Eksum Rencana RDTR Brondong

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 55

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG

KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

1. 1

LATAR BELAKANG
Dalam kurun waktu tertentu, suatu kawasan yang memiliki potensi akan mengalami

pertumbuhan dan perkembangan baik secara lambat (evolutif) ataupun cepat (revolutif).
Pertumbuhan dan perkembangan itu dapat muncul dengan sendirinya sesuai dengan
kebutuhan yang ada, namun dapat juga direncanakan sesuai dengan keinginan yang
dikehendaki (pemerintah, swasta/investor atau masyarakat). Pertumbuhan dan perkembangan
suatu kawasan ditandai dengan meluasnya kawasan-kawasan terbangun yang merupakan
dampak dari meningkatnya kebutuhan ruang.
Kota merupakan pusat konsentrasi dari kegiatan manusia yang beraneka ragam yang
masing-masing mempunyai ciri khas tersendiri. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan
pembangunan yang dilaksanakan maka terjadilah perubahan. Perubahan-perubahan ini
terkadang tidak sejalan dengan daya dukung serta potensi yang dimiliki oleh kota itu sendiri
dan mengakibatkan arah perkembangan jangka panjang mengalami distorsi dari yang telah
ditetapkan. Kondisi ini perlu diantisipasi dan dikendalikan agar tercipta keseimbangan antara
intensitas perkembangan, daya dukung ruang, serta tingkat pelayanan yang optimal bagi
penduduknya.
Perkembangan yang begitu pesat pada setiap sektor pembangunan cenderung
menimbulkan berbagai masalah pembangunan akibat tekanan-tekanan yang ditimbulkan oleh
adanya peningkatan intensitas (ruang) yang banyak menyebabkan ketidakseimbangan struktur
dan fungsional ruang kota sekaligus ketidak teraturan ruang kota. Proses pertumbuhan dan
perkembangan itu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam (faktor internal)
maupun yang berasal dari luar kota (faktor eksternal).
Kenyataan menunjukkan bahwa upaya penyediaan ruang sering menjadi permasalahan
karena :

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

1. Ruang merupakan sumber daya alam yang terbatas, sehingga menuntut upaya pemanfaatan
secara efisien dan optimal

dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun dan dalam keadaan tertentu dapat
ditinjau lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

2. Suatu ruang yang pada dasarnya dimanfaatkan bagi berbagai alternative kegiatan,
sebaliknya suatu kegiatan tertentu dapat berlokasi pada beberapa alternative ruang.

Dengan pendekatan konsep hirarkis tersebut maka diperlukan suatu rencana tata
ruang yang mempunyai wilayah perencanaan yang mencakup sebagian atau seluruh kawasan

Kabupaten Lamongan merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang

tertentu yang dapat merupakan satu atau beberapa sub pusat pelayanan kota. Berdasarkan

berdasarkan struktur keruangan masuk dalam pengembangan Gerbangkertosusila. Dalam

konsep tersebut, maka Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten

perkembangannya kota ini mengalami perkembangan yang cukup pesat seiring dengan

Lamongan, pada Tahun Anggaran 2013 merencanakan penyusunan Rencana Detail Tata

perkembangan perdagangan dan jasa yang sebagian berlokasi di Kabupaten Lamongan. Untuk

Ruang Kawasan Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan, yang diharapkan dapat

mengantisipasi dan mengendalikan perkembangan penggunaan lahan ikutan dari kegiatan

menjadi acuan dalam penerbitan ijin sebagi perangkat dalam pengendalian pemanfaatan ruang

perdagangan dan jasa yang berkembang seperti permukiman, industri kecil, fasilitas umum dan

di Kabupaten Lamongan.

fasilitas sosial maupun untuk mengantisipasi perkembangan dan pertumbuhan yang mungkin
menjadi simpul pertumbuhan di Kabupaten Lamongan salah satunya adalah Kecamatan yang

1. 2

MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

merupakan pusat pelayanan kota di Kabupaten Lamongan, maka Pemerintah Kabupaten

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kecamatan pada hakekatnya merupakan rencana

Lamongan telah melakukan berbagai upaya pengendalian dalam bentuk Rencana Tata Ruang,

tata ruang yang mendasari strategi pembangunan fisik. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang

diantaranya adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang merupakan rencana umum tata

Kawasan (RDTRK) Kecamatan ini bertujuan sebagai arahan perwujudan ruang wilayah

ruang Kabupaten Lamongan.

perkotaan dan perdesaan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang

RTRW Kabupaten Lamongan yang ada belum sepenuhnya dapat dilaksanakan sebagai

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kecamatan merupakan Rencana Tata Ruang yang

dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan kurang dapat digunakan

memuat ketentuan-ketentuan mengenai penetapan fungsi wilayah perkotaan dan perdesaan

mengakomodasi perkembangan dan pertumbuhan aktivitas sosial ekonomi yang berlangsung

yang pada hakekatnya merupakan pengarahan lokasi dari berbagai kegiatan yang memiliki

cepat dan dinamis yang secara fisik terus menerus meningkatkan kebutuhan ruang. Masih

kesamaan fungsi maupun lingkungan pemukiman yang memiliki karakteristik tertentu.

kurangnya dan/atau terbatasnya pengertian dan komitmen aparat, yang terkait dengan tugas

Berdasarkan hal tersebut maka Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kecamatan

penataan ruang, mengenai fungsi dan kegunaan RTRW Kabupaten Lamongan dalam

Brondong disusun agar Pemerintah Daerah mempunyai rencana pemanfaatan ruang perkotaan

pelaksanaan pembangunan sehingga tingkat partisipasinya dalam menyusun RTRW-nya sendiri

dan perdesaan dalam jangka panjang yang dapat berfungsi sebagai wadah keterpaduan bagi

maupun pendayagunaannya bagi seluruh kepentingan pembangunan daerah. Perubahan sistem

kepentingan dan aspirasi pemerintah baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan

perencanaan dari Top Down Planning menjadi Bottom Up Planning sehingga masih kurangnya

Pemerintah Kabupaten sendiri serta Kecamatan dan masyarakat yang bersangkutan. Untuk

materi yang perlu dibahas seiring dengan semakin kompleksnya masalah yang ada dan perlu

mencapai hal tersebut diatas, maka Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kecamatan Brondong

dicari cara penyelesaiannya untuk menghindari perkembangan kearah yang tidak diinginkan.

harus berisikan rencana menyeluruh yang mencerminkan rencana-rencana sektoral dan

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang

wilayah berupa tahapan program yang akan dialokasikan di wilayah perencanaan.

Penataan Ruang, Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) termasuk dalam Rencana Rinci Tata

Selain itu Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kecamatan Brondong yang disusun harus

Ruang (Pasal 14 ayat 3 b). Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang merupakan perangkat

mampu menjawab permasalahan yang ada serta mengakomodir tuntutan pembangunan,

operasional Rencana Umum Tata Ruang dengan jangka waktu rencana adalah 20 tahun dan

rumusan maupun kebijaksanaan yang dibutuhkan pada masa mendatang.

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Sementara itu penjabaran Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kecamatan Brondong

kabupaten/kota tidak memerlukan rencana rinci tata ruang, peraturan zonasi Kabupaten/Kota

bertujuan sebagai upaya dalam menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan serta

disusun untuk kawasan perkotaan baik yang sudah ada maupun yang direncanakan pada

intensitas penggunaan lahan antar wilayah kecamatan atau dalam satu bagian wilayah

wilayah kabupaten/kota.

kecamatan, sehingga dapat dijadikan arahan pengembangan wilayah perkotaan dan perdesaan
dalam wilayah tersebut.
Sedangkan sasaran utama dari perencanaan ini adalah terciptanya pola struktur ruang
kawasan perkotaan dan perdesaan sesuai dengan kondisi, potensi dan permasalahan yang ada
serta pada akhirnya akan meningkatkan sektor ekonomi masyarakat di wilayah Kecamatan
Brondong.

1. 3

KEDUDUKAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI


Kedudukan RDTR dan Peraturan Zonasi berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No. 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi adalah
sesuai pasal 59 PP 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota harus menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota
yang perlu disusun Rencana Detail Tata Ruangnya. Bagian dari wilayah yang akan disusun
rencana detail tata ruang tersebut merupakan kawasan perkotaan, kawasan strategis kota, atau

Gambar Kedudukan RDRT Kabupaten/Kota Dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang Dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional

kawasan strategis kabupaten. Kawasan strategis kota dan kawasan strategis kabupaten dapat
disusun RDTR apabila merupakan:
a.

kawasan yang mempunyai ciri perkotaan atau direncanakan menjadi kawasanperkotaan;

dan
b.

memenuhi kriteria lingkup wilayah perencanaan RDTR yang ditetapkan dalam pedoman
ini.
Kedudukan RDTR dalam sistem perencanaan tata ruang dan sistem perencanaan

pembangunan nasional disajikan pada Gambar 1.1


Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota disusun apabila RTRW Kabupaten/ Kota
tidak/ belum dapat dijadikan acuan pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten/kota. Dalam
hal rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota memerlukan rencana detail tata ruang, maka
disusun rencana detail tata ruang yang dilengkapi dengan peraturan zonasi sebagai salah satu
dasar dalam pengendalian penataan ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan rencana
tata bangunan dan lingkungan bagi zona-zona yang pada rencana detail tata ruang ditentukan
sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan. Dalam hal rencana tata ruang wilayah
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Pusat Kegiatan Lokal di promosikan (PKLp) berada di Perkotaan Brondong-Paciran,


Perkotaan Babat, Perkotaan Sukodadi dan Perkotaan Ngimbang.
Pusat Pelayanan Kegiatan (PPK) meliputi perkotaan Sukorame, perkotaan Bluluk, perkotaan
Sambeng, perkotaan Mantup, perkotaan Kembangbahu, perkotaan Sugio, perkotaan
Kedungpring, perkotaan Modo, perkotaan Pucuk, perkotaan Tikung, perkotaan Sarirejo,
perkotaan Deket, perkotaan Glagah, perkotaan Karangbinangun, perkotaan Turi, perkotaan
Kelitengah, perkotaan Karanggeneng, perkotaan Sekaran, perkotaan Maduran, perkotaan
2. 1

Laren dan perkotaan Solokuro.

TINJAUAN KEBIJAKAN KABUPATEN LAMONGAN

2.1. 1 Kebijakan Penataan Ruang Berdasarkan RTRW Kabupaten Lamongan


2.1.1. 1 Arahan Struktur Ruang
Pembagian kecamatan-kecamatan di seluruh Kabupaten Lamongan sesuai dengan
kondisi dan karakteristik kegiatan dibedakan menjadi kawasan perkotaan dan kawasan
perdesaan. Identifikasi kawasan perkotaan dan perdesaan tersebut dimaksudkan untuk
mengetahui dan menentukan jenis kegiatan yang akan ditentukan sehingga sesuai dengan
peruntukan tanah dan ruangnya.
Tabel Penetapan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan Kecamatan Brondong
Perkotaan/Perdesaan
Perkotaan

BRONDONG
Perdesaan

pusat kegiatan perkotaan masing-masing. Dalam lingkup Kabupaten Lamongan, Kota Lamongan
menjadi pusat bagi wilayah pengembangan (WP) Lamongan, dan perkotaan kecamatan yang

I. Penetapan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Kecamatan

Setiap kawasan perkotaan akan memiliki jangkauan pelayanan tertentu sesuai dengan

Desa/ Kelurahan
Brondong
Sedayulawas
Labuhan
Brengkok
Sendangharjo
Lembor
Tlogoretno
Sidomukti
Lohgung
Sumberagung

Sumber : RTRW Kabupaten Lamongan

II. Sistem Perwilayahan


Penetapan pusat kegiatan perkotaan di Kabupaten Lamongan juga ditentukan oleh pusat
kegiatan perkotaan dalam skala regional dan perkotaan yang secara langsung mempengaruhi
sistem perkotaan di Kabupaten Lamongan. Adapun pusat kegiatan Perkotaan di Kabupaten

berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi beberapa kecamatan lain atau memiliki cakupan
wilayah pengembangan (WP).
Setiap perkotaan yang termasuk dalam PKN dan PKLp akan menjadi pusat wilayah
pengembangan (WP). Berdasarkan sistem perwilayahan tersebut maka Kabupaten Lamongan
yang terdiri dari 27 kecamatan dibagi menjadi lima wilayah pengembangan (WP), atas dasar
orientasi pergerakan terhadap pusat wilayah pengembangan (WP), tersedianya akses
penunjang ke pusat wilayah pengembangan (WP), kesamaan terhadap potensi wilayah,
mengurangi kesenjangan wilayah dan karakter penduduk.
Masing-masing pusat wilayah pengembangan (WP) akan memiliki fungsi dan peran
sesuai dengan potensi yang dimikinya, serta arahan kegiatan utama berdasarkan kegiatan
dominan yang mungkin dikembangkan di wilayah pengembangan masing-masing. Kemudian
Berdasarkan pusat kegiatan tersebut kemudian kecamatan-kecamatan yang termasuk dalam
wilayah pengembangan (WP) tersebut ditentukan berdasarkan orientasi pergerakan pada tiaptiap pusat kegiatan tersebut.
Adapun sistem perwilayahan di Kabupaten Lamongan beserta fungsi, peran dan arahan
kegiatannya :
A. Wilayah Pengembangan II (WP II) Paciran-Brondong
WP Paciran-Brondong ini meliputi Kecamatan Paciran, Kecamatan Brondong,

Lamongan adalah sebagai berikut:

Kecamatan Laren dan Kecamatan Solokuro, dengan pusat pelayanan di Perkotaan Paciran dan

Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berada di Perkotaan Lamongan yang merupakan bagian

Brondong. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat WP ini adalah :

dari Gerbangkertosusila Plus.


EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

1. Sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan/lokal;


4

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

2. Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional;

2.3. 2. Rencana Pengembangan Transportasi Darat

3. Sebagai pusat industri besar dan strategis nasional;

Berdasarkan arahan pengembangan struktur ruang, arahan pengembangan transportasi

4. Sebagai pusat transportasi nasional;

darat di Kabupaten Lamongan meliputi jaringan jalan, terminal, arahan pengembangan

5. Sebagai pengembangan kawasan minapolitan;

angkutan massal, dan kereta api.

6. Sebagai pusat pelabuhan dan industri perikanan skala regional dan nasional;

1) Jalan

7. Sebagai pusat kegiatan pariwisata skala regional;

Kondisi perkerasan jalan di Kabupaten Lamongan secara umum masih kurang baik.

8. Sebagai pusat Pelayanan pelabuhan barang skala regional;

Perkerasan jalan menuju tempat-tempat penting dan daerah tujuan utama di Kabupaten

9. Sebagai pusat pengembangan pendidikan.

Lamongan belum seluruhnya diperkeras dengan aspal, yakni sekitar 60 % dengan

Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di WP ini adalah :

perkerasan aspal, serta 40 % dengan perkerasan kerikil dan makadam.

1. Pengembangan pelayanan umum skala kecamatan;

1. Jalan Bebas Hambatan

2. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa;

Rencana Jalan Bebas Hambatan di Kabupaten Lamongan yaitu jalur utara melewati

3. Pengembangan Industri besar;

pantura. Rencana jalan bebas hambatan Pantai Utara (Pantura) yang menghubungkan

4. Pengembangan transportasi darat berupa jalan raya dan jalan Tol;

Gresik Tuban. Gerbang jalan bebas hambatan untuk wilayah Pantura direncanakan di

5. Pengembangan kegiatan pelabuhan dan perikanan laut;

Kecamatan Paciran dan Kecamatan Brondong.

6. Pengembangan kegiatan wisata skala Regional; serta

2. Jalan Arteri Primer

7. Pengembangan kegiatan pendidikan;

Jalan arteri primer merupakan jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antar

Serta Kegiatan Utama sebagai pendukung WP ini adalah :

pusat kegiatan nasional atau antar pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan

1. Pengembangan kegiatan industri (Kerajinan Rakyat);

wilayah. Jalan arteri primer ini juga melayani angkutan utama yang merupakan tulang

2. Pengembangan Pertanian;

punggung transportasi nasional yang menghubungkan pintu gerbang utama (pelabuhan

3. Pengembangan Peternakan;

utama dan/atau bandar udara kelas utama).

4. Pengembangan Pertambangan;

Sesuai Ketentuan dalam Pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan

5. Perlindungan kawasan lindung (mangrove).

disebutkan bahwa:

Pengembangan fasilitas kawasan perkotaan adalah :


Pada

WP

II

dengan

fungsi

pengembangan

a. Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana minimal 60 km/jam


sebagai

pemerintahan

skala

kecamatan/lokal, pusat perdagangan dan jasa skala regional, pusat industri besar dan
strategis nasional, pusat transportasi nasional, pusat pelabuhan dan industri perikanan
skala regional dan nasional, pusat kegiatan pariwisata skala regional, pusat pelayanan

dengan lebar badan jalan minimal 11 meter;


b. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas
rata-rata;
c. Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas

pelabuhan barang skala regional, pusat pengembangan pendidikan, serta sebagai

ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal;

pengembangan kegiatan industri (kerajinan rakyat), pertanian, peternakan dan

d. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi;

pertambangan;

e. Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu; serta
f. Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan
pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Rencana pengembangan jalan arteri primer ini memiliki status Jalan Nasional di

Pengembangan jaringan jalan lingkar, meliputi:

Kabupaten Lamongan adalah Gresik-Jl. Pang. Sudirman; Jl. Pang. Sudirman-Jl. Jaksa

a.

Jalan Lingkar Utara Lamongan dengan ruas jalan Deket Lamongan Turi;

Agung Suprapto; Jl. Jaksa Agung Suprapto-Lamongan; Lamongan-Babat; dan Babat-

b.

Jalan Lingkar Selatan Kota Babat dengan ruas Kecamatan Babat Kabupaten

Widang; jalan nasional kolektor (kolektor primer) Babat-Bojonegoro dan Gresik-Sadang-

Bojonegoro

Tuban.

c.

3. Jalan Kolektor Primer

Jalan Lingkar Selatan Pantura dengan ruas jalan Kecamatan Paciran Kecamatan
Solokuro Kecamatan Brondong.

Jalan kolektor 1 adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan antar Ibukota
Provinsi; Jalan Kolektor 2 adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan Ibukota

2.3. 3. Arahan Pola Ruang

Provinsi dengan Ibukota Kabupaten/Kota; serta Jalan Kolektor 3 adalah jalan kolektor
primer yang menghubungkan antar Ibukota Kabupaten/ Kota.

Rencana pola ruang Kabupaten Lamongan secara garis besar diwujudkan dalam rencana
kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pola ruang kawasan ini ditekankan pada kesesuaian
fungsi wilayah sehingga diperlukan penanganan dan pengembalian fungsi lindung dan

Sesuai Ketentuan dalam Pasal 14 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang

pengoptimalkan pemanfaatan kawasan budidaya dengan tetap memperhatikan kelestarian

Jalan, yang memaparkan bahwa:

lingkungan hidup.

a. Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana minimal 40 km/jam

A. Kawasan Lindung

dengan lebar badan jalan minimal 9 meter;


b. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas
rata-rata;

Di Kabupaten Lamongan kawasan hutan secara keseluruhan adalah seluas 33.288 Ha,
yang terbagi menjadi 3 KPH, yaitu KPH Mojokerto, KPH Tuban dan KPH Jombang. Dengan luas
hutan lindung adalah 253 Ha yang merupakan pengelolaan KPH Mojokerto, yaitu terdapat di

c. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan.

Kecamatan Sugio dengan luas 225,3 Ha, Kecamatan Sambeng 1,6 Ha, Kecamatan Ngimbang 22,6

d. Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan pengaturan tertentu;

Ha dan Kecamatan Modo seluas 3,4 Ha, sedangkan hutan produksi seluas 33.464,4 Ha yang

serta
e. Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan

terletak dalam tiga KPH yaitu KPH Mojokerto seluas 23.964 Ha; KPH Tuban seluas 8.152 Ha dan
KPH Jombang seluas 1.172 Ha.

pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.

Kawasan sempadan sungai direncanakan seluas 2.020 ha, yang meliputi Kecamatan
Babat, Deket, Glagah, Kalitengah, Karanggeneng, Karangbinangun, Kembangbahu, Lamongan,

Jalan propinsi kolektor (kolektor primer) meliputi Babat - Temangkar; Jl Lamongrejo; Jl

Laren,

Akhmad Dahlan; Jl Sunan Drajad; Jl Raya Mantup; Lamongan - Bts. Kab. Mojokerto; Babat

Kedungpring, Modo, Ngimbang, Bluluk, Brondong, Paciran dan Turi.

- Bts. Kab. Jombang;

Maduran, Mantup, Pucuk, Sambeng, Sekaran, Sukodadi, Sukorame, Sugio, Tikung,


Kabupaten Lamongan memiliki 2 waduk besar yaitu Waduk Gondang dan Waduk

Prijetan yang mana selain berfungsi sebagai pengairan, juga sebagai sumber mata air dan
Rencana pengembangan jalan kolektor primer yang termasuk status jalan propinsi

wisata. Waduk Gondang dan Waduk Prijaten memiliki total perlindungan waduk seluas

adalah :

1.134,85 Ha. Guna meminimasi adanya erosi dan sedimentasi pada waduk, maka perlu upaya

a. Jaringan jalan Kandangan Pulorejo Jombang Ploso Babat; dan

perlindungan sepanjang sungai dari kerusakan lingkungan terutama mulai dari hulu sungai dan

b. Jaringan jalan Mojokerto Gedek Lamongan.

kawasan lindung bawahannya. Pengamanan terhadap sepanjang DAS Bengawan Solo juga perlu

4. Pengembangan Jalan Lingkar


EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

dilakukan dengan menerapkan ketentuan-ketentuan sempadan sungai yang dilakukan secara

sampai ke pemasaran untuk digunakan dalam industri selanjutnya. Pertambangan di Kabupaten

lintas wilayah. Kawasan sekitar waduk dan embung direncanakan seluas 5.779 ha.

Lamongan termasuk ke dalam minyak bumi dan gas yaitu berupa pengeboran minyak yang

Kabupaten lamongan juga memiliki kawasan lindung berupa RTH (Ruang Terbuka Hijau)

terdapat di Desa Balongwangi, Kecamatan Tikung dengan luas sebesar 20 Ha atau sebesar 0,012

perkotaan. Kawasan lindung berupa RTH (Ruang Terbuka Hijau) perkotaan kurang lebih

% dari luas wilayah. Sedangkan pertambangan mineral yang berupa pertambangan batuan di

10624,43 ha, merupakan 30% dari luas perkotaan.

Kecamatan Paciran, Kecamatan Brondong, Kecamatan Babat, Kecamatan Solokuro, Kecamatan

Rencana penetapan untuk perlindungan kawasan hutan bakau yang terdapat di


Kabupaten Lamongan, meliputi kawasan hutan bakau di Kecamatan Brondong, seluas kurang
lebih 12 ha; dan kawasan hutan bakau di Kecamatan Paciran, seluas kurang lebih 13 ha.
Beberapa kawasan di Kabupaten Lamongan merupakan Kecamatan Babat, Sekaran,

Sambeng, Kecamatan Sugio, Kecamatan Ngimbang dan Kecamatan Mantup dengan luas kurang
lebih 1.200 (seribu dua ratus) ha.
Rencana pengembangan kawasan permukiman seluas kurang lebih 25.269 ha atau
13,9% dari luas kabupaten, meliputi :

Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Glagah dan Karangbinangun. Selain kawasan

a) permukiman perkotaan;

tersebut kawasan lainnya yang termasuk dalam Rawan Bencana Banjir antara lain Kecamatan

b) permukiman perdesaan.

Deket,

Kawasan permukiman perkotaan, dengan luas kurang lebih 4.974 ha atau 19,68% dari

Lamongan dan Turi. Luas seluruh kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten

Lamongan mencapai 20.517,06 Ha atau sekitar 11,32 % dari luas wilayah.


B. Kawasan Budidaya

luar rencana pengembangan permkiman, meliputi:


a) permukiman perkotaan dalam skala besar di Perkotaan Lamongan, Babat dan

Pengelolaan kawasan hutan di Kabupaten Lamongan terbagi menjadi 3 KPH, yaitu KPH
Mojokerto, KPH Tuban dan KPH Jombang. Hutan produksi yang dikelola oleh KPH Mojokerto

Paciran-Brondong;
b) pemukiman perkotaan sebagai prioritas di Perkotaan Deket, Turi, Sukodadi, Pucuk

adalah seluas 23.711 Ha, KPH Tuban seluas 8.152 Ha dan KPH Jombang seluas 1.172 Ha. Total
luas hutan produksi di Kabupaten Lamongan adalah 33.035 ha.
Kawasan pertanian terdiri dari kawasan pertanian lahan basah dan kawasan pertanian
lahan kering. Bila dibagi menurut penggunaan lahannya, maka kawasan pertanian terbagi
menjadi kawasan pertanian sawah, tegalan, kebun campur dan hortikultura. Secara

dan Ngimbang; dan


c) permukiman perkotaan yang merupakan bagian dari ibukota kecamatan.
Kawasan permukiman perdesaan, dengan luas kurang lebih 20.295 ha atau 80,32% dari
luas rencana pengembangan permukiman meliputi :
a) kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada wilayah dataran rendah dan

keseluruhan, luasan lahan pertanian di Kabupaten Lamongan adalah seluas 79.320 ha terdiri

pesisir

dari sawah irigasi seluas 14.730 ha atau 8,12%, sawah irigasi setengah teknis seluas 10.551 ha

b) kawasan perdesaan berbentuk kawasan agropolitan dan minapolitan

atau 5,8% dan sederhana seluas 20.560 ha atau 11,34%, sawah tadah hujan seluas 33.479 ha

Berkaitan dengan potensi perikanan yang ada di Kabupaten Lamongan, rencana kawasan

atau 18,47% dan pertanian lahan kering seluas 12.839 ha.

perikanan dikelompokkan menjadi perikanan laut dan perikanan darat dimana Kecamatan

Perikanan dapat dibagi dalam dua kelompok utama yakni perikanan tangkap dan

Glagah termasuk dalam kelompok pengembangan perikanan darat. Luas area sawah tambak di

perikanan budidaya, adapun kawasan perikanan dikembangkan di kolam, sungai, tambak,

Kabupaten Lamongan adalah sebesar 23.774,73 ha. Adapun pengembangan perikanan darat

sawah tambak dan perikanan laut. Masyarakat Kabupaten Lamongan membuka lahan sawah

adalah :

biasanya pada waktu musim kemarau saja sedangkan pada musim hujan sawah tersebut
dijadikan sebagai sawah tambak. Luas area sawah tambak adalah sebesar 23.774,73 ha.
Pertambangan merupakan upaya untuk memanfaatkan sumber daya alam dengan

1. Perikanan kolam dan sungai produksinya terdistribusi merata di seluruh Kabupaten


Lamongan;
2. Perikanan tambak dan laut hanya terdapat di Kecamatan Paciran dan Brondong;

melakukan kegiatan mulai dengan pencarian dan pembuktian, penggalian dan pengelolaan
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

3. Perikanan sawah tambak hampir di seluruh kecamatan, kecuali kecamatan Sukorame,

2.3. 4.Penetapan Kawasan Strategis

Bluluk, Ngimbang, Sambeng, Kembangbahu, Kedungpring, Solokuro, Paciran dan


Brondong.
Pengembangan perikanan budidaya air payau (tambak), meliputi Kecamatan
Brondong, Kecamatan Paciran dan Kecamatan Glagah dan Kecamatan Karangbinangun.
Sedangkan pengembangan minapolitan di Kecamatan Paciran,Kecamatan Brondong dan
Kecamatan Glagah;
Rencana penggunaan lahan adalah membentuk perkotaan baru yaitu kota ekonomi
dengan basis industri di Kecamatan Paciran - Brondong. Perubahan yang terjadi cukup besar
untuk Kecamatan Paciran - Brondong menjadi perkotaan industri dan permukiman pendukung
kegiatan yang terpadu di daerah tersebut, karena sarana prasarana sudah tersedia oleh
Kecamatan Brondong. Dengan demikian perkotaan tersebut tumbuh karena bangkitan dan

Kawasan strategis merupakan kawasan potensial yang sangat penting dalam lingkup
Kabupaten karena mempunyai pengaruh terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau
lingkungan. Adapun kawasan strategis tersebut dibagi menjadi : kawasan strategis ekonomi,
kawasan strategis sosial dan budaya, dan kawasan strategis penyelamatan lingkungan hidup.
Berdasarkan pembagian tersebut, maka pengembangan kawasan perikanan termasuk ke
dalam kawasan strategis ekonomi.
Rencana penetapan KSK untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi, meliputi :
a. Kabupaten Lamongan merupakan bagian dari Gerbangkertosusila sebagai kawasan
strategis nasional (KSN);
b. Kawasan

yang untuk menunjang kegiatan industri. Perkotaan Lamongan dan Perkotaan Paciran
Brondong dihubungkan dengan prasarana jalan yang diharapkan untuk kecamatan sekitarnya
dapat berkembang menunjang kawasan strategis ekonomi bagian utara atau wilayah Pantura.
Dampak negative dari perkembangan Kecamatan Brondong dan perkembangan kawasan
permukiman yang mengelompok di Kecamatan Paciran - Brondong ini adalah factor
kenyamanan dan keindahan.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pola ruang di Kabupaten Lamongan, dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel Rencana Pola Ruang Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2031
No
1
2

Rencana Pola Ruang


Permukiman
Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan
3
Sawah Irigasi
4
Sawah Tadah Hujan
5
Perkebunan
6
Hutan
7
Hutan Rakyat
8
Tambak
9
Sungai
10 Waduk
11 Tegalan/ Ladang
12 Industri
13 Pertambangan
14 Peruntukan Lainnya
Jumlah

Luas (Ha)
25.268,53
25.281,00

%
13,94
13,95

20.560,00
20.357,40
8.927,20
33.717,30
7.098,10
1.380,05
8.760,00
8.719,50
7.928,29
6.085,00
1.200,00
5.997,00
181.280,00

11,34
11,23
4,92
18,60
3,92
0,76
4,83
4,81
4,37
3,36
0,66
3,31
100,00

Ekonomi

merupakan

kawasan

perindustrian

sebagai kawasan strategis propinsi (KSP);


c. Kawasan Agroindustri Gelang Utara (Gresik Lamongan) dengan industri pengolahan
ikan laut di Kecamatan Brondong dan Paciran sebagai KSP;
d. Kawasan Kerjasama Regional segitiga emas (Tuban Lamongan Bojonegoro) sebagai
KSP;
e. Kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong di Kecamatan Brondong;
f. Kawasan wisata pantai utara Lamongan (Wisata Bahari Lamongan, Gua Maharani dan
zoo, Makam Sunan Drajad, Makam Sendang Duwur dan TPI di Pantura );
g. Kawasan Pelabuhan ASDP di Kecamatan Paciran;
h. Kawasan agropolitan di wilayah selatan; dan
i.

Kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Babat.

Sumber : RTRW Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2031


EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

pendukung

perdagangan/pelabuhan bebas berupa Lamongan Shorebase (LS) di Kecamatan Paciran

tarikan kegiatan. Disamping itu jarak antara pemukiman pekerja dengan tempat kerja tidak
terlalu jauh. Pemukiman yang tumbuh ini adalah pemukiman kavling besar, sedang dan kecil

Strategis

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Sumber : Kecamatan Brondong Dalam Angka 2012


Tabel Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaannya Kecamatan Brondong Tahun 2012
No.
Desa/ Kelurahan
Luas (Ha)
1
Tanah Sawah
1.012,70
2
Tanah
Tegalan/
2.564,50
Ladang
3
Tanah Pekarangan
335,42
4
Tanah Hutan
1.729,30
5
Tanah lain-lain
1.371,70
Jumlah
7.013,62
Sumber : Kecamatan Brondong Dalam Angka 2012

3.1.

GAMBARAN WILAYAH KECAMATAN BRONDONG


3.1.2. Kependudukan

3.1.1. Batas Administrasi Wilayah


Secara geografis Kecamatan Brondong merupakan bagian wilayah Kabupaten Lamongan

Perkembangan penduduk sangat berpengaruh bagi perkembangan suatu wilayah. Hal ini

dengan luas 7.013,62 Ha atau 70,13 Km2, dengan jumlah penduduk 62.725 jiwa pada tahun

disebabkan karena aktifitas penduduk itu sendiri yang cukup dinamis, dapat menyebabkan

2011. Kecamatan Brondong terdiri dari 10 desa antara lain Desa Lembor, Desa Tlogoretno, Desa

perkembangan kebutuhan lainnya, baik secara fisik maupun secara sosial. Selain itu dalam

Sidomukti, Desa Lohgung, Desa Labuhan, Desa Brengkok, Desa Sendangharjo, Desa

rencana tata ruang sumber daya manusia merupakan obyek sekaligus subyek dalam

Sedayulawas, Desa Sumberagung, dan Desa Brondong, 23 Dusun 2 Lingkungan Kelurahan, 57

pembangunan.

RW, 262 RT, dan 22.603 KK.

3.1.2.1.

Secara administrasi wilayah Kecamatan Brondong memiliki batas sebagai berikut.

Perkembangan Jumlah Penduduk

Berdasarkan data yang diperoleh menyatakan bahwa perkembangan jumlah penduduk


di Kecamatan Brondong tiap tahunnya selalu mengalami pertambahan.

Sebelah Utara

: Laut Jawa

Sebelah Timur

: Kecamatan Paciran dan Kecamatan Solokuro

Sebelah Selatan

: Kecamatan Laren

No.

Sebelah Barat

: Kabupaten Tuban

1
2

Tabel Luas Desa di Kecamatan Brondong Tahun 2012


No.

Desa/
Kelurahan

Luas
(Km2)

Luas
(Ha)

Brondong

2,34

234

Sedayulawas

10,64

1064

Lembor

16,07

1607

Tlogoretno

3,48

348

Sidomukti

6,09

609

Lohgung

2,91

291

Labuhan

6,43

643

Brengkok

10,57

1057

9
10

Sendangharjo
Sumberagung
Jumlah

7,44
4,16
70,1

744
416
7013

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

Tabel Perkembangan Jumlah Penduduk Per Desa Kecamatan Brondong Tahun 2007-2011

3
4
5
6
7
8
9
10

Desa/ Kelurahan

Brondong
Sedayulawas
Lembor
Tlogoretno
Sidomukti
Lohgung
Labuhan
Brengkok
Sendangharjo
Sumberagung
Jumlah

2007
10.221

2008
10.369

Tahun
2009
10.474

2010
13.756

2011
13.788

11.438

11.544

11.668

14.012

14.154

2.441

2.480

2.469

2.057

2.076

1.370

1.376

1.376

1.277

1.270

3.897

3.925

3.933

3.888

3.890

2.719

2.733

2.748

3.080

3.090

6.742

6.718

6.724

6.050

6.088

9.475

9.654

9.763

10.252

10.393

5.123

5.161

5.186

5.290

5.310

2.563

2.536

2.537

2.641

2.666

55.989

56.476

56.878

62.303

62.725

Sumber : Kecamatan Brondong Dalam Angka 2012

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

No.
6

Desa/ Kelurahan

Islam
3.090

Kristen
-

Katolik
-

Hindu
-

Budha
-

Jumlah
3.090

6.088

10.393

5.310

2.666

62.725

Lohgung
6.088
Labuhan
7
10.393
Brengkok
8
5.310
Sendangharjo
9
2.666
10 Sumberagung
62.711
14
Jumlah
Sumber : Kecamatan Brondong Dalam Angka 2012

Grafik Jumlah Penduduk Per Desa


15,000
10,000
5,000
0

3.1.2.3.

Kepadatan Penduduk

Secara administratif Kecamatan Brondong memiliki luas wilayah 70,13 Km2 dengan
jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar 62.725 jiwa. Persebaran penduduk Kecamatan
3.1.2.2.

Brondong menunjukan bahwa jumlah penduduk terbanyak berada di Desa Sedayulawas yaitu

Gambar Grafik Jumlah Penduduk Per Desa

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

14.154 jiwa dengan kepadatan 1.330 jiwa/km2, sedangkan desa dengan jumlah penduduk

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Brondong menunjukkn


bahwa penduduk perempuan berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki.
Keadaan ini terjadi secara umum dalam setiap desa.
Tabel Jumlah Penduduk Menurut Jenis KelaminKecamatan Brondong Tahun 2011
No.
1

Desa/ Kelurahan

Laki-laki
6.797

Perempuan
6.991

Brondong
6.981
7.173
Sedayulawas
2
1.013
1.063
Lembor
3
633
637
Tlogoretno
4
1.817
2.073
Sidomukti
5
1.503
1.587
Lohgung
6
2.980
3.108
Labuhan
7
4.995
5.398
Brengkok
8
2.608
2.702
Sendangharjo
9
1.328
1.338
10 Sumberagung
30.655
32.070
Jumlah
Sumber : Kecamtan Brondong Dalam Angka 2012

3.2.3. 1

Jumlah
13.788

paling rendah berada di Desa Tlogoretno yaitu 1.270 jiwa dengan kepadatan 365 jiwa/km2.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Brondong Tahun 2010-2011
No.

Desa/ Kelurahan

2.076
1.270
3.890
3.090
6.088
10.393
5.310
2.666
62.725

Jumlah Penduduk Menurut Agama

62.711 jiwa (99,97%) dan minoritas memeluk agama Kristen sebanyak 14 jiwa (0,03%).
Tabel Jumlah Penduduk Menurut Agama 2011

2
3
4
5

Desa/ Kelurahan

Brondong
Sedayulawas
Lembor
Tlogoretno
Sidomukti

Islam
13.774

Kristen
14

Katolik
-

Hindu
-

Budha
-

Jumlah
13.788

14.154

14.154

2.076

2.076

1.270

1.270

3.890

3.890

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

Kepadatan
2010
2011
5.879
5.892

Brondong
2,34
1.317
Sedayulawas
10,64
2
128
Lembor
16,07
3
367
Tlogoretno
3,48
4
638
Sidomukti
6,09
5
1.058
Lohgung
2,91
6
941
Labuhan
6,43
7
970
Brengkok
10,57
8
711
Sendangharjo
7,44
9
635
4,16
10 Sumberagung
70,13
888
Jumlah
Sumber : Kecamtan Brondong Dalam Angka 2011 & 2012
1

14.154

Grafik Tingkat Kepadatan Penduduk

Penduduk Kecamatan Brondong mayoritas memeluk agama Islam, yaitu sebanyak

No.
1

Luas (Km2)

60.00
40.00
20.00
0.00

Gambar Grafik Tingkat Kepadatan Penduduk

10

1.330
129
365
639
1.062
947
983
714
641
894

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

3.1.3. Pola Ruang Kecamatan Brondong


Ruang merupakan wadah untuk menampung segala kegiatan suatu kawasan baik
kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan. Sehingga pemanfaatan ruang suatu kawasan
merupakan gambaran dari kegiatan penduduknya
Selain pengelompokan pemanfaatan ruang seperti telah dibahas diatas, pemanfaatan
ruang dapat pula ditinjau dari fungsi kawasannya. Berdasarkan fungsinya, pemanfaatan ruang
suatu kawasan dapat dibedakan menjadi 2(dua) yaitu :

4. kawasan tempat beribadah


5. kawasan pendidikan
6. kawasan pertahanan keamanan
Berdasarkan kondisi yang ada maka kawasan budidaya di wilayah Kecamatan Brondong
meliputi :
1. Budidaya Perikanan
Berdasarkan data informasi geografis, Kecamatan Brondong memiliki panjang pantai

1. Pemanfaatan ruang Kawasan Lindung.

23,7 km. Wilayah pesisir yang terletak pada wilayah bagian utara Kecamatan Brondong,

2. Pemanfaatan ruang Kawasan Budidaya.

Perkembangan jumlah nelayan dari tahun ketahun menunjukkan jumlah semakin

3.1.3.1.

Kawasan lindung

Berdasarkan KEPPRES No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung,


disebutkan bahwa yang termasuk dalam kawasan lindung adalah :

meningkat. Hal ini juga menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai nelayan menjadi prioritas
utama di Kecamatan Brondong.
Wilayah Kecamatan Brondong yang mempunyai batas fisik langsung dengan garis

1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya

pantai merupakan lokasi yang berpotensi dapat diandalkan dalam perekonomian wilayah

2. Kawasan perlindungan setempat

dalam hal pengembangan budidaya ikan dan pendapatan dalam sektor perikanan laut,

3. Kawasan rawan bencana alam

dimana saat ini juga didukung oleh keberadaan pelabuhan V Brondong yang mempunyai

4. Kawasan lindung lainnya

skala pelayanan regional. Selain potensi perairan laut terdapat beberapa wilayah

Dengan kriteria tersebut diatas, maka kawasan lindung yang berada di wilayah
Kecamatan Brondong adalah :
1. Kawasan Lindung disekitar Pantai
2. Kawasan Lindung disekitar Sungai

Kecamatan Brondong yang mempunyai potensi perairan tambak, dengan potensi


andalannya berupa produksi bandeng yang potensial.
Tabel Armada Penangkapan ikan Menurut PPI dan Jenis Perahu Di Kecamatan Brondong
Tahun 2011

Lokasi dari kawasan lindung di wilayah Kecamatan Brondong seperti terlihat pada peta

Pangkalan
Pendaratan
Ikan

3.7 dan gambar berikut.

3.1.3.2.

Kawasan budidaya

Berdasarkan Undang - Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan


bahwa pengertian dari kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya buatan. Dengan kriteria tersebut maka yang termasuk dalam kawasan
budidaya adalah:
1. kawasan peruntukan pertanian, Perkebunan dan perikanan
2. kawasan peruntukan permukiman
3. kawasan peruntukan industri
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

Perahu Bermotor

Perahu

Besar

Sedang

Kecil

Jumlah

Lohgung

127

106

282

515

Labuhan

330

113

115

818

Brondong

723

807

521

1180

1026

636

1101

520

Jumlah/Total

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Lamongan (Lamongan Dalam Angka tahun 2011)
Tabel Alat Tangkap Ikan di Laut Menurut Jenis Alat dan PPI di Kecamatan Brondong Tahun 2011
No.

Jenis Alat
Penangkapan

Pangkalan Pendaratan Ikan


Labuhan

Brondong

Lohgung

Jumlah

Purse Seine

32

159

195

Payang Besar

81

648

102

831

Pancing Prawe

521

521

Payang Kecil

532

48

397

977

Gill Net

115

115

11

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

No.

Jenis Alat
Penangkapan

Tramel Net

Bubu
Jumlah/Total

Pangkalan Pendaratan Ikan


Labuhan

Brondong

Lohgung

Jumlah

248

248

625

626

1385

1625

503

3513

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Lamongan (Lamongan Dalam Angka tahun 2011)
Tabel Lokasi Sektor Perikanan Kecamatan Brondong
Lokasi Perikanan
Ikan Konsumsi Tambak
Ikan Konsumsi Waduk
Jumlah

Kecamatan Brondong
Hasil Produksi (Kg/th)
2.307.098,46
2.211,00
2.309.309,46

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Lamongan (Lamongan Dalam Angka tahun 2011)

2. Kawasan Pertanian
Kegiatan pertanian di wilayah Kecamatan Brondong merupakan kegiatan penunjang

Fasilitas perdagangan dan jasa yang ada di Kecamatan Brondong meliputi pasar
umum, pasar hewan, toko, warung, koperasi/ KUD, dan bank. Selain itu juga terdapat usaha
dan jasa yang dikelola oleh perorangan seperti bengkel mobil/ motor, reparasi elektronik,
bengkel las, dan salaon.
5. Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan yang ada di Kecamatan Brondong sudah lengkap. Fasilitas
tersebut terdiri dari sekolah TK, sekolah dasar, Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah Menengah Atas (SMA/ SMK).
6. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan di Kecamatan Brondong kurang lengkap karena fasilitas
kesehatan yang ada masih berupa fasilitas kesehatan pembantu dan atau fasilitas kesehatan
skala desa. Fasilitas tersebut antara lain balai pengobatan, puskesmas, pustu, posyandu, dan

ekonomi penduduknya, sehingga dominasi penggunaan lahan di wilayah Kecamatan

polindes/ poskesdes

Brondong adalah kegiatan pertanian. Pada umumnya lahan pertanian yang ada ditanami,

7. Fasilitas Peribadatan

jagung, cabe, sirsat, sawo, pisang dan jambu Mete, dengan sistem pengairan yang ada pada
umumnya adalah non teknis teknis atau tadah hujan.
Kecamatan Brondong merupakan desa yang menghasilkan tanaman pangan dengan

Fasilitas peribadatan yang terdapat di Kecamatan Brondong meliputi Masjid dan


Musholah..
8. Fasilitas Perkantoran

salah satu hasil produksi jenis tanaman jagung dengan jumlah 22.268 ton per tahun. Untuk

Keberadaan fasilitas perkantoran di Kecamatan Brondong berkembang di kawasan

komoditi Ubi Kayu menghasilkan produksi sebesar masing-masing 15.570,00 ton per tahun.

pusat kecamatan yaitu di Desa Brondong. Berikut adalah fasilitas perkantoran di wilayah

Sedangkan potensi pertanian dari jenis buah-buahan pisang ini tiap tahun bisa berproduksi

perencanaan :

sebesar 124,80 ton per tahun.

1. Kantor Kecamatan

3. Kegiatan Perumahan
Kecenderungan berkembangnya permukiman di Kecamatan Brondong adalah

2. Kantor Desa
3. Kantor Urusan Agama

memiliki pola linier dengan kecenderungan mengikuti jaringan jalan yang sudah ada dan

4. Kantor Pos

mengelompok mengikuti jalan lingkungan. Ditinjau dari kepadatannya, epmukiman yang

5. Kantor Polsek

terdapat di Kecamatan Brondong memiliki kepadatan sedang hingga sangat rendah.


Pemukiman dengan tingkat kepadatan sedang tersebar di pusat perkotaan yaitu
pada Kelurahan Brondong dan Desa Sedayulawas. Selain itu juga terdapat pada Desa
Sumberagung. Sementara itu perumahan dengan tinggkat kepadatan rendah hingga sangat
rendah tersebar di desayang masih memiliki ciri pedesaan seperti Desa Brengkok, Desa
Sidomukti, Desa Lohgung, Desa Sendangharjo, Desa Lembor dan Desa Tlogoretno.
4. Fasilitas Perdagangan dan Jasa
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

12

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

13

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

3.1.4.

Jaringan Prasarana

3.1.4.1.

Jaringan Transportasi

Karakteristik transportasi yang ada di Kecamatan Brondong ini meliputi fungsi jalan,
jenis perkerasan, dan sarana transportasi.
A. Fungsi Jalan
Kecamatan Brondong memiliki fungsi jalan Kolektor yang menghubungkan

3.1.4.3.

Jaringan Listrik

Pelayanan jaringan listrik oleh PLN sudah menjangkau merata di wilayah Kecamatan
Brondong, meskipun masih banyak rumah masih menggunakan penerangan dengan minyak
tanah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Adanya rumah yang masih
menggunakan penerangan minyak tanah kebanyakan dikarenakan akses menuju rumah
tersebut sulit dengan jalan masih berupa jalan tanah.

antara Kabupaten Lamongan Kebupaten Gresik, serta jalan lokal primer yang
menghubungkan Kecamatan Brondong dengan kecamatan sekitarnya melalui jalan di
Desa Lohgung dan Lembor, sedangkan jalan lainnya berupa jalan lingkungan primer.
B. Sarana Transportasi
Sarana transporatasi yang digunakan di Kecamatan Brondong meliputi
kendaraan bermotor dan tidak bermotor, kendaraan pribadi dan umum, serta

3.1.4.4.

Jaringan Air Bersih

Pemakaian air bersih merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang harus dipenuhi
secara rutin untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Baik buruknya pelayanan air
bersih/ minum suatu daerah akan bergantung pada ketersediaan bahan baku air untuk
pengolahan lebih lanjut.

kendaraan muatan barang. Kendaraan bermotor yang paling banyak dimiliki warga

Sumber air di wilayah Kecamatan Brondong berupa air permukaan dengan kedalaman

Kecamatan Brondong adalah sepeda motor sebanyak 7.682, sedangkan paling sedikit

berkisar antara 0 20 meter dari permukaan tanah. Tetapi pada Desa tertentu seperti Desa

adalah colt sebanyak 62 buah.

Tlogoretno dan Sendangharjo tidak ditemukan adanya air permukaan, sehingga pada musim

C. Dimensi Jaringan Jalan

kemarau desa tersebut sangat kekurangan air.

Dimensi jaringan jalan yang terdapat di Kecamatan Brondong bervariatif, untuk jalan
Kolektor yang melewati pada pusat perkotaan relatif sempit antara 6 7 meter
perkerasannya, sedangkan untuk ruas jalan lingkungan mempunyai perkerasan antara
3 5 meter.
3.1.4.2.

Jaringan Telekomunikasi

3.1.4.5.

Jaringan Drainase

Drainase adalah sistem saluran pembuangan air hujan yang menampung dan
mengalirkan air hujan dan air buangan yang berasal dari daerah terbuka maupun dari daerah
terbangun. Bila dilihat dari fungsinya, drainase ini untuk menampung, mengalirkan, dan

Telekomunikasi memegang peranan penting dalam mendorong percepatan arus

memindahkan air hujan secepat mungkin dari daerah tangkapan ke badan penerima yang

informasi. Semakin pesat pembangunan telekomunikasi, khususnya telekomunikasi nirkabel,

kemudian di salurkan ke jaringan utama yaitu sungai. Jaringan drainase diklasifikasikan dalam

semakin meningkat pula pembangunan infrastruktur prasarana pendukung seperti menara

3 (tiga) jenis yaitu drainase primer,drainase sekunder dan drainase tersier.

telekomunikasi.
Sistem jaringan telekomunikasi di Kecamatan Brondong sudah berkembangan dengan
cukup baik yang terdiri dari system jaringan kabel dan system jaringan nirkabel. Saat ini

Melihat kondisi dilapangan, jaringan drainase yang terdapat di Kecamatan Brondong


memiliki konstruksi semi permanen dan non permanen. Jaringan utama drainase berada di
sepanjang jalan utama desa-desa di Kecamatan Brondong.

telekomunikasi nirkabel sudah berkembang berdasarkan Kecamatan Brondong dalam angka


tahun 2012, dapat diketahui pada tahun 2011 jumlah pengguna telekomunikasi nirkabel
mencapai 5.591 pengguna, dan provider yang sudah beroperasi yaitu Telkomsel, Excelindo,
Axis, dan Indosat.

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

3.1.4.6.

Jaringan Persampahan

Penanganan sampah di wilayah Kecamatan Brondong masih dilakukan secara individual


dan belum dilayani oleh pengelolaan persampahan dari dinas terkait. Umumnya penduduk

14

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

mengelola sampah dengan cara langsung membakar, menimbun, dan bahkan terdapat beberapa

area dimana ditemui pembuangan sampah ke saluran irigasi pertanian.


3.2.

Sub BWP ini memiliki luas wilayah sebesar lebih kurang 650 Ha dengan pusat pelayanan
di Desa Brondong.

Tujuan Bagian Wilayah Perencanaan (BWP) Brondong

Tujuan penataan ruang diuraikan secara umum memperhatikan karakteristik wilayah

Fungsi utama Sub BWP A adalah;


Perdagangan dan jasa skala regional (Pelabuhan Perikanan Nusantara, Pasar

Perkotaan Brondong serta kecenderungan perkembangan yang terdapat dalam wilayahnya.

Brondong

Tujuan penataan Bagian Wilayah Perencanaan Brondong disusun berdasarkan isu-isu strategis

Perkantoran Pemerintah skala regional (Kantor Dirjen Perikanan Tangkap)

yang telah dirumuskan berdasarkan potensi dan permasalahan pada kawasan.

Kawasan Pendidikan (Tingkat Dasar sampai Menengah Atas).

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan menetapkan bahwa peran dan fungsi

Kawasan Permukiman Perkotaan

Kawasan Perkotaan Brondong adalah sebagai :


Mewujudkan Perkotaan Brondong Sebagai

Kawasan Pertanian
B.

Pusat Kegiatan Perdagangan - Jasa, Industri dan Pariwisata

Sub BWP II (Sebagian Desa Sedayulawas, Desa Brengkok, Desa Sidomukti, Desa
Labuhan dan Desa Lohgung)

Secara Berkelanjutan

Sub BWP ini memiliki luas wilayah sebesar lebih kurang 2121 Ha dengan pusat
pelayanan di Desa Sedayulawas.

3.2.1. Penetapan Hierarkhi dan Sub BWP

Berdasarkan hasil perhitungan analisa indeks sentralitas yang terbagi menjadi analisa

Fungsi utama Sub BWP B adalah;


Perdagangan dan jasa skala kecamatan

indeks kependudukan, indeks fasilitas, dan indeks aksesbilitas, maka dapat diketahui tingkatan

Perkantoran Pemerintah skala kecamatan dan Lokal (Kantor Kecamatan, Kantor

klasifikasi masing-masing desa yang ada di Kecamatan Brondong yang terdiri dari 4 klasifikasi I,

Urusan Agama, Kantor Pos, Telkom)

II, III, dan IV. hasil tersebut diperoleh dari perhitungan indeks sentralitas tersebut sehingga

Kawasan Pendidikan (Tingkat Dasar sampai Menengah Atas)

dapat dikelompokkan desa-desa yang ada di Kecamatan Brondong menjadi beberapa klasifikasi,

Kawasan Permukiman Perkotaan dan Kampung Pesisir

antara lain :

Kawasan Pertanian

Sangat Tinggi : Desa Brondong dan Desa Sumberagung

Tinggi : Desa Sedayulawas

Sedang : Desa Brengkok

Rendah : Desa Sidomukti, Desa Sendangharjo, Desa Labuhan, Desa Lohgung, Desa
Tlogoretno dan Desa Lembor.
Berdasarkan beberapa klasifikasi diatas, serta pertimbangan kondisi morfologi kawasan

Kawasan Industri Rakyat


C.

Sub BWP III (Desa Sendangharjo, Desa Tlogoretno dan Desa Lembor)

Sub BWP ini memiliki luas wilayah sebesar lebih kurang 2699 Ha dengan pusat
pelayanan di Desa Sendanghajo.

Fungsi utama Sub BWP B adalah;


Perdagangan dan jasa skala lokal

serta keserasian dan keterpaduan fungsi BWP yang digunakan dalam proses penyusunan

Perkantoran Pemerintah skala lokal

rencana, maka dalam tahap selanjutnya adalah penentuan pembagian Sub BWP di wilayah

Kawasan Pendidikan (Tingkat Dasar sampai Menengah Atas).

Kecamatan Brondong. Mengacu pada pertimbangan tersebut diatas maka pemilahan Kecamatan

Kawasan Permukiman Perdesaan

Brondong dalam bentuk Sub BWP adalah sebagai berikut:

Kawasan Pertanian

A.

Sub BWP I (Desa Brondong, Desa Sumberagung, dan Sebagian Desa Sedayulawas)

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

15

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

5. Pengembangan kegiatan pelabuhan dan perikanan laut;


6. Pengembangan kegiatan wisata skala Regional; serta
7. Pengembangan kegiatan pendidikan;
Serta Kegiatan Utama sebagai pendukung adalah :
1. Pengembangan kegiatan industri (Kerajinan Rakyat);
2. Pengembangan Pertanian;
3. Pengembangan Peternakan;
4. Pengembangan Pertambangan;
Rencana pola ruang pada dasarnya menggambarkan peruntukan ruang dengan fungsi

5. Perlindungan kawasan lindung (mangrove).

utama lindung dan budidaya. Untuk mengarahkan pola ruang ini maka dibuat konsep
pengembangan perkotaan dan materi pola ruang Kecamatan Brondong.

Pengembangan pusat-pusat baru


a. Pengembangan kegiatan perkotaan diarahkan memunculkan pusat pengembangan baru

4.1 Konsep Pengembangan Kecamatan Brondong

yaitu di Desa Sendangharjo dan Desa Lembor sebagai pusat kegiatan lingkungan dengan

4.1.1 Pengembangan Sistem Pusat Kegiatan Kecamatan Brondong


Pengembangan kawasan Kecamatan Brondong tidak terlepas dari fungsi dari Kecamatan
Brondong

sebagai

Pusat

Kegiatan

Lokal

di

promosikan

(PKLp)

dengan

pengembangannya adalah :

arahan

penambahan kegiatan perumahan, sarana pelayanan umum berupa fasilitas pendidikan


tingkat atas, fasilitas kesehatan yang melayani rawat inap dan fasilitas peribadatan .
b. Peningkatan prasarana sebagai pengarah perkembangan kawasan perkotaan pada setiap
desa, khususnya yang dilalui oleh rencana jalur bebas hambatan dan jalan lingkar.

1. Sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan/lokal;


2. Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional;
3. Sebagai pusat industri besar dan strategis nasional;

4.1.2 Arahan Kebijakan Pengembangan Kecamatan Brondong


Adapun arahan kebijakan pengembangan tata ruang Kecamatan Brondong, meliputi :

4. Sebagai pusat transportasi nasional;

A. Kebijakan Dan Strategi Penetapan Pola Ruang Wilayah

5. Sebagai pengembangan kawasan minapolitan;

1. Kebijakan dan strategi penetapan kawasan lindung

6. Sebagai pusat pelabuhan dan industri perikanan skala regional dan nasional;

a. Kebijakan Penetapan Kawasan Lindung

7. Sebagai pusat kegiatan pariwisata skala regional;

Kebijakan pemantapan kawasan lindung, dengan penetapan berbagai fungsi lindung kota

8. Sebagai pusat Pelayanan pelabuhan barang skala regional;

dan pelestarian yang terpadu meliputi : kawasan perlindungan setempat dan kawasan

9. Sebagai pusat pengembangan pendidikan.

ruang terbuka hijau.


b. Strategi :

Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan adalah :

(1)

Penetapan dan pelestarian kawasan perlindungan setempat dilakukan dengan

1. Pengembangan pelayanan umum skala kecamatan;

strategi melalui:

2. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa;

a. Memantapkan fungsi kawasan sempadan sungai untuk fungsi lindung dan

3. Pengembangan Industri besar;

penunjang kegiatan pariwisata;

4. Pengembangan transportasi darat berupa jalan raya dan jalan Tol;


EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

16

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

b. Memantapkan fungsi kawasan sempadan saluran udara tegangan tinggi (SUTT)


untuk fungsi lindung berupa ruang terbuka hijau dengan pembatasan jarak bebas
minimum dan pembatasan pembangunan pada kawasan yang telah terbangun;
(2)

Penetapan dan pelestarian kawasan ruang terbuka hijau dilakukan dengan strategi
melalui :
a. Menetapkan dan mengoptimalkan fungsi Ruang Terbuka Hijau publik sebesar
20% (dua puluh persen) dari luas kawasan terbangun Perkotaan Brondong yang
persebarannya disesuaikan dengan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau;
b. Mengatur pemanfaatan ruang terbuka hijau privat sebesar 10% (sepuluh persen),
melalui pengendalian Koefisien Dasar Bangunan pada kawasan terbangun kota;
c. Melestarikan ruang terbuka hijau untuk fungsi lindung, penciptaan iklim mikro,
pereduksi polutan, serta pengendalian pelestarian lingkungan kota.

c. Mengembangkan toko modern dalam tingkat unit lingkungan yang jumlahnya


disesuaikan dengan kebutuhan;
d. Mengembangkan kawasan perdagangan khusus sesuai perkembangan kawasan
perkotaan;
e. Mengembangkan pusat perdagangan dan jasa pada setiap sub bagian wialayah
perkotaan secara berhierarki;
f. Mengakomodasi penyediaan lahan bagi kegiatan sektor informal pada setiap zona
perdagangan.
(2) Pengembangan zona perkantoran dilakukan dengan strategi melalui :
a. Mempertahankan fungsi perkantoran yang telah ada;
b. Mengembangkan pemusatan layanan perkantoran pemerintah daerah secara berhirarki
pada kawasan pelayanan publik di Desa Sedayulawas;
c. Mengembangkan perkantoran swasta pada pusat-pusat pelayanan kota;

2. Kebijakan Penetapan Kawasan Budidaya


a. Kebijakan penetapan kawasan budidaya

(3) Pengembangan zona industri dilakukan dengan strategi melalui :


a. Mengembangkan zona industri yang ramah lingkungan;

Kebijakan pengembangan kawasan budidaya, dengan meningkatkan fungsi setiap zona di

b. Meningkatkan peran industri kecil dan industri rumah tangga sebagai sentra industri;

Perkotaan Brondong meliputi : zona perumahan; zona perdagangan dan jasa; zona

c. Menjaga kualitas lingkungan pada zona industri.

perkantoran; zona sarana pelayanan umum; zona ruang terbuka non hijau; zona
peruntukan lainnya; zona peruntukan khusus dan zona campuran.
b. Strategi :
(1)

Mengembangkan dan menata kepadatan perumahan sebagai kepadatan tinggi,


sedang dan rendah secara proporsional dalam memenuhi kebutuhan seluruh
masyarakat;

b.

Meningkatkan kualitas lingkungan zona perumahan, serta pengembangan zona


siap bangun/lingkungan siap bangun;

c.

a. Mengembangkan fungsi ruang terbuka non hijau sebagai satu kesatuan sistem yang
menghubungkan sistem jaringan dalam kawasan maupun antar kawasan budidaya;

Pengembangan zona perumahan dilakukan dengan strategi melalui :


a.

(4) Pengembangan zona ruang terbuka non hijau dilakukan dengan strategi melalui :

Mengembangkan zona perumahan baru yang terintegrasi dengan kawasan


sekitarnya.

(1) Pengembangan zona perdagangan dan jasa dilakukan dengan strategi melalui :
a. Mengembangkan Pasar Tradisional;
b. Mengembangkan pusat perbelanjaan secara terintegrasi dalam skala kawasan

b. Mengembangkan estetika dan kenyamanan pada setiap zona ruang terbuka non hijau.
(5) Penyediaan kawasan ruang evakuasi bencana dilakukan dengan strategi melalui :
a. Menggunakan ruang terbuka hijau dan non hijau yang ada pada setiap lingkungan dan
Kecamatan untuk menampung korban bencana;
b. Menggunakan ruang-ruang dan bangunan lainnya yang dapat berubah menjadi tempat
pengungsian sementara.
(6) Pengembangan zona sarana pelayanan umum dilakukan dengan strategi melalui :
a. Mengembangkan sub zona pendidikan tinggi dan mendistribusikan secara merata
fasilitas pendidikan yang berhierarki;
b. Mengembangkan sub zona peribadatan untuk tiap unit pengembangan dan pemukiman
baru;

perkotaan;
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

17

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

c. Mengembangkan sub zona kesehatan yang berhierarki serta peningkatan pelayanan sub
zona kesehatan yang bertaraf internasional;
(7) Pengembangan zona peruntukan lainnya dilakukan dengan strategi melalui :
a. Mengembangkan sektor industri garam rakyat guna meningkatkan dan memperluas
lapangan pekerjaan
b. Peningkatan di sektor perikanan dengan memanfaatkan potensi lahan yang ada;
c. Mengintegrasikan fungsi pariwisata pada berbagai kawasan budidaya kota lainnya.

(3) Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi dilakukan dengan strategi meliputi :


a. meningkatkan jangkauan pelayanan jaringan telekomunikasi khususnya untuk kawasan
yang baru dikembangkan;
b. Meningkatkan pelayanan jaringan telepon nirkabel melalui penggunaan secara bersama
menara telekomunikasi (base transceiver station) antar provider.
(4) Pengembangan sistem jaringan air bersih dilakukan dengan strategi meliputi :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan air minum melalui perluasan cakupan pelayanan air
minum;

B. Kebijakan Dan Strategi Jaringan Prasarana


1. Kebijakan dan strategi jaringan prasarana
Kebijakan jaringan prasarana, dengan pengembangan sistem jaringan yang terpadu,
meliputi : sistem jaringan pergerakan, sistem jaringan energi, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem jaringan infrastruktur kota.

(1) Pengembangan sistem jaringan pergerakan, meliputi :


a. Mengembangkan transportasi darat yang dikembangkan secara terpadu dengan :
Penngembangan jalan bebas hambatan yang melewati kecamatan Brondong
sebelah selatan.
2.

Pengembangan jalan lingkar yang menghubungkan antara Brondong Paciran


dengan pintu akses berada di Desa Sedayulawas,

3.

Mengembangkan jaringan jalan secara berhirarki dengan mengutamakan


peningkatan akses jalan yang menghubungkan antar kawasan

4.

Meningkatkan pelayanan angkutan umum dan barang dalam dan antar kota
dengan mengutamakan angkutan umum massal;

5.

Mengembangkan angkutan massal perkotaan berbasis jalan yang terintegrasi


dengan moda transportasi lainnya;

6.

Meningkatkan pelayanan sistem pedestrian yang sejalan dengan pengembangan


jaringan jalan dan kawasan budidaya;

7.

fasilitas umum dan komersial;


c. Mengoptimalkan

dan

membangun

jaringan

pelayanan

hidran

umum

melalui

pengintegrasian antara hidran dengan saluran sekunder perpipaan air bersih;


(5) Pengembangan sistem jaringan drainase kota dilakukan dengan strategi melalui :
a. Mengembangkan sistem drainase secara terpadu dengan memaksimalkan fungsi

2. Strategi:

1.

b. Meningkatan kuantitas dan kualitas air menjadi layak dan siap minum pada kawasan

Membangun dan meningkatkan kualitas prasarana dan sarana jalan bagi pejalan
kaki pada kawasan budidaya dan pada sepanjang jalan utama kota;

(2) Pengembangan sistem jaringan energi dilakukan dengan strategi yaitu Meningkatkan

drainase sebagai saluran pematusan air hujan dan mengurangi genangan;


b. Mengembangkan jaringan drainase yang terintegrasi dengan jaringan pergerakan yang

ada dan yang akan dikembangkan;


c. Meningkatkan tampungan/resapan air melalui pengoptimalan fungsi tampungan untuk

wisata air, penataan lingkungan, konservasi serta pengendalian banjir.


(6) Pengembangan sistem pengolahan air limbah dilakukan dengan strategi yaitu mengelola
limbah kota untuk mengurangi tingkat pencemaran lingkungan, melalui penyediaan IPAL
dan IPAL Komunal;
(7) Pengembangan prasarana lainnya dengan strategi :
a. Mengembangkan sistem pengelolaan sampah dengan pengurangan volume, penggunaan
kembali dan pendaur-ulangan sampah;
b. Mengoptimalisasikan fungsi tempat pemrosesan akhir (TPA) dan sarana prasarana
kebersihan;
c. Mengembangkan teknologi persampahan yang hemat energi dan ramah lingkungan;
d. Menyediakan jalur evakuasi bencana kebakaran di kawasan-kawasan yang rawan
bencana, khususnya di kawasan pusat perdagangan dan permukiman padat.
4.2 Pembagian Sub BWP dan Blok

pelayanan dan memperluas daerah pelayanan untuk memenuhi kebutuhan listrik kota;
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

18

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Sub BWP adalah Sub Bagian Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disebut Sub BWP

Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi

adalah bagian dari BWP yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri dari beberapa blok, dan

peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pola

memiliki pengertian yang sama dengan subzona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam

pemanfaatan ruang di wilayah perencanaan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.

budidaya.

Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang

Rencana pola ruang Kawasan Kecamatan Brondong meliputi rencana kawasan lindung

nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan ekstra

dan kawasan budidaya. Kawasan lindung yang terdapat pada Kecamatan Brondong terdiri dari

tinggi, dan pantai, atau yang belum nyata seperti rencana jaringan jalan dan rencana jaringan

kawasan perlindungan setempat dan zona ruang terbuka hijau. Sementara itu pada kawasan

prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota, dan memiliki pengertian yang sama

budidaya Kecamatan Brondong yaitu zona perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran,

dengan blok peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun

sarana pelayanan umum, industri, zona peruntukan lainnya, zona campuran dan ruang terbuka

2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.

non hijau (RTNH).

Sub blok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan subzona.

4.3.1. Rencana Zona Lindung


Zona lindung merupakan zona yang ditetapkan fungsi utamanya untuk melindungi

Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik.
Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik
tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan nilai
sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.

bersangkutan.

Zona lindung yang terdapat pada Kecamatan Brondong yaitu terdiri dari zona

Untuk memaksimalkan pelayanan perkotaan maka perlu adanya pembagian sub

perlindungan setempat dan zona Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Bagian Wilayah Perencanaan yang disesuaikan karakter wilayah perencanaan, dengan


demikian BWP Brondong terdiri atas 3 (tiga) Sub BWP, dan setiap Sub BWP terdiri dari

No

Zona

Perlindungan
Setempat

Perlindungan
Setempat

beberapa blok, lihat tabel 4.1. Pembagian Sub BWP dan Blok.
Tabel 4.1
Pembagian Sub BWP dan Blok Kecamatan Brondong
SUB BWP
BLOK
I

9 (A s/d I)

II

21 (A s/d U)

III

14 (A s/d N)

Sumber : Hasil Rencana 2013

Tabel Rencana Penetapan Zona Lindung Kecamatan Brondong


Kode
Kegiatan
Sub
Blok
BWP
I
B, D, F
Sempadan Pantai
PS
II
H, K, M, P, U
PS

Sempadan Sungai
Taman

Ruang Terbuka Hijau

RTH
RTH Jalur Hijau
Koridor

I
II
III
I
II
III

I,II, III,IV

D, F, L
G, H, I
C, D
B, C, F, G, K
B, C
B, D, E, F, H
Koridor Jalan Raya Brodong Paciran
Koridor Jalan Lokal Antar desa

Sumber : Hasil Analisa

4.3.1.1.

Zona Perlindungan Setempat (PS)


Zona perlindungan setempat merupakan kawasan yang berfungsi untuk melindungi

kelestarian suatu manfaat atau suatu fungsi tertentu, baik yang merupakan bentukkan alami
maupun buatan. Zona perlindungan setempat yang terdapat di Kecamatan Brondong berupa
sempadan pantai dan sempadan sungai.
4.3 Rencana Pola Ruang Bagian Wilayah Perencanaan (BWP) Kecamatan Brondong
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

Sub Zona Sempadan Pantai


19

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Penetapan sempadan pantai didasarkan pada Kepres No 32 tahun 1990 mengenai

d. Pengembangan pariwisata dengan tetap memperhatikan aspek ekologis. Adapun bentuk

Kriteria Penetapan Kawasan Lindung adalah daerah sepanjang tepian yang lebarnya

pengembangan wisata yang dapat dilakukan adalah dengan pengembangan hutan bamboo di

proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang

sepanjang kawasan sempadan sungai.

tertinggi ke arah darat. Penetapan sempadan pantai ini ditekankan kepada pertimbangan
karakteristik pantai. Untuk pantai utara dengan karakteristik pantai yang cukup landai

4.3.1.2. Zona Ruang Terbuka Hijau


Adapun Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang direncanakan untuk Kecamatan Brondong

cenderung memiliki abrasi yang cukup tinggi. Untuk itu penentuan besarnya sempadannya

terdiri dari :

harus ditetapkan berdasarkan kerentanan tersebut. Adapun wilayah yang memiliki daerah

1. RTH Publik

pesisir yang juga merupakan kawasan sempadan pantai adalah tepatnya di Kelurahan

Ruang terbuka hijau (RTH) Publik yang direncankan berupa Hutan dan Taman Kota, Jalur Hijau

Brondong, Desa Sedayulawas, Desa Brengkok, Desa Labuhan dan Desa Lohgung. sehingga

berbentuk Koridor, RTH Ruang Pejalan kaki, RTH dengan fungsi tertentu.

diperlukan upaya penanaman mangrove di wilayah pantai untuk meminimalkan abrasi pantai

A. Taman dan Hutan Kota


1) Taman Rukun Tetangga

dan mencegah intrusi air laut ke daratan.

Taman Rukun Tetangga yang direncanakan di Kecamatan Brondong berada di masing-

Sub Zona Sempadan Sungai


Sub zona sempadan sungai di Kecamatan Brondong melewati seluruh wilayah Kecamatan
Brondong, sungai yang ada di Kecamatan Brondong ini beberapa merupakan sungai tidak
bertanggul. Sungai di Kecamatan Brondong memiliki dan berada di sub BWP I blok D, F, L , sub
BWP II blok G, H, I dan sub BWP III Blok C, D.
a. Perlindungan pada sungai besar diluar kawasan permukiman ditetapkan minimum 100
meter kiri kanan sungai.
sungai

diluar kawasan permukiman ditetapkan

minimum 50 meter.
c. Pada sungai besar dan anak sungai yang melewati kawasan permukiman

ditetapkan

minimum 15 meter.
Upaya penanganan / pengelolaan kawasan sempadan sungai dilakukan dengan:
a. Pengaturan erositas dan pengaturan tanah pertanian.
b. Pengembangan dan peningkatan jaringan irigasi sebagai upaya menjamin terjaganya daya
dukung pangan.
c. Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan sumber daya air (pengendalian banjir,
pengendalian sedimen, pengembangan suplai air bersih perkotaan, pencegahan pencemaran,
peningkatan kualitas air baku).

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

tersedia bangku taman dan fasilitas mainan anak-anak, diusahakan ada pada setiap RT
dengan luas minimum 250 m2. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal
seluas 40% dari luas taman. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman,
juga terdapat 3-5 pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang.

Penetapan kawasan sempadan sungai adalah :

b. Perlindungan terhadap anak- anak

masing unit lingkungan.Taman Rukun Tetangga harus menyediakan fasilitas setidaknya

2) Taman RW
Taman RW yang di rencanakan di Kecamatan Brondong berada di masing-masing unit
lingkungan Adapun ketentuan utama dari taman ini setidaknya disetarakan dengan taman
RW setidaknya seluas minimal 1.250 m2 dan luas area yang ditanami tanaman (ruang
hijau) minimal seluas 70% dari luas taman sisanya dapat berupa pelataran yang
diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai aktifitas. Pada taman ini selain ditanami
dengan berbagai tanaman sesuai keperluan, juga terdapat minimal 10 (sepuluh) pohon
pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang. Taman ini dilengkapi dengan area bermain
serta sarana untuk menunjang kenyaman pengunjungnya seperti kursi taman, Toilet
umum, dan lainnya. Rencana RTH taman RW di wilayah perencanaan adalah seluas 0,50
Ha.
3) Taman Desa
Taman Desa yang direncanakan di Kecamatan Brondong berada di Sub BWP I Blok B, C, F,
G, K, Sub BWP II di Blok B, C, Sub BWP III Blok B, E, F, H dan Sub BWP IV Blok A, B, F, M.

20

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Luas taman Desa minimum 5.000 m2 yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas

Pada prinsipnya penempatan dan pemilihan tanaman pada jalur jalan diupayakan tidak

90% dari luas taman sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat

mengganggu pandangan pemakai jalan khususnya pengendara kendaraan. Baik penempatan

melakukan berbagai aktifitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman

disisi jalan (berm jalan), khususnya penempatan ditengah jalan (boulevard), atau taman pada

sesuai keperluan, juga terdapat minimal 15 (sepuluh) pohon pelindung dari jenis pohon

simpul-simpul persimpangan jalan

kecil atau sedang.

C. RTH Fungsi Tertentu

4) Taman Kecamatan
Taman Kecamatan di Kecamatan Brondong berada di Sub BWP II Blok D. Taman
kecamatan disediakan untuk melayani penduduk satu kecamatan. Luas taman ini adalaah
10.000 m2. Lokasi taman berada pada wilayah kecamatan yang bersangkutan.
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% - 90% dari luas
taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat

melakukan

berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman sesuai
keperluan, juga terdapat minimal 50 (limapuluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil
atau sedang untuk taman aktif dan minimal 100 (seratus) pohon tahunan dari jenis pohon
kecil atau sedang untuk jenis taman pasif.

RTH fungsi tertentu adalah jalur hijau antara lain RTH sempadan sungai dan RTH
pemakaman.
a. RTH Sempadan Sungai
RTH sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai yang
memiliki fungsi utama untuk melindungai sungai tersebut dari berbagai gangguan yang
dapat merusak kondisi sungai dan kelestariannya.
Kawasan sungai di Kecamatan Brondong ialah termasuk jenis sungai tidak bertanggul,
berada di sub BWP I Blok D, F, L , Sub BWP II blok G, H, I dan sub BWP III Blok C, D.
Adapun criteria pemilihan vegetasi untuk RTH ini adalah sebagai berikut ;
System perakaran yang kuat, sehingga mampu menahan pergeseran tanah;
Tumbuh baik pada tanah padat;
System perakran masuk dalam tanah, tidak merusak konstruksi dan bangunan;
Kecepatan tumbuh bervariasi;
Tahan terhadap hama dan penyakit tanaman;
Jarak tanam setengah rapat sampai 90% dari luas area, harus dihijaukan;
Tajuk cukup rinfang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;

Pengembangan Gazebo dan Kolam Ikan

Pengembangan Arena Bermain Anak

Berupa tanaman local dan tamanan budidaya;


Dominasi tanaman tahunan; dan
Sedapat mungkin tanaman yang dapat menungundang burung.

Pengembangan Taman Bunga

Pengambangan Air mancur

Gambar : Contoh Konsep Taman Skala Kecamatan


B. Jalur Hijau Berbentuk Koridor
Gambar : Contoh Bentuk Pengembangan RTH Sempadan Sungai
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

21

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

b. RTH untuk Pemakaman

memungkinkan tersedia RTH privat maka dapat dikembangkan sistem penyediaan RTH privat

Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki fungsi utama

melalui pot-pot, bangunan hijau dan RTH di atas atap.

sebagai tempat penguburan jenasah juga memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai daerah

A. RTH Pekarangan

resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta tempat

Pekarangan adalah lahan di luar bangunan, yang berfungsi untuk berbagai aktivitas.

hidup burung serta fungsi sosial masyarakat disekitar seperti beristirahat dan sebagai

Luas pekarangan disesuaikan dengan ketentuan koefisien dasar bangunan (KDB) di kawasan

sumber pendapatan.

perkotaan, seperti tertuang di dalam PERDA mengenai RTRW di masing-masing kota. Untuk

Adapun lokasi yang direncanakan sebagai RTH Pemakaman tersebar di Sub BWP I Blok A

memudahkan di dalam pengklasifikasian

dan D, Sub BWP II Blok A, H, L, Sub BWP III Blok H.

pekarangan sebagai:

Untuk penyediaan RTH pemakaman, maka ketentuan bentuk pemakaman adalah sebagai

1) Pekarangan Rumah Besar

pekarangan

maka

ditentukan

kategori

berikut :

Ketentuan penyediaan RTH untuk pekarangan rumah besar adalah sebagai berikut:

a) Ukuran makam 1 m x 2 m;

a) kategori yang termasuk rumah besar adalah rumah dengan luas lahan di atas 500 m2 ;

b) Jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m;

b) ruang terbuka hijau minimum yang diharuskan adalah luas lahan (m2) dikurangi luas

c) Tiap makam tidak diperkenankan dilakukan penembokan/ perkerasan;


d) Pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing blok
disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat;
e) Batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm dengan deretan pohon

dasar bangunan (m2) sesuai peraturan daerah setempat;


c) jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 3 (tiga) pohon

pelindung

ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput.
2) Pekarangan Rumah Sedang
Ketentuan penyediaan RTH untuk pekarangan rumah sedang adalah sebagai berikut:

pelindung disalah satu sisinya;


f) Batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antara pagar buatan
dengan pagar tanaman, atau dengan pohon pelindung;
g) Ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70% dari total
area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari luas ruang hijaunya.

a) kategori yang termasuk rumah sedang adalah rumah dengan luas lahan antara 200
m2 sampai dengan 500 m2;
b) ruang terbuka hijau minimum yang diharuskan adalah luas lahan (m2) dikurangi luas
dasar bangunan (m2) sesuai peraturan daerah setempat;
c) jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 2 (dua) pohon pelindung
ditambah dengan tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.
3) Pekarangan Rumah Kecil
Ketentuan penyediaan RTH untuk pekarangan rumah kecil adalah sebagai berikut:
a) kategori yang termasuk rumah kecil adalah rumah dengan luas lahan dibawah 200 m2;
b) ruang terbuka hijau minimum yang diharuskan adalah luas lahan (m2) dikurangi luas

Gambar : Contoh Pola Penanaman pada RTH Pemakaman

2. RTH Privat
RTH privat ialah RTH yang terdiri dari halaman pada kawasan terbangun berupa
perumahan, perkantoran, perdagangan jasa, sarana pelayanan umum dan lainnya, setidaknya
seluas 10% dari luas area yang dimiliki.
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

Pada kondisi sangat padat sehingga tidak

dasar bangunan (m2) sesuai peraturan daerah setempat;


c) jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 1 (satu) pohon pelindung
ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.
Keterbatasan luas halaman dengan jalan lingkungan yang sempit, tidak menutup
kemungkinan untuk mewujudkan RTH melalui penanaman dengan menggunakan pot atau
22

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

media tanam lainnya.

Sub zona perumahan kepadatan tinggi (R-2) dikembangkan mengikuti perkembangan yang

B. RTH Halaman Perkantoran, Pertokoan, dan Tempat Usaha

ada dibatasi terutama pada jaringan jalan utama dan terkonsentrasi pada wilayah yang saat

RTH halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha umumnya berupa jalur

ini telah padat yaitu pada kawasan pesisir. Jenis kegiatan rumah pada zona perumahan

trotoar dan area parkir terbuka. Penyediaan RTH pada kawasan ini adalah sebagai berikut:

kepadatan tinggi adalah rumah tunggal dan sederhana.

1) Untuk dengan tingkat KDB 70%-90% perlu menambahkan tanaman dalam pot;

Jenis kegiatan rumah pada sub zona perumahan kepadatan tinggi di Kecamatan Brondong

2) Perkantoran, pertokoan dan tempat usaha dengan KDB diatas 70%, memiliki minimal 2

terdiri dari Rumah Tunggal dan rumah deret menyatu sebagai tempat tinggal umumnya

(dua) pohon kecil atau sedang yang ditanam pada lahan atau pada pot berdiameter diatas 60

berupa rumah sederhana dan menengah yang berupa kampung khusunya pada kawasan

cm;

pesisir tersebar pada bagian utara di Kecamatan Brondong yaitu berada di sub BWP I blok

3) Persyaratan penanaman pohon pada perkantoran, pertokoan dan tempat usaha dengan
KDB dibawah 70%, berlaku seperti persyaratan pada RTH pekarangan rumah, dan ditanam

A, D, E, Sub BWP II Blok A, D, H, J, S, T,


B. Sub Zona Kepadatan Sedang (R-3)

pada area diluar KDB yang telah ditentukan.

Sub zona perumahan kepadatan sedang merupakan kepadatan yang paling dominan di

C. RTH dalam Bentuk Lainnya

Kecamatan Brondong. Perumahan ini berada di seluruh Sub BWP. Perumahan kepadatan

Pada kondisi luas lahan terbuka terbatas, maka untuk RTH dapat memanfaatkan ruang

sedang ini merupakan zona dengan wilayah perencanaan yang memiliki kepadatan

terbuka non hijau, seperti teras rumah, teras-teras bangunan bertingkat dan disamping

bangunan 40 (empat puluh) - 100 (seratus) rumah/ hektar.

bangunan, dan lain-lain dengan memakai media tambahan, seperti pot dengan berbagai ukuran

Sub zona perumahan kepadatan sedang di Kecamatan Brondong dikembangkan pada Sub

sesuai lahan yang tersedia.

BWP I blok A, C, D, I, J. Sub BWP II blok A, C, D. Sub BWP III blok A, B, C, D, G, H, I, J, K. Sub
BWP IV blok A, B, C, D, E, F, G.

4.3.2. Penetapan Kawasan Budidaya

C. Sub Zona Kepadatan Rendah (R-4)

Penetapan Kawasan budidaya didasarkan pada ketersediaan lahan beserta daya


dukungnya

Sub zona perumahan kepadatan rendah ini merupakan zona dengan wilayah perencanaan

sebagai upaya dalam mendukung berbagai aktivitas penduduk secara

yang memiliki kepadatan bangunan 10 (sepuluh) 40 (empat puluh) rumah/ hektar.

berkelanjutan. Adapun kawasan budidaya yang akan dikembangkan adalah zona perumahan,

Sub zona perumahan kepadatan rendah (R-4) di Kecamatan Brondong dikembangkan pada

zona perdagangan dan jasa, zona perkantoran, zona sarana pelayanan umum, zona industri,

Sub BWP I blok H. Sub BWP II blok E, G, U. Sub BWP III blok C, D, E.

zona peruntukan lainnya, zona peruntukan khusus, zona campuran dan zona ruang terbuka non
hijau.

Tabel
Pembagian Zona Perumahan
No

4.3.2.1. Pengembangan Zona Perumahan ( R )


Zona perumahan yang terdapat pada Kawasan Kecamatan Brondong sebagian besar
merupakan perumahan dengan kepadatan sedang dan rendah. Dalam pengembangan zona

dikelompokkan menjadi :
A. Sub Zona Kepadatan Tinggi (R-2)

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

Kode

Perumahan
kepadatan Tinggi

Perumahan
kepadatan sedang

R-3

Perumahan
kepadatan rendah

R-4

perumahan pada kawasan Kecamatan Brondong meliputi perumahan kepadatan tinggi (R-2)
perumahan kepadatan sedang (R-3) dan perumahan kepadatan rendah (R-4). Zona perumahan

Sub Zona

R-2

Kegiatan
Rumah tunggal dan deret
(rumah sederhana dan
menengah)

Sub BWP
I

A, D, E

Blok

II

A, D, H, J, S, T

Rumah tunggal dan deret


(rumah sederhana dan
menengah)

I
II

A, C, D, I, J,
A, C, D,

III

A, B, C, D, G, H, I, J, K,

Rumah tunggal dan deret


(rumah sederhana dan
menengah)

I
II
III

A, E, F, G, H,
A, B, J,
C, D, E,

Sumber : Hasil Renana 2013

23

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

4.3.2.2. Zona Perdagangan dan Jasa


Pengembangan sub zona perdagangan dan jasa tunggal dan deret berupa toko,
pertokoan dan Pusat Perbelanjaanyang berskala regional diarahkan pada jalan-jalan utama

Rencana kedepan bentuk penyediaan alat dan bahan farmasi bisa menyatu dengan jenis
kegiatan sarana pelayanan umum kesehatan berupa praktek dokter bersama yang tersebar
di Sub BWP II Blok A, J dan Sub BWP III Blok C dan E;

kawasan yang menghubungkan Brondong - Paciran serta perbaikan dan penataan zona

6. Pakaian dan Aksesoris, merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat, secara

perdagangan dan jasa di pusat kota, dengan pengaturan garis sempadan bangunan untuk

eksisting jenis kegiatan perdagangan dan jasa yang menjual pakaian dan aksesoris berpusat

menghindari gangguan terhadap arus lalu lintas yang berasal dari aktivitas yang ditimbulkan

pada Pasar Desa Sub BWP I Blok B, rencana kedepan jenis kegiatan tersebut tersebar di Sub

agar bisa memaksimalkan lahan yang ada untuk dipergunakan sebagai lahan parkir. Zona

BWP II Blok J, Sub BWP III Blok E;

perdagangan dan jasa dapat dikelompokkan menjadi :


A. Sub Zona Perdagangan dan Jasa Tunggal (K-1)
Pengembangan perdagangan dan jasa Tunggal (K-1) terdiri atas beberapa jenis
kegiatan antara lain :
1. Warung dan Toko, merupakan salah satu bentuk perdagangan dan jasa yang menjuall

7. Perlengkapan dan Pasokan Pertanian dan perikanan, Kecamatan Brondong merupakan


salah satu wilayah di yang memeiliki zona perkebunan dan perikanan yang cukup
produktif, untuk memberikan kemudahan dalam proses pengolahan areal pertanian dan
tambak, maka perlu dikembangkan pusat perlengkapan dan pasokan pertanian dan
perikanan di Sub BWP I Blok F dan M, serta Sub BWP II Blok E dan M;

berbagai aneka kebutuhan bagi masyarakat di Kecamatan Brondong yang tersebar di

8. Jasa Lembaga Keuangan berupa Bank dan koperasi melayani jasa perbankan bagi

beberapa Sub BWP antara lain Sub I Blok A, C, D, E, F, G, H, Sub BWP II Blok A, B, C, G, I, J, K,

masyarakat di Kecamatan Brondong jenis kegiatan ini tersebar di Sub BWP I Blok A, B, Sub

L, Sub BWP III Blok A, B, C, D, E, F, H, I. Sub BWP IV Blok C, D, E, F.

BWP II Blok C, D, E;

2. Pasar Tradisional dan Pasar Lingkungan, secara eksisting pasar tradisional tersedia di Pusat

9. Jasa Komunikasi dan informasi, secara eksisting diKecamatan Brondong terlayani jasa

Kecamatan Brondong tepatnya di Kelurahan Brondong, dengan demikian direncanakan

komunikasi berupa warnet di Sub BWP I Blok B, rencana kedepan perludirencanakan jasa

pengembangan pasar tradisional dengan skala lingkungan di Desa Sidomukti Sub BWP II

komunikasi di Sub BWP II Blok B dan K dan Sub BWP III Blok C, E dan H, yang banyak

Blok B, Desa Sendangharjodan Desa Tlogoretno di Sub BWP III Blok C dan H.

diminati oleh kalangan pelajar, dengan semakin berkembangnya dunia komunikasi dan

3. Pusat Perbelanjaan dan Supermarket. Pengembangan pusat perbelanjaan dan supermarket

informasi maka perlu adanya pengembangan jasa komunikasi dan informasi pada setiap

di Kecamatan Brondong tidak terlepas fungsi wilayah perencanaan sebagai pusat

Sub Zona Pendidikan, hal ini dimungkinkan karena dapat membantu proses belajar siswa

perdagangan dan jasa dengan skala regional karena melayani kebutuhan masyarakat dalam

dalam berinteraksi di dunia maya;

lingkup kabupaten. Lokasi pusat perdagangan direncanakan di Sub BWP I Blok B dan G dan

10.

Jasa Bengkel, jasa perbaikan kendaraan bermotor berupa bengkel tersebar di Sub BWP I

Sub BWP II Blok B, sedangkan untuk pengembangan supermarket tersebar di Sub BWP I

Blok E, Sub BWP II Blok A, C dan E, rencana kedepan perlu adanya penambahan jasa

Blok C dan J dan Sub BWP II Blok A, B, C, J, K. Sub BWP III Blok A, D, E, I.

bengkel di Sub BWP I Blok F dan Sub BWP III Blok C dan F;

4. Bahan Bangunan, merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kegiatan properti
perumahan, secara eksisting kegiatan perdagangan dan jasa yang menjual bahan bangunan

11. SPBU, persebaran SPBU di Kecamatan Brondong secara eksisting berada di Sub BWP II
Blok H. Rencan kedepan perlu adanya penambahan SPBU di Sub BWP I Blok J.

tersebar di Sub BWP II Blok A, B, dan Sub BWP III Blok C, E, I, dengan demikian perlu

12. Jasa Penyediaan Ruang Pertemuan direncanakan di Sub BWP II Blok D.

direncanakan pengembangan jenis usaha bahan bangunan di Sub BWP I Blok C, J dan F,

13. Jasa Travel dan Pengiriman Barang direncanakan pada pusat kegiatan yang berada di Sub

serta Sub BWP III Blok C dan F;

BWP I Blok G, Sub BWP II B dan K, Sub BWP III C dan I;

5. Alat dan Bahan Farmasi, secara eksisting berupa apotik yang merupakan jenis perdagangan

14. Penginapan Hotel dan Losmen, Kecamatan Brondong merupakan salah satu wilayah yang

dan jasa yang cukup berperan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan obat-obatan.

menjadi pusat kegiatan masyarakat di Kecamatan Brondong, dengan demikian perlu

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

24

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

adanya pengembangan perdagangan dan jasa berupa hotel dan losmen di sub BWP II Blok
K dan J;
15. Salon, merupakan jasa perawatan rambut dan kulit direncanakan di pusat-pusat kegiatan
seperti di Sub BWP I Blok C dan J dan Sub BWP II Blok A, C, J, K. Sub BWP III Blok A, B, C, D,
E, H, I;;
B. Sub Zona Perdagangan dan Jasa Deret (K-3)
Pengembangan perdagangan dan jasa deret (K-3) berupa Ruko direncanakan di Sub BWP I
blok B, D, E, F, G, H, J, M. Sub BWP II blok A, B, C, H, I, J, K, L, M. Sub BWP III blok A, B, D, E, F,
H, I. Sub BWP IV blok E, F D, dan C.
4.3.2.3. Zona Perkantoran

E. Sub Zona Transportasi (SPU-2)

Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk

Sub Zona Transportasi merupakan salah satu peruntukan ruang yang merupakan bagian dari

pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan dan tempat bekerja/berusaha, tempat

kawasan budi daya yang dikembangkan untuk manampung fungsi transportasi dalam upaya untuk

berusaha, dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial pendukungnya.

mendukung kebijakan pengembangan sistem transportasi. Jenis kegiatan yang dikembangkan pada

1. Perkantoran Pemerintah (KT-1)

sub zona transportasi adalah pengembangan terminal Tipe C di Sub BWP VI blok E.
Gambar

Pengembangan kegiatan Subzona perkantoran pemerintah di Kecamatan Brondong secara

Rencana Terminal Tipe C

eksisting mengelompok di Sub BWP II Blok A, B, C, D dan E. Sedangkan untuk perkantoran


militer seperti Kodim dan Polsek berada di Sub BWP II Blok A dan K
2. Perkantoran Swasta (KT-2)
Subzona perkantoran swasta dengan jenis kegiatan berupa jasa perbankan (Bank) berada
di Sub BWP I Blok B dan K serta Sub BWP II Blok E dan H.
4.3.2.4. Zona Sarana Pelayanan Umum
D. Sub Zona Pendidikan (SPU-1)
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang dikembangkan
untuk sarana pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi, pendidikan formal dan
informal, serta dikembangkan secara horizontal dan vertikal. Dengan tingkat perkembangan

Sumber : Hasil Rencana

F. Sub Zona Kesehatan (SPU-3)


Sub Zona kesehatan yang terdapat di Kecamatan Brondong yang telah ada adalah berupa Puskesmas,
Posyandu, Praktek dokter, dan Praktek Bidan. Adapun rencana pengembangan rencana kegiatan

akan kebutuhan fasilitas pendidikan maka perlu adanya pengembangan kampus diploma

untuk sub zona kesehatan yaitu berupa Pembangunan Klinik / Praktek Dokter Bersama di Sub BWP II

untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat yang akan melanjutkan ke jenjang

blok G.

perguruan tinggi di Sub BWP II Blok K. Adapun pembagian Sub Zona tersebar pada sub BWP
I blok B, F, G. Sub BWP II blok A, J. Sub BWP III blok B, D, E, H. Sub BWP IV blok A, E.

G. Sub Zona Rekreasi dan Olah Raga (SPU-4)


Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk
menampung sarana olahraga baik dalam bentuk terbuka maupun tertutup sesuai dengan lingkup

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

25

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

pelayanannya. Persebaran Sub Zona Rekreasi dan Olah Raga di Kecamatan Brondong yaitu pada Sub

No

Sub Zona

BWP II blok F. Sub BWP III blok J.

Kode

H. Sub Zona Pelayanan Peribadatan (SPU-6)

Kegiatan
Praktek Bidan

Subzona sarana pelayanan Peribadatan (SPU-6) direncanakan berada di seluruh wilayah Sub BWP
dan melayani penduduk sesuai dengan agama yang dianut penduduknya. Adapaun rencana

Laboratorium Medis / Praktek Dokter


Bersama

pengembangan zona peribadatan berupa masjid / musholla dan terdapat pada Sub BWP I blok B, F, G.

Apotik

Sub BWP II blok A, J. Sub BWP III blok D,E. Sub BWP IV blok A, F.
Gambar
Rencana Pengembangan Zona Pelayanan Peribadatan

4.

Rekreasi dan Olah


Raga

SPU4

5.

Peribadatan

SPU6

Lapangan Sepak Bola


Sport Center

Sub
BWP
I
II
III

F
C
B

II

I
II
II
III
III

B, E, I
F, M
B
D
I
B, F,
G,
A, J,
D, E,

I
Masjid / Musholla

II
III

Blok

Sumber : Hasil Renana 2013

4.3.2.5.

Zona Peruntukan Lainnya (PL)


Zona peruntukan lainnya adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung

kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan mengusahakan tanaman tertentu untuk tujuan
komersil. Adapaun zona peruntukan lainnya yang dikembangkan di Kecamatan Brondong berupa :

No
1

Sub Zona
Pendidikan

Tabel
Pembagian Zona Sarana Pelayanan Umum
Kode
Kegiatan
SPU1

Paud dan TK

Sekolah Dasar / Sederajat


Sekolah Menengah Pertama / Sederajat
Sekolah Menengah Atas / Kejuruan
Perguruan Tinggi (PT)
Lembaga Pendidikan

2.

Transportasi

Kesehatan

SPU2
SPU3

Terminal Tipe C
Poliklinik
Praktek Dokter

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

A. Sub Zona Pertanian (PL-1)


Sub zona pertanian yang dikembangkan di Kecamatan Brondong berada pada Sub BWP I blok, M, N.
Sub
BWP
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
II
II
III

Blok
B
A
B, D
F
A
B
G
J
D
G
J
B, I
K
A
B

II
III
I
II
III

I
A
D
C
H

Sub BWP II Blok G, O, N, M. Sub BWP III Blok, J, K, L.


B. Sub Zona Perkebunan (PL-2)
Sub zona pertanian yang dikembangkan di Kecamatan Brondong berada pada Sub BWP I blok K, L
Sub BWP II Blok E, F, Sub BWP III Blok B, G.
C. Sub Zona Pariwisata (PL-3)
Sub zona pariwisata yang dikembangkan di Kecamatan Brondong berada pada Sub BWP I blok H
sebagai area wisatanya,sedangkan media wisata memanfaatkan sungai yang berada di Desa
Sedayulawas.
D. Sub Zona Perikanan/ Tambak (PL-4)
Sub zona pariwisata yang dikembangkan di Kecamatan Brondong berada pada Sub BWP I blok D, F
dan Sub BWP II blok F, L, K, S, U.

26

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

RENCANA POLA RUANG

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

27

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

4.4 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN PERGERAKAN

4.4.1. Jaringan Pergerakan

ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak

Kegiatan pergerakan pada dasarnya merupakan kebutuhan turunan bagi kegiatan


lainnya, misalnya industri, pemerintahan, perdagangan dan sebagainya. Secara umum

Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
dibatasi.

pergerakan ini dapat dibagi dalam dua kelompok utama, yaitu prasarana dan sarana

Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan
dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

pergerakan. Bentuk kegiatan pergerakan ini pada dasarnya merupakan jasa yang melayani
pergerakan masyarakat dari kegiatan-kegiatan sosial ekonomi penduduk kota. Oleh karena itu

Ketentuan teknis tentang hierarki jalan yang dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No.

pelayanan dari sistem jaringan pergerakan secara keseluruhan harus mencerminkan keadaan

34 Tahun 2006 tentang Jalan adalah sebagai berikut :

struktur sosial ekonomi kota yang bersangkutan serta fungsi dari kawasan kota secara

1. Jalan Arteri Primer

keseluruhan, atau dapat pula sebaliknya, suatu pengembangan dari sistem transportasi dapat

merangsang pertumbuhan dan perkembangan dari pada setiap kawasan yang dikembangkan.
Dalam analisis pengembangan sistem jaringan pergerakan ini, ada beberapa poin yang

lebar badan jalan minimal 11 meter;

akan diperhatikan yaitu hirarki dan pola jaringan jalan, tingkat pelayanan jalan, sistem
angkutan, kebutuhan fasilitas transportasi serta tingkat pelayanan jalur pejalan kaki.

Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana minimal 60 Km/jam dengan
Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas ratarata;

Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang
alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal;

4.4.2. Hierarki Jalan


Untuk menentukan hierarki jalan perlu dipahami mengenai definisi jalan dan fungsinya.
Menurut UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, berikut definisi yang terkait dengan jalan :

Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi;

Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu; serta

Jalan

Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan

arteri

primer

yang

memasuki

kawasan

perkotaan

dan/atau

kawasan

pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.

pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
Secara eksting Ruas jalan utama di Kecamatan Brondong adalah jalan kolektor, namun

nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusatpusat kegiatan.

Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat dalam kawasan perkotaan.

Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara
berdaya guna.

Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk yang dibatasi.

perkembangan ke depan perlu direncanakan sebagai jalan arteri primer. Permasalahan utama
peningkatan jaringan jalan dari jalan kolektor ke jalan arteri yang terdapat di Kecamatan
Brondong adalah melalui wilayah pusat perkotaan dimana penggunaan lahannya sebagian
besar terdiri dari kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran serta sarana pelayanan umum
dimana lalu lintas jarak jauh dapat terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan
kegiatan lokal serta banyaknya jumlah jalan masuk maupun parkir tepi jalan serta lebar
ruwasja yang masih minim.
2. Jalan Kolektor Primer

Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana minimal 40 Km/jam


dengan lebar badan jalan minimal 9 meter;

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

28

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-

berupa jalan tanah. Selain itu, jalan lingkungan yang tidak diperuntukan bagi kendaraan

rata;

bermotor beroda tiga atau lebih sering dilewati oleh kendaraan besar.

Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan

Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan pengaturan tertentu; serta

Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan


pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
Jalan kolektor primer di Kecamatan Brondong adalah Jalan utama yang merupakan

penghubung antara Kecamatan Brondong Kecamatan Paciran Kabupaten Gesik. Secara


umum, kondisi arus lalu lintas di ruas jalan ini cukup lancar. Jalan kolektor primer pada
beberapa ruas jalan sudah memenuhi kriteria teknis tersebut terutama mulai masuk kecamatan
Brondong melalui sisi barat dari Desa Lohgung Desa Sidomukti Desa Brengkok masih
memiliki lebar Ruwasja yang memadai. Akan tetapi, setelah melewati desa Sedayulawas dan
Desa Brondong, lebar badan jalan masih belum memenuhi standar minimal.
3. Jalan Lokal Primer

membentuk pola linier untuk jalan-jalan utama, grid serta modifikasi grid. Adapun pola jaringan
jalan tersebut adalah :
a. Sistem Linier
Jaringan jalan utama di Kecamatan Brondong secara garis besar menggunakan sistem linier,
yaitu pola garis lurus yang menghubungkan dua titik penting. Jaringan jalan yang
menggunakan sistem linier misalnya jalan utama yang menghubungkan antara Kecamatan
Brondong Kecamatan Paciran Kabupaten Gesik. Mengingat sifatnya, sistem ini
cenderung mudah mengalami kepadatan atau kemacetan lalu lintas.
b. Sistem Grid
Sistem grid biasanya terjadi karena adanya perpotongan jalan yang sama tegak lurus satu
sama lain dengan lebar jalan yang rata-rata sama. Sistem grid ini mudah diikuti karena

lebar badan jalan minimal 7,5 meter; dan;

orientasinya mudah, sehingga dapat digunakan untuk mendistribusikan arus lalu lintas

Jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh terputus.

yang kompleks apabila hierarki jalan telah ditetapkan. Jaringan jalan di Kecamatan

desa d Kecamatan Brondong. Jalan lokal primer yang berada di Kecamatan Brondong masih
belum memenuhi standar lebar badan jalan minimal. Akan tetapi tidak mempengaruhi
kelancaran lalu lintas di ruas jalan tersebut.
4. Jalan Lingkungan

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pola jaringan jalan di Kecamatan Brondong

Jalan lokal primer di desain berdasarkan kecepatan rencana menimal 20 Km/jam dengan

Jalan lokal primer di Kecamatan Brondong adalah jalan yang menghubungkan antara

4.4.3. Pola Jaringan Jalan

Brondong yang memiliki sistem grid sebagian besarnya adalah jalan lingkungan pada
kawasan permukiman.
4.4.4. Tingkat Pelayanan Jalan
A. Sistem Sirkulasi dan Rute Moda Transport
Untuk memacu perkembangan kegiatan fungsional di kawasan perencanaan

Jalan lingkungan didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 Km/jam

ditunjang pula oleh sirkulasi yang sistematik. Secara konseptual, rencana pengembangan

dengan lebar badan jalan minimal 6,5 meter;

sistem sirkulasi di kawasan perencanaan harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai

Persyaratan teknis jalan lingkungan diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda

berikut:

tiga atau lebih;

Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda tiga
atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 meter.
Sebagian besar jalan lingkungan di Kecamatan Brondong memiliki permasalahan dalam

hal kondisi jalan. Untuk jalan lingkungan di Desa Tlogoretno, Desa Lembor sebagian masih
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

29

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

a. Terintegrasi antara jalur kendaraan, jalur pejalan kaki serta fasilitas-fasilitas parkir dan
intermoda.

Berdasarkan fungsi jalan yang telah dibahas dalam sub bab sebelumnya, maka dapat
dianalisa dimensi jalan untuk masing-masing fungsi jalan. Dimensi jalan sangat berpengaruh

b. Sesuai dengan kondisi dan potensi fisik alamiah.

terhadap pola pergerakan di Kecamatan Brondong. Dalam analisa ini mengacu pada UU No. 38

c. Sesuai dengan arahan perkembangan fungsi tanah dan bangunan serta struktur dan

Tahun 2004 tentang Jalan, rencana dimensi jalan menurut RTRW Kabupaten Lamongan dan

fungsi kawasan.

kondisi eksisting.

d. Sesuai dengan pola aktifitas dan pergerakan penduduk baik dalam wilayah perencanaan
maupun lingkup wilayah yang lebih luas.

Berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004 terkait dengan pengembangan dimensi jalan,


berikut ini definisi dari Rumaja (ruang manfaat jalan), Rumija (ruang milik jalan) dan Ruwasja
(ruang pengawasan jalan) :

Sistem sirkulasi erat hubungannya dengan pola penempatan aktifitas dan

Rumaja (ruang manfaat jalan) adalah suatu ruang yag dimanfaatkan untuk konstruksi

penggunaan tapak di kawasan perencanaan sehingga merupakan pergerakan dari ruang

jalan dan terdiri atas badan jalan, saluran tepi jalan, serta ambang pengamannya. Badan

yang satu ke ruang lainnya. Kenyamanan dapat berkurang akibat dari sirkulasi yang kurang

jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan, termasuk

baik misalnya kurangnya kejelasan sirkulasi, tidak adanya hierarki sirkulasi, tidak jelasnya

jalur pejalan kaki. Ambang pengaman jalan terletak di bagian paling luar, dari ruang

pembagian ruang antara sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan dan penggunaan sirkulasi

manfaat jalan, dan dimaksudkan untuk mengamankan bangunan jalan.

yang berbeda.

masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda batas ruang milik

Dalam rencana sirkulasi, rencana yang dipakai adalah:

jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan penggunaan

1) Memisahkan jalur jalan mana saja yang boleh dilalui kendaraan umum dan kendaraan

jalan antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada masa yang akan

pribadi.
2) Penetapan arah sirkulasi jalur apakah searah atau dua arah.
3) Penambahan rambu-rambu lalu lintas untuk memperlancar sirkulasi kendaraan.
Sampai dengan saat ini sirkulasi kendaraan angkutan umum maupun angkutan barang
masih tetap dipertahankan sesuai dengan jalurnya, belum diadakan rencana perubahan
mengingat jalur-jalur tersebut masih memadai. Sedangkan untuk arah sirkulasi masih tetap
dipertahankan sesuai kondisi eksisting.
B. Kondisi dan Dimensi Jalan
Kondisi jalan di kecamatan Brondong pada umumnya telah cukup memadai terutama
pada jalan-jalan utama perkotaan dan jalan-jalan lokal. Kondisi jalan yang buruk sebagian besar
terdapat pada jalan lingkungan. Berdasarkan data yang ada, jalan dengan kondisi rusak di
kecamatan Brondong sepanjang 28,2 Km yang tersebar di semua desa di Kecamatan Brondong.
Kondisi yang rusak ini akibat jalan lingkungan sering dilewati oleh kendaraan-kendaraan
pengangkut hasil pertanian. Kedepannya, jalan-jalan lingkungan di kecamatan Brondong perlu
diatur mengenai sirkulasi untuk kendaraan-kendaraan pengangkut hasil pertanian.

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

Rumija (ruang milik jalan) adalah sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan yang

datang.

Ruwasja (ruang pengawasan jalan) adalah ruang tertentu yang terletak di luar ruang
milik jalan yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar tidak
mengganggu pandangan pengemudi, konstruksi bangunan jalan apabila ruang milik jalan
tidak cukp luas, dan tidak mengganggu fungsi jalan. Terganggunya fungsi jalan
disebabkan oleh pemanfaatan ruang pengawasan jalan yang tidak sesuai dengan
peruntukkannya.
Agar ruas jalan yang terdapat di kecamatan Brondong dapat berfungsi sesuai dengan

fungsi yang telah ditetapkan, maka perlu direncanakan dimensi untuk masing-masing fungsi
jalan. Ketentuan dimensi jalan dapat dilihat pada Tabel 4.31
Tabel 4. 1 Ketentuan Dimensi Jalan Minimal
Fungsi Jalan
Kolektor Primer
Lokal Primer
Lingkungan

Rumaja (m)

Rumija (m)

Ruwasja (m)

12
8
6

15
10
8

25
18
14

Sumber : Hasil Analisa

30

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

diperkenankan untuk memutar (U-turn). Dimensi dasar untuk masing-masing kategori


kendaraan rencana ditunjukan dalam Tabel berikut :
Tabel Error! No text of specified style in document.-1 Kebutuhan Radius Putaran
Berdasarkan Jenis Kendaraan

B MW

1000

100 100

500

100

500

1500

100 100

1000
1500

1800

Tipikal Penampang Jalan Kolektor Primer

C. Perkerasan Jalan
Jenis perkerasan harus diperhatikan dalam pemilihannya agar infrastruktur jalan
dapatberumur sesuai rencana. Untuk area kendaraan karyawan yang meliputi kendaraan
ringan mobil dan motor, perkerasan dapat dipilih aspal maupun conblok. Untuk kendaraan
berat yang meliputi truk, container 20 feet dan 40 feet, termasuk forklift besar (bigred),
harus dipertimbangkan beban yang akan terjadi pada badan jalan,dan perkerasan beton

Dimensi
Kendaraan
Tonjolan (cm)
Radius Putar
Kategori (cm)
Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang Mininum Maksimum
Kecil
130
210
580
90
150
420
730
Sedang
410
260
1.210
210
240
740
1.280
Besar
410
260
2.100
1.200
90
290
1.400
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometerik Jalan Antar Kota, 1997.

E. Sistem dan Kebutuhan Parkir


Mengingat jaringan jalan dalam suatu Kecamatan Brondong membutuhkan tingkat
aksesibilitas yang tinggi, maka dalam perencanaan penyediaan parkir dilakukan dengan
ketentuan berikut ;
Kebutuhan parkir ditentukan dengan tersedianya ruang parkir yang cukup untuk
menaruh berbagai macam kendaraan, luas minimum yang perlu disediakan adalah

(rigid pavement) dapat menjadi alternatif. Sesuai dengan kebutuhan kegiatan kawasan,
maka perkerasan beton dangat cocok untuk dikembangkan pada jalan utama.
D. Kebutuhan Ruang Manuver/Memutar Arah

sebesar 10 % dari luas kapling.


Parkir kendaraan karyawan non bus ditempatkan pada lahan kavling pabrik.
Kegiatan bongkar muat barang dilakukan dalam areal/kapling pabrik, sehingga perlu

Dimensi kebutuhan ruang maneuver/memutar arah pada Kecamatan Brondong dengan


memperhatikan kebutuhan ruang berputar bagi kendaraan-kendaraan yang bervolume

Radius
Tonjolan
(cm)
780
1.410
1.370

dipersiapkan areal bongkar muat.


Penyediaan tempat kendaraan bus karyawan ataupun kontainer bahan baku/penolong

besar dan panjang seperti truk/container gandeng pada setiap segmen jalan.

yang menunggu giliran bongkar muat perlu disiapkan oleh pihak pengelola Kecamatan

Guna tetap mempertahankan tingkat pelayanan jalan secara keseluruhan pada daerah

Brondong sehingga tidak memarkir bus atau kontainer di bahu jalan Kecamatan

perputaran balik arah, secara proporsional kapasitas jalan yang terganggu akibat sejumlah

Brondong.

arus lalu-lintas yang melakukan gerakan putar arah perlu diperhitungkan. Fasilitas

a)

Kebutuhan Ruang Parkir

median yang merupakan area pemisahan antara kendaraan arus lurus dan kendaraan arus

Satuan ruang parkir digunakan untuk mengukur kebutuhan ruang parkir. dengan

balik arah perlu disesuaikan dengan kondisi arus lalu-lintas, kondisi geometrik jalan dan

pertimbangan sebagai berikut :

komposisi arus lalu-lintas (Heddy R. Agah, 2007).

Dimensi Kendaraan Penumpang

Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai

Ruang bebas kendaraan parkir dengan arah lateral diambil 5 cm dan jarak bebas

acuan dalam perencanaan geometri. Untuk perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar
kendaraan rencana akan mempengaruhi lebar lajur yang dibutuhkan. Sifat membelok

longitudinal sebesar 30 cm.


Lebar bukaan pintu kendaraan dengan maksimal pintu terbuka 75 cm.

kendaraan akan mempengaruhi perencanaan tikungan dan lebar median dimana mobil

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

31

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Penentuan satuan ruang parkir (SRP) dibagi atas tiga jenis kendaraan dan

Sudut Parkir

penentuan SRP untuk mobil penumpang diklasifikasikan menjadi tiga golongan,

Panjang
Lebar
5,200
2,400
5,000
2,300
Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Tahun 1998.

seperti pada tabel berikut :


Tabel Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP)
Jenis Kendaraan

Satuan Ruang Parkir (m2)

1. Mobil Penumpang
a. Golongan I
2,30 x 5,00
b. Golongan II
2,50 x 5,00
c. Golongan III
3,00 x 5,00
2. Bus/Truk
3,40 x 12,50
3. Sepeda Motor
0,75 x 2,00
Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Tahun 1998.

c)

Tata Telak Parkir


Tata letak areal parkir kendaraan dapat dibuat bervariasi, bergantung pada
ketersediaan bentuk dan ukuran tempat serta jumlah dan letak pintu masuk dan
keluar. Tata letak area parkir dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
(1) Tata letak pelataran parkir
Untuk Kecamatan Brondong akan lebih ideal dengan memisahkan arus masuk dan

Merujuk pada standar kebutuhan ruang parkir sebagaimana didalam Pedoman

arus keluar guna menghindari pertemuan kendaraan yang masuk dengan yang

Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal Perhubungan

keluar sehingga pintu masuk tidak terletak pada satu ruas.

Darat, 1998, maka dapat disimpulkan, bahwa ukuran kebutuhan ruang parkir

b)

Dimensi stall (mm)

(2) Gedung parkir

dihitung berdasarkan rasio standar ruang parkir dengan 100 (seratus) meter persegi

Pengelolaan gedung parkir tergantung dair ketersediaan pengelola industri

luas lantai efekfit dan rasio standar ruang parkir dengan fungsi didalam bangunan.

dengan syarat memenuhi konstruksi dan perundang-undangan yang berlaku,

Pola Parkir dan Sirkulasi Parkir

tidak mencemari lingkungan dan memberikan kemudahan bagi pengguna jasa.

Secara gars bersar ada tiga macam pola parkir yaitu pararel (sudut 0o), menyudut
(30o, 45o, 60o, 75o) dan tegak lulur right-angle atau 90o). pola parkir parallel sesuai

Gambar Perspektif Tempat Parkir Pada Kawasan Perdagangan


di Pusat Lingkungan Kegiatan

untuk ruang bebas yang terbatas (sempit) namun kurang nyaman bagi pengemudi
pada saat melakukan maneuver parkir. Pola parkir menyudut unggul dalam hal
kemudahan melakukan manuver parkir, namun kurang efisein dalam hal
pemanfaatan lahan. Sedangkan untuk pola parkir tegak lurus paling efisien dalam hal
pemanfaatan lahan yang tersedia, namun harus tersedia aisle yang lebih lebar agar
pengemudi tidak mengalami kesulitan dalam melakukan manuver parkir.
Tabel Dimensi Petak Parkir Dalam Berbagai Sudut Parkir
Sudut Parkir
0o

45o

90o
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

Dimensi stall (mm)


Panjang
4,500
5,200
5,100
5,200
4,800
4,500
4,900
5,100
4,500

Lebar
2,200
2,300
2,200
2,570
2,550
2,560
2,540
2,570
2,300

F. Kelengkapan Jalan
Pemasangan perlengkapan jalan bertujuan untuk mendukung kelancaran arus lalu
lintas, keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan pada saat pengoperasian jalan.

32

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Dalam rangka meningkatkan dampak positif maka pengelolaan yang perlu dilakukan

antara lain:
(1)
(2)

Pembatas jalur pada 2 arah dengan garis pemisah sepanjang 5 meter dan jarak
antar garis pemisah 3 meter.

Pemasangan perlengkapan jalan harus sesuai dengan disain yang telah memasukkan

Selain itu, diperlukan pula tempat penyeberangan pejalan kaki, dimana temnpat

aspek lingkungan hidup.

penyeberangan selalu dibuat bersama garis stop, dengan daerah penempatan

Penempatan jenis perlengkapan jalan dan lokasi penempatannya disesuaikan

terutama pada persilangan tegak lurus, persilangan serong dan pada jalan lurus di

dengan kondisi RUMIJA dan RUWASJA, termasuk di antaranya pada daerah yang

daerah pejalan kaki cukup banyak. Tempat penyeberangan membujur tersusun

berdekatan dengan daerah sensitif.

melintang jalur lalu lintasdan marka berupa 2 (dua) garis utuh melintang jalur lalul

Kebutuhan perlengkapan jalan di Kecamatan Brondong pada dasarnya memiliki

lintas.

kebutuhan yang sama dengan perlengkapan jalan untuk perkotaan, dimana rujukan

b)

Perambuan

digunakan adalah sebagai berikut :

Penyediaan perambuan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku, dimana harus

(1)

Keputusan Menteri Perhubungan No. 60 KM Tahun 1993 tentang Marka Jalan;

memenuhi sistem perambuan yang ada, sesuai dengan kebutuhan kawasan.

(2)

Keputusan Menteri Perhubungan No. 61 KM Tahun 1993 tentang Rambu Lalu Lintas

(1) Rambu Peringatan

Jalan;
(3)

Keputusan Menteri Perhubungan No. 62 KM Tahun 1993 tentang Alat Pemberi

ada bahaya atau tempat berbahaya di bagian jalan didepannya.

Isyarat Lalu Lintas;


(4)
(5)

Rambu peringatan digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan

Rambu peringatan ditempatkan sekurang-kurangnya pada jarak 50 meter

Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 KM Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan

atau pada jarak tertentu sebelum tempat bahaya dengan memperhatikan

Pengaman Pemakai Jalan;

kondisi lalu lintas, cuaca dan keadaan jalan yang disebabkan oleh faktor

Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan

geografis, geometris, permukaan jalan, dan kecepatan rencana jalan.

Rekayasa Lalu Lintas di Jalan.

Rambu peringatan dapat dilengkapi dengan papan tambahan.

Dengan ketentuan tersebut di atas, maka kebutuhan perlengkapan jalan adalah

Jarak antara rambu dan permulaan bagian jalan yang berbahaya, dapat

sebagai berikut :

dinyatakan dengan papan tambahan apabila jarak antara rambu dan

a)

Marka Jalan

permulaan bagian jalan yang berbahaya tersebut tidak dapat diduga oleh

Marka jalan merupakan suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas

pemakai jalan dan tidak sesuai dengan keadaan biasa.

permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis

Rambu peringatan dapat diulangi dengan ketentuan jarak antara rambu

membujur, garis melintang, garis serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk

dengan awal bagian jalan yang berbahaya dinyatakan dengan papan

mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.

tambahan.

Berdasarkan karakter jalan yang ada di Kecamatan Brondong yang identik dengan

pola grid/lurus, maka digunakan marka jalan dengan marka membujur berupa garisgaris putus dengan fungsi :

Mengarahkan lalu lintas.

Memperingatkan akan ada marka membujur berupa garis utuh di depan.

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

Warna dasar rambu peringatan berwarna kuning dengan lambang atau


tulisan berwarna hitam.

(2)

Rambu Larangan

Rambu larangan digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang


dilakukan oleh pemakai jalan.

33

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Rambu petunjuk yang menyatakan tempat fasilitas umum, batas wilayah

dimulai dan jika berulang berjarak 15 meter.

suatu daerah, situasi jalan, dan rambu berupa kata-kata serta tempat

Rambu larangan dapat dilengkapi dengan papan tambahan.

khusus dinyatakan dengan warna dasar biru.

Untuk memberikan petunjuk pendahuluan pada pemakai jalan dapat

(3)

Rambu larangan ditempatkan sedekat mungkin dengan titik larangan

ditempatkan rambu petunjuk lain pada jarak yang layak sebelum titik

penegas jurusan yang menyatakan petunjuk arah untuk mencapai tujuan

larangan dimulai.

antara lain kota, daerah/ wilayah serta rambu yang menyatakan nama

Warna dasar rambu larangan berwarna putih dan lambang atau tulisan

jalan di nyatakan dengan warna dasar hijau dengan lambang dan/atau

berwarna hitam atau merah.

tulisan warna putih.

Rambu Perintah

Rambu petunjuk pendahulu jurusan rambu petunjuk jurusan dan rambu

Khusus rambu petunjuk jurusan kawasan dan objek wisata dinyatakan

Rambu perintah digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib

dengan warna dasar coklat dengan lambang dan/atau tulisan warna

dilakukan oleh pemakai jalan.

putih.

Rambu perintah wajib ditempatkan sedekat mungkin dengan titik


kewajiban dimulai.

Rambu perintah dapat dilengkapi dengan papan tambahan.

Untuk memberikan petunjuk pendahuluan pada pemakai jalan dapat


ditempatkan rambu petunjuk pada jarak yang layak sebelum titik
kewajiban dimulai.

Warna dasar rambu perintah berwarna biru dengan lambang atau tulisan
berwarna putih serta merah untuk garis serong sebagai batas akhir
perintah.

(4)

Rambu Petunjuk

Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

Rambu petunjuk digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenai

Alat pemeri isyarat lalu lintas ditunjukan dengan 1 (satu) lampu warna

informasi letak industri, jalan, situasi, tempat, pengaturan, fasilitas dan

sebagai penanda peringatan pada pemakai jalan, dapat berupa lampu warna kuning

lain-lain bagi pemakai jalan.

atau merah. Pempatan pada Kecamatan Brondong, khususnya pada area keluar

Rambu petunjuk ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai

masuk kendaraan dari kavling pabrik dan/atau pada persimpangan di sisi jalur lalu

daya guna sebesar- besarnya dengan memperhatikan keadaan jalan dan

lintas, tinggi bagian lampuyang paling bawah sekurang-kurangnya 3.00 meter dari

kondisi lalu lintas.

permukaan jalan.

Untuk menyatakan jarak dapat digunakan papan tambahan atau


dicantumkan pada rambu itu sendiri.

c)

Rambu petunjuk dapat diulangi dengan ketentuan jarak antara rambu

d)

Fasilitas Penerangan Jalan


Fasilitas penerangan jalan berdasarkan ketentuan yang berlaku dan
memenuhi persyaratan perencanaan dan penempatan sebagai berikut :

dan objek yang dinyatakan pada rambu tersebut dapat dinyatakan


dengan papan tambahan.
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

34

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

kaki merupakan ruang pejalan kaki di sisi jalan (sidewalk). Side walk merupakan bagian
dari sistem jalur pejalan kaki dari tepi jalan raya hingga tepian terluar lahan bangunan.
Tipe standar pelayanan adalah Minimum LOS B, dimana
Jalur pejalan kaki seluas 5,6 m=/pedestrian, besar arus pejalan kaki >16-23
pedestrian/menit/meter. Pada LOS B, ruang pejalan kaki masih nyaman untuk dilewati
dengan kecepatan yang cepat. Keberadaan pejalan kaki yang lainnya sudah mulai
Tabel Persyaratan Perencanaan dan Penempatan Fasilitas
Peneragan Jalan
Uraian
Besaran
Tinggi Tiang Lampu (H)
Lampu standar
10 15 m
Tinggi tiang rata-rata digunakan
13 m
Lampu Monara
20 50 m
Tinggi tiang rata-rata digunakan
30 m
Jarak Interval Tiang Lampu (e)
Jalan Arteri
3 H 3,5 H
Jalan Kolektor
3,5 H 4 H
Jalan Lokal
5H6H
Minimum jarak interval tiang
30 m
Jarak Tiang Lampu ke Tepi
Minimum 0,7 m
Perkerasan (s1)
Jarak dari tepi perkerasan ke titik
Minimum L/2
penerangan jalan (s2)
Sudut inklinasi (l)
20o 30o
Sumber : Pedoman Fasilitas Penerangan Jalan, Ditjen Bina Marga, 1997

Penempatan fasilitas penerangan jalan untuk jalan utama kawasan diletakkan di


median jalan dengan penempatan 3 L < 0.8 H dan untuk jalan kolektor dan lingkungan
dapat ditempatkan dikiri dan kanan jalan berselang seling dengan penempatan 1,2 H <
L<1,6 H.
G. Sirkulasi Pejalan Kaki
Sirkulasi pejalan kaki dirancang dengan membentuk suatu prasarana pejalan kaki

berpengaruh pada arus pedestrian, tetapi para pejalan kaki masih dapat berjalan dengan
nyaman tanpa mengganggu pejalan kaki lainnya.
Secara teknis Lebar efektif minimum jaringan pejalan kaki berdasarkan kebutuhan
orang adalah 60 cm ditambah 15 cm untuk bergoyang tanpa membawa barang, sehingga
kebutuhan total minimal untuk 2 (dua) orang pejalan kaki berpapasan menjadi 150 cm.
Lebar jaringan pejalan kaki berdasarkan lokasi menurut Keputusan Menteri
Perhubungan No. KM 65 Tahun 1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan untuk wilayah industri pada jalan primer lebar minimal adalah 3
meter dan pada jalan akses 2 meter.
Ruang pejalan kaki memiliki perbedaan ketinggian baik dengan jalur kendaraan
bermotor ataupun dengan jalur hijau. Perbedaan tinggi maksimal antara ruang pejalan
kaki dan jalur kendaraan bermotor adalah 20 cm. Sementara perbedaan ketinggian
dengan jalur hijau 15 cm.
Fasilitas pelengkap berupa :
jalur hijau
lampu
tempat duduk
pagar
tempat sampah
signage
shelter
telepon umum
Untuk fasilitas penyandang cacat digunakan leretan dan marka penyandang cacat.

yang menghubungkan berbagai kegiatan di dalam kawasan. Akses/sirkulasi pejalan kaki


pada Kecamatan Brondong merupakan akses antar bangunan, area transit transportasi
umum ke bangunan dan area parkir ke bangunan.
Penyediaan trotoar/pedestrian di Kecamatan Brondong dengan merujuk pada
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan dan Sarana Ruang Pejalan Kaki dai Perkotaan
mengidentifikasikan bahwa tipologi yang cocok untuk menyediakan sirkulasi perjalan
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

35

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

listrik untuk fasilitas umum/sarana dan ruang terbuka hijau menggunakan standar kebutuhan
listrik yang ada pada kawasan industri lain.
Besarnya kapasitas listrik yang disediakan harus ditambah dengan faktor pengurangan
tegangan (looses
Gambar Perspektif Jalur Pejalan Kaki

Sumber pembangkit tenaga listrik pada kawasan diperoleh beberapa sumber, yaitu:

Pengembangan pembangkit listrik baru dalam satu kawasan (powerplan) dengan


menggunakan sistem bahan Gas (PLTG) yang di kelola oleh kawasan industri

H. Halte/Shelter

pemabangkit listrik terdekat, seperti PLTG dan lain sebagainya.

Halte/shelter bus dan lapak tunggu diletakan pada jalur amenitas. Shelter harus diletakan
pada setiap radius 300 meter atau pada titik potensial kawasan, dengan besaran sesuai

Pembangkit Listrik yang disediakan pada masing-masing industri dan/atau penyaluran

Generator yang dimiliki oleh masing-masing industri.


Umumnya masing-masing industri menggunakan generator dan distribusi dari PLN.

kebutuhan, dan bahan yang digunakan adalah bahan yang memiliki durabilitas tinggi
seperti metal. Rencana halte direncanakan pada Sub BWP I Blok C, Sub BWP II Blok F, J, N

Hal ini disebabkan karena proses produksi industri, sehingga apabila listrik mati, mereka akan
mempunyai banyak kerugian.
Selain itu, untuk distribusi listrik membutuhkan tenaga listrik dalam jumlah yang

DESIGN
REKLAME
PEMANFAATAN

cukup besar, maka perlu dibangun Gardu Induk (GI) baru untuk melayani kebutuhan listrik di
zona tersebut. Untuk kegiatan industri sebaiknya disediakan gardu-gardu dengan kapasitas 500
KVA. Gardu-gardu tersebut juga untuk mendistribusikan listrik ke fasilitas-fasilitas umum.
Rencana jaringan listrik yang akan diterapkan khusus pada kawasan industri, yaitu :
A.

Gambar Perspektif design Halte

Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik


Sistem jaringan tenaga listrik adalah penyaluran energi listrik daripembangkit tenaga
listrik (power station) hingga sampai kepada konsumen (pemakai) pada tingkat tegangan

4.5 RENCANA JARINGAN PRASARANA


4.5.1. Rencana Jaringan Energi Kelistrikan
Penyediaan instalasi listrik pada suatu kawasan baru adalah mutlak. Sumber tenaga
listrik tersebut dapat dari PLN, bilamana tersedia, atau membuat pembangkit listrik sendiri.
Tenaga listrik dari PLN tentu yang paling ekonomis. Hal ini akan menghemat biaya investasi,
sedang pengelola kawasan hanya dituntut menyediakan lahan untuk penempatan gardu induk
berikut instalasinya. Pemakaian listrik untuk masing-masing kepentingan tersebut berbeda.
Pada kawasan permukiman kebutuhan energilistrik secara eksisting sudah terpenuhi oleh PLN,
sedangkan pada kapling industri, biasanya listrik dipakai untuk proses produksi, penerangan,
dan alat bantu. Pemakaian listrik untuk kapling pada masing-masing jenis industri, dapat
berdasarkan pada standar input Departemen Perindustrian. Sedangkan prakiraan kebutuhan
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

yang diperlukan. Sistem tenaga listrik initerdiri dari unit pembangkit, unit transmisi dan
unit distribusi.
Sistem pendistribusian tenaga listrik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sistem
pendistribusian langsung dan sistem pendistribusian tak langsung.
1.

Sistem Pendistribusian Langsung


Sistem pendistribusian langsung merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang
dilakukan secara langsung dari Pusat Pembangkit Tenaga Listrik, dan tidak melalui
jaringan transmisi terlebih dahulu.
Sistem pendistribusian langsung ini digunakan jika Pusat Pembangkit Tenaga Listrik
berada tidak jauh dari pusat-pusat beban, biasanya terletak daerah pelayanan beban
atau dipinggiran kota.
36

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

2.

Sistem Pendistribusian Tak Langsung

harus dapat melayani konsumen yangterkonsentrasi di kota, pinggiran kota dan

Sistem pendistribusian tak langsung merupakan sistem penyaluran tenaga listrik

konsumen di daerah terpencil.

yang dilakukan jika Pusat Pembangkit Tenaga Listrik jauh dari pusat-pusat beban,

Sedangkan dari karaktristiknya ada konsumen perumahan dan konsumen dunia

sehingga untuk penyaluran tenaga listrik memerlukan jaringan transmisi sebagai

industri. Sistem konstruksi saluran distribusi terdiri dari saluran udara dan saluran

jaringan perantara sebelum dihubungkan dengan jaringan distribusi yang langsung

bawah tanah. Pemilihan konstruksi tersebutdidasarkan pada pertimbangan sebagai

menyalurkantenaga listrik ke konsumen.

berikut: alasan teknis yaituberupa persyaratan teknis, alasan ekonomis, alasan


estetika dan alasanpelayanan yaitu kontinuitas pelayanan sesuai jenis konsumen.

B.

Struktur Jaringan Distribusi

3.

Gardu Pembagi/Gardu Distribusi

Sistem distribusi tenaga listrik terdiri dari beberapa bagian, yaitu :

Berfungsi merubah tegangan listrik dari jaringan distribusi primer menjadi tegangan

1.

Gardu Induk atau Pusat Pembangkit Tenaga Listrik

terpakai yang digunakan untuk konsumen dan disebutsebagai jaringan distribusi

Pada bagian ini jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukansecara langsung,

skunder. Kapasitas transformator yangdigunakan pada Gardu Pembagi ini

maka bagian pertama dari sistem distribusi tenagalistrik adalah Pusat Pembangkit

tergantung pada jumlah beban yangakan dilayani dan luas daerah pelayanan beban.

Tenaga Listrik. Biasanya PusatPembangkit Tenaga Listrik terletak di pingiran kota

Bisa berupa transformator satu fasa dan bisa juga berupa transformator tiga fasa.

dan pada umumnyaberupa Pusat Pembangkit Tenaga Diesel (PLTD). Untuk


menyalurkantenaga

2.

listrik

ke

pusat-pusat

beban

(konsumen)

4.

dilakukan

Jaringan Distribusi Sekunder


Jaringan distribusi sekunder atau jaringan distribusi tegangan rendah (JDTR)

denganjaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder.

merupakan jaringan tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan konsumen.

Jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara taklangsung, maka bagian

Oleh karena itu besarnya tegangan untuk jaringan distribusi sekunder ini 130/230 V

pertama dari sistem pendistribusian tenaga listrikadalah Gardu Induk yang

dan 130/400 V untuksistem lama, atau 230/400 V untuk sistem baru. Tegangan 130

berfungsi menurunkan tegangan dari jaringantransmisi dan menyalurkan tenaga

V dan230 V merupakan tegangan antara fasa dengan netral, sedangkan tegangan 400

listrik melalui jaringan distribusi primer.

V merupakan tegangan fasa dengan fasa.

Jaringan Distribusi Primer


Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga listrikdari Pusat

4.5.2. Rencana Jaringan Telekomunikasi

Pembangkit Tenaga Listrik ke konsumen untuk sistempendistribusian langsung.

Sistem jaringan telepon diawali oleh sentral telepon, dalam hal ini penyediaan

Sedangkan untuk sistem pendistribusian taklangsung merupakan tahap berikutnya

kebutuhan telepon untuk kawasan industri untuk menggunakan sentral telepon terdekat,

dari jaringan transmisi dalamupaya menyalurkan tenaga listrik ke konsumen.

dengan pertimbangan jarak lokasi STO tersebut lebih dekat dengan lokasi daripada sentral

Jaringan distribusiprimer atau jaringan distribusi tegangan tinggi (JDTT)

telepon lainnya sehingga dapat menghemat dalam pembangunan jaringannya.Dari sentral

memilikitegangan sistem sebesar 20 kV. Untuk wilayah kota tegangan diatas 20kV

telepon tersebut, kemudian diteruskan ke rumah kabel, kemudian ke jaringan transmisi, ke

tidak diperkenankan, mengingat pada tegangan 30 kV akan terjadi gejala-gejala

drop wire dan akhirnya ke rumah-rumah.


Menurut jenis konsumennya, kebutuhan jaringan telepon dapat dibagi atas 3

korona yang dapat mengganggu frekuensi radio, TV,telekomunikasi, dan telepon.


Sifat pelayanan sistem distribusi sangat luas dan komplek, karena konsumen yang

penggunaan, yaitu:

harus dilayani mempunyai lokasi dan karaktristik yangberbeda. Sistem distribusi

Kebutuhan untuk industri

Kebutuhan untuk permukiman umum

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

37

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Kebutuhan bagi umum (telepon umum)

Perkiraan kebutuhan telepon didasarkan pada standar yang dikeluarkan oleh Peraturan
Menteri Perindustrian dan analogi terhadap beberapa kawasan/zona industri yang telah ada,
yaitu :

Kebutuhan Industri adalah 20 40 SST/Ha

Telepon Umum Kawasan adalah 1 SST/10 Ha

Fasililtas pendukung lainnya adalah 1,29 SST/Ha.


Adapun untuk pola penyediaanya, dapat menggunakan kerjasama dengan pihak PT

4.5.3. Rencana Penyediaan Air Bersih


Kebutuhan air industri adalah kebutuhan air pada kawasan perencanaan, termasuk pada

Telkom, yaitu :

Pola hibah, yaitu suatu paket kerjasama dimana konsumen (pengusaha industri)

kawasan industri berupa bahan baku, kebutuhan air pekerja industri dan pendukung kegiatan

mengadakan jaringan sendiri secara lokal sampai kurun waktu tertentu konsumen tidak

industri. Namun besar kebutuhan air ditentukan oleh kebutuhan air untuk diproses, bahan baku

ditarik biaya pemakaian.

industri dan kebutuhan air untuk produktifitas industri. Sedangkan kebutuhan air untuk

Pola bagi hibah, yaitu kerjasama dimana ongkos pasang ditanggung bersama oleh pihak

pendukung kegiatan secara umum seperti hidran dapat disesuaikan untuk jenis kebutuhannya.

PT Telkom dan pengusaha industri dan biaya pemakaian telepon ditanggung bersama

Penyediaan air bersih terkait dengan kegiatan industri dan pengguna/karyawan kawasan,

untuk suatu kurun waktu tertentu.

dimana kebutuhan air industri dan hidran kebakaran sengan standar kebutuhan kualias air

Di masa mendatang pengembangan jaringan kabel akan semakin berkurang,

bersih, sedangkan untuk pengguna dengan standar kualitas air minum.

digantikan oleh menara-menara BTS untuk jaringan nirkabel. Oleh karena itu perlu regulasi

Saat ini pemerintah propinsi sedang mengusahakan pemanfaatan DAS Plumpung Kero

khusus untuk penyediaan infrastruktur tersebut, agar perkembangan menara dapat dibatasi

untuk dapat dimanfaatkan sebagai suplly air bersih disamping juga dimanfaatkan untuk

sehingga tidak memberikan dampak teknis maupun visual terhadap wilayah.

kegiatan pertanian. Besarnya kebutuhan air dapat diperkirakan dengan menggunakan standar

Gambar Rencana Penggunaan Bangunan Tower BTS Bersama

kebutuhan air. Khusus di wilayah perencanaan yang mayoritas direncanakan sebagai kawasan
industri maka kebutuhan air industri ini berdasarkan pada proses atau jenis industri yang ada
pada wilayah kawasan yang ada dan jumlah pekerja yang bekerja pada industri tersebut.
Besarnya standar kebutuhan industri adalah sebagai berikut:

Untuk pekerja industri, kebutuhan air merupakan kebutuhan air domestik yang telah
disesuaikan dengan kebutuhan pekerja pabrik. Adapun kebutuhan air tersebut adalah 60
liter/pekerja/hari.

Untuk proses industri, kebutuhan air diklasifikasi berdasarkan jenis industrinya.

Berdasarkan jenisnya, maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan standar kebutuhan


air bersih sesuai dengan skala kegiatannya. Berdasarkan kegiatan industri yang akan
Gambar Rencana Pengembangan Sistem Transmisi BTS

dikembangkan dalam kawasan maka pengelompokan jenis industri dalam industri berat dan
industri sedang. Untuk kebutuhan lainnya adalah :

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

38

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Pencemaran yang umumnya ada pada air permukaan dalam hal ini embung antara lain

Kebutuhan air untuk perorangan : 60 liter/orang/hari (Permendagri No. 23 Tahun 2006,


Strandar kebutuhan pokok air minum).

CO2 Agresif, warna yang berasal dari zat organic (mikroalgae) dan zat organik, bau, rasa (besi),

Kebutuhan air untuk fasilitas/sarana adalah 0.10 liter/detik/ha.

nitrit, nitrat dan ammonium (dari sampah domestik). Untuk mengolah air baku tersebut akan

Kebutuhan air untuk perumahan/domestik adalah 120 liter/orang/hari.

dibangun Water Treatment Plan dengan sistem pengolahan lengkap, reservoir distribusi dan

Kebutuhan air untuk Hidran ditentukan 5% dari kebutuhan domestik (perumahan) dan

jaringan distribusi.
Sistem yang akan dikembangkan dalam penyediaan air bersih di kawasan industri

tingkat kebocoran 20% dari kebutuhan domestik (SNI 19-6728. 1-2002 tentang
Penyusunan Neraca Sumber Daya Bagian 1 : Sumber Daya Spasial).
Tabel Rencana Kebutuhan Air Untuk Kawasan Industri
Volume
Kebutuhan
Standar Kebutuhan
No Jenis Kegiatan
Air Bersih
Air Bersih
Besar
Satuan
(liter/detik)
1
Industri Berat / Besar
967
Ha
1 liter/detik/ha
967
Perumahan
di
dalam
3
maupun di luar kawasan 825.000 unit
120 liter/orang/hari
99.000.000
industri
4
Fasilitas Umum
318,32
Ha
0.1 liter/detik/Ha
31,83
5
Ruang Terbuka Hijau
197,3
Ha
0.05 liter/detik/Ha
9,865
6
Tenaga Kerja/Karyawan
138.100 orang
60 liter/orang/hari
8.286.000
5% dari kebutuhan
7
Hidran
domestik/perumaha
497.196
n
SUB TOTAL
107.784.188
8
Kebocoran air
20% dari Sub Total
3.745.667
KEBUTUHAN AIR TOTAL
219.314.059,69
Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2013.

adalah sebagai berikut :


a.

Pipa transmisi untuk mengalirkan air baku dari lokasi sumber ke WTP

b.

Unit pengolahan air Minum dengan sistem pengolahan lengkap

c.

Reservoar distribusi, untuk menampung air yang telah diolah untuk selanjutnya
didistribusikan ke masing-masing sambungan industri dan sambungan langsung
Adapun sistem pengolahan yang akan dilakukan untuk menurunkan kadar pencemar yang

ada pada air permukaan (danau) tersebut adalah pengolahan lengkap yaitu terdiri dari
bangunan penangkap air (intake),aerasi, koagulasi flokulasi, sedimentasi, filtrasi, desinfeksi
atau secarakeseluruhan merupakan proses yang terjadi pada IPAM. Fungsi-fungsi unit
pengolahan tersebut adalah :
a.

Intake berfungsi untuk menampung air baku sementara sebelum dialirkan melaui pipa
transmisi, bangunan ini dilengkapi dengan pompa dan saringan kasar berbentuk batang
ataupun saringan mekanis yang menggunakan tenaga motor. Saringan kasar ini berfungsi

Air Bersih berdasarkan ketetapan Kemeterian Perindustrian berasal dari PDAM

untuk memissahkan benda kasar terapung atau terbawa aliran agar tidak mengganggu

setempat atau dari sumber lain yang diusahakan, baik dari air tanah maupun air permukaan.
Tetapi untuk saat ini penggunaan air tanah oleh masyarakat maupun industri sudah pada

proses selanjutnya.
b.

tingkat dikhawatirkan, karena pengambilan air tanah oleh kegiatan industri dibeberapa daerah
saat ini membuat daya dukung air tanah semakin rendah. Dengan keberadaan sarana industri,

Unit Aerasi berfungsi untuk mengontakkan air dengan udara dengan tujuan menambah
atau membuang gas kurang atau sangat jenih dalam kandungan air.

c.

Unit Koagulasi berfungsi untuk mencampur secara cepat antara partikel koloidal

permukiman dan perdagangan berdampak pada konsekuensi bahwa badan air berupa sungai

tersuspensi & partikel terlarut lainnya sehingga tercipta larutan homogen. Bila koagulan

atau sumber-sumber air permukaan lainnya cenderung menjadi sarana pembuangan sampah

yang dibubuhkan tercampur secara merata, maka reaksi yang terjadi akan lebih cepat.

dan sarana pembuangan limbah. Kualitas air sungai menjadi kotor sebagai dampak keberadaan

Segera setelah flok-flok terbentuk, pengadukan selanjutnya di lakukan secara perlahan

limbah industri dan limbah pemukiman yang akan mengganggu mutu air yang ditampung pada

sehingga flok dapat bertumbukan & bergabung membentuk masa yang lebih besar.

danau/embung di Kawasan Industri. Sumber air permukaan yang akan digunakan untuk

Koagulasi sendiri berfungsi untuk destabilisasi partikel-partikel koloid sehingga

memenuhi kebutuhan air bersih kawasan industri memerlukan pengolahan untuk memenuhi

partikelkoloid dapat diikat oleh zat kimia yang direncanakan seperti sulfat (Al2(SO4)2),

standar kualitas sebelum didistribusikan ke pemakai.

ferri klorida (FeCl3), ferri sulfat (Fe2(SO4)2) dan koagulan acid untuk membentuk inti
flok.

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

39

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

d.

e.

Unit Flokulasi yaitu unit pengolahan yang diterapkan berpasangan setelah unit
koagulator, baik diterapkan secara terpisah ataupun dalam satu bagian. Fungsi dari

sarana sebagai berikut :

flokulator ini adalah membentuk gumpalan-gumpalan flok.

a. Sambungan Rumah

Sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel flokulen yang tidak sempat


terendapkan pada pengolahan sebelumnya. Unit pengolahan ini yang berfungsi untuk

f.

h.

- Sambungan rumah adalah tiap sambungan dari sistem penyediaan air minum yang
dilengkapi dengan sebuah meteran air dan disambungkan pada sistem plambing rumah.

penyempurnaan kadar-kadar kontaminasi seperti bakteri, warna, bau, Fe & Mn sehingga

- Kapasitas 100 liter / orang / hari.

diperoleh air bersih yang memenuhi ketetapan kualitas air bersih.

- Harus tersedia sistem plambing dalam rumah.

Filtrasi berfungsi memisahkan air dengan kotoran yang tersuspensi, koloidaldan bakteri

- Ukuran minimal pipa dinas 18 Mm.

yang dikandungnya serta perubahan karakteristik kimia air.Bahan yang digunakan bahan

- Harus dipasang meter air dengan ukuran 12,5 Mm.

yang berpori yaitu pasir karena mudah didapat, harga relative murah, tidak

- Pipa tertanam dalam tanah dipakai pipa PVC.

melapuk/terurai. Media penyangga yangdigunakan adalah kerikil. Sistem filtrasi yang

- Pipa diatas tanah tanpa perlindungan dapat dipakai pipa GIP (Galvanized Iron Pipe).

digunakan adalah saringan pasircepat (rapid sand filter).


g.

Sistem penyediaan air bersih harus dapat melayani kebutuhan perumahan dengan

b. Sambungan Halaman

Bak desinfeksi berfungsi sebagai bak proses pembubuhan desinfektan untukmembunuh

- Sambungan halaman adalah tiap sambungan dari sistem penyediaan air bersih yang

kuman penyakit sehingga air aman untuk dikonsumsi, diperlukanwaktu kontak minimum

hanya berhenti sampai halaman rumah dan dilengkapi dengan metera air dan sebuah

30 menit bila Ca (OCl)2 yang digunakan sebagaidesinfektan & lebih singkat bila ozon (O3)

katup.

yang dipakai.

- Kapasitas minimal 60 liter / orang / hari.

Reservoir adalah tangki yang digunakan mensuplai kebutuhan air perkotaan,

- Ukuran pipa dinas 12,5 Mm.

menanggulangi kebutuhan air pada saat pemakaian puncak & menampungkelebihan air

- Harus dipasang meter air dengan ukuran 12,5 Mm.

pada saat pemakaian minimum. Reservoir bawah tanah berfungsiuntuk pendistribusian

- Pipa tertanam dalam tanah dipakai pipa PVC.

air untuk keperluan sehari-hari. Adapun reservoirmenara berfungsi sebagai cadangan

- Pipa diatas tanah tanpa perlindungan dapat dipakai pipa GIP (Galvanized Iron Pipe).

apabila terjadi gangguan ataupemadaman aliran listrik yang berarti mengganggu pompa.

c. Sambungan Kran Umum


- Kapasitas minimal 30 liter / orang / hari

Perencanaan distribusi air bersih didasarkan pada rencana penggunaan lahan, di mana

- Ditempatkan pada jarak pelayanan tidak lebih dari 100 meter.

air akan di-supply sesuai dengan kebutuhan di blok-blok peruntukan yang direncanakan sebagai

- Jumlah rumah yang dilayani tidak lebih dari 20 unit.

zona permukiman, perdagangan dan jasa, sarana pelayanan umum, dan industri. Pengadaan air

- Tiap unit dilengkapi dengan meter air.

bersih dilakukan dengan memperhatikan aspek kontinuitas, kuantitas, dan kualitas. Aspek

- Tiap unit dilengkapi dua kran.

kontinuitas terkait dengan ketersediaan air bersih terus menerus dalam 24 jam, aspek kuantitas
terkait dengan ketersediaan mencukupi dalam jam-jam puncak pemakaian air, sedangkan aspek
kualitas terkait dengan mutu air yang tetap terkendali. Pengadaan sarana distribusinya

d. Hydran Kebakaran
- Ditempatkan 100 meter untuk bangunan yang berfungsi komersil dan 200 meter untuk
perumahan.

dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kemampuan membangun serta berdasarkan

- Mudah dilihat dan mudah dicapai oleh unit mobil pemadam kebakaran.

prioritas pengembangan wilayah.

- Jika tidak tersedia saluran air minum kota perlu dibuat sumur sumur kebakaran dalam
jarak sesuai persyaratan untuk kran kebakaran.

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

40

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

konservasi sumber daya air tanah. Dengan demikian mengurangi arus limpasan atau aliran
Adapun upaya pengelolaan sumber air minum antara lain :

permukaan yang menyebabkan erosi dan banjir hilir yang dapat menimbulkan malapetaka.

a.

Peningkatan cakupan pelayanan

Ada dua macam jenis saluran drainase, yaitu drainase tertutup dan drainase terbuka.

b.

Peningkatan jumlah sambungan

Drainase tertutup mempunyai keuntungan yaitu sampah-sampah padat tidak akan masuk ke

c.

Pemerataan tekanan dan kualitas air

drainase sehingga aliran air akan lancar. Kerugiannya, pemeliharaannya lebih susah.

d.

Peningkatan kapasitas produksi sumur dalam

Sedangkan keuntungan dari drainase terbuka, yaitu pemeliharaannya lebih mudah tetapi

e.

Penambahan sumur dalam

sampah padat dapat masuk ke saluran drainase.

f.

Perbaikan saluran yang mengalami kebocoran


Untuk prakontruksi perpipaan jaringan air bersih dapat di uraikan sebagai berikut :

Disamping itu, jenis saluran drainase juga menjadi dua, yaitu sistem drainase terpisah
(sistem drainase terpisah dengan saluran air buangan) dan sistem drainase gabungan (sistem

Suplai air diambil dari sumber dengan pipa distribusi primer PVC 150 mm 200 mm

Pipa distribusi sekunder/sambungan pelayanan diameternya 100 mm (PVC)

Pipa pembagi PVC diameter 50 mm

tidak akan bercampur dengan sistem drainase tersebut. Sistem drainase gabungan mungkin

Jaringan perpipaan di pasang di bawah trotoar diluar perkerasan jalan, namun masih dalam

dapat diterapkan pada setiap kawasan perumahan khususnya Kawasan Industri asalkan air

batas Damija. Penempatan jaringan pipa di jalan lebar lebih atau sama dengan 7 meter dan

buangan yang dibuang harus terlebih dahulu di-treatment dahulu. Sedangkan pola aliran air

berkonstruksi aspal adalah di setiap sisi jalan, untuk tidak merusak pipa service ke rumah

pada saluran drainase mengikuti pola topografi, dengan memanfaatkan alur-alur yang telah ada.

dalam penyeberangan di jalan. Ukuran galian pipa sesuai dengan ukuran standar pipa rata-

Saluran akan dibuat berbentuk segiempat yang berfungsi untuk menyalurkan limpasan air

rata 80 cm dan dalam 120 cm.

hujan.

drainase bergabung dengan saluran air buangan).


Keuntungan dari adanya sistem drainase terpisah yaitu limbah-limbah yang berbahaya

Untuk mengendalikan tekanan yang tinggi di dalam pipa maka galian pipa diisi dengan pasir
setebal 40 cm.

Hal yang diperhatikan dalam penentuan koefisien pengaliran di wilayah perencanaan


adalah rencana penggunaan lahan yang berkaitan dengan KDB (Koefisien Dasar Bangunan),

Gambar Rencana Penyediaan dan Distribusi Air Bersih


Dengan Sistem Reservoir

dimana :

untuk fasilitas industri KDB-nya 50%;

untuk fasilitas umum KDB-nya 50% - 70%;

untuk perumahan KDB-nya 70%.


Berdasarkan hal tersebut di atas, maka nilai koefisien pengaliran C untuk daerah industri

(sumber : Sitem Drainase Perkotaan, Suripin, 2005), secara umum adalah berkisar pada nilai
0,60 - 0,90. Nilai koefisien C yang diambil untuk wilayah perencanaan adalah maskimal 0,90.
Sedangkan curah hujan di wilayah perencanaan adalah antara 33,1/6 564,2/24 mm3/hari
atau 0,023 mm/jam. Sehingga kapasitas pengaliran (Q) sebesar 116,70 m3/detik dengan luas
4.5.4. Rencana Jaringan Drainase/Saluran Air Hujan
Prinsip yang berlaku untuk sistem drainase adalah semua daerah upstream (hulu aliran),
arus limpasan dan aliran air hujan yang belum terlalu atau tidak membahayakan atau
mengganggu lingkungan, sebesar mungkin dihambat dan diserapkan sebagai langkah untuk
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

daerah pengaliran pada kawasan darat adalah 1.973 Ha.


Sedangkan debit kapasitas pengaliran (Q) yang akan di alirkan ke saluran sungai selain
yang berasal dari wilayah perencanaan, juga perlu diperhatikan kapasitas pengaliran (Q) di luar
daerah perencanaan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya genangan sebagai
41

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

akibat kapasitas drainase tidak mampu menampung volume air hujan dengan koefisien

5.

Bangunan Terjunan, yaitu bangunan yang berfungsi untuk mencegah penggerusan saluran

pengalirannya (C) adalah berkisar antara 0,10 - 0,40 (daerah Hutan). Adapun besarnya

yang diakibatkan oleh kecepatan aliran dalam saluran apabila melebihi batas kecepatan

kapasitas pengaliran yang berasal dari luar kawasan diperkirakan sebesar 51,86 m3/detik.

maksimum yang diizinkan.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam pendisainan saluran adalah jenis saluran

6.

yang digunakan, dalam hal ini saluran yang digunakan adalah berbentuk segi empat. Dengan

permukaan lainnya.

demikian perbandingan efektif antara tinggi (y) dengan lebar (b) saluran adalah :
y:b=1:2
Berdasarkan nilai-nilai tersebut di atas, maka dimensi saluran drainase adalah sebagai berikut :

Berdasarkan hal ditas, maka rencana pengembangan jaringan drainase di wilayah


perencanaan, yaitu :
1.

lebar saluran : 11,98 meter

kedalaman saluran : 5,99 meter

Jaringan drainase yang akan direncanakan di wilayah ini akan mengikuti pola jaringan
jalan dan pola aliran air yang ada dengan mernperhatikan kemiringan lahan kawasan.

Saluran Kali/Sungai

Out-fall, yaitu ujung saluran air hujan yang ditempatkan pada sungai/badan air

2.

Rehabilitasi bertujuan untuk memperbaiki sistem drainase yang sudah adasehingga dapat
memenuhi kapasitas Kampungin pada tingkat pelayanantertentu.

Saluran Primer

3.

Peningkatan dimensi saluran

lebar saluran : 2 meter

4.

Sistem drainase atau sistem penyaluran air hujan suatu sistem penyaluranyang dibuat

kedalaman saluran : 1,97 meter

agar air hujan dapat mengalir langsung ke cacthment area atau badan air penerima tanpa
menimbulkan permasalahan semacamgenangan atau banjir di wilayah perencanaan.

Saluran Sekunder

lebar saluran : 1 meter

kedalaman saluran : 1,3 meter

5.

Sistem penyaluran air hujan di wilayah perencanaan dibuat secara terpisahdengan


saluran air limbah namun tercampur dengan saluran air bekascucian dari dapur dan
kamar mandi.

Disamping itu, sistem drainase ini juga dilengkapi dengan sarana perlengkapan saluran,
yaitu:

6.

Sistem saluran yang direncanakan pada umumnya adalah sistem saluran terbuka.

1.

7.

Pada beberapa lokasi dipergunakan sistem saluran tertutup khususnya padadaerah padat

Sambungan Persil, yaitu sambungan saluran air hujan dari gedung/bangunan ke saluran

dan penting..

yang berada di tepi jalan.


2.

Street Inlet, yaitu lubang-lubang di sisi jalan yang berfungsi untuk menampung dan

8.

Sasaran dari rencana pengembangan sistem drainase ini adalah tersedianya sistem yang

menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang jalan menuju ke dalam saluran.
3.

4.

Manhole, yaitu bangunan yang dibuat pada saluran tertutup dengan fungsi :

Sebagai bak pengontrol untuk pemeriksaan dan pemeliharaan saluran

Untuk memperbaiki saluran apabila terjadi kerusakan

Melengkapi struktur bila terjadi perubahan dimensi

Sebagai ventilasi untuk keluar masuknya udara

Sebagai terjunan (drop manhole) saluran tertutp

Gorong-gorong, yaitu bangunan perlintasan karena adanya saluran yang melintasi jalan.

Pengembangan sistem ekodrainase pada penerapannya di lapangan.

memadai ditinjau dari segi kapasitas dan bisa mengatasiberbagai gangguan yang selama ini
menjadi penyebab kurangberfungsinya sistem drainase tersebut, seperti :
1.

Pembangunan sumur resapan

2.

Pembuatan biopori
Secara umum kedua metode di atas merupakan cara untuk Peningkatan Resapan Air,

Mengurangi Run Off dan mencegah erosi permukaan tanah. Peningkatan resapan air ditujukan
pada air hujan yang jatuh di sekitar lingkungan rumah harus semaksimal mungkin meresap
kedalam tanah. Untuk mewujudkan hal tersebut maka permukaan tanah yang ada tidak
dibiarkan dalam keadaan terbuka dan harus tertutup dengan tanaman ground cover.

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

42

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Penggunaan tanaman ground cover akan menghambat kecepatan aliran permukaan, sehingga

menurun sampai memenuhi standar yang ditentukan sehingga tidak menimbulkan pencemaran

memungkinkan meresap lebih banyak dan menghambat terjadinya erosi pada permukaan

pada perairan umum. Ada pun unit-unit yang akan dibuat dalam instalasi pengolahan air limbah

tanah.

tekstil ini adalah sebagai berikut:

Aliran permukaan (overflow) yang tetap terjadi diusahakan tidak langsung masuk ke badan

1.

Sump Pit

air penerima, tetapi harus di alirkan pada saluran drainase terbuka, dimana disepanjang aliran

Sump pit merupakan suatu lubang yang sengaja dibuat untuk mengumpulkan air limbah

ini telah di buat sistem biopori. Biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke

dari sumbernya. Bila lubang ini terisi penuh maka secara otomatis pompa di dalamnya

dalam tanah dengan diameter 10 30 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam kasus

akan menyala dan menaikkan air ke bak berikutnya.

tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi kedalaman muka air.

2.

Bak Equalisasi

Lubang biopori diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori. Biopori

Bak ini berfungsi mengumpulkan/menampung air limbah supaya dapat bercampur secara

adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah

homogen sebelum diolah pada proses selanjutnya. Semua air buangan yang dihasilkan

atau akar tanaman.

berupa cairan sisa kanji, zat warna, air pencuci dan air pembilasan dicampur menjadi satu.
Akibat pencampuran itu maka di dalam bak equalisasi beberapa limbah produksi yang

Gambar Penampang Drainase

mempunyai konsentrasi tinggi seperti sisa kanji dan zat warna akan mengalami
pengenceran. Dengan demikian didapat keuntungan pengurangan beban organik dan
beban hidrolis. Pada unit-unit selanjutnya pengolahan beban organik diharapkan tidak
mengalami fluktuasi yang besar sehingga diharapkan hasil yang optimal. Demikian pula
dengan beban hidrolis yang diharapkan merata dan berguna untuk mencegah terjadinya

Penampang Trapesium

shock loading yang dapat menyulitkan pengolahan selanjutnya.


Pada beberapa proses produksi seperti dyeing dan scouring menghasilkan larutan dengan
4.5.5. Rencana Penanganan Air Limbah (Sewerage)

temperatur yang tinggi. Proses dyeing dioperasikan dengan temperatur cairan sekitar

Air limbah (sewerage) adalah air limbah yang dihasilkan dari kegiatan non industri,

1150C sampai 1350C, temperatur limbah yand dihailkan pada proses dyeing ini cukup

seperti perumahan dan fasilitas umum dan ekonomi lainnya. Namun demikian, secara umum

tinggi, yaitu sekitar 600C. Ketika telah bercampur dengan limbah cair lain di dalam bak

besar limbah yang dihasilkan diperkirakan sebesar 17.979.203 liter/detik (80 % dari total

equalisasi didapat rata-rata temperatur sekitar 35%. Sepanjang pangaliran limbah ini

kebutuhan air bersih). Adapun karakteristik limbah yang dihasilkan meliputi:

mengalami penurunan terperatur sampai masuk ke dalam bak equalisasi.

a.

limbah cair yang dikeluarkan dari proses industri

b.

limbah domestik karyawan

Pada bak ini dilakukan pencampuran merata antara koagulan dan air limbah yang diolah.

c.

limbah domestik dari fasilitas dan kegiatan rumah tangga

Penambahan koagulan ini ditujukan untuk mendestabilkan partikel terutama partikel

3.

Bak Koagulasi (Bak Pengaduk Cepat)

Kapasitas limbah cair industri sangat dipengaruhi oleh jenis serta jumlah industri yang

koloid yang tidak dapat mengendap sebagai partikel distrik. Koagulan ini terdiri dari

terdapat di dalam wilayah, yaitu dari besarnya kebutuhan air bersih serta banyaknya air yang

koagulan utama dan koagulan pembantu. Koagulan yang diberikan dapat berupa sintetis

diserap oleh masing-masing industri.

dan alamiah. Untuk koagulan alamiah misalnya biji kelor sedangkan koagulan sintetis

Proses pengolahan air limbah khususnya dari kegiatan industri ini menggunakan

yang banyak dijual di pasaran adalan PAC, tawas, dan garam besi.

pengolahan secara fisik, kimia dan biologi dengan tujuan agar kualitas air buangan tersebut bisa
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

43

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Pada proses koagulansi terjadi pengurangan gaya tolak-menolak elektrostatik dengan

nozzle yang terdapat pada pipa yang ditempatkan di dasar bak. Pemberian oksigen

pemberian muatan yang berlawanan yang berasal dari koagulan tawas dengan muatan

pada air limbah ini dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan mikroorganisme

partikel koloid. Reaksi yang terjadi adalah :

secara alamiah terdapat di dalam bak aerasi ini. Dengan adanya mikroorganisme

Al2(SO4)3xH2O + 6 H2 CO3 2 Al (OH)3 + 3 SO2 + 6 CO2 + x H2O

diharapkan dapat menguraikan zat-zat organik menjadi sel-sel mikroorganisme yang

Proses ini berlangsung apabila bikarbonat dalam air cukup. Bila berkurang maka harus

baru dan produk akhir yang lebih sederhana seperti CO2, H2O, NH3.

ditambahkan agar reaksi alum terjadi.

Alkalinitas dapat berupa kapur mati, atau

Untuk menambah efisiensi penguraian zat-zat organik oleh mikroorganisme maka

terhidrasi berupa kalsium hidroksida. Jangkauan pH untuk tawas ini adalah 4,5

ditambahkan lumpur yang berisi biomassa dari proses pengendapan di bak

8.Pengoperasian sistem koagulasi yang akan diterapkan adalah dengan cara menerjunkan

pengendap II. Dengan adanya resirkulasi lumpur ini proses yang terjadi adalah

air dari unit sebelumnya. Larutan tawas juga dijatuhkan dari ketinggian yang sama.

proses lumpur aktif karena biomassa yang didapatkan dalam lumpur akan diaktifkan

Dengan demikian diharapkan terjadinya aliran turbulen yang mengaduk air dengan

lagi dalam proses aerasi.

larutan tawas. Campuran ini akan melalui pipa masuk ke dalam bak koagulasi. Di dalam

Proses biologis yang terjadi di dalam bak aerasi ini adalah biomassa mengkonsumsi

pipa ini juga terjadi aliran turbulen.

substrat yang terdiri dari bahan organik. Substrat dalam kondisi aerobik akan

a.

Bak Flokulasi (Bak Pengaduk Lambat)

diuraikan mikroorganisme menjadi gas CO2, NH3 dan sel baru. Hampir semua zat

Bak flokulasi dibuat untuk membentuk gumpalan (flok) yang lebih besar agar mudah

organik yang terlarut dan sebagian zat organik yang tersuspensi dioksidasi oleh

diendapkan di dalam bak pengendap. Pengadukan direncanakan dilakukan secara

mikroorganisme.

mekanik dengan motor pengaduk (mixer).

mengoksidasi zat organik desebut dengan BOD. Kemampuan penyisihan BOD oleh

Bak Pengendap I

lumpur aktif menurut Lund dalam Industrial Pollution Control mempunyai rentang

Setelah mengalami proses koagulasi dan flokulasi air buangan tersebut diendapkan

70 90 %. Efisiensi dipengaruhi oleh nutrien yang terkandung dalam substrat dan

pada bak pengendap I. Fungsi dari bak pengendap I ini adalah untuk mengendapkan

kondisi pH antara 6,5 9,5. Efisiensi optimum dicapai apabila perbandingan BOD : N

gumpalan dan partikel kasar, sehingga dapat mereduksi bahan organik yang berupa

: P = 100 : 5 : 2. Hal ini disebabkan dalam pertumbuhannya mikroorganisme dalam

zat padat yang mudah mengendap. Flok-flok yang dibentuk pada proses flokulasi

hal ini bakteri memerlukan beberapa elemen seperti karbon, nitrogen, fosfor, sulfur,

akan diendapkan secara gravitasi.

besi, kalsium, magnesium, mangan, seng, boron, kalium, dan cobalt.

b.

Jadi pengendapan yang terjadi adalah

pengendapan flok yang merupakan partikel flokulen.

Dalam air

Selama pengendapan

buangan biasanya kekurangan unsur seperti nitrogen dan fosfor. Untuk mencegah

kecepatan endap akan semakin besar akibat adanya penggabungan flok yang

terjadinya faktor pembatas akibat kekurangan unsur tersebut maka dalam bak

membentuk ikatan.

aerasi ini ditambahkan unsur-unsur nutrisi berupa urea an NPK. Pemberian nutrisi

Endapan flok yang berbentuk lumpur secara gravitasi dialirkan ke sludge drying bed

ini dialirkan lewat dosing pump.

melalui pipa yang dipasang di dasar bak. Sedangkan cairannya yang keluar dari bak
c.

Jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk

d.

Bak Pengendap II

ini dialirkan ke bak aerasi.

Bak pengendap II ini dibuat untuk mengendapkan biomassa yang terbentuk dalam

Bak Aerasi

bak aerasi. Endapan lumpur yang terbentuk sebagian akan dibuang ke sludge drying

Bak aerasi berfungsi untuk mengolah air limbah secara biologi yaitu melalui aktivitas

bed dan sebagian lagi dikembalikan ke bak aerasi. Sedangkan cairan yang sudah

mikroorganisme untuk menurunkan kadar organik yang terlarut dalam air buangan.

bebas dari lumpur dikeluarkan dari bak pengendap ke badan air penerima.

Dalam unit ini diperlukan suplay oksigen. Suplay oksigen ini diberikan melalui
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

e.

Sludge Drying Bed


44

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Bangunan ini dibuat untuk mengeringkan lumpur dengan cara pengumpulan dan

4.5.6. Rencana Penanganan Persampahan

pematusan melalui media pasir dan kerikil. Sludge drying bed ini terdiri dari 2 unit

Sampah merupakan limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan. Limbah padat bisa

yang digunakan secara bergantian. Sludge drying bed ini dapat memadatkan lumpur

dihasilkan dari aktifitas permukiman berupa limbah rumah tangga maupun pada kawasan

dengan kadar solid 90 % dan air 10 %. Pengurangan kadar air ini mengurangi

industri dihasilkan dari proses produksi dari semua industri yang akan ditempatkan pada

volume dan karakteristik fisik-biologis. Dengan perubahan ini diharapkan lumpur

kawasan. Zat buangan yang dihasilkan dari kegiatan-kegiatan produksi tersebut mempunyai

menjadi stabil sehingga aman digunakan untuk keperluan lain. Tetapi jika lumpur ini

tingkat pencemaran yang rendah dan sedang. Zat buangan yang mempunyai tingkat

mengandung logam berat maka tentu saja tidak dapat distabilkan dengan cara biasa

pencemaran rendah misalnya berupa potongan-potongan kain dan yang mempunyai tingkat

karena hanya zat-zat organik saja yang dapat diproses. Sedangkan logam berat akan

pencemaran sedang adalah misalnya zat buangan yang berasal dari industri barang logam.

tetap terdapat di dalamnya. Logam berat yang terdapat dalam lumpur ini akibat

Ada dua macam sampah yang paling dominan pada kawasan industri, yaitu :

pemakaian zat warna. Meskipun dalam jumlah yang tidak terlalu banyak dalam

1.

pemakaian pada waktu proses produksi tetapi logam berat ini akan terakumulasi
sehingga di dalam lumpur akan didapatkan dalam jumlah yang cukup bermakna.

Sampah industri, merupakan sampah yang dihasilkan sebagai hasil sampingan dari proses
produksi dalam sebuah industri tertentu;

2.

Pengeringan lumpur di sludge drying bed ini memerlukan waktu 10 sampai 15 hari.

Sampah domestik, merupakan sampah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga dan
sampah yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan manusia di sekitar lokasi industri.

Dalam kondisi yang kering lumpur dapat diangkat secara manual. Lumpur ini

Perkiraan jumlah produksi limbah padat pada kawasan dengan asumsi dapat menyerap

biasanya dimasukkan ke dalam karung plastik dan akhirnya digunakan untuk

tenaga kerja 108.138 tenaga kerja adalah:

mengisi tanah-tanah yang legok di lokasi pabrik.

1.

Gambar Mekanisme Pengolahan Air Limbah

Limbah padat domestik 0,99 m3/hari (standar 2,5 lt/orang/hari berdasarkan SNI
3242:2008 tentang pengelolaan sampah dipermukiman).

2.

Limbah padat industri 5.524 m3/hari (standar 4 m3/ha/hari berdasarkan Permen


Perindustrian, 2010).
Fasilitas persampahan yang ada di kawasan industri berdasarkan Peraturan Menteri

Perindustrian 2010 harus menyediakan bak sampah per kavling, 1 armada sampah/20 ha, dan
1 unit TPS/20 Ha. Sehingga diperoleh penempatan bak sampah pada setiap kavling peruntukan
baik itu industri, perumahan, fasilitas, taman, dan peruntukan lainnya. Untuk kebutuhan
armada sebanyak 276 armada (dengan asumsi daerah pelayanan 70% dari luas Kawasan yaitu
1.381 Ha) dan 276 unit TPS.
Tabel Timbulan Sampah dan Kebutuhan Sarana Persampahan
No
1
2
3

Volume

Jenis Kegiatan
Industri

Besar
1.381

Perumahan
11137,5
Fasilitas
318,32
Jumlah
12.837
Sumber : Hasil Rencana Tahun 2013
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

Standar Kebutuhan

Jumlah
Timbulan
Sampah
(M3/hari)

Jumlah
Armada
(Unit)

Jumlah
TPS
(Unit)

Satuan
Ha

4 m3/Ha/Hari

5.524

276

276

Ha
Ha

2,5 ltr/Ha/Hari
2,5 ltr/Ha/Hari

2784,5
795,8
9.104

139
39
454

139
39
454

45

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Mengurangi dampak estetika dari sampah.


Pola penanganan pengelolaan sampah Kawasan Industri dapat diklasifikasikan ke dalam tingkat
pewadahan, pengumpulan, pengangkutan ke transfer station atau Tempat Pembuangan Sampah

Terdapat beberapa alternatif sistem pengelolaan akhir sampah, yaitu :


1.

Sementara (TPS), kemudian pengangkutan dan pemusnahan di tempat pembuangan akhir

Sampah yang dihasilkan dibuang pada suatu areal, kemudian dipadatkan tanpa harus

(TPA), yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip kesehatan lingkungan, ekonomi, rekayasa,


konservasi, estetika dan sikap masyarakat. Perencanaan pengelolaan sampah di Kecamatan

Open Dumping :
ditimbun oleh tanah.

2.

Sanitary Landfill :

Brondong yang mayoritas direncanakan sebagai kawasan industri secara tepat akan mampu

Sampah yang dihasilkan dibuang pada suatu areal kemudian dipadatkan lalu ditimbun

mengintegrasikan secara optimal berbagai alternatif baik dari segi teknologi, manajemen,

dengan tanah.

sumberdaya maupun biaya sistem pengelolaan sampah di kawasan industri. Sehingga

3.

Compositing

diharapkan dalam implementasi rencana, semua aspek dari suatu sistem pengelolaan sampah

Sampah yang dihasilkan dicampur dengan kotoran hewan atau manusia kemudian

akan saling mendukung dan memberi hasil yang maksimal.

dibusukkan selama waktu tertentu berguna untuk pupuk.

Pada dasarnya terdapat dua macam pengelolaan atau penanganan sampah untuk skala

4.

Incenerator

perkotaan, yaitu pengelolaan setempat dan pengelolaan terpusat (Dept. PU, 1995). Penanganan

Sampah yang dihasilkan dibakar dengan mempergunakan alat pembakaran, kemudian

setempat diterapkan pada daerah perumahan dengan kepadatan penduduk <50 jiwa/hektar,

abunya dibuang.

sedangkan sistem penanganan terpusat diterapkan untuk daerah komersial dan perumahan

Untuk memberikan arahan sistem pengelolaan persampahan yang mendukung

dengan kepadatan >50 jiwa/hektar.

pengembangan wilayah, maka rencana sistem jaringan persampahan dan pengembangan

Penanganan setempat adalah penanganan sampah yang dilaksanakan sendiri oleh penghasil

sistem pengolahan persampahan adalah sebagai berikut :

sampah, antara lain dengan cara menimbun dalam galian di tanah pekarangan sendiri dengan

a. Rencana sistem jaringan persampahan, meliputi :

cara-cara lain yang masih dapat dibenarkan. Hal ini dapat dimungkinkan bila daya dukung

Penyusunan rencana induk pengolahan persampahan;

lingkungan masih cukup tinggi.

Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA); dan

Penanganan atau pengelolaan sampah terpusat, khususnya dalam kegiatan teknisoperasional,

Pengembangan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS).

yaitu suatu proses atau kegiatan penanganan sampah yangterkoordinasi untuk melayani suatu

b. Pengembangan sistem pengolahan persampahan, meliputi :

pemukiman atau kota tertentu. Sistem pengelolaan terpusat mempunyai kompleksitas yang

Penerapan pengelolaan sampah dengan menggunakan pendekatan konsep 4R, yaitu

besar karena mencakup berbagai subsistem, yaitu institusi, hukum, pembiayaan, teknis

reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali), recycle (mendaur ulang) dan replace

operasional, dan peran serta masyarakat termasuk swasta dan lingkungan. Konsep pengelolaan

(mengganti).

sampah diarahkan sebagai berikut :


Menyingkirkan sampah dari habitat manusia dengan cepat.
Mengurangi berat dan volume sampah dengan cepat.
Melakukan proses daur ulang bagi sampah non biodegradable atau reusable.

Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan


sistem pengelolaan persampahan;
peningkatan fungsi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dari sistem open dumping ke
sanitary landill;

Membuat sampah tidak berbahaya bagi lingkungan.

Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pelayanan;

Memanfaatkan sampah menjadi sumberdaya yang bermanfaat.

Pengembangan alternative pembiayaan;

Mengurangi dampak pencemaran udara, tanah dan air akibat sampah.


EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

46

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Pengembangan tempat penampungan sampah sementara atau penyediaan kontainer


pada setiap wilayah kecamatan sebagai tempat penampungan sampah pasar dan
rumah tangga sebelum diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah;
Penyediaan sarana pengangkutan sampah yang memadai dan mendistribusikan-nya
secara proporsional di setiap wilayah; dan
Pegembangan sistem pengelolaan sampah terpadu Satuan Operasional Kebersihan
Lingkungan (SOKLI) termasuk didalamnya membangun Instalasi Pengelolaan Sampah
Terpadu (IPST) yang tipologinya disesuaikan dengan karakter kawasan, pada daerahdaerah permukiman, khususnya kawasan permukiman perkotaan di pusat-pusat
pelayanan.

PETA RENCANA JARINGAN JALAN

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

47

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Penentuan besaran aspek yang dinilai menggunakan sistem skoring dengan pemberian
nilai antara 1 sampai dengan 4, secara keseluruhan setiap sub BWP akan dinilai dengan
menggunakan skor masing-masing berdasarkan tingkat kepentingan dan kesesuaian terhadap
rencana pola ruang yang telah ditetapkan.
Tujuan penataan ruang diuraikan secara umum memperhatikan karakteristik wilayah
Kecamatan Brondong serta kecenderungan perkembangan yang terdapat dalam wilayahnya.
Tujuan penataan bagian wilayah Kecamatan Brondong disusun berdasarkan isu-isu strategis
yang telah dirumuskan berdasarkan potensi dan permasalahan pada kawasan, maka ditentukan
tema dan focus pengembangannya yaitu tema penanganan ditetapkan pada kawasan ini adalah :
Mewujudkan Perkotaan Brondong Sebagai
Pusat Kegiatan Perdagangan - Jasa, Industri dan Pariwisata
Secara Berkelanjutan
Berdasarkan penilaian setiap SBWP di Kecamatan Brondong, maka SBWP Prioritas yang
didapat adalah SWBP I dan II.
SBWP I merupakan SBWP dengan dominan kegiatan Perdagangan dan Pariwisata, sedangkan
SBWP II dengan dominan kegiatan Perdagangan, Pendidikan, Kesehatan dan Industri.
5.1.

PENETAPAN LOKASI SUB BWP YANG DIPRIORITASKAN

Arahan pengembangan SBWP I adalah

Dalam penetapan lokasi Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya, dilakukan

a.Tema: Pengembangan perdagangan Regional dan Wisata Alam,

penilaian terhadap seluruh Sub BWP dan kawasan yang kiranya dapat mewujudkan tujuan

b. fokus pengembangan adalah :

penataan ruang Kecamatan Brondong. Mengingat tujuan penataan ruang Kecamatan Brondong

1. Penataan bangunan melalui RTBL

terfokus pada pengembangan perdagangan dan jasa serta pendidikan, maka ditentukan Sub

2. Pengembangan perdagangan grosir

BWP mana yang dapat mewakili isi dari tujuan tersebut. Proses penetapan sub BWP yang

3. Pengembangan wisata alam sungai

diprioritaskan penanganannya didasarkan pada aspek :

4. Penataan sempadan jalan serta jalir pejalan kaki

1. Penilaian tingkat kesesuaian fungsi utama dengan tujuan BWP.


2. Perumusan nilai penting sub BWP yang didasarkan pada besaran fungsi yang
direncanakan terhadap fungsi perkotaan secara keseluruhan.
3. Penilaian terhadap kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan yang merupakan karakter
dasar yang mendukung perkotaan.
4. Penilaian Kesesuaian dengan peraturan perundangan terkait terutama Rencana Tata
Ruang Wilayah yang telah disusun.
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

5. Pengembangan RTH
Arahan pengembangan SBWP II adalah
a.Tema: Pengembangan perdagangan modern dan pelayanan sosial,
b. fokus pengembangan adalah :
1. Penataan bangunan melalui RTBL
2. Pengembangan perdagangan modern
3. Penataan sempadan jalan
48

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

4. Pengembangan RTH

BWP Brondong. Peraturan zonasi ini berisi aturan yang lengkap dan sistematis agar dapat

5. Pengembangan jalur pejalan kaki

berfungsi sebagai panduan bagi Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam melaksanakan

6. Pengembangan pendidikan tinggi

wewenangnya dalam penataan ruang di daerah.

7. Pengembangan Kegaitan Industri

Ketentuan Teknis Zonasi merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui


Ketentuan Kegiatan dan Pemanfaatan Ruang Zonasi. Ketentuan teknis zonasi tersebut terdiri
dari:
1. Klasifikasi I = Pemanfaatan Diperbolehkan/Diizinkan
Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi I memiliki sifat sesuai
dengan peruntukan ruang yang direncanakan. Pemerintah Kota tidak dapat melakukan
peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain terhadap kegiatan dan penggunaan lahan
yang termasuk dalam klasifikasi I.
2. Klasifikasi T = pemanfaatan bersyarat secara terbatas
Pemanfaatan bersyarat secara terbatas bermakna bahwa kegiatan dan penggunaan lahan
dibatasi dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pembatasan pengoperasian, baik dalam bentuk pembatasan waktu beroperasinya suatu
kegiatan di dalam subzona maupun pembatasan jangka waktu pemanfaatan lahan untuk
kegiatan tertentu yang diusulkan;
b. Pembatasan intensitas ruang, baik KDB, KLB, KDH, jarak bebas, maupun ketinggian

6.1.

ARAHAN ZONASI KAWASAN LINDUNG

6.1.1. Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan

bangunan. Pembatasan ini dilakukan dengan menurunkan nilai maksimal dan


meninggikan nilai minimal dari intensitas ruang dalam peraturan zonasi;

Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 36, disebutkan bahwa:

c. Pembatasan jumlah pemanfaatan, jika pemanfaatan yang diusulkan telah ada mampu

Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan,

melayani kebutuhan, dan belum memerlukan tambahan, maka pemanfaatan tersebut tidak

pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi, yang meliputi:

boleh diizinkan atau diizinkan terbatas dengan pertimbangan-pertimbangan khusus.

1.

Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang.

Contoh: dalam sebuah zona perumahan yang berdasarkan standar teknis telah cukup

2.

Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona

jumlah fasilitas peribadatannya, maka aktivitas rumah ibadah termasuk dalam klasifikasi

pemanfaatan ruang.

T.

3.

Peraturan zonasi ditetapkan dengan :

3. Klasifikasi B = pemanfaatan bersyarat tertentu

a. Peraturan pemerintah untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional;

Pemanfaatan bersyarat tertentu bermakna bahwa untuk mendapatkan izin atas suatu

b. Peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi; dan;

kegiatan atau penggunaan lahan diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu yang dapat

c. Peraturan daerah kabupaten untuk peraturan zonasi.

berupa persyaratan umum dan persyaratan khusus. Persyaratan dimaksud diperlukan

Penyusunan Peraturan Zonasi di BWP Brondong ini memiliki tujuan yaitu menyediakan
arahan teknis untuk mengatur pemanfaatan dan pengendalian ruang di kawasan perkotaan

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

mengingat pemanfaatan ruang tersebut memiliki dampak yang besar bagi lingkungan
sekitarnya. Contoh persyaratan umum antara lain:
49

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

a. Dokumen AMDAL;
b. Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL);
c. Dokumen Analisis Dampak Lalu-lintas (ANDALIN); dan

Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan pada subzona sempadan sungai besar
Sungai Sampean meliputi:
a. pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan (I) berupa RTH kota dengan tanaman keras;
b. pemanfaatan bersyarat secara terbatas (T) berupa kegiatan penelitian, eksplorasi air

d. Pengenaan disinsentif misalnya biaya dampak pembangunan (development impact fee).

tanah, serta kegiatan yang tidak dapat dipindahkan ke tempat lain meliputi pariwisata

Contoh persyaratan khusus misalnya mendapatkan persetujuan tertulis dari tetangga

ekologi, jembatan, bangunan pencegahan bencana alam, bangunan penunjang utilitas

sekitarnya.

kota dengan ketentuan KDB maksimal 5% (lima persen), KLB 0,05 (nol koma nol lima),

4. Klasifikasi X = pemanfaatan yang tidak diperbolehkan.


Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi X memiliki sifat tidak

KDH 95% (sembilan puluh lima persen), penyediaan lahan setapak lahan perkerasan;
dan

sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan dapat menimbulkan dampak yang

c. pemanfaatan bersyarat secara tertentu (B) berupa bangunan yang telah ada

cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya. Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk

keberadaannya dengan syarat tidak bertambah luasannya, tidak diperkenankan alih

dalam klasifikasi X tidak boleh diizinkan pada zona yang bersangkutan.

fungsi untuk kegiatan lainnya, tidak boleh membuang limbah ke sungai dan mencemari

Di wilayah BWP Brondong semua kegiatan/zona mulai perumahan, Perdagangan dan


jasa, perkantoran, sarana pelayanan umum dan peruntukan khusus tidak diijinkan berkembang

lingkungan, KDB maksimal 60% (enam puluh persen), KLB maksimal 0,6 (nol koma
enam), KDH 20% (dua puluh persen).

di zona perlindungan setempat (PS) dan zona ruang terbuka hijau (RTH). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 8.1. tabel kegiatan dan Penggunaan Lahan Kawasan Lindung BWP
Brondong.

Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan pada subzona sempadan anak Sungai
Sampean meliputi:
a. pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan (I) berupa kegiatan RTH kota dengan tanaman

6.1.2. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang

yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan terhadap sempadan anak sungai;

Ketentuan intensitas Pemanfaatan Ruang dijelaskan melalui pengendalian koefisien

b. pemanfaatan bersyarat secara terbatas (T) meliputi kegiatan penelitian, eksplorasi air

dasar bangunan (KDB), koefisien lantai bangunan (KLB), dan koefisien dasar hijau (KDH) pada

tanah, serta kegiatan yang tidak dapat dipindahkan ke tempat lain meliputi pariwisata

kawasan sempadan sungai dan ruang terbuka hijau yang terdapat pada Kecamatan Brondong.

ekologi, jembatan, bangunan pencegahan bencana alam, bangunan penunjang utilitas

adapun ketentuannya adalah sebagai berikut :

kota dengan ketentuan KDB maksimal 5% (lima persen), KLB 0,05 (nol koma nol lima),

A. Perlindungan Setempat (PS)

KDH 95% (sembilan puluh lima persen), penyediaan lahan setapak lahan perkerasan;

Peraturan zona perlindungan setempat di BWP Brondong meliputi:


a. subzona sempadan sungai besar meliputi Sungai Sampean;

dan
c. pemanfaatan bersyarat secara tertentu (B) meliputi bangunan yang telah ada

b. subzona sempadan anak sungai meliputi anak Sungai Sampean;

keberadaannya dengan syarat tidak bertambah luasannya, tidak diperkenankan alih

c. subzona sempadan irigasi;

fungsi untuk kegiatan lainnya, tidak boleh membuang limbah ke sungai dan mencemari

d. subzona sempadan rel kereta api; dan

lingkungan, KDB maksimal 60% (enam puluh persen), KLB maksimal 1,2 (satu koma

e. subzona sempadan sepanjang SUTT.

dua), KDH 20% (dua puluh persen).


Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan pada subzona sempadan irigasi meliputi:

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

50

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

a. pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan (I) meliputi peruntukan RTH kota, pertanian,


perkebunan, jalan setapak diperkeras;

b. pemanfaatan

bersyarat

secara

terbatas

(T)

berupa

bangunan

penunjang

perkeretaapian, KDB maksimal 5% (lima persen), KLB maksimal 0,05 (nol koma nol

b. pemanfaatan bersyarat secara terbatas (T) meliputi kegiatan penelitian, eksplorasi air
tanah, serta kegiatan yang tidak dapat dipindahkan ke tempat lain meliputi pariwisata

lima), KDH 90% (sembilan puluh persen).


Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan pada subzona sempadan SUTT meliputi:

ekologi, jembatan, bangunan pencegahan bencana alam, bangunan penunjang utilitas

a. pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan (I) meliputi kegiatan RTH, pertanian dan jalan;

kota dengan ketentuan KDB 5% (lima persen), KLB 0,05 (nol koma nol lima), KDH 90%

b. pemanfaatan bersyarat secara terbatas (T) meliputi bangunan yang telah ada

(sembilan puluh persen); dan

keberadaannya dibatasi dengan syarat tidak bertambah luasannya, tidak diperbolehkan

c. pemanfaatan bersyarat secara tertentu (B) meliputi bangunan yang telah ada
keberadaannya dengan syarat tidak bertambah luasannya, tidak diperkenankan alih

alih fungsi untuk kegiatan lainnya, KDB maksimal 60% (enam puluh persen), KLB
maksimal 0,6 (nol koma enam), KDH 20% (dua puluh persen);

fungsi untuk kegiatan lainnya, tidak boleh membuang limbah ke sungai dan mencemari

c. pemanfaatan bersyarat secara tertentu (B) berupa bangunan penunjang utilitas kota

lingkungan, KDB maksimal 60% (enam puluh persen), KLB maksimal 1,2 (satu koma

dengan ketentuan KDB maksimal 5% (lima persen), KLB 0,05 (nol koma nol lima), KDH

dua), KDH 20% (dua puluh persen).

90% (sembilan puluh persen), penyediaan lahan setapak lahan perkerasan.

Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan pada subzona perlindungan sekitar


bendungan meliputi:

Peraturan zona RTH di BWP Brondong meliputi:

a. pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan (I) meliputi kegiatan RTH, tanaman keras,


pertanian, perkebunan, jalan setapak diperkeras;
keberadaannya dengan syarat tidak bertambah luasannya, tidak diperkenankan alih
untuk

kegiatan

lainnya,

tidak boleh membuang limbah ke

a. RTH pekarangan;
b. RTH taman dan hutan kota;

b. pemanfaatan tertentu secara terbatas (T) berupa bangunan yang telah ada
fungsi

B. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

c. RTH jalur hijau jalan; dan


d. RTH fungsi tertentu.

sekitar

waduk/bendungan dan mencemari lingkungan, KDB maksimal 60% (enam puluh


persen), KLB maksimal 0,6 (nol koma enam), KDH 20% (dua puluh persen);
c. pemanfaatan bersyarat secara tertentu (B) berupa kegiatan penelitian, eksplorasi air

Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan pada RTH pekarangan meliputi:


a. pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan (I) berupa pohon dan perdu KDH minimal 10%
(sepuluh persen) dari luas persil;

tanah, serta kegiatan yang tidak dapat dipindahkan ke tempat lain meliputi pariwisata

b. pemanfaatan bersyarat secara terbatas (T) berupa alih fungsi KDH yang telah beralih

ekologi, jembatan, bangunan pencegahan bencana alam, bangunan penunjang utilitas

fungsi menjadi lahan terbangun, serta kegiatan yang tidak dapat dipindahkan ke tempat

kota dengan ketentuan KDB maksimal 5% (lima persen), KLB 0,05 (nol koma nol lima),

lain, bangunan penunjang kegiatan operasional masing-masing, bangunan penunjang

KDH 90% (sembilan puluh persen), penyediaan lahan setapak lahan perkerasan.

utilitas dengan batasan KDH minimal 10% (sepuluh persen); dan


c. pemanfaatan bersyarat secara tertentu (B) berupa pada KDH yang telah beralih fungsi

Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan pada subzona sempadan rel kereta api

menjadi lahan terbangun saat ini diizinkan dengan ketentuan mengganti fungsi hijau ke

meliputi:

bentuk lainya antara lain tanaman atap bangunan, sumur resapan, lubang biopori dan

a. pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan (I) meliputi kegiatan RTH, pertanian, jalan

sejenisnya, tidak diperkenankan untuk menambah luasannya, tidak menimbulkan

setapak diperkeras;
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

gangguan lingkungan, batasan KDH minimal 10% (sepuluh persen).


51

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

a. sub zona RTH pekarangan untuk seluruh kawasan terbangun setidaknya menyiapkan 10%
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan pada RTH taman dan hutan kota

dari luas persil dengan penambahan pot-pot tanaman, tanaman pada bangunan dan yang

meliputi:
a. pemanfaatan yang diizinkan meliputi sarana penunjang taman antara lain jalan setapak,

sejenis;
b. sub zona RTH Taman dan hutan kota disediakan secara berhirarki untuk taman RT/RW,

kursi taman, kolam, bangunan peneduh dengan ketentuan KDB maksimal 5% (lima
persen), KLB 0,05 (nol koma nol lima), KDH minimal 95% (sembilan puluh lima

kelurahan/desa, kecamatan/kota sesuai standar;


c. sub zona RTH hijau jalan berupa Pulau jalan dan median jalan dan sepanjang jalur jalan di

persen);

dikembangkan di seluruh Perkotaan Kepanjen; dan

b. pemanfaatan bersyarat secara terbatas (T) berupa kegiatan yang sudah ada antara lain

sub zona RTH fungsi tertentu berupa sempadan rel KA, jalur hijau jaringan listrik,

berupa area bermain anak, jogging track dengan ketentuan KDB maksimal 5% (lima

sempadan sungai sempadan mata air sempadan waduk/ bendungan dan pemakaman

persen), KLB 0,05 (nol koma nol lima), KDH minimal 95% (sembilan puluh lima

sesuai standar

persen); dan
c. pemanfaatan bersyarat secara tertentu (B) berupa kegiatan penelitian, pariwisata

6.1.4. Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal

ekologi, iklam/reklame, kegiatan yang tidak dapat dipindahkan ke tempat lain meliputi

Ketentuan prasarana dan sarana minimum pada zona kawasan lindung di BWP

bangunan pencegahan bencana alam, bangunan penunjang utilitas kota dengan

Brondong meliputi ketentuan jalur pejalan kaki, meliputi:

ketentuan KDB maksimal 5% (lima persen), KLB 0,05 (nol koma nol lima), KDH

a. jalur pejalan kaki dengan tipe sidewalk ditentukan dengan lebar antara 2-3 meter; dan

minimal 95% (sembilan puluh lima persen).

b. jalur pejalan kaki dilengkapi fasilitas pejalan kaki seperti lampu jalan, bangku jalan, fasilitas
penyeberangan dan jalur hijau.

Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan pada RTH jalur hijau jalan meliputi:
a. pemanfaatan yang diizinkan meliputi sarana penunjang jalur hijau jalan antara lain pot,
reklame, rambu lalu lintas dengan ketentuan KDB maksimal 5% (lima persen), KLB
0,05 (nol koma nol lima), KDH minimal 95% (sembilan puluh lima persen);

6.2.

ARAHAN ZONASI KAWASAN BUDIDAYA

6.2.1. Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan


Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan di BWP Brondong pada kawasan Budidaya

b. pemanfaatan bersyarat secara tertentu (B) berupa kegiatan halte, pos polisi, gardu jaga

meliputi beberapa klasifikasi dan mempunyai ketentuan teknis pada masing-masing zona.

dengan ketentuan KDB maksimal 5% (lima persen), KLB 0,05 (nol koma nol lima), KDH

Zona-zona dalam kawasan budidaya antara lain : Zona Perumahan (R), zona Perdagangan dan

minimal 95% (sembilan puluh lima persen).

jasa (K), zona perkantoran (KT), dan zona sarana pelayanan umum (SPU).

c. Ketentuan peraturan zonasi kegiatan dan penggunaan lahan pada RTH fungsi tertentu
berupa sempadan sungai, sempadan waduk, sempadan irigasi, sempadan rel kereta api,
berlaku secara mutatis dan mutandis dengan perlindungan setempat.

Ketentuan teknis zonasi tersebut terbagi menjadi :


1. Klasifikasi I = Pemanfaatan Diperbolehkan/Diizinkan
Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi I memiliki sifat sesuai
dengan peruntukan ruang yang direncanakan. Pemerintah Kota tidak dapat melakukan

6.1.3. Ketentuan Tata Bangunan


Ketentuan tata bangunan pada zona kawasan lindung di BWP Brondong meliputi:

peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain terhadap kegiatan dan penggunaan lahan
yang termasuk dalam klasifikasi I.
2. Klasifikasi T = pemanfaatan bersyarat secara terbatas

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

52

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Pemanfaatan bersyarat secara terbatas bermakna bahwa kegiatan dan penggunaan lahan
dibatasi dengan ketentuan sebagai berikut:

6.2.2. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang

a. Pembatasan pengoperasian, baik dalam bentuk pembatasan waktu beroperasinya suatu

Dalam penentuan ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang terkait dengan KDB dan

kegiatan di dalam subzona maupun pembatasan jangka waktu pemanfaatan lahan untuk

KLB di setiap pemanfaatan ruang. Dalam peraturan zonasi perhitungan intensitas pemanfaatan

kegiatan tertentu yang diusulkan;

ruang diperlukan dengan membandingkan eksisting, rencana dan ketetapan yang dimiliki di

b. Pembatasan intensitas ruang, baik KDB, KLB, KDH, jarak bebas, maupun ketinggian
bangunan. Pembatasan ini dilakukan dengan menurunkan nilai maksimal dan
meninggikan nilai minimal dari intensitas ruang dalam peraturan zonasi;
c. Pembatasan jumlah pemanfaatan, jika pemanfaatan yang diusulkan telah ada mampu
melayani kebutuhan, dan belum memerlukan tambahan, maka pemanfaatan tersebut tidak
boleh diizinkan atau diizinkan terbatas dengan pertimbangan-pertimbangan khusus.

suatu daerah.
a.

Penentuan KDB (Koefisien Dasar Bangunan)


KDB adalah perbandingan antara luas bangunan dengan luas lahan. Nilai KDB pada suatu
kawasan menentukan berapa persen luas bangunan di suatu kawasan yang boleh di
bangun.

b. Penentuan Tinggi Bangunan (KLB)

Contoh: dalam sebuah zona perumahan yang berdasarkan standar teknis telah cukup

Tinggi bangunan adalah tinggi suatu bangunan atau bagian bangunan, yang di ukur dari

jumlah fasilitas peribadatannya, maka aktivitas rumah ibadah termasuk dalam klasifikasi

rata-rata permukaan tanah sampai setengah atap ketinggian miring atau sampek puncak

T.

dinding dan di pilih yang tertinggi. Jarak bangunan adalah jarak yang terkecil, di ukur di

3. Klasifikasi B = pemanfaatan bersyarat tertentu


Pemanfaatan bersyarat tertentu bermakna bahwa untuk mendapatkan izin atas suatu

antara permukaan-permukaan denah dari bangunan-bangunan atau jarak antara dinding


terluar yang berhadapan antara dua bangunan.

kegiatan atau penggunaan lahan diperlukan persyaratan - persyaratan tertentu yang dapat
berupa persyaratan umum dan persyaratan khusus. Persyaratan dimaksud diperlukan

Zona budidaya di BWP Brondong terdiri atas zona perumahan, zona perdagangan dan

mengingat pemanfaatan ruang tersebut memiliki dampak yang besar bagi lingkungan

jasa, zona perkantoran, zona sarana pelayanan umum, zona peruntukan lainnya, zona ruang

sekitarnya. Contoh persyaratan umum antara lain:

terbuka non hijau, zona peruntukan khusus, dan zona campuran. Ketika sebuah zona ditetapkan

a. Dokumen AMDAL;

sebagai rencana zona perumahan maka pada area yang dimaksud bisa berupa perumahan yang

b. Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan

sudah ada, perumahan yg sekitarnya masih lahan kosong, dan direncanakan sebagai zona

(UPL);

perumahan atau saat ini merupakan lahan kosong tetapi direncanakan untuk perumahan. Pada

c. Dokumen Analisis Dampak Lalu-lintas (ANDALIN); dan

ketiga tipe tersebut dapat dikembangkan menjadi toko, mushola, TK, SD, praktek dokter, dan

d. Pengenaan disinsentif misalnya biaya dampak pembangunan (development impact

sebagainya secara terbatas. Pada kegiatan yang dapat dikembangkan tersebut dibatasi

fee). Contoh persyaratan khusus misalnya mendapatkan persetujuan tertulis dari

jumlahnya hanya 5 jenis dalam satu blok dan pada tepi jalan besar dapat berubah menjadi ruko,

tetangga sekitarnya.

pertokoan, supermarket, dan sejenisnya.

4. Klasifikasi X = pemanfaatan yang tidak diperbolehkan.

Pada kondisi tertentu, dapat dikembangkan menjadi SMP, minimarket, ruko, Pusat

Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi X memiliki sifat

Perbelanjaan, dan sejenisnya dengan syarat, antara lain dibatasi jumlahnya hanya satu jenis

tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan dapat menimbulkan dampak

dalam satu blok, pada bagian dalam dapat berubah menjadi SMP, minimarket, dan tempat futsal,

yang cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya. Kegiatan dan penggunaan lahan yang

pada tepi jalan besar atau jalan utama dapat berubah menjadi Pusat Perbelanjaan, supermarket,

termasuk dalam klasifikasi X tidak boleh diizinkan pada zona yang bersangkutan.
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

53

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

hotel, dan sejenisnya, memerlukan ijin RT, RW, dan warga setempat, melaksanakan AMDAL,

hotel, dan sejenisnya, perlu adanya ijin dari RT, RW, dan warga setempat, melaksanakan

ANDALALIN, UKL, UPL, serta menyediakan parkir dalam kavling (parkir off street).

penyusunan dokumen AMDAL, ANDALALIN, UKL, UPL, menyediakan parkir dalam kavling.

Selain contoh di atas, terdapat pula kegiatan yang tidak diijinkan untuk dikembangkan.

Sedangkan untuk pemanfaatan yang tidak diperbolehkan (X) jika kegiatan tersebut

Misalnya kompleks perumahan dan perkampungan yang mempunyai aturan T, B, dan X berupa

tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan menimbulkan dampak yang

tanda (-). Pada kompleks perumahan tidak diijinkan perubahan dalam bentuk apapun, kondisi

besar bagi lingkungan sekitarnya. Misalnya pada perumahan kepadatan tinggi tidak diijinkan

yang ada saat ini tetap dipertahankan. Hal ini dikarenakan di dalam kompleks perumahan telah

untuk dibangun industri.

terdapat fasilitas penunjang khusus untuk perumahan tersebut, seperti stadion, pendidikan,

Untuk lebih jelasnya mengenai ketentuan dan kegiatan penggunaan lahan serta

pujasera, dan lain-lain, sehingga tidak memerlukan lagi adanya tambahan fasilitas penunjang.

intensitasnya yang ada di BWP Brondong dapat dicontohkan pada zona seperti zona

Dalam penentuan KDB dan KLB dalam suatu pemanfaatan ruang untuk peraturan zonasi, dapat

perumahan, perdagangan dan jasa, maupun zona sarana pelayanan umum (SPU). Pada zona

ditentukan berdasarkan blok peruntukan lahan.

perumahan dengan sub zona rumah kepadatan tinggi (R-2), terdapat pemanfaatan kegiatan

Perumahan mempunyai fungsi sebagai tempat tinggal. Klasifikasi zona perumahan

yang diijinkan (I) yaitu apabila pada sub zona tersebut adanya kegiatan rumah kopel dan rumah

berdasarkan kepadatannya terbagi antara lain sub zona perumahan kepadatan tinggi, sedang,

tunggal. Intensitas bangunan eksisting pada zona perumahan tersebut yaitu memiliki KDB 80-

dan rendah. Di dalam zona perumahan juga terdapat fasilitas pendukung perumahan, misalnya

90%, KLB 0,8-1,4, dan KDH 6-8%. Menurut peraturan yang ada untuk KDB maksimal yang

toko, musholla, sekolah, dan lain-lain. Pada zona perumahan tersebut jika terdapat kegiatan

diijinkan pada bangunan hunian seperti rumah yaitu 70%, KLB maksimal 1,2, dan KDH minimal

yang Pemerintah tidak perlu peninjauan langsung atau memiliki kegiatan yang sama seperti

10%. Perubahan kegiatan diijinkan menjadi rumah tunggal maupun rumah kopel tersebut

rumah tunggal, rumah sederhana, rumah dinas, dan lain-lain maka diklasifikasikan sebagai

memiliki ketentuan KDB maksimal 70%, KLB maksimal 1,4, dan KDH minimal 10%. Pada sub

pemanfaatan diijinkan (I).

zona rumah kepadatan tinggi (R-2) tersebut juga diijinkan dengan syarat terbatas (T) adanya

Apabila penambahan kegiatan tidak memerlukan banyak persyaratan maka dapat

kegiatan seperti kantor swasta, maupun toko. Penambahan maupun perubahan tersebut

diklasifikasikan sebagai bersyarat terbatas (T) yang dibatasi oleh jumlah dan proporsi luasan

memiliki ketentuan : memiliki KDB maksimal 60%, KLB maksimal 1, dan KDH minimal 10%

untuk setiap blok. Sebagai contoh misalnya pada lahan kosong yang direncanakan untuk

untuk kegiatan toko. Sedangkan untuk kegiatan kantor swasta diijinkan dengan syarat memiliki

dibangun perumahan. Di dalam perumahan tersebut diijinkan untuk dibangun kegiatan seperti

KDB maksimal 70%, KLB maksimal 1,4, dan KDH minimal 10%. Untuk penambahan atau

toko, TK, SD, musholla, dan praktek dokter namun dengan syarat terbatas. Syaratnya yaitu

perubahan kegiatan seperti puskesmas dan Pusat Perbelanjaan diijinkan namun secara

dibatasi jumlahnya hanya 5 unit dalam 1 blok, pada tepi jalan besar dapat berubah menjadi

bersyarat tertentu (B). Ketentuan untuk puskesmas tersebut yaitu memiliki KDB maksimal

ruko.

60%, KLB maksimal 1,2, dan KDH minimal 10%. Sedangkan untuk Pusat Perbelanjaan memiliki
Untuk pemanfaatan bersyarat tertentu (B) dikatakan apabila penambahan atau

KDB maksimal 60%, KLB maksimal 1,8, dan KDH minimal 10%. Selain itu, penambahan maupun

perubahan kegiatan memerlukan dan dilengkapi dengan persyaratan-persyaratan tertentu baik

perubahan menjadi kegiatan tersebut (puskesmas dan Pusat Perbelanjaan) juga harus

berupa persayaratan umum maupun khusus. Misalnya pada perubahan kegiatan tersebut

dilengkapi dengan penyusunan dokumen AMDAL dan ANDALALIN serta mendapat pesetujuan

memerlukan kelengkapan berupa dokumen AMDAL, UKL dan UPL, ANDALALIN, dan lain-lain.

dari RT, RW, dan warga setempat. Selain pemanfaatan diijinkan (I), bersyarat terbatas (T), dan

Misalnya pada lahan kosong yang dibangun perumahan kepadatan tinggi. Pada perumahan

bersyarat tertentu (B) juga terdapat pemanfaatan tidak diijinkan (X) pada sub zona rumah

tersebut diijinkan berubah menjadi SMP maupun minimarket dengan syarat dibatasi jumlahnya

kepadatan tinggi (R-2) tersebut. Kegiatan yang tidak diijinkan pada sub zona tersebut misalnya

hanya 1 unit dalam 1 blok, pada bagian dalam dapat berubah menjadi SMP, minimarket, dan

kegiatan industri.

tempat futsal, pada tepi jalan besar dapat berubah menjadi Pusat Perbelanjaan, supermarket,
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

54

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) KECAMATAN BRONDONG


KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 2033

Pada zona perdagangan dan jasa dengan sub zona perdagangan tunggal (K-1) diijinkan
untuk dibangun maupun mengalami perubahan kegiatan misal menjadi toko, counter HP.
Kondisi eksisting yang ada pada sub zona perdaganngan tunggal tesebut yaitu memiliki KDB
70%, KLB 0,9, dan KDH 3% namun dapat dilakukan penambahan atau perubahan kegiatan
menjadi toko, counter HP dengan ketentuan memiliki KDB maksimal 60%, KLB maksimal 0,9,
dan KDH minimal 10%. Untuk perubahan pada sub zona perdagangan tunggal menjadi kegiatan
seperti kantor swasta maupun prakter dokter diijinkan namun bersyarat secara terbatas (T).
Ketentuan penambahan maupun perubahan tersebut yaitu memiliki KDB maksimal 70%, KLB
maksimal 1,4, dan KDH minimal 10% untuk kantor swasta, sedangkan untuk prakter dokter
memiliki ketentuan KDB maksimal 60%, KLB maksimal 1,2, dan KDH minimal 10%. Selain
pemanfaatan diijinkan (I) dan bersyarat secara terbatas (T), pada sub zona ini juga diijinkan
berubah menjadi supermarket maupun klinik kecantikan dengan ketentuan bersyarat tertentu
(B) yaitu memiliki KDB maksimal 70%, KLB maksimal 2,1, dan KDH minimal 10% untuk
supermarket. Sedangkan untuk klinik kecantikan dengan ketentuan memiliki KDB maksimal
60%, KLB maksimal 1,2 dan KDH minimal 10%. Untuk kegiatan seperti industri maupun
pergudangan tidak diijinkan (X) pada sub zona ini.
Contoh lain untuk ketentuan dan kegiatan penggunaan lahan serta intensitas bangunan yaitu
pada zona sarana pelayanan umum (SPU) dengan sub zona pendidikan (SPU-1). Pada sub zona
ini diijinkan (I) untuk dibangun menjadi kegiatan yang sama seperti SMA. Diketahui kondisi
eksisting bangunan pada sub zona pendidikan yaitu memiliki KDB 75-80%, KLB 0,7-1,4, KDH 910% namun diijinkan dilakukan perubahan dengan KDB maksimal 60%, KLB maksimal 1,2, dan
KDH minimal 10%. Pada sub zona ini juga diijinkan untuk pembangunan maupun adanya
perubahan berupa puskesmas namun dengan syarat secara terbatas (T) dengan ketentuan
memiliki KDB maksimal 60%, KLB maksimal 1,2, dan KDH minimal 10% namun dengan jumlah
yang terbatas yaitu hanya 1 unit tiap blok. Di sub zona pendidikan (SPU-1) ini juga diijinkan
adanya kegiatan seperti Pusat Perbelanjaan maupun gedung serba guna namun dengan syarat
tertentu (B) dengan ketentuan untuk gedung serba guna maksimal memiliki KDB 50%, KLB
maksimal 0,9, dan KDH minimal 10%. Sedangkan untuk bangunan Pusat Perbelanjaan memiliki
ketentukan untuk KDB maksimal 60%, KLB maksimal 1,8, dan KDH minimal 10%. Namun
adanya kegiatan Pusat Perbelanjaan maupun gedung serba guna pada sub zona pendidikan ini
perlu adanya penyusunan AMDAL dan ANDALALIN, serta adanya persetujuan dari ketua RT,
RW, dan warga setempat. Untuk kegiatan seperti SPBU, industri tidak diijinkan
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR

55

Anda mungkin juga menyukai