Bab Ii
Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Lansia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan kegagalan seseorang untuk
kepekaan secara individual (Hawari, 2001). Lansia ialah merupakan tahap lanjut
usia dan bukan sebuah penyakit, yang di tandai dengan adanya penurunan
2003). Lansia adalah seseorang lanjut usia apabila usianya 65 tahun ke atas
(Setianto, 2004). Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua ialah proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai dari permulaan kehidupan. Menjadi tua
7
8
a) Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1999 dalam Bab I Pasal 1 Ayat 2 (dalam
Syam’ani, 2013) yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia
60 tahun ke atas”.
yaitu lanjut usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, lanjut usia (elderly) 60 -74
tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan lanjut usia sangat tua (very old) diatas
90 tahun.
c) Menurut Depkes RI (2005), bahwa batasan pada lansia digolongkan menjadi tiga
kategori, yaitu : Usia lanjut presenilis ialah usia 45 -59 tahun, Usia lanjut ialah usia
60 tahun ke atas dan Usia lanjut berisiko ialah usia 70 tahun keatas atau usia 60
3. Ciri-Ciri Lansia
Menurut Siti Nur Kholifah (2016) dalam penelitiannya, terdapat ciri-ciri pada lansia
yaitu:
Pencetus dari kemunduran pada lansia terdapat dari beberapa faktor, dan sebagian
datang dari faktor fisik dan psikologis. Motivasi sebagai peran yang penting pada
kemunduran pada lansia. Semakin tinggi motivasi lansia pada setiap kegiatan
maka kejadian kemunduran fisik lansia pun lebih lama terjadinya, namun
sebaliknya semakin rendah motivasi kegiatan pada lansia maka lebih cepat
9
Pada kondisi ini lanisia yng akan menjadi minoritas akibat dari aspek sosial yang
dipengaruhi oleh hal yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh
pendapat yang kurang baik. Seperti lansia yang lebih senang mempertahankan
pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi terdapat pula
lansia yang mempunyai sikap tegang terhadap orang lain sehingga sikap sosial di
Perubahan peran yang terjadi pada lansia diakibatkan oleh adanya kemunduran
yang dialami oleh lansia dari segi fisik maupun psikologis. Dan perubahan peran
dapat mempengaruhi pada aspek psikologis. Dan peran pada masyarakat alangkah
lebih baik berdasarkan dengan keinginan lansia sendiri tanpa tekanan dari
lingkungannya.
perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan tersebut akan membuat penyesuaian
4. Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia atau dapat
disebut dengan tahap akhir di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir
kehidupan dan semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Dan
pada masa penuaan ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial
sedikit demi sedikit sehingga terjadinya penurunan dalam melaksakan tugas sehari-
hari. Penuaan juga sebagai sebuah perubahan kumulatif pada makhluk hidup terutama
pada tubuh, jaringan dan sel yang akan mengalami penurunan kapasitas fungsional.
Pada manusia penuaan juga dihubungkan dengan perubahan degeneratif seperti pada
kulit, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf, tulang dan jaringan tubuh lainnya.
Kemampuan regeneratif juga terbatas seperti imun yang dimiliki oleh lansia sehingga
Pada lanjut usia akan mengalami banyak perubahan kehidupan yang mungkin dapat
perasaan bermakna dalam hidup dan menyebabkan hilangnya identitas peran, dengan
begitu kurangnya dukungan sosial dari sekitarnya. Dan jika terdapat gangguan
terhadap fungsi fisik dan fungsi psikososial, yang akan menyebabkan lansia
ketergantungan kepada orang lain. Perubahan fisik yang terjadi diantaranya tenaga
berkurang, kulit berkeriput, gigi tanggal, perubahan dalam seksual dan tulang semakin
11
rapuh. Sedangkan perubahan fungsi psikososial akan tampak pada cara lansia yang
mengekspresikan perasaan, emosi dan keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Sehingga adanya perubahan fisik dan psikologis pada lanjut usia (Ropei, 2013).
Perubahan fungsi pada lansia pun akan mempengaruhi kehidupan seseorang, sehingga
menyebabkan stres pada kaum lanjut usia yang mengalaminya. Banyak klasifikasi
perubahan fungsi fisiologis pada lansia yang mungkin tergantung pada penyakit yang
dideritanya. Semakin sehat jasmani lanjut usia semakin jarang ia terkena stres dan
sebaliknya, semakin mundur kondisi kesehatannya maka semakin mudah lanjut usia itu
terkena stres (Karepowan, dkk., 2018). Dan semakin bertambahnya umur manusia,
terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan pada
diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan
a) Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
suara dan nada-nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata,
2) Sistem Integumen
Pada lansia terdapat atrofi, kendur,tidak elastis, kering dan berkerut. Kulit akan
3) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem ini pada lansia seperti: jaringan penghubung (kolagen dan
elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.tulang kehilangan cairan dan rapuh,
4) Sistem Kardiovaskuler
5) Sistem Respirasi
Pada proses penuaan adanya perubahan pada jaringan ikat paru, kapasitas total
ke paru. Selain itu, perubahan terjadi pada otot, kartilago dan sendi torak
kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun, asam lambung
13
7) Sistem Perkemihan
Perubahan fungsi yang meningkat terjadi akibat kemunduran pada lansia. Salah
satunya terjadi pada kemunduran laju filtrasi, eksresi dan reabsorpsi oleh ginjal,
dengan 200 mg, frekuensi BAK yang meningkat, pada lansia wanita terjadinya
atrofi vulva, selaput lendir mengering, elastisitas jaringan menurun dan disertai
8) Sistem Saraf
anatomi. Sehingga dapat terjadi atropi yang progresif pada serabut saraf,
indra serta adanya ketahanan tubuh terhadap dingin rendah dan kurang
menurun.
9) Sistem Reproduksi
Perubahan lansia pada sistem ini, ditandai dengan mengecilnya ovarium dan
uterus, atropi payudara, berhentinya masa menstruasi pada wanita dan pada
b) Perubahan Kognitif
2) IQ (Intellegent Quotient)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi (Motivation)
c) Perubahan Mental
Terdapat beberapa faktor yang menjadi pemicu perubahan mental pada lansia:
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (Hereditas)
5) Lingkungan
dan perubahan konsep diri. Menurut Fitria (2010) bahwa derajat kesehatan
15
d) Perubahan Spiritual
terintegrasi dalam kehidupan. Lansia semakin matang dan semakin dekat dalam
menjalankan kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak
sehari-hari.
e) Perubahan Psikososial
1) Kesepian
Lansia merasa kesepian jika terjadi pasangan hidup, teman dekat dan sahabat
3) Depresi
Duka cita akan berlanjut dapat menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti
dengan keinginan untuk menangis ynag dilanjut dengan depresi. Depresi juga
adaptasi.
16
4) Gangguan cemas
medis seperti depresi, efek samping obat dan gejala penghentian suatu obat.
5) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, di tandai dengan waham, lansia sering
terjadi pada lansia yang diisolasikan atau menarik diri dari kegiatan sosial.
6) Sindroma Diogenes
feses atau urinnya. Sering menumpuk barang yang tidak teratur walapun telah
Biasanya pada tipe ini tidak banyak yang mengalami gejolak, sehingga hanya
terlihat tetap tenang dan mantap sampai usia yang sangat tua.
Pada tipe ini adanya kecendrungan yang mengalami post power sindrome,
yang dimana sebuah perubahan psikologis yang terjadi pada lansia setelah
17
berhenti atau keluar dari jabatan atau kekuasaan sebelumnya. Dan jika pada
masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang memberikan otonomi pada
dirinya.
Pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi oleh kehidupan keluarga pada
lansia, apabila kehidupan keluarga yang selalu harmonis maka pada lansia
tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana atau terjadinya duka cita sampai depresi,
jika tidak segera bangkit dari kedudukannya. Lanjut usia secara psikososial
pelayanan pada orang lain, serta engisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan
menjalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian
Pada tipe ini setelah memasuki lansia yang merasa tidak puas dengan
menurun.
Pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri
a) Pendekatan Fisik
Perawatan lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik melalui perhatian
hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuhnya, tingkat kesehatan yang masih
dapat dicapai, penyakit yang masih dapat dicegah serta progresifitas penyakitnya.
b) Pendekatan Psikologis
Perawatan ini dengan melakukan pendekatan edukatif pada lansia. Peran sebagai
pendukung terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi dan
kesabaran dan ketelitian dalam memberi kesempatan dan waktu yang cukup
banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar lansia merasa puas. Selain
itu, sebagai pendukung harus memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik dan
diri terdapat dinamika kepribadian yaitu energi rohaniah, naluri, ego dan super
pemberi ganjaran batin (puas, senang, sukses) dan hukuman (rasa bersalah,
berdosa, menyesal).
c) Pendekatan Sosial
19
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya dalam
para lansia untuk bersosialisasi. Lansia ialah makhluk sosial yang dimana artinya
B. Konsep Spiritualitas
1. Definisi Spiritual
Menurut Hamid (2009) bahwa spiritualitas merupakan hubungan yang memiliki dua
dimensi, yaitu antara dirinya, orang lain dan lingkungannya, serta dirinya dengan
berupaya menjaga keharmonisan dan keselarasan dengan dunia luar, menghadapi stres
emosional, penyakit fisik dan kematian. Spiritualitas berasal dari bahasa latin spiritus
yang berarti bernafas atau angin (Potter & Perry, 2010). Spiritual merupakan aspek
yang di dalamnya mencakup aspek-aspek yang lain, yaitu fisik, psikologis dan sosial.
Menurut Stanley, 2006 (dalam Ibrahim, 2013) menemukan bahwa spiritualitas adalah
konsep dua dimensi dengan dimensi vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal mewakili
hubungan dengan Tuhan dan dimensi horizontal mewakili hubungan dengan orang
lain. Spiritual adalah hubungan transenden antara manusia dengan yang Maha Tinggi,
sebuah kualitas yang berjalan diluar anggota agama tertentu, yang berjuang keras
Spiritualitas sering dedifinisikan sebagai kesadaran dalam diri seseorang dan rasa
terhubung dengan sesuatu yang lebih tinggi, alami atau kepada beberapa tujuan yang
lebih besar dari diri sendiri (Potter & Perry, 2010). Spiritualitas adalah hubungan yang
harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan (Ananda, 2017). Dengan begitu dapat
disimpulkan bahwa spiritualitas yaitu hal tentang jiwa seseorang yang berhubungan
2. Perkembangan Spiritual
meliputi:
Perkembangan spiritual pada tahap awal ini dengan adanya rasa percaya terhadap
khusunya terhadap orang tua. Dan pada tahap ini pun bayi dan todler belum
memiliki rasa benar atau salah dalam sebuah keyakinan spitual, karena bayi dan
b) Prasekolah
Pada tahap ini sikap orang tua sebagai acuannya, yang menerangkan tentang kode
moral dan agama serta hal baik dan buruk kepada anak. Anak pada prasekolah ini
pun banyak meniru apa yang mereka lihat dibandingkan dengan apa yang
dikatakan. Selain itu, pada tahap ini anak prasekolah sering bertanya terkait
moralitas dan agama kepada orang tua. Metode pendidikan yang baik diguanakan
21
pada tahap ini adalah memberikan indoktrinasi dan memberikan kesempatan pada
c) Usia Sekolah
Tahap ini anak usia sekolah berharap bahwa Tuhan menjawab atas doa-doanya
dan mendapat hukuman jika ia berbuat salah dan mendapatkan pahala jika berbuat
baik. Dan pada tahap prapubertas pun banyak yang merasa kecewa jika doa tidak
dikabulkan oleh Tuhan dan mereka pun mecari alasan tanpa mau menerima
sebuah keyakinan begitu saja. Pada usia ini mereka diberikan kesempatan untuk
melepaskan atau meneruskan agama sesuai dengan orang tuanya. Pada masa
d) Dewasa
menyadari apa yang pernah diajarkan kepadanya pada masa anak-anak, terlebih
pertanyaan tersebut dapat diterima pada masa ini dibandingkan pada masa remaja
dan saran yang diterima dari orang tua sebagai ilmu agar digunakan untuk
e) Usia Pertengahan
Pada kelompok ini dan lansia mempunyai waktu yang banyak untuk kegiatan
agama dan berusaha untuk mengerti nilai agama yang diyakini oleh generasi
muda. Perasaan kehilangan pada kerabat, pasangan serta pensiun yang dapat
fisiologis yang dialami oleh orang tua akan membantu mereka untuk menghadapi
22
dirinya berharga.
Konsep kesehatan spiritual yang begitu beragam serta penuh arti. Konsep tersebut pun
nilainya. Menurut Potter & Perry (2010) konsep kesehatan spiritual dibagi menjadi 4
yaitu:
a) Spiritualitas
Spiritualitas merupakan konsep yang kompleks yang unik tiap individu yang
individu energi yang dibutuhkan untuk menemukan diri mereka untuk beradaptasi
dan terjadinya transendensi diri. Transendensi diri ialah suatu kepercayaan yang
dengan orang lain) dan transpersonal (keterhubungan dengan yang tidak terlihat,
spiritual yang dilakukan oleh lansia, kondisi tersebut meliputi dua hal yaitu
mengenai ibadah sosial dalam hal keagamaan. Dalam hal ini kehidupan spiritual
23
mempunyai peranan yang sangat penting, seseorang yang mensyukuri atas segala
nikmat umurnya tentu akan memelihara dan mengisinya umurnya dengan hal-hal
yang bermanfaat (Depsos, 2007). Serta kebutuhan spiritual ini pun merupakan
sebuah kebutuhan dalam mencari arti hidup, mecintai dan dicintai dalam rasa
b) Kesejahteraan Spiritual
secara spiritual akan merasakan kegembiraan, dapat memaafkan diri meraka dan
kualitas hidup dan memiliki pemahaman yang positif tentang kesejahteran fisik
umum hidup, bertujuan dan memuaskan (Kozier, dkk., 2010). Menurut Aristoteles
c) Kepercayaan
Menurut Banner (1985, dalam Potter & Perry, 2010) Kepercayaan merupakan
agama budaya atau istitusional, seperti yahudi, budha, islam dan kristen.
d) Agama
berhubungan. Praktik tersebut didasari oleh kitab dari masing-masing agama yang
dianut dan itu semua agama yang terorganisir yang berkaitan dengan keyakinan,
1) Agnostik adalah orang yang meragukan keberadaan Tuhan atau Yang Maha
e) Harapan
Menurut Buckley dan Herth (2004 dalam Potter & Perry, 2010) Harapan
ataupun putus asa. Harapan lansia yang biasa terjadi ialah bahwa lansia ingin
untuk bisa hidup bersama keluarganya, mendapatkan cinta dan kasih dari keluarga
2017).
25
4. Karakteristik Spiritualitas
Hubungan ini berkaitan dengan kekuatan yang ada dalam diri individu seperti
pengetahuan diri terhadap apa yang dapat ia lakukan serta sikap diri yang
Hubungan yang berkaitan dengan alam yaitu tanaman, pohon, margasatwa, dan
berkaitan dengan berbagi waktu, pengetahuan, dan timbal balik perbuatan baik
kepada sesama. Dan sikap peduli sesama seperti merawat anak, orang tua dan
orang sakit, serta melaksanakan kewajiban sesama manusia. Adapun yang tidak
harmonis yang berhubungan dengan terjadinya konflik dengan orang lain dan
Menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997) dan Craven & Himle (1996) bahwasannya
a) Tahap Perkembangan
berbeda ditemukan dari persepsi mereka tentang Tuhan dan bentuk sembahyang
yang berbeda menurut usia, seks, agama dan kepribadian anak. Adapun tema yang
serta transformasi
b) Keluarga
pada anak. Hal yang penting ialah hal yang pelajari tentang Tuhan, diri sendiri,
perilaku orang tua serta kehidupan. Maka dari itu, orang tua serta keluarga ialah
yang dialaminya.
Suatu keyakinan, nilai dan sikap ditentukan oleh latar belakang etnik dan budaya.
Pengalaman spiritual yang terdiri dari tradisi agama dan sistem kepercayaan
Pengalam individu baik atau buruk, positif atau negatif yang dapat mempengaruhi
kejadian spiritual atau pengalamannya. Dan kebutuhan spiritual yang terjadi yang
Krisis yang dialami serta perubahan yang dihadapi seseorang seperti penyakit,
dengan penyakit terminal atau dengan prognosis yang buruk yang akan
Ketika seseorang yang mengalami sakit akut sampai dengan terisolasi sehingga
terputusnya untuk tidak mengikuti kegiatan agama, acara resmi dan tidak dapat
berkumpul dengan keluarga, teman dan sanak saudara untuk diberikan dukungan
baik moral atau moril sehingga dapat berisiko terjadinya perubahan fungsi
spiritualnya.
Pada tahap ini terapi atau proses penyembuhan yang dianggap oleh kebanyakan
agama bahwasannya ini sebagai cara Tuhan untuk menyembuhkannya dan untuk
Ketika asuhan keperawtan yang diberikan perawat kepada pasien, dan diharapkan
adanya pemenuhan kebutuhan spiritual. Terdapat lima nilai isu yang timbul antara
1) Plurarisme: adalah perawat dan klien menganut pada kepercayaan dan iman
3) Kesadaran tentang kepercayaan spiritual: seperti apa yang memberi arti dalam
4) Bingung: bila terjadinya perbedaan agama dan konsep spiritual antara perawat
dan klien.
29
C. Kerangka Teori
1. Perubahan Fisik
2. Perubahan Kognitif
3. Perubahan Mental
4. Perubahan Spiritual
5. Perubahan Psikososial
Perubahan Psikologis
Lansia
Konsep Spiritualitas
1. Spritual
2. Kesejahteraan spiritual
3. Kepercayaan
4. Agama
5. Harapan
Sumber: Potter & Perry (2009), Kozier, dkk (2010), Siti Nur Kholifah (2016)
D. Penelitian Terkait
Hasil Penelitian:
Populasi dalam penelitian ini semua lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha
Sabai Nan Aluih tercatat sebanyak 110 orang, dengan sampel sebanyak 52 orang yang
diambil dengan teknik pengambilan sampel secara simple random sampling. Hasil
30
(63,5%) dan spiritualitas yang tidak baik (55,8%). Sedangkan analisa bivariat
didapatkan hasil ada hubungan yang bermakna antara spiritualitas dengan depresi
memiliki hubungan yang bermakna dengan depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna
Hasil Penelitian:
Data khusus menampilkan data tentang identifikasi spiritualitas lansia yang meliputi
aspek hubungan dengan diri sendiri, dengan orang lain, dengan lingkungan, dan
spiritualitas dengan depresi pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan.
ringan.dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa spiritualitas dan depresi pada UPT
PSLU Magetan memiliki nilai signifikan p 0,000 dan kolerasi r 0,872 yang