Makalah Sejarah Peradaban Islam Abbasiyah
Makalah Sejarah Peradaban Islam Abbasiyah
Makalah Sejarah Peradaban Islam Abbasiyah
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karna
berkat limpahan Rahmat dan Karunianya sehingga penulis dapat menyusun
makalah yang berjudul, “Sejarah Peradaban Islam Abbasiyah”.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Dosen Dr. Diny
Mahdany,SHI., M.Pd.I, selaku Dosen Hukum Tatanegara, yang telah
membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Dan kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada teman - teman mahasiswa yang sudah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah.
Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
A. Simpulan .................................................................................................... 18
B. Saran .......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah tak ubahnya kacamata masa lalu yang menjadi pijakan dan
langkah setiap insan di masa mendatang. Seperti yang kita ketahui setelah
tumbangnya kepemimpinan masa khulafaurrasyidin maka berganti pula
sistem pemerintahan Islam pada masa itu menjadi masa daulah, dan dalam
makalah ini akan disajikan sedikit tentang masa daulah Abbasiyah.
Dalam peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu
bukti sejarah peradaban ummat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah
merupakan masa pemerintahan ummat Islam yang memperoleh masa
kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak kesuksesan yang diperoleh
Bani Abbasiyah, baik itu dibidang Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan.
Dan dari segala bidang yang ada menghantarkan daulah Bani Abbasiyah
menjadi salah satu Dinasti yang sangat berpengaruh bagi kemajuan dan
perkembangan peradaban islam di masa itu.1
Disamping kesuksesan dan kegemilangan yang didapatkan oleh ummat
Islam pada masa itu, ternyata daulah Abbasiyah pun mengalami masa
kemunduran. Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan semangat
bagi generasi ummat Islam bahwa peradaban ummat Islam itu pernah
memperoleh masa keemasan yang melampaui kesuksesan negara-negara
Eropa. Bahkan kita harus berbangga karena peradaban yang terjadi dan ada
pada masa Daulah Abbasiyah diadopsi oleh peradaban Eropa hingga saat ini.
Dengan kita mengetahui bahwa dahulu peradaban ummat Islam itu diakui
oleh seluruh dunia, maka akan memotivasi sekaligus menjadi ilmu
pengetahuan kita mengenai sejarah peradaban ummat Islam sehingga kita
1
Drs. Ajid Thohir, M.Ag, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam , cet. I, 2004, hal. 44
1
2
akan mencoba untuk mengulangi masa keemasan itu kembali nantinya oleh
generasi ummat Islam saat ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Abasiyah?
2. Bagaimana sistem politik, pemerintaha dan sosial pada masa Dinasti
Abasiyah?
3. Bagaimana perkembangan peradaban Islam pada masa pemerintahan
Dinasti Abasiyah?
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari ditulisnya makalah ini adalah sebaga berikut :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penulisan makalah ini secara
teoritis adalah menambah ilmu dan pengetahuan yang dapat diaplikasikan
dalam kegiatan belajar mengajar. Juga dengan bertambahnya ilmu, maka
bertambah pula wawasan seseorang akan suatu bidang keilmuan.
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis yang dapat diambil dari penulisan makalah ini yaitu
sebagai berikut :
- Dapat mengaplikasikan materi yang ada dalam makalah kedalam
kegiatan belajar dan mengajar.
- Dapat mengaplikasikan materi pembelajaran tersebut kedalam
kehidupan sehari – hari.
- Dapat memetik pelajaran berharga dari makalah ini dan
menjadikannya motivasi bagi kehidupan.
BAB II
PEMBAHSAN
2
Prof. Dr. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 3, cet. IX, 1997, hlm. 54
3
4
1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh
Persia pertama.
2. Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh
Turki pertama.
3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti
Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga
masa pengaruh Persia kedua.
4. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan
dinasti Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya
disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas
dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota
Baghdad.
3
Drs. Ajid Thohir, M.Ag, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam , cet. I, 2004, hal. 44
5
2. Sistem Sosial
Pada masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa
sebelumnya (Masa Dinasti Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi
beberapa perubahan yang sangat mencolok, yaitu:
a) Tampilnya kelompok mawali dalam pemerintahan serta mendapatkan
tempat yang sama dalam kedudukan sosial.
b) Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa yang
berbeda-beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.)
c) Perkawinan campur yang melahirkan darah campuran.
d) Terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru.
4
Ibid, Hal. 45
6
diterapkan di dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli dalam berbagai ilmu
pengetahuan baik agama maupun non agama juga muncul pada masa ini.
Pesatnya perkembangan peradaban juga didukung oleh kemajuan
ekonomi imperium yang menjadi penghubung dunia timur dan barat.
Stabilitas politik yang relatif baik terutama pada masa Abbasiyah awal ini
juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam.5
a) Perkembangan Intelektual
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai puncak
kejayaan pada masa pemerintahhan Harun ar-Rasyid, kemajuan intelektual
pada waktu itu setidaknya dipengaruhi oleh dua hal yaitu:
1. Terjadinya Asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang
lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan.
Pengaruh Persia pada saat itu sangat penting dibidang pemerintahan.
Selain itu mereka banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan
sastra. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemah-terjemah
dalam banyak bidang ilmu, terutama Filsafat.
2. Gerakan Terjemah Pada masa daulah ini usaha penerjemahan kitab-
kitab asing dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan
terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di
bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dari gerakan
ini muncullah tokoh-tokoh Islam dalam ilmu pengetahuan, antara lain.
a) Bidang filsafat: al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu
Sina, al- Ghazali Ibnu Rusyid.
b) Bidang kedokteran: Jabir ibnu Hayan, Hunain bin Ishaq, Tabib bin
Qurra, Ar-Razi.
c) Bidang Matematika: Umar al-Farukhan, al-Khawarizmi.
d) Bidang astronomi: al-Fazari, al-Battani, Abul watak, al-Farghoni dan
sebagainya.
5
Arief Nur Rahman Al Aziiz, Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan pada Masa Daulah Abbasiyah, (Klaten:
Cempaka Putih, 2003), hlm. 56
7
6
Yanto, Sejarah Perpustakaan Bait Al-Hikmah Pada Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah, “Jurnal
Pendidikan”, Vol. XV, No. 1/Januari – Juni 2015, hlm: 242
8
7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam:Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1997), hlm. 201
9
8
Zain Abidin, Islam Inklusif: Telaah Atas Dokrin dan Sejarah, Humaniora, vol. 4, No. 2/Oktober 2013, hlm. 128.
10
9
Abd Rahman Hamid, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015), hlm. 82.
11
1. Faktor Internal
Berakhirnya kekuasaan dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah
abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah
abbasiyah tidak lagi berada dibawah kekuasaan dinasti tertentu, walaupun
banyak sekali dinasti islam berdiri. Ada diantaranya yang cukup besar, namun
yang terbanyak adalah dinasti kecil. Para khalifah abbasiyah, sudah merdeka
dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah yang
sempit ini menunjukkan kelemahan politknya.10
Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, faktor-faktor
penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya
sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah pada periode ini
sangat kuat, sehingga benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam
sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para
menteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah
lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.
Disamping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan
khilafah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut saling
berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
10
Yatim, badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, 2000. PT Raja Grafindo Persada, cetakan Ke
sebelas), hlm. 173
12
11
Ibid, hlm. 174
13
antara ‘Izz Al-Daulah Bakhtiar, putera Mu’izz Al-Daulah dan ‘Adhad Al-
Daulah, putra Imad Al-Daulah, dalam perebutan jabatan amir al-umara.
Perebutan kekuasaan di kalangan keturan Bani Buwaih ini merupakan
salah satu faktor internal yang membawa kemunduran dan kehancuran
pemerintahan mereka. Sejalan dengan makin melemahnya kekuatan politik
Bani Buwaih, makin banyak pula gangguan dari luar yang membawa
kepada kemunduran dan kehancuran dinasti ini. Jatuhnya kekuasaan Bani
Buwaih ke tangan Seljuk bermula dari perebutan kekuasaan didalam
negeri.
Banyak sejarawan yang menyatakan bahwa perebutan kekuasaan
antara keluarga Bani Abbasiyah ialah ketika terjadinya perang saudara
antara al-Amin dan al-Makmun. Perebutan kekuasaan ini berdampak
sangat buruk terutama setelah terbunuhnya khalifah Al-amin. Peristiwa ini
telah menurunkan prestasi kekhalifahan Dinasti Abbasiyah. Pada masa
pemerintahan khalifah al-Ma’mun muncul berbagai macam
pemberontakan diantaranya adalah pemberontakan Abu Suraya,
pemberontakan Nasr bin Syabats, pemberontakan Baghdad,
pemberontakan Zatti, dan pemberontakan orang-orang Mesir. Kota
Baghdad mengalami krisis akibat perang saudara yang berkepanjangan,
sehingga situasi ekonomi menjadi semakin buruk dan mengancam
keberlangsungan Dinasti Abbasiyah.12
12
Abu bakar, istianah, Sejarah Peradaban Islam, (malang, 2008. UIN- Malang Prees, cetakan
pertama), hlm. 98
14
Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu. Kedua,
orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya ashabiyah
(kesukuan). Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas
ashabiyah tradisional.
Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak merasa puas. Mereka
menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula.
Sementara itu bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di
tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah
bangsa non-Arab ('ajam) di dunia Islam.
Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan berkembang oleh
penguasa. Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem perbudakan
baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki dijadikan pegawai dan
tentara. Khalifah Al-Mu’tashim (218-227 H) yang memberi peluang besar
kepada bangsa Turki untuk masuk dalam pemerintahan. Mereka di
diangkat menjadi orang-orang penting di pemerintahan, diberi istana dan
rumah dalam kota. Mereka pun menjadi dominan dan menguasai tempat
yang mereka diami.13
Setelah al-Mutawakkil (232-247 H), seorang Khalifah yang lemah,
naik tahta, dominasi tentara Turki semakin kuat, mereka dapat menentukan
siapa yang diangkat jadi Khalifah. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas
sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang
Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada
periode ketiga (334-447), dan selanjutnya beralih kepada Dinasti Seljuk,
bangsa Turki pada periode keempat (447-590H).
c. Kemerosotan Ekonomi
Khilafah abbasiyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi
bersamaan dengan kemunduran dibidang politik. Pada periode pertama,
pemerintahan bani abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang
masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Bait al-Mal penuh dengan
13
Ibid, hlm. 99
15
harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh antara lain dari al-Kharaj,
semacam pajak hasil bumi.
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan Negara
menurun, sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya
pendapatan Negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah
kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan, yang menganggu perekonomian
rakyat, diperingannya pajak, dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang
memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan,
pengeluaran membengkak antara lain dsebabkan oleh kehidupan para
khalifah dan pejabat semakin mewah, jenis pengeluran makin beragam,
dan para pejabat melakukan korupsi.
Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian Negara
morat marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah
kekuatan poitik dinasti abbasiyah, kedua faktor ini saling berkaitan dan tak
terpisahkan.
d. Konflik Keagamaan
Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai untuk menjadi
penguasa, maka kekecewaan itu mendorong sebagian mereka
mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme.
Munculnya gerakan yang dikenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda
rasa keimanan para khalifah.14
Khalifah Al-Manshur yang berusaha keras memberantasnya, beliau
juga memerangi Khawarij yang mendirikan Negara Shafariyah di
Sajalmasah pada tahun 140 H. Setelah al Manshur wafat digantikan oleh
putranya Al-Mahdi yang lebih keras dalam memerangi orang-orang Zindiq
bahkan beliau mendirikan jawatan khusus untuk mengawasi kegiatan
mereka serta melakukan mihnah dengan tujuan memberantas bid'ah. Akan
tetapi, semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik antara
kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang
sangat sederhana seperti polemik tentang ajaran, sampai kepada konflik
14
Drs. Ajid Thohir, M.Ag, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam , cet. I, 2004, hal. 65
16
15
Ibid, hlm. 66
17
2. Faktor Eksternal
Apa yang disebutkan diatas adalah factor-faktor internal. Disamping
itu, ada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah abbasiyah
lemah dan akhirnya hancur.
a. Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan
banyak korban.
b. Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang
menghancrkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan
menandai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan muncullah beberapa
kerajaan, yaitu : Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di
Turki, dan Kerajaan Mughal di India.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Penyusun mengakui makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena
itu kami mengharapkan keritik dan saran yang dapat membangun dari dosen
pengampu dan rekan-rekan supaya kami bisa lebih baik lagi, dan untuk
menambah pengetahuan kami tentunya.
18
DAFTAR PUSTAKA