Makalah Kel 4-1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN KALAM

“Pemikiran Kalam ahlussunah Khalaf

Asyariyah dan Maturidiyah"

DOSEN PENGAMPU : MUHAMMAD AMIN QODRI SYAHDAINI M.PD

Kelompok 5 :

Endah Suriyana (201230123)

Niswah Afifah (201230136)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2024
i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. Yang


telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah dari mata kuliah Sejarah Perkembangan Pemikiran Kalam
dengan judul "Pemikiran Kalam ahlussunah Khalaf Asyariyah dan Maturidiyah".
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
Baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW. yang kita nantikan syafa'atnya
di akhirat nanti.

Terima kasih kepada dosen pengampu Bapak "Muhammad Amin Qodri


Syahdaini M. Pd" yang telah memberikan arahan dan masukan yang sangat
berharga serta kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam proses
penyusunan makalah ini.

Makalah ini tentunya masih memiliki keterbatasan dan kekurangan. Oleh


karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan guna perbaikan di masa
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam
pemahaman dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Terima kasih.

Jambi, 04 Mei 2024

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. Al-Asy'ari ................................................................................................... 3
1. Sejarah lahirnya al-Asy'ari ............................................................... 3
2. Kerangka berfikir al-Asy'ari ............................................................. 4
3. Pokok-pokok pemikiran al-Asy'ari .............................................. 4
B. Al-Maturidi ....................................................................................... 6
1. Sejarah lahirnya al-Maturidi ....................................................... 6
2. Kerangka berfikir al-Maturidi ................................................... 7
3. Pokok-pokok pemikiran al-Maturidi ......................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 10
A. Kesimpulan ............................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 12
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Beragam aliran teologi yang berdiri memiliki sejarah yang cukup panjang,
semuanya tidak terlepas dari para pendirinya dan latar belakang yang
menyertai sampai pada para pengikutnya yang memiliki loyalitas terhadap
aliran tersebut. Makalah ini akan membahas tentang aliran Asy’ariyah yang
berkembang pada abad ke-4 dan ke-5 atau ke-10 dan ke-11. Aliran ini
merupakan salah satu aliran yang muncul atas reaksi terhadap Mu’tazilah
sebagai paham yang memprioritaskan akal sebagai landasan dalam beragama.
Ketidaksepakatan doktrin-doktrin Mu’tazilah tersebut memunculkan aliran
Asy’ariyah yang dipelopori oleh Abu Al-Hasan Al-Asy’ari.

Doktrin-doktrin yang dikemukakan beliau dan para pengikutnya


merupakan penengah diantara aliran-aliran yang ada pada saat itu. Pada
perkembangan selanjutnya aliran ini banyak yang dianut oleh mayoritas umat
islam karena dianggap sebagai aliran Sunni yang mampu mewakili cara
berpikir yang diharapkan umat islam ditengah-tengah pergolakan hati akibat
beberapa aliran yang datang lebih dulu.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Sejarah lahirnya Ahl al-Sunnah Khalaf (Asy’ari dan Maturidi)
b. Kerangka berfikir Ahl al-Sunnah Khalaf (Asy’ari dan Maturidi)
c. Pokok-pokok pemikiran kalam Ahl al-Sunnah Khalaf (Asy’ari dan
Maturidi)

C. TUJUAN PENULISAN
Dalam penulisan karya tulis ini tentunya memiliki tujuan, yaitu :
2

1. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada pembaca


mengenai sejarah lahirnya Ahl al-sunnah Kalaf (Asy'ari dan maturidi)
2. Membantu membangun pemahaman yang lebih baik tentang kerangka
berfikir Ahl al-sunnah Kalaf (Asy'ari dan Maturidi)
3. Membantu pembaca untuk mengetahui pokok-pokok pemikiran
kalam Ahl al-sunnah Kalaf (Asy'ari dan Maturidi)
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Al-Asy'ari
1. Sejarah Lahirnya al-Asy’ari
Nama Asy’ariyah sebagai suatu aliran dalam Ilmu Kalam berasal dari
nama tokoh Imam Abu Hasan al-Asy’ari yang nama lengkapnya adalah
Abu al-Hasan Ali Ibn Isma’il al-Asy’ari. Ia lahir di kota Basrah (Irak) pada
tahun 260 H/873 M dan wafat pada tahun 324 H / 935 M. Dengan menyebut
nama al-Asy’ari dibelakang namanya, benarlah bahwa Imam Abu Hasan
al-Asy’ari mempunyai hubungan darah dengan Abu Musa al-Asy’ari,
seorang sahabat yang menjadi hakam (perantara) dalam sengketa antara Ali
bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Pada usia remaja Abu
Hasan Al-Asy’ari berguru kepada tokoh Mu’tazilah bernama Abu Ali al-
Jubbai. Oleh sebab itu ajaran-ajaran Mu’tazilah sungguh telah didalami
oleh al-Asy’ari sampai ke akar-akarnya. Malah dikatakan Abu Hasan al-
Asy’ari menggeluti paham yang terdapat dalam Mu’tazilah selama lebih
kurang 40 tahun.
Tetapi oleh sebab-sebab yang kurang jelas, Abu Hasan al-Asy’ari
meninggalkan paham Mu’tazilah, dan kemudian membangun suatu sistem
teologi sendiri yang kemudian dikenal dalam sejarah pemikiran Islam
dengan nama aliran Asy’ariyah. Diantara sebab yang sering disebut dalam
menjelaskan keluarnya Abu Hasan al-Asy’ari dari Mu’tazilah adalah
mimpi Asy’ari sendiri yang bertemu dengan Nabi Muhammad SAW
beserta perdebatannya dengan Abu Ali al-Jubbai tentang bagaiman
kedudukan tiga orang, mukmin, kafir, dan anak kecil, kelak di akhirat.

2. Kerangka Berfikir al-Asy’ari


4

Peristiwa perpindahan al-Asy’ari dari aliran Mu’tazilah kepada aliran


Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah menimbulkan beberapa interpretasi dikalangan
para pemikir terutama para ahli teologi menurut Muhammad Abduh, al-Asy’ari
mengambil jalan tengah (wasathan) antara paham teksturalis (paham yang
berpegang teguh pada arti lafaz dari suatu dalil naql) dengan paham rasionalis
(paham yang didasarkan atas pemujaan akal pikiran dan sering menggunakan
takwil dalam memahami dalil naql). Karena al-Asy’ari mengambil jalan
tengah antara golongan rasionalis dan golongan teksturalis, maka cara tersebut
dapat diterima oleh mayoritas kaum muslimin. Nurcholish Madjid dalam
tulisannya menyatakan bahwa al-Asy’ari semula ingin menengahi antara
Qodari dan Jabari dengan teori kasab-nya, kemudian tampak menjadi Jabari.
Sebenarnya yang membuat paham al-Asy’ari menjadi Jabari adalah
pengikutnya.

3. Pokok-pokok Pemikiran al-Asy’ari

Teologi Asy’ariyah dibangun oleh Abu Hasan Ali Ibn Isma’il Asy’ari
yang lahir di Basrah pada tahun 873 M dan wafat di Bagdad pada tahun 935
M. pada mulanya ia adalah murid al-Jubbai dan termasuk salah seorang yang
terkemuka dalam golongan Mu’tazilah. Abu Hasan Ibn Isma’il Asy’ari adalah
seorang yang pada mulanya penganut Mu’tazilah yang tangguh sehinggah ia
mendapatkan perintah dan kepercayaan untuk berdebat dengan orang-orang
yang merupakan lawan Mu’tazilah.

Ajaran Asy’ariyah ini muncul sebagai alternative yang menggantikan


kedudukan ajaran teologi Mu’tazilah yang sudah mulai ditinggalkan oleh orang
sejak zaman al-Mutawakkil. Diketahui bahwa setelah al-Mutawakkil
membatalkan utusan al-Ma’mun yang

menetapkan aliran Mu’tazilah sebagai mazhab negara. Kemudian


kedudukan aliran ini mulai menurun, apalagi setelah al-Mutawakkil
5

menunjukkan sikap penghargaan dan penghormatan terhadap Ibn kambal


sebagai lawan Mu’tazilah terbesar diwaktu itu.

Adapun ajaran teologi Asy’ariyah yang cukup terkenal diantaranya


sebagai berikut.

1. Sifat Tuhan, menurut Asy'ari mustahil Tuhan mengetahui zat-Nya.


Tuhan mengetahui dengan pengetahuan dan pengetahuan-Nya itu
bukanlah zat-Nya semua ini sejalan keterangan ayat-ayat Al-Qur'an
yang umumnya dipahami oleh para mufasir.
2. Dalil adanya Tuhan, menurut Asy'ari kita wajib percaya pada adanya
Tuhan, karena diperintahkan dan perintah ini kita tangkap dengan akal.
Jadi akal itu bukanlah sumber tetapi hanya sebagai alat untuk
mempercayai adanya Tuhan.
3. Perbuatan manusia, Asy'ari menolak paham Qadariyah dan menolak
paham Jabariyah, Asy'ari mengajukan paham kasab. Menurut Asy'ari,
bahwa sesuatu perbuatan terjadi dengan perantaraan daya yang
diciptakan Tuhan dalam diri manusia, dan dengan demikian menjadi
perolehan atau kasab baginya.
4. Pemakaian akal, segala kewajiban manusia hanya dapat diketahui
melalui wahyu. Akal tak dapat membuat sesuatu menjadi wajib dan tak
dapat pula mengetahui bahwa mengerjakan yang baik dan menjauhi
yang buruk adalah wajib bagi manusia.

B. Al-Maturidi

1. Sejarah Lahirnya al-Maturidi


6

Abu Mansur Muhammad Ibn Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi lahir di


Samarkand pada pertengahan kedua dari abad ke-9 M dan meninggal di tahun
944 M. Tidak banyak diketahui mengenai riwayat hidupnya. Ia adalah pengikut
Abu Hanifah dan paham-paham teologinya banyak persamaannya dengan
paham-paham yang dimajukan Abu Hanifah. Sistem pemikiran teologi yang
ditimbulkan Abu Mansur termasuk dalam golongan teologi Ahli Sunnah dan
dikenal dengan nama al-Maturidiah.

Literatur mengenai ajaran-ajaran Abu Mansur dan aliran Maturidiah tidak


sebanyak literatur mengenai ajaran-ajaran Asy’ariah. Buku-buku yang banyak
membahas soal sekte-sekte seperti buku-buku al-Syahrastani, Ibn Hazm, al-
Baghdadi dan lain-lain tidak memuat keterangan-keterangan tentang al-Maturidi
atau pengikut-pengikutnya.

Sebagai pengikut Abu Hanifah yang banyak memakai rasio dalam


pandangan keagamaannya, al-Maturidi banyak pula memakai akal dalam system
teologinya.

Oleh karena itu antara teologinya dan teologi yang ditimbulkan oleh al-
Asy’ari terdapat perbedaan, sungguhpun keduanya timbul sebagai reaksi
terhadap aliran Mu’tazilah.

Salah satu pengikut penting dari al-Maturidi ialah Abu al-Yusr Muhammad
al-Bazdawi (421-493 H). Nenek al-Bazdawi adalah murid dari al-Maturidi, dan
al-Bazdawi mengetahui ajaran-ajaran al-Maturidi dan orang tuanya. Al-
Bazdawi sendiri mempunyai murid-murid dan salah seorang dari mereka ialah
Najm al-Din Muhammad al-Nasafi (460-537 H), pengarang buku al-‘Aqa ‘idal-
Nasafiah.

Seperti al-Baqilani dan al-Juwaini, al-Bazdawi tidak pula selamanya


sepaham dengan al-Maturidi. Antara kedua pemuka aliran Maturidiah ini,
terdapat perbedaan paham sehingga boleh dikatakan bahwa dalam alira
7

Maturidiah terdapat dua golongan: golongan Samarkand yaitu pengikut-


pengikut al-Maturidi sendiri, dan golongan Bukhara yaitu pengikut-pengikut al-
Bazdawi. Kalau golongan Samarkand mempunyai paham-paham yang lebih
dekat kepada paham Mu’tazilah, golongan Bukhara mempunyai pendapat-
pendapat yang lebih dekat kepada pendapat-pendapat al-Asy’ari.

2. Kerangka Berfikir al-Maturidi

Pada masa al-Maturidi, sedang menghangat perdebatan yang melibatkan


ulama fikih dan ahli hadis dengan kaum Mu’tazilah tentang masalah-masalah
teologi. Al-Maturidi, seperti juga al-Asy’ari, berusaha mengambil jalan tengah
menghadapi kedua system pemikiran antara kaum rasional Mu’tazilah yang
sangat liberal dan pemikiran kaum tradisional ortodoks yang ditegakkan oleh
Ibn Hanbal dan pengikutnya. Ignez Gold Ziher memandang bahwa sistem
Asy’ariyah dan sistem Maturidiyah merupakan kecenderungan garis tengah
yang timbul sejak abad X M yang memungkinkan masuknya pengarus
rasionalisme kedalam pemikiran ortodoksi islam. Pengaruh tersebut tampak
lebih jelas pada pemikiran Maturidiyah. Al-Maturidi, pendiri aliran ini,
mempunyai latar belakang pendidikan yang dipengaruhi oleh sistem pemikiran
teologi Hanafi, karena para gurunya adalah murid dari Abu Hanafiah yang
pahamnya bercorak rasional. Karenanya Maturidiyah lebih bercorak liberal
ketimbang pendirian Asy’ariyah yang bercorak lebih mendekati Mu’tazilah.
Demikian pula pendapat-pendapat diantara kedua aliran teologi ini, lebih
banyak terdapat perbedaan daripada persamaannya sekalipun keduanya sama
menentang aliran Mu’tazilah.

3. Pokok-pokok Pemikiran al-Maturidi

Diantara pemikiran al-Maturidi yang penting adalah:

1. Sifat Tuhan, menurut al-Muturidi Tuhan mempunyai sifat-sifat. Tuhan


mengetahui dengan sifat ilmunya, bukan dengan zat-Nya. Tuhan berkuasa
dengan sifat Qudrah-Nya, bukan dengan zat-Nya. Pendapat ini sejalan
dengan pendapat al-Asy'ari.
8

2. Perbuatan manusia al-Muturidi berpendapat, perbuatan manusia


sebenarnya diwujudkan oleh manusia itu sendiri, sekalipun kemauan atau
kehendak untuk berbuat itu merupakan kehendak Tuhan, tapi perbuatan itu
bukanlah perbuatan Tuhan. Dalam hal ini al-Maturidi sependapat dengan
Mu'tazilah.
3. Al-Qur'an, menurut al-Muturidi, Al-Qur'an adalah kalam Allah yang Qadim,
bukan diciptakan sebagaimana paham Mu'tazilah. Untuk ini, al-Muturidi
sepaham dengan al-Asy'ari.
4. Kewajiban Tuhan, al-Muturidi berpendapat Tuhan mempunyai kewajiban-
kewajiban tertentu. Pendapat ini sejalan dengan Mu'tazilah.
5. Muslim yang berdosa besar, ia berpendapat seperti pendapat al-Asy'ari
bahwa muslim yang melakukan dosa besar tetap mukmin, tidak kafir, tidak
pula berada pada tempat diantara dua tempat (al-Manzilah Bain al-
Manzilahtain), sebagaimana paham Mu'tazilah.
6. Janji Tuhan, baik janji memberikan pahala kepada orang yang berbuat baik
maupun ancaman siksa bagi yang berbuat jahat, menurut al-Maturidi, mesti
terjadi. Tuhan akan melaksanakan janji itu, Tuhan tidak akan mungkin
terhadap janjinya. Pendapat ini sejalan Mu'tazilah.
Dari beberapa pendapat al-Muturidi diatas nampak seakan-akan al-
Maturidi berada ditengah, antara Mu'tazilah dan Asy'ari. Sebagian
pendapatnya dekat dengan al-Asy'ari sebagian lain dengan Mu'tazilah.
Meskipun demikian, ia tidak dimasukkan kedalam kelompok Mu'tazilah,
tetapi dikategorikan sebagai, bahkan tokoh utama, Ahlu Sunnah Wal
Jama'ah.
9

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asy’ariyah sebagai suatu aliran dalam Ilmu Kalam berasal dari nama tokoh
Imam Abu Hasan al-Asy’ari yang nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Ali
Ibn Isma’il al-Asy’ari. Ia lahir di kota Basrah (Irak) pada tahun 260 H/873 M
dan wafat pada tahun 324 H / 935 M. Al-Asy’ari mengambil jalan tengah antara
golongan rasionalis dan golongan teksturalis, maka cara tersebut dapat diterima
oleh mayoritas kaum muslimin. Ajaran Asy’ariyah ini muncul sebagai
10

alternative yang menggantikan kedudukan ajaran teologi Mu’tazilah yang sudah


mulai ditinggalkan oleh orang sejak zaman al-Mutawakkil. Diketahui bahwa
setelah al-Mutawakkil membatalkan utusan al-Ma’mun yang menetapkan aliran
Mu’tazilah sebagai mazhab negara.

Abu Mansur Muhammad Ibn Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi lahir di


Samarkand pada pertengahan kedua dari abad ke-9 M dan meninggal di tahun
944 M. Tidak banyak diketahui mengenai riwayat hidupnya. Ia adalah pengikut
Abu Hanifah dan paham-paham teologinya banyak persamaannya dengan
paham-paham yang dimajukan Abu Hanifah. Sistem pemikiran teologi yang
ditimbulkan Abu Mansur termasuk dalam golongan teologi Ahli Sunnah dan
dikenal dengan nama al-Maturidiah. Al-Maturidi, seperti juga al-Asy’ari,
berusaha mengambil jalan tengah menghadapi kedua system pemikiran antara
kaum rasional Mu’tazilah yang sangat liberal dan pemikiran kaum tradisional
ortodoks yang ditegakkan oleh Ibn Hanbal dan pengikutnya. al-Maturidi diatas
nampak seakan-akan ak-Maturidi berada ditengah, antara Mu’tazilah dan
Asy’ari. Sebagian pendapatnya dekat dengan al-Asy’ari sebagian lain dengan
Mu’tazilah. Meskipun demikian, ia tidak dimasukkan kedalam kelompok
Mu’tazilah, tetapi dikategorikan sebagai, bahkan tokoh utama, Ahlu Sunnah Wal
Jama’ah.

B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, baik dari
segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi juga masih
perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca
makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun.
11

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf Yunan, 2014, Alam Pemikiran Islam Pemikiran Kalam, Jakarta:


Prenadamia Grup.
Rohman Abdul Roli dan Khamzah M., 2017, Menjaga Akidah dan
Akhlak, Solo: Pustaka Mandiri.
Nasution Harun, 2015, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa
Perbandingan, Jakarta: Universitas Indonesia.
Ris'an, 2015, Teologi Islam, Jakarta: Prenadamedia group.
Upe Ilyas Muh., 2015, Aqidah Islam, Makassar: Universitas Muslim
Indonesia.
12

Anda mungkin juga menyukai