Eksum Rencana RDTR Brondong
Eksum Rencana RDTR Brondong
Eksum Rencana RDTR Brondong
1. 1
LATAR BELAKANG
Dalam kurun waktu tertentu, suatu kawasan yang memiliki potensi akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan baik secara lambat (evolutif) ataupun cepat (revolutif).
Pertumbuhan dan perkembangan itu dapat muncul dengan sendirinya sesuai dengan
kebutuhan yang ada, namun dapat juga direncanakan sesuai dengan keinginan yang
dikehendaki (pemerintah, swasta/investor atau masyarakat). Pertumbuhan dan perkembangan
suatu kawasan ditandai dengan meluasnya kawasan-kawasan terbangun yang merupakan
dampak dari meningkatnya kebutuhan ruang.
Kota merupakan pusat konsentrasi dari kegiatan manusia yang beraneka ragam yang
masing-masing mempunyai ciri khas tersendiri. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan
pembangunan yang dilaksanakan maka terjadilah perubahan. Perubahan-perubahan ini
terkadang tidak sejalan dengan daya dukung serta potensi yang dimiliki oleh kota itu sendiri
dan mengakibatkan arah perkembangan jangka panjang mengalami distorsi dari yang telah
ditetapkan. Kondisi ini perlu diantisipasi dan dikendalikan agar tercipta keseimbangan antara
intensitas perkembangan, daya dukung ruang, serta tingkat pelayanan yang optimal bagi
penduduknya.
Perkembangan yang begitu pesat pada setiap sektor pembangunan cenderung
menimbulkan berbagai masalah pembangunan akibat tekanan-tekanan yang ditimbulkan oleh
adanya peningkatan intensitas (ruang) yang banyak menyebabkan ketidakseimbangan struktur
dan fungsional ruang kota sekaligus ketidak teraturan ruang kota. Proses pertumbuhan dan
perkembangan itu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam (faktor internal)
maupun yang berasal dari luar kota (faktor eksternal).
Kenyataan menunjukkan bahwa upaya penyediaan ruang sering menjadi permasalahan
karena :
1. Ruang merupakan sumber daya alam yang terbatas, sehingga menuntut upaya pemanfaatan
secara efisien dan optimal
dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun dan dalam keadaan tertentu dapat
ditinjau lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
2. Suatu ruang yang pada dasarnya dimanfaatkan bagi berbagai alternative kegiatan,
sebaliknya suatu kegiatan tertentu dapat berlokasi pada beberapa alternative ruang.
Dengan pendekatan konsep hirarkis tersebut maka diperlukan suatu rencana tata
ruang yang mempunyai wilayah perencanaan yang mencakup sebagian atau seluruh kawasan
tertentu yang dapat merupakan satu atau beberapa sub pusat pelayanan kota. Berdasarkan
perkembangannya kota ini mengalami perkembangan yang cukup pesat seiring dengan
Lamongan, pada Tahun Anggaran 2013 merencanakan penyusunan Rencana Detail Tata
perkembangan perdagangan dan jasa yang sebagian berlokasi di Kabupaten Lamongan. Untuk
menjadi acuan dalam penerbitan ijin sebagi perangkat dalam pengendalian pemanfaatan ruang
perdagangan dan jasa yang berkembang seperti permukiman, industri kecil, fasilitas umum dan
di Kabupaten Lamongan.
fasilitas sosial maupun untuk mengantisipasi perkembangan dan pertumbuhan yang mungkin
menjadi simpul pertumbuhan di Kabupaten Lamongan salah satunya adalah Kecamatan yang
1. 2
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kecamatan pada hakekatnya merupakan rencana
Lamongan telah melakukan berbagai upaya pengendalian dalam bentuk Rencana Tata Ruang,
tata ruang yang mendasari strategi pembangunan fisik. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
diantaranya adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang merupakan rencana umum tata
Kawasan (RDTRK) Kecamatan ini bertujuan sebagai arahan perwujudan ruang wilayah
perkotaan dan perdesaan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang
RTRW Kabupaten Lamongan yang ada belum sepenuhnya dapat dilaksanakan sebagai
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kecamatan merupakan Rencana Tata Ruang yang
dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan kurang dapat digunakan
yang pada hakekatnya merupakan pengarahan lokasi dari berbagai kegiatan yang memiliki
cepat dan dinamis yang secara fisik terus menerus meningkatkan kebutuhan ruang. Masih
kurangnya dan/atau terbatasnya pengertian dan komitmen aparat, yang terkait dengan tugas
Berdasarkan hal tersebut maka Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kecamatan
penataan ruang, mengenai fungsi dan kegunaan RTRW Kabupaten Lamongan dalam
Brondong disusun agar Pemerintah Daerah mempunyai rencana pemanfaatan ruang perkotaan
dan perdesaan dalam jangka panjang yang dapat berfungsi sebagai wadah keterpaduan bagi
kepentingan dan aspirasi pemerintah baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan
perencanaan dari Top Down Planning menjadi Bottom Up Planning sehingga masih kurangnya
Pemerintah Kabupaten sendiri serta Kecamatan dan masyarakat yang bersangkutan. Untuk
materi yang perlu dibahas seiring dengan semakin kompleksnya masalah yang ada dan perlu
mencapai hal tersebut diatas, maka Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kecamatan Brondong
dicari cara penyelesaiannya untuk menghindari perkembangan kearah yang tidak diinginkan.
Penataan Ruang, Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) termasuk dalam Rencana Rinci Tata
Selain itu Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kecamatan Brondong yang disusun harus
Ruang (Pasal 14 ayat 3 b). Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang merupakan perangkat
operasional Rencana Umum Tata Ruang dengan jangka waktu rencana adalah 20 tahun dan
Sementara itu penjabaran Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kecamatan Brondong
kabupaten/kota tidak memerlukan rencana rinci tata ruang, peraturan zonasi Kabupaten/Kota
bertujuan sebagai upaya dalam menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan serta
disusun untuk kawasan perkotaan baik yang sudah ada maupun yang direncanakan pada
intensitas penggunaan lahan antar wilayah kecamatan atau dalam satu bagian wilayah
wilayah kabupaten/kota.
kecamatan, sehingga dapat dijadikan arahan pengembangan wilayah perkotaan dan perdesaan
dalam wilayah tersebut.
Sedangkan sasaran utama dari perencanaan ini adalah terciptanya pola struktur ruang
kawasan perkotaan dan perdesaan sesuai dengan kondisi, potensi dan permasalahan yang ada
serta pada akhirnya akan meningkatkan sektor ekonomi masyarakat di wilayah Kecamatan
Brondong.
1. 3
Umum No. 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi adalah
sesuai pasal 59 PP 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota harus menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota
yang perlu disusun Rencana Detail Tata Ruangnya. Bagian dari wilayah yang akan disusun
rencana detail tata ruang tersebut merupakan kawasan perkotaan, kawasan strategis kota, atau
Gambar Kedudukan RDRT Kabupaten/Kota Dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang Dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
kawasan strategis kabupaten. Kawasan strategis kota dan kawasan strategis kabupaten dapat
disusun RDTR apabila merupakan:
a.
dan
b.
memenuhi kriteria lingkup wilayah perencanaan RDTR yang ditetapkan dalam pedoman
ini.
Kedudukan RDTR dalam sistem perencanaan tata ruang dan sistem perencanaan
BRONDONG
Perdesaan
pusat kegiatan perkotaan masing-masing. Dalam lingkup Kabupaten Lamongan, Kota Lamongan
menjadi pusat bagi wilayah pengembangan (WP) Lamongan, dan perkotaan kecamatan yang
Kecamatan
Setiap kawasan perkotaan akan memiliki jangkauan pelayanan tertentu sesuai dengan
Desa/ Kelurahan
Brondong
Sedayulawas
Labuhan
Brengkok
Sendangharjo
Lembor
Tlogoretno
Sidomukti
Lohgung
Sumberagung
berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi beberapa kecamatan lain atau memiliki cakupan
wilayah pengembangan (WP).
Setiap perkotaan yang termasuk dalam PKN dan PKLp akan menjadi pusat wilayah
pengembangan (WP). Berdasarkan sistem perwilayahan tersebut maka Kabupaten Lamongan
yang terdiri dari 27 kecamatan dibagi menjadi lima wilayah pengembangan (WP), atas dasar
orientasi pergerakan terhadap pusat wilayah pengembangan (WP), tersedianya akses
penunjang ke pusat wilayah pengembangan (WP), kesamaan terhadap potensi wilayah,
mengurangi kesenjangan wilayah dan karakter penduduk.
Masing-masing pusat wilayah pengembangan (WP) akan memiliki fungsi dan peran
sesuai dengan potensi yang dimikinya, serta arahan kegiatan utama berdasarkan kegiatan
dominan yang mungkin dikembangkan di wilayah pengembangan masing-masing. Kemudian
Berdasarkan pusat kegiatan tersebut kemudian kecamatan-kecamatan yang termasuk dalam
wilayah pengembangan (WP) tersebut ditentukan berdasarkan orientasi pergerakan pada tiaptiap pusat kegiatan tersebut.
Adapun sistem perwilayahan di Kabupaten Lamongan beserta fungsi, peran dan arahan
kegiatannya :
A. Wilayah Pengembangan II (WP II) Paciran-Brondong
WP Paciran-Brondong ini meliputi Kecamatan Paciran, Kecamatan Brondong,
Kecamatan Laren dan Kecamatan Solokuro, dengan pusat pelayanan di Perkotaan Paciran dan
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berada di Perkotaan Lamongan yang merupakan bagian
6. Sebagai pusat pelabuhan dan industri perikanan skala regional dan nasional;
1) Jalan
Kondisi perkerasan jalan di Kabupaten Lamongan secara umum masih kurang baik.
Perkerasan jalan menuju tempat-tempat penting dan daerah tujuan utama di Kabupaten
Rencana Jalan Bebas Hambatan di Kabupaten Lamongan yaitu jalur utara melewati
pantura. Rencana jalan bebas hambatan Pantai Utara (Pantura) yang menghubungkan
Gresik Tuban. Gerbang jalan bebas hambatan untuk wilayah Pantura direncanakan di
Jalan arteri primer merupakan jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antar
pusat kegiatan nasional atau antar pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan
wilayah. Jalan arteri primer ini juga melayani angkutan utama yang merupakan tulang
2. Pengembangan Pertanian;
3. Pengembangan Peternakan;
4. Pengembangan Pertambangan;
Sesuai Ketentuan dalam Pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
disebutkan bahwa:
WP
II
dengan
fungsi
pengembangan
pemerintahan
skala
kecamatan/lokal, pusat perdagangan dan jasa skala regional, pusat industri besar dan
strategis nasional, pusat transportasi nasional, pusat pelabuhan dan industri perikanan
skala regional dan nasional, pusat kegiatan pariwisata skala regional, pusat pelayanan
pertambangan;
e. Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu; serta
f. Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan
pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
Rencana pengembangan jalan arteri primer ini memiliki status Jalan Nasional di
Kabupaten Lamongan adalah Gresik-Jl. Pang. Sudirman; Jl. Pang. Sudirman-Jl. Jaksa
a.
Jalan Lingkar Utara Lamongan dengan ruas jalan Deket Lamongan Turi;
b.
Jalan Lingkar Selatan Kota Babat dengan ruas Kecamatan Babat Kabupaten
Bojonegoro
Tuban.
c.
Jalan Lingkar Selatan Pantura dengan ruas jalan Kecamatan Paciran Kecamatan
Solokuro Kecamatan Brondong.
Jalan kolektor 1 adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan antar Ibukota
Provinsi; Jalan Kolektor 2 adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan Ibukota
Provinsi dengan Ibukota Kabupaten/Kota; serta Jalan Kolektor 3 adalah jalan kolektor
primer yang menghubungkan antar Ibukota Kabupaten/ Kota.
Rencana pola ruang Kabupaten Lamongan secara garis besar diwujudkan dalam rencana
kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pola ruang kawasan ini ditekankan pada kesesuaian
fungsi wilayah sehingga diperlukan penanganan dan pengembalian fungsi lindung dan
Sesuai Ketentuan dalam Pasal 14 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang
lingkungan hidup.
A. Kawasan Lindung
Di Kabupaten Lamongan kawasan hutan secara keseluruhan adalah seluas 33.288 Ha,
yang terbagi menjadi 3 KPH, yaitu KPH Mojokerto, KPH Tuban dan KPH Jombang. Dengan luas
hutan lindung adalah 253 Ha yang merupakan pengelolaan KPH Mojokerto, yaitu terdapat di
Kecamatan Sugio dengan luas 225,3 Ha, Kecamatan Sambeng 1,6 Ha, Kecamatan Ngimbang 22,6
Ha dan Kecamatan Modo seluas 3,4 Ha, sedangkan hutan produksi seluas 33.464,4 Ha yang
serta
e. Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan
terletak dalam tiga KPH yaitu KPH Mojokerto seluas 23.964 Ha; KPH Tuban seluas 8.152 Ha dan
KPH Jombang seluas 1.172 Ha.
Kawasan sempadan sungai direncanakan seluas 2.020 ha, yang meliputi Kecamatan
Babat, Deket, Glagah, Kalitengah, Karanggeneng, Karangbinangun, Kembangbahu, Lamongan,
Laren,
Akhmad Dahlan; Jl Sunan Drajad; Jl Raya Mantup; Lamongan - Bts. Kab. Mojokerto; Babat
Prijetan yang mana selain berfungsi sebagai pengairan, juga sebagai sumber mata air dan
Rencana pengembangan jalan kolektor primer yang termasuk status jalan propinsi
wisata. Waduk Gondang dan Waduk Prijaten memiliki total perlindungan waduk seluas
adalah :
1.134,85 Ha. Guna meminimasi adanya erosi dan sedimentasi pada waduk, maka perlu upaya
perlindungan sepanjang sungai dari kerusakan lingkungan terutama mulai dari hulu sungai dan
kawasan lindung bawahannya. Pengamanan terhadap sepanjang DAS Bengawan Solo juga perlu
lintas wilayah. Kawasan sekitar waduk dan embung direncanakan seluas 5.779 ha.
Lamongan termasuk ke dalam minyak bumi dan gas yaitu berupa pengeboran minyak yang
Kabupaten lamongan juga memiliki kawasan lindung berupa RTH (Ruang Terbuka Hijau)
terdapat di Desa Balongwangi, Kecamatan Tikung dengan luas sebesar 20 Ha atau sebesar 0,012
perkotaan. Kawasan lindung berupa RTH (Ruang Terbuka Hijau) perkotaan kurang lebih
% dari luas wilayah. Sedangkan pertambangan mineral yang berupa pertambangan batuan di
Sambeng, Kecamatan Sugio, Kecamatan Ngimbang dan Kecamatan Mantup dengan luas kurang
lebih 1.200 (seribu dua ratus) ha.
Rencana pengembangan kawasan permukiman seluas kurang lebih 25.269 ha atau
13,9% dari luas kabupaten, meliputi :
a) permukiman perkotaan;
tersebut kawasan lainnya yang termasuk dalam Rawan Bencana Banjir antara lain Kecamatan
b) permukiman perdesaan.
Deket,
Kawasan permukiman perkotaan, dengan luas kurang lebih 4.974 ha atau 19,68% dari
Lamongan dan Turi. Luas seluruh kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten
Pengelolaan kawasan hutan di Kabupaten Lamongan terbagi menjadi 3 KPH, yaitu KPH
Mojokerto, KPH Tuban dan KPH Jombang. Hutan produksi yang dikelola oleh KPH Mojokerto
Paciran-Brondong;
b) pemukiman perkotaan sebagai prioritas di Perkotaan Deket, Turi, Sukodadi, Pucuk
adalah seluas 23.711 Ha, KPH Tuban seluas 8.152 Ha dan KPH Jombang seluas 1.172 Ha. Total
luas hutan produksi di Kabupaten Lamongan adalah 33.035 ha.
Kawasan pertanian terdiri dari kawasan pertanian lahan basah dan kawasan pertanian
lahan kering. Bila dibagi menurut penggunaan lahannya, maka kawasan pertanian terbagi
menjadi kawasan pertanian sawah, tegalan, kebun campur dan hortikultura. Secara
keseluruhan, luasan lahan pertanian di Kabupaten Lamongan adalah seluas 79.320 ha terdiri
pesisir
dari sawah irigasi seluas 14.730 ha atau 8,12%, sawah irigasi setengah teknis seluas 10.551 ha
atau 5,8% dan sederhana seluas 20.560 ha atau 11,34%, sawah tadah hujan seluas 33.479 ha
Berkaitan dengan potensi perikanan yang ada di Kabupaten Lamongan, rencana kawasan
perikanan dikelompokkan menjadi perikanan laut dan perikanan darat dimana Kecamatan
Perikanan dapat dibagi dalam dua kelompok utama yakni perikanan tangkap dan
Glagah termasuk dalam kelompok pengembangan perikanan darat. Luas area sawah tambak di
Kabupaten Lamongan adalah sebesar 23.774,73 ha. Adapun pengembangan perikanan darat
sawah tambak dan perikanan laut. Masyarakat Kabupaten Lamongan membuka lahan sawah
adalah :
biasanya pada waktu musim kemarau saja sedangkan pada musim hujan sawah tersebut
dijadikan sebagai sawah tambak. Luas area sawah tambak adalah sebesar 23.774,73 ha.
Pertambangan merupakan upaya untuk memanfaatkan sumber daya alam dengan
melakukan kegiatan mulai dengan pencarian dan pembuktian, penggalian dan pengelolaan
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR
Kawasan strategis merupakan kawasan potensial yang sangat penting dalam lingkup
Kabupaten karena mempunyai pengaruh terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau
lingkungan. Adapun kawasan strategis tersebut dibagi menjadi : kawasan strategis ekonomi,
kawasan strategis sosial dan budaya, dan kawasan strategis penyelamatan lingkungan hidup.
Berdasarkan pembagian tersebut, maka pengembangan kawasan perikanan termasuk ke
dalam kawasan strategis ekonomi.
Rencana penetapan KSK untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi, meliputi :
a. Kabupaten Lamongan merupakan bagian dari Gerbangkertosusila sebagai kawasan
strategis nasional (KSN);
b. Kawasan
yang untuk menunjang kegiatan industri. Perkotaan Lamongan dan Perkotaan Paciran
Brondong dihubungkan dengan prasarana jalan yang diharapkan untuk kecamatan sekitarnya
dapat berkembang menunjang kawasan strategis ekonomi bagian utara atau wilayah Pantura.
Dampak negative dari perkembangan Kecamatan Brondong dan perkembangan kawasan
permukiman yang mengelompok di Kecamatan Paciran - Brondong ini adalah factor
kenyamanan dan keindahan.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pola ruang di Kabupaten Lamongan, dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel Rencana Pola Ruang Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2031
No
1
2
Luas (Ha)
25.268,53
25.281,00
%
13,94
13,95
20.560,00
20.357,40
8.927,20
33.717,30
7.098,10
1.380,05
8.760,00
8.719,50
7.928,29
6.085,00
1.200,00
5.997,00
181.280,00
11,34
11,23
4,92
18,60
3,92
0,76
4,83
4,81
4,37
3,36
0,66
3,31
100,00
Ekonomi
merupakan
kawasan
perindustrian
pendukung
tarikan kegiatan. Disamping itu jarak antara pemukiman pekerja dengan tempat kerja tidak
terlalu jauh. Pemukiman yang tumbuh ini adalah pemukiman kavling besar, sedang dan kecil
Strategis
3.1.
Perkembangan penduduk sangat berpengaruh bagi perkembangan suatu wilayah. Hal ini
dengan luas 7.013,62 Ha atau 70,13 Km2, dengan jumlah penduduk 62.725 jiwa pada tahun
disebabkan karena aktifitas penduduk itu sendiri yang cukup dinamis, dapat menyebabkan
2011. Kecamatan Brondong terdiri dari 10 desa antara lain Desa Lembor, Desa Tlogoretno, Desa
perkembangan kebutuhan lainnya, baik secara fisik maupun secara sosial. Selain itu dalam
Sidomukti, Desa Lohgung, Desa Labuhan, Desa Brengkok, Desa Sendangharjo, Desa
rencana tata ruang sumber daya manusia merupakan obyek sekaligus subyek dalam
pembangunan.
3.1.2.1.
Sebelah Utara
: Laut Jawa
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
: Kecamatan Laren
No.
Sebelah Barat
: Kabupaten Tuban
1
2
Desa/
Kelurahan
Luas
(Km2)
Luas
(Ha)
Brondong
2,34
234
Sedayulawas
10,64
1064
Lembor
16,07
1607
Tlogoretno
3,48
348
Sidomukti
6,09
609
Lohgung
2,91
291
Labuhan
6,43
643
Brengkok
10,57
1057
9
10
Sendangharjo
Sumberagung
Jumlah
7,44
4,16
70,1
744
416
7013
Tabel Perkembangan Jumlah Penduduk Per Desa Kecamatan Brondong Tahun 2007-2011
3
4
5
6
7
8
9
10
Desa/ Kelurahan
Brondong
Sedayulawas
Lembor
Tlogoretno
Sidomukti
Lohgung
Labuhan
Brengkok
Sendangharjo
Sumberagung
Jumlah
2007
10.221
2008
10.369
Tahun
2009
10.474
2010
13.756
2011
13.788
11.438
11.544
11.668
14.012
14.154
2.441
2.480
2.469
2.057
2.076
1.370
1.376
1.376
1.277
1.270
3.897
3.925
3.933
3.888
3.890
2.719
2.733
2.748
3.080
3.090
6.742
6.718
6.724
6.050
6.088
9.475
9.654
9.763
10.252
10.393
5.123
5.161
5.186
5.290
5.310
2.563
2.536
2.537
2.641
2.666
55.989
56.476
56.878
62.303
62.725
No.
6
Desa/ Kelurahan
Islam
3.090
Kristen
-
Katolik
-
Hindu
-
Budha
-
Jumlah
3.090
6.088
10.393
5.310
2.666
62.725
Lohgung
6.088
Labuhan
7
10.393
Brengkok
8
5.310
Sendangharjo
9
2.666
10 Sumberagung
62.711
14
Jumlah
Sumber : Kecamatan Brondong Dalam Angka 2012
3.1.2.3.
Kepadatan Penduduk
Secara administratif Kecamatan Brondong memiliki luas wilayah 70,13 Km2 dengan
jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar 62.725 jiwa. Persebaran penduduk Kecamatan
3.1.2.2.
Brondong menunjukan bahwa jumlah penduduk terbanyak berada di Desa Sedayulawas yaitu
14.154 jiwa dengan kepadatan 1.330 jiwa/km2, sedangkan desa dengan jumlah penduduk
Desa/ Kelurahan
Laki-laki
6.797
Perempuan
6.991
Brondong
6.981
7.173
Sedayulawas
2
1.013
1.063
Lembor
3
633
637
Tlogoretno
4
1.817
2.073
Sidomukti
5
1.503
1.587
Lohgung
6
2.980
3.108
Labuhan
7
4.995
5.398
Brengkok
8
2.608
2.702
Sendangharjo
9
1.328
1.338
10 Sumberagung
30.655
32.070
Jumlah
Sumber : Kecamtan Brondong Dalam Angka 2012
3.2.3. 1
Jumlah
13.788
paling rendah berada di Desa Tlogoretno yaitu 1.270 jiwa dengan kepadatan 365 jiwa/km2.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Brondong Tahun 2010-2011
No.
Desa/ Kelurahan
2.076
1.270
3.890
3.090
6.088
10.393
5.310
2.666
62.725
62.711 jiwa (99,97%) dan minoritas memeluk agama Kristen sebanyak 14 jiwa (0,03%).
Tabel Jumlah Penduduk Menurut Agama 2011
2
3
4
5
Desa/ Kelurahan
Brondong
Sedayulawas
Lembor
Tlogoretno
Sidomukti
Islam
13.774
Kristen
14
Katolik
-
Hindu
-
Budha
-
Jumlah
13.788
14.154
14.154
2.076
2.076
1.270
1.270
3.890
3.890
Kepadatan
2010
2011
5.879
5.892
Brondong
2,34
1.317
Sedayulawas
10,64
2
128
Lembor
16,07
3
367
Tlogoretno
3,48
4
638
Sidomukti
6,09
5
1.058
Lohgung
2,91
6
941
Labuhan
6,43
7
970
Brengkok
10,57
8
711
Sendangharjo
7,44
9
635
4,16
10 Sumberagung
70,13
888
Jumlah
Sumber : Kecamtan Brondong Dalam Angka 2011 & 2012
1
14.154
No.
1
Luas (Km2)
60.00
40.00
20.00
0.00
10
1.330
129
365
639
1.062
947
983
714
641
894
23,7 km. Wilayah pesisir yang terletak pada wilayah bagian utara Kecamatan Brondong,
3.1.3.1.
Kawasan lindung
meningkat. Hal ini juga menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai nelayan menjadi prioritas
utama di Kecamatan Brondong.
Wilayah Kecamatan Brondong yang mempunyai batas fisik langsung dengan garis
pantai merupakan lokasi yang berpotensi dapat diandalkan dalam perekonomian wilayah
dalam hal pengembangan budidaya ikan dan pendapatan dalam sektor perikanan laut,
dimana saat ini juga didukung oleh keberadaan pelabuhan V Brondong yang mempunyai
skala pelayanan regional. Selain potensi perairan laut terdapat beberapa wilayah
Dengan kriteria tersebut diatas, maka kawasan lindung yang berada di wilayah
Kecamatan Brondong adalah :
1. Kawasan Lindung disekitar Pantai
2. Kawasan Lindung disekitar Sungai
Lokasi dari kawasan lindung di wilayah Kecamatan Brondong seperti terlihat pada peta
Pangkalan
Pendaratan
Ikan
3.1.3.2.
Kawasan budidaya
Perahu Bermotor
Perahu
Besar
Sedang
Kecil
Jumlah
Lohgung
127
106
282
515
Labuhan
330
113
115
818
Brondong
723
807
521
1180
1026
636
1101
520
Jumlah/Total
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Lamongan (Lamongan Dalam Angka tahun 2011)
Tabel Alat Tangkap Ikan di Laut Menurut Jenis Alat dan PPI di Kecamatan Brondong Tahun 2011
No.
Jenis Alat
Penangkapan
Brondong
Lohgung
Jumlah
Purse Seine
32
159
195
Payang Besar
81
648
102
831
Pancing Prawe
521
521
Payang Kecil
532
48
397
977
Gill Net
115
115
11
No.
Jenis Alat
Penangkapan
Tramel Net
Bubu
Jumlah/Total
Brondong
Lohgung
Jumlah
248
248
625
626
1385
1625
503
3513
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Lamongan (Lamongan Dalam Angka tahun 2011)
Tabel Lokasi Sektor Perikanan Kecamatan Brondong
Lokasi Perikanan
Ikan Konsumsi Tambak
Ikan Konsumsi Waduk
Jumlah
Kecamatan Brondong
Hasil Produksi (Kg/th)
2.307.098,46
2.211,00
2.309.309,46
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Lamongan (Lamongan Dalam Angka tahun 2011)
2. Kawasan Pertanian
Kegiatan pertanian di wilayah Kecamatan Brondong merupakan kegiatan penunjang
Fasilitas perdagangan dan jasa yang ada di Kecamatan Brondong meliputi pasar
umum, pasar hewan, toko, warung, koperasi/ KUD, dan bank. Selain itu juga terdapat usaha
dan jasa yang dikelola oleh perorangan seperti bengkel mobil/ motor, reparasi elektronik,
bengkel las, dan salaon.
5. Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan yang ada di Kecamatan Brondong sudah lengkap. Fasilitas
tersebut terdiri dari sekolah TK, sekolah dasar, Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah Menengah Atas (SMA/ SMK).
6. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan di Kecamatan Brondong kurang lengkap karena fasilitas
kesehatan yang ada masih berupa fasilitas kesehatan pembantu dan atau fasilitas kesehatan
skala desa. Fasilitas tersebut antara lain balai pengobatan, puskesmas, pustu, posyandu, dan
polindes/ poskesdes
Brondong adalah kegiatan pertanian. Pada umumnya lahan pertanian yang ada ditanami,
7. Fasilitas Peribadatan
jagung, cabe, sirsat, sawo, pisang dan jambu Mete, dengan sistem pengairan yang ada pada
umumnya adalah non teknis teknis atau tadah hujan.
Kecamatan Brondong merupakan desa yang menghasilkan tanaman pangan dengan
salah satu hasil produksi jenis tanaman jagung dengan jumlah 22.268 ton per tahun. Untuk
komoditi Ubi Kayu menghasilkan produksi sebesar masing-masing 15.570,00 ton per tahun.
pusat kecamatan yaitu di Desa Brondong. Berikut adalah fasilitas perkantoran di wilayah
Sedangkan potensi pertanian dari jenis buah-buahan pisang ini tiap tahun bisa berproduksi
perencanaan :
1. Kantor Kecamatan
3. Kegiatan Perumahan
Kecenderungan berkembangnya permukiman di Kecamatan Brondong adalah
2. Kantor Desa
3. Kantor Urusan Agama
memiliki pola linier dengan kecenderungan mengikuti jaringan jalan yang sudah ada dan
4. Kantor Pos
5. Kantor Polsek
12
13
3.1.4.
Jaringan Prasarana
3.1.4.1.
Jaringan Transportasi
Karakteristik transportasi yang ada di Kecamatan Brondong ini meliputi fungsi jalan,
jenis perkerasan, dan sarana transportasi.
A. Fungsi Jalan
Kecamatan Brondong memiliki fungsi jalan Kolektor yang menghubungkan
3.1.4.3.
Jaringan Listrik
Pelayanan jaringan listrik oleh PLN sudah menjangkau merata di wilayah Kecamatan
Brondong, meskipun masih banyak rumah masih menggunakan penerangan dengan minyak
tanah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Adanya rumah yang masih
menggunakan penerangan minyak tanah kebanyakan dikarenakan akses menuju rumah
tersebut sulit dengan jalan masih berupa jalan tanah.
antara Kabupaten Lamongan Kebupaten Gresik, serta jalan lokal primer yang
menghubungkan Kecamatan Brondong dengan kecamatan sekitarnya melalui jalan di
Desa Lohgung dan Lembor, sedangkan jalan lainnya berupa jalan lingkungan primer.
B. Sarana Transportasi
Sarana transporatasi yang digunakan di Kecamatan Brondong meliputi
kendaraan bermotor dan tidak bermotor, kendaraan pribadi dan umum, serta
3.1.4.4.
Pemakaian air bersih merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang harus dipenuhi
secara rutin untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Baik buruknya pelayanan air
bersih/ minum suatu daerah akan bergantung pada ketersediaan bahan baku air untuk
pengolahan lebih lanjut.
kendaraan muatan barang. Kendaraan bermotor yang paling banyak dimiliki warga
Sumber air di wilayah Kecamatan Brondong berupa air permukaan dengan kedalaman
Kecamatan Brondong adalah sepeda motor sebanyak 7.682, sedangkan paling sedikit
berkisar antara 0 20 meter dari permukaan tanah. Tetapi pada Desa tertentu seperti Desa
Tlogoretno dan Sendangharjo tidak ditemukan adanya air permukaan, sehingga pada musim
Dimensi jaringan jalan yang terdapat di Kecamatan Brondong bervariatif, untuk jalan
Kolektor yang melewati pada pusat perkotaan relatif sempit antara 6 7 meter
perkerasannya, sedangkan untuk ruas jalan lingkungan mempunyai perkerasan antara
3 5 meter.
3.1.4.2.
Jaringan Telekomunikasi
3.1.4.5.
Jaringan Drainase
Drainase adalah sistem saluran pembuangan air hujan yang menampung dan
mengalirkan air hujan dan air buangan yang berasal dari daerah terbuka maupun dari daerah
terbangun. Bila dilihat dari fungsinya, drainase ini untuk menampung, mengalirkan, dan
memindahkan air hujan secepat mungkin dari daerah tangkapan ke badan penerima yang
kemudian di salurkan ke jaringan utama yaitu sungai. Jaringan drainase diklasifikasikan dalam
telekomunikasi.
Sistem jaringan telekomunikasi di Kecamatan Brondong sudah berkembangan dengan
cukup baik yang terdiri dari system jaringan kabel dan system jaringan nirkabel. Saat ini
3.1.4.6.
Jaringan Persampahan
14
mengelola sampah dengan cara langsung membakar, menimbun, dan bahkan terdapat beberapa
Sub BWP ini memiliki luas wilayah sebesar lebih kurang 650 Ha dengan pusat pelayanan
di Desa Brondong.
Brondong
Tujuan penataan Bagian Wilayah Perencanaan Brondong disusun berdasarkan isu-isu strategis
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan menetapkan bahwa peran dan fungsi
Kawasan Pertanian
B.
Sub BWP II (Sebagian Desa Sedayulawas, Desa Brengkok, Desa Sidomukti, Desa
Labuhan dan Desa Lohgung)
Secara Berkelanjutan
Sub BWP ini memiliki luas wilayah sebesar lebih kurang 2121 Ha dengan pusat
pelayanan di Desa Sedayulawas.
Berdasarkan hasil perhitungan analisa indeks sentralitas yang terbagi menjadi analisa
indeks kependudukan, indeks fasilitas, dan indeks aksesbilitas, maka dapat diketahui tingkatan
klasifikasi masing-masing desa yang ada di Kecamatan Brondong yang terdiri dari 4 klasifikasi I,
II, III, dan IV. hasil tersebut diperoleh dari perhitungan indeks sentralitas tersebut sehingga
dapat dikelompokkan desa-desa yang ada di Kecamatan Brondong menjadi beberapa klasifikasi,
antara lain :
Kawasan Pertanian
Rendah : Desa Sidomukti, Desa Sendangharjo, Desa Labuhan, Desa Lohgung, Desa
Tlogoretno dan Desa Lembor.
Berdasarkan beberapa klasifikasi diatas, serta pertimbangan kondisi morfologi kawasan
Sub BWP III (Desa Sendangharjo, Desa Tlogoretno dan Desa Lembor)
Sub BWP ini memiliki luas wilayah sebesar lebih kurang 2699 Ha dengan pusat
pelayanan di Desa Sendanghajo.
serta keserasian dan keterpaduan fungsi BWP yang digunakan dalam proses penyusunan
rencana, maka dalam tahap selanjutnya adalah penentuan pembagian Sub BWP di wilayah
Kecamatan Brondong. Mengacu pada pertimbangan tersebut diatas maka pemilahan Kecamatan
Kawasan Pertanian
A.
Sub BWP I (Desa Brondong, Desa Sumberagung, dan Sebagian Desa Sedayulawas)
15
utama lindung dan budidaya. Untuk mengarahkan pola ruang ini maka dibuat konsep
pengembangan perkotaan dan materi pola ruang Kecamatan Brondong.
yaitu di Desa Sendangharjo dan Desa Lembor sebagai pusat kegiatan lingkungan dengan
sebagai
Pusat
Kegiatan
Lokal
di
promosikan
(PKLp)
dengan
pengembangannya adalah :
arahan
6. Sebagai pusat pelabuhan dan industri perikanan skala regional dan nasional;
Kebijakan pemantapan kawasan lindung, dengan penetapan berbagai fungsi lindung kota
dan pelestarian yang terpadu meliputi : kawasan perlindungan setempat dan kawasan
(1)
strategi melalui:
16
Penetapan dan pelestarian kawasan ruang terbuka hijau dilakukan dengan strategi
melalui :
a. Menetapkan dan mengoptimalkan fungsi Ruang Terbuka Hijau publik sebesar
20% (dua puluh persen) dari luas kawasan terbangun Perkotaan Brondong yang
persebarannya disesuaikan dengan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau;
b. Mengatur pemanfaatan ruang terbuka hijau privat sebesar 10% (sepuluh persen),
melalui pengendalian Koefisien Dasar Bangunan pada kawasan terbangun kota;
c. Melestarikan ruang terbuka hijau untuk fungsi lindung, penciptaan iklim mikro,
pereduksi polutan, serta pengendalian pelestarian lingkungan kota.
b. Meningkatkan peran industri kecil dan industri rumah tangga sebagai sentra industri;
Perkotaan Brondong meliputi : zona perumahan; zona perdagangan dan jasa; zona
perkantoran; zona sarana pelayanan umum; zona ruang terbuka non hijau; zona
peruntukan lainnya; zona peruntukan khusus dan zona campuran.
b. Strategi :
(1)
b.
c.
a. Mengembangkan fungsi ruang terbuka non hijau sebagai satu kesatuan sistem yang
menghubungkan sistem jaringan dalam kawasan maupun antar kawasan budidaya;
(4) Pengembangan zona ruang terbuka non hijau dilakukan dengan strategi melalui :
(1) Pengembangan zona perdagangan dan jasa dilakukan dengan strategi melalui :
a. Mengembangkan Pasar Tradisional;
b. Mengembangkan pusat perbelanjaan secara terintegrasi dalam skala kawasan
b. Mengembangkan estetika dan kenyamanan pada setiap zona ruang terbuka non hijau.
(5) Penyediaan kawasan ruang evakuasi bencana dilakukan dengan strategi melalui :
a. Menggunakan ruang terbuka hijau dan non hijau yang ada pada setiap lingkungan dan
Kecamatan untuk menampung korban bencana;
b. Menggunakan ruang-ruang dan bangunan lainnya yang dapat berubah menjadi tempat
pengungsian sementara.
(6) Pengembangan zona sarana pelayanan umum dilakukan dengan strategi melalui :
a. Mengembangkan sub zona pendidikan tinggi dan mendistribusikan secara merata
fasilitas pendidikan yang berhierarki;
b. Mengembangkan sub zona peribadatan untuk tiap unit pengembangan dan pemukiman
baru;
perkotaan;
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR
17
c. Mengembangkan sub zona kesehatan yang berhierarki serta peningkatan pelayanan sub
zona kesehatan yang bertaraf internasional;
(7) Pengembangan zona peruntukan lainnya dilakukan dengan strategi melalui :
a. Mengembangkan sektor industri garam rakyat guna meningkatkan dan memperluas
lapangan pekerjaan
b. Peningkatan di sektor perikanan dengan memanfaatkan potensi lahan yang ada;
c. Mengintegrasikan fungsi pariwisata pada berbagai kawasan budidaya kota lainnya.
3.
4.
Meningkatkan pelayanan angkutan umum dan barang dalam dan antar kota
dengan mengutamakan angkutan umum massal;
5.
6.
7.
dan
membangun
jaringan
pelayanan
hidran
umum
melalui
2. Strategi:
1.
b. Meningkatan kuantitas dan kualitas air menjadi layak dan siap minum pada kawasan
Membangun dan meningkatkan kualitas prasarana dan sarana jalan bagi pejalan
kaki pada kawasan budidaya dan pada sepanjang jalan utama kota;
(2) Pengembangan sistem jaringan energi dilakukan dengan strategi yaitu Meningkatkan
pelayanan dan memperluas daerah pelayanan untuk memenuhi kebutuhan listrik kota;
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR
18
Sub BWP adalah Sub Bagian Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disebut Sub BWP
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
adalah bagian dari BWP yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri dari beberapa blok, dan
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pola
memiliki pengertian yang sama dengan subzona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam
pemanfaatan ruang di wilayah perencanaan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan
budidaya.
Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang
Rencana pola ruang Kawasan Kecamatan Brondong meliputi rencana kawasan lindung
nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan ekstra
dan kawasan budidaya. Kawasan lindung yang terdapat pada Kecamatan Brondong terdiri dari
tinggi, dan pantai, atau yang belum nyata seperti rencana jaringan jalan dan rencana jaringan
kawasan perlindungan setempat dan zona ruang terbuka hijau. Sementara itu pada kawasan
prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota, dan memiliki pengertian yang sama
budidaya Kecamatan Brondong yaitu zona perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran,
dengan blok peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
sarana pelayanan umum, industri, zona peruntukan lainnya, zona campuran dan ruang terbuka
Sub blok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan subzona.
Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik.
Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik
tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan nilai
sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.
bersangkutan.
Zona lindung yang terdapat pada Kecamatan Brondong yaitu terdiri dari zona
No
Zona
Perlindungan
Setempat
Perlindungan
Setempat
beberapa blok, lihat tabel 4.1. Pembagian Sub BWP dan Blok.
Tabel 4.1
Pembagian Sub BWP dan Blok Kecamatan Brondong
SUB BWP
BLOK
I
9 (A s/d I)
II
21 (A s/d U)
III
14 (A s/d N)
Sempadan Sungai
Taman
RTH
RTH Jalur Hijau
Koridor
I
II
III
I
II
III
I,II, III,IV
D, F, L
G, H, I
C, D
B, C, F, G, K
B, C
B, D, E, F, H
Koridor Jalan Raya Brodong Paciran
Koridor Jalan Lokal Antar desa
4.3.1.1.
kelestarian suatu manfaat atau suatu fungsi tertentu, baik yang merupakan bentukkan alami
maupun buatan. Zona perlindungan setempat yang terdapat di Kecamatan Brondong berupa
sempadan pantai dan sempadan sungai.
4.3 Rencana Pola Ruang Bagian Wilayah Perencanaan (BWP) Kecamatan Brondong
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR
Kriteria Penetapan Kawasan Lindung adalah daerah sepanjang tepian yang lebarnya
pengembangan wisata yang dapat dilakukan adalah dengan pengembangan hutan bamboo di
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat. Penetapan sempadan pantai ini ditekankan kepada pertimbangan
karakteristik pantai. Untuk pantai utara dengan karakteristik pantai yang cukup landai
cenderung memiliki abrasi yang cukup tinggi. Untuk itu penentuan besarnya sempadannya
terdiri dari :
harus ditetapkan berdasarkan kerentanan tersebut. Adapun wilayah yang memiliki daerah
1. RTH Publik
pesisir yang juga merupakan kawasan sempadan pantai adalah tepatnya di Kelurahan
Ruang terbuka hijau (RTH) Publik yang direncankan berupa Hutan dan Taman Kota, Jalur Hijau
Brondong, Desa Sedayulawas, Desa Brengkok, Desa Labuhan dan Desa Lohgung. sehingga
berbentuk Koridor, RTH Ruang Pejalan kaki, RTH dengan fungsi tertentu.
diperlukan upaya penanaman mangrove di wilayah pantai untuk meminimalkan abrasi pantai
minimum 50 meter.
c. Pada sungai besar dan anak sungai yang melewati kawasan permukiman
ditetapkan
minimum 15 meter.
Upaya penanganan / pengelolaan kawasan sempadan sungai dilakukan dengan:
a. Pengaturan erositas dan pengaturan tanah pertanian.
b. Pengembangan dan peningkatan jaringan irigasi sebagai upaya menjamin terjaganya daya
dukung pangan.
c. Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan sumber daya air (pengendalian banjir,
pengendalian sedimen, pengembangan suplai air bersih perkotaan, pencegahan pencemaran,
peningkatan kualitas air baku).
tersedia bangku taman dan fasilitas mainan anak-anak, diusahakan ada pada setiap RT
dengan luas minimum 250 m2. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal
seluas 40% dari luas taman. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman,
juga terdapat 3-5 pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang.
2) Taman RW
Taman RW yang di rencanakan di Kecamatan Brondong berada di masing-masing unit
lingkungan Adapun ketentuan utama dari taman ini setidaknya disetarakan dengan taman
RW setidaknya seluas minimal 1.250 m2 dan luas area yang ditanami tanaman (ruang
hijau) minimal seluas 70% dari luas taman sisanya dapat berupa pelataran yang
diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai aktifitas. Pada taman ini selain ditanami
dengan berbagai tanaman sesuai keperluan, juga terdapat minimal 10 (sepuluh) pohon
pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang. Taman ini dilengkapi dengan area bermain
serta sarana untuk menunjang kenyaman pengunjungnya seperti kursi taman, Toilet
umum, dan lainnya. Rencana RTH taman RW di wilayah perencanaan adalah seluas 0,50
Ha.
3) Taman Desa
Taman Desa yang direncanakan di Kecamatan Brondong berada di Sub BWP I Blok B, C, F,
G, K, Sub BWP II di Blok B, C, Sub BWP III Blok B, E, F, H dan Sub BWP IV Blok A, B, F, M.
20
Luas taman Desa minimum 5.000 m2 yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas
Pada prinsipnya penempatan dan pemilihan tanaman pada jalur jalan diupayakan tidak
90% dari luas taman sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat
melakukan berbagai aktifitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman
disisi jalan (berm jalan), khususnya penempatan ditengah jalan (boulevard), atau taman pada
sesuai keperluan, juga terdapat minimal 15 (sepuluh) pohon pelindung dari jenis pohon
4) Taman Kecamatan
Taman Kecamatan di Kecamatan Brondong berada di Sub BWP II Blok D. Taman
kecamatan disediakan untuk melayani penduduk satu kecamatan. Luas taman ini adalaah
10.000 m2. Lokasi taman berada pada wilayah kecamatan yang bersangkutan.
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% - 90% dari luas
taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat
melakukan
berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman sesuai
keperluan, juga terdapat minimal 50 (limapuluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil
atau sedang untuk taman aktif dan minimal 100 (seratus) pohon tahunan dari jenis pohon
kecil atau sedang untuk jenis taman pasif.
RTH fungsi tertentu adalah jalur hijau antara lain RTH sempadan sungai dan RTH
pemakaman.
a. RTH Sempadan Sungai
RTH sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai yang
memiliki fungsi utama untuk melindungai sungai tersebut dari berbagai gangguan yang
dapat merusak kondisi sungai dan kelestariannya.
Kawasan sungai di Kecamatan Brondong ialah termasuk jenis sungai tidak bertanggul,
berada di sub BWP I Blok D, F, L , Sub BWP II blok G, H, I dan sub BWP III Blok C, D.
Adapun criteria pemilihan vegetasi untuk RTH ini adalah sebagai berikut ;
System perakaran yang kuat, sehingga mampu menahan pergeseran tanah;
Tumbuh baik pada tanah padat;
System perakran masuk dalam tanah, tidak merusak konstruksi dan bangunan;
Kecepatan tumbuh bervariasi;
Tahan terhadap hama dan penyakit tanaman;
Jarak tanam setengah rapat sampai 90% dari luas area, harus dihijaukan;
Tajuk cukup rinfang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
21
memungkinkan tersedia RTH privat maka dapat dikembangkan sistem penyediaan RTH privat
Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki fungsi utama
sebagai tempat penguburan jenasah juga memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai daerah
A. RTH Pekarangan
resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta tempat
Pekarangan adalah lahan di luar bangunan, yang berfungsi untuk berbagai aktivitas.
hidup burung serta fungsi sosial masyarakat disekitar seperti beristirahat dan sebagai
Luas pekarangan disesuaikan dengan ketentuan koefisien dasar bangunan (KDB) di kawasan
sumber pendapatan.
perkotaan, seperti tertuang di dalam PERDA mengenai RTRW di masing-masing kota. Untuk
Adapun lokasi yang direncanakan sebagai RTH Pemakaman tersebar di Sub BWP I Blok A
pekarangan sebagai:
Untuk penyediaan RTH pemakaman, maka ketentuan bentuk pemakaman adalah sebagai
pekarangan
maka
ditentukan
kategori
berikut :
Ketentuan penyediaan RTH untuk pekarangan rumah besar adalah sebagai berikut:
a) Ukuran makam 1 m x 2 m;
a) kategori yang termasuk rumah besar adalah rumah dengan luas lahan di atas 500 m2 ;
b) ruang terbuka hijau minimum yang diharuskan adalah luas lahan (m2) dikurangi luas
pelindung
ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput.
2) Pekarangan Rumah Sedang
Ketentuan penyediaan RTH untuk pekarangan rumah sedang adalah sebagai berikut:
a) kategori yang termasuk rumah sedang adalah rumah dengan luas lahan antara 200
m2 sampai dengan 500 m2;
b) ruang terbuka hijau minimum yang diharuskan adalah luas lahan (m2) dikurangi luas
dasar bangunan (m2) sesuai peraturan daerah setempat;
c) jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 2 (dua) pohon pelindung
ditambah dengan tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.
3) Pekarangan Rumah Kecil
Ketentuan penyediaan RTH untuk pekarangan rumah kecil adalah sebagai berikut:
a) kategori yang termasuk rumah kecil adalah rumah dengan luas lahan dibawah 200 m2;
b) ruang terbuka hijau minimum yang diharuskan adalah luas lahan (m2) dikurangi luas
2. RTH Privat
RTH privat ialah RTH yang terdiri dari halaman pada kawasan terbangun berupa
perumahan, perkantoran, perdagangan jasa, sarana pelayanan umum dan lainnya, setidaknya
seluas 10% dari luas area yang dimiliki.
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR
Sub zona perumahan kepadatan tinggi (R-2) dikembangkan mengikuti perkembangan yang
ada dibatasi terutama pada jaringan jalan utama dan terkonsentrasi pada wilayah yang saat
RTH halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha umumnya berupa jalur
ini telah padat yaitu pada kawasan pesisir. Jenis kegiatan rumah pada zona perumahan
trotoar dan area parkir terbuka. Penyediaan RTH pada kawasan ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk dengan tingkat KDB 70%-90% perlu menambahkan tanaman dalam pot;
Jenis kegiatan rumah pada sub zona perumahan kepadatan tinggi di Kecamatan Brondong
2) Perkantoran, pertokoan dan tempat usaha dengan KDB diatas 70%, memiliki minimal 2
terdiri dari Rumah Tunggal dan rumah deret menyatu sebagai tempat tinggal umumnya
(dua) pohon kecil atau sedang yang ditanam pada lahan atau pada pot berdiameter diatas 60
berupa rumah sederhana dan menengah yang berupa kampung khusunya pada kawasan
cm;
pesisir tersebar pada bagian utara di Kecamatan Brondong yaitu berada di sub BWP I blok
3) Persyaratan penanaman pohon pada perkantoran, pertokoan dan tempat usaha dengan
KDB dibawah 70%, berlaku seperti persyaratan pada RTH pekarangan rumah, dan ditanam
Sub zona perumahan kepadatan sedang merupakan kepadatan yang paling dominan di
Kecamatan Brondong. Perumahan ini berada di seluruh Sub BWP. Perumahan kepadatan
Pada kondisi luas lahan terbuka terbatas, maka untuk RTH dapat memanfaatkan ruang
sedang ini merupakan zona dengan wilayah perencanaan yang memiliki kepadatan
terbuka non hijau, seperti teras rumah, teras-teras bangunan bertingkat dan disamping
bangunan, dan lain-lain dengan memakai media tambahan, seperti pot dengan berbagai ukuran
Sub zona perumahan kepadatan sedang di Kecamatan Brondong dikembangkan pada Sub
BWP I blok A, C, D, I, J. Sub BWP II blok A, C, D. Sub BWP III blok A, B, C, D, G, H, I, J, K. Sub
BWP IV blok A, B, C, D, E, F, G.
Sub zona perumahan kepadatan rendah ini merupakan zona dengan wilayah perencanaan
berkelanjutan. Adapun kawasan budidaya yang akan dikembangkan adalah zona perumahan,
Sub zona perumahan kepadatan rendah (R-4) di Kecamatan Brondong dikembangkan pada
zona perdagangan dan jasa, zona perkantoran, zona sarana pelayanan umum, zona industri,
Sub BWP I blok H. Sub BWP II blok E, G, U. Sub BWP III blok C, D, E.
zona peruntukan lainnya, zona peruntukan khusus, zona campuran dan zona ruang terbuka non
hijau.
Tabel
Pembagian Zona Perumahan
No
dikelompokkan menjadi :
A. Sub Zona Kepadatan Tinggi (R-2)
Kode
Perumahan
kepadatan Tinggi
Perumahan
kepadatan sedang
R-3
Perumahan
kepadatan rendah
R-4
perumahan pada kawasan Kecamatan Brondong meliputi perumahan kepadatan tinggi (R-2)
perumahan kepadatan sedang (R-3) dan perumahan kepadatan rendah (R-4). Zona perumahan
Sub Zona
R-2
Kegiatan
Rumah tunggal dan deret
(rumah sederhana dan
menengah)
Sub BWP
I
A, D, E
Blok
II
A, D, H, J, S, T
I
II
A, C, D, I, J,
A, C, D,
III
A, B, C, D, G, H, I, J, K,
I
II
III
A, E, F, G, H,
A, B, J,
C, D, E,
23
Rencana kedepan bentuk penyediaan alat dan bahan farmasi bisa menyatu dengan jenis
kegiatan sarana pelayanan umum kesehatan berupa praktek dokter bersama yang tersebar
di Sub BWP II Blok A, J dan Sub BWP III Blok C dan E;
kawasan yang menghubungkan Brondong - Paciran serta perbaikan dan penataan zona
6. Pakaian dan Aksesoris, merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat, secara
perdagangan dan jasa di pusat kota, dengan pengaturan garis sempadan bangunan untuk
eksisting jenis kegiatan perdagangan dan jasa yang menjual pakaian dan aksesoris berpusat
menghindari gangguan terhadap arus lalu lintas yang berasal dari aktivitas yang ditimbulkan
pada Pasar Desa Sub BWP I Blok B, rencana kedepan jenis kegiatan tersebut tersebar di Sub
agar bisa memaksimalkan lahan yang ada untuk dipergunakan sebagai lahan parkir. Zona
8. Jasa Lembaga Keuangan berupa Bank dan koperasi melayani jasa perbankan bagi
beberapa Sub BWP antara lain Sub I Blok A, C, D, E, F, G, H, Sub BWP II Blok A, B, C, G, I, J, K,
masyarakat di Kecamatan Brondong jenis kegiatan ini tersebar di Sub BWP I Blok A, B, Sub
BWP II Blok C, D, E;
2. Pasar Tradisional dan Pasar Lingkungan, secara eksisting pasar tradisional tersedia di Pusat
9. Jasa Komunikasi dan informasi, secara eksisting diKecamatan Brondong terlayani jasa
komunikasi berupa warnet di Sub BWP I Blok B, rencana kedepan perludirencanakan jasa
pengembangan pasar tradisional dengan skala lingkungan di Desa Sidomukti Sub BWP II
komunikasi di Sub BWP II Blok B dan K dan Sub BWP III Blok C, E dan H, yang banyak
Blok B, Desa Sendangharjodan Desa Tlogoretno di Sub BWP III Blok C dan H.
diminati oleh kalangan pelajar, dengan semakin berkembangnya dunia komunikasi dan
informasi maka perlu adanya pengembangan jasa komunikasi dan informasi pada setiap
Sub Zona Pendidikan, hal ini dimungkinkan karena dapat membantu proses belajar siswa
perdagangan dan jasa dengan skala regional karena melayani kebutuhan masyarakat dalam
lingkup kabupaten. Lokasi pusat perdagangan direncanakan di Sub BWP I Blok B dan G dan
10.
Jasa Bengkel, jasa perbaikan kendaraan bermotor berupa bengkel tersebar di Sub BWP I
Sub BWP II Blok B, sedangkan untuk pengembangan supermarket tersebar di Sub BWP I
Blok E, Sub BWP II Blok A, C dan E, rencana kedepan perlu adanya penambahan jasa
Blok C dan J dan Sub BWP II Blok A, B, C, J, K. Sub BWP III Blok A, D, E, I.
bengkel di Sub BWP I Blok F dan Sub BWP III Blok C dan F;
4. Bahan Bangunan, merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kegiatan properti
perumahan, secara eksisting kegiatan perdagangan dan jasa yang menjual bahan bangunan
11. SPBU, persebaran SPBU di Kecamatan Brondong secara eksisting berada di Sub BWP II
Blok H. Rencan kedepan perlu adanya penambahan SPBU di Sub BWP I Blok J.
tersebar di Sub BWP II Blok A, B, dan Sub BWP III Blok C, E, I, dengan demikian perlu
direncanakan pengembangan jenis usaha bahan bangunan di Sub BWP I Blok C, J dan F,
13. Jasa Travel dan Pengiriman Barang direncanakan pada pusat kegiatan yang berada di Sub
5. Alat dan Bahan Farmasi, secara eksisting berupa apotik yang merupakan jenis perdagangan
14. Penginapan Hotel dan Losmen, Kecamatan Brondong merupakan salah satu wilayah yang
dan jasa yang cukup berperan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan obat-obatan.
24
adanya pengembangan perdagangan dan jasa berupa hotel dan losmen di sub BWP II Blok
K dan J;
15. Salon, merupakan jasa perawatan rambut dan kulit direncanakan di pusat-pusat kegiatan
seperti di Sub BWP I Blok C dan J dan Sub BWP II Blok A, C, J, K. Sub BWP III Blok A, B, C, D,
E, H, I;;
B. Sub Zona Perdagangan dan Jasa Deret (K-3)
Pengembangan perdagangan dan jasa deret (K-3) berupa Ruko direncanakan di Sub BWP I
blok B, D, E, F, G, H, J, M. Sub BWP II blok A, B, C, H, I, J, K, L, M. Sub BWP III blok A, B, D, E, F,
H, I. Sub BWP IV blok E, F D, dan C.
4.3.2.3. Zona Perkantoran
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk
Sub Zona Transportasi merupakan salah satu peruntukan ruang yang merupakan bagian dari
kawasan budi daya yang dikembangkan untuk manampung fungsi transportasi dalam upaya untuk
mendukung kebijakan pengembangan sistem transportasi. Jenis kegiatan yang dikembangkan pada
sub zona transportasi adalah pengembangan terminal Tipe C di Sub BWP VI blok E.
Gambar
akan kebutuhan fasilitas pendidikan maka perlu adanya pengembangan kampus diploma
untuk sub zona kesehatan yaitu berupa Pembangunan Klinik / Praktek Dokter Bersama di Sub BWP II
blok G.
perguruan tinggi di Sub BWP II Blok K. Adapun pembagian Sub Zona tersebar pada sub BWP
I blok B, F, G. Sub BWP II blok A, J. Sub BWP III blok B, D, E, H. Sub BWP IV blok A, E.
25
pelayanannya. Persebaran Sub Zona Rekreasi dan Olah Raga di Kecamatan Brondong yaitu pada Sub
No
Sub Zona
Kode
Kegiatan
Praktek Bidan
Subzona sarana pelayanan Peribadatan (SPU-6) direncanakan berada di seluruh wilayah Sub BWP
dan melayani penduduk sesuai dengan agama yang dianut penduduknya. Adapaun rencana
pengembangan zona peribadatan berupa masjid / musholla dan terdapat pada Sub BWP I blok B, F, G.
Apotik
Sub BWP II blok A, J. Sub BWP III blok D,E. Sub BWP IV blok A, F.
Gambar
Rencana Pengembangan Zona Pelayanan Peribadatan
4.
SPU4
5.
Peribadatan
SPU6
Sub
BWP
I
II
III
F
C
B
II
I
II
II
III
III
B, E, I
F, M
B
D
I
B, F,
G,
A, J,
D, E,
I
Masjid / Musholla
II
III
Blok
4.3.2.5.
kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan mengusahakan tanaman tertentu untuk tujuan
komersil. Adapaun zona peruntukan lainnya yang dikembangkan di Kecamatan Brondong berupa :
No
1
Sub Zona
Pendidikan
Tabel
Pembagian Zona Sarana Pelayanan Umum
Kode
Kegiatan
SPU1
Paud dan TK
2.
Transportasi
Kesehatan
SPU2
SPU3
Terminal Tipe C
Poliklinik
Praktek Dokter
Blok
B
A
B, D
F
A
B
G
J
D
G
J
B, I
K
A
B
II
III
I
II
III
I
A
D
C
H
26
27
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
dibatasi.
pergerakan ini dapat dibagi dalam dua kelompok utama, yaitu prasarana dan sarana
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan
dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
pergerakan. Bentuk kegiatan pergerakan ini pada dasarnya merupakan jasa yang melayani
pergerakan masyarakat dari kegiatan-kegiatan sosial ekonomi penduduk kota. Oleh karena itu
Ketentuan teknis tentang hierarki jalan yang dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No.
pelayanan dari sistem jaringan pergerakan secara keseluruhan harus mencerminkan keadaan
struktur sosial ekonomi kota yang bersangkutan serta fungsi dari kawasan kota secara
keseluruhan, atau dapat pula sebaliknya, suatu pengembangan dari sistem transportasi dapat
merangsang pertumbuhan dan perkembangan dari pada setiap kawasan yang dikembangkan.
Dalam analisis pengembangan sistem jaringan pergerakan ini, ada beberapa poin yang
akan diperhatikan yaitu hirarki dan pola jaringan jalan, tingkat pelayanan jalan, sistem
angkutan, kebutuhan fasilitas transportasi serta tingkat pelayanan jalur pejalan kaki.
Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana minimal 60 Km/jam dengan
Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas ratarata;
Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang
alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal;
Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu; serta
Jalan
Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
arteri
primer
yang
memasuki
kawasan
perkotaan
dan/atau
kawasan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
Secara eksting Ruas jalan utama di Kecamatan Brondong adalah jalan kolektor, namun
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusatpusat kegiatan.
Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat dalam kawasan perkotaan.
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara
berdaya guna.
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk yang dibatasi.
perkembangan ke depan perlu direncanakan sebagai jalan arteri primer. Permasalahan utama
peningkatan jaringan jalan dari jalan kolektor ke jalan arteri yang terdapat di Kecamatan
Brondong adalah melalui wilayah pusat perkotaan dimana penggunaan lahannya sebagian
besar terdiri dari kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran serta sarana pelayanan umum
dimana lalu lintas jarak jauh dapat terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan
kegiatan lokal serta banyaknya jumlah jalan masuk maupun parkir tepi jalan serta lebar
ruwasja yang masih minim.
2. Jalan Kolektor Primer
28
Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-
berupa jalan tanah. Selain itu, jalan lingkungan yang tidak diperuntukan bagi kendaraan
rata;
bermotor beroda tiga atau lebih sering dilewati oleh kendaraan besar.
Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan pengaturan tertentu; serta
membentuk pola linier untuk jalan-jalan utama, grid serta modifikasi grid. Adapun pola jaringan
jalan tersebut adalah :
a. Sistem Linier
Jaringan jalan utama di Kecamatan Brondong secara garis besar menggunakan sistem linier,
yaitu pola garis lurus yang menghubungkan dua titik penting. Jaringan jalan yang
menggunakan sistem linier misalnya jalan utama yang menghubungkan antara Kecamatan
Brondong Kecamatan Paciran Kabupaten Gesik. Mengingat sifatnya, sistem ini
cenderung mudah mengalami kepadatan atau kemacetan lalu lintas.
b. Sistem Grid
Sistem grid biasanya terjadi karena adanya perpotongan jalan yang sama tegak lurus satu
sama lain dengan lebar jalan yang rata-rata sama. Sistem grid ini mudah diikuti karena
orientasinya mudah, sehingga dapat digunakan untuk mendistribusikan arus lalu lintas
Jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh terputus.
yang kompleks apabila hierarki jalan telah ditetapkan. Jaringan jalan di Kecamatan
desa d Kecamatan Brondong. Jalan lokal primer yang berada di Kecamatan Brondong masih
belum memenuhi standar lebar badan jalan minimal. Akan tetapi tidak mempengaruhi
kelancaran lalu lintas di ruas jalan tersebut.
4. Jalan Lingkungan
Jalan lokal primer di desain berdasarkan kecepatan rencana menimal 20 Km/jam dengan
Jalan lokal primer di Kecamatan Brondong adalah jalan yang menghubungkan antara
Brondong yang memiliki sistem grid sebagian besarnya adalah jalan lingkungan pada
kawasan permukiman.
4.4.4. Tingkat Pelayanan Jalan
A. Sistem Sirkulasi dan Rute Moda Transport
Untuk memacu perkembangan kegiatan fungsional di kawasan perencanaan
ditunjang pula oleh sirkulasi yang sistematik. Secara konseptual, rencana pengembangan
berikut:
Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda tiga
atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 meter.
Sebagian besar jalan lingkungan di Kecamatan Brondong memiliki permasalahan dalam
hal kondisi jalan. Untuk jalan lingkungan di Desa Tlogoretno, Desa Lembor sebagian masih
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR
29
a. Terintegrasi antara jalur kendaraan, jalur pejalan kaki serta fasilitas-fasilitas parkir dan
intermoda.
Berdasarkan fungsi jalan yang telah dibahas dalam sub bab sebelumnya, maka dapat
dianalisa dimensi jalan untuk masing-masing fungsi jalan. Dimensi jalan sangat berpengaruh
terhadap pola pergerakan di Kecamatan Brondong. Dalam analisa ini mengacu pada UU No. 38
c. Sesuai dengan arahan perkembangan fungsi tanah dan bangunan serta struktur dan
Tahun 2004 tentang Jalan, rencana dimensi jalan menurut RTRW Kabupaten Lamongan dan
fungsi kawasan.
kondisi eksisting.
d. Sesuai dengan pola aktifitas dan pergerakan penduduk baik dalam wilayah perencanaan
maupun lingkup wilayah yang lebih luas.
Rumaja (ruang manfaat jalan) adalah suatu ruang yag dimanfaatkan untuk konstruksi
jalan dan terdiri atas badan jalan, saluran tepi jalan, serta ambang pengamannya. Badan
yang satu ke ruang lainnya. Kenyamanan dapat berkurang akibat dari sirkulasi yang kurang
jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan, termasuk
baik misalnya kurangnya kejelasan sirkulasi, tidak adanya hierarki sirkulasi, tidak jelasnya
jalur pejalan kaki. Ambang pengaman jalan terletak di bagian paling luar, dari ruang
pembagian ruang antara sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan dan penggunaan sirkulasi
yang berbeda.
masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda batas ruang milik
1) Memisahkan jalur jalan mana saja yang boleh dilalui kendaraan umum dan kendaraan
jalan antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada masa yang akan
pribadi.
2) Penetapan arah sirkulasi jalur apakah searah atau dua arah.
3) Penambahan rambu-rambu lalu lintas untuk memperlancar sirkulasi kendaraan.
Sampai dengan saat ini sirkulasi kendaraan angkutan umum maupun angkutan barang
masih tetap dipertahankan sesuai dengan jalurnya, belum diadakan rencana perubahan
mengingat jalur-jalur tersebut masih memadai. Sedangkan untuk arah sirkulasi masih tetap
dipertahankan sesuai kondisi eksisting.
B. Kondisi dan Dimensi Jalan
Kondisi jalan di kecamatan Brondong pada umumnya telah cukup memadai terutama
pada jalan-jalan utama perkotaan dan jalan-jalan lokal. Kondisi jalan yang buruk sebagian besar
terdapat pada jalan lingkungan. Berdasarkan data yang ada, jalan dengan kondisi rusak di
kecamatan Brondong sepanjang 28,2 Km yang tersebar di semua desa di Kecamatan Brondong.
Kondisi yang rusak ini akibat jalan lingkungan sering dilewati oleh kendaraan-kendaraan
pengangkut hasil pertanian. Kedepannya, jalan-jalan lingkungan di kecamatan Brondong perlu
diatur mengenai sirkulasi untuk kendaraan-kendaraan pengangkut hasil pertanian.
Rumija (ruang milik jalan) adalah sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan yang
datang.
Ruwasja (ruang pengawasan jalan) adalah ruang tertentu yang terletak di luar ruang
milik jalan yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar tidak
mengganggu pandangan pengemudi, konstruksi bangunan jalan apabila ruang milik jalan
tidak cukp luas, dan tidak mengganggu fungsi jalan. Terganggunya fungsi jalan
disebabkan oleh pemanfaatan ruang pengawasan jalan yang tidak sesuai dengan
peruntukkannya.
Agar ruas jalan yang terdapat di kecamatan Brondong dapat berfungsi sesuai dengan
fungsi yang telah ditetapkan, maka perlu direncanakan dimensi untuk masing-masing fungsi
jalan. Ketentuan dimensi jalan dapat dilihat pada Tabel 4.31
Tabel 4. 1 Ketentuan Dimensi Jalan Minimal
Fungsi Jalan
Kolektor Primer
Lokal Primer
Lingkungan
Rumaja (m)
Rumija (m)
Ruwasja (m)
12
8
6
15
10
8
25
18
14
30
B MW
1000
100 100
500
100
500
1500
100 100
1000
1500
1800
C. Perkerasan Jalan
Jenis perkerasan harus diperhatikan dalam pemilihannya agar infrastruktur jalan
dapatberumur sesuai rencana. Untuk area kendaraan karyawan yang meliputi kendaraan
ringan mobil dan motor, perkerasan dapat dipilih aspal maupun conblok. Untuk kendaraan
berat yang meliputi truk, container 20 feet dan 40 feet, termasuk forklift besar (bigred),
harus dipertimbangkan beban yang akan terjadi pada badan jalan,dan perkerasan beton
Dimensi
Kendaraan
Tonjolan (cm)
Radius Putar
Kategori (cm)
Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang Mininum Maksimum
Kecil
130
210
580
90
150
420
730
Sedang
410
260
1.210
210
240
740
1.280
Besar
410
260
2.100
1.200
90
290
1.400
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometerik Jalan Antar Kota, 1997.
(rigid pavement) dapat menjadi alternatif. Sesuai dengan kebutuhan kegiatan kawasan,
maka perkerasan beton dangat cocok untuk dikembangkan pada jalan utama.
D. Kebutuhan Ruang Manuver/Memutar Arah
Radius
Tonjolan
(cm)
780
1.410
1.370
besar dan panjang seperti truk/container gandeng pada setiap segmen jalan.
yang menunggu giliran bongkar muat perlu disiapkan oleh pihak pengelola Kecamatan
Guna tetap mempertahankan tingkat pelayanan jalan secara keseluruhan pada daerah
Brondong sehingga tidak memarkir bus atau kontainer di bahu jalan Kecamatan
perputaran balik arah, secara proporsional kapasitas jalan yang terganggu akibat sejumlah
Brondong.
arus lalu-lintas yang melakukan gerakan putar arah perlu diperhitungkan. Fasilitas
a)
median yang merupakan area pemisahan antara kendaraan arus lurus dan kendaraan arus
Satuan ruang parkir digunakan untuk mengukur kebutuhan ruang parkir. dengan
balik arah perlu disesuaikan dengan kondisi arus lalu-lintas, kondisi geometrik jalan dan
Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai
Ruang bebas kendaraan parkir dengan arah lateral diambil 5 cm dan jarak bebas
acuan dalam perencanaan geometri. Untuk perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar
kendaraan rencana akan mempengaruhi lebar lajur yang dibutuhkan. Sifat membelok
kendaraan akan mempengaruhi perencanaan tikungan dan lebar median dimana mobil
31
Penentuan satuan ruang parkir (SRP) dibagi atas tiga jenis kendaraan dan
Sudut Parkir
Panjang
Lebar
5,200
2,400
5,000
2,300
Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Tahun 1998.
1. Mobil Penumpang
a. Golongan I
2,30 x 5,00
b. Golongan II
2,50 x 5,00
c. Golongan III
3,00 x 5,00
2. Bus/Truk
3,40 x 12,50
3. Sepeda Motor
0,75 x 2,00
Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Tahun 1998.
c)
arus keluar guna menghindari pertemuan kendaraan yang masuk dengan yang
Darat, 1998, maka dapat disimpulkan, bahwa ukuran kebutuhan ruang parkir
b)
dihitung berdasarkan rasio standar ruang parkir dengan 100 (seratus) meter persegi
luas lantai efekfit dan rasio standar ruang parkir dengan fungsi didalam bangunan.
Secara gars bersar ada tiga macam pola parkir yaitu pararel (sudut 0o), menyudut
(30o, 45o, 60o, 75o) dan tegak lulur right-angle atau 90o). pola parkir parallel sesuai
untuk ruang bebas yang terbatas (sempit) namun kurang nyaman bagi pengemudi
pada saat melakukan maneuver parkir. Pola parkir menyudut unggul dalam hal
kemudahan melakukan manuver parkir, namun kurang efisein dalam hal
pemanfaatan lahan. Sedangkan untuk pola parkir tegak lurus paling efisien dalam hal
pemanfaatan lahan yang tersedia, namun harus tersedia aisle yang lebih lebar agar
pengemudi tidak mengalami kesulitan dalam melakukan manuver parkir.
Tabel Dimensi Petak Parkir Dalam Berbagai Sudut Parkir
Sudut Parkir
0o
45o
90o
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR
Lebar
2,200
2,300
2,200
2,570
2,550
2,560
2,540
2,570
2,300
F. Kelengkapan Jalan
Pemasangan perlengkapan jalan bertujuan untuk mendukung kelancaran arus lalu
lintas, keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan pada saat pengoperasian jalan.
32
Dalam rangka meningkatkan dampak positif maka pengelolaan yang perlu dilakukan
antara lain:
(1)
(2)
Pembatas jalur pada 2 arah dengan garis pemisah sepanjang 5 meter dan jarak
antar garis pemisah 3 meter.
Pemasangan perlengkapan jalan harus sesuai dengan disain yang telah memasukkan
Selain itu, diperlukan pula tempat penyeberangan pejalan kaki, dimana temnpat
terutama pada persilangan tegak lurus, persilangan serong dan pada jalan lurus di
dengan kondisi RUMIJA dan RUWASJA, termasuk di antaranya pada daerah yang
melintang jalur lalu lintasdan marka berupa 2 (dua) garis utuh melintang jalur lalul
lintas.
kebutuhan yang sama dengan perlengkapan jalan untuk perkotaan, dimana rujukan
b)
Perambuan
(1)
(2)
Keputusan Menteri Perhubungan No. 61 KM Tahun 1993 tentang Rambu Lalu Lintas
Jalan;
(3)
Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 KM Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan
kondisi lalu lintas, cuaca dan keadaan jalan yang disebabkan oleh faktor
Jarak antara rambu dan permulaan bagian jalan yang berbahaya, dapat
sebagai berikut :
a)
Marka Jalan
permulaan bagian jalan yang berbahaya tersebut tidak dapat diduga oleh
Marka jalan merupakan suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas
permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis
membujur, garis melintang, garis serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk
mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.
tambahan.
Berdasarkan karakter jalan yang ada di Kecamatan Brondong yang identik dengan
pola grid/lurus, maka digunakan marka jalan dengan marka membujur berupa garisgaris putus dengan fungsi :
(2)
Rambu Larangan
33
suatu daerah, situasi jalan, dan rambu berupa kata-kata serta tempat
(3)
ditempatkan rambu petunjuk lain pada jarak yang layak sebelum titik
larangan dimulai.
antara lain kota, daerah/ wilayah serta rambu yang menyatakan nama
Warna dasar rambu larangan berwarna putih dan lambang atau tulisan
Rambu Perintah
putih.
Warna dasar rambu perintah berwarna biru dengan lambang atau tulisan
berwarna putih serta merah untuk garis serong sebagai batas akhir
perintah.
(4)
Rambu Petunjuk
Alat pemeri isyarat lalu lintas ditunjukan dengan 1 (satu) lampu warna
sebagai penanda peringatan pada pemakai jalan, dapat berupa lampu warna kuning
atau merah. Pempatan pada Kecamatan Brondong, khususnya pada area keluar
masuk kendaraan dari kavling pabrik dan/atau pada persimpangan di sisi jalur lalu
lintas, tinggi bagian lampuyang paling bawah sekurang-kurangnya 3.00 meter dari
permukaan jalan.
c)
d)
34
kaki merupakan ruang pejalan kaki di sisi jalan (sidewalk). Side walk merupakan bagian
dari sistem jalur pejalan kaki dari tepi jalan raya hingga tepian terluar lahan bangunan.
Tipe standar pelayanan adalah Minimum LOS B, dimana
Jalur pejalan kaki seluas 5,6 m=/pedestrian, besar arus pejalan kaki >16-23
pedestrian/menit/meter. Pada LOS B, ruang pejalan kaki masih nyaman untuk dilewati
dengan kecepatan yang cepat. Keberadaan pejalan kaki yang lainnya sudah mulai
Tabel Persyaratan Perencanaan dan Penempatan Fasilitas
Peneragan Jalan
Uraian
Besaran
Tinggi Tiang Lampu (H)
Lampu standar
10 15 m
Tinggi tiang rata-rata digunakan
13 m
Lampu Monara
20 50 m
Tinggi tiang rata-rata digunakan
30 m
Jarak Interval Tiang Lampu (e)
Jalan Arteri
3 H 3,5 H
Jalan Kolektor
3,5 H 4 H
Jalan Lokal
5H6H
Minimum jarak interval tiang
30 m
Jarak Tiang Lampu ke Tepi
Minimum 0,7 m
Perkerasan (s1)
Jarak dari tepi perkerasan ke titik
Minimum L/2
penerangan jalan (s2)
Sudut inklinasi (l)
20o 30o
Sumber : Pedoman Fasilitas Penerangan Jalan, Ditjen Bina Marga, 1997
berpengaruh pada arus pedestrian, tetapi para pejalan kaki masih dapat berjalan dengan
nyaman tanpa mengganggu pejalan kaki lainnya.
Secara teknis Lebar efektif minimum jaringan pejalan kaki berdasarkan kebutuhan
orang adalah 60 cm ditambah 15 cm untuk bergoyang tanpa membawa barang, sehingga
kebutuhan total minimal untuk 2 (dua) orang pejalan kaki berpapasan menjadi 150 cm.
Lebar jaringan pejalan kaki berdasarkan lokasi menurut Keputusan Menteri
Perhubungan No. KM 65 Tahun 1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan untuk wilayah industri pada jalan primer lebar minimal adalah 3
meter dan pada jalan akses 2 meter.
Ruang pejalan kaki memiliki perbedaan ketinggian baik dengan jalur kendaraan
bermotor ataupun dengan jalur hijau. Perbedaan tinggi maksimal antara ruang pejalan
kaki dan jalur kendaraan bermotor adalah 20 cm. Sementara perbedaan ketinggian
dengan jalur hijau 15 cm.
Fasilitas pelengkap berupa :
jalur hijau
lampu
tempat duduk
pagar
tempat sampah
signage
shelter
telepon umum
Untuk fasilitas penyandang cacat digunakan leretan dan marka penyandang cacat.
35
listrik untuk fasilitas umum/sarana dan ruang terbuka hijau menggunakan standar kebutuhan
listrik yang ada pada kawasan industri lain.
Besarnya kapasitas listrik yang disediakan harus ditambah dengan faktor pengurangan
tegangan (looses
Gambar Perspektif Jalur Pejalan Kaki
Sumber pembangkit tenaga listrik pada kawasan diperoleh beberapa sumber, yaitu:
H. Halte/Shelter
Halte/shelter bus dan lapak tunggu diletakan pada jalur amenitas. Shelter harus diletakan
pada setiap radius 300 meter atau pada titik potensial kawasan, dengan besaran sesuai
kebutuhan, dan bahan yang digunakan adalah bahan yang memiliki durabilitas tinggi
seperti metal. Rencana halte direncanakan pada Sub BWP I Blok C, Sub BWP II Blok F, J, N
Hal ini disebabkan karena proses produksi industri, sehingga apabila listrik mati, mereka akan
mempunyai banyak kerugian.
Selain itu, untuk distribusi listrik membutuhkan tenaga listrik dalam jumlah yang
DESIGN
REKLAME
PEMANFAATAN
cukup besar, maka perlu dibangun Gardu Induk (GI) baru untuk melayani kebutuhan listrik di
zona tersebut. Untuk kegiatan industri sebaiknya disediakan gardu-gardu dengan kapasitas 500
KVA. Gardu-gardu tersebut juga untuk mendistribusikan listrik ke fasilitas-fasilitas umum.
Rencana jaringan listrik yang akan diterapkan khusus pada kawasan industri, yaitu :
A.
yang diperlukan. Sistem tenaga listrik initerdiri dari unit pembangkit, unit transmisi dan
unit distribusi.
Sistem pendistribusian tenaga listrik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sistem
pendistribusian langsung dan sistem pendistribusian tak langsung.
1.
2.
yang dilakukan jika Pusat Pembangkit Tenaga Listrik jauh dari pusat-pusat beban,
industri. Sistem konstruksi saluran distribusi terdiri dari saluran udara dan saluran
B.
3.
Berfungsi merubah tegangan listrik dari jaringan distribusi primer menjadi tegangan
1.
Pada bagian ini jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukansecara langsung,
maka bagian pertama dari sistem distribusi tenagalistrik adalah Pusat Pembangkit
tergantung pada jumlah beban yangakan dilayani dan luas daerah pelayanan beban.
Bisa berupa transformator satu fasa dan bisa juga berupa transformator tiga fasa.
2.
listrik
ke
pusat-pusat
beban
(konsumen)
4.
dilakukan
Jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara taklangsung, maka bagian
Oleh karena itu besarnya tegangan untuk jaringan distribusi sekunder ini 130/230 V
dan 130/400 V untuksistem lama, atau 230/400 V untuk sistem baru. Tegangan 130
V dan230 V merupakan tegangan antara fasa dengan netral, sedangkan tegangan 400
Sistem jaringan telepon diawali oleh sentral telepon, dalam hal ini penyediaan
kebutuhan telepon untuk kawasan industri untuk menggunakan sentral telepon terdekat,
dengan pertimbangan jarak lokasi STO tersebut lebih dekat dengan lokasi daripada sentral
memilikitegangan sistem sebesar 20 kV. Untuk wilayah kota tegangan diatas 20kV
penggunaan, yaitu:
37
Perkiraan kebutuhan telepon didasarkan pada standar yang dikeluarkan oleh Peraturan
Menteri Perindustrian dan analogi terhadap beberapa kawasan/zona industri yang telah ada,
yaitu :
Telkom, yaitu :
Pola hibah, yaitu suatu paket kerjasama dimana konsumen (pengusaha industri)
kawasan industri berupa bahan baku, kebutuhan air pekerja industri dan pendukung kegiatan
mengadakan jaringan sendiri secara lokal sampai kurun waktu tertentu konsumen tidak
industri. Namun besar kebutuhan air ditentukan oleh kebutuhan air untuk diproses, bahan baku
industri dan kebutuhan air untuk produktifitas industri. Sedangkan kebutuhan air untuk
Pola bagi hibah, yaitu kerjasama dimana ongkos pasang ditanggung bersama oleh pihak
pendukung kegiatan secara umum seperti hidran dapat disesuaikan untuk jenis kebutuhannya.
PT Telkom dan pengusaha industri dan biaya pemakaian telepon ditanggung bersama
Penyediaan air bersih terkait dengan kegiatan industri dan pengguna/karyawan kawasan,
dimana kebutuhan air industri dan hidran kebakaran sengan standar kebutuhan kualias air
digantikan oleh menara-menara BTS untuk jaringan nirkabel. Oleh karena itu perlu regulasi
Saat ini pemerintah propinsi sedang mengusahakan pemanfaatan DAS Plumpung Kero
khusus untuk penyediaan infrastruktur tersebut, agar perkembangan menara dapat dibatasi
untuk dapat dimanfaatkan sebagai suplly air bersih disamping juga dimanfaatkan untuk
kegiatan pertanian. Besarnya kebutuhan air dapat diperkirakan dengan menggunakan standar
kebutuhan air. Khusus di wilayah perencanaan yang mayoritas direncanakan sebagai kawasan
industri maka kebutuhan air industri ini berdasarkan pada proses atau jenis industri yang ada
pada wilayah kawasan yang ada dan jumlah pekerja yang bekerja pada industri tersebut.
Besarnya standar kebutuhan industri adalah sebagai berikut:
Untuk pekerja industri, kebutuhan air merupakan kebutuhan air domestik yang telah
disesuaikan dengan kebutuhan pekerja pabrik. Adapun kebutuhan air tersebut adalah 60
liter/pekerja/hari.
dikembangkan dalam kawasan maka pengelompokan jenis industri dalam industri berat dan
industri sedang. Untuk kebutuhan lainnya adalah :
38
Pencemaran yang umumnya ada pada air permukaan dalam hal ini embung antara lain
CO2 Agresif, warna yang berasal dari zat organic (mikroalgae) dan zat organik, bau, rasa (besi),
nitrit, nitrat dan ammonium (dari sampah domestik). Untuk mengolah air baku tersebut akan
dibangun Water Treatment Plan dengan sistem pengolahan lengkap, reservoir distribusi dan
Kebutuhan air untuk Hidran ditentukan 5% dari kebutuhan domestik (perumahan) dan
jaringan distribusi.
Sistem yang akan dikembangkan dalam penyediaan air bersih di kawasan industri
tingkat kebocoran 20% dari kebutuhan domestik (SNI 19-6728. 1-2002 tentang
Penyusunan Neraca Sumber Daya Bagian 1 : Sumber Daya Spasial).
Tabel Rencana Kebutuhan Air Untuk Kawasan Industri
Volume
Kebutuhan
Standar Kebutuhan
No Jenis Kegiatan
Air Bersih
Air Bersih
Besar
Satuan
(liter/detik)
1
Industri Berat / Besar
967
Ha
1 liter/detik/ha
967
Perumahan
di
dalam
3
maupun di luar kawasan 825.000 unit
120 liter/orang/hari
99.000.000
industri
4
Fasilitas Umum
318,32
Ha
0.1 liter/detik/Ha
31,83
5
Ruang Terbuka Hijau
197,3
Ha
0.05 liter/detik/Ha
9,865
6
Tenaga Kerja/Karyawan
138.100 orang
60 liter/orang/hari
8.286.000
5% dari kebutuhan
7
Hidran
domestik/perumaha
497.196
n
SUB TOTAL
107.784.188
8
Kebocoran air
20% dari Sub Total
3.745.667
KEBUTUHAN AIR TOTAL
219.314.059,69
Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2013.
Pipa transmisi untuk mengalirkan air baku dari lokasi sumber ke WTP
b.
c.
Reservoar distribusi, untuk menampung air yang telah diolah untuk selanjutnya
didistribusikan ke masing-masing sambungan industri dan sambungan langsung
Adapun sistem pengolahan yang akan dilakukan untuk menurunkan kadar pencemar yang
ada pada air permukaan (danau) tersebut adalah pengolahan lengkap yaitu terdiri dari
bangunan penangkap air (intake),aerasi, koagulasi flokulasi, sedimentasi, filtrasi, desinfeksi
atau secarakeseluruhan merupakan proses yang terjadi pada IPAM. Fungsi-fungsi unit
pengolahan tersebut adalah :
a.
Intake berfungsi untuk menampung air baku sementara sebelum dialirkan melaui pipa
transmisi, bangunan ini dilengkapi dengan pompa dan saringan kasar berbentuk batang
ataupun saringan mekanis yang menggunakan tenaga motor. Saringan kasar ini berfungsi
untuk memissahkan benda kasar terapung atau terbawa aliran agar tidak mengganggu
setempat atau dari sumber lain yang diusahakan, baik dari air tanah maupun air permukaan.
Tetapi untuk saat ini penggunaan air tanah oleh masyarakat maupun industri sudah pada
proses selanjutnya.
b.
tingkat dikhawatirkan, karena pengambilan air tanah oleh kegiatan industri dibeberapa daerah
saat ini membuat daya dukung air tanah semakin rendah. Dengan keberadaan sarana industri,
Unit Aerasi berfungsi untuk mengontakkan air dengan udara dengan tujuan menambah
atau membuang gas kurang atau sangat jenih dalam kandungan air.
c.
Unit Koagulasi berfungsi untuk mencampur secara cepat antara partikel koloidal
permukiman dan perdagangan berdampak pada konsekuensi bahwa badan air berupa sungai
tersuspensi & partikel terlarut lainnya sehingga tercipta larutan homogen. Bila koagulan
atau sumber-sumber air permukaan lainnya cenderung menjadi sarana pembuangan sampah
yang dibubuhkan tercampur secara merata, maka reaksi yang terjadi akan lebih cepat.
dan sarana pembuangan limbah. Kualitas air sungai menjadi kotor sebagai dampak keberadaan
limbah industri dan limbah pemukiman yang akan mengganggu mutu air yang ditampung pada
sehingga flok dapat bertumbukan & bergabung membentuk masa yang lebih besar.
danau/embung di Kawasan Industri. Sumber air permukaan yang akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air bersih kawasan industri memerlukan pengolahan untuk memenuhi
partikelkoloid dapat diikat oleh zat kimia yang direncanakan seperti sulfat (Al2(SO4)2),
ferri klorida (FeCl3), ferri sulfat (Fe2(SO4)2) dan koagulan acid untuk membentuk inti
flok.
39
d.
e.
Unit Flokulasi yaitu unit pengolahan yang diterapkan berpasangan setelah unit
koagulator, baik diterapkan secara terpisah ataupun dalam satu bagian. Fungsi dari
a. Sambungan Rumah
f.
h.
- Sambungan rumah adalah tiap sambungan dari sistem penyediaan air minum yang
dilengkapi dengan sebuah meteran air dan disambungkan pada sistem plambing rumah.
Filtrasi berfungsi memisahkan air dengan kotoran yang tersuspensi, koloidaldan bakteri
yang dikandungnya serta perubahan karakteristik kimia air.Bahan yang digunakan bahan
yang berpori yaitu pasir karena mudah didapat, harga relative murah, tidak
- Pipa diatas tanah tanpa perlindungan dapat dipakai pipa GIP (Galvanized Iron Pipe).
Sistem penyediaan air bersih harus dapat melayani kebutuhan perumahan dengan
b. Sambungan Halaman
- Sambungan halaman adalah tiap sambungan dari sistem penyediaan air bersih yang
kuman penyakit sehingga air aman untuk dikonsumsi, diperlukanwaktu kontak minimum
hanya berhenti sampai halaman rumah dan dilengkapi dengan metera air dan sebuah
30 menit bila Ca (OCl)2 yang digunakan sebagaidesinfektan & lebih singkat bila ozon (O3)
katup.
yang dipakai.
menanggulangi kebutuhan air pada saat pemakaian puncak & menampungkelebihan air
- Pipa diatas tanah tanpa perlindungan dapat dipakai pipa GIP (Galvanized Iron Pipe).
apabila terjadi gangguan ataupemadaman aliran listrik yang berarti mengganggu pompa.
Perencanaan distribusi air bersih didasarkan pada rencana penggunaan lahan, di mana
air akan di-supply sesuai dengan kebutuhan di blok-blok peruntukan yang direncanakan sebagai
zona permukiman, perdagangan dan jasa, sarana pelayanan umum, dan industri. Pengadaan air
bersih dilakukan dengan memperhatikan aspek kontinuitas, kuantitas, dan kualitas. Aspek
kontinuitas terkait dengan ketersediaan air bersih terus menerus dalam 24 jam, aspek kuantitas
terkait dengan ketersediaan mencukupi dalam jam-jam puncak pemakaian air, sedangkan aspek
kualitas terkait dengan mutu air yang tetap terkendali. Pengadaan sarana distribusinya
d. Hydran Kebakaran
- Ditempatkan 100 meter untuk bangunan yang berfungsi komersil dan 200 meter untuk
perumahan.
- Mudah dilihat dan mudah dicapai oleh unit mobil pemadam kebakaran.
- Jika tidak tersedia saluran air minum kota perlu dibuat sumur sumur kebakaran dalam
jarak sesuai persyaratan untuk kran kebakaran.
40
konservasi sumber daya air tanah. Dengan demikian mengurangi arus limpasan atau aliran
Adapun upaya pengelolaan sumber air minum antara lain :
permukaan yang menyebabkan erosi dan banjir hilir yang dapat menimbulkan malapetaka.
a.
Ada dua macam jenis saluran drainase, yaitu drainase tertutup dan drainase terbuka.
b.
Drainase tertutup mempunyai keuntungan yaitu sampah-sampah padat tidak akan masuk ke
c.
drainase sehingga aliran air akan lancar. Kerugiannya, pemeliharaannya lebih susah.
d.
Sedangkan keuntungan dari drainase terbuka, yaitu pemeliharaannya lebih mudah tetapi
e.
f.
Disamping itu, jenis saluran drainase juga menjadi dua, yaitu sistem drainase terpisah
(sistem drainase terpisah dengan saluran air buangan) dan sistem drainase gabungan (sistem
Suplai air diambil dari sumber dengan pipa distribusi primer PVC 150 mm 200 mm
tidak akan bercampur dengan sistem drainase tersebut. Sistem drainase gabungan mungkin
Jaringan perpipaan di pasang di bawah trotoar diluar perkerasan jalan, namun masih dalam
dapat diterapkan pada setiap kawasan perumahan khususnya Kawasan Industri asalkan air
batas Damija. Penempatan jaringan pipa di jalan lebar lebih atau sama dengan 7 meter dan
buangan yang dibuang harus terlebih dahulu di-treatment dahulu. Sedangkan pola aliran air
berkonstruksi aspal adalah di setiap sisi jalan, untuk tidak merusak pipa service ke rumah
pada saluran drainase mengikuti pola topografi, dengan memanfaatkan alur-alur yang telah ada.
dalam penyeberangan di jalan. Ukuran galian pipa sesuai dengan ukuran standar pipa rata-
Saluran akan dibuat berbentuk segiempat yang berfungsi untuk menyalurkan limpasan air
hujan.
Untuk mengendalikan tekanan yang tinggi di dalam pipa maka galian pipa diisi dengan pasir
setebal 40 cm.
dimana :
(sumber : Sitem Drainase Perkotaan, Suripin, 2005), secara umum adalah berkisar pada nilai
0,60 - 0,90. Nilai koefisien C yang diambil untuk wilayah perencanaan adalah maskimal 0,90.
Sedangkan curah hujan di wilayah perencanaan adalah antara 33,1/6 564,2/24 mm3/hari
atau 0,023 mm/jam. Sehingga kapasitas pengaliran (Q) sebesar 116,70 m3/detik dengan luas
4.5.4. Rencana Jaringan Drainase/Saluran Air Hujan
Prinsip yang berlaku untuk sistem drainase adalah semua daerah upstream (hulu aliran),
arus limpasan dan aliran air hujan yang belum terlalu atau tidak membahayakan atau
mengganggu lingkungan, sebesar mungkin dihambat dan diserapkan sebagai langkah untuk
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR
akibat kapasitas drainase tidak mampu menampung volume air hujan dengan koefisien
5.
Bangunan Terjunan, yaitu bangunan yang berfungsi untuk mencegah penggerusan saluran
pengalirannya (C) adalah berkisar antara 0,10 - 0,40 (daerah Hutan). Adapun besarnya
yang diakibatkan oleh kecepatan aliran dalam saluran apabila melebihi batas kecepatan
kapasitas pengaliran yang berasal dari luar kawasan diperkirakan sebesar 51,86 m3/detik.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam pendisainan saluran adalah jenis saluran
6.
yang digunakan, dalam hal ini saluran yang digunakan adalah berbentuk segi empat. Dengan
permukaan lainnya.
demikian perbandingan efektif antara tinggi (y) dengan lebar (b) saluran adalah :
y:b=1:2
Berdasarkan nilai-nilai tersebut di atas, maka dimensi saluran drainase adalah sebagai berikut :
Jaringan drainase yang akan direncanakan di wilayah ini akan mengikuti pola jaringan
jalan dan pola aliran air yang ada dengan mernperhatikan kemiringan lahan kawasan.
Saluran Kali/Sungai
Out-fall, yaitu ujung saluran air hujan yang ditempatkan pada sungai/badan air
2.
Rehabilitasi bertujuan untuk memperbaiki sistem drainase yang sudah adasehingga dapat
memenuhi kapasitas Kampungin pada tingkat pelayanantertentu.
Saluran Primer
3.
4.
Sistem drainase atau sistem penyaluran air hujan suatu sistem penyaluranyang dibuat
agar air hujan dapat mengalir langsung ke cacthment area atau badan air penerima tanpa
menimbulkan permasalahan semacamgenangan atau banjir di wilayah perencanaan.
Saluran Sekunder
5.
Disamping itu, sistem drainase ini juga dilengkapi dengan sarana perlengkapan saluran,
yaitu:
6.
Sistem saluran yang direncanakan pada umumnya adalah sistem saluran terbuka.
1.
7.
Pada beberapa lokasi dipergunakan sistem saluran tertutup khususnya padadaerah padat
Sambungan Persil, yaitu sambungan saluran air hujan dari gedung/bangunan ke saluran
dan penting..
Street Inlet, yaitu lubang-lubang di sisi jalan yang berfungsi untuk menampung dan
8.
Sasaran dari rencana pengembangan sistem drainase ini adalah tersedianya sistem yang
menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang jalan menuju ke dalam saluran.
3.
4.
Manhole, yaitu bangunan yang dibuat pada saluran tertutup dengan fungsi :
Gorong-gorong, yaitu bangunan perlintasan karena adanya saluran yang melintasi jalan.
memadai ditinjau dari segi kapasitas dan bisa mengatasiberbagai gangguan yang selama ini
menjadi penyebab kurangberfungsinya sistem drainase tersebut, seperti :
1.
2.
Pembuatan biopori
Secara umum kedua metode di atas merupakan cara untuk Peningkatan Resapan Air,
Mengurangi Run Off dan mencegah erosi permukaan tanah. Peningkatan resapan air ditujukan
pada air hujan yang jatuh di sekitar lingkungan rumah harus semaksimal mungkin meresap
kedalam tanah. Untuk mewujudkan hal tersebut maka permukaan tanah yang ada tidak
dibiarkan dalam keadaan terbuka dan harus tertutup dengan tanaman ground cover.
42
Penggunaan tanaman ground cover akan menghambat kecepatan aliran permukaan, sehingga
menurun sampai memenuhi standar yang ditentukan sehingga tidak menimbulkan pencemaran
memungkinkan meresap lebih banyak dan menghambat terjadinya erosi pada permukaan
pada perairan umum. Ada pun unit-unit yang akan dibuat dalam instalasi pengolahan air limbah
tanah.
Aliran permukaan (overflow) yang tetap terjadi diusahakan tidak langsung masuk ke badan
1.
Sump Pit
air penerima, tetapi harus di alirkan pada saluran drainase terbuka, dimana disepanjang aliran
Sump pit merupakan suatu lubang yang sengaja dibuat untuk mengumpulkan air limbah
ini telah di buat sistem biopori. Biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke
dari sumbernya. Bila lubang ini terisi penuh maka secara otomatis pompa di dalamnya
dalam tanah dengan diameter 10 30 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam kasus
tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi kedalaman muka air.
2.
Bak Equalisasi
Lubang biopori diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori. Biopori
Bak ini berfungsi mengumpulkan/menampung air limbah supaya dapat bercampur secara
adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah
homogen sebelum diolah pada proses selanjutnya. Semua air buangan yang dihasilkan
berupa cairan sisa kanji, zat warna, air pencuci dan air pembilasan dicampur menjadi satu.
Akibat pencampuran itu maka di dalam bak equalisasi beberapa limbah produksi yang
mempunyai konsentrasi tinggi seperti sisa kanji dan zat warna akan mengalami
pengenceran. Dengan demikian didapat keuntungan pengurangan beban organik dan
beban hidrolis. Pada unit-unit selanjutnya pengolahan beban organik diharapkan tidak
mengalami fluktuasi yang besar sehingga diharapkan hasil yang optimal. Demikian pula
dengan beban hidrolis yang diharapkan merata dan berguna untuk mencegah terjadinya
Penampang Trapesium
temperatur yang tinggi. Proses dyeing dioperasikan dengan temperatur cairan sekitar
Air limbah (sewerage) adalah air limbah yang dihasilkan dari kegiatan non industri,
1150C sampai 1350C, temperatur limbah yand dihailkan pada proses dyeing ini cukup
seperti perumahan dan fasilitas umum dan ekonomi lainnya. Namun demikian, secara umum
tinggi, yaitu sekitar 600C. Ketika telah bercampur dengan limbah cair lain di dalam bak
besar limbah yang dihasilkan diperkirakan sebesar 17.979.203 liter/detik (80 % dari total
equalisasi didapat rata-rata temperatur sekitar 35%. Sepanjang pangaliran limbah ini
a.
b.
Pada bak ini dilakukan pencampuran merata antara koagulan dan air limbah yang diolah.
c.
3.
Kapasitas limbah cair industri sangat dipengaruhi oleh jenis serta jumlah industri yang
koloid yang tidak dapat mengendap sebagai partikel distrik. Koagulan ini terdiri dari
terdapat di dalam wilayah, yaitu dari besarnya kebutuhan air bersih serta banyaknya air yang
koagulan utama dan koagulan pembantu. Koagulan yang diberikan dapat berupa sintetis
dan alamiah. Untuk koagulan alamiah misalnya biji kelor sedangkan koagulan sintetis
Proses pengolahan air limbah khususnya dari kegiatan industri ini menggunakan
yang banyak dijual di pasaran adalan PAC, tawas, dan garam besi.
pengolahan secara fisik, kimia dan biologi dengan tujuan agar kualitas air buangan tersebut bisa
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR
43
nozzle yang terdapat pada pipa yang ditempatkan di dasar bak. Pemberian oksigen
pemberian muatan yang berlawanan yang berasal dari koagulan tawas dengan muatan
secara alamiah terdapat di dalam bak aerasi ini. Dengan adanya mikroorganisme
Proses ini berlangsung apabila bikarbonat dalam air cukup. Bila berkurang maka harus
baru dan produk akhir yang lebih sederhana seperti CO2, H2O, NH3.
terhidrasi berupa kalsium hidroksida. Jangkauan pH untuk tawas ini adalah 4,5
8.Pengoperasian sistem koagulasi yang akan diterapkan adalah dengan cara menerjunkan
pengendap II. Dengan adanya resirkulasi lumpur ini proses yang terjadi adalah
air dari unit sebelumnya. Larutan tawas juga dijatuhkan dari ketinggian yang sama.
proses lumpur aktif karena biomassa yang didapatkan dalam lumpur akan diaktifkan
Dengan demikian diharapkan terjadinya aliran turbulen yang mengaduk air dengan
larutan tawas. Campuran ini akan melalui pipa masuk ke dalam bak koagulasi. Di dalam
Proses biologis yang terjadi di dalam bak aerasi ini adalah biomassa mengkonsumsi
substrat yang terdiri dari bahan organik. Substrat dalam kondisi aerobik akan
a.
diuraikan mikroorganisme menjadi gas CO2, NH3 dan sel baru. Hampir semua zat
Bak flokulasi dibuat untuk membentuk gumpalan (flok) yang lebih besar agar mudah
organik yang terlarut dan sebagian zat organik yang tersuspensi dioksidasi oleh
mikroorganisme.
mengoksidasi zat organik desebut dengan BOD. Kemampuan penyisihan BOD oleh
Bak Pengendap I
lumpur aktif menurut Lund dalam Industrial Pollution Control mempunyai rentang
Setelah mengalami proses koagulasi dan flokulasi air buangan tersebut diendapkan
pada bak pengendap I. Fungsi dari bak pengendap I ini adalah untuk mengendapkan
kondisi pH antara 6,5 9,5. Efisiensi optimum dicapai apabila perbandingan BOD : N
gumpalan dan partikel kasar, sehingga dapat mereduksi bahan organik yang berupa
zat padat yang mudah mengendap. Flok-flok yang dibentuk pada proses flokulasi
hal ini bakteri memerlukan beberapa elemen seperti karbon, nitrogen, fosfor, sulfur,
b.
Dalam air
Selama pengendapan
buangan biasanya kekurangan unsur seperti nitrogen dan fosfor. Untuk mencegah
kecepatan endap akan semakin besar akibat adanya penggabungan flok yang
terjadinya faktor pembatas akibat kekurangan unsur tersebut maka dalam bak
membentuk ikatan.
aerasi ini ditambahkan unsur-unsur nutrisi berupa urea an NPK. Pemberian nutrisi
Endapan flok yang berbentuk lumpur secara gravitasi dialirkan ke sludge drying bed
melalui pipa yang dipasang di dasar bak. Sedangkan cairannya yang keluar dari bak
c.
d.
Bak Pengendap II
Bak pengendap II ini dibuat untuk mengendapkan biomassa yang terbentuk dalam
Bak Aerasi
bak aerasi. Endapan lumpur yang terbentuk sebagian akan dibuang ke sludge drying
Bak aerasi berfungsi untuk mengolah air limbah secara biologi yaitu melalui aktivitas
bed dan sebagian lagi dikembalikan ke bak aerasi. Sedangkan cairan yang sudah
mikroorganisme untuk menurunkan kadar organik yang terlarut dalam air buangan.
bebas dari lumpur dikeluarkan dari bak pengendap ke badan air penerima.
Dalam unit ini diperlukan suplay oksigen. Suplay oksigen ini diberikan melalui
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR
e.
Bangunan ini dibuat untuk mengeringkan lumpur dengan cara pengumpulan dan
pematusan melalui media pasir dan kerikil. Sludge drying bed ini terdiri dari 2 unit
Sampah merupakan limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan. Limbah padat bisa
yang digunakan secara bergantian. Sludge drying bed ini dapat memadatkan lumpur
dihasilkan dari aktifitas permukiman berupa limbah rumah tangga maupun pada kawasan
dengan kadar solid 90 % dan air 10 %. Pengurangan kadar air ini mengurangi
industri dihasilkan dari proses produksi dari semua industri yang akan ditempatkan pada
kawasan. Zat buangan yang dihasilkan dari kegiatan-kegiatan produksi tersebut mempunyai
menjadi stabil sehingga aman digunakan untuk keperluan lain. Tetapi jika lumpur ini
tingkat pencemaran yang rendah dan sedang. Zat buangan yang mempunyai tingkat
mengandung logam berat maka tentu saja tidak dapat distabilkan dengan cara biasa
pencemaran rendah misalnya berupa potongan-potongan kain dan yang mempunyai tingkat
karena hanya zat-zat organik saja yang dapat diproses. Sedangkan logam berat akan
pencemaran sedang adalah misalnya zat buangan yang berasal dari industri barang logam.
tetap terdapat di dalamnya. Logam berat yang terdapat dalam lumpur ini akibat
Ada dua macam sampah yang paling dominan pada kawasan industri, yaitu :
pemakaian zat warna. Meskipun dalam jumlah yang tidak terlalu banyak dalam
1.
pemakaian pada waktu proses produksi tetapi logam berat ini akan terakumulasi
sehingga di dalam lumpur akan didapatkan dalam jumlah yang cukup bermakna.
Sampah industri, merupakan sampah yang dihasilkan sebagai hasil sampingan dari proses
produksi dalam sebuah industri tertentu;
2.
Pengeringan lumpur di sludge drying bed ini memerlukan waktu 10 sampai 15 hari.
Sampah domestik, merupakan sampah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga dan
sampah yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan manusia di sekitar lokasi industri.
Dalam kondisi yang kering lumpur dapat diangkat secara manual. Lumpur ini
Perkiraan jumlah produksi limbah padat pada kawasan dengan asumsi dapat menyerap
1.
Limbah padat domestik 0,99 m3/hari (standar 2,5 lt/orang/hari berdasarkan SNI
3242:2008 tentang pengelolaan sampah dipermukiman).
2.
Perindustrian 2010 harus menyediakan bak sampah per kavling, 1 armada sampah/20 ha, dan
1 unit TPS/20 Ha. Sehingga diperoleh penempatan bak sampah pada setiap kavling peruntukan
baik itu industri, perumahan, fasilitas, taman, dan peruntukan lainnya. Untuk kebutuhan
armada sebanyak 276 armada (dengan asumsi daerah pelayanan 70% dari luas Kawasan yaitu
1.381 Ha) dan 276 unit TPS.
Tabel Timbulan Sampah dan Kebutuhan Sarana Persampahan
No
1
2
3
Volume
Jenis Kegiatan
Industri
Besar
1.381
Perumahan
11137,5
Fasilitas
318,32
Jumlah
12.837
Sumber : Hasil Rencana Tahun 2013
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR
Standar Kebutuhan
Jumlah
Timbulan
Sampah
(M3/hari)
Jumlah
Armada
(Unit)
Jumlah
TPS
(Unit)
Satuan
Ha
4 m3/Ha/Hari
5.524
276
276
Ha
Ha
2,5 ltr/Ha/Hari
2,5 ltr/Ha/Hari
2784,5
795,8
9.104
139
39
454
139
39
454
45
Sampah yang dihasilkan dibuang pada suatu areal, kemudian dipadatkan tanpa harus
Open Dumping :
ditimbun oleh tanah.
2.
Sanitary Landfill :
Brondong yang mayoritas direncanakan sebagai kawasan industri secara tepat akan mampu
Sampah yang dihasilkan dibuang pada suatu areal kemudian dipadatkan lalu ditimbun
mengintegrasikan secara optimal berbagai alternatif baik dari segi teknologi, manajemen,
dengan tanah.
3.
Compositing
diharapkan dalam implementasi rencana, semua aspek dari suatu sistem pengelolaan sampah
Sampah yang dihasilkan dicampur dengan kotoran hewan atau manusia kemudian
Pada dasarnya terdapat dua macam pengelolaan atau penanganan sampah untuk skala
4.
Incenerator
perkotaan, yaitu pengelolaan setempat dan pengelolaan terpusat (Dept. PU, 1995). Penanganan
setempat diterapkan pada daerah perumahan dengan kepadatan penduduk <50 jiwa/hektar,
abunya dibuang.
sedangkan sistem penanganan terpusat diterapkan untuk daerah komersial dan perumahan
Penanganan setempat adalah penanganan sampah yang dilaksanakan sendiri oleh penghasil
sampah, antara lain dengan cara menimbun dalam galian di tanah pekarangan sendiri dengan
cara-cara lain yang masih dapat dibenarkan. Hal ini dapat dimungkinkan bila daya dukung
yaitu suatu proses atau kegiatan penanganan sampah yangterkoordinasi untuk melayani suatu
pemukiman atau kota tertentu. Sistem pengelolaan terpusat mempunyai kompleksitas yang
besar karena mencakup berbagai subsistem, yaitu institusi, hukum, pembiayaan, teknis
reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali), recycle (mendaur ulang) dan replace
operasional, dan peran serta masyarakat termasuk swasta dan lingkungan. Konsep pengelolaan
(mengganti).
46
47
Penentuan besaran aspek yang dinilai menggunakan sistem skoring dengan pemberian
nilai antara 1 sampai dengan 4, secara keseluruhan setiap sub BWP akan dinilai dengan
menggunakan skor masing-masing berdasarkan tingkat kepentingan dan kesesuaian terhadap
rencana pola ruang yang telah ditetapkan.
Tujuan penataan ruang diuraikan secara umum memperhatikan karakteristik wilayah
Kecamatan Brondong serta kecenderungan perkembangan yang terdapat dalam wilayahnya.
Tujuan penataan bagian wilayah Kecamatan Brondong disusun berdasarkan isu-isu strategis
yang telah dirumuskan berdasarkan potensi dan permasalahan pada kawasan, maka ditentukan
tema dan focus pengembangannya yaitu tema penanganan ditetapkan pada kawasan ini adalah :
Mewujudkan Perkotaan Brondong Sebagai
Pusat Kegiatan Perdagangan - Jasa, Industri dan Pariwisata
Secara Berkelanjutan
Berdasarkan penilaian setiap SBWP di Kecamatan Brondong, maka SBWP Prioritas yang
didapat adalah SWBP I dan II.
SBWP I merupakan SBWP dengan dominan kegiatan Perdagangan dan Pariwisata, sedangkan
SBWP II dengan dominan kegiatan Perdagangan, Pendidikan, Kesehatan dan Industri.
5.1.
penilaian terhadap seluruh Sub BWP dan kawasan yang kiranya dapat mewujudkan tujuan
penataan ruang Kecamatan Brondong. Mengingat tujuan penataan ruang Kecamatan Brondong
terfokus pada pengembangan perdagangan dan jasa serta pendidikan, maka ditentukan Sub
BWP mana yang dapat mewakili isi dari tujuan tersebut. Proses penetapan sub BWP yang
5. Pengembangan RTH
Arahan pengembangan SBWP II adalah
a.Tema: Pengembangan perdagangan modern dan pelayanan sosial,
b. fokus pengembangan adalah :
1. Penataan bangunan melalui RTBL
2. Pengembangan perdagangan modern
3. Penataan sempadan jalan
48
4. Pengembangan RTH
BWP Brondong. Peraturan zonasi ini berisi aturan yang lengkap dan sistematis agar dapat
6.1.
Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 36, disebutkan bahwa:
c. Pembatasan jumlah pemanfaatan, jika pemanfaatan yang diusulkan telah ada mampu
melayani kebutuhan, dan belum memerlukan tambahan, maka pemanfaatan tersebut tidak
1.
Contoh: dalam sebuah zona perumahan yang berdasarkan standar teknis telah cukup
2.
Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona
jumlah fasilitas peribadatannya, maka aktivitas rumah ibadah termasuk dalam klasifikasi
pemanfaatan ruang.
T.
3.
Pemanfaatan bersyarat tertentu bermakna bahwa untuk mendapatkan izin atas suatu
b. Peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi; dan;
Penyusunan Peraturan Zonasi di BWP Brondong ini memiliki tujuan yaitu menyediakan
arahan teknis untuk mengatur pemanfaatan dan pengendalian ruang di kawasan perkotaan
mengingat pemanfaatan ruang tersebut memiliki dampak yang besar bagi lingkungan
sekitarnya. Contoh persyaratan umum antara lain:
49
a. Dokumen AMDAL;
b. Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL);
c. Dokumen Analisis Dampak Lalu-lintas (ANDALIN); dan
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan pada subzona sempadan sungai besar
Sungai Sampean meliputi:
a. pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan (I) berupa RTH kota dengan tanaman keras;
b. pemanfaatan bersyarat secara terbatas (T) berupa kegiatan penelitian, eksplorasi air
tanah, serta kegiatan yang tidak dapat dipindahkan ke tempat lain meliputi pariwisata
sekitarnya.
kota dengan ketentuan KDB maksimal 5% (lima persen), KLB 0,05 (nol koma nol lima),
KDH 95% (sembilan puluh lima persen), penyediaan lahan setapak lahan perkerasan;
dan
sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan dapat menimbulkan dampak yang
c. pemanfaatan bersyarat secara tertentu (B) berupa bangunan yang telah ada
cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya. Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk
fungsi untuk kegiatan lainnya, tidak boleh membuang limbah ke sungai dan mencemari
lingkungan, KDB maksimal 60% (enam puluh persen), KLB maksimal 0,6 (nol koma
enam), KDH 20% (dua puluh persen).
di zona perlindungan setempat (PS) dan zona ruang terbuka hijau (RTH). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 8.1. tabel kegiatan dan Penggunaan Lahan Kawasan Lindung BWP
Brondong.
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan pada subzona sempadan anak Sungai
Sampean meliputi:
a. pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan (I) berupa kegiatan RTH kota dengan tanaman
yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan terhadap sempadan anak sungai;
b. pemanfaatan bersyarat secara terbatas (T) meliputi kegiatan penelitian, eksplorasi air
dasar bangunan (KDB), koefisien lantai bangunan (KLB), dan koefisien dasar hijau (KDH) pada
tanah, serta kegiatan yang tidak dapat dipindahkan ke tempat lain meliputi pariwisata
kawasan sempadan sungai dan ruang terbuka hijau yang terdapat pada Kecamatan Brondong.
kota dengan ketentuan KDB maksimal 5% (lima persen), KLB 0,05 (nol koma nol lima),
KDH 95% (sembilan puluh lima persen), penyediaan lahan setapak lahan perkerasan;
dan
c. pemanfaatan bersyarat secara tertentu (B) meliputi bangunan yang telah ada
fungsi untuk kegiatan lainnya, tidak boleh membuang limbah ke sungai dan mencemari
lingkungan, KDB maksimal 60% (enam puluh persen), KLB maksimal 1,2 (satu koma
50
b. pemanfaatan
bersyarat
secara
terbatas
(T)
berupa
bangunan
penunjang
perkeretaapian, KDB maksimal 5% (lima persen), KLB maksimal 0,05 (nol koma nol
b. pemanfaatan bersyarat secara terbatas (T) meliputi kegiatan penelitian, eksplorasi air
tanah, serta kegiatan yang tidak dapat dipindahkan ke tempat lain meliputi pariwisata
kota dengan ketentuan KDB 5% (lima persen), KLB 0,05 (nol koma nol lima), KDH 90%
b. pemanfaatan bersyarat secara terbatas (T) meliputi bangunan yang telah ada
c. pemanfaatan bersyarat secara tertentu (B) meliputi bangunan yang telah ada
keberadaannya dengan syarat tidak bertambah luasannya, tidak diperkenankan alih
alih fungsi untuk kegiatan lainnya, KDB maksimal 60% (enam puluh persen), KLB
maksimal 0,6 (nol koma enam), KDH 20% (dua puluh persen);
fungsi untuk kegiatan lainnya, tidak boleh membuang limbah ke sungai dan mencemari
c. pemanfaatan bersyarat secara tertentu (B) berupa bangunan penunjang utilitas kota
lingkungan, KDB maksimal 60% (enam puluh persen), KLB maksimal 1,2 (satu koma
dengan ketentuan KDB maksimal 5% (lima persen), KLB 0,05 (nol koma nol lima), KDH
kegiatan
lainnya,
a. RTH pekarangan;
b. RTH taman dan hutan kota;
b. pemanfaatan tertentu secara terbatas (T) berupa bangunan yang telah ada
fungsi
sekitar
tanah, serta kegiatan yang tidak dapat dipindahkan ke tempat lain meliputi pariwisata
b. pemanfaatan bersyarat secara terbatas (T) berupa alih fungsi KDH yang telah beralih
fungsi menjadi lahan terbangun, serta kegiatan yang tidak dapat dipindahkan ke tempat
kota dengan ketentuan KDB maksimal 5% (lima persen), KLB 0,05 (nol koma nol lima),
KDH 90% (sembilan puluh persen), penyediaan lahan setapak lahan perkerasan.
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan pada subzona sempadan rel kereta api
menjadi lahan terbangun saat ini diizinkan dengan ketentuan mengganti fungsi hijau ke
meliputi:
bentuk lainya antara lain tanaman atap bangunan, sumur resapan, lubang biopori dan
setapak diperkeras;
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR
a. sub zona RTH pekarangan untuk seluruh kawasan terbangun setidaknya menyiapkan 10%
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan pada RTH taman dan hutan kota
dari luas persil dengan penambahan pot-pot tanaman, tanaman pada bangunan dan yang
meliputi:
a. pemanfaatan yang diizinkan meliputi sarana penunjang taman antara lain jalan setapak,
sejenis;
b. sub zona RTH Taman dan hutan kota disediakan secara berhirarki untuk taman RT/RW,
kursi taman, kolam, bangunan peneduh dengan ketentuan KDB maksimal 5% (lima
persen), KLB 0,05 (nol koma nol lima), KDH minimal 95% (sembilan puluh lima
persen);
b. pemanfaatan bersyarat secara terbatas (T) berupa kegiatan yang sudah ada antara lain
sub zona RTH fungsi tertentu berupa sempadan rel KA, jalur hijau jaringan listrik,
berupa area bermain anak, jogging track dengan ketentuan KDB maksimal 5% (lima
sempadan sungai sempadan mata air sempadan waduk/ bendungan dan pemakaman
persen), KLB 0,05 (nol koma nol lima), KDH minimal 95% (sembilan puluh lima
sesuai standar
persen); dan
c. pemanfaatan bersyarat secara tertentu (B) berupa kegiatan penelitian, pariwisata
ekologi, iklam/reklame, kegiatan yang tidak dapat dipindahkan ke tempat lain meliputi
Ketentuan prasarana dan sarana minimum pada zona kawasan lindung di BWP
ketentuan KDB maksimal 5% (lima persen), KLB 0,05 (nol koma nol lima), KDH
a. jalur pejalan kaki dengan tipe sidewalk ditentukan dengan lebar antara 2-3 meter; dan
b. jalur pejalan kaki dilengkapi fasilitas pejalan kaki seperti lampu jalan, bangku jalan, fasilitas
penyeberangan dan jalur hijau.
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan pada RTH jalur hijau jalan meliputi:
a. pemanfaatan yang diizinkan meliputi sarana penunjang jalur hijau jalan antara lain pot,
reklame, rambu lalu lintas dengan ketentuan KDB maksimal 5% (lima persen), KLB
0,05 (nol koma nol lima), KDH minimal 95% (sembilan puluh lima persen);
6.2.
b. pemanfaatan bersyarat secara tertentu (B) berupa kegiatan halte, pos polisi, gardu jaga
meliputi beberapa klasifikasi dan mempunyai ketentuan teknis pada masing-masing zona.
dengan ketentuan KDB maksimal 5% (lima persen), KLB 0,05 (nol koma nol lima), KDH
Zona-zona dalam kawasan budidaya antara lain : Zona Perumahan (R), zona Perdagangan dan
jasa (K), zona perkantoran (KT), dan zona sarana pelayanan umum (SPU).
c. Ketentuan peraturan zonasi kegiatan dan penggunaan lahan pada RTH fungsi tertentu
berupa sempadan sungai, sempadan waduk, sempadan irigasi, sempadan rel kereta api,
berlaku secara mutatis dan mutandis dengan perlindungan setempat.
peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain terhadap kegiatan dan penggunaan lahan
yang termasuk dalam klasifikasi I.
2. Klasifikasi T = pemanfaatan bersyarat secara terbatas
52
Pemanfaatan bersyarat secara terbatas bermakna bahwa kegiatan dan penggunaan lahan
dibatasi dengan ketentuan sebagai berikut:
Dalam penentuan ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang terkait dengan KDB dan
kegiatan di dalam subzona maupun pembatasan jangka waktu pemanfaatan lahan untuk
KLB di setiap pemanfaatan ruang. Dalam peraturan zonasi perhitungan intensitas pemanfaatan
ruang diperlukan dengan membandingkan eksisting, rencana dan ketetapan yang dimiliki di
b. Pembatasan intensitas ruang, baik KDB, KLB, KDH, jarak bebas, maupun ketinggian
bangunan. Pembatasan ini dilakukan dengan menurunkan nilai maksimal dan
meninggikan nilai minimal dari intensitas ruang dalam peraturan zonasi;
c. Pembatasan jumlah pemanfaatan, jika pemanfaatan yang diusulkan telah ada mampu
melayani kebutuhan, dan belum memerlukan tambahan, maka pemanfaatan tersebut tidak
boleh diizinkan atau diizinkan terbatas dengan pertimbangan-pertimbangan khusus.
suatu daerah.
a.
Contoh: dalam sebuah zona perumahan yang berdasarkan standar teknis telah cukup
Tinggi bangunan adalah tinggi suatu bangunan atau bagian bangunan, yang di ukur dari
jumlah fasilitas peribadatannya, maka aktivitas rumah ibadah termasuk dalam klasifikasi
rata-rata permukaan tanah sampai setengah atap ketinggian miring atau sampek puncak
T.
dinding dan di pilih yang tertinggi. Jarak bangunan adalah jarak yang terkecil, di ukur di
kegiatan atau penggunaan lahan diperlukan persyaratan - persyaratan tertentu yang dapat
berupa persyaratan umum dan persyaratan khusus. Persyaratan dimaksud diperlukan
Zona budidaya di BWP Brondong terdiri atas zona perumahan, zona perdagangan dan
mengingat pemanfaatan ruang tersebut memiliki dampak yang besar bagi lingkungan
jasa, zona perkantoran, zona sarana pelayanan umum, zona peruntukan lainnya, zona ruang
terbuka non hijau, zona peruntukan khusus, dan zona campuran. Ketika sebuah zona ditetapkan
a. Dokumen AMDAL;
sebagai rencana zona perumahan maka pada area yang dimaksud bisa berupa perumahan yang
sudah ada, perumahan yg sekitarnya masih lahan kosong, dan direncanakan sebagai zona
(UPL);
perumahan atau saat ini merupakan lahan kosong tetapi direncanakan untuk perumahan. Pada
ketiga tipe tersebut dapat dikembangkan menjadi toko, mushola, TK, SD, praktek dokter, dan
sebagainya secara terbatas. Pada kegiatan yang dapat dikembangkan tersebut dibatasi
jumlahnya hanya 5 jenis dalam satu blok dan pada tepi jalan besar dapat berubah menjadi ruko,
tetangga sekitarnya.
Pada kondisi tertentu, dapat dikembangkan menjadi SMP, minimarket, ruko, Pusat
Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi X memiliki sifat
Perbelanjaan, dan sejenisnya dengan syarat, antara lain dibatasi jumlahnya hanya satu jenis
tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan dapat menimbulkan dampak
dalam satu blok, pada bagian dalam dapat berubah menjadi SMP, minimarket, dan tempat futsal,
yang cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya. Kegiatan dan penggunaan lahan yang
pada tepi jalan besar atau jalan utama dapat berubah menjadi Pusat Perbelanjaan, supermarket,
termasuk dalam klasifikasi X tidak boleh diizinkan pada zona yang bersangkutan.
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR
53
hotel, dan sejenisnya, memerlukan ijin RT, RW, dan warga setempat, melaksanakan AMDAL,
hotel, dan sejenisnya, perlu adanya ijin dari RT, RW, dan warga setempat, melaksanakan
ANDALALIN, UKL, UPL, serta menyediakan parkir dalam kavling (parkir off street).
penyusunan dokumen AMDAL, ANDALALIN, UKL, UPL, menyediakan parkir dalam kavling.
Selain contoh di atas, terdapat pula kegiatan yang tidak diijinkan untuk dikembangkan.
Sedangkan untuk pemanfaatan yang tidak diperbolehkan (X) jika kegiatan tersebut
Misalnya kompleks perumahan dan perkampungan yang mempunyai aturan T, B, dan X berupa
tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan menimbulkan dampak yang
tanda (-). Pada kompleks perumahan tidak diijinkan perubahan dalam bentuk apapun, kondisi
besar bagi lingkungan sekitarnya. Misalnya pada perumahan kepadatan tinggi tidak diijinkan
yang ada saat ini tetap dipertahankan. Hal ini dikarenakan di dalam kompleks perumahan telah
terdapat fasilitas penunjang khusus untuk perumahan tersebut, seperti stadion, pendidikan,
Untuk lebih jelasnya mengenai ketentuan dan kegiatan penggunaan lahan serta
pujasera, dan lain-lain, sehingga tidak memerlukan lagi adanya tambahan fasilitas penunjang.
intensitasnya yang ada di BWP Brondong dapat dicontohkan pada zona seperti zona
Dalam penentuan KDB dan KLB dalam suatu pemanfaatan ruang untuk peraturan zonasi, dapat
perumahan, perdagangan dan jasa, maupun zona sarana pelayanan umum (SPU). Pada zona
perumahan dengan sub zona rumah kepadatan tinggi (R-2), terdapat pemanfaatan kegiatan
yang diijinkan (I) yaitu apabila pada sub zona tersebut adanya kegiatan rumah kopel dan rumah
berdasarkan kepadatannya terbagi antara lain sub zona perumahan kepadatan tinggi, sedang,
tunggal. Intensitas bangunan eksisting pada zona perumahan tersebut yaitu memiliki KDB 80-
dan rendah. Di dalam zona perumahan juga terdapat fasilitas pendukung perumahan, misalnya
90%, KLB 0,8-1,4, dan KDH 6-8%. Menurut peraturan yang ada untuk KDB maksimal yang
toko, musholla, sekolah, dan lain-lain. Pada zona perumahan tersebut jika terdapat kegiatan
diijinkan pada bangunan hunian seperti rumah yaitu 70%, KLB maksimal 1,2, dan KDH minimal
yang Pemerintah tidak perlu peninjauan langsung atau memiliki kegiatan yang sama seperti
10%. Perubahan kegiatan diijinkan menjadi rumah tunggal maupun rumah kopel tersebut
rumah tunggal, rumah sederhana, rumah dinas, dan lain-lain maka diklasifikasikan sebagai
memiliki ketentuan KDB maksimal 70%, KLB maksimal 1,4, dan KDH minimal 10%. Pada sub
zona rumah kepadatan tinggi (R-2) tersebut juga diijinkan dengan syarat terbatas (T) adanya
kegiatan seperti kantor swasta, maupun toko. Penambahan maupun perubahan tersebut
diklasifikasikan sebagai bersyarat terbatas (T) yang dibatasi oleh jumlah dan proporsi luasan
memiliki ketentuan : memiliki KDB maksimal 60%, KLB maksimal 1, dan KDH minimal 10%
untuk setiap blok. Sebagai contoh misalnya pada lahan kosong yang direncanakan untuk
untuk kegiatan toko. Sedangkan untuk kegiatan kantor swasta diijinkan dengan syarat memiliki
dibangun perumahan. Di dalam perumahan tersebut diijinkan untuk dibangun kegiatan seperti
KDB maksimal 70%, KLB maksimal 1,4, dan KDH minimal 10%. Untuk penambahan atau
toko, TK, SD, musholla, dan praktek dokter namun dengan syarat terbatas. Syaratnya yaitu
perubahan kegiatan seperti puskesmas dan Pusat Perbelanjaan diijinkan namun secara
dibatasi jumlahnya hanya 5 unit dalam 1 blok, pada tepi jalan besar dapat berubah menjadi
bersyarat tertentu (B). Ketentuan untuk puskesmas tersebut yaitu memiliki KDB maksimal
ruko.
60%, KLB maksimal 1,2, dan KDH minimal 10%. Sedangkan untuk Pusat Perbelanjaan memiliki
Untuk pemanfaatan bersyarat tertentu (B) dikatakan apabila penambahan atau
KDB maksimal 60%, KLB maksimal 1,8, dan KDH minimal 10%. Selain itu, penambahan maupun
perubahan menjadi kegiatan tersebut (puskesmas dan Pusat Perbelanjaan) juga harus
berupa persayaratan umum maupun khusus. Misalnya pada perubahan kegiatan tersebut
dilengkapi dengan penyusunan dokumen AMDAL dan ANDALALIN serta mendapat pesetujuan
memerlukan kelengkapan berupa dokumen AMDAL, UKL dan UPL, ANDALALIN, dan lain-lain.
dari RT, RW, dan warga setempat. Selain pemanfaatan diijinkan (I), bersyarat terbatas (T), dan
Misalnya pada lahan kosong yang dibangun perumahan kepadatan tinggi. Pada perumahan
bersyarat tertentu (B) juga terdapat pemanfaatan tidak diijinkan (X) pada sub zona rumah
tersebut diijinkan berubah menjadi SMP maupun minimarket dengan syarat dibatasi jumlahnya
kepadatan tinggi (R-2) tersebut. Kegiatan yang tidak diijinkan pada sub zona tersebut misalnya
hanya 1 unit dalam 1 blok, pada bagian dalam dapat berubah menjadi SMP, minimarket, dan
kegiatan industri.
tempat futsal, pada tepi jalan besar dapat berubah menjadi Pusat Perbelanjaan, supermarket,
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR
54
Pada zona perdagangan dan jasa dengan sub zona perdagangan tunggal (K-1) diijinkan
untuk dibangun maupun mengalami perubahan kegiatan misal menjadi toko, counter HP.
Kondisi eksisting yang ada pada sub zona perdaganngan tunggal tesebut yaitu memiliki KDB
70%, KLB 0,9, dan KDH 3% namun dapat dilakukan penambahan atau perubahan kegiatan
menjadi toko, counter HP dengan ketentuan memiliki KDB maksimal 60%, KLB maksimal 0,9,
dan KDH minimal 10%. Untuk perubahan pada sub zona perdagangan tunggal menjadi kegiatan
seperti kantor swasta maupun prakter dokter diijinkan namun bersyarat secara terbatas (T).
Ketentuan penambahan maupun perubahan tersebut yaitu memiliki KDB maksimal 70%, KLB
maksimal 1,4, dan KDH minimal 10% untuk kantor swasta, sedangkan untuk prakter dokter
memiliki ketentuan KDB maksimal 60%, KLB maksimal 1,2, dan KDH minimal 10%. Selain
pemanfaatan diijinkan (I) dan bersyarat secara terbatas (T), pada sub zona ini juga diijinkan
berubah menjadi supermarket maupun klinik kecantikan dengan ketentuan bersyarat tertentu
(B) yaitu memiliki KDB maksimal 70%, KLB maksimal 2,1, dan KDH minimal 10% untuk
supermarket. Sedangkan untuk klinik kecantikan dengan ketentuan memiliki KDB maksimal
60%, KLB maksimal 1,2 dan KDH minimal 10%. Untuk kegiatan seperti industri maupun
pergudangan tidak diijinkan (X) pada sub zona ini.
Contoh lain untuk ketentuan dan kegiatan penggunaan lahan serta intensitas bangunan yaitu
pada zona sarana pelayanan umum (SPU) dengan sub zona pendidikan (SPU-1). Pada sub zona
ini diijinkan (I) untuk dibangun menjadi kegiatan yang sama seperti SMA. Diketahui kondisi
eksisting bangunan pada sub zona pendidikan yaitu memiliki KDB 75-80%, KLB 0,7-1,4, KDH 910% namun diijinkan dilakukan perubahan dengan KDB maksimal 60%, KLB maksimal 1,2, dan
KDH minimal 10%. Pada sub zona ini juga diijinkan untuk pembangunan maupun adanya
perubahan berupa puskesmas namun dengan syarat secara terbatas (T) dengan ketentuan
memiliki KDB maksimal 60%, KLB maksimal 1,2, dan KDH minimal 10% namun dengan jumlah
yang terbatas yaitu hanya 1 unit tiap blok. Di sub zona pendidikan (SPU-1) ini juga diijinkan
adanya kegiatan seperti Pusat Perbelanjaan maupun gedung serba guna namun dengan syarat
tertentu (B) dengan ketentuan untuk gedung serba guna maksimal memiliki KDB 50%, KLB
maksimal 0,9, dan KDH minimal 10%. Sedangkan untuk bangunan Pusat Perbelanjaan memiliki
ketentukan untuk KDB maksimal 60%, KLB maksimal 1,8, dan KDH minimal 10%. Namun
adanya kegiatan Pusat Perbelanjaan maupun gedung serba guna pada sub zona pendidikan ini
perlu adanya penyusunan AMDAL dan ANDALALIN, serta adanya persetujuan dari ketua RT,
RW, dan warga setempat. Untuk kegiatan seperti SPBU, industri tidak diijinkan
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN AKHIR
55