Makalah Sejarah Peradaban Islam Abbasiyah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM ABBASIYAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengajar: Bapak Dr. Diny Mahdany, SHI., M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 5:

NOOR FATMA ZAHURANI(2023180068)


NORHALIFAH NI(2023180072)
SRI HELMA HIDAYAH NI(2023180076)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ULUM KANDANGAN


PROGRAM STUDI HUKUM TATANEGARA
TAHUN 2024 M/1445 H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karna
berkat limpahan Rahmat dan Karunianya sehingga penulis dapat menyusun
makalah yang berjudul, “Sejarah Peradaban Islam Abbasiyah”.

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Dosen Dr. Diny
Mahdany,SHI., M.Pd.I, selaku Dosen Hukum Tatanegara, yang telah
membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Dan kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada teman - teman mahasiswa yang sudah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah.

Kami sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada


makalah ini. Oleh karna itu saran serta kritikan sangat bermanfaat bagi penulis
untuk memperbaiki tulisan serta diri pribadi penulis.

Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Kandangan, Maret 2024


Penulis,

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN. .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Manfaat Penulisan ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Sejarah Lahirnya Dinasti Abbasiyah .................................................... 3


B. Sistem Politik, Pemerintahan dan Sosial Dinasti Abbasiyah .............. 4
C. Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah ......... 5
a. Perkembangan Intelektual .............................................................. 6
b. Perkembangan Peradaban di Bidang Fisik ..................................... 7
c. Kehidupan Perekonomian Daulah Bani Abbasiyah ........................ 7
d. Strategi Kebudayaan dan Rasionalitas ............................................ 9
D. Penyebab Keruntuhan Dinasti Abbasiyah ........................................... 10
1. Faktor Internal ................................................................................. 11
a. Perebutan Kekuasaan Di Pusat Pemerintahan ............................ 11
b. Persaingan Antar Bangsa ........................................................... 13
c. Kemerosotan ekonomi ............................................................... 14
d. Konflik Keagamaan ................................................................... 15
1. Faktor Eksternal .............................................................................. 17

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 18

A. Simpulan .................................................................................................... 18
B. Saran .......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah tak ubahnya kacamata masa lalu yang menjadi pijakan dan
langkah setiap insan di masa mendatang. Seperti yang kita ketahui setelah
tumbangnya kepemimpinan masa khulafaurrasyidin maka berganti pula
sistem pemerintahan Islam pada masa itu menjadi masa daulah, dan dalam
makalah ini akan disajikan sedikit tentang masa daulah Abbasiyah.
Dalam peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu
bukti sejarah peradaban ummat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah
merupakan masa pemerintahan ummat Islam yang memperoleh masa
kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak kesuksesan yang diperoleh
Bani Abbasiyah, baik itu dibidang Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan.
Dan dari segala bidang yang ada menghantarkan daulah Bani Abbasiyah
menjadi salah satu Dinasti yang sangat berpengaruh bagi kemajuan dan
perkembangan peradaban islam di masa itu.1
Disamping kesuksesan dan kegemilangan yang didapatkan oleh ummat
Islam pada masa itu, ternyata daulah Abbasiyah pun mengalami masa
kemunduran. Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan semangat
bagi generasi ummat Islam bahwa peradaban ummat Islam itu pernah
memperoleh masa keemasan yang melampaui kesuksesan negara-negara
Eropa. Bahkan kita harus berbangga karena peradaban yang terjadi dan ada
pada masa Daulah Abbasiyah diadopsi oleh peradaban Eropa hingga saat ini.
Dengan kita mengetahui bahwa dahulu peradaban ummat Islam itu diakui
oleh seluruh dunia, maka akan memotivasi sekaligus menjadi ilmu
pengetahuan kita mengenai sejarah peradaban ummat Islam sehingga kita

1
Drs. Ajid Thohir, M.Ag, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam , cet. I, 2004, hal. 44

1
2

akan mencoba untuk mengulangi masa keemasan itu kembali nantinya oleh
generasi ummat Islam saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Abasiyah?
2. Bagaimana sistem politik, pemerintaha dan sosial pada masa Dinasti
Abasiyah?
3. Bagaimana perkembangan peradaban Islam pada masa pemerintahan
Dinasti Abasiyah?

C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari ditulisnya makalah ini adalah sebaga berikut :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penulisan makalah ini secara
teoritis adalah menambah ilmu dan pengetahuan yang dapat diaplikasikan
dalam kegiatan belajar mengajar. Juga dengan bertambahnya ilmu, maka
bertambah pula wawasan seseorang akan suatu bidang keilmuan.
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis yang dapat diambil dari penulisan makalah ini yaitu
sebagai berikut :
- Dapat mengaplikasikan materi yang ada dalam makalah kedalam
kegiatan belajar dan mengajar.
- Dapat mengaplikasikan materi pembelajaran tersebut kedalam
kehidupan sehari – hari.
- Dapat memetik pelajaran berharga dari makalah ini dan
menjadikannya motivasi bagi kehidupan.
BAB II
PEMBAHSAN

A. Sejarah Lahirnya Dinasti Abbasiyah


Daulah Bani Abbasiyah diambil dari nama Al-Abbas bin Abdul
Mutholib, paman Nabi Muhammad SAW. Pendirinya ialah Abdullah As-
Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan sebutan
Abul Abbas As-Saffah. Daulah Bani Abbasiyah berdiri antara tahun 132 –
656 H / 750 – 1258 M. Lima setengah abad lamanya keluarga Abbasiyah
menduduki singgasana Khilafah Islamiyah. Pusat pemerintahannya di kota
Baghdad.
Awal kekuasaan Dinasti Bani Abbas ditandai dengan pembangkangan
yang dilakukan oleh Dinasti Umayah di Andalusia (Spanyol). Di satu sisi,
Abd al-Rahman al-Dakhil bergelar amir (jabatan kepala wilayah ketika itu);
sedangkan disisi yang lain, ia tidak tunduk kepada khalifah yang ada di
Baghdad. Pembangkangan Abd al-Rahman al-Dakhil terhadap Bani Abbas
mirip dengan pembangkangan yang dilakukan oleh muawiyah terhadap Ali
Ibn Abi Thalib. Dari segi durasi, kekuasaan Dinasti Bani Abbas termasuk
lama, yaitu sekitar lima abad.
Bani Abbasiyah mempunyai kholifah sebanyak 37 orang. Dari masa
pemerintahan Abul Abbas As-Saffah sampai Kholifah Al-Watsiq Billah
agama Islam mencapai zaman keemasan (132 – 232 H / 749 – 879 M). Dan
pada masa kholifah Al-Mutawakkil sampai dengan Al-Mu’tashim, Islam
mengalami masa kemunduran dan keruntuhan akibat serangan bangsa
Mongol Tartar pimpinan Hulakho Khan pada tahun 656 H / 1258 M.2
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan
berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya.
Berdasarkan pola pemerintahan dan pola politik itu para sejarawan biasanya
membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :

2
Prof. Dr. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 3, cet. IX, 1997, hlm. 54

3
4

1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh
Persia pertama.
2. Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh
Turki pertama.
3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti
Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga
masa pengaruh Persia kedua.
4. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan
dinasti Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya
disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas
dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota
Baghdad.

B. Sistem Politik, Pemerintahan dan Sosial Dinasti Abbasiyah


1. Sistem Politik dan Pemerintahan
Khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas yang sekaligus
dianggap sebagai pendiri Bani Abbas, menyebut dirinya dengan julukan
Al-Saffah yang berarti Sang Penumpah Darah. Sedangkan Khalifah
Abbasiyah kedua mengambil gelar Al-Mansur dan meletakkan dasar-
dasar pemerintahan Abbasiyah. Di bawah Abbasiyah, kekhalifahan
berkembang sebagai system politik. Dinasti ini muncul dengan bantuan
orang-orang Persia yang merasa bosan terhadap Bani Umayyah di dalam
masalah sosial dan politik diskriminastif. Khalifah-khalifah Abbasiyah
yang memakai gelar “Imam” yang memiliki arti pemimpin masyarakat
muslim bertujuan untuk menekankan arti keagamaan kekhalifahan.
Abbasiyah mencontoh tradisi Umayyah di dalam mengumumkan lebih
dari satu putra mahkota raja.3
Al-Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah.
Di masa pemerintahannya Baghdad dibagun menjadi ibu kota Dinasti

3
Drs. Ajid Thohir, M.Ag, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam , cet. I, 2004, hal. 44
5

Abbasiyah dan merupakan pusat perdagangan serta kebudayaan. Hingga


Baghdad dianggap sebagai kota terpenting di dunia pada saat itu yang
kaya akan ilmu pengetahuan dan kesenian. Hingga beberapa dekade
kemudian dinasti Abbasiyah mencapai masa kejayaan.4
Ada beberapa sistem politik yang dijalankan oleh Daulah
Abbasiyah yaitu:
a) Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat
lainnya diambil dari kaum mawalli.
b) Kota Bagdad dijadikan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat
kegiatan politik, ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta
terbuka untuk siapa saja, termasuk bangsa dan penganut agama lain.
c) Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang mulia, yang penting
dan sesuatu yang harus dan perlu untuk dikembangkan.
d) Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia.

2. Sistem Sosial
Pada masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa
sebelumnya (Masa Dinasti Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi
beberapa perubahan yang sangat mencolok, yaitu:
a) Tampilnya kelompok mawali dalam pemerintahan serta mendapatkan
tempat yang sama dalam kedudukan sosial.
b) Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa yang
berbeda-beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.)
c) Perkawinan campur yang melahirkan darah campuran.
d) Terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru.

C. Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah


Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam. Khalifah-
khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu
pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat
peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan

4
Ibid, Hal. 45
6

diterapkan di dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli dalam berbagai ilmu
pengetahuan baik agama maupun non agama juga muncul pada masa ini.
Pesatnya perkembangan peradaban juga didukung oleh kemajuan
ekonomi imperium yang menjadi penghubung dunia timur dan barat.
Stabilitas politik yang relatif baik terutama pada masa Abbasiyah awal ini
juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam.5

a) Perkembangan Intelektual
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai puncak
kejayaan pada masa pemerintahhan Harun ar-Rasyid, kemajuan intelektual
pada waktu itu setidaknya dipengaruhi oleh dua hal yaitu:
1. Terjadinya Asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang
lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan.
Pengaruh Persia pada saat itu sangat penting dibidang pemerintahan.
Selain itu mereka banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan
sastra. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemah-terjemah
dalam banyak bidang ilmu, terutama Filsafat.
2. Gerakan Terjemah Pada masa daulah ini usaha penerjemahan kitab-
kitab asing dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan
terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di
bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dari gerakan
ini muncullah tokoh-tokoh Islam dalam ilmu pengetahuan, antara lain.
a) Bidang filsafat: al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu
Sina, al- Ghazali Ibnu Rusyid.
b) Bidang kedokteran: Jabir ibnu Hayan, Hunain bin Ishaq, Tabib bin
Qurra, Ar-Razi.
c) Bidang Matematika: Umar al-Farukhan, al-Khawarizmi.
d) Bidang astronomi: al-Fazari, al-Battani, Abul watak, al-Farghoni dan
sebagainya.

5
Arief Nur Rahman Al Aziiz, Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan pada Masa Daulah Abbasiyah, (Klaten:
Cempaka Putih, 2003), hlm. 56
7

b) Perkembangan Peradaban di Bidang Fisik


Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat
maju pesat, karena upaya upaya dilakukan oleh para Khalifah di bidang
fisik. Hal ini dapat kita lihat dari bangunan – bangunan yang berupa:
a. Kuttab, yaitu tempat belajar dalam tingkatan pendidikan rendah
dan menengah.
b. Majlis Muhadharah,yaitu tempat pertemuan para ulama,
sarjana,ahli pikir dan pujangga untuk membahas masalah-masalah
ilmiah.
c. Darul Hikmah, Adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun
Ar-Rasyid. Ini merupakan perpustakaan terbesar yang di dalamnya
juga disediakan tempat ruangan belajar.
d. Madrasah, Perdana menteri Nidhomul Mulk adalah orang yang
mula-mula mendirikan sekolah dalam bentuk yang ada sampai
sekarang ini, dengan nama Madrasah.
e. Masjid, Biasanya dipakai untuk pendidikan tinggi dan tahassus.
Pada masa Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik
seperti kehidupan ekonomi: pertanian, perindustrian, perdagangan
berhasil dikembangkan oleh Khalifah Mansyur.

c) Kehidupan Perekonomian Daulah Bani Abbasiyah


Permulaan masa kepemimpinan Bani Abbassiyah, perbendaharaan
negara penuh dan berlimpah - limpah, uang masuk lebih banyak daripada
pengeluaran. Yang menjadi Khalifah adalah Mansyur. Dia betul-betul
telah meletakkan dasar - dasar yang kuat bagi ekonomi dan keuangan
negara. Dia mencontohkan Khalifah Umar bin Khattab dalam menguatkan
Islam.6
Dan keberhasilan kehidupan ekonomi maka berhasil pula dalam :

6
Yanto, Sejarah Perpustakaan Bait Al-Hikmah Pada Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah, “Jurnal
Pendidikan”, Vol. XV, No. 1/Januari – Juni 2015, hlm: 242
8

1. Pertanian, Khalifah membela dan menghormati kaum tani, bahkan


meringankan pajak hasil bumi mereka, dan ada beberapa yang
dihapuskan sama sekali.
2. Perindustrian, Khalifah menganjurkan untuk beramai-ramai
membangun berbagai industri, sehingga terkenallah beberapa kota dan
industri-industrinya.
3. Perdagangan, Segala usaha ditempuh untuk memajukan perdagangan
seperti:
a. Membangun sumur dan tempat-tempat istirahat di jalan-jalan yang
dilewati kafilah dagang.
b. Membangun armada-armada dagang.
c. Membangun armada : untuk melindungi parta-partai negara dari
serangan bajak laut.
Usaha-usaha tersebut sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan
perdagangan dalam dan luar negeri. Akibatnya kafilah-kafilah dagang
kaum muslimin melintasi segala negeri dan kapal-kapal dagangnya
mengarungi tujuh lautan. Selain ketiga hal tersebut, juga terdapat
peninggalan-peninggalan yang memperlihatkan kemajuan pesat Bani
Abbassiyah.7
1. Istana Qarruzzabad di Baghdad
2. Istana di kota Samarra
3. Bangunan-bangunan sekolah
4. Kuttab
5. Masjid
6. Majlis Muhadharah
7. Darul Hikmah
8. Masjid Raya Kordova (786 M)
9. Masjid Ibnu Taulon di Kairo (876 M)
10. Istana Al Hamra di Kordova

7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam:Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1997), hlm. 201
9

11. Istana Al Cazar, dan lain-lain (Ma’ruf,1996:39-40).

d) Strategi Kebudayaan dan Rasionalitas


Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa kebebasan berpikir
diakui sepenuhnya sebagai hak asasi setiap manusia oleh Daulah
Abbasiyah. Oleh karena itu, pada waktu itu akal dan pikiran benar-benar
dibebaskan dari belenggu taqlid, sehingga orang leluasa mengeluarkan
pendapat. Berawal dari itu, zaman pemerintahan Abbasiyah awal
melahirkan 4 Imam Madzhab yang ulung, mereka adalah Syafi’i, Hanafi,
Hambali, dan Maliki. Disamping itu, zaman pemerintahan Abbasiyah awal
itu juga melahirkan Ilmu Tafsir al-Quran dan pemisahnya dari Ilmu
Hadits. Sebelumnya, belum terdapat penafsiran seluruh al-Quran, yang ada
hanyalah Tafsir bagi sebagian ayat dari berbagai surah, yang dibuat untuk
tujuan tertentu (Syalaby, 1997:187). Dalam negara Islam di masa Bani
Abbassiyah berkembang corak kebudayaan, yang berasal dari beberapa
bangsa. Apa yang terjadi dalam unsur bangsa, terjadi pula dalam
unsur kebudayaan. Dalam masa sekarang ini berkembang empat unsur
kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan akal/rasio yaitu Kebudayaan
Persia, Kebudayaan Yunani, Kebudayaan Hindi dan Kebudayaan Arab dan
berkembangnya ilmu pengetahuan.8
1. Kebudayaan Persia, Pesatnya perkembangan kebudayaan Persia di
zaman ini karena 2 faktor, yaitu :
a. Pembentukan lembaga wizarah
b. Pemindahan ibu kota
2. Kebudayaan yunani
Sebelum dan sesudah Islam, terkenallah di Timur beberapa kota
yang menjadi pusat kehidupan kebudayaan Yunani. Yang paling
termasyur diantaranya adalah:
a. undaisabur, Terletak di Khuzistan, dibangun oleh Sabur yang
dijadikan tempat pembuangan para tawanan Romawi. Setelah jatuh

8
Zain Abidin, Islam Inklusif: Telaah Atas Dokrin dan Sejarah, Humaniora, vol. 4, No. 2/Oktober 2013, hlm. 128.
10

di bawah kekuasaan Islam. Sekolah-sekolah tinggi kedokteran


yang asalnya diajar berbagai ilmu Yunani dan bahasa Persia,
diadakan perubahan-perubahan dan pembaharuan.
b. Harran,Kota yang dibangun di utara Iraq yang menjadi pusat
pertemuan segala macam kebudayaan. Warga kota Harran
merupakan pengembangan kebudayaan Yunani terpenting di
zaman Islam, terutama dimasa Daulah Abbassiyah.
c. Iskandariyyah, Ibukota Mesir waktu menjadi jajahan Yunani.
Dalam kota Iskandariyyah ini lahir aliran falsafah terbesar yang
dikenal “Filsafat Baru Plato” (Neo Platonisme). Dalam masa Bani
Abbassiyah hubungan alam pemikiran Neo Platonisme bertambah
erat dengan alam pikiran kaum muslimin.9

3. Kebudayaan Hindi, Peranan orang India dalam membentuk


kebudayaan Islam terjadi dengan dua cara:
a. Secara langsung, Kaum muslimin berhubungan langsung dengan
orang-orang India seperti lewat perdagangan dan penaklukan.
b. Secara tak langsung,penyaluran kebudayaan India ke dalam
kebudayaan Islam lewat kebudayaan Persia.
4. Kebudayaan Arab
Masuknya kebudayaan Arab ke dalam kebudayaan Islam terjadi
dengan dua jalan utama, yaitu :
a. Jalan Agama, Mengharuskan mempelajari Qur’an, Hadist, Fiqh
yang semuanya dalam bahasa Arab.
b. Jalan Bahasa,Jazirah Arabia adalah sumber bahasa Arab, bahasa
terkaya diantara rumpun bahasa samy dan tempat lahirnya Islam.

D. Penyebab Keruntuhan Dinasti Abbasiyah


Meskipun Daulah Abbasiyah begitu bercahaya dalam mendulang
kesuksesan dalam hampir segala bidang, namun akhirnya iapun mulai kaku

9
Abd Rahman Hamid, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015), hlm. 82.
11

dan akhirnya runtuh. Menurut beberapa literatur, ada beberapa sebab


keruntuhan dinasti Abbasyiah, yaitu:

1. Faktor Internal
Berakhirnya kekuasaan dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah
abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah
abbasiyah tidak lagi berada dibawah kekuasaan dinasti tertentu, walaupun
banyak sekali dinasti islam berdiri. Ada diantaranya yang cukup besar, namun
yang terbanyak adalah dinasti kecil. Para khalifah abbasiyah, sudah merdeka
dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah yang
sempit ini menunjukkan kelemahan politknya.10
Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, faktor-faktor
penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya
sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah pada periode ini
sangat kuat, sehingga benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam
sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para
menteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah
lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.
Disamping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan
khilafah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut saling
berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Perebutan Kekuasaan Dipusat Pemerintahan


Salah satu faktor yang menyebabkan peran politik bani abbas
menurun adalah perebutan kekuasaan dipusat pemerintahan. Hal ini
sebenarnya terjadi dalam pemerintahan-pemerintahan islam sebelumnya.
Tetapi, apa yang terjadi pada pemerintahan abbasiyah berbeda dengan
yang terjadi sebelumnya.
Pertumpahan darah pertama dalam islam karena perebutan kekuasaan
terjadi pada masa kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib. Pemberonakan-

10
Yatim, badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, 2000. PT Raja Grafindo Persada, cetakan Ke
sebelas), hlm. 173
12

pemberontakan yang muncul pada masa Ali ini bertujuan untuk


menjatuhkannya dari kursi khilafah dan diganti oleh pemimpin
pemberontak itu. Hal yang sama juga terjadi pada masa pemerintahan bani
umayyah di Damaskus. Pemberontakan-pemberontakan sering terjadi,
diantaranya pemberontakan Husein ibn Ali, Syi’ah yang dipimpin oleh Al-
Mukhtar dan terakhir pemberontakan bani abbas yang untuk pertama
kalinya menggunakan nama gerakan bani abbas pemberontakan terakhir
ini berhasil dan kemudian mendirikan pemerintahan baru yang diberi nama
khilafah abbasiyah atau bani abbas. Hal ini terjadi karena khalifah sudah
dianggap sebagai jabatan keagamaan yang sakral dan tidak bisa diganggu
gugat lagi. Sedangkan, kekuasaan dapat didirikan dipusat maupun didaerah
yang jauh dari pusat pemerintahan dalam bentuk dinasti-dinasti kecil yang
merdeka. Tentara turki berhasil merebut kekuasaan tersebut. Ditangan
mereka khalifah bagaikan boneka yang tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan,
merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah sesuai dengan
keinginan politik mereka.
Setelah kekuasaan berada ditangan orang-orang turki pada periode
kedua, pada periode ketiga (334 H/945-447 H/1055 M), daulat abbasiyah
dibawah kekuasaan bani buwaih.
Kehadiran Bani Buwaih berawal dari tiga orang putra abu syuja’
buwaih, pencari ikan yang tinggal didaerah Dailam, yaitu Ali, Hasan, dan
Ahmad. Untuk keluar dari tekanan kemiskinan, tiga bersaudara ini
memasuki dinas militer yang ketika itu dipandang banyak mendatangkan
rezeki. Karena prestasi mereka, Mardawij mengangkat Ali menjadi
gubernur Al-karaj, dan dua saudaranya diberi kedudukan penting lainnya.
Dari Al-Karaj itulah ekspansi kekuasaan Bani Buwaih bermula. Pertama-
tama Ali berhasil menaklukan daerah-daerah di Persia dan menjadikan
Syiraz sebagai pusat pemerintahan.11
Kekuatan politik Bani Buwaih tidak lama bertahan. Setelah generasi
pertama, tiga bersaudara tersebut, kekuasaan menjadi ajang pertikaian

11
Ibid, hlm. 174
13

antara ‘Izz Al-Daulah Bakhtiar, putera Mu’izz Al-Daulah dan ‘Adhad Al-
Daulah, putra Imad Al-Daulah, dalam perebutan jabatan amir al-umara.
Perebutan kekuasaan di kalangan keturan Bani Buwaih ini merupakan
salah satu faktor internal yang membawa kemunduran dan kehancuran
pemerintahan mereka. Sejalan dengan makin melemahnya kekuatan politik
Bani Buwaih, makin banyak pula gangguan dari luar yang membawa
kepada kemunduran dan kehancuran dinasti ini. Jatuhnya kekuasaan Bani
Buwaih ke tangan Seljuk bermula dari perebutan kekuasaan didalam
negeri.
Banyak sejarawan yang menyatakan bahwa perebutan kekuasaan
antara keluarga Bani Abbasiyah ialah ketika terjadinya perang saudara
antara al-Amin dan al-Makmun. Perebutan kekuasaan ini berdampak
sangat buruk terutama setelah terbunuhnya khalifah Al-amin. Peristiwa ini
telah menurunkan prestasi kekhalifahan Dinasti Abbasiyah. Pada masa
pemerintahan khalifah al-Ma’mun muncul berbagai macam
pemberontakan diantaranya adalah pemberontakan Abu Suraya,
pemberontakan Nasr bin Syabats, pemberontakan Baghdad,
pemberontakan Zatti, dan pemberontakan orang-orang Mesir. Kota
Baghdad mengalami krisis akibat perang saudara yang berkepanjangan,
sehingga situasi ekonomi menjadi semakin buruk dan mengancam
keberlangsungan Dinasti Abbasiyah.12

b. Persaingan Antar Bangsa


Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan
orang-orang Persia. Persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib
kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-
sama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas
tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Ibnu Khaldun, ada dua
sebab dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia dari pada orang-
orang Arab. Pertama, sulit bagi orang-orang Arab untuk melupakan Bani

12
Abu bakar, istianah, Sejarah Peradaban Islam, (malang, 2008. UIN- Malang Prees, cetakan
pertama), hlm. 98
14

Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu. Kedua,
orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya ashabiyah
(kesukuan). Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas
ashabiyah tradisional.
Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak merasa puas. Mereka
menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula.
Sementara itu bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di
tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah
bangsa non-Arab ('ajam) di dunia Islam.
Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan berkembang oleh
penguasa. Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem perbudakan
baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki dijadikan pegawai dan
tentara. Khalifah Al-Mu’tashim (218-227 H) yang memberi peluang besar
kepada bangsa Turki untuk masuk dalam pemerintahan. Mereka di
diangkat menjadi orang-orang penting di pemerintahan, diberi istana dan
rumah dalam kota. Mereka pun menjadi dominan dan menguasai tempat
yang mereka diami.13
Setelah al-Mutawakkil (232-247 H), seorang Khalifah yang lemah,
naik tahta, dominasi tentara Turki semakin kuat, mereka dapat menentukan
siapa yang diangkat jadi Khalifah. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas
sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang
Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada
periode ketiga (334-447), dan selanjutnya beralih kepada Dinasti Seljuk,
bangsa Turki pada periode keempat (447-590H).

c. Kemerosotan Ekonomi
Khilafah abbasiyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi
bersamaan dengan kemunduran dibidang politik. Pada periode pertama,
pemerintahan bani abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang
masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Bait al-Mal penuh dengan

13
Ibid, hlm. 99
15

harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh antara lain dari al-Kharaj,
semacam pajak hasil bumi.
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan Negara
menurun, sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya
pendapatan Negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah
kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan, yang menganggu perekonomian
rakyat, diperingannya pajak, dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang
memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan,
pengeluaran membengkak antara lain dsebabkan oleh kehidupan para
khalifah dan pejabat semakin mewah, jenis pengeluran makin beragam,
dan para pejabat melakukan korupsi.
Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian Negara
morat marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah
kekuatan poitik dinasti abbasiyah, kedua faktor ini saling berkaitan dan tak
terpisahkan.
d. Konflik Keagamaan
Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai untuk menjadi
penguasa, maka kekecewaan itu mendorong sebagian mereka
mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme.
Munculnya gerakan yang dikenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda
rasa keimanan para khalifah.14
Khalifah Al-Manshur yang berusaha keras memberantasnya, beliau
juga memerangi Khawarij yang mendirikan Negara Shafariyah di
Sajalmasah pada tahun 140 H. Setelah al Manshur wafat digantikan oleh
putranya Al-Mahdi yang lebih keras dalam memerangi orang-orang Zindiq
bahkan beliau mendirikan jawatan khusus untuk mengawasi kegiatan
mereka serta melakukan mihnah dengan tujuan memberantas bid'ah. Akan
tetapi, semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik antara
kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang
sangat sederhana seperti polemik tentang ajaran, sampai kepada konflik

14
Drs. Ajid Thohir, M.Ag, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam , cet. I, 2004, hal. 65
16

bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan al-


Afsyin dan Qaramithah adalah contoh konflik bersenjata itu.
Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak
berlindung di balik ajaran Syi'ah, sehingga banyak aliran Syi'ah yang
dipandang ghulat (ekstrim) dan dianggap menyimpang oleh penganut
Syi'ah sendiri. Aliran Syi'ah memang dikenal sebagai aliran politik dalam
Islam yang berhadapan dengan pahamAhlussunnah. Antara keduanya
sering terjadi konflik yang kadang-kadang juga melibatkan penguasa. Al-
Mutawakkil, misalnya, memerintahkan agar makam Husein Ibn Ali di
Karballa dihancurkan. Namun anaknya, al-Muntashir (861-862 M.),
kembali memperkenankan orang syi'ah "menziarahi" makam Husein
tersebut. Syi'ah pernah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah melalui Bani
Buwaih lebih dari seratus tahun. Dinasti Idrisiyah di Marokko dan khilafah
Fathimiyah di Mesir adalah dua dinasti Syi'ah yang memerdekakan diri
dari Baghdad yang Sunni.
Selain itu terjadi juga konflik dengan aliran Islam lainnya seperti
perselisihan antara Ahlusunnah dengan lahirnya tiga kelompok umat:
pengikut Muawiyah, Syi’ah, dan Khawarij. Ketiga kelompok ini
senantiasa berebut pengaruh. Yang senantiasa berpengaruh pada
kekhalifaan Abbasiyah adalah kelompok Sunni dan kelompok Syi’ah.
Walaupun pada masa-masa tertentu antara kelompok Sunni dan Kelompok
Syi’ah saling mendukung, misalnya pada masa pemerintahan Buwaihi,
antara kedua kelompok tak pernah ada satu kesepakatan.15
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik
antara muslim dan Zindiq atau Ahlussunnah dengan Syi’ah saja, tetapi
juga antar aliran dalam Islam. Mu’tazilah yang cenderung nasional
dituduh sebagai pembuat bid’ah oleh golongan salaf. Perselisihan antara
dua golongan ini dipertajam oleh Al-ma’mun. Khalifah ketujuh dinasti
Abbasiyah ( 813-833M.), dengan menjadikan Mu’tazilah sebagai mazhab
resmi Negara dan melakukan mihnah. Pada masa Al-Mutawakkil (847-

15
Ibid, hlm. 66
17

861), aliran Mu’tazilah dibatalkan sebagai aliran negara dan golongan


salaf kembali naik daun. Tidak toleranya pengikut Hambali itu (salaf)
terhadap Mu’tazilah yang rasional telah menyempitkan horizon intelektual.
Aliran Mu’tazilah bangkit kembali pada masa dinasti Buwaih. Namun,
pada masa dinasti Seljuk yang menganut aliran Asy’ariyah, penyingkiran
golongan Mu’tazilah mulai dilakukan secara sistematis. Dengan dukungan
penguasa aliran Asy’ariyah tumbuh subur dan Berjaya. Pikiran-pikiran Al-
Gazali yang mendukung aliran ini menjadi ciri utama paham Ahlussunnah.
Pemikiran-pemikiran tersebut mempunyai efek yang tidak menguntungkan
bagi pengembangan kreativitas intelektual Islam, konon sampai sekarang.

2. Faktor Eksternal
Apa yang disebutkan diatas adalah factor-faktor internal. Disamping
itu, ada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah abbasiyah
lemah dan akhirnya hancur.
a. Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan
banyak korban.
b. Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang
menghancrkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan
menandai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan muncullah beberapa
kerajaan, yaitu : Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di
Turki, dan Kerajaan Mughal di India.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Daulah Bani Abbasiyah diambil dari nama Al-Abbas bin Abdul


Mutholib, paman Nabi Muhammad SAW. Pendirinya ialah Abdullah As-
Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan sebutan
Abul Abbas As-Saffah.
Al-Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah. Di
masa pemerintahannya Baghdad dibagun menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah
dan merupakan pusat perdagangan serta kebudayaan. Hingga Baghdad
dianggap sebagai kota terpenting di dunia pada saat itu yang kaya akan ilmu
pengetahuan dan kesenian. Hingga beberapa dekade kemudian dinasti
Abbasiyah mencapai masa kejayaan.
Pada sistem social Abbasiyah adalah sambungan dari masa sebelumnya
(Masa Dinasti Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi beberapa
perubahan yang sangat mencolok mulai dari perkembangan intelektual, fisik,
perekonomian dan kebudayaan. Adapun penyebab Keruntuhan Dinasti Abasiyah
yang terjadi oleh faktor eksternal dan faktor internal.
Sedangkn secara ekternal disebabkan oleh karena Abbasiyah
menghadapi perlawanan yang sangat gencar dari dunia luar. Pertama, mereka
mendapat serangan secara tidak langsung dari pasukan Salib di Barat. Kedua,
serangan secara langsung dari orang Mongol yang berasal dari Timur ke
wilayah kekuasaan Islam.

B. Saran
Penyusun mengakui makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena
itu kami mengharapkan keritik dan saran yang dapat membangun dari dosen
pengampu dan rekan-rekan supaya kami bisa lebih baik lagi, dan untuk
menambah pengetahuan kami tentunya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Sejarah Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.1996

Hasimy, A, Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1993

Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Surabaya : Logos Wacana


Ilmu. 1997

Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada. 2004

Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta : PT Alhusna Zikra.1997

Yanto, Sejarah Perpustakaan Bait Al-Hikmah Pada Masa Keemasan Dinasti


Abbasiyah, “Jurnal Pendidikan”, Vol. XV, No. 1/Januari – Juni 2015

Yatim, badri, Dr., M. A. Sejarah peradaban islam. Jakrta: PT. Rajagrafindo


Persada, 2011

Anda mungkin juga menyukai