A Piece of My Life Story

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 2

A piece of my life story

Nama saya Theodorus Gaby , biasa dipanggil Gaby . Saya anak ke 3 dari 3 bersaudara, 2orang laki-laki
dan 1 orang perempuan. Saya lahir di sebuah kampung kecil yang bernama Keladang 1 pada tanggal
27 Desember 2005, dan saya dibesarkan oleh kedua orang tua saya disana , tepatnya di Kecamatan ,
Kabupaten Sanggau , Kalimantan barat.

Saya dilahirkan dari keluarga yang tercukupan , ayah saya hanyalah seorang wirausahawan,
sedangkan ibu saya seorang karyawan swasta. Namun, walaupun kami hidup dengan tercukupan
tapi kami hidup bahagia. Kedua orang tua saya mendidik saya dan saudara dengan baik dan puji
tuhan kakak dan abang saya sukses semua dalam belajar menjadi seorang sarjana dan seorang
pekerja keras. Saya bangga akan pengorbanannya dan saya sayang dengan mereka. Karena tanpa
mereka kami tidak akan pernah tahu seperti apa bentuk dunia ini, tidak akan tahu seperti apa cinta
dan kasih sayang darinya, dan tidak akan pernah merasakan yang namanya hidup.

Hobi saya bermain tenis meja, berjalan menelusuri taman, bernyanyi walaupun suara pas pesan,
menggambar walaupun tidak bagus dan terakhir saya paling senang berenang apalagi di Sungai. Saya
senang melihat paduan suara gereja yang pernah menjuarai dan meraih juara dalam beberapa tahun
silam. Dari situlah saya mulai tertarik mendengar dan menonton lomba paduan suara.

Keluarga kami termasuk keluarga yang lumayan taat beribadah, dari kecil saya sudah diajarkan ibu
untuk selalu mengikuti ibadat hari Minggu di gereja . Waktu kecil dan sampai sekarang setiap hari
Minggu dan hari besar lainnya, ibu selalu cerewet menyuruh saya dan saudara saya segera mengikuti
ibadat walau pun kadang saudara saya yang satunya tidak ikut ibadat. bahkan Ketika saya dan
saudara saya memasuki usia 11 tahun tepatnya saat masuk SMP orang tua saya menyuruh kami
bersaudara untuk diam di asrama Katolik sampai tamat SMA.

Pada tahun 2011 saya mulai memasuki dunia pendidikan yakni sekolah dasar, saya tidak TK dulu
karena di kampung saya waktu itu belum ada TK. Semasa SD saya lebih mementingkan pertemanan
dan bermain sampai nilai saya sangat buruk rata-rata saya cumanlah 69, tapi saya tidak malu pada
saat itu dengan nilai 69 karena lebih banyak lagi teman saya yang nilainya lebih rendah dari saya.
Saya tamat sekolah dasar pada tahun 2017 sebelum lulus saya diberikan 2 pilihan sekolah menengah
pertama yakni SMP sugiyopranoto dan SMP Kuala dua awal-awalnya saya bingung untuk memilih ini.
Pada saat awal saya memilih SMP Kuala dua karena masih lumayan dekat dengan kampung saya tapi
pada akhirnya saya memutuskan untuk memilih SMP sugiyopranoto Sanggau walaupun agak sedikit
ragu karena takut kalah saing dengan orang-orang baru. Dan pada akhirnya pada 15 Juli 2017 saya
berangkat ke Sanggau untuk mulai bersekolah di SMP sugiyopranoto dan Saya tinggal di asrama
pada awal sekolah saya tidak punya teman karena satu-satunya dari desa saya adalah saya sendiri,
tetapi beberapa saat kemudian ada beberapa orang yang mengundang saya itu karena memang saya
orangnya cukup pemalu, tapi setelah beberapa hari berikutnya saya semakin banyak mendapat
teman saya akhirnya dapat berbaur dengan mereka. Dan pada saat itu saya sadar bahwa pandangan
saya tentang anak-anak Sanggau tidak sesombong di dalam pikiran ku. Di SMP saya diharapkan
orang tua saya untuk bisa lebih mandiri, disiplin,dan harus bisa mengelola uang yang di berikan tiap
bulannya. Kemudian di tahun 2020 saya masuk SMA yakni SMAK DONBOSCO Sanggau. Dari SMP
saya mengidamkan sekolah ini tapi pada saat masuk SMA pas juga dengan pandemi covid-19 jadi
segala aktivitas pembelajaran di alihkan ke rumah. Jadi tidak bisa merasakan asiknya masa sekolah.
Tapi tidak berhenti di situ akhirnya pada bulan November 2021 sekolah sudah mulai di buka tapi
tentunya dengan protokol kesehatan ketat dan juga jam pembelajarannya terbatas. Hal ini membuat
hati kami siswa siswi senang bisa bertemu secara langsung di sekolah. Di masa masuk tatap muka
terbatas di situ saya kembali untuk semangat belajar karena kebiasaan saat Online tugas saya sering
saya tunda untuk menggerakkannya walaupun tidak pernah sampai di tagih guru,tapi saya
sebenarnya malas untuk menggerjakan tugas saat sekolah Online. Saya waktu itu berharap bisa
masuk 10 besar tapi kenyataannya peringkat 13,hal itu tidak membuat saya putus asa. Kemudian di
semester berikutnya yaitu semester 2 saya lebih giat lagi untuk belajar dan puji tuhan saya
mendapatkan peringkat 10, saya senang mendengar ketika nama saya di sebut di dalam daftar
peringkat 10 besar. Kemudian di kelas 12 saya memutuskan untuk keluar dari asrama dan tinggal di
kost, walaupun dengan berat hari saya pindah dari asrama tapi karena ada beberapa alasan yang
membuat saya keluar dari asrama, awalnya orang tua saya sangat melarang keras saya untuk keluar
dari asrama karena dia berpikir bahwa dunia luar itu sungguh keras sehingga mereka takut saya
terjerumus ke hal hal-hal negatif, tapi aku tetap meyakinkan mereka untuk mengizinkan saya tinggal
di kost, dan pada akhirnya mereka menyetujuinya. Hati ku sangat senang ketika menyetujuinya.
Beberapa hari saya tinggal di kost saya di tanya oleh kedua orang tua saya katanya ”seperti apa diam
di luar apakah lebih enak?” Aku pun menjawab “ya saya sih sangat menikmatinya karena menurut
saya, saya dapat lebih mendapatkan pengalaman baru ketika berada di luar. Lalu kata orang tua ku
lagi” oh baguslah. Ingat jaga dirimu baik-baik.” Dari kata itu saya merasa itu adalah tanggung jawab
yang harus di saya pegang, Karena mereka sangat takut jika saya tinggal di luar asrama. Impian saya
ketika sudah lulus SMA adalah kuliah di jurusan teknik sipil itu ada impian ku sejak kelas 11.

Anda mungkin juga menyukai