3.bab 1-3
3.bab 1-3
3.bab 1-3
PENDAHULUAN
yang religius, dengan keadan ini tidak mudah mengidentifikasi remaja yang
fakta terlihat perilaku remaja Aceh saat ini sangat memprihatinkan. Mereka
cenderung terpengaruh dengan lingkungan dan budaya luar. Gaya pacaran remaja
rekreasi berpelukan tanpa ada rasa malu, sementara budaya setempat mempunyai
terhadap perilaku seks bebas. Melakukan seks tidak lagi dipandang tabu meski
usia masih belasan tahun. Mereka melakukan itu demi kesenangan, meski ada
pula yang sebagian melakukannya untuk beberapa lembar uang. Pada sebagian
lokalisasi pelacuran tetapi dilakukan melalui koneksi antar teman sehingga sulit
diperoleh data yang pasti tentang jumlah remaja yang menjadi pelacur. Para
remaja yang menjual diri tersebut ada juga yang berstatus sebagai pelajar. 1
Studi pendahuluan yang dilaksanakan oleh penulis kepada satu orang guru
1
2
2015-2017 kasus perilaku seksual remaja terus terjadi dan tiap tahun tersebut ada
siswa yang dipanggil orang tuanya, diberikan sanksi dan bahkan ada yang
dengan salah satu siswa juga di dapatkan informasi di tahun 2016 ada 1 orang
siswa keluar karena hamil diluar nikah dan tidak bisa melanjutkan pendidikannya.
seperti berciuman dan menganggap itu hal yang sudah biasa, 2 orang diantaranya
tidak mendapat pengawasan dari orang tua dikarenakan tidak tinggal bersama
orang tua, sedangkan 5 orang tinggal bersama orang tua tetapi mereka mengaku
mempunyai teman- teman yang semuanya berpacaran dan sering menonton video
prilaku seks yang mereka lakukan adalah hal yang sudah biasa dilakukan oleh
tinggi di daerah berkembang dari pada di daerah maju. Sekitar 25 juta aborsi yang
tidak aman diperkirakan terjadi di seluruh dunia setiap tahun, hampir di negara-
negara berkembang. Setiap tahun antara 4,7% - 13,2% kematian maternal dapat
dikaitkan dengan aborsi yang tidak aman. Sekitar 7 juta wanita dirawat di rumah
sakit akibat aborsi yang tidak aman setiap tahun di negara-negara berkembang. 2
Kesehatan Reproduksi Remaja (SDKI 2012 KRR), bahwa secara nasional terjadi
3
(SKRRI) 2007. Hasil survei SDKI 2012 KRR menunjukkan bahwa sekitar 9,3%
atau sekitar 3,7 juta remaja menyatakan pernah melakukan hubungan seksual
pranikah, sedangkan hasil SKRRI 2007 hanya sekitar 7% atau sekitar 3 juta
remaja. Sehingga selama periode tahun 2007 sampai 2012 terjadi peningkatan
2,3%. 3
Tahun 2014 terhadap pengetahuan remaja, sikap dan prakrik kesehatan reproduksi
yaitu; Kota Banda Aceh, Kota Sabang, Aceh Tenggara dan Aceh Tamiang
sebanyak 3 persen mengaku telah melakukan hubungan seks dari 588 responden
dengan rincian sebagai berikut; 6,2 persen dari 194 responden di Kota Banda
Aceh, 3 persen dari 101 responden Kota Sabang, 3,5 persen dari 145 responden
Kab. Aceh Tenggara dan 0,7 persen dari 148 responden Kab. Aceh Tamiang.
Sebanyak 49,32 persen siswa sudah mempunyai kekasih dan 19,6 persen siswa
berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan ada 43%. Selama empat tahun
tahun 2004 dengan jumlah satu kasus HIV/AIDS positif, pada tahun 2007 menjadi
22 kasus. Rata-rata usia penderita berkisar antara 20-39 tahun. Pria menjadi
Selanjutnya dari data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Aceh pada tahun
Kabupaten Bireuen adalah salah satu kabupaten dari 28 kota yang ada di
Propinsi Aceh. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Utara
pemukiman, dan 608 gampong (desa). Jumlah penduduknya 393.331 jiwa yang
terdiri dari 191.492 laki laki dan 201.839 perempuan. Jumlah remaja saat ini di
Kabupaten Bireuen umur 10- 14 tahun laki-laki sebanyak 16.439 jiwa, sedangkan
remaja perempuan berjumlah 16.505 jiwa. Remaja usia 15 s/d 18 tahun yang laki-
6
laki sebanyak 15.617 jiwa dan perempuan sebanyak 16.035 jiwa. Hasil
diantaranya melakukan aborsi dan yang lainnya menikah dalam keadaan hamil. 7
Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik,
psikis, maupun secara sosial. Remaja pada masa peralihan tersebut kemungkinan
5
lingkungan yang kurang kondusif dan sifat kepribadian yang kurang baik akan
perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat. 8
persoalan seksualitas yang kompleks seperti hamil di luar nikah, terkena infeksi
Kenakalan remaja bukan karena murni dari dalam diri remaja itu sendiri,
tetapi mungkin kenakalan itu merupakan efek samping dari hal-hal yang tidak
dapat ditanggulangi oleh remaja dalam keluarga. Bahkan orang tua sendiri pun
keluarga. 10
dari hasil penelitian dua dokter ahli penyakit kandungan dan ilmu kebidanan,
yaitu dr. Biran Affandi di Jakarta dan dr. Dalana di Surakarta. Mereka
hubungan seks dengan pacar mereka. Kejadian ini banyak dilakukan dirumah
6
mereka sendiri, yang berarti bahwa: remaja remaja yang bersangkutan tidak lagi
yang tidak boleh dilanggar dari orang tua. Dengan perkatan lain, pelanggaran
teritori orang tua ini berarti juga kurangnya rasa hormat dan segan kepada orang
tua. 11
remaja, orang yang agamanya baik maka akan memiliki rasa takut untuk
agama dijelaskan bahwa janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. 12
Rasa ingin tahu terhadap masalah seksual pada remaja sangat penting
dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Pada
yang salah dari sumber sumber yang tidak jelas. Pemberian informasi masalah
seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi
seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi
hormon dan tidak cukupnya informasi mengenai aktivitas seksual mereka sendiri.
Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja
Selain itu remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan
“Analisis Faktor yang memengaruhi Perilaku Seks Bebas Pada Remaja di SMA
yang memengaruhi Perilaku Seks Bebas Pada Remaja di SMA Negeri 2 Bireuen
Tahun 2017.
1.2.1. Bagaimana pengaruh Peran Orang Tua terhadap prilaku seks bebas pada
1.2.2. Bagaimana pengaruh Pendidikan Agama terhadap prilaku seks bebas pada
1.2.3. Bagaimana pengaruh Media Internet terhadap prilaku seks bebas pada
1.2.4. Bagaimana pengaruh Teman Sebaya terhadap prilaku seks bebas pada
faktor yang memengaruhi perilaku Seks Bebas pada Remaja Kelas I dan II di
1.3.1. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh Peran Orang Tua terhadap
prilaku seks bebas pada remaja di SMA Negeri 2 Bireuen Tahun 2017.
prilaku seks bebas pada remaja di SMA Negeri 2 Bireuen Tahun 2017.
prilaku seks bebas pada remaja di SMA Negeri 2 Bireuen Tahun 2017.
prilaku seks bebas pada remaja di SMA Negeri 2 Bireuen Tahun 2017.
berikut:
Remaja diharapkan agar mampu memberi kesan yang baik tentang dirinya,
peneliti berikutnya.
10
TINJAUAN PUSTAKA
perilaku seksual pranikah lainnya antara lain waktu usia dari pubertas sampai
tentang seks, komunikasi yang kurang efektif dengan orang tua, mudah
menemukan alat kontrasepsi yang tersedia bebas dan kurangnya pemahaman etika
moral dan agama; remaja laki-laki lebih bersikap permisif/ menyetujui daripada
masalah kesehatan seperti kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi dan Penyakit
adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri. Diwujudkan melalui cara hidup
orang tua dalam suasana akrab dan terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan
anak. Orang tua adalah pendidik pertama bagi anaknya. Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui adakah hubungan antara pendidikan seks orang tua dengan
Desa Cinta Rakyat. Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan
cross sectional dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Populasi dan sampel
Data dianalisis secara bertahap yaitu : Univariat dan Bivariat. Hasil penelitian
orang tua dengan sikap seks remaja (p=0,001). Pendidikan seks orang tua dengan
seks bebas. Kepada orang tua sebaiknya memberikan dukungan yang positif,
memberikan informasi tentang pendidikan seks secara benar serta peduli agar
Juni sampai dengan Juli 2012. Populasi penelitian terdiri dari 13.496 orang dan
serempak terhadap perilaku seks berisiko. Hal ini diindikasikan oleh nilai
signifikansi omnibus tes = 0.000 < 0.025. Faktor dukungan keluarga (76.24%)
sosialisasi bahaya perilaku seks berisiko khususnya kepada anak anak remaja di
wilayah kerjanya. 17
dari luar). Perilaku manusia dari segi biologis adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas seperti berjalan,
berbicara, menangis, bekerja dan sebagainya. Dilihat dari bentuk respon terhadap
pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang
lain.
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain. Skinner
18
dalam mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan
13
2) Operant response atau instrumental respon adalah respon yang timbul dan
perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun
dari luar individu. Aspek-aspek dalam diri individu yang sangat berperan/
oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun
Perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan di tempat pribadi dalam
ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan
14
perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi
yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan tangan,
cium kering, cium basah, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitif,
petting, oral sex, dan bersenggama (sexual intercourse). Perilaku seksual pranikah
pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang
serta peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon seks baik pada laki-laki
organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan
remaja laki-laki, demikian pula remaja pria tubuhnya menjadi lebih kekar yang
menarik bagi remaja perempuan.22 Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap
masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan yang lebih matang
dengan lawan jenis. Matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul pula dorongan-
dalam bentuk pacaran atau percintaan. Bila ada kesempatan para remaja
seksual. 12
Meskipun fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang dari pada
remaja laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki-laki lebih aktif secara
seksual dari pada remaja perempuan. Banyak ahli berpendapat hal ini dikarenakan
adanya perbedaan sosialisasi seksual antara remaja perempuan dan remaja laki-
laki. Bahkan hubungan seks sebelum menikah dianggap ”benar” apabila orang-
orang yang terlibat saling mencintai ataupun saling terikat. Mereka sering
alasan utama mereka aktif secara seksual adalah karena jatuh cinta. 22
1. Dampak psikologis
Dampak psikologis dari perilaku seks bebas pada remaja diantaranya perasaan
2. Dampak Fisiologis
antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan
kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena PMS dan
HIV/AIDS.
3. Dampak sosial
Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seks bebas yang dilakukan
sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan
yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari
pranikah (premarital sex) adalah kontak seksual yang dilakukan remaja dengan
lawan jenis atauteman sesama jenis tanpa ikatan pernikahan yang sah. Perilaku
adalah:
1. Hubungan seksual pranikah rentan terhadap penyakit menular seksual. Hal ini
kondom (unprotected sex) dan memilih pasangan seksual risiko tinggi (high
17
seksual pada remaja dapat memiliki dampak serius bagi kesehatannya, yaitu
dampak, yaitu:
3) Dampak sosial, prestasi sekolah rendah atau drop out dari sekolah,
4) Dampak bagi anak yang dilahirkan, anak yang dilahirkan oleh ibu diusia
aborsi spontan atau aborsi buatan pada remaja. Aborsi sangat berbahaya bagi
1) Dampak fisik, aborsi yang dilakukan secara sembarangan atau oleh tenaga
kematian. Beberapa dampak fisik dari tindakan aborsi tidak aman antara
kuretasi yang tidak steril, risiko rupture uterus akibat kuretasi atau fistula
perilaku seks pranikah dapat menimbulkan risiko terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan (KTD) dan tertular penyakit menular seksual (PMS). Angka infeksi
menular seksual (IMS) tertinggi terdapat pada usia 15-23 tahun dan kehamilan
tidak diinginkan yang diakhiri dengan aborsi sebanyak 2,4 juta jiwa per tahun 700
memengaruhi perilaku seksual remaja di Jawa Tengah adalah, (1) faktor internal
resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa
percaya diri, usia, agama, dan status perkawinan), (2) faktor eksternal (kontak
19
seksual sebelum menikah banyak diantara berasal dari keluarga yang bercerai atau
pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan. Hubungan orang-
“melarikan diri“ dari keluarga. Keluarga yang tidak lengkap misalnya karena
perceraian, kematian, dan keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat
paling tinggi hubungan antara orang tua dengan remaja, diikuti karena tekanan
pembicaraan seks dengan anak bahkan cenderung membuat jarak dengan anak.
20
ketidak puasan remaja terhadap orang tua dan orang dewasa yang dianggap terlalu
Kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli antara lain:
anak di rumah
baik (buruk)
4. Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua kepada anak, dalam bentuk materi
Kedekatan geografis orang tua dan anak ternyata tidak menjamin selalu
terkontrolnya perilaku seks anak remaja mereka. Mereka justru tidak ingin
mengambil risiko bertemu dengan kenalan orang tuanya baik di hotel atau tempat
umum lainnya. Bagi mereka risiko terlihat di tempat umum lebih besar dari pada
di rumah orang tua mereka karena mereka tahu pasti jam orangtua mereka atau
21
saat orang tua akan berada di luar rumah. Dengan demikian, bila hubungan seks
dilakukan di rumah, mereka akan memilih saat kedua orang tuanya sedang tidak
anak. Usia 4-5 tahun dianggap sebagai titik awal proses identifikasi diri menurut
jenis kelamin, sehingga peran ibu dan ayah atau orang tua pengganti (nenek,
kakek, dan orang dewasa lainnya) sangat besar. Apabila proses identifikasi ini
tidak berjalan dengan lancar, maka dapat timbul proses identifikasi yang salah.
sebagai berikut :
(1) Sikap orang tua yang otoriter (mau menang sendiri, selalu mengatur,
remaja.
(2) Sikap orang tua yang permisif (serba boleh, tidak pernah melarang, selalu
luar keluarga.
(4) Sikap orang tua yang berambisi dan terlalu menuntut anak-anaknya akan
(5) Orang tua yang demokratis, akan mengikuti keberadaan anak sebagai
pendapat anak.
2) Kondisi Keluarga
moral dalam keluarga adalah upaya menanamkan nilai-nilai akhlak atau budi
berikut ini :
(2) Kesusilaan
Meliputi nilai-nilai yang berkaitan dengan orang lain, misalnya sopan santun,
(3) Kepribadian
1. Orang tua memberikan perhatian pada remaja dalam arti tidak mengekang
mengadakan pesta, maka orang tua turut menghadiri pesta tersebut, pesta tidak
dilakukan sampai larut malam, dan tidak menggunakan cahaya yang remang-
remang.
2. Orang tua tidak memberikan fasilitas (termasuk uang saku) yang berlebihan.
Penggunaan uang harus termonitor oleh orang tua. Orang tua mengarahkan
1. Ketidaktahuan orang tua akan pendidikan seks. Banyak orang tua yang tidak
mencari informasi di luar rumah yang justru sering mengarahkan mereka pada
yang dapat menimbulkan rasa penasaran dan rangsangan seks pada anak.
3. Anak tidak terlatih untuk meminta izin. Masih banyak orang tua yang tidak
membiasakan anak untuk meminta ijin ketika masuk kamar orang tua,
4. Tempat tidur yang berdekatan. Kebanyakan orang tua belum mengerti, bahwa
5. Orang tua memandang remeh ciuman anak laki-laki dan perempuan pada
periode terakhir masa kanak-kanak, padahal hal ini juga dapat memicu
Bila setiap orang tua dan keluarga memberikan perhatian yang cukup pada
remaja dan turut serta mendukung terpeliharanya nilai-nilai moral dan etika, maka
akan tercipta suasana sehat bagi kehidupan remaja. Penanaman nilai-nilai budi
pekerti dalam keluarga dapat dilakukan melalui keteladanan orang tua atau orang
dewasa lainnya, bacaan yang sehat, pemberian tugas, dan komunikasi efektif antar
anggota keluarga. Sebaliknya, apabila keluarga tidak peduli terhadap hal ini,
25
misalnya membiarkan anak tanpa komunikasi dan memperoleh nilai di luar moral
dan sosial, membaca buku dan menonton VCD porno, bergaul bebas, minuman
keras dan merokok, maka akan berakibat buruk terhadap perkembangan jiwa
remaja. 29
2.3.2. Keagamaan
kejelasan tentang hidup dan alam raya yang menjadi lingkungan hidup, karena itu
setiap manusia pasti memiliki keinsyafan tentang apa yang dianggap makna
hidup. Remaja lebih tertarik kepada agama dan keyakinan spiritual dari pada
dan spiritual. 12
alam semesta ini adalah sebagian dari moral, sebab dalam moral sebenarnya diatur
segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta perbuatan yang
dinilai tidak baik dan tidak perlu dilakukan sehingga perlu dihindari. Agama
mengatur juga tingkah laku baik buruk secara psikologis termasuk dalam moral
adalah sopan santun, tata krama dan norma-norma masyarakat yang lain.
pengamalan aqidah, syariah dan akhlak, atau dengan ungkapan lain, iman, Islam
dan ihsan. Bila semua unsur itu telah dilimiliki oleh seseorang maka dia itulah
mampu menyelesaikan masalah mereka dengan efektif. Sekolah dan orang tua
mantap, dan sesuai dengan kondisi remaja saat ini. Peran orang tua dan guru juga
agamanya yang dapat dilihat dari prilaku, sikap, perkataan serta seluruh
informal, spontan dan cenderung lebih tertutup secara pribadi oleh individu
sejak anak masih kecil. Dan yang paling penting lagi ialah membiasakan
perbuatan-perbuatan yang terpuji seperti kasih sayang kepada saudara dan kepada
orang lain sesama manusia, sopan-santun, jujur tak mau berbohong, taqwa, sabar,
rasional dan adanya kenyataan hidup orang dewasa yang dilihatnya amat
subur, untuk melaksanakan ajaran agama dengan konsekuen akan lebih mudah.
Terutama sekali harus dibina disiplin menjalankan ajaran agama semenjak anak
28
usia dini, sehingga di masa remaja kebiasaan itu mudah berkembang. Disiplin
dalam agama timbul oleh tiga hal, yaitu: pertama, pengaruh dan contoh dari orang
tua yang juga disiplin menjalankan ajaran agamanya. Kedua, menanamkan rasa
kesadaran iman di dalam hati remaja , sehingga ia merasa takut kepada Tuhan jika
agama, akan membawa kepada perubahan sikap dan tingkah laku remaja kearah
pendidikan yang bisa mengubah tingkah laku manusia kearah yang diinginkan
atau diridhoi Tuhan. Tingkah laku yang perlu ditumbuhkan kepada remaja ialah
mengharapkan ridha Tuhan semata. Kuat lemahnya motif karena Tuhan amat
Agar kita tidak mudah terpengaruh oleh bujukan syetan, maka kita harus
sholat malam dan dilanjutkan dengan berdoa memohon kepada Allah, minta
dalam memahami dan mengetahui tentang agama. Oleh karena itu, Masalah
komitmen beragama atau religiusitas adalah masalah yang sangat individual dan
berperilaku.23
Isu-isu agama merupakan hal yang penting bagi remaja dan memiliki
sejumlah dampak positif bagi remaja. Mengunjungi tempat beribadah dan terlibat
religius mendorong sikap dan perilaku remaja yang dapat di terima secara sosial
dengan nilai-nilai agama, seperti paparan pornografi dari media, minuman keras,
mempunyai daya tarik yang kuat untuk remaja, sehingga remaja yang penuh
gejolak ingin mencobanya, disamping itu remaja melihat bahwa tidak sedikit
orang dewasa atau masyarakat sekitar yang gaya hidupnya kurang memperdulikan
agama, bersifat munafik, tidak jujur dan lainnya. Moral dan religi merupakan
bagian yang cukup puenting dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat
bahwa moral dan religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak
30
dengan kehendak dan pandangan masyarakat. Di sisi lain tiadanya moral dan
memiliki sikap jiwa yang sehat, yang terlihat sebagai sikap yang penuh gairah,
terlibat, bersemangat tinggi dan meluap dengan vitalitas. Sikap jiwa yang sehat
membosankan memiliki jiwa yang sakit (sick soul) yang dihinggapi oleh
penyesalan diri, rasa bersalah, murung serta tertekan. James juga berpendapat
bahwa bagi manusia, agama membuka suatu dimensi kehidupan yang paling
tidak merasa bersalah atau berdosa melakukan perbuatan yang melanggar norma-
tanpa ikatan pernikahan, menjadi bagian dari gejala perilaku seksual yang terkait
Solusi pergaulan bebas dan zina menurut agama Islam bisa diterapkan
terjaga dari perbuatan nista. Tiap perbuatan baik ataupun buruk, tentu ada
balasannya. Sebagian besar dari mereka yang melakukan perbuatan zina dan
hamil diluar nikah tidak mau bertanggung jawab. Karena malu dengan masyarakat
sekitar dan tidak punya pekerjaan tetap alias pengangguran, maka pada akhirnya
identik dengan hal negatif dan remaja. Karena kaum muda cenderung banyak
kaum muda terjerumus pada hal-hal negatif. Diartikan sebagai pergaulan yang
lepas kontrol dan tanpa norma. Hal tersebut disebabkan adanya hubungan yang
narkoba, maksiat dan zina pada akhirnya mereka lakukan tiap ada kesempatan.
Zina akan membawa akibat buruk kepada pelakunya, bukan saja di akhirat
kelak, tetapi juga di dunia. Timbulnya gejala penyakit yang sukar diobati hingga
kini membuktikan betapa dahsyatnya akibat dari dosa tersebut, yaitu HIV/AIDS.
Penyakit yang sangat dahsyat kerana hingga kini, ahli pengobatan masih bingung
َو اَل َتْقَر ُبوا الِّز ٰن ى ِإَّنٗه َك اَن َفاِح َش ًۗة َو َس اَء َس ِبْياًل
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah perbuatan keji
pemahaman terhadap hukum Islam, sebaliknya lebih tertarik meniru gaya hidup
larangan Allah ialah golongan yang mengikuti dorongan hawa nafsu syahwat liar
Godaan syaitan untuk mengajak anak Adam melakukan zina, pesta miras,
selingkuh dan pergaulan bebas sesuai dengan firman Allah Swt dalam Al Quran:
sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang
mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu
keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (An Nur:
21)
33
Teman sebaya adalah anak- anak atau remaja dengan tingkat usia atau
22
tingkat kedewasaan yang sama. Salah satu fungsi teman sebaya adalah untuk
umum dibicarakan, tidak terkecuali dalam perbincangan antara orang tua dan
19
anak. Padahal menurut komunikasi orang tua dan anak dapat menentukan
rendah komunikasi tersebut, maka akan semakin besar anak tersebut melakukan
19
tindakan seksual. Rice (1999) dalam menjelaskan bahwa pada usia remaja,
kebutuhan emosional individu beralih dari orang tua kepada teman sebaya. Pada
masa ini, teman sebaya juga merupakan sumber informasi. Tidak terkecuali dalam
cenderung salah.
tidak terkecuali dalam hal seksualitas. Newcomb, Huba, and Hubler (1986) dalam
14
mengatakan bahwa perilaku seksual juga dipengaruhi secara positif orang teman
sebaya yang juga aktif secara seksual. Jika seorang remaja memiliki teman yang
aktif secara seksual maka akan semakin besar pula kemungkinan remaja tersebut
untuk juga aktif secara seksual mengingat bahwa pada usia tersebut remaja ingin
memenuhi tuntutan konformitas. Konformitas teman sebaya lebih erat pada awal
konformitas total, dan tekanan teman sebaya kebanyakan terfokus pada waktu
yang singkat dan masalah harian seperti pakaian serta selera musik. Mereka tidak
sebaya, orangtua memiliki pengaruh yang lebih pada hal-hal yang mendasar
dapat melakukan sosialisasi di mana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang
ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman seusianya. Inilah letak
dalam kelompok sebaya ini cenderung tertutup, di mana setiap anggota tidak
dapat terlepas dari kelompoknya dan harus mengikuti nilai yang dikembangkan
oleh pimpinan kelompok. Sikap, pikiran, perilaku, dan gaya hidupnya merupakan
istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia
sering pula dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase
usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15
tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-
35
21 tahun. Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan
dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik. 14
terbagi ke dalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 dan 14-15 tahun) dan
sekunder.
4) Sosial, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat
5) Perilaku kognitif
6) Moralitas
(2) Sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau
sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari hari oleh para
pendukungnya. 32
Pendidikan seks adalah salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah
dengan pendidikan seks, anak-anak yang belum saatnya tahu tentang seks jadi
mengetahuinya dan karena dorongan keingintahuan yang besar yang ada pada
remaja, mereka jadi ingin mencobanya. Namun pandangan pro kontra pendidikan
sebagai pemberian informasi mengenai seluk beluk anatomi dan proses faal dari
ruang lingkup yang luas. Tidak terbatas pada perilaku hubungan seks semata
tetapi menyangkut pula hal-hal seperti peran pria dan wanita dalam masyarakat,
hubungan pria-wanita dalam pergaulan, peran ayah ibu dan anak-anak dalam
Materi pendidikan seks sangat bervariasi dari satu tempat ketempat lain,
tetapi sebuah survey oleh Orr (1982) menunjukkan bahwa pada umumnya materi
a. Perkosaan
b. Masturbasi
c. Homoseksualitas
d. Disfungsi seksual
e. Eksoploitasi seksual
a. Alat KB
b. Pengguguran
3. Nilai-nilai seksual
5. Topik-topik lainnya
Pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai
hubungan berdasarkan cinta kasih. Pacar diartikan sebagai orang yang spesial
dalam hati selain orangtua, keluarga, dan sahabat. Makna pacaran seringkali di
ajang meraup keuntungan pribadi. Pacaran merupakan salah satu upaya untuk
39
saling mengenal satu sama lain, saling mengerti dan dimengerti, saling cinta dan
saling setia. 15
risiko yang nanti dihadapinya. Dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu
Remaja lebih membutuhkan suatu bentuk hubungan, penerimaan, rasa aman, dan
harga diri sebagai layaknya manusia dewasa. Jika di dalam lingkungan keluarga
mencari solusinya di luar rumah. Adanya perhatian yang cukup dari orang tuanya
pubertas.
memegang teguh prinsip hidupnya sangat penting. Pandangan ini tidak sebatas
masalah seksual, tetapi juga dalam segala hal, baik tentang apa yang seharuanya
2.4. Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dimana terjadi perubahan secara fisik
yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan
40
sosial. Perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-alat reproduksi sudah
1. Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat pertama
kematangan seksual
3. Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-
periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut 14, antara lain
dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang
kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status
remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya
hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa
masyarakat.
demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini
dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan
di dalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu
terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan
lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan
antara umur 12–21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa
remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18- 21 tahun adalah
perkembangan yaitu :
1. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:
2) Ingin bebas
abstrak
2. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain
3. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain
perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks
primer dan ciri-ciri seks sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai
1) Remaja laki-laki
mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki-
2) Remaja perempuan
mengandung darah.
1) Remaja laki-laki
(2) Pertumbuhan rambut di sekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan, dan
kaki
2) Remaja perempuan
(2) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori
aktif lagi.
(3) Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan
Enabling, Faktor Reinforcing dapat merubah perilaku baik dalam bentuk baik
atau buruk.
Faktor Predisposing :
1. Pengetahuan
2. Pendidikan
3. Sikap
4. Keagamaan
5. Usia
Faktor Enabling :
1. Teman Sebaya
Prilaku Seks Bebas
2. Media Internet
Faktor Reinforcing :
1. Peran Orang Tua
2. Budaya
3. Norma
faktor yang memengaruhi perilaku seks bebas pada siswa di SMA Negeri 2
Bireuen, maka kerangka konsep dalam penelitian terdiri dari beberapa komponen
Faktor Predisposing
(Predisposisi) :
1. Keagamaan
2. Pengetahuan
Reproduksi
Faktor Pendorong
(Reinforcing) :
1. Peran Orang Tua
1. Ada pengaruh Peran orang tua terhadap Prilaku Seks Bebas di SMA
3. Ada pengaruh Teman Sebaya terhadap Prilaku Seks Bebas di SMA Negeri
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix methode
dengan satu pendekatan saja. Mix methode dalam penelitian ini adalah mix
memberikan gagasan yang lebih mendalam dan lebih banyak untuk hasil
hal ini penggabungan kedua metode penelitian ini bertujuan untuk mencari
disini juga diartikan sebagai salah satu cara untuk melakukan konfirmasi
dilakukan.
kehidupan sosial budaya perlu menggabungkan kedua metode ini. Hal ini
dikarenakan seringkali ada data yang tumpang tindih atau berbeda yang
48
49
inform the second method. Hal ini dilakukan untuk memberi informasi
lebih lanjut terhadap data pertama yang telah diketahui, sehingga analisis
penelitian ini didasarkan pada pertimbangan SMA Negeri 2 Bireuen adalah lokasi
dilakukan oleh peneliti didapatkan keterangan adanya kasus prilaku seksual yang
dilakukan oleh siswa dan ada seorang siswi yang keluar dikarenakan hamil diluar
nikah.
50
2017, di mulai dari survei awal dan pelaksanaan penelitian, yaitu pengumpulan
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yaitu seluruh siswa kelas
di SMA Negeri 2 Bireuen dari kelas 1 sampai dengan kelas 3 yang terdiri dari 29
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. 37
Informan dalam penelitian ini sebanyak 2 siswa. Dari dua orang siswa
kehidupan sehari-hari.
51
N
n= 2
1+ N (e)
1129
n= 2
1+ 1129(0 ,1)
1129
n=
1+ 1129(0 ,01)
1129
n=
1+ 11,29
1129
n=
12, 29
n = 91,86
n = 92
Keterangan
n = Ukuran sampel
N = Jumlah Populasi
e = Persen pelanggaran ketelitian kesalahan dalam pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir atau diinginkan.
dengan menggunaka sistem undian, hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
52
Total 1129 92
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui
penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang di dapatkan dari
3. Data Tertier
Data tertier dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan seperti jurnal yang
bentuk verbatim.
54
yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat ukur. Batasan yang
1. Variabel Independen
1) Peran orang tua adalah keterlibatan orang tua dalam hal mengawasi dan
mendidik anak.
5) Tekanan dari pasangan yaitu ajakan kekasih dengan bujuk rayu untuk
pranikah.
2. Variabel Dependen
1) Prilaku seksual pada remaja adalah segala tingkah laku yang didorong
Tabel 3.1
Aspek Pengukuran
Cara dan Jenis Skala
Nama Variabel Hasil Ukur Kategori
Alat Ukuor Ukur
Variabel Bebas
Peran Orang tua Kuesioner - Baik (Skor 4-6) 2 Ordinal
5 pertanyaan - Kurang (Skor 0-3) 1
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali
atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang
sama. 39
Alat ukur dan instrument penelitian yang dapat diterima sesuai standar
adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data. Uji validitas
dalam penelitian ini rencana akan dilakukan di SMA Negeri 3 Bireuen dengan
Tabel 3.2
Ringkasan perhitungan Validitas Peran Orang Tua
adalah 0,589 dengan a = 0,01 dan n = 25, diperoleh r tabel = 0,505. Karena r
hitung > r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa soal uji coba tersebut reliabel.
Tabel 3.3
Ringkasan perhitungan Validitas Keagamaan
adalah 0,663 dengan a = 0,01 dan n = 25, diperoleh r tabel = 0,505. Karena r
hitung > r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa soal uji coba tersebut reliabel.
Tabel 3.4
Ringkasan perhitungan Validitas Teman Sebaya
adalah 0,683 dengan a = 0,01 dan n = 25, diperoleh r tabel = 0,505. Karena r
hitung > r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa soal uji coba tersebut reliabel.
Tabel 3.5
Ringkasan perhitungan Validitas Pengetahuan Reproduksi
adalah 0,647 dengan a = 0,01 dan n = 25, diperoleh r tabel = 0,505. Karena r
hitung > r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa soal uji coba tersebut reliabel.
59
Tabel 3.6
Ringkasan perhitungan Validitas Tekanan dari pasangan
pertanyaan yang valid yaitu pertanyaan nomor 40, 41, 42, 44 dan 45.
adalah 0,625 dengan a = 0,01 dan n = 25, diperoleh r tabel = 0,505. Karena r
hitung > r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa soal uji coba tersebut reliabel
Tabel 3.7
Ringkasan perhitungan Validitas Prilaku Seks
Berdasarkan hasil uji validitas di atas didapatkan semua soal diatas valid.
adalah 0,711 dengan a = 0,01 dan n = 25, diperoleh r tabel = 0,505. Karena r
hitung > r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa soal uji coba tersebut reliabel.
memeriksa semua lembar cheklist apakah jawaban sudah lengkap dan benar.
Menurut 37, data yag terkumpul diolah dengan cara komputerisasi dengan langkah-
1) Collecting
1) Checking
dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data
memberikan hasil yang valid dan realibel, dan terhindar dari bias.
2) Coding
3) Entering
4) Data Processing
Semua data yang telah diinput ke dalam aplikasi komputer akan diolah
Adapun jenis - jenis data dalam menganalisa data adalah pada penelitian ini
sebagai berikut :
data. 38
variabel penelitian.