Financial Distress 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

Pengaruh Rasio Keuangan pada Financial Distress

A. A. Istri Agung Mahaningrum1 Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati2


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana, Indonesia Universitas Udayana, Indonesia

Surel : [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris
mengenai pengaruh rasio keuangan pada financial distress.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor industri
dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2016-2018. Sampel ditentukan menggunakan metode
nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. e-ISSN 2302-8556
Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 39 perusahaan serta
keseluruhan data pengamatan selama periode 2016-2018 Vol. 30 No. 8
sebanyak 117 data observasi. Teknik analisis yang digunakan Denpasar, Agustus 2020
adalah analisis regresi logistik. Berdasarkan hasil penelitian, Hal. 1969-1984
dinyatakan bahwa rasio likuiditas tidak berpengaruh pada
DOI:
financial distress, rasio leverage berpengaruh positif pada
10.24843/EJA.2020.v30.i08.p06
financial distress, rasio profitabilitas berpengaruh negatif pada
financial distress, rasio aktivitas tidak berpengaruh pada PENGUTIPAN:
financial distress dan rasio pertumbuhan tidak berpengaruh Mahaningrum, A. A. I. A. &
pada financial distress. Merkusiwati, N. K. L. A. (2020).
Pengaruh Rasio Keuangan pada
Kata Kunci : Financial Distress; Rasio Keuangan; Regresi Financial Distress. E-Jurnal
Logistik. Akuntansi, 30(8), 1969-1984

RIWAYAT ARTIKEL:
The Effect of Financial Ratios on Financial Distress Artikel Masuk:
17 Januari 2020
ABSTRACT Artikel Diterima:
The purpose of this study is to obtain empirical evidence about the 5 Juli 2020
effect of financial ratios on financial distress. This research was
conducted on companies in the basic and chemical industry sectors
listed on the Indonesia Stock Exchange in the 2016-2018 period. The
sample was determined using the nonprobability sampling method
with a purposive sampling technique. The number of samples used
was 39 companies and the overall observation data for the 2016-
2018 period was 117 observation data. The analysis technique used
is logistic regression analysis. Based on the results of the study, it
was stated that liquidity ratios had no effect on financial distress,
leverage ratios had a positive effect on financial distress, profitability
ratios had a negative effect on financial distress, activity ratios had
no effect on financial distress and growth ratios had no effect on
financial distress.

Keywords : Financial Distress; Financial Ratios; Logistic


Regression.

Artikel dapat diakses : https://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/index

1969
MAHANINGRUM, A. A. I. A. & MERKUSIWATI, N. K. L. A.
PENGARUH RASIO KEUANGAN…

PENDAHULUAN
Laju pertumbuhan ekonomi global mengalami pelemahan. Perlambatan
pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh melemahnya aktivitas perdagangan dan
manufaktur, ketegangan perdagangan, dan negara berkembang mengalami
tekanan pasar serta banyak negara mengalami resesi. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
(www.kompas.com), (detikfinance.com), dan (www.kompas.com). Perkara
kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKUP) mengalami
peningkatan, hal ini membuat ekonomi nasional terguncang. Ditambah lagi
dengan laporan lembaga pemeringkat utang internasional Moody's Investor Service
mengungkapkan bahwa perusahan-perusahaan di Indonesia berisiko gagal
bayar utang. Perusahaan manufaktur yang paling sering dimohonkan pada
PKPU, yaitu perusahaan tekstil, perusahaan garmen, perusahaan baja, dan
perusahaan plastik. Terdapat perusahaan yang mengalami masalah keuangan
(kontan.co.id) dan (finance.detik.com).
PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) mengalami kerugiaan selama 7 tahun
berturut-turut, utang menumpuk, isu PHK massal, sampai mundurnya
komisaris. PT Solusi Bangunan Indonesia (SMCB) mengalami kerugiaan dari
tahun 2016 dan memiliki utang bawaan. PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk
(DAJK) dikeluarkan dari Bursa efek Indonesia (BEI) melalui delisting saham.
Kinerja keuangan DAJK memang tidak sehat, diketahui memiliki utang dari
beberapa bank (www.cnbcindonesia.com), (insight.kontan.co.id), dan
(economy.okezone.com). Perusahaan manufaktur yang digunakan adalah
perusahaan sektor industri dasar dan kimia. Alasan memilih sektor ini karena
perusahaan sering bermasalah pada keuangan dan perusahaan yang disebutkan
merupakan bagian dari sektor tersebut. Pada saat ini perusahaan semakin
berusaha dalam bersaing dan bertahan pada posisi bisnisnya. Setiap
menjalankan akitivitas, perusahaan pasti ada yang berjalan dengan baik maupun
tidak berjalan dengan baik. Hal ini biasa terjadi pada perusahaan, namun ada
masalah paling dikhawatirkan oleh perusahaan yaitu kesulitan keuangan atau
financial distress.
Financial distress merupakan kondisi dimana perusahaan mengalami
kesulitan keuangan atau likuidasi yang harus dihadap sebelum terjadinya
kebangkrutan. Menurut Shilpa & Amulya (2017) financial distress didefinisikan
sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya
saat ini. berbagai cara penelitian untuk mengetahui suatu perusahan mengalami
kondisi financial distress antara lain menggunakan Interest Coverage Ratios
(Asquith et al., 1994), dan (Makeeva & Khugaeva, 2018), ekuitas negatif (Waqas &
Md-Rus, 2018), debt service coverage ratio (Indriyanti, 2019), earning per share
negatif (Mittal & Lavina, 2018) dan (Witiastuti & Suryandari, 2016). Perusahaan
yang mengalami financial distress dapat dilihat dari beberapa kondisi yaitu
EBITDA lebih kecil dari biaya keuangan dalam dua tahun berturut-turut,
penurunan market value (nilai pasar) dalam dua tahun berturut-turut, dan
Operating Cash Flow kurang dari biaya keuangan dalam dua tahun berturut-turut
(Gupta et al., 2019), (Manzaneque et al., 2016), (Pindado et al., 2008), dan (Rezende
et al., 2017). Suatu perusahaan maupun Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
diklasifikasikan sebagai tertekan secara finansial jika kondisi antara lain EBITDA

1970
E-JURNAL AKUNTANSI
VOL 30 NO 8 AGUSTUS 2020 HLMN. 1969-1984

2 tahun berturut-turut < biaya keuangan, (kekayaan bersih/ total utang) < 1 dan
kekayaan bersih turun diantara dua periode (Keasey et al., 2015).
Teori yang digunakan adalah signaling theory dan trade-off theory. Signaling
theory diciptakan oleh Spence (1973), menurut Harmadji et al. (2018) signaling
theory merupakan bentuk sinyal keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan.
Teori ini berkaitan dengan informasi asimetris dimana satu pihak mempunyai
informasi lebih lengkap dibandingkan dengan pihak lain. Menurut Gantyowati
& Nugraheni (2014) perusahaan memberikan informasi dalam bentuk laporan
keuangan kepada pihak lain ada dua jenis sinyal yaitu berita baik dan berita
buruk. Jika perusahaan memberikan berita baik maka memberikan kesan baik
kepada investor dan meningkatkan nilai dan harga saham perusahaan, tetapi
bila perusahaan memberikan berita buruk akan lebih sedikit memberikan
informasinya. Teori struktur modal berawal dibuat oleh Modigliani & Miller
(1963). Menurut Wiagustini et al. (2017) teori MM ini melahirkan dua teori yaitu
pecking order theory dan trade-off theory. Dalam penelitian ini, teori yang
digunakan adalah trade-off theory. Trade-off theory merupakan teori yang dimana
perusahaan harus seimbang antara manfaat perlindungan pajak dan biaya
kesulitan untuk mendapatkan rasio utang yang optimal (Liu, 2017). Menurut
Ikpesu (2019) trade-off theory mengungkapkan bahwa penggunaan utang
meningkatkan nilai perusahaan. Namun, ada titik tertentu dimana penggunaan
lebih dapat tidak menguntungkan dan akan meningkatkan biaya agensi dan
biaya kebangkrutan serta mengurangi nilai perusahaan yang dapat mengarah
kesulitan keuangan.
Menurut Kasmir (2012:122) rasio keuangan ialah membandingkan angka
yang ada dalam laporan keuangan. Rasio keuangan merupakan angka yang
diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos dengan pos lainnya dalam
laporan keuangan yang relevan dan signifikan (Harahap, 2011:297). Menurut
Maulidina (2014) rasio keuangan dapat melakukan prediksi dengan mencari
informasi berupa analisis laporan keuangan dengan rasio keuangan, analisis
tersebut memberikan kemungkinan terjadi financial distress pada suatu
perusahaan. Tujuan analisis rasio keuangan yaitu memperoleh rasio keuangan
dalam memberikan informasi tentang peristiwa kedepan dan dapat digunakan
dalam model financial distress atau memprediksi kebangkrutan (Sayari & Mugan,
2017). Rasio yang digunakan adalah rasio likuiditas, leverage, profitabilitas,
aktivitas dan pertumbuhan.
Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban atau utang pada jatuh tempo (Kasmir, 2012:145).
Rasio likuiditas diproksikan menggunakan rasio lancar atau current ratio. Current
ratio merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban atau
utang jangka pendek keseluruhannya pada jatuh tempo (Kasmir, 2012:134).
Perusahaan dapat dikatakan likuid bila perusahaan dapat menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo dengan tepat waktu. Nilai rasio
likuiditas tinggi maka perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya (Rohmadini et al., 2018). Berdasarkan signaling
theory mengungkapkan bahwa semakin tinggi rasio likuiditas, maka
kemungkinan perusahaan tidak mengalami financial distress. Ini memberikan
sinyal baik bagi investor bahwa perusahaan dalam keadaan sehat dan cocok

1971
MAHANINGRUM, A. A. I. A. & MERKUSIWATI, N. K. L. A.
PENGARUH RASIO KEUANGAN…

sebagai tempat berinvestasi. Sebaliknya, semakin rendah rasio likuiditas, maka


kemungkinan perusahaan akan mengalami financial distress. Ini memberikan
sinyal buruk bagi investor bahwa keadaan perusahaan tidak sehat dan
kemungkinan terjadi financial distress. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mesak & Sukartha (2019) menunjukkan bahwa rasio likuiditas berpengaruh
negatif pada kondisi financial distress. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya oleh Widhiari & Merkusiwati (2015), Damayanti et al.,
(2017), Curry & Banjarnahor (2018) serta Antikasari & Djuminah (2017).
H1 : Rasio likuiditas berpengaruh negatif pada financial distress.
Rasio leverage merupakan rasio yang mengukur perusahaan dalam
pengunaan utang pada aset maupun modal (Kasmir, 2012:165). Rasio leverage
diproksikan menggunakan debt to equity ratio. Debt to equity ratio merupakan
kemampuan perusahaan dalam menutup seluruh hutangnya dengan modal
yang mereka miliki (Kasmir, 2012:157). Rasio leverage yang terlalu tinggi
menyebabkan perusahaan mempunyai tingkat utang tinggi yang dapat
membebani perusahaan pada saat jatuh tempo, sehingga penting bagi
perusahaan untuk memerhatikan tingkat leverage (Rohmadini et al., 2018).
Berdasarkan signaling theory mengungkapkan bahwa semakin rendah rasio
leverage, maka kemungkinan perusahaan tidak mengalami financial distress. Ini
memberikan sinyal baik bagi investor bahwa perusahaan dalam keadaan sehat
dan cocok sebagai tempat berinvestasi. Sebaliknya, semakin tinggi rasio leverage,
maka kemungkinan perusahaan akan mengalami financial distress. Ini
memberikan sinyal buruk bagi investor bahwa keadaan perusahaan tidak sehat
dan kemungkinan terjadi financial distress. Berdasarkan trade-off theory
mengungkapkan bahwa semakin tinggi rasio leverage, maka perusahaan tidak
perlu meningkatkan utang secara optimal dan meningkatkan utang dapat
menurunkan nilai perusahaan. Bila perusahaan tetap meningkatkan utang maka
perusahaan dapat mengalami financial distress, oleh karenanya meningkatkan
utang sama saja dengan meningkatkan financial distress. Terdapat hasil penelitian
mengenai pengaruh rasio leverage yang menggunakan debt to equity ratio pada
financial distress. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustini & Wirawati
(2019) menunjukkan bahwa rasio leverage berpengaruh positif pada kondisi
financial distress. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya oleh
(Dewi & Dana 2017), (Mesak & Sukartha, 2019), (Maulida et al. 2018), (Hendra et
al. 2018), (Harianti & Paramita, 2019), serta (Wulansari & Diana, 2017).
H2 : Rasio leverage berpengaruh positif pada financial distress.
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam meningkatkan keuntungan (Kasmir, 2012:210). Rasio
profitabilitas diproksikan menggunakan tingkat pengembalian aset atau return
on asset. Return on asset merupakan kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan berupa laba yang didapatkan dari aktiva (Harahap, 2011:305).
Perusahaan dengan rasio profitabilitas yang tinggi maka perusahaan memiliki
kemampuan keuangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya.
Jumlah laba yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tidak akan mengalami
financial distress (Sudaryanti & Dinar, 2019). Berdasarkan signaling theory
mengungkapkan bahwa semakin tinggi rasio profitabilitas, maka kemungkinan
perusahaan tidak mengalami financial distress. Ini memberikan sinyal baik bagi

1972
E-JURNAL AKUNTANSI
VOL 30 NO 8 AGUSTUS 2020 HLMN. 1969-1984

investor bahwa perusahaan dalam keadaan sehat dan cocok sebagai tempat
berinvestasi. Sebaliknya, semakin rendah rasio profitabilitas, maka kemungkinan
perusahaan akan mengalami financial distress. Ini memberikan sinyal buruk bagi
investor bahwa keadaan perusahaan tidak sehat dan kemungkinan terjadi
financial distress. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustini & Wirawati
(2019) menunjukkan bahwa rasio profitabilitas berpengaruh negatif pada kondisi
financial distress. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh
(Dewi & Dana, 2017), (Mesak & Sukartha, 2019), (Damayanti et al., 2017), (Curry
& Banjarnahor, 2018), (Hendra et al, 2018), serta (Harianti & Paramita, 2019).
H3 : Rasio profitabilitas berpengaruh negatif pada financial distress.
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam pemanfaatan sumber daya yang dimiliki dengan
efisien (Kasmir, 2012:188). Rasio aktivitas diproksikan menggunakan total asset
turn over. Total asset turn over merupakan kemampuan perusahaan dalam
menggunakan semua asset yang dimiliki untuk bisa menghasilkan penjualan
dengan maksimal (Harahap, 2011:309). Semakin efektif suatu perusahaan
menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan. perusahaan tidak efektif dalam penggunaan aset
maka mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan potensial, hal
ini menggambarkan kinerja perusahaan tidak baik karena tidak dapat
menghasilkan volume penjualan yang cukup dibandingkan dengan investasi
pada asetnya (Restianti & Agustina, 2018). Berdasarkan signaling theory
mengungkapkan bahwa semakin tinggi rasio aktivitas, maka kemungkinan
perusahaan tidak mengalami financial distress. Ini memberikan sinyal baik bagi
investor bahwa perusahaan dalam keadaan sehat dan cocok sebagai tempat
berinvestasi. Sebaliknya, semakin rendah rasio aktivitas, maka kemungkinan
perusahaan akan mengalami financial distress. Ini memberikan sinyal buruk bagi
investor bahwa keadaan perusahaan tidak sehat dan kemungkinan terjadi
financial distress. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustini dan Wirawati
(2019) menunjukkan bahwa rasio aktivitas berpengaruh negatif pada kondisi
financial distress. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh
(Dewi & Dana, 2017), (Antikasari & Djuminah, 2017), (Kartika & Hasanudin,
2019), serta (Widhiari & Merkusiwati, 2015). Berdasarkan atas teori dan
penelitian terdahulu, maka dapatlah dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
H4 : Rasio aktivitas berpengaruh negatif pada financial distress.
Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam peningkatan pertumbuhannya dari tahun ke tahun (Kasmir,
2012:107). Rasio pertumbuhan diproksikan menggunakan rasio pertumbuhan
penjualan atau sales growth. Sales growth merupakan kemampuan perusahaan
dalam peningkatan penjualan dengan membandingkan tahun ini dengan tahun
lalu (Harahap, 2011:309). Semakin tinggi pertumbuhan penjualan maka
perusahaan berhasil menjalankan aktivitas serta laba yang dihasilkan, dan akan
berpengaruh pada bertambahnya arus kas perusahaan, sehingga pada kondisi
keuangan perusahaan akan membaik. Perusahaan dengan kondisi keuangan
yang baik berarti tidak akan mengalami kesulitan keuangan (Muflihah, 2017).
Berdasarkan signaling theory mengungkapkan bahwa semakin tinggi rasio
pertumbuhan, maka kemungkinan perusahaan tidak mengalami financial distress.

1973
MAHANINGRUM, A. A. I. A. & MERKUSIWATI, N. K. L. A.
PENGARUH RASIO KEUANGAN…

Ini memberikan sinyal baik bagi investor bahwa perusahaan dalam keadaan
sehat dan cocok sebagai tempat berinvestasi. Sebaliknya, semakin rendah rasio
pertumbuhan, maka kemungkinan perusahaan akan mengalami financial distress.
Ini memberikan sinyal buruk bagi investor bahwa keadaan perusahaan tidak
sehat dan kemungkinan terjadi financial distress. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Lubis & Patrisia (2019) menunjukkan bahwa rasio pertumbuhan
berpengaruh negatif pada kondisi financial distress. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya oleh (Widhiari & Merkusiwati, 2015), (Yudiawati
& Indriani, 2016), serta (Setyowati & Sari, 2019). Berdasarkan penjelasan
sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
H5 : Rasio pertumbuhan berpengaruh negatif pada financial distress.
Berdasarkan dari di atas, maka dapat diketahui kerangka konseptual
dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut.
Likuiditas ( )

Leverage ( ) Financial
Distress
Profitabilitas ( ) (Y)

Aktivitas ( )

Pertumbuhan ( )
Gambar 1. Kerangka Konseptual
Sumber: Data Penelitian, 2019

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hal ini dikarenakan terdapat beberapa
perusahaan pada sektor tersebut mengalami masalah pada keuangannya.
Perusahaan sektor industri dasar dan kimia serta laporan keuangan dapat
diakses pada Bursa Efek Indonesia melalui website www.idx.co.id atau
www.idnfinancials.com maupun mengakses situs resmi perusahaan.
Variabel dependen yang digunakan adalah financial distress. Penelitian ini
mengadaptasi penelitian sebelumnya menurut Asquith et al. (1994), Pindado et al.
(2008) dan Gupta et al. (2019), yang dimana perusahaan dikatakan mengalami
financial distress apabila perusahaan tersebut mengalami beberapa kondisi yaitu
sebagai berikut.
Interest Coverage Ratio (Asquith et al., 1994). Rumus Interest Coverage Ratio
(Brigham & Houston, 2015:144):
…………………………………………………...(1)
Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) lebih
kecil dari biaya keuangan dalam dua tahun berturut-turut (Pindado et al., 2008).
Nilai EBITDA lebih kecil dari biaya keuangan dapat dilihat sebagai
berikut.
……………………………………………………………(2)

1974
E-JURNAL AKUNTANSI
VOL 30 NO 8 AGUSTUS 2020 HLMN. 1969-1984

Penurunan market value dalam dua tahun berturut-turut (Pindado et al.,


2008). Rumus Market value sebagai berikut (Susetyo & Niati, 2018).
Market Value = harga saham penutupan x jumlah saham yang beredar……..…(3)
Operating Cash Flow (OCF) kurang dari biaya keuangan dalam dua tahun
berturut-turut (Gupta et al., 2019). Nilai OCF kurang dari biaya keuangan dapat
dilihat sebagai berikut.
…………………………………………………………..(4)
Penelitian ini menggunakan variabel dummy, maka perusahaan
yang memenuhi salah satu dari empat kondisi tersebut sebagai
perusahaan mengalami financial distress (FD) diberi kode 1, sedangkan
perusahaan yang tidak mengalami financial distress (TFD) diberi kode 0.
Variabel independen yang digunakan adalah rasio likuiditas, leverage,
profitabilitas, rasio aktivitas, dan rasio pertumbuhan. Cara menghitung masing-
masing rasio adalah sebagai berikut.
Rasio likuiditas diproksikan dengan menggunakan Current Ratio (CR).
Current Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut (Kasmir, 2012:146):
……………………………………………………………..(5)
Rasio leverage diproksikan dengan menggunakan Debt to Equity Ratio
(DER). Debt to Equity Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut (Kasmir, 2012:158):
………………………………………………………(6)
Rasio profitabilitas diproksikan dengan menggunakan Return on Asset
(ROA). Return on Asset dapat dirumuskan sebagai berikut (Harahap, 2011:305):
…………………………………………………………...(7)
Rasio aktivitas diproksikan dengan menggunakan Total Asset Turn Over
(TATO). Total Asset Turn Over dapat dirumuskan sebagai berikut (Harahap,
2011:309):
…………………………………………………………(8)
Rasio pertumbuhan diproksikan dengan menggunakan Sales Growth (SG).
Sales Growth dapat dirumuskan sebagai berikut (Harahap, 2011:309):
……………………………………..(9)
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder yang
berupa laporan keuangan tahunan perusahaan sektor industri dasar dan kimia
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018. Populasi pada
penelitian ini adalah perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2016-2018. Teknik pengambilan sampel
menggunakan nonprobability sampling dengan purposive sampling. Metode
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dokumentasi.
Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif sebagai mendeskripsikan
data, analisi uji asumsi klasik untuk mengetahui variabel ada tidaknya masalah
sebelum diregresi dengan memakai uji multikolonieritas, serta analisis regresi
logistik untuk menguji probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi
dengan variabel bebas, adapun tahapannya yaitu uji hosmer and lemeshow’s

1975
MAHANINGRUM, A. A. I. A. & MERKUSIWATI, N. K. L. A.
PENGARUH RASIO KEUANGAN…

goodness of fit test, uji kelayakan keseluruhan model, uji koefisien determinasi,
dan uji matriks klasifikasi. Persamaan regresi logistik adalah sebagai berikut.
…………………….…………(10)
Keterangan:
= Dummy variabel financial distress
konstanta persamaan regresi
, , , , = koefisien regresi

= error

HASIL DAN PEMBAHASAN


Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan sektor industri dasar dan kimia
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan proses dan hasil seleksi
sampel diperoleh sampel sebanyak 39 perusahaan serta keseluruhan data
pengamatan selama periode 2016-2018 sebanyak 117 pengamatan. Hasil uji
statistik deskriptif financial distress pada Tabel 1, sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Financial Distress
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid TFD 86 73.5 73.5 73.5
FD 31 26.5 26.5 100.0
Total 117 100.0 100.0
Sumber: Data Penelitian, 2019
Berdasarkan pada Tabel 1, menunjukkan bahwa terdapat perusahaan yang
tidak mengalami financial distress (TFD) sebanyak 86 dan perusahaan yang
mengalami financial distress (FD) sebanyak 31. Hasil uji statistik deskriptif rasio
likuiditas, leverage, profitabilitas, aktivitas, dan pertumbuhan pada Tabel 2,
adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil Uji Statistik Deskriptif Rasio Likuiditas, Leverage, Profitabilitas,
Aktivitas, dan Pertumbuhan
N Likuiditas Leverage Profitabilitas Akitivitas Pertumbuhan
(CR) (DER) (ROA) (TATO) (SG)
Minimum 117 0.0526 0.1092 -0.1585 0.0027 -0.9801
Maximum 117 6.5022 10.7769 0.1646 8.4293 0.8589
Mean 117 1.924827 1.656355 0.029903 1.091629 0.099261
Std. 117 1.3249344 1.7996269 0.0543066 1.0240541 0.2066980
Deviation
N Valid 117
Sumber: Data Penelitian, 2019
Hasil statistik deskriptif variabel rasio likuiditas (X1) menunjukkan bahwa
nilai minimum sebesar 0.0526, nilai maksimum sebesar 6.5022, nilai mean sebesar
1.924827 dan nilai standar deviasi sebesar 1.3249344. Hasil nilai standar deviasi
lebih rendah dari nilai mean, hal ini menunjukkan bahwa adanya sebaran data

1976
E-JURNAL AKUNTANSI
VOL 30 NO 8 AGUSTUS 2020 HLMN. 1969-1984

yang bervariansi semakin kecil, atau adanya kesenjangan yang begitu kecil dari
nilai minimum dan maksimum.
Hasil statistik deskriptif variabel rasio leverage (X2) menunjukkan bahwa
nilai minimum sebesar 0.1092, nilai maksimum sebesar 10.7769, nilai mean
sebesar 1.656355 dan nilai standar deviasi sebesar 1.7996269. Hasil nilai standar
deviasi lebih tinggi dari nilai mean, hal ini menunjukkan bahwa adanya sebaran
data yang bervariansi semakin besar, atau adanya kesenjangan yang begitu besar
dari nilai minimum dan maksimum.
Hasil statistik deskriptif variabel rasio profitabilitas (X3) menunjukkan
bahwa nilai minimum sebesar -0.1585, nilai maksimum sebesar 0.1646, nilai mean
sebesar 0.029903 dan nilai standar deviasi sebesar 0.0543066. Hasil nilai standar
deviasi lebih tinggi dari nilai mean, hal ini menunjukkan bahwa adanya sebaran
data yang bervariansi semakin besar, atau adanya kesenjangan yang begitu besar
dari nilai minimum dan maksimum.
Hasil statistik deskriptif variabel rasio akitivitas (X4) menunjukkan bahwa
nilai minimum sebesar 0.0027, nilai maksimum sebesar 8.4293, nilai mean sebesar
1.091629 dan nilai standar deviasi sebesar 1.0240541. Hasil nilai standar deviasi
lebih rendah dari nilai mean, hal ini menunjukkan bahwa adanya sebaran data
yang bervariansi semakin kecil, atau adanya kesenjangan yang begitu kecil dari
nilai minimum dan maksimum.
Hasil statistik deskriptif variabel rasio pertumbuhan (X5) menunjukkan
bahwa nilai minimum sebesar -0.9801, nilai maksimum sebesar 0.8589, nilai mean
sebesar 0.099261 dan nilai standar deviasi sebesar 0.2066980. Hasil nilai standar
deviasi lebih tinggi dari nilai mean, hal ini menunjukkan bahwa adanya sebaran
data yang bervariansi semakin besar, atau adanya kesenjangan yang begitu besar
dari nilai minimum dan maksimum. Hasil uji analisis asumsi klasik yang
digunakan adalah uji multikolonieritas yang dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai
berikut:
Tabel 3. Hasil Uji Multikolonieritas
Constant X1 X2 X3 X4 X5
Step Constant 1.000 -0.800 -0.687 0.444 0.046 -0.231
1

X1 -0.800 1.000 0.644 -0.631 -0.251 0.194

X2 -0.687 0.644 1.000 -0.628 -0.553 0.465

X3 0.444 -0.631 -0.628 1.000 0.115 -0.158

X4 0.046 -0.251 -0.553 0.115 1.000 -0.652

X5 -0.231 0.194 0.465 0.158 -0.652 1.000


Sumber: Data Penelitian, 2019
Berdasarkan pada Tabel 3, dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala
multikolonieritas antar variabel independen. Hal ini dikarenakan bahwa nilai
independen kurang dari 0.90. Hasil Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit Test
dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut.

1977
MAHANINGRUM, A. A. I. A. & MERKUSIWATI, N. K. L. A.
PENGARUH RASIO KEUANGAN…

Tabel 4. Hasil Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit Test


Step Chi-square df Sig.

1 10.415 8 0.237

Sumber: Data Penelitian, 2019


Berdasarkan pada Tabel 4, menunjukkan bahwa nilai chi-square sebesar
10,415 dan nilai signifikansi sebesar 0.237. Berdasarkan hasil tersebut, nilai
signifikansi sebesar 0.237 > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa model mampu
memprediksi dan dapat diterima dengan data observasi. Hasil uji kelayakan
keseluruhan model dapat dilihat pada Tabel 5, sebagai berikut.
Tabel 5. Hasil Uji kelayakan keseluruhan model
Hasil Iteration - 2 Log Likelihood

Nilai – 2 LogL pada awal (Block Number = 0) Step 0 135.294

Nilai – 2 LogL pada akhir (Block Number = 1) Step 1 48.112

Sumber: Data Penelitian, 2019


Hasil uji kelayakan keseluruhan model menunjukkan bahwa nilai –
2LogL pada akhir (block number = 1) sebesar 48.112 lebih rendah dari nilai – 2
LogL pada awal (block number = 0) sebesar 135.294. Berdasarkan hasil uji
kelayakan keseluruhan model dapat disimpulkan bahwa model fit dengan data.
Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut.
Tabel 6. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Step - 2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 0.525 0.766

Sumber: Data Penelitian, 2019


Berdasarkan pada Tabel 6, menunjukkan bahwa nilai Cox & Snell R Square
sebesar 0,525 dan nilai Nagelkerke R Square sebesar 0.766 yang berarti variabilitas
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 76.6
persen dan sisanya sebesar 23.4 persen dijelaskan oleh variabilitas variabel-
variabel lain di luar model penelitian. Hasil Uji Matriks Klasifikasi dapat dilihat
pada tabel 7 sebagai berikut.
Tabel 7. Hasil Uji Matriks Klasifikasi
Observed Predicted
FD Percentage
Correct
TFD FD

Step 1 FD TFD 84 2 97.7

FD 10 21 67.7

Overall Percentage 89.7


Sumber: Data Penelitian, 2019
Berdasarkan pada Tabel 7, menunjukkan bahwa kekuatan prediksi
berdasarkan model regresi logistik dalam memprediksi kemungkinan
perusahaan yang tidak mengalami financial distress (TFD) sebesar 97.7 persen dan

1978
E-JURNAL AKUNTANSI
VOL 30 NO 8 AGUSTUS 2020 HLMN. 1969-1984

kekuatan prediksi dari model regresi logistik dalam memprediksi kemungkinan


perusahaan yang mengalami financial distress (FD) sebesar 67.7 persen. Hasil uji
analisis regresi logistik dapat dilihat pada Tabel 8 sebagai berikut.
Tabel 8. Hasil Uji Analisis Regresi Logistik
B S.E. Wald df Sig. Exp (B)
Step 1 X1 0.827 0.521 2.518 1 0.113 2.287
X2 1.310 0.476 7.567 1 0.006 3.707
X3 -114.152 36.924 9.558 1 0.002 0.000
X4 -1.104 0.908 1.480 1 0.224 0.331
X5 2.807 3.009 0.870 1 0.351 16.559
Constant -2.377 1.273 3.488 1 0.062 0.093
Sumber: Data Penelitian, 2019
Hasil persamaan regresi logistik dapat dilihat sebagai berikut.

Nilai koefisien rasio likuiditas sebesar 0.827 dan nilai signifikansi sebesar
0.113 atau lebih besar dari 0.05, dengan demikian hipotesis 1 ditolak. Hasil
penelitian ini membuktikan bahwa rasio likuiditas tidak berpengaruh
pada financial distress. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian oleh
Dewi & Dana (2017), Agustini & Wirawati (2019), Maulida et al. (2018), serta
Aisyah et al. (2017) yang menyatakan bahwa rasio likuiditas tidak berpengaruh
pada financial distress.
Nilai koefisien variabel leverage sebesar 1.310 dan nilai signifikansi sebesar
0.006 atau lebih kecil dari 0.05, dengan demikian hipotesis 2 diterima. Hasil
penelitian ini membuktikan bahwa rasio leverage berpengaruh positif terhadap
financial distress. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Dewi &
Dana (2017), Agustini & Wirawati (2019), Mesak & Sukartha (2019), Maulida et al.
(2018), Hendra et al. (2018), Harianti & Paramita (2019), serta Wulansari & Diana
(2017) yang menyatakan bahwa rasio leverage berpengaruh positif pada financial
distress.
Nilai koefisien variabel profitabilitas sebesar -114.152 dan nilai signifikansi
sebesar 0.002 atau lebih kecil dari 0.05, dengan demikian hipotesis 3 diterima.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa rasio profitabilitas berpengaruh negatif
pada financial distress. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian oleh
Dewi & Dana (2017), Agustini & Wirawati (2019), Mesak & Sukartha (2019),
Damayanti et al. (2017), Curry & Banjarnahor (2018), Hendra et al. (2018), serta
Harianti & Paramita (2019) yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas
berpengaruh negatif pada financial distress.
Nilai koefisien variabel aktivitas sebesar -1.104 dan nilai signifikansi
sebesar 0.224 atau lebih besar dari 0.05, dengan demikian hipotesis 4 ditolak.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa rasio aktivitas tidak berpengaruh pada
financial distress. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Rahmy
(2015), Shidiq & Khairunnisa (2019), Setiawan & Amboningtyas (2018), serta
Aisyah et al. (2017) yang menyatakan bahwa rasio aktivitas tidak berpengaruh
pada financial distress.
Nilai koefisien variabel pertumbuhan sebesar 2.807 dan nilai signifikansi
sebesar 0.351 atau lebih besar dari 0.05, dengan demikian hipotesis 5 ditolak.

1979
MAHANINGRUM, A. A. I. A. & MERKUSIWATI, N. K. L. A.
PENGARUH RASIO KEUANGAN…

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa rasio pertumbuhan tidak berpengaruh


pada financial distress. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian oleh
Agustini & Wirawati (2019), Curry & Banjarnahor (2018), Rahmy (2015), serta
Nurhayati et al. (2019) yang menyatakan bahwa rasio aktivitas tidak berpengaruh
pada financial distress.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut, maka dapat ditarik simpulan
bahwa rasio likuiditas tidak berpengaruh pada financial distress, rasio leverage
berpengaruh positif pada financial distress, rasio profitabilitas berpengaruh
negative pada financial distress, rasio aktivitas tidak berpengaruh pada financial
distress dan pertumbuhan tidak berpengaruh pada financial distress. Manajemen
perusahaan diharapkan untuk memerhatikan rasio keuangan seperti rasio
leverage, dan rasio profitabilitas, karena rasio tersebut memiliki pengaruh untuk
memprediksi financial distress. Memerhatikan tingkat interent coverage ratio, laba
bersih perusahaan, market value, dan operating cash flow, bila mengalami
penurunan maka menunjukkan bahwa perusahaan sedang mengalami financial
distress. Manejemen perusahaan harus mengambil keputusan yang tepat dalam
kewajiban utang yang akan jatuh tempo. Penelitian selanjutnya diharapkan
menggunakan rasio keuangan lainnya dan menambahkan variabel indenpenden
seperti good corporate governance, makroekonomi, dan political risk sebagai faktor-
faktor yang memengaruhi financial distress. Periode pengamatan ditambah lebih
panjang serta menggunakan perusahaan lainnya yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia maupun UKM. Calon investor diharapkan lebih berhati-hati dalam
melakukan investasi pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia dengan
memerhatikan rasio keuangan perusahaan sebagai acuan pertimbangan dalam
berinvestasi.

REFERENSI
Agustini, N. W., & Wirawati, N. G. P. (2019). Pengaruh Rasio Keuangan Pada
Financial Distress Perusahaan Ritel Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). E-Jurnal Akuntansi, 26(1), 251–280.
https://doi.org/10.24843/eja.2019.v26.i01.p10
Aisyah, N. N., Kristanti, F. T., & Zultilisna, D. (2017). Pengaruh Rasio Likuiditas,
Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Leverage Terhadap Financial
Distress. E-Proceeding of Management, 4(1), 411–419.
Alhikam, H. A. (2019). Ancaman Resesi Dinilai Makin Dekat, Bagaimana di RI?
Retrieved September 29, 2019, from detik.com website:
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4726594/ancaman-
resesi-dinilai-makin-dekat-bagaimana-di-ri
Antikasari, T. W., & Djuminah, D. (2017). Memprediksi Financial Distress
Dengan Binary Logit Regression Perusahaan Telekomunikasi. Jurnal
Keuangan Dan Perbankan, 21(2), 265–275.
https://doi.org/10.26905/jkdp.v21i2.654
Arieza, U. (2019). Dwi Aneka Jaya Kemasindo Hengkang dari Bursa, Ini
Penjelasan BEI. Retrieved October 3, 2019, from okezone.com website:
https://economy.okezone.com/read/2018/05/22/278/1901 277/dwi-

1980
E-JURNAL AKUNTANSI
VOL 30 NO 8 AGUSTUS 2020 HLMN. 1969-1984

aneka-jaya-kemasindo-hengkang-dari-bursa-ini-penjelasan-bei
Asquith, P., Gertner, R., & David, S. (1994). Anatomy of Financial Distress: an
Examination of Junk-Bond. The Quarterly Journal of Economics, 109(3), 625–
658. https://doi.org/10.3386/w3942
Brigham, E. f., & Houston, J. F. (2015). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Edisi 11
Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Curry, K., & Banjarnahor, E. (2018). Financial Distress Pada Perusahaan Sektor
Properti Go Public di Indonesia. Seminar Nasional Pakar 1, (Buku 2), 207–221.
Damayanti, L. D., Yuniarta, G. A., & Sinarwati, N. K. (2017). Analisis Pengaruh
Kinerja Keuangan, Ukuran Komite Audit Dan Kepemilikan Manajerial
Terhadap Prediksi Financial Distress (Studi Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015). E-Journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha, 7(1), 1–12.
Dewi, N. K. U. G., & Dana, M. (2017). Variabel Penentu Financial Distress Pada
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Manajemen Unud,
6(11), 5834–5858.
Fauzia, M., & Djumena, E. (2019). Pertumbuhan Ekonomi RI Melambat, Ini
Fakta-faktanya. Retrieved September 29, 2019, from kompas.com website:
https://money.kompas.com/read/2019/08/06/ 074200726/pertumbuhan-
ekonomi-ri-melambat-ini-fakta-faktanya?page= all
Fauzia, M., & Setiawan, S. R. D. (2019). Bank Dunia: Laju Pertumbuhan Ekonomi
Global 2019 Melemah. Retrieved July 31, 2019, from kompas.com website:
https://money.kompas.com/read/2019/08/06/ 074200726/pertumbuhan-
ekonomi-ri-melambat-ini-fakta-faktanya?page= all
Gantyowati, E., & Nugraheni, R. L. (2014). The Impact of Financial Distress Status
and Corporate Governance Structures on the Level of Voluntary Disclosure
Within Annual Reports of Firms (Case Study of Non-financial Firms in
Indonesia Over the Period of 2009-2011). Journal of Modern Accounting and
Auditing, 10(4), 389–403.
Gupta, J., & Chaudhry, S. (2019). Mind the tail, or risk to fail. Journal of Business
Research, 99, 167–185. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2019.02.037
Harahap, S. S. (2011). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Harianti, R., & Paramita, R. A. S. (2019). Analisis faktor internal terhadap
financial distress sektor perdagangan, jasa, dan investasi yang go public
pada periode 2013 - 2017. Jurnal Ilmu Manajemen, 7(4), 984–993.
Harmadji, D. E., Subroto, B., Saraswati, E., & Prihatiningtias, Y. W. (2018). From
Theory to Practice of Signaling Theory: Sustainability Reporting Strategy
Impact on Stock Price Crash Risk with Sustainability Reporting Quality as
Mediating Variable. KnE Social Sciences, 3(10), 647–658.
https://doi.org/10.18502/kss.v3i10.3411
Hendra, Afrizal, & Diah P.A, E. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Financial Distress (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016). Jurnal Akuntansi &
Keuangan Unja, 3(4), 64–74.
https://doi.org/10.15900/j.cnki.zylf1995.2018.02.001
Ikpesu, F. (2019). Firm specific determinants of financial distress: Empirical

1981
MAHANINGRUM, A. A. I. A. & MERKUSIWATI, N. K. L. A.
PENGARUH RASIO KEUANGAN…

evidence from Nigeria. Journal of Accounting and Taxation, 11(3), 49–56.


https://doi.org/10.5897/jat2019.0333
Indriyanti, M. (2019). The Accuracy of Financial Distress Prediction Models:
Empirical Study on the World’s 25 Biggest Tech Companies in 2015–2016
Forbes’s Version. KnE Social Sciences, 3(11), 442.
https://doi.org/10.18502/kss.v3i11.4025
Kartika, R., & Hasanudin. (2019). Analisis Pengaruh Likuiditas, Leverage,
Aktivitas, Dan Profitabilitas Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan
Terbuka Sektor Infrastruktur, Utilitas, Dan Transportasi Periode 2011-2015.
Jurnal Ilmu Manajemen, 15(1), 1–16.
Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Keasey, K., Pindado, J., & Rodrigues, L. (2015). The determinants of the costs of
financial distress in SMEs. International Small Business Journal: Researching
Entrepreneurship, 33(8), 862–881. https://doi.org/10.1177/0266242614529317
Liu, W. C. (2017). Trade-off theory of capital structure: Evidence from estimations
of non-parametric and semi-parametric panel fixed effect models. Investment
Management and Financial Innovations, 14(1), 115–123.
https://doi.org/10.21511/imfi.14(1).2017.12
Lubis, N. H., & Patrisia, D. (2019). Pengaruh Likuiditas, Leverage, dan
Profitabilitas terhadap Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI periode 2013-2016). Jurnal Kajian
Manajemen Dan Wirausaha, 1(1), 173–182. Retrieved from http://e-
journal.uajy.ac.id/14649/1/JURNAL.pdf
Makeeva, E., & Khugaeva, M. (2018). Evaluation of financial distress costs of
innovative companies. Russian Management Journal, 16(1), 37–62.
https://doi.org/10.21638/11701/spbu18.2018.102
Manzaneque, M., Priego, A. M., & Merino, E. (2016). Corporate governance effect
on financial distress likelihood: Evidence from Spain. Revista de Contabilidad,
19(1), 111–121. https://doi.org/10.1016/j.rcsar.2015.04.001
Maulida, I. S., Moehaditoyo, S. H., & Nugroho, M. (2018). Analisis Rasio
Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2014-2016. Jurnal Ilmiah
Administrasi Bisnis Dan Inovasi, 2(1), 179–193.
https://doi.org/10.25139/jai.v2i1.1149
Maulidina, D. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Financial Distress Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Media Riset Akuntansi,
Auditing & Informasi, 14(3), 89–106.
Mesak, D., & Sukartha, I. M. (2019). Financial Ratio Analysis in Predicting
Financial Conditions Distress in Indonesia Stock Exchange. Russian Journal of
Agricultural and Socio-Economic Sciences, 86(2), 155–165.
https://doi.org/10.18551/rjoas.2019-02.18
Mittal, S., & Lavina. (2018). The Determinant Of Financial Distress In Indian Real
Estate And Construction Industry. Gurukul Business Review-GBR, 14, 6–11.
Modigliani, F., & Miller, M. H. (1958). The Cost of Capital, Corporation Finance
and the Theory of Investment. The American Economic Review, 48(3), 261–297.
https://doi.org/10.1136/bmj.2.3594.952
Modigliani, F., & Miller, M. H. M. (1963). Corporate Income Taxes and the Cost

1982
E-JURNAL AKUNTANSI
VOL 30 NO 8 AGUSTUS 2020 HLMN. 1969-1984

of Capital: A Correction. American Economic Review, 53(3), 433–443.


https://doi.org/10.1126/science.151.3712.867-a
Muflihah, I. Z. (2017). Analisis Financial Distress Perusahaan Manufaktur Di
Indonesia dengan Regresi Logistik. Majalah Ekonomi, 12(2), 254–269.
Nurhayati, Kania, N., & Aprian, T. (2019). Pengaruh Sales Growth dan Keahlian
Keuangan Komite Audit terhadap Financial Distress (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Otomotif dan Komponen yang
Terdaftar di Bursa Efek IndonesiaPeriode 2012-2016). Kajian Akuntansi, 20(1),
80–86.
Pindado, J., Rodrigues, L., & de la Torre, C. (2008). Estimating financial distress
likelihood. Journal of Business Research, 61(9), 995–1003.
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2007.10.006
Rafael, E. C., & Gumilar, T. (2019). Jual Tanah, Opsi SMCB Lolos dari Utang
Bawaan. Retrieved October 4, 2019, from kontan.co.id website:
https://insight.kontan.co.id/news/jual-tanah-opsi-smcb-lolos-dari-utang-
bawaan
Rahmy, R. (2015). Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, Sales Growth Dan
Aktivitas Terhadap Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2012). Jurnal Akuntansi, 3(1),
1–31.
Redaksi CNBC Indonesia. (2019). Nasib Miris KS: Rugi 7 Tahun, Isu PHK, dan
Komisaris Mundur. Retrieved September 30, 2019, from cnbcindonesia.com
website: https://www.cnbcindonesia.com/news/201907240 22425-4-
87047/nasib-miris-ks-rugi-7-tahun-isu-phk-dan-komisaris-mundur
Restianti, T., & Agustina, L. (2018). The Effect of Financial Ratios on Financial
Distress Conditions in Sub Industrial Sector Company. Accounting Analysis
Journal, 7(1), 25–33. https://doi.org/10.15294/aaj.v5i3.18996
Rezende, F. F., Da Silva Montezano, R. M., De Oliveira, F. N., & De Jesus
Lameira, V. (2017). Predicting financial distress in publicly-traded
companies. Revista Contabilidade e Financas, 28(75), 390–406.
https://doi.org/10.1590/1808-057x201704460
Rohmadini, A., Saifi, M., & Darmawan, A. (2018). Pengaruh Profitabilitas,
Likuiditas Dan Leverage Terhadap Financial Distress (Studi Pada
Perusahaan Food & Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2016). Jurnal Administrasi Bisnis, 61(2), 11–19.
Sayari, N., & Mugan, C. S. (2017). Industry specific financial distress modeling.
BRQ Business Research Quarterly, 20(1), 45–62.
https://doi.org/10.1016/j.brq.2016.03.003
Septiadi, A., & Winarto, Y. (2019). Sepanjang 2018, jumlah perkara kepailitan
melonjak. Retrieved September 29, 2019, from kontan.co.id website:
https://nasional.kontan.co.id/news/sepanjang-2018-jumlah-perkara-
kepailitan-melonjak
Setiawan, H., & Amboningtyas, D. (2018). Financial Ratio Analysis For Predicting
Financial Distress Conditions (Study on Telecommunication Companies
Listed In Indonesia Stock Exchange Period 2010-2016). Journal of
Management, 4(4), 1–18.
Setyowati, W., & Sari, N. R. N. (2019). Pengaruh Likuiditas, Operating Capacity,

1983
MAHANINGRUM, A. A. I. A. & MERKUSIWATI, N. K. L. A.
PENGARUH RASIO KEUANGAN…

Ukuran Perusahaan Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Financial


Distress (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun
2016-2017). Jurnal Magisma, 7(2), 135–146.
Shidiq, J. I., & Khairunnisa. (2019). Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Leverage,
Rasio Aktivitas, Dan Rasio Pertumbuhan Terhadap Financial Distress
Menggunakan Metode Altman Z-Score Pada Sub Sektor Tekstil Dan
Garmen Di BEI Periode 2013-2017. JIM UPB, 7(2), 209–219.
Shilpa, N. C., & Amulya, M. (2017). Corporate Financial Distress: Analysis of
Indian Automobile Industry. SDMIMD Journal of Management, 8(1), 47–54.
https://doi.org/10.18311/sdmimd/2017/15726
Spence, M. (1973). Job Market Signaling. The Quarterly Journal of Economics, 87(3),
355–374. https://doi.org/10.2307/1882010
Sudaryanti, D., & Dinar, A. (2019). Analisis Prediksi Kondisi Kesulitan Keuangan
Dengan Menggunakan Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Financial Leverage
Dan Arus Kas. Jurnal Ilmiah Bisnis Dan Ekonomi Asia, 13(2), 101–110.
https://doi.org/10.32812/jibeka.v13i2.120
Susetyo, A., & Niati, F. (2018). Pengaruh BID-ASK Spread, Market Value Dan
Variance Return Terhadap Holding Period Saham. Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis, 21(1), 1–11.
Tim detikcom. (2019). Hati-hati! Risiko Perusahaan Indonesia Gagal Bayar Utang
Meningkat. Retrieved October 4, 2019, from detik.com website:
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4728039/hati-hati-
risiko-perusahaan-indonesia-gagal-bayar-utang-meningkat
Waqas, H., & Md-Rus, R. (2018). Predicting financial distress: Applicability of O-
score and logit model for Pakistani firms. Business and Economic Horizons,
14(2), 389–401. https://doi.org/10.15208/beh.2018.28
Wiagustini, N. L. P., Ramantha, I. W., Panji Sedana, I. B., & Rahyuda, H. (2017).
Indonesia’s capital structure: Pecking order theory or trade-off theory.
International Journal of Applied Business and Economic Research, 15(16), 119–
131.
Widhiari, N., & Aryani Merkusiwati, N. (2015). Pengaruh Rasio Likuiditas,
Leverage, Operating Capacity, Dan Sales Growth Terhadap Financial
Distress. E-Jurnal Akuntansi, 11(2), 456–469.
Witiastuti, R. S., & Suryandari, D. (2016). The Influence of Good Corporate
Governance Mechanism on the Possibility of Financial Distress. 5(1), 118–127.
https://doi.org/10.2991/insyma-18.2018.19
Wulansari, A. P., & Diana, N. (2017). Pengaruh Aktivita, Laverage dan
Pertumbuhan Perusahaan Dalam Memprediksi Financial Distress ( Studi
Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2013-2015.
Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi, 6(4), 136–146. Retrieved from
http://riset.unisma.ac.id/index.php/jra/article/viewFile/351/392
Yudiawati, R., & Indriani, A. (2016). Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt To
Total Asset Ratio, Total Asset Turnover, Dan Sales Growth Ratio Terhadap
Kondisi Financial Distress. Diponegoro Journal of Management, 5(2), 1–13.

1984

Anda mungkin juga menyukai