Uas B Indo

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

TABHINA FATIMAH NARA PUTRI

2201125557

MIMPI SI BUNGSU
Saya adalah gadis berusia 19 tahun yang lahir disuatu daerah Jakarta Selatan pada 4
Juni 2003. Lahir sebagai anak bungsu yang memiliki seorang kakak laki-laki. Ketika
umur 3 tahun orang tua saya berpindah kerja dari kota asal saya ke kota Pekanbaru.
Setelah kurang lebih 2 menjalani kehidupan di kota ini, saya beserta keluarga ditimpa
kemalangan yang sangat tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Ayah saya jatuh sakit
dan melawan itu semua berbulan bulan hingga akhirnya tidak bisa diselamatkan. Saya
yang sewaktu itu berusia 5 tahun tepatnya tahun 2008, dan disitulah semua kehidupan
kami berubah. Ibu harus mencari nafkah sendiri untuk dapat menyekolahkan saya dan
kakak laki-laki saya. Aku yang pada saat itu masih harus pindah TK dikarenakan
kami pindah dari rumah sebelumnya. Begitupun saat abang saya masuk sekolah
menengah pertama dan saya memasuki sekolah dasar, kami masih harus pindah
rumah agar tidak jauh dari sekolah.
Di tahun-tahun ini kami memang merasakan betapa beratnya hidup tanpa kepala
keluarga yang seharusnya menjadi pencari nafkah kami. Tapi dengan giat dan gigih
Ibu saya dapat menyekolahkan saya hingga tamat sekolah dasar dan abang saya tamat
pada sekolah menengah atasnya.
Saat berlibur saat saya lulus dari bangku sekolah dasar, kami berlibur ke Bandung dan
juga sebagai pelepas rindu ibu saya dengan kota asalnya tersebut. Bertemu dengan
saudara serta kerabat dari Ibu saya dan disanalah abang saya bertekad untuk bekerja
di daerah Bandung dengan salah satu kerabat ibu saya agar dapat menjadi pengganti
ayah untuk mencari nafkah. Berlibur di pendesaan tempat ibu saya lahir sangat
menenangkan hati dan dapat mengurangi beban pikiran yang ibu saya rasakan.
Bandung salah satu kota favorit saya karna kota tersebut masih asri dan sejuk. Disana
saya mengunjungi kebun the dan tempat wisata yang paling saya sukai disana yaitu
Farmhouse. Dalam waktu seminggu sangat cukup untuk menikmati setiap sudut di
Kota Paris van Java ini.
Setelah itu kami pulang ke Pekanbaru untuk mempersiapkan keberangkatan kami
kembali ke Bandung untuk mengantarkan abang saya pada beberapa bulan kedepan.
Dengan berat hati saya melepaskan kakak lelaki saya satu-satunya untuk pergi
merantau dan jauh dari saya. Saya kemudian tinggal bersama nenek saya hingga saya
tamat sekolah menengah pertama.
Banyak juga lika-liku pada saat dibangku SMP dan banyak pengalaman baru. Salah
satunya masalah percintaan. Yap ini pertama kali saya suka dengan seseorang dan dia
kakak tingkat saya dan salah satu anggota OSIS dan juga dia termasuk tim basket
sekolah itu. Di tahun pertama belajar di seolah ini nilai saya termasuk bagus dan juga
bisa mendapatkan juara umum 1 pada saat itu. Tetapi ketika sudah dilema dengan
keasikkan bermain hingga terlalu memikirkan masalah percintaan, disanalah mulai
menurun tingkat belajar saya. Tetapi tidak apa-apa karena juga saya masih bisa
menduduki peringkat dikelas. Dan juga kakak tingkat tersebut sudah lulus jadi saya
bisa meningkatkan kembali belajar saya.
Tapi tak sampai disitu, saya bertemu dengan lelaki yang bukan dari sekolah saya,
kami kenal karna dulu pernah bermain saat masih di bangku sekolah dasar, saat SMP
ini bertemu lagi dan waktu demi waktu semakin dekat hingga kami sama-sama lulus
SMP. Hubungan kami sudah diketahui keluarga, ibu saya sudah bertemu dengan
ibunya hingga berteman sangat dekat. Tetapi hubungan ini tidak berjalan lama,
setelah itu kami menjadi asing tapi setelah lama kami menjadi teman kembali dan
juga masih berkomunikasi baik dengan ibunya.
Setelah tamat dari sekolah menengah pertama, saya berusaha mencari jati diri saya
dan apa yang mau saya lakukan untuk kedepannya. Saya bingung dan ragu untuk
melanjutkan ke jenjang berikutnya. Mau lanjut ke menengah atas atau menengah
kejuruan. Melihat salah satu keluarga saya lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata dari
sanalah saya bertekad ingin juga mengambil peran dalam dunia pariwisata. Saya
memilih sekolah menengah kejuruan dengan jurusan yang saya inginkan yaitu Usaha
Perjalanan Wisata, tetapi pada saat itu pilihan saya dikesampingkan oleh keluarga
besar saya yang katanya lebih setuju jika saya mengambil sekolah menengah atas dan
mengambil jurusan IPA. Dikarenakan kakek dari ayah saya sangat ingin jika cucunya
masuk sekolah tinggi ilmu pertanahan sedangkan jurusan tersebut tidak pernah
terpikir dengan saya sebelumnya.
“ Kamu harusnya masuk jurusan IPA saja agar nantinya bisa banyak memilih untuk
melanjutkan kuliah ” Ujar kakek
“ Tidak, aku ingin kuliah mengambil jurusan yang sama dengan jurusan di sekolah
menengah ku nanti ” Ujar ku
Dengan gigih saya membujuk agar saya dapat memilih keinginan saya sendiri tetapi
semua itu sia sia.
Lalu datanglah saat semua sekolah membuka pendaftaraan ajaran baru dengan sistem
pendaftaran yang baru dilakukan pada tahun kelulusan saya ini. Sistem zonasi dari
pemerintah yang membuat saya hanya memiliki 1 sekolah menengah atas untuk
melakukan pendaftaran. Rumah saya berdasarkan jarak dan kecamatan mendapat
Sekolah Menengah Atas Negri 8 Pekanbaru yang saya pikir saya akan pasti dan
dijamin dapat belajar disana. Ternyata setelah pendaftaran saya lakukan, angan angan
saya untuk dapat belajar disalah satu sekolah favorit di kota saya gagal karena hanya
dengan alasan jika rumah saya kalah kauh jaraknya dengan pendaftaran yang lain.
Setelah itu tanpa berpikir panjang, saya harus mencabut berkas agar bisa mendaftar di
sekolah menengah kejuruan yang dari awal juga sekolah ini menjadi impian saya agar
bisa belajar sesuai jurusan yang saya inginkan. Tetapi dikarenakan tidak setujunya
kakek saya untuk saya mendaftar dan belajar di sekolah menengah kejuruan sehingga
saya pun tidak jadi untuk bersekolah disana. Lalu kakek saya bertanya ke anggota
keluarga saya salah satu om saya untuk bertanya dan mencari apakah ada sekolah
menengah atas negri lainnya yang bisa menerima saya untuk mendaftar disana.
Setelah itu kakek saya mendapat kabar bahwa ada beberapa sekolah yang tidak jauh
jaraknya dari rumah saya dapat menerima murid lagi. Disana saya langsung
mengajukan berkas serta dokumen saya untuk diurus pada panitia penerimaan murid
baru disekolah itu dan syukur alhamdulillah setelah beberapa hari menunggu ternyata
saya lulus di Sekolah Menengah Atas Negri 11 Pekanbaru.
Dengan kepercayaan yang tinggi saya mulai mencari teman pada waktu ospek dan
menetapkan hati bahwa saya harus belajar sungguh-sungguh disekolah ini walaupun
bukan disekolah yang menjadi impian saya. Saat pengumuman kelas, saya bersyukur
bisa mendapatkan kelas dengan jurusan IPA sebagaimana itu adalah jurusan yang
kakek saya inginkan. Selalu berusaha untuk memahami semua bidang studi pada
jurusan IPA ini dengan tekad ingin masuk STPN (Sekolah Tinggi Ilmu Pertanahan)
yang dianjurkan oleh kakek saya.
Mencoba berbagai macam hal pada masa SMA agar melihat potensi diri, mulai dari
bermain basket, ikut organisasi, dan ikut serta dalam apapun event dalam sekolah itu.
Tetapi hati tidak bisa dibohongi, saya masih tetap terngiang-ngiang terhadap SMK
yang menyajikan jurusan yang saya inginkan itu. Jatuh bangun melalui situasi pada
bangku sekolah ini. Mulai dari masalah percintaan, pelajaran, hingga diri sendiri. Dari
awal masuk mendekatkan diri ke kakak tingkat dan terulang lagi masa seperti SMP
yaitu dekat dengan salah satu kakak tingkat dan kebetulan juga dia salah satu anggota
OSIS. Hari demi hari semakin dekat dan bertukar pendapat hingga opini bagaimana
cara bisa percaya diri mengikuti organisasi. Namun pendekatan itu juga tidak
bertahan lama, ia adalah kakak tingkat kelas 12 sehingga pada saat setahun saya
bersekolah disana ia lulus.
Setahun setengah sudah berlalu hari-hari saya bersekolah disana, dan indonesia
terkena wabah covid yang mempunyai dampak besar bagi dunia pendidikan. Yap
kami diliburkan yang awalnya 2 minggu, tetapi karna wabah ini berlangsung lama
akhrinya pembelajaran dilakukan secara daring. Saya dan teman-teman saya tidak
dapat merasakan asiknya bermain disekolah lagi. Disini saya benar-benar merasakan
betapa sulitnya memahami pelajaran melalui daring. Menyimak guru menjelaskan
materi hanya terbatas dengan laptop. Terkadang mata pelajaran seperti Kimia, Fisika,
dan juga Matematika sulit dipahami karena tidak dituntun langsung mengenai
rumusnya, hanya diberi powerpoint ataupun menjelaskan dilayar dan menjelaskannya
pun hanya diberi waktu yang terbatas. Dari yang awalnya saya kelas 1 SMA hingga
naik kelas 3 SMA barulah ada kebijakan pemerintah untuk kembali belajar tatap
muka. Banyak hal dan tempat baru di SMA 11 ini. Salah satunya terdapat cafe yang
tepat berada disamping sekolah. Siswa dapat duduk dan menikmati minuman disana
sembari menunggu dijemput. Seperti saya, selagi menunggu dijemput ataupun pada
saat istirahat sekolah pasti saya duduk dan membeli kopi disana. Hingga saya kenal
dengan barista disana. Cukup ramai dan ada anak sekolah lain disana seperti murid
SMA 1. Tempat itu menjadi ajang menambah relasi, yang awalnya hanya mengenal
teman satu kelas atau satu sekolah, kini saya bisa berteman dari anak sekolah lain.
Disanalah saya mengenal 1 lelaki namun bukan dari sekolah asal saya, melainkan dari
salah satu murid SMA 1 yang baru saya temui. Hampir setiap pulang sekolah dia
mampir ke café itu bersama teman-temannya untuk sekedar ngobrol dengan saya
ataupun barista disana. Lama-lama kami semakin dekat dan mulai untuk saling buka
perasaan. Saya dibawa kerumahnya untuk bertemu dengan ibu serta ayahnya. Agar
lebih enak menjalani hubungan jika keluarga kami saling kenal. Kami menjalani hari-
hari bersama setelah pulang sekolah ataupun lagi libur. Kami juga belajar sama untuk
persiapan masuk kuliah. Ternyata dia sama juga memilih universitas dengan saya.
Universitas Riau yang menjadi salah satu pilihan kami.
Libur akhir sekolah sudah tiba, beberapa hari saya mengisi waktu liburan saya dengan
lelaki yang saya jumpai di cafe itu. Ahmad Sulthan Zulkarnaen, dipanggil naen itulah
yang menemani saya libur sampai akhirnya saya memutuskan untuk liburan ke
Batam dan Tanjungpinang bersama sepupu saya. Ada kabar gembira lagi, ternyata
naen dan keluarganya juga libur ke Batam, tetapi ternyata beda jadwal penerbangan.
Angan-angan ingin berlibur bersama tidak jadi. Tapi tak apa karena pergi berlibur
dengan sepupu juga menyenangkan.
Tidak punya waktu lama, hanya seminggu untuk bisa berlibur di Batam dan
Tanjungpinang. 2 hari pertama saya berlibur di Batam, pergi ke salah satu mall yaitu
Nagoya Hill dan makan malam di Bluefire dengan bisa melihat langsung kapal besar
yang sedang terparkir disana. Makan malam yang indah dipenuhi banyak lampu dan
musik. Tempat makan itu berada dipinggir telaga. Keesokah harinya saya pergi
kepelabuhan umtuk menyebrangi pulau menuju tanjung pinang ketelah tiba di tanjung
pinang saya menjuí kerumah sepupu saya yang berada didaerah Batu 10. Setiba nya
saya di rumah sepupu saya saya langsung beristirahat. Keesokan harinya saya pergi
bersama sepupu saya menjuí ke salah satu cafe yang ada di tanjung pinang. Nama
tempatnya Adalah ate pieno disana saya memesan makanan dan minuman dan
kamipun bercerita dan bersenang senang hingga larut malam.
Mulai dari belajar bareng untuk SBMPTN, satu sama lain saling suport untuk bisa
lulus pada jurusan masing-masing, tetapi pada setelah bulan puasa dan lebaran, saya
jatuh sakit. Asma yang sudah ada didalam diri saya sejak kecil tiba-tiba kambuh tepat
setelah lebaran. Jam 3 pagi saya sudah merasakan sesak, wajah puvat, pusing, dan
sangat lemas. Saya mencoba bertahan dengan obat yang ada dan yang sering saya
gunakan namun tidak hasil. Hingga jam 5 subuh saya dibawa ke RS Syafira untuk
diperiksa di UGD. Nafas saya belum stabil walaupun sudah diberi tindakan berkali-
kali, dan saya terpaksa dilarikan ke ICU untuk dapat tindakan yang maksimal. Namun
sebelum itu saya harus Swab PCR dan Rogsen terlebih dahulu untuk mengetahui
apakah ada penyumbatan pada paru-paru saya. Pada saat itu infus sudah dipasangkan
pada tangan kanan saya dan saya disuntikkan obat hingga saya merasa bahwa waktu
itu saya sudah tidak sadar. Setelah hampir setengah hari di ICU saya baru sadar, dan
merasa badan saya sudah ditempel kabel-kabel, jari jempol saya dijepit, pakai oksigen
dan badan saya sangat lemas. Lalu ada suster datang untuk memberi saya makan
tetapi mungkin saya tidak bisa makan makanan keras jadi makanan saya dihaluskan
dan saya harus menelan itu dengan cara disedot menggunakan sedotan. Disana saya
memang sudah pasrah dan keluarga saya juga sudah tidak berharap akan kesadaran
saya karna nafas saya sangat tidak stabil. Siapa yang tidak cemas diruang ICU hanya
sendiri tanpa didampingi oleh keluarga, ingin menjenguk pun hanya bisa melihat dari
balik kaca. Hampir setiap malam saya nangis karna merasa kesepian dan seperti tidak
ada yang peduli dengan saya. Setiap ada kunjungan dokter saya selalu meminta untuk
dipindahkan kekamar biasa saja agar saya bisa bertemu dengan ibu saya.
Setelah 4 hari di ICU, pada malam itu saya diizinkan untuk pindah kekamar biasa
walaupun ada negosiasi oleh dokter untuk pindahnya besok saja tetapi saya sudah
tidak ingin berada di ruang ICU yang hanya terdengar suara mesin detak jantung,
suara orang kesakitan, dan tidak boleh dijenguk oleh siapapun. Tepat jam 11 malam
saya dipindahkan keruangan biasa. Keesokan harinya nafas saya mulai normal hanya
saja saya masih batuk keras dan berdahak tetapi saya setiap jamnya dapat perawatan
untuk menstabilkan nafas saya dan menghilangkan batuk saya. Barulah datang
keluarga serta saudara saya untuk menjenguk. Disana saya merasa sangat lega dapat
melewati masa-masa kritis saya di ICU pada saat itu. 4 hari saya dikamar biasa,
dengan setiap malam diberi obat tidur dan makanan yang dirasa sangat hambar.
Tibalah dimalam terakhir saya disana, diperiksa oleh 2 dokter untuk melihat
perkembangan saya agar dapat pulang dan menjalani rawat jalan saja. Keesokan
harinya saya diperbolehkan pulang setelah sarapan. Sembari saya sarapan dan
bersiap-siap, ibu saya mengurus administrasi dan meminta obat untuk saya minum
dirumah.
Sesampainya dirumah, badan saya masih lemas. Tidak bisa berdiri terlalu lama, kaki
ini terasa sangat lemas dan tak bertenaga. Lalu saya tidur untuk mengembalikan
tenaga saya. Tetapi sehari dua hari saya pulang kerumah, saya mengalami demam
dengan panas badan saya naik turun. Minum paracetamol sepertinya sudah tidak
ampuh lagi karena panas badan saya masih naik turun. Cemas karena badan ini
belum kembali 100% tetapi minggu depan saya harus mengikuti SBMPTN. Mulai
memakan sayur hingga buah-buahan dan vitamin namun tetap juga panas ini tidak
benar-benar hilang dari badan saya. Lalu saya memberanikan diri untuk kembali
kedokter dan meminta obat. Kata dokter ini hanya efek samping setelah seminggu
dirawat. Diberi obat dan rutin saya minum, alhamdulillah demam ini tidak separah
sebelumnya.
Tibalah saat tes SBMPTN tiba,tetapi badan ini demam kembali, dari pagi saya sudah
minum paracetamol berharap panas badan saya turun. Badan saya keringat dingin,
masih sedikit pusing namun saya bisa menahannya hingga tes itu berakhir. Kurang
lebih sebulan menunggu pengumuman, namun saat pengumuman itu keluar ternyata
tidak lulus. Akan tetapi saya sebelum merencanakan mengikuti SBMPTN, saya sudah
terlebih dahulu mendaftar jalur PBUD. Berbulan-bulan mengisi waktu kosong
sembari menunggu pengumuman jalur PBUD ini keluar.
Memberanikan diri untuk daftar sekolah ikatan dinas. Pada saat itu saya memilih satu
sekolah ikatan dinas. STIN adalah yang saya pilih. Dengan gigih saya mengurus
berkas dan dokumen yang sangat banyak untuk dapat registrasi dan terdaftar untuk
mengikuti test. Dengan modal kemampuan yang seadanya, dengan diri yang tak
pernah mempelajari tentang sekolah ikatan dinas ini saya bertekad ingin mencobanya.
Setelah registrasi selesai, saya terdaftar menjadi salah satu peserta tes untuk masuk ke
sekolah ikatan dinas STIN ini. Hanya bermodal nonton youtube dan mempelajari
sedikit apa saja materi yang akan masuk pada test itu. Besoknya saya ke salah satu
kantor pemerintah di Pekanbaru yang test nya diadakan dikantor tersebut. Berdoa
dengan hati yang gugup dan masuklah saya keruangan ujian itu. Sangat ramai orang-
orang yang juga ingin masuk dan melanjutkan pendidikan di sekolah ikatan dinas itu.
Setelah ujian selesai, point langsung keluar dan nilai saya disalah satu materi tersebut
kurang sehingga saya dinyatakan tidak lulus. Kecewa? Iyaa, tetapi melihat usaha saya
kemarin yang kurang mempersiapkan dengan matang, kecewa itu berubah jadi
penyesalan. Sekarang hanya jalur PBUD yang saya harapkan. Jika jalur ini saya tidak
lulus juga, dengan terpaksa mengambil kampus swasta dan lagi-lagi mengecewakan
keluarga saya.
Mencari kerjaan part time yang cocok dan pas dengan kemampuan dan kesehatan
saya. CV disebar di berbagai cafe berharap mendapat pekerjaan. Lalu ada yang
menghubungi saya via telfon untuk dipanggil wawancara di satu cafe. Serotonin
nama cafe tersebut. Cafe yang baru saja buka ini memang membutuhkan karyawan.
Proses wawancara sudah dilewati, kembalilah saya dipanggil untuk training. Dalam
waktu seminggu saya melakukan training akhirnya saya menetap untuk kerja disana
hingga saya menunggu kelulusan saya pada jalur PBUD itu.
Yapp… kerja disana tidak terlalu berat, hanya melayani pelanggan, mengantar
pesanan dan disana sangat santai. Tidak terpaku pada pekerjaan jadinya saya sangat
nyaman menjalankan pekerjaan ini. Bulan demi bulan berlalu akhirnya tibalah
pengumuman itu, saya dan lelaki yang saya temui dan dekat di cafe samping sekolah
saya itu lulus di Universitas yang sama dan dengan fakultas yang sama juga. Saya
memberi tau keluarga saya betapa bahagianya saya lulus pada jurusan yang saya
inginkan sedari dulu. Semua juga cukup senang dengan kabar ini walau kakek saya
sudah begitu berharap saya masuk sekolah kedinasan.
Begitu antusiasnya menunggu ospek pada kampus tersebut.

Anda mungkin juga menyukai