2.7.1.c KAK K3 PKM
2.7.1.c KAK K3 PKM
2.7.1.c KAK K3 PKM
PUSKESMAS CILEUNGSI
TAHUN 2023
I. PENDAHULUAN
Dewasa ini jumlah angkatan kerja di Indonesia lebih dari seratus juta jiwa, dengan
penyebaran yang tidak merata 70%-80% masih belum teroganisir (sector informal). Di era
globalisasi dan pasar bebas, K3 merupakan salah satu yang ditetapkan dalam hubungan
ekonomi antar negara dan mempunyi aturan sendiri dan mesti dipatuhi oleh seluruh negara
anggota termasuk Indonesia. Hal ini merupakan kenyataan dan tantangan berat harus kita
hadapi.
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal, yang akan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mencapai hal tersebut manusia harus
berupaya dalam bentuk bekerja, berkarya. Agar kinerja optimal diperlukan suatu upaya lain
bagi pemeliharaan kesehatan jasmani maupun rohani, yaitu upaya kesehatan dan
keselamatan kerja yang merupakan kebutuhan pokok bagi pekerja, dan juga masyarakat
sekitar yang dapat terkena dampaknya.
Kesehatan kerja merupakan upaya kelima dan 15 upaya kesehatan yang tercantun
dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, dalam pasal 23 dinyatakan bahwa
kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, agar
setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekeliling, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program
perlindungan tenaga kerja.
Kesehatan kerja adalah kesehatan fisik maupun fisik pekerja sehubungan dengan
pekerjaannya.
Pelaksanaan upaya kesehatan kerja ini tentunya dapat dilaksanakan diseluruh
tempat kerja agar pekerja terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
.
II. LATAR BELAKANG
Puskesmas biasanya mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai keryawan paling sedikit 10. Orang. Puskesmas merupakan
tempat kerja serta berkumpulnya orang-orang sehat (petugas dan pengunjung) dan orang-
orang sakit (pasien), sehingga puskesmas merupakan tempat kerja yang mempunnyai risiko
kesehatan maupun penyakit akibat kecelakaan kerja, oleh karena itu petugas puskesmas
tersebut mempunyai risiko tinggi, karena sering kontak dengan agent penyakit menular,
dengan darah dan cairan tubuh maupun tertusuk jarum suntik bekas
yang mungkin dapat berperan sebagai transmisi beberapa penyakit seperti hepatitis B,
HIV,AIDS dan juga potensial sebagai media penularan penyakit yang lain.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 128/MENKES/II/2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) menyatakan bahwa Puskesmas
merupakan Unit pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab dalam menyelenggarakan pembangunan Kesehatan di wilayah
kerjanya.
Jumlah Puskesmas pada Februari 2007 sebanyak 8.114 Puskesmas Pembantu 22.347 dan
dilengkapi dengan sarana kendaraan roda empat sebanyak 6.544, ambulance sebanyak
1.335 dan perahu sebanyak 616 buah serta jumlah petugas di Puskesmas mencapai 166.154
orang (Ditjen Binkesmas 2007)
Risiko petugas Puskesmas terhadap kesehatan dan penyakit akibat kecelakaan
kerja dapat digambarkan sepeti hasil penelitian di Jakarta Timur 2004, menunjukan bahwa
rendahnya perilaku petugas kesehatan di Puskesmas terhadap kepatuhan
melaksanakan setiap prosedur tahapan kewaspadaan universal dengan benar hanya
18,3%, status vaksin hepatitis B petugas kesehatan Puskesmas masih rendah sekitar 12,5%,
riwayat pernah tertusuk jarum bekas sekitar 84,2% (kuwat Sri Hudoyo Th 2004).
Mengingat tingginya risiko kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas di puskesmas
dan adanya amanat dalam undang-undang untuk menerapkan kesehatan kerja ditempat
kerja, maka perlu penerapan kesehatan kerja dan kesehatan kerja diwilayah puskesmas.oleh
karna itu perlu pedoman manajemen kesehatan kerja dipuskesmas. Kesehatan dan
kesehatan kerja (K3) merupakan suatu satuan yang saling berkaitan,
Untuk mencegah berbagai penyakit dan kecelakaan kerja serta untuk meningkatkan
akses pelayanan kesehatan kerja bagi pekerja informal, maka pekerja informal tersebut
perlu diberdayakan dalam bidang kesehatan kerja sehingga mereka dapat hidup sehat dan
selamat serta produktif dalam bekerja. Agar
upaya pemberdayaan tersebut dapat berjalan dengan baik dan untuk memudahkan petugas
kesehatan/petugas terkait melakukan pembinaan maka pekerja informal tersebut perlu
didorong untuk membentuk suatu wadah untuk melaksanakan kegiatan kesehatan dan
keselamatan kerja yang dikenal dengan Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK). Pos UKK
adalah merupakan wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang
terencana, teratur dan berkesinambungan yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk
masyarakat pekerja
III. TUJUAN
Tujuan Umum
1. Menjadi petunjuk dalam melaksanakan kegiatan Kesehatan Keselamatan Kerja di
Puskesmas Cileungsi
2. MenjadipetunjukdalampelaksanaanpembinaanPosUKKdi
VI. SASARAN
Petugas Puskesmas, dan Pengguna Jasa Puskesmas Anggota Pos UKK dan anggota
keluarganya
VII. JADWAL KEGIATAN