2129041007-Bab 1 Pendahuluan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang dengan kekayaan sumber daya

alam dan sumber daya yang melimpah. Negara Indonesia juga merupakan salah

satu negara multikultur yang terbesar di dunia, hal ini dapat terlihat dari kondisi

sosiokultural maupun geografis yang begitu kompleks, beragam dan luas.

Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik, sehingga disebut

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Negara Kesatuan Republik

Indonesia terkenal sebagai Nusantara,yang artinya negara kepulauan yang terdiri

dari ribuan pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dan didiami oleh

ratusan juta penduduk. Indonesia terdiri atas sejumlah besar kelompok etnis,

budaya, agama dan lain-lain yang masing-masing plural (jamak) dan sekaligus

juga heterogen “aneka ragam” (Kusumohamidjojo, 2000:45)”. Indonesia sebagai

negara yang memiliki keberagamaan multikultural sebagai kekayaan bangsa,

disisi lain sangat rawan memicu konflik dan perpecahan. Nasikun (2007:33)

mengemukakan bahwa kemajemukan masyarakat Indonesia paling tidak dapat

dilihat dari dua cirinya yang unik, pertama secara horizontal, ia ditandai dengan

kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa,

agama, adat serta perbedaan kedaerahan dan kedua secara vertikal ditandai dengan

adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang

cukup tajam.

1
2

Negara Indonesia yang memiliki keragaman budaya, ras, suku, dan agama

yang berbeda-beda sehingga tercermin dalam satu ikatan “Bhineka Tunggal Ika”

yang artinya “berbeda-beda tetapi tetap satu juga”. Hal ini merupakan sebuah

keunikan tersendiri bagi bangsa Indonesia yang bersatu dalam suatu kekuatan dan

kerukunan beragam, berbangsa dan bernegara yang harus dilakukan secara sadar.

Perbedaan ini justru berfungsi mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi

sosial masyarakat tersebut. Pluralisme masyarakat dalam tatanan sosial, agama

dan suku bangsa telah ada sejak nenek moyang. Kebhinekaan budaya yang dapat

hidup berdampingan merupakan kekayaan dalam khasanah budaya Nasional.

Keanekaragaman kebudayaan Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan

dibandingkan dengan negara lainnya, Indonesia mempunyai potret kebudayaan

yang lengkap dan bervariasi. Tidak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan

politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar

kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Keragaman budaya adalah keniscayaan

yang ada di bumi Indonesia. Tetapi, kemajemukan terkadang membawa berbagai

persoalan dan potensi konflik yang berujung perpecahan. Hal ini menggambarkan

bahwa pada dasarnya tidak mudah mempersatukan keragaman tanpa didukung

oleh kesadaran individu. Karakter bangsa yang memiliki budi pekerti luhur dan

berpedomonan pada sila-sila Pancasila merupakan salah satu cara untuk

mempersatukan bangsa.

Penanaman karakter pada masyarakat harus dilakukan sejak dini, dan dapat

dilakukan melalui pendidikan di sekolah. Dengan keragamaan yang ada di

Indonesia, hendaknya generasi muda ditananamkan sejak dini rasa


3

berkebhinekaan global, sehingga dapat menghargai dan menerima perbedaan yang

ada. Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk membentuk karakter anak sejak

dini. Pendidikan dimulai dari Pendidikan dasar. Kemajuan suatu bangsa sangat

dipengaruhi oleh kuliatas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya

manusia sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pemerintah dalam berbagai

kebijakannya selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

melalui peningkatan mutu pendidikan. Dalam Undang-Undang (UU) No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 1 disebutkan

bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh sebab itu Kemendikbud

meluncurkan program Profil Pelajar Pancasila untuk mengatasi disrupsi yang

terjadi guna mencapai peningkatan kualitas pendidikan. Sekolah sebagai unit

satuan pendidikan dibawah naungan Kemendikbud menjadi ujung tombak dalam

mensukseskan program Profil Pelajar Pancasila. Program ini bertujuan

membentuk pelajar berkarakter nilai-nilai Pancasila.

Profil Pelajar Pancasila terdapat enam kriteria yaitu beriman, bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia; mandiri; bernalar kritis;

kebinekaan global; bergotong royong; dan kreatif (RENSTRA KEMENDIKBUD,

2020). Karakter berkebhinekaan global menjadi tujuan utama dari Profil Pelajar

Pancasila yaitu menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan


4

terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya

luhur. Terdapat tiga elemen kunci guna mencapai Profil Pelajar Pancasila yang

berkebhinekaan global, yaitu mengenal dan menghargai budaya, kemampuan

komunikasi inter kultural dalam berinteraksi dengan sesama, refleksi dan

tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan (RENSTRA KEMENDIKBUD,

2020).

Kebhinekaan artinya beraneka ragam, bermacam-macam, banyak, beragam,

dan lain-lain, yang mengarah kepada banyaknya perbedaan yang ada dalam

masing-masing kehidupan, kebhinekaan lebih tertuju pada nilai nasional, yaitu

beraneka ragamnya terdapat suku bangsa, ras, agama, budaya, bahasa, dan lain-

lain yang ada pada negara Indonesia (Rizki, 2018). Kebhinekaan global adalah

sebuah cerminan karakter yang dimana diharapkan pelajar Indonesia dapat

mempertahankan kebudayaan leluhur lokalitas serta identitasnya, memiliki

pemikiran yang sangat luas ketika berkomunikasi sama budaya yang berbeda,

sehingga dari hal tersebut dapat menumbuhkan sikap menghargai dan membentuk

budaya-budaya luhur yang positif serta tidak memiliki pertentangan sama budaya

luhur yang dimiliki oleh bangsa (Permendikbud, 2020). Kebhinekaan global

merupakan suatu rasa menghargai terhadap keberagaman dan bertoleransi

terhadap perbedaan (Istianah dkk., 2021). Hal ini berarti dapat menerima

perbedaan, tanpa merasa dihakimi, tanpa merasa menghakimi, atau merasa diri

dan kelompoknya lebih baik dari kelompok lain. Siswa dengan karakter

kebhinekaan global yang baik akan memiliki semangat mempertahankan budaya

luhur, lokalitas dan identitas yang ada di Indonesia (Widiyanti dkk., 2022).
5

Guru sebagai seorang pendidik memikul tanggung jawab besar dalam

keberhasilan pembentukan karakter kebhinekaan global siswa. Untuk

memaksimalkan upaya dalam meningkatkan karakter kebhinekaan global siswa,

guru dapat melakukan revitalisasi pendidikan karakter profil pelajar Pancasila

dengan pengintegrasian bahan ajar dengan teknologi. Bahan ajar dalam kegiatan

pembelajaran memegang peranan sebagai media penyampaian informasi.

Perkembangan teknologi terutama di bidang pendidikan seperti saat ini sangat

penting untuk menerapkan teknologi informasi pada pembelajaran termasuk

dalam hal bahan ajar. Menurut Irma dkk (2019) generasi saat ini tidak bisa tanpa

gadget atau smartphone karena hampir semua informasi dapat diakses, serta

bermacam-macam transaksi dapat dilakukan secara online dan tentunya lebih

mudah, sehingga seorang guru harus menyadari bagaimana pemanfaatan kondisi

ini dapat menjadi wadah terciptanya keadaan belajar yang efektif dan efisien.

Tentunya bahan ajar yang sesuai untuk diimplementasikan dalam situasi saat ini

adalah bahan ajar berbasis teknologi.

Bahan ajar berbasis teknologi dapat dikatakan sebagai bahan ajar yang

bersifat interaktif dan berkategori high tech. Contoh bahan ajar berbasis teknologi

tersebut adalah bahan ajar yang mengkombinasikan antara audio, video, dan

gambar, sehingga membantu siswa menyelesaikan tugas dalam satu dokumen

yang sama. Guru dituntut untuk dapat berinovasi dalam menyusun dan

menyajikan rencana pembelajaran secara digital sehingga mampu menarik

perhatian, minat, dan motivasi belajar peserta didik untuk mengikuti proses

pembelajaran sehingga mampu mengkonstruksi proses belajar menjadi lebih


6

bermakna. Pembelajaran terasa membosankan bagi peserta didik karena biasanya

guru hanya mengambil materi dari buku terbitan pemerintah atau buku

pendamping dari penerbit yang terkadang materinya terlalu dangkal dan kurang

menarik bila diberikan bagi peserta didik.

Penggunaan media yang kurang menarik membuat guru susah untuk

menyampaikan materi yang ingin diajarkan. Khususnya pada mata pelajara IPAS

tentang Indonesia Kaya Budaya akan sulit dipahami oleh siswa jika menggunakan

metode ceramah dan siswa hanya membaca pada buku saja. Tentunya diperlukan

bahan ajar yang menarik agar materi ini dapat tersampaikan kepada siswa. Dalam

materi ini siswa tidak hanya paham teorinya saja, tetapi juga diharapkan dapat

mempraktekkannya langsung. Dengan memahami materi ini dengan baik dan

mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka akan meningkatkan rasa

kebhinekaan global pada siswa. Siswa akan memahami betapa indahnya

keberagaman dan bangga menjadi bangsa Indonesia.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 10 orang

siswa kelas IV dan 10 orang guru dan 5 orang kepala sekolah SD di Gugus Letda

Kajeng tentang penggunaan bahan ajar selama proses pembelajaran didapatkan

hasil bahwa peserta didik khususnya peserta didik kelas IV di Gugus Letda kajeng

sangat tertarik dengan TIK dan ingin memanfaatkan TIK dalam pembelajaran

tetapi tidak mampu dipenuhi oleh guru mereka. Selain itu, sebagian besar siswa

tidak mengetahui kebudayan yang ada di Indonesia bahkan kebudayaan yang ada

di daerahnya sendiri. Berdasarkan hasil observasi juga ditemukan masih ada

beberapa siswa yang tidak menghargai keberagaman yang ada di sekolah,


7

misalnya ada siswa yang mengejek temannya yang berbeda asal, kebudayaan dan

suku. Hal ini membuktikan bahawa siswa masih belum mampu menghargai

keragaman budaya yang ada, kurangnya rasa berkeadilan sosial siswa karena

kurannya komunikasi antar siswa yang berbeda budaya. Selain itu, dari hasil

observasi ditemukan siswa masih kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan

pembelajaran, siswa hanya mendengarkan dan menunggu materi dari guru dan

juga siswa belum mampu menyelesaikan sebuah proyek yang diberikan oleh guru.

Sebagian besar guru telah mampu untuk mengakses internet dan mengunduh

informasi terkait materi yang diperlukan khususnya pada materi Indonesia Kaya

Budaya. Namun, tidak disertai dengan mengoptimalkan kemampuan diri untuk

dapat membuat bahan ajar berbasis teknologi terutama yang memuat komponen

materi IPAS secara mendalam. Melalui wawancara tersebut juga dapat diketahui

pada kenyataannya bahan ajar yang digunakan sekarang hanyalah bahan ajar cetak

berupa buku, sehingga siswa tidak tertarik untuk belajar dan memiliki pemahaman

yang sempit. Bahan ajar berupa buku juga sulit untuk dibawa kemana-mana, tidak

seperti bahan ajar elektronik yang bisa dibawa dan dibaca kapan saja. Mereka

menginginkan bahan ajar tidak hanya berupa bahan cetak tetapi bahan ajar yang

lebih menarik, efektif, interaktif, dan berbasis digital. Hal ini membuktikan bahwa

kemampuan menggunakan TIK siswa kelas IV SD sudah baik dan mampu

menggunakan modul elektronik dalam kegiatan pembelajaran secara mandiri.

Oleh karena itu, guru harus mampu menjawab permintaan peserta didiknya

dengan cara menyusun bahan ajarnya sendiri sebagai upaya pemenuhan

kebutuhan bagi peserta didiknya.


8

Banyak sekali jenis bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh guru untuk

membantu siswa mencapai kompetensi yang diinginkan. Salah satunya adalah

modul. Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disusun secara sistematis untuk

menciptakan pengalaman belajar bagi peserta didik sehingga tujuan belajar yang

diinginkan dapat tercapai (Daryanto, 2014). Modul adalah sebuah media

pembelajaran yang digunakan peserta didik secara mandiri untuk mencapai

kompetensi tertentu yang penyusunannya dibuat secara sistematis berupa materi

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, latihan, dan evaluasi (Hamdani, 2011).

Secara umum, modul pembelajaran yang ada khususnya untuk sekolah dasar

berbentuk cetak dengan jumlah halaman yang banyak dan membutuhkan biaya

pencetakkan yang mahal sehingga peserta didik kurang berminat untuk

menggunakan modul berbentuk cetak. Untuk mengatasinya, guru dapat berinovasi

dengan mengintegrasikan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk

membuat atau mengembangkan modul berbasis elektronik (e-modul). Berbeda

dengan modul cetak menurut Arsal dkk (2019) modul elektronik dapat diakses

dengan bantuan komputer yang sudah terintegrasi dengan perangkat lunak.

Sehingga kelebihan modul elektronik dibandingkan dengan modul cetak adalah

sifatnya yang interaktif, dapat menampilkan gambar, audio, video dan animasi

serta dilengkapi tes formatif. Modul elektronik adalah sebuah bentuk bahan ajar

yang disajikan secara runtut, sistematis, dan interaktif dalam format elektronik

berupa tulisan, gambar, gambar bergerak, suara, dan petunjuk sehingga

memudahkan penggunanya untuk belajar secara mandiri dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran yang diinginkan (Sugianto, 2013). Selain itu, modul


9

elektronik adalah media pembelajaran berbasis komputer yang memberi

kesempatan bagi peserta didik untuk mengeksplorasi diri dalam menerima

pelajaran secara individual dengan cara mengikuti petunjuk program yang

digunakan (Arsyad, 2013).

Modul elektronik mampu menyajikan informasi secara sistematis, menarik,

dan interaktif sehingga dapat digunakan di mana dan kapan saja secara mandiri

dan tidak tergantung pada guru sebagai sumber informasi (Gunadharma, 2011).

Modul harus memperhatikan karakteristik berikut yaitu, (1) instruksi mandiri,

modul memungkinkan seseorang untuk belajar secara mandiri dan tidak

bergantung pada pihak lain, (2) mandiri, semua materi pembelajaran yang

diperlukan terkandung dalam modul secara keseluruhan, (3) berdiri sendiri, modul

dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar lain, atau tidak harus digunakan

bersama dengan pengajaran lain bahan, (4) adaptif, modul yang dikompilasi dapat

menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta bersifat

fleksibel untuk digunakan dalam perangkat keras, dan (5) ramah pengguna, modul

harus berisi instruksi dan paparan informasi yang bermanfaat dan ramah bagi

pemakainya, serta mudah diakses sesuai keinginan (Steven dkk,2019).

Berdasarkan pengertian tersebut, modul elektronik sangat menarik untuk

digunakan terutama bagi peserta didik di sekolah dasar. Hal ini disebabkan karena

modul elektronik mampu menciptakan dan meningkatkan kemampuan peserta

didik untuk belajar secara mandiri karena modul elektronik terintegrasi dengan

teknologi yang mampu menyajikan informasi berupa tulisan, gambar, suara,

gambar bergerak, maupun video guna memperjelas materi di dalam modul dan
10

dapat digunakan kapan pun dan di manapun dengan cara mengikuti petunjuk

program yang ada di dalam modul elektronik.

Selain bahan ajar yang menarik, penggunaan model pembelajaran yang

sesuai juga dapat mendukung keberhasihan proses pembelajaran. Dalam

mengajarkan suatu materi tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling

sesuai dengan tujuan yang dicapai, salah satu model pembelajaran adalah project

based learning. Model pembelajaran project based learning cocok digunakan

karena model ini membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Menurut

Afriana & dkk (2016) yang menyatakan, “pembelajaran berbasis proyek

merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memberikan

pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa”. Pengalaman belajar siswa

maupun perolehan konsep dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam

proses pembelajaran berbasis proyek. Model project based learning telah

memberikan acuan dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan

kurikulum merdeka. Penerapan model pembelajaran project based learning

khusunya pada Bab Indonesia Kaya Budaya, siswa diajak untuk membuat suatu

produk, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa akan

menemukan sendiri konsepnya, bukan hanya menerima dari guru saja. Dengan

menghasilkan suatu produk akan menumbuhkan rasa cintanya kepada keragaman

budaya yang ada di Indonesia. Saat penyusunan proyek juga akan terjadi interaksi

siswa dengan guru dan dengan teman-temannya, mereka akan bekerjasama untuk

menghasilkan sebuah proyek yang diinginkan. Saat pembuat proyek pasti akan

terjadi perbedaan pendapat diantara siswa, tetapi disana siswa akan belajar untuk
11

saling menghargai satu sama lain. Siswa akan menyadari bahwa perbedaan pasti

ada, tetapi tidak membuat perpecahan. Saat suatu proyek yang dikerjakan selesai

maka siswa akan lebih mengenal dan mengharagai budaya sesuai dengan dimensi

yang diinginkan dalam kebhinekaan global. Melalui kegiatan-kegiatan tersebutlah

kebhinekaan global pada diri siswa akan meningkat. Maka dari itu penerapan

model pembelajaran project based learning diharapkan mampu untuk

meningkatkan kebhinekaan global pada siswa kelas IV.

Untuk menghasilkan modul elektronik (e-modul), guru dapat menggunakan

beberapa bantuan aplikasi, antara lain: 3D Page Flip Professional, Exelearning,

Ncesoft Flip Book Maker, Kvisoft Flipbook Maker, dan Flip PDF Professional.

Pada penelitian ini, peneliti memilih menggunakan Flip PDF Professional untuk

mengembangkan modul elektronik. Aplikasi flip pdf professional merupakan

aplikasi yang digunakan untuk mengkonversi PDF yang digunakan untuk

menciptakan media pembelajaran dengan berbagai fitur. Flip PDF Profesional

berbeda dengan PDF pada umumnya, baik dari segi tampilan. Peneliti

menggunakan software yang menunjang pembuatan e-modul yaitu aplikasi Flip

PDF Professional, proses pengembangan konten (teks, gambar, animasi, soal

latihan, audio dan video) yang dapat dipadukan sehingga menjadi e-modul

dengan format execute (.exe) portable. Format exe dipilih oleh peniliti karena

format ini lebih mudah digunakan dibandingkan dengan 3 format lain yang

disediakan oleh flip pdf professional. Format yang disediakan oleh Flip PDF

Professional adalah (.exe), (.app), (.fbr), dan (.html).


12

Pada penelitian ini, peneliti berfokus pada pengembangan e-modul

berorientasi project based learning pada mata pelajaran IPAS Bab 6 Indonesia

Kaya Budaya dengan menggunakan Flip PDF Profesional untuk meningkatkan

kebhinekaan global. Dalam konteks inilah penulis melakukan penelitian yang

berjudul “Pengembangan E-Modul Berorientasi Project Based Learning Pada

Materi Indonesia Kaya Budaya Untuk Meningkatkan Kebhinekaan Global Siswa

Sekolah Dasar”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa

masalah dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut.

1) Peserta didik kurang berpartisipasi dalam pembelajaran di kelas.

2) Bahan ajar yang digunakan pendidik terbatas pada buku yang sediakan

oleh pemerintah.

3) Pengembangan bahan ajar tambahan yang terbaru yang sesuai dengan

perkembangan zaman dalam mengembangkan kemampuan siswa,

khususnya kemampuan menyelesaikan sebuah proyek belum optimal.

4) Pembelajaran kurang interaktif karena belum memanfaatkan TIK secara

optimal.

5) Bahan ajar yang tersedia kurang menarik dan kurang interaktif.

6) Siswa kurang memahami kekayaan budaya di Indonesia.

7) Siswa masih kurang dalam menghargai keberagaman.


13

8) Nilai saling menghargai budaya, kurangnya komunikasi antar budaya, dan

rasa berkeadilan sosial siswa yang termasuk dimensi Profil Pelajar

Pancasila Berkebhinekaan Global siswa mulai menurun.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan,

perlu adanya pembatasan masalah untuk dapat memfokuskan penelitian agar dapat

lebih terarah. Adapun masalah yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada

beberapa hal.

1) Penelitian ini fokus pada upaya peningkatan kebhinekaan global pada siswa

kelas IV Sekolah Dasar.

2) Upaya yang dilakukan adalah pengembangan e-modul berorientasi project

based learning.

3) Materi e-modul berorientasi project based learning terbatas pada Indonesia

Kaya Budaya.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dikaji

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


14

1) Bagaimana karakteristik e-modul berorientasi project based learning pada

materi Indonesia Kaya Budaya untuk meningkatkan Kebhinekaan Global

siswa kelas IV Sekolah Dasar?

2) Bagaimana validitas e-modul berorientasi project based learning pada

materi Indonesia Kaya Budaya untuk meningkatkan Kebhinekaan Global

siswa kelas IV Sekolah Dasar?

3) Bagaimana kepraktisan e-modul berorientasi project based learning pada

materi Indonesia Kaya Budaya untuk meningkatkan Kebhinekaan Global

siswa kelas IV Sekolah Dasar?

4) Bagaimana efektivitas e-modul berorientasi project based learning pada

materi Indonesia Kaya Budaya untuk meningkatkan Kebhinekaan Global

siswa kelas IV Sekolah Dasar?

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Penelitian tujuan ini bertujuan untuk menciptakan modul elektonik yang

berorientasi project based learning pada Bab 6 IPAS Indonesia Kaya Budaya

untuk meningkatkan Kebhinekaan Global siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.5.2 Tujuan Khusus

1) Menghasilkan e-modul berorientasi project based learning pada materi

Indonesia Kaya Budaya yang memiliki karakteristik self instructional, self

contained, stand alone, adaptif dan user friendly untuk meningkatkan

Kebhinekaan Global siswa kelas IV Sekolah Dasar.


15

2) Menganalisis validitas e-modul berorientasi project based learning pada

materi Indonesia Kaya Budaya untuk meningkatkan Kebhinekaan Global

siswa kelas IV Sekolah Dasar.

3) Menganalisis kepraktisan e-modul berorientasi project based learning pada

materi Indonesia Kaya Budaya untuk meningkatkan Kebhinekaan Global

siswa kelas IV Sekolah Dasar.

4) Menganalisis efektivitas e-modul berorientasi project based learning pada

materi Indonesia Kaya Budaya untuk meningkatkan Kebhinekaan Global

siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.6 Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis yaitu mampu

meningkatkan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan

terutama dalam pengembangan e-modul berorientasi project based learning pada

Bab 6 IPAS Indonesia Kaya Budaya dalam meningkatkan Kebhinekaan Global

siswa di kelas IV SD.

2) Manfaat Praktis

1) Bagi Siswa

Produk hasil pengembangan penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh siswa

sebagai bahan belajar secara mandiri sehingga siswa dapat belajar

tanpa sekat ruang dan waktu, serta dapat dilakukan kapan dan di mana saja.

2) Bagi Guru
16

Produk hasil pengembangan penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh

guru untuk membantunya dalam proses pembelajaran jarak jauh. Selain

itu, produk hasil pengembangan ini dapat dimanfaatkan oleh guru untuk

meningkatkan pemahaman materi terkait kekayaan budaya Indonesia.

3) Bagi Sekolah

Manfaat praktis hasil penelitian ini bagi sekolah adalah dapat dijadikan

acuan dalam hal menyusun modul elektronik dan dapat dijadikan salah satu

refrensi untuk pembelajaran di kelas.

4) Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai bahan rujukan

dalam penelitian-penelitian berikutnya. Selain itu, produk hasil

pengembangan penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk

mendapatkan hasil yang lebih sempurna.

1.7 Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini adalah e-modul

yang sesuai dengan kurikulum merdeka dan memiliki spesifikasi sebagai berikut.

1) E-modul berorientasi Project Based Learning dibuat pada program aplikasi

Flip PDF Profesional dengan output atau keluaran file secara online

berformat html dan secara offline berformat exe.


17

2) Modul yang dihasilkan mengacu pada Kurikulum Merdeka, yaitu Bab 6

IPAS Indonesia Kaya Budaya Kelas IV SD.

3) Komponen dalam modul elektronik yang dikembangkan ini terdiri dari

sampul, kata pengantar, petunjuk penggunaan, daftar isi, capaian

pembelajaran, tujuan pembelajran, materi, tugas, rangkuman, tes formatif,

glosarium, daftar pustaka dan profil penulis.

4) Sampul modul elektronik ini dirancang dengan atraktif melalui komposisi

warna yang menarik, lembut, dan disesuaikan dengan materi Indonesia

Kaya Budaya.

5) Terdapat tiga Topik pada modul elektronik ini yaitu Keunikan Kebiasaan

Masyarakat di Sekitarku, Kekayaan Budaya Indonesia, dan Manfaat

Keberagaman dan Melestarikan Keberagaman Budaya.

6) Kegiatan pembelajaran yang disajikan berorientasi project based learning

untuk meningkatkan kebhinekaan global.

1.8 Penjelasan Istilah

Adapun istilah yang terdapat dalam tulisan penelitian pengembangan ini, yaitu

sebagai berikut.

1) E-modul adalah sebuah bentuk bahan ajar yang disajikan secara runtut,

sistematis, dan interaktif dalam format elektronik berupa tulisan, gambar,

gambar bergerak, suara, dan petunjuk sehingga memudahkan penggunanya

untuk belajar secara mandiri dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran

yang diinginkan.
18

2) Model pembelajaran Project Based Learning merupakan model

pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memberikan pengalaman

belajar yang bermakna bagi siswa”. Pengalaman belajar siswa maupun

perolehan konsep dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam

proses pembelajaran berbasis proyek.

3) Indonesia Kaya Budaya merupakan salah satu Bab yang terdapat dalam

mata pelajaran IPAS. Indonesia Kaya Budaya terdapat pada Bab 6 IPAS

merupakan mata pelajar baru dalam kurikulum merdeka.

4) Kebhinekaan Global merupakan salah satu dari 6 dimensi dalam Profil

Pelajar Panacasila.

1.9 Asumsi Penelitian

Adapun beberapa asumsi pengembangan pada penelitian ini akan diuraikan

sebagai berikut.

1) Siswa kelas IV di SD Negeri Gugus Letda Kajeng sudah mampu

menggunakan PC atau laptop dan smartphone dengan baik untuk mengakses

dan mempelajari modul elektronik secara maksimal.

2) Siswa kelas IV di SD Negeri Gugus Letda Kajeng sudah memiliki gawai

untuk mengakses dan mempelajari modul elektronik secara maksimal.

Anda mungkin juga menyukai