Bab 1. Pendahuluan RDRT Kambang (ANALISA U)
Bab 1. Pendahuluan RDRT Kambang (ANALISA U)
Bab 1. Pendahuluan RDRT Kambang (ANALISA U)
BAB -1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Secara umum perkembangan suatu kota dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor utama yaitu
faktor perkembangan penduduk yang diiringi oleh faktor perkembangan aktivitas masyarakat
kota. Faktor perkembangan penduduk timbul karena adanya pertambahan penduduk secara
alami (kelahiran) ataupun pertambahan penduduk akibat adanya arus migrasi. Dengan
meningkatnya jumlah penduduk kota secara otomatis akan mempengaruhi pola perilaku
sosial, budaya dan ekonomi dari masyarakat perkotaan yang mengakibatkan berkembangnya
pola aktivitas masyarakat kota dari adanya perubahan pada pola prilaku sosial, budaya dan
ekonomi dari masyarakat kota tersebut.
Konsekuensi dari perubahan pola prilaku sosial, budaya dan ekonomi dari masyarakat
ini berpengaruh pada perubahan fisik suatu kota yang secara langsung menyebabkan
peningkatan akan kebutuhan ruang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat kota.
|
LAPORAN ANTARA BAB I-1
PEMBUATAN (RDTR) KOTA KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG
fungsional yang direncanakan oleh perencanaan ruang diatasnya, dalam mewujudkan ruang
yang serasi, seimbang, aman, nyaman dan produktif. Muatan yang direncanakan dalam RDTR
kegiatan berskala kawasan atau lokal dan lingkungan dan atau kegiatan khusus yang
mendesak dalam pemenuhan kebutuhannya. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun
2020 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010-2030.
Diamanatkan, Kota Kambang merupakan Pusat Pengembangan Kawasan (PPK), serta pada
Revisi RTRW Propinsi Sumatera Barat diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKL) untuk
dapat di susun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) nya.
|
LAPORAN ANTARA BAB I-2
PEMBUATAN (RDTR) KOTA KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG
mengutamakan kepentingan bersama sebagai prioritas serta mengacu pada dokumen RTRW
yang telah ada.
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
2. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
4. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola
ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
5. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya.
6. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
7. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah kesesuaian antara rencana kegiatan
pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang.
8. Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah dokumen yang menyatakan
kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan RDTR.
9. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
10. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara
terperinci tentang tata ruang wilayah WP Langsa 1 yang dilengkapi dengan peraturan
zonasi WP.
11. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang selanjutnya disingkat RTBL adalah
panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan untuk mengendalikan pemanfaatan
ruang yang memuat rencana program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan
panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana dan pedoman
pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan atau kawasan.
|
LAPORAN ANTARA BAB I-3
PEMBUATAN (RDTR) KOTA KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG
12. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang
secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
13. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
14. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek
fungsional.
15. Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disingkat WP adalah bagian dari kota atau
kawasan strategis daerah yang akan atau perlu disusun RDTRnya, sesuai arahan atau
yang ditetapkan di dalam RTRW.
16. Sub Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disingkat SWP adalah bagian dari WP yang
dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri dari beberapa blok.
17. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang
nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, slauran udara tegangan
ekstra tinggi dan pantai, atau yang belum nyata seperti rencana jaringan jalan dan
rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota.
18. Sub Blok adalah pembagian fisik dalam satu blok berdasarkan perbedaan sub zona.
RDTR merupakan rencana yang menetapkan blok pada kawasan fungsional sebagai
penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan antar kegiatan
dalam kawasan fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan
kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut. RDTR ditetapkan dengan perda
kabupaten/kota. Dalam hal ini RDTR telah ditetapkan sebagai perda terpisah dari zonasi
sebelum keluarnya pedoman ini, maka peraturan zonasi ditetapkan dengan perda
kabupaten/kota.
Bagian dari wilayah yang akan disusun RDTR tersebut merupakan kawasan perkotaan
atau kawasan strategis kabupaten/kota. Kawasan strategis kabupaten/kota dapat disusun
RDTR apabila merupakan: a. Kawasan yang mempunyai ciri perkotaan atau direncanakan
menjadi kawasan perkotaan; dan b. Memenuhi kriteria lingkup wilayah perencanaan RDTR
yang ditetapkan dalam pedoman ini
|
LAPORAN ANTARA BAB I-4
PEMBUATAN (RDTR) KOTA KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG
Gambar 1. 1. Kedudukan RDTR dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
Peraturan zonasi pada dasarnya adalah suatu alat untuk pengendalian yang mengatur
tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya yang disusun untuk
setiap blok/zona peruntukan (UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang), dimana
blok/zona peruntukan yang menjadi acuan ditetapkan melalui rencana rinci tata ruang.
Peraturan zonasi ini lebih dikenal dengan istilah populer zoning regulation, dimana kata zoning
yang dimaksud merujuk pada pembangian lingkungan kota ke dalam zona-zona pemanfaatan
ruang dimana di dalam tiap zona tersebut ditetapkan pengendalian pemanfaatan ruang atau
diberlakukan ketentuan hukum yang berbeda-beda (Barnet, 1982). Adapun peraturan zonasi
atau zoning regulation ini di beberapa negara lain diberlakukan dengan istilah yang berbeda-
beda, antara lain zoning code, land development code, zoning ordinance, zoning resolution,
zoning by law, dan sebaginya (Zulkaidi, 2008).
Hubungan antara RTRW Kabupaten/Kota, RDTR, dan RTBL serta Wilayah Perencanaannya
dapat dilihat pada gambar dibawah ini
|
LAPORAN ANTARA BAB I-5
PEMBUATAN (RDTR) KOTA KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG
Gambar 1. 2. Hubungan antara RTRW Kabupaten/Kota, RDTR, dan RTBL serta Wilayah
Perencanaannya
|
LAPORAN ANTARA BAB I-6
PEMBUATAN (RDTR) KOTA KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG
Maksud pelaksanaan pekerjaan adalah untuk menyiapkan bahan yang menjadi landasan
spasial pembangunan melalui penyusunan materi teknis RDTR sebagai dasar pemberian izin
dan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang.
Sedangkan tujuan dari Kegiatan Analisis dan Penyusunan Konsep RDTR di Lokasi OSS
Kota kambang Wilayah I, Provinsi Pesisir Selatan dimaksudkan untuk mewujudkan
pelaksanaan perizinan investasi terpadu secara daring atau OSS. Tujuan dari pekerjaan ini
adalah menganalisis dan menyusun konsep rencana detail tata ruang di lokasi OSS yang telah
disepakati di Kota Kambang Wilayah I, Provinsi Pesisir Selatan.
1.3.2 Sasaran
Sedangkan sasaran dari terselenggaranya penyusunan kegiatan RDTR OSS ini adalah
sebagai berikut :
1.4 Keluaran
Sebagaimana disampaikan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) bahwa keluaran dari
kegiatan ini adalah sebagai berikut:
|
LAPORAN ANTARA BAB I-7
PEMBUATAN (RDTR) KOTA KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG
a. Nagari Kambang Utara, meliputi Kampung Lubuk Sarik, Kampung Akat, Kampung Baru,
Kampung Pasir Laweh, Kampung Ganting Kumbang, Kampung Padang Panjang I, Kampung
Padang Panjang II dan Kampung Kambang Harapan.
b. Nagari Kambang Timur, meliputi Kampung Koto Kandis, kampung Koto Pulai, kampong
Pauh, Kampung Tampunik, Kampung Kapau dan kampung Ganting.
c. Nagari Kambang Barat, meliputi Kampung Pasar Kambang, Kampung Pasar Gompong,
Kampung Rangeh, Kampung Talang dan Kampung Tebing Tinggi.
d. Nagari Kambang Tengah, meliputi Kampuang koto baru, kampuang koto marapak,
kampuang nyiur gadiang, kampuang kulam.
Untuk lebih jelasnya mengenai Peta Wilayah Perencanaan dan Wilayah Perencanaan
berdasarkan administrasi Kecamatan dapat dilihat pada gambar berikut.
|
LAPORAN ANTARA BAB I-8
PEMBUATAN (RDTR) KOTA KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG
Gambar 1.3 Pera Orientasi Kecamatan Lengayang terhadap Provinsi Sumatera Barat.
Sumber : Hasil Analisis Arcgis, 2022
|
LAPORAN ANTARA BAB I-9
PEMBUATAN (RDTR) KOTA KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG
Gambar 1.4. Peta Orientasi WP Kota Kambang Terhadap Kabupaten Pesisir Selatan
Sumber : Hasil Analisis Arcgis, 2022
|
LAPORAN ANTARA BAB I-10
PEMBUATAN (RDTR) KOTA KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG
|
LAPORAN ANTARA BAB I-11
PEMBUATAN (RDTR) KOTA KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG
|
LAPORAN ANTARA BAB I-12
PEMBUATAN (RDTR) KOTA KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG
- Ketentuan khusus;
- Standar teknis;
- Ketentuan pelaksanaan meliputi ketentuan variansi pemanfaatan ruang, ketentuan
insentif dan disinsentif, dan ketentuan penggunaan lahan yang tidak sesuai
(nonconforming situation) dengan peraturan zonasi
j. Menyelenggarakan FGD 4 (empat) kali, dan Konsultasi Publik (KP) 2 (dua) kali bersama
pemerintah daerah di daerah dengan menghasilkan berita acara penyepakatan muatan
yang dibahas. Adapun FGD dan KP dilakukan dalam rangka:
a) FGD persiapan pembahasan konsultasi publik-1 di daerah untuk menjaring isu-isu
kewilayahan dan isu pembangunan berkelanjutan strategis di kawasan perencanaan;
b) Survey dan Pemetaan dilakukan di lokasi deliniasi untuk survey peraturan zonasi;
c) KP 1, dilaksanakan untuk :
- Mendapatkan masukan terhadap konsep rencana, struktur dan pola ruang; dan
- Mendapatkan masukan terhadap hasil analisis 6 muatan KLHS dan analisis KRP.
d) FGD persiapan pembahasan konsultasi publik-2 di daerah untuk membahas hasil
masukan terhadap indikasi program, peraturan zonasi dan rancangan peraturan kepala
daerah (Raperkada), analisis Kebijakan, Rencana, dan Program (KRP) terhadap kondisi
lingkungan hidup;
e) KP 2, dilaksanakan untuk:
- Mendapatkan kesepakatan terhadap indikasi program, Peraturan Zonasi dan
Raperkada;
- Sinkronisasi perencanaan tata ruang dengan wilayah berbatasan (jika ada) dengan
TKPRD di daerah; dan
- Membahas rekomendasi perbaikan Kebijakan, Rencana, dan Program (KRP) dan
integrasi hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).
f) FGD dengan Forum Penataaan Ruang yang dilakukan setelah KP 2 untuk membahas
rencana pola ruang, struktur ruang, indikasi program dan muatan peraturan zonasi;
g) FGD dalam rangka ekspos materi teknis dan ranperda RDTR, pembahasan bersama
TKPRD Kota Langsa Wilayah I serta penjaminan kualitas KLHS;
|
LAPORAN ANTARA BAB I-13
PEMBUATAN (RDTR) KOTA KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG
Rujukan penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Perkotaan Kota Kambang adalah:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5168);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaga Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan;
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem
Keolahragaan Nasional;
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai;
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman
Kriteria Teknis Kawasan Budidaya;
12. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837 Tahun 1980 Tentang Kriteria dan
Tata Cara Penetapan Hutan Lindung;
13. Perda Kabupaten Pesisir Selatan No. 7 tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten
Pesisir Selatan Tahun 2010-2030;
14. Standar Nasional Indonesia 3242 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Permukiman;
15. Standar Nasional Indonesia 03-1733 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan.
|
LAPORAN ANTARA BAB I-14
PEMBUATAN (RDTR) KOTA KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG
|
LAPORAN ANTARA BAB I-15
PEMBUATAN (RDTR) KOTA KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG
|
LAPORAN ANTARA BAB I-16