Kepemimpinan - 13 Pembeljaran Cara Menglola Manusia Dari Simon Sinek FInal
Kepemimpinan - 13 Pembeljaran Cara Menglola Manusia Dari Simon Sinek FInal
Kepemimpinan - 13 Pembeljaran Cara Menglola Manusia Dari Simon Sinek FInal
Tentang
“Keterampilan Mengelola Manusia”
Oleh
Arbono Lasmahadi
https://upskillconsulting.ca/2023/09/21/leadership-lessons-simon-sinek/
Siapakah Simon Sinek ?
Simon adalah percikan yang mengobarkan semangat dan ide. Ia membayangkan sebuah dunia di mana sebagian besar
orang bangun setiap pagi dengan penuh semangat, merasa aman di mana pun mereka berada, dan mengakhiri hari
dengan penuh semangat dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Sebagai seorang optimis yang tak tergoyahkan, dia
percaya pada kemampuan kita untuk membangun dunia ini bersama-sama.
Sebagai seorang etnografer terlatih, Simon terpesona oleh orang-orang dan organisasi yang memberikan dampak
terbesar dan bertahan lama. Selama bertahun-tahun, dia telah menemukan beberapa pola luar biasa tentang cara
mereka berpikir, bertindak, dan berkomunikasi, dan juga lingkungan tempat orang-orang beroperasi dengan sebaik-
baiknya.
Simon mungkin terkenal karena TED Talk-nya tentang konsep MENGAPA, yang telah ditonton lebih dari 60 juta kali, dan
videonya tentang generasi milenial di tempat kerja—yang mencapai 80 juta penayangan dalam ~minggu pertama dan
terus ditonton. ratusan juta kali.
Ia terus berbagi inspirasi melalui buku terlarisnya, termasuk buku terlaris global Start with WHY dan buku terlaris New
York Times Leaders Eat Last dan The Infinite Game, serta podcastnya, A Bit of Optimism. Selain itu, Simon adalah pendiri
The Optimism Company, sebuah perusahaan pembelajaran dan pengembangan kepemimpinan, dan dia menerbitkan
para pemikir dan pelaku inspiratif lainnya melalui kemitraan penerbitannya dengan Penguin Random House yang disebut
Optimism Press.
Sumber : https://simonsinek.com/simons-bio/
Siapakah Simon Sinek ?
Pandangannya yang tidak konvensional dan inovatif mengenai bisnis dan kepemimpinan telah menarik
perhatian internasional, dan ia telah bertemu dengan beragam pemimpin dan organisasi di hampir setiap
industri. Ia sering bekerja dengan berbagai cabang Angkatan Bersenjata AS dan badan-badan pemerintah AS,
dan merupakan anggota staf tambahan di RAND Corporation—salah satu lembaga pemikir yang paling
dihormati di dunia.
Simon juga aktif di bidang seni dan melakukan pekerjaan nirlaba, atau yang ia sebut sebagai sektor
berdampak. Pada tahun 2021, ia mendirikan The Curve: Kelompok Pimpinan Kepolisian dan Sherif yang
berpikiran maju yang berkomitmen untuk mereformasi kepolisian modern dari dalam ke luar. Tujuan mereka
adalah untuk membangun sebuah profesi yang didedikasikan untuk melindungi kelompok rentan dari bahaya
sambil memajukan visi dunia di mana semua orang merasa keadilan ditegakkan dengan bermartabat, setara,
dan adil.
Sumber : https://simonsinek.com/simons-bio/
Pembelajaran 1 :“Ganti penilaian dengan rasa ingin tahu.”
Waktu pemberian umpan balik yang sulit itu penting. Kita atau orang lain
pernah menyaksikan atau melakukan penyampaikan umpan balik langsung
seperti yang kita pikirkan kepada orang yang bersangkutan saat itu juga.
Jarang sekali hal ini menghasilkan situasi win-win.
Berhati-hatilah saat kita memilih untuk terlibat dalam percakapan yang
sulit.
Pembelajaran 4 :“Salah satu keterampilan terbesar dalam membantu
orang lain adalah belajar cara mendengarkan mereka
Pembentukan perilaku itu dimulai dari atas. Kita tidak dapat meminta
pertanggung-jawaban anggota tim kita atas perilaku yang tidak kita
contohkan .
Bersikaplah konsisten dalam cara kita tampil dan tetap setia pada hal-hal
yang kita ingin capai. Jadikan diri kita sebagai panutan, dan anggota tim kita
akan mengikuti.
Pembelajaran 6 :“ Pengunduran diri besar-besaran ini merupakan bukti atas
budaya kerja yang berada di bawah standar dan kepemimpinan yang buruk selama
beberapa dekade
Memiliki budaya kerja yang baik atau sesuai tidak akan cukup lagi ke
depan. Pandemi Covid 19 , telah membuat para karyawan mendapatkan
kejelasan tentang hal-hal yang mereka inginkan dan tidak inginkan dari
tempat kerja, karier, pemimpin, dan lain-lain.
Mereka punya pilihan untuk bertahan atau pergi, sehingga sangat penting
bagi organisasi untuk terus berupaya menciptakan tempat kerja yang lebih
baik dan menunjukkan keinginan yang kuat untuk mengerjakannya tanpa
henti.
Pembelajaran 7 :“Hanya dibutuhkan satu orang pemimpin yang mampu melihat
kecemerlangan kita, untuk membantu kita mengenal diri kita dengan baik.
Budaya yang baik bukanlah tentang kegiatan bersenang senang, acara yang
Anda selenggarakan, makan siang mewah, dll.
Budaya yang baik dibangun berdasarkan hubungan yang lebih dalam, kerja
yang bermakna, komunikasi terbuka, nilai-nilai inti, dan komitmen teguh
untuk menghormati, mempercayai, dan mendukung satu sama lain. Sisanya
seperti pemanis atau pelengkap saja.
Pembelajaran 9 :“Perusahaan harus jujur tentang jenis budaya yang mereka miliki”
Jangan berbohong atau membumbui hal hal yang kita tahu tidak ada.
Bicaralah dengan jujur tentang budaya tempat kerja kita.
Bersikaplah terbuka terhadap calon karyawan baru dan karyawan baru.
Mereka Jauh lebih menginginkan untuk bekerja di perusahaan yang
mengetahui pekerjaan pekerjaan yang harus dilakukan, jujur mengenai
posisi perusahaan saat ini dan harapan-harapannya, daripada bekerja di
perusahaan yang tidak terbuka sama sekali, sehingga para karyawan tidak
menyadari hal –hal yang terjadi di dalam perusahaan tempat mereka
bekerja.
Ketidakjujuran hanya membenarkan dan memicu kepemimpinan yang
buruk dan budaya organisasi yang beracun atau merusak.
Pembelajaran 10 :“Mengajari orang untuk melakukan percakapan yang tidak
nyaman, diperlukan. Ini adalah keahlian, dan ini adalah kesenjangan besar yang
ada
Baik seorang pemimpin atau bukan, orang-orang takut untuk terlibat
dalam percakapan yang sulit dan tidak terstruktur.
Merasa nyaman dengan diskusi yang tidak nyaman adalah sebuah
keterampilan dan keterampilan yang harus dimiliki, terutama ketika
dipercaya sebagai pemimpin.
Konflik tidak bisa dihindari, dan memberikan masukan tentang hal hal yang
tidak menyenangkan juga merupakan hal yang tidak bisa dihindari.
Kita sebaiknya terlibat dalam percakapan yang tidak nyaman daripada
menghindarinya. Hal ini akan menghasilkan peningkatan kepercayaan
diantara para pihak yang melakukan percakapan, hilangnya emosi,
pemulihan lebih cepat dari konflik, dan peningkatan dinamika dan kinerja
tim secara keseluruhan.
Pembelajaran 11 :“Lanjutkan. Ceritakan lebih banyak kepada saya. Apa
lagi?"
Sebagai pemimpin, ada tiga cara ampuh untuk terlibat dalam percakapan
1. Tampil di hadapan orang lain dengan penuh empati.
2. Dapatkan pemahaman lebih dalam tentang hal yang sedang terjadi vs.
hal yang kita pikir sedang terjadi.
3. Berikan ruang bagi orang lain untuk bersuara dan berbagi.
Jika kita memperhatikan budaya yang ada cukup kondusif, inilah saatnya
untuk mendorong dialog – “Lanjutkan. Ceritakan lebih banyak kepada saya.
Apa lagi?" Mulailah dari sana!
Pembelajaran 12 :“Membantu seseorang untuk sukses adalah olahraga
tim.”
Meski terdengar klise, peralihan dari saya ke kita adalah saat terjadinya
keajaiban.
Kita tidak bertindak sebagai sebuah tim, ketika kita beroperasi sendiri atau
hanya demi kepentingan terbaik untuk kebutuhan pribadi kita.
Kita kemudian bertanya-tanya alasan kita tidak bergerak, banyak pertikaian
atau konflik, dan alasan kita tidak bisa mencapai penyelesaian.
Jika kita melihat pekerjaan, aktivitas, dan kesuksesan sebagai sebuah
olahraga tim memungkinkan kita menjadi pemimpin inklusif yang berfokus
pada orang lain. Sebuah peralihan dari mementingkan diri sendiri menjadi
melayani orang lain.
Pembelajaran 13 :““Kita perlu mengajarkan cara berinteraksi sosial dan
keterampilan mengelola manusia di tempat kerja.”
Di tempat kerja, seringkali fokusnya adalah keterampilan teknis, dan
penguasaan keterampilan teknis dapat membawa kita ke peran sebagai
Manajer.
Setelah kita dipromosikan, secara teknis kita mungkin sudah mahir dalam
melakukan pekerjaan kita. Namun sering kali kita perlu dilengkapi dengan
ketrampilan menangani sisi manusia dalam mengelola orang lain.
Lompatan menuju peran kepemimpinan sering kali mengalami kegagalan.
Belajar berinteraksi dengan orang lain, berhubungan dengan orang lain,
dan menunjukkan keterampilan kemanusiaan dalam setiap pertemuan
sangatlah penting.
Ingatlah, cara kita memperlakukan karyawan di tempat kerja akan
menentukan seberapa baik kinerja kita sebagai perusahaan.
Sumber Tulisan