebra yang berorientasi pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada
materi vektor untuk jenjang SMA kelas X yang dikembangkan dengan model pengembangan
ADDIE. Berdasarkan hasil penelitian pengembangan dapat disimpulkan bahwa kualitas bahan
ajar berbantuan GeoGebra dinyatakan valid, praktis, dan efektif. Kevalidan ini diperoleh
berdasarkan hasil validasi ahli yang menyatakan produk valid ditinjau dari syarat didaktik,
konstruk, dan teknis. Selanjutnya, kepraktisan produk diperoleh berdasarkan analisis hasil
angket respon siswa menggunakan uji t satu sampel yang menyatakan produk praktis ditinjau
dari rata-rata nilai angket respon siswa terkait penilaian kemudahan penggunaan dan aktifitas
siswa, ketepatan penggunaan bahasa dan kalimat, serta desain tampilan produk. Sementara
itu, keefektifan produk diperoleh berdasarkan analisis hasil tes pemahaman konsep matematis
siswa menggunakan uji t satu sampel yang menyatakan produk efektif ditinjau dari rata-rata
nilai tes siswa. Dari hasil uji t satu sampel ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai tes
siswa minimal dapat mencapai KKM sekolah yang berarti bahwa penggunaan produk dalam
pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ardila, A., & Hartanto, S. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Hasil Belajar
Matematika Siswa Mts Iskandar Muda Batam. PYTHAGORAS: Jurnal Program Studi
Pendidikan Matematika, 6(2), 175–186. https://doi.org/10.33373/pythagoras.v6i2.966.
Fatqurhohman. (2016). Pemahaman Konsep Matematika Siswa dalam Menyelesaikan
Masalah Bangun Datar. JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika), 4(2), 127–133.
https://doi.org/10.25273/jipm.v4i2.847.
Tim GeoGebra. (2018). Learn GeoGebra Classic. Diakses tanggal 13 Oktober 2021dari
https://www.geogebra.org/material/show/id/XUv5mXTm.
Hohenwarter, M., & Fuchs, K. (2004). Combination of dynamic geometry , algebra and
calculus in the software system GeoGebra. Diakses tanggal 22 Februari 2022 dari
https://www.researchgate.net/publication/228398347_Combination_of_dynamic_geomet
ry_algebra_and_calculus_in_the_software_system_GeoGebra.
Jamaluddin, N. H., Sulasteri, S., & Angriani, A. D. (2020). Geogebra : Software dalam
Pengembangan Bahan Ajar Transformasi Geometri. Al Asma: Journal of Islamic
Education, 2(1), 121–128.
Kemendikbud. (2016a). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 21, Tahun 2016, tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kemendikbud. (2016b). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 22, Tahun 2016, tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kristanti, F. ., Isnarto, & Mulyono. (2019). Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa dalam Pembelajaran Flipped Classroom berbantuan Android. Prosiding, Seminar
Nasional Pascasarjana UNNES.
Mulyatiningsih, E. (2011). Riset Terapan Bidang Pendidikan dan Teknik. Yogyakarta: UNY
Press.
Mumpuni, P. W., Inganah, S., & Sugiarti, W. (2020). Penerapan Model Pembelajaran
Window Shopping Materi Vektor untuk Meningkatkan Hasil dan Minat Belajar
Matematika. Jurnal Math Educator Nusantara: Wahana Publikasi Karya Tulis Ilmiah
Di Bidang Pendidikan Matematika, 6(2), 115–126.
https://doi.org/10.29407/jmen.v6i2.12827.
Nur’aeni, E., & Muharram, M. R. W. (2016). Desain Didaktis Kemampuan Pemahaman
Matematis Materi Balok Dan Kubus Siswa Kelas IV SD. Jurnal Sekolah Dasar, 25(2),
139–146.
Ramdhani, S. (2016). Analisis Kemampuan Mahasiswa Program Studi Matematika dalam
Membuat Bahan Ajar dengan Perangkat Lunak Geogebra Melalui Pembelajaran Berbasis
Proyek. Jurnal Analisa Prodi Pendidikan Matematika UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, 2(3), 27–36.
Soedjadi. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Suryacitra, G. E. (2018). Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Flipped Classroom di
Kelas X MIPA SMA Negeri 1 Karangnom Tahun Ajaran 2017/2018 Pada Materi
Vektor. Skripsi. Universitas Sanata Dharma.
https://repository.usd.ac.id/31297/2/141414051_full.pdf.
Suwarto, S., & Purnami, A. S. (2018). Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika
Melalui Hypothetical Learning Trajectory Pada Materi Vektor. IndoMath: Indonesia
Mathematics Education, 1(2), 69. https://doi.org/10.30738/indomath.v1i2.2614.
Syarifah, L. L. (2017). Analisis Kemampuan Pemahaman Matematis pada Mata Kuliah
Pembelajaran Matematika SMA II. JPPM (Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika),
10(2), 57–71.
Tay, M. K., & Mensah-Wonky, T. (2018). Effect of using Geogebra on senior high school
students ’ performance in circle theorems. African Journal of Educational Studies in
Mathematics and Sciences, 14, 1–17.
Yuliani, E. N., Zulfah, & Zulhendri. (2018). Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa Kelas VIII SMPN 1 Kuok melalui Model Pembelajaran Koopearatif Tipe Group
Investigation. Jurnal Cendikia: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(2), 91–100.
Zulnaidi, H., & Zamri, S. N. A. S. (2017). The Effectiveness of the GeoGebra Software : The
Intermediary Role of Procedural Knowledge On Students ’ Conceptual Knowledge and
Their Achievement in Mathematics. EURASIA Journal of Mathematics Science and
Technology Education, 13(6), 2155–2180. https://doi.org/10.12973/eurasia.2017.01219a.