Makalah Aik
Makalah Aik
Makalah Aik
Disusun oleh :
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkat
Ridho-Nya kami mampu merampungkan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kami
haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi Wa
Sallam, beserta keluarganya, para sahabatnya dan semua ummatnya yang selalu istiqomah
sampai akhir zaman.
Dalam sejarah keilmuan, peran tokoh-tokoh saintis Islam dalam bidang ekonomi telah
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan ilmu ekonomi. Makalah ini
menelaah pribadi dan pemikiran para saintis Muslim yang tidak hanya menghasilkan karya-
karya monumental dalam bidang ekonomi, tetapi juga memberikan pengaruh yang mendalam
dalam sejarah keilmuan. Analisis terhadap kontribusi mereka tidak hanya memperkaya
wawasan kita tentang ekonomi, tetapi juga menggambarkan bagaimana pemikiran mereka
telah membentuk landasan bagi perkembangan ilmu ekonomi modern. Melalui paparan ini,
diharapkan pembaca dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang warisan
intelektual yang ditinggalkan oleh tokoh-tokoh saintis Islam dalam bidang ekonomi.
Tokoh-tokoh saintis Islam dalam bidang ekonomi, seperti , Abu yusuf , Ibn Khaldun, dan Ibn
Taimiyyah, telah mempengaruhi sejarah keilmuan dengan pemikiran mereka yang
menggambarkan sistem ekonomi yang berbasis keagamaan dan keadilan sosial. Analisis
terhadap kontribusi mereka tidak hanya memperkaya wawasan kita tentang ekonomi, tetapi
juga menggambarkan bagaimana pemikiran mereka telah membentuk landasan bagi
perkembangan ilmu ekonomi modern.
Melalui makalah ini, diharapkan pembaca dapat memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang warisan intelektual yang ditinggalkan oleh tokoh-tokoh saintis Islam dalam
bidang ekonomi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dewasa ini penyelesaian masalah ekonomi telah menjadi perhatian semua kelompok
sosial. Ini adalah salah satu penyebab terjadinya pemikiran ekonomi Teori ekonomi sudah ada
sebelum praktik ekonomi. Anggota masyarakat telah dipengaruhi oleh pendapat mereka
tentang masalah ekonomi ini, baik secara individual, dalam komunitas, atau dengan kelompok
lain. Interaksi dan konvergensi pemikiran adalah dasar yang diperlukan untuk ilmu
pengetahuan dan pengembangan ide. Oleh karena itu, sebagai hasil dari akumulasi pengetahuan
manusia, ekonomi telah mengalami evolusi sepanjang sejarah melalui berbagai jenis pemikiran
ekonomi.
Tokoh Saintis Islam dalam bidang ekonomi merupakan bagian penting yang memberikan
konteks dan pemahaman mendalam sebelum menjelaskan secara spesifik tentang tokoh-tokoh
tersebut. Makalah akan menguraikan pengaruh saintis Islam dalam sejarah keilmuan,
khususnya dalam bidang ekonomi. Saintis Islam adalah individu yang memiliki pemikiran
yang berakar pada ajaran Islam dan telah memberikan kontribusi signifikan dalam
pengembangan teori dan konsep ekonomi yang unik.
Secara spesifik, makalah akan membahas tokoh-tokoh saintis Islam terkemuka dalam bidang
ekonomi. Seperti, Abu yusuf, Ibn Khaldun, dan Ibn Taimiyyah. Abu Yusuf dikenal karena salah
satu karyanya yang paling terkenal adalah “Kitab al-Kharaj” sebuah risalah tentang masalah
perpajakan dan fiskal negara. Ibn Khaldun dikenal karena teori "Asabiyyah" yang
memengaruhi pemikiran ekonomi. Sementara itu, Ibn Taimiyyah dikenal sebagai seorang
teolog yang juga memberikan kontribusi dalam pemikiran ekonomi dengan landasan
teologisnya.
Melalui analisis pribadi dan pemikiran para saintis Muslim ini, makalah akan menggali
pengaruh mereka dalam sejarah keilmuan, khususnya dalam konteks ekonomi. Dengan
memperhatikan kontribusi unik masing-masing tokoh, makalah ini akan memberikan wawasan
mendalam tentang bagaimana pemikiran saintis Islam telah membentuk landasan ekonomi
yang relevan dan berkelanjutan dalam sejarah keilmuan.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengaruh saintis Islam dalam sejarah keilmuan, khususnya dalam bidang
ekonomi?
2. Apa kontribusi tokoh-tokoh saintis Islam terkemuka seperti Abu yusuf, Ibn Khaldun, dan Ibn
Taimiyyah dalam pengembangan pemikiran ekonomi?
3. Bagaimana relevansi pemikiran ekonomi para saintis Islam tersebut dalam konteks keilmuan
modern?
C. Tujuan
2. Untuk mengetahui kontribusi yang telah dilakukan oleh Abu yusuf, Ibn Khaldun, dan Ibn
Taimiyyah dalam pengembangan pemikiran ekonomi
3. Untuk mengetahui elevansi pemikiran ekonomi para saintis Islam tersebut dalam konteks
keilmuan modern
BAB II
PEMBAHASAN
Praktik ekonomi sudah ada jauh sebelum teori ekonomi ada. Anggota masyarakat telah
memikirkan masalah ekonomi ini secara terpisah, dalam masyarakat, atau dengan kelompok
lain, dan dipengaruhi oleh pemikiran dan gagasan mereka. Interaksi dan konvergensi pemikiran
memberikan landasan yang diperlukan untuk kelanjutan ilmu pengetahuan dan pengembangan
ide. Dengan demikian, ekonomi telah mengalami perkembangan historis dari berbagai bentuk
pemikiran ekonomi telah mengalami evolusi historis dari berbagai pikiran dan bentuk- bentuk
pemikiran ekonomi sebagai pertambahan kumulatif pengetahuan manusia (Estiana & Fasa,
2022).
Islam memberikan apresiasi yang amat tinggi terhadap akal. Demikian tingginya
sehingga akal menempati posisi yang urgen dan vital dalam pergumulan wacana keislaman.
Oleh karena itu, akal sering kali disandingkan dengan wahyu dalam banyak kesempatan dan
pembahasan. Dengan demikian maka wajarlah jika dikatakan bahwa Islam sangat menghargai
ilmu pengetahuan.(Jailani, 2018).
Hal ini dibuktikan dalam sejarah Islam dengan banyaknya kemajuan ilmu dari berbagai
bidang dan munculnya ratusan, bahkan ribuan akademisi Muslim. Karena penghargaan Islam
terhadap akal dan ilmu pengetahuan telah diterapkan dan dipraktikkan oleh banyak ulama dan
kaum terpelajar Islam, penghargaan ini tidak hanya omong kosong. Beberapa filsuf muslim
dengan pemikiran mereka yang terkenal, seperti abu yusuf, ibn khaldun, dan ibn taimiyyah.
Sejak zaman pemerintahan Ottoman, teori ekonomi Islam telah dipengaruhi oleh teori
ekonomi modern. Namun, teori ekonomi Islam masih memiliki kontribusi yang signifikan
dalam pembangunan teori ekonomi modern, khususnya dalam bidang ekonomi Islam. Teori
ekonomi Islam juga mencakup aspek moral dan etik dalam kegiatan ekonomi, yang menjadi
dasar untuk pembangunan sistem pemulaian modal yang berbasis moral dan etik. Sistem
pemulaian modal yang berbasis moral dan etik ini menjadi dasar untuk pembangunan sistem
ekonomi Islam yang berbasis moral dan etik, yang menjadi dasar untuk pembangunan sistem
ekonomi Islam modern.
Selain itu, teori ekonomi Islam juga memperjelas konsep-konsep seperti kesejahteraan,
keadilan, dan kewajiban sosial dalam kegiatan ekonomi. Dia menjadi dasar untuk
pembangunan sistem ekonomi Islam yang berbasis kesejahteraan, keadilan, dan kewajiban
sosial, yang menjadi dasar untuk pembangunan sistem ekonomi Islam yang berbasis kewajiban
sosial. Sebagian besar teori ekonomi Islam diperkembangkan oleh saintis-saintis lain, seperti
Abu yusuf, Ibn Khaldun dan Ibn Taimiyyah. Teori ekonomi Islam berbeda dengan teori
ekonomi modern, karena ia tidak memperjelas konsep-konsep ekonomi modern seperti pasar,
harga, dan pendapatan. Namun, teori ekonomi Islam memperjelas konsep-konsep seperti pajak,
hukum pajak, dan peranan negara dalam pengelolaan ekonomi.
Selain itu, teori ekonomi Islam juga mempengaruhi pembangunan sistem ekonomi Islam
modern, seperti sistem ekonomi Islam yang ada di Malaysia, Indonesia, dan beberapa negara
lain. Sistem ekonomi Islam modern ini memperjelas konsep-konsep ekonomi Islam yang
berbasis moral, etik, kesejahteraan, keadilan, dan kewajiban sosial. Dalam sejarah keilmuan,
teori ekonomi Islam memiliki kontribusi yang signifikan dalam pembangunan teori ekonomi
modern, khususnya dalam bidang ekonomi Islam. Abu Yusuf, Ibn Khaldun, dan Ibn Taimiyyah
adalah salah satu dari saintis yang mempengaruhi pembangunan teori ekonomi Islam.
Tokoh Ekonomi Islam klasik yang satu ini merupakan seorang ulama yang bernama
lengkap Ya’qub bin Ibrahim bin Habib al Anshari ini lahir di Kuffah pada tahun 113 H/731 M,
dan wafat di Baghdad pada tahun 182 H/798 M. Keluarganya memiliki julukan al-Anshari
karena Ibunya masih berdarah keturunan kaum Anshar. Abu Yusuf termasuk salah seorang
ulama yang hidup di era pergolakan politik antara Daulah Umayyah dengan Abbasiyah. Karier
intelektualnya sangat mengesankan karena berguru dari banyak ulama terkemuka dari kalangan
tabi’in pakar hadis seperti Hisyam bin Urwah, ada juga Abi Ishaq, al-Syaibâni, Sulaiman At-
Taimi, Muhammad bin Ishaq bin Yasar, Yahya bin Said Al-Anshari dan Atha’ bin Saib. Abu
Yusuf adalah teman Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Laili, seorang mujtahid ahl ra’yi
yang berpengalaman menjadi hakim selama 33 tahun di Kuffah. Ia juga menimba ilmu selama
17 tahun dari ulama yang masyhur dengan penggunaan ro’yu-nya dalam berijtihad, yaitu Abu
Hanifah, sehingga dari sinilah keilmuan Abu Yusuf dalam kajian fikih berkembang, sekaligus
meneruskan perjuangan mazhab Hanafi.
Abu Hanifah dan Ibnu Abu Laila adalah dua sosok yang paling dominan menjiwai
karakter pemikiran Abu Yusuf dalam bidang Fikih. Namun bedanya, dalam wilayah konsep
dan gagasan, Ibnu Laila paling dominan, dan Abu Hanifah dalam operasional dan praktiknya.
Pengabdiannya kepada sang Guru, Abu Hanifah, berlanjut ketika Abu Yusuf menggantikan
gurunya wafat. Selama 16 tahun ia memiliki komitmen kuat untuk tidak berhubungan dengan
urusan pemerintahan. Ia hanya fokus meneruskan kajian Fikih yang telah membesarkan
namanya termasuk mazhab Hanafi secara tidak langsung. Walaupun Abu Yusuf adalah murid
sekaligus pengikut mazhab Hanafi, tetapi tidak tampak dalam buah pikirnya. Ia cenderung
independen, bahkan dalam beberapa hal berseberangan dengan gurunya tersebut. Ini
membuktikan keluasan ilmunya yang didapat dari guru-guru dengan pengalaman sebagai
hakim profesional di pemerintahan Abbasiyah. Meski demikian ia juga banyak mengambil
pendapat dari Abu Hanifah. Kelahirannya dalam bidang Fikih membuat namanya
diperbincangkan dan tersebar, bahkan sampai kalangan istana. Karya Masterpiece Abu Yusuf
adalah kitab Al-Kharāj yang paling monumental.
Dalam karyanya ini memuat kajian yang cukup komprehensif, karena tidak hanya
membahas sumber pendapatan negara kharāj, jizyah, ‘usyr, ghanimah, fai’, shadaqah dan zakat,
sesuai dengan keperluan dalam pengelolaan baitul mâl saat itu, tetapi ada juga regulasi perang,
perlakuan pemerintah kepada orang murtad, non muslim, sampai hal-hal kecil lainnya seperti
air dan rumput juga ia bahas. Penyusunan kitab menggunakan metode yang bersumber dari
Al-Qur’an dan Hadis, kemudian dalil ‘aqliyyah atau ra’yu (bertendensi pada kaidah istishlah
dan istihsan). Abu Yusuf juga memberikan masukan tentang pengelolaan dan pembelanjaan
publik, sehingga tidak hanya penjelasan tentang sistem keuangan Islam, tetapi juga
membangun sistem yang realistis dan kontekstual dengan kondisi ekonomi.
Tokoh Ekonomi Islam Klaksik yang satu ini bernama Taqī ad-Dīn Abu ‘l-ʿAbbās
Aḥmad ibn ʿAbd al-Ḥalīm ibn ʿAbd as-Salām Ibnu Taymiyah al-Ḥarrānī yang dilahirkan di
Harran pada tahun 1263 Masehi. Ayahnya ‘Abd al-Halim, pamannya Fakhr, dan kakeknya
Majd al-Din adalah orang-orang yang hebat dari mazhab Hanbali. Keluarganya terpaksa
meninggalkan tempat asalnya pada tahun 1269 M sebelum pendekatan bangsa Mongol dan
mengambilnya berlindung di Damaskus. Pendidikan Ibnu Taimiyah pada dasarnya dari teologi
Hambali. Namun ia juga mempelajari fiqih lainnya dan bidang lain seperti filsafat dan tasawuf.
Pengetahuannya tentang sejarah Yunani dan Islam sangat luas, dan buku agama orang lain,
terbukti dari ragam buku yang dia tulis. Kontribusinya di bidang pemikiran ekonomi Islam. Ia
menghembuskan nafas terakhir pada 26 September 1328 Masehi (20 Dzulqa’dah 728 H)
mengalami kondisi yang keras selama lima bulan. Keseluruhan negara berduka. Sekolah, toko,
penginapan dan pasar ditutup untuk menandai kematiannya.Pemikirannya di bidang ekonomi
banyak dikaji oleh sarjana muslim kontemporer di antaranya adalah Abdul Azim Islahi yang
berjudul Economic Concept of Ibn Taimiyah.
Ibnu Khaldun memiliki nama lengkap Wali al-Din ‘Abd al-Rahman bin Muhammad
bin Muhammad bin Muhammad bin al-Husain bin Muhammad bin Jabir bin Muhammad bin
Ibrahim ibn ‘Abd al-Rahman ibn Khaldun a lHadhrami. Silsilah nasabnya terhubung dengan
sahabat Nabi Wail bin Hajar. Ibnu Khaldun dilahirkan di Tunisia pada 1 Ramadhan 732H
bertepatan dengan 27 Mei 1332M dan wafat pada tanggal 19 Maret 1406 M dalam usia 73
tahun. Ketika kecil sering dipanggil dengan ‘Abd al-Rahman. Di dalam keluarga ia dipanggil
dengan Ibnu Zaid. Ia juga bergelar dengan “Wali al-Din” pada saat menjabat hakim di Mesir
dan terkenal dengan sebutan Ibnu Khaldun. Ia berasal dari keturunan bangsawan Bani Khaldun.
Bani Khaldun berhijrah ke Tunisia setelah jatuhnya Sevilla ke tangan Reconquista pada
pertengahan abad ke-13 M. Keluarganya ini terlibat dalam jabatan pemerintahan, tetapi, karena
situasi dan kondisi mengundurkan diri dari dunia politik dan melakukan perjalanan spiritual.
Ibnu Khaldun dibesarkan dalam lingkungan keluarga ulama dan terpandang. Ia memiliki latar
belakang keilmuan yang kuat. Ia belajar ilmu qirâ’at dari ayahnya. Sementara ilmu yang lain
seperti bahasa Arab, hadits dan fiqih dipelajari dari berbagai guru yang terkemuka pada
masanya, di antaranya Abu al-Abbas al-Qassar dan Muhammad bin Jabir al-Rawi.
Pengembaraannya dalam mendapatkan ilmu sangat jauh. Berbagai wilayah pada masa itu Ia
jelajahi, seperti ke Andalusia (Spanyol), Maroko, Persia (Iran), dan Tilimsin (al-Jazair). Tokoh
Ekonomi Islam Klasik yang satu ini memiliki kepakaran dalam berbagai ilmu, seperti fikih,
sejarah, dan sosiologi. Dalam bidang pemikiran ekonomi. Ia tidak menulis secara khusus, tetapi
sebagai seorang sosiolog, ia mengkaji tentang sosiologi dalam bidang ekonomi.
Pemikirannya tersebut di dalam karya besarnya al-Muqaddimah. Sebuah buku
terlengkap pada abad ke-14 M yang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa yang memuat
pokok-pokok pikiran tentang gejala-gejala sosial kemasyarakatan, sistem pemerintahan dan
politik di masyarakat, ekonomi, bermasyarakat dan bernegara, gejala manusia dan pengaruh
lingkungan, geografis, dan ilmu pengetahuan beserta alatnya. Beberapa pemikiran ekonomi
Ibnu Khaldun yang dalam lintas sejarah perekonomian dunia dapat disamakan dengan
pemikiran para tokoh pemikir ekonomi modern. Di dalam bukunya, al-Muqaddimah Ibnu
Khaldun memiliki pemikiran mengenai konsep nilai, konsep harga, dan konsep uang. Ibnu
Khaldun dikenal sebagai sosiolog dan sejarawan muslim yang hidup pada abad kedelapan
hijriah. Konsep ekonomi yang sudah ia bahas meliputi; nilai, harga, uang, pertumbuhan,
pembangunan, distribusi, keuangan publik, sewa, siklus bisnis, politik ekonomi dan manfaat
perdagangan.
C. Relevansi pemikiran ekonomi para saintis Islam tersebut dalam konteks keilmuan
modern
1. Abu Yusuf
Pemikiran ekonomi Abu Yusuf dapat diselusuri dalam kitabnya al-Kharaj sebuah kitab
yang ditulis atas permintaan khalifah Harun ar-Rasyid untuk pedoman dalam menghimpun
pemasukan atau pendapatan negara dari kharaj,ushr, zakat, dan jizyah . Kitab al-kharaj adalah
jawaban atas persoalan kenegaraan yang dihadapi oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid yang sangat
menginginkan terciptanya kebaikan umum atas dasar syari’at dan keadilan sosial. Hasil dari
pertanyaanpertanyaan yang sering diajukan Khalifah Harun Ar-Rasyid yang terkait dengan
politik, administrasi, dan urusan fiskal negara, khususnya masalah perpajakan, pengelolaan
pendapatan dan belanja negara. Kitab al-Kharaj dikenal juga sebagai Kitab al-Risalat fi al-
Kharaj ila al-Rasyid atau kitab tentang perpajakan yang ditulis untuk khalifah Harun Ar-
Rasyd.(Pemikiran, 2016)
Dalam pengertian ekonomi modern kitab al-Kharaj dapat digolongkan sebagai public
finance. Secara umum kitab al-Kharaj mencakup berbagai bidang antara lain:
b. Dalam hal keuangan, khalifah tidak memiliki kekayaan negara, tetapi itu adalah
amanat Allah dan rakyatnya, yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab.
c. Pertanahan: Tanah yang diberikan oleh pemberian dapat ditarik kembali jika tidak
digunakan selama tiga tahun dan diberikan kepada orang lain.
d. Tentang pajak, hanya harta yang melebihi kebutuhan rakyat yang dikenakan pajak
dan ditetapkan secara sukarela.
e. Tentang peradilan; kebenaran hukum tidak didasarkan pada hal-hal yang tidak pasti.
Kesalahan yang dilakukan saat mengampuni lebih baik daripada kesalahan yang dilakukan saat
menghukum. Dalam proses keadilan, jabatan tidak boleh dipertimbangkan.
2. Ibnu Rushd
Kebesaran dan kejeniusan Ibnu Rusyd bisa dilihat pada karya-karyanya. Dalam
berbagai karyanya ia selalu membagi pembahasannya ke dalam tiga bentuk, yaitu komentar,
kritik, dan pendapat. Ia adalah seorang komentator sekaligus kritikus ulung. Ulasannya
terhadap karya-karya filsuf besar terdahulu banyak sekali, antara lain ulasannya terhadap
karya-karya Aristoteles. Dalam ulasannya itu ia tidak semata-mata memberi komentar (anotasi)
terhadap filsafat Aristoteles, tetapi juga menambahkan pandangan-pandangan filosofisnya
sendiri, suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh filsuf semasa maupun sebelumnya.(Studi
et al., n.d.)
6. Fungsi Uang
Aristoteles mengatakan bahwa uang memiliki tiga fungsi: sebagai alat
pertukaran, sebagai alat untuk mengukur nilai, dan sebagai cadangan untuk masa
depan. Pemikiran Ibnu Rusyd tentang fungsi uang yang keempat yaitu
menunjukkan bahwa konsumen dapat menyimpan uang mereka untuk membeli
kebutuhan hidup mereka kapan saja.
Di sisi lain, Ibn Rusyd membantah teori Aristoteles tentang uang, yang
menyatakan bahwa nilai uang tidak boleh berubah. Ibnu Rusyd membantah ini
dengan dua alasan:
1. uang adalah benda yang tidak dapat diubah Uang sebagai alat untuk
mengukur nilai tidak boleh berubah karena Allah adalah Pengukur, dan
uang sebagai alat untuk mengukur nilai juga tidak boleh berubah.
2. Dengan demikian, fungsi cadangan untuk konsumsi masa depan akan sangat
tidak adil jika terjadi perubahan. Nilai intrinsik uang harus sama dengan
nilai nominalnya. berdasarkan cara dia melihat uang. Nilai nominal dan
intrinsik uang emas sama, menurut Ibnu Rusyd.
3. Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun menggunakan sejarah sebagai alat analisis untuk membuat penjelasan
dan melakukan deduksi. Ia memahami hukum sebab akibat untuk menemukan hukum alam
yang mengatur kehidupan manusia. Banyak karya Ibnu Khaldun dalam bidang ekonomi
berkontribusi pada teori ekonomi kontemporer mulai dari ekonomi mikro hingga perdagangan
internasional. Hampir sepertiga isi Muqaddimah mengandung konsep-konsep sosial ekonomi.
(Patoni, 2021)
Berikut ini adalah beberapa gagasan ekonomi Ibnu Khaldun dari segi penawaran,
permintaan, pasar.
1. Penawaran
A. Produksi
Ibnu Khaldun berpendapat bahwa nilai setiap produk sama dengan jumlah tenaga
kerja yang digabungkan di dalamnya menyatakan bahwa nilai produk berasal dari
tenaga kerja: “Maka jelaslah, semua atau sebagian besar penghasilan dan keuntungan,
menggambarkan nilai kerja manusia” Jadi, nilai setiap produk sama dengan jumlah
usaha yang dilakukan untuk membuatnya menjadi kenyataan. Oleh karena itu, teori
nilai tenaga kerja diusulkan oleh Ibnu Khaldun. Teori ini dianut oleh Baeck (1994),
Spengler (1964), dan Islahi (2004).(Patoni, 2021)
B. Organisasi Produksi dan Pembagian Kerja
Dalam analisisnya tentang pembagian kerja pada tingkat industri, Ibn Khaldun
mengkhususkan perhatian pada pengembangan ketrampilan sebagai cara untuk
meningkatkan produksi. Ada dua kategori keterampilan: yang sederhana dan yang
kompleks. Lebih rumit. Namun, ia menyatakan bahwa perkembangannya bergantung
pada tingkat peradaban. Menurut "Bila peradaban telah berkembang pesat, dan
kemewahan merupakan tuntutan, ia telah mencakup kehalusan dan perkembangan lebih
lanjut dari pertukangan." Artinya, ketika masyarakat berkembang, berbagai produk
kerajinan tangan dan produk yang terkait akan lebih diminati.
2. Permintaan
analisis konsep permintaan oleh Ibnu Khaldun. Ketika permintaan terhadap suatu
produk meningkat, kemampuan untuk membuat produk tersebut juga akan meningkat
dan menjadi lebih baik, karena produksi produk tertentu akan bermanfaat baginya. Jika
banyak orang membutuhkan keterampilan tersebut, orang-orang akan mempelajarinya
sebagai pekerjaan. Sejauh mana negara membeli barang tertentu juga memengaruhi
permintaannya. Sultan dan kelompok elit membeli barang dalam jumlah yang lebih
besar daripada individu. Keahlian meningkat seiring dengan permintaan terhadap
peningkatan suatu produk.
3. Mekanisme Pasar
Ibnu Khaldun menjelaskan bagaimana permintaan dan penawaran mempengaruhi
harga. Kenaikan permintaan atau penurunan penawaran akan menyebabkan harga naik,
sementara penurunan permintaan dan penurunan harga disebabkan oleh peningkatan
penawaran. Menurut pendapatnya, harga yang masuk akal, yang berada di antara dua,
akan menguntungkan konsumen, sementara harga yang terlalu rendah akan
menghilangkan pengrajin dan pedagang dari pasar. Ekstrim memungkinkan para
pedagang melakukan bisnis mereka dengan cara yang menguntungkan, yang
membuatnya untung. Menurut Ibnu Khaldun, permintaan, tingkat keuntungan relatif,
daya upaya manusia, jumlah tenaga kerja dan pengetahuan dan keahlian, keadaan aman
dan damai, perkembangan masyarakat, dan kemampuan adalah faktor-faktor yang
menentukan penawaran. tekniknya, sementara pendapatan, jumlah penduduk, adat
kebiasaan, perkembangan, dan kesejahteraan masyarakat adalah komponen yang
menentukan permintaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Estiana, M. I. F., & Fasa, M. I. (2022). Analisis Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa
Nabi Muhammad SAW Sampai Masa Kontemporer. At-Tauzi: Islamic Economic Journal,
21(1).
http://jurnalhamfara.ac.id/index.php/attauzi/article/view/142%0Ahttps://jurnalhamfara.a
c.id/index.php/attauzi/article/download/142/158
Jailani, I. A. (2018). Kontribusi Ilmuwan Muslim Dalam Perkembangan Sains Modern. Jurnal
THEOLOGIA, 29(1), 165–188. https://doi.org/10.21580/teo.2018.29.1.2033
Pemikiran, D. (2016). Havis Aravik Dosen Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Syariah Indo
Global Mandiri ( STEBIS IGM ) Palembang Email : [email protected]. 2(August),
29–38.
Studi, P., Syariah, E., Thamrin, H., & Rusyd, I. (n.d.). Jurnal tamaddun ummah. 57–65.