Laprak Dekomposisi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 28

DEKOMPOSISI ANYAMAN POLOS, KEPEER, DAN SATIN

LAPORAN PRAKTIKUM

DESAIN TEKSTIL

diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Desain Tekstil

dengan Dosen Pengampu:

1. Siti R. A.T., M.T.

2. Jantera Sekar, S.ST.

3. Desti M.,S.ST.

disusun oleh :
Anugerah Krisnatalia Rahayu
22420052
1-K2

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STT TEKSTIL BANDUNG
2022/2023
Daftar Isi
Daftar Isi…………………………………………………………………………..………….ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1. Maksud dan Tujuan ..................................................................................................... 1
1.2. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................................... 11
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 11
2.1. Alat dan Bahan ............................................................................................................ 11
2.2. Langkah Kerja............................................................................................................. 11
2.3. Data Pengamatan dan Perhitungan........................................................................... 13
2.4. Pembahasan ................................................................................................................. 23
BAB III .................................................................................................................................... 24
KESIMPULAN ...................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Maksud dan Tujuan


• Dapat mengenali ciri-ciri dan karakteristik anyaman polos, keper, dan satin,
• Dapat menentukan cover faktor (CF),
• Dapat menentukan arah pakan dan arah lusi,
• Dapat menghitung tetal benang pada kain, nomor benang, mengkeret benang,
berat kain per m2.

1.2. Latar Belakang


Demi tercapainya sasaran yaitu memuaskan dan sesuai dengan selera konsumen
maka diperlukan penguasaan pengetahuan desain tekstil. Penggunakan kata desain
dalam tekstil memiliki perbedaan dengan arti umum yang biasa digunakan. Dalam
tekstil arti design sama dengan pattern atau pola, atau dengan kata lain lain dapat
diartikan rancangan. Desain tekstil berarti mempelajar pembuatan teksil dengan
menggunakan alat/mesin yang diperlukan dan bahan yang sesuai untuk mendapatkan
bentuk, sifat, karakter, warna dan pola seperti yang diinginkan.
Dekomposisi menurut istilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses
merubah benda menjadi lebih sederhana, atau secara umum proses dekomposisi kain
bermaksud untuk mengetahui jenis anyaman yang dipakai untuk digunakan pada suatu
jenis kain tertentu, nomor benang, tetal lusi (jumlah benang lusi dalam 1 inchi), tetal
pakan (jumlah benang pakan dalam 1 inchi), dan juga mengkerut benang dalam suatu
benang yang digunakan.
Dekomposisi juga dapat disebut suatu cara menganalisa kain contoh, sehingga
dari hasil keeper tersebut dapat diperoleh data-data yang dapat dipakai untuk membuat
kembali kain yang sesuai dengan contoh tersebut. Dalam suatu penetapan dekomposisi
kain, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan :
1. Anyaman
Dengan dilakukan dekomposisi kain akan diketahui jenis anyaman yang
terdapat pada kain tersebut, apakah masuk ke dalam golongan anyaman polos,
anyaman keper, atau anyaman satin.

1
2. Nomor Benang
Nomor benang atau biasa disebut dengan istilah yarn count adalah suatu
kehalusan benang, yang biasa dinyatakan dalam satuan berat dalam setiap suatu
panjang tertentu. Penomoran benang dibagi menjadi dua, yaitu :
a. penomoran langsung yaitu berdasarkan pada suatu berat benang dalam
panjang tertentu,
b. penomoran tidak langsung yaitu penomoran berdasarkan pada panjang
benang dalam berat tertentu. Contohnya penomoran dengan cara Ne₁
atau penomoran dengan Nm.
3. Tetal Benang
Tetal benang pada umumnya ada dua yaitu tetal benang lusi dan tetal
benang pakan. Tetal benang adalah suatu kerapatan benang yang terdapat pada
kain atau juga dapat diartikan jumlah benang dalam setiap satu panjang tertentu,
biasanya panjang yang digunakan disini dalam inchi. Perhitungan tetal benang
dapat dibantu menggunakan kaca pembesar, atau dapat juga dengan cara
mengurai helai demi helai benang dalam satu inchi.
4. Mengkerut Benang
Saat proses ditenun, panjang benang akan berubah, ini dikarenakan
terdapat persilangan pada kain.

Hasil dekomposisi digunakan untuk beberapa tujuan, yaitu :


− Tujuan ekonomis untuk menghitung seberapa besar biaya atau harga pokok
untuk pembuatan suatu kain seperti pada contoh kain yang diberikan,
− Tujuan teknis untuk memperoleh data yang berguna untuk pembuatan kembali
(meniru dengan tepat) kain yang sesuai dengan contoh pesanan kain.
− Tujuan pengawasan mutu kain sebagai alat ukur menentukan suatu mutu kain
yang sudah jadi ataupun untuk pengawasan mutu kain yang saat ini sedang
dibuat,

2
Anyaman menurut Wikipedia adalah proses pembuatan kain dari persilangan dua
set benang dengan cara memasuk-masukkan benang pakan secara melintang pada
benang-benang lusi. Benang lusi adalah benang searah panjang kain sedangkan benang
pakan adalah benang searah lebarnya. Persilangan benang pakan dan lusi dapat
dikombinasikan dengan variasi warna benang dan dapat diproduksi dengan
menggunakan cara tradisional maupun dengan cara mesin industri.

JENIS-JENIS ANYAMAN :

a) Anyaman Polos
Anyaman polos biasanya dikenal sebagai
anyaman platt, raffeta dan anyaman plain.
Anyaman polos merupakan anyaman paling
sederhana dan paling dasar dari semua Teknik
menenun. Anyaman ini dibuat dengan cara
benang lusi dan benang pakan naik turun secara
bergantian dan saling menyilang sehingga akan
mengasilkan sebuah pola kotak-kotak. Anyaman ini paling banyak silang-
silangnya karena itu anyaman ini paling kokoh.
Ciri dan karakteristik anyaman polos :
1) Anyaman polos merupakan anyaman tertua dan paling banyak
dipakai,mempunyai rapot anyaman yang paling kecil karena bekerjanya
benang lusi dan pakan 1 naik 1 turun bergantian.
2) Jumlah silangan paling banyak bisa dibandingkan dengan jenis anyaman
lain sehingga jika faktor yang lain sama maka dengan anyaman polos kain
akan menjadi kuat dengan benang yang lebih kokoh.
3) Anyaman polos lebih mudah untuk diberikan ubahan penempatan kain, baik
dengan cara mengubah desain struktur ataupun desain muka serta dapat
dibuat kain yang yang tipis dengan hasil yang lebih baik dibandingkan jenis
anyaman lainnya.
4) Merupakan kain dengan anyaman paling kuat dari semua jenis anyaman.
5) Ulangan pada anyaman adalan dengan perbandingan yang sama antara
benang pakan dan lusi yaitu 2 naik, 2 turun dan seterusnya.
6) Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman lain.

3
7) Menghasilkan kain dengan anyaman paling kuat dengan tata letak benang
tidak mudah berubah tempat.
8) Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor-faktor
konstruksi kain yang lain dari pada jenis anyaman yang lainnya.
9) Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman polos mempunyai perpencaran yang lebih
besar dari pada anyaman lain. Demikian pula dengan perpencaran berat kain lebih
besar dari pada anyaman lain.
10) Banyak gun yang digunakan minimum 2 gun, tetapi untuk tetal lusi yang tinggi
digunakan 4 gun atau lebih
11) Lebih sering dikonstruksi dan dapat dipakai untuk kain yang jarang atau tipis.
12) Pada kain yang padat biasanya menggunakan benang pakan lebih besar dibanding
benang lusi.
b) Anyaman Keeper
Anyaman keeper merupakan jenis anyaman
dasar yang kedua biasa dikenal juga dengan
nama anyaman twill atau drill. Anyaman keeper
merupakan jenis anyaman dimana benang lusi
dan benang pakan naik turun secara bergantian
namun titik beremu antara benang lusi dan
benang pakan berjalan miting atau membentuk
sebuah irisan atau pola garis diagonal. Semakin
curam sudut garis silang seeper dari horizontal, maka benang lusi semakin banyak.
Contoh kain anyaman keeper : denim, chino, tweed, dll.
Ciri dan karakteristik anyaman keeper
1) Pada permukaan kain dengan anyaman keeper terdapat garis miring yang
tidak terputus-putus. Jika arah garis miring berjalan dari arah kanan bawah
ke kiri atas atau disebut keeper kiri dan jika arah garis miring berjalan dari
arah kiri bawah ke kanan atas disebut keeper kanan.
2) Pembuatan anyaman keeper menggunakan gun minimal 3 buah dengan
rapat terkecil 3x lebar lusi dan 3 helai pakan disebut keeper gun atau yang
bisa juga disebut dengan jumlah gun yang digunakan.
3) Anyaman keeper biasanya dibuat dengan kontruksi padat dengan tetal yang
lebih tinggi dibandingkan anyaman polos.

4
4) Garis miring yang dibentuk oleh benang lusi disebut anyaman keper
lusi/efek lusi, garis miring yang dibentuk oleh benang pakan disebut
anyaman keper pakan/efek pakan.
5) Sudut garis keper dipengaruhi oleh tetal lusi dan angka loncat.
6) Kenampakan kain pada permukaan atas dan bawah berbeda.
7) Anyaman keper diberi nama menurut jumlah gun minimum. Jika rapot
terkecildari anyaman keper, 4 kelai lusi dan 4 helai pakan maka disebut
keper 4 gun.
8) Dalam kondisi yang sama kain anyaman keper tidak sekuat kain dengan
anyaman polos.
9) Pada umumnya tetal pada kain anyaman keeper dibuat lebih tinggi
dibandingkan dengan anyaman polos.
c) Anyaman Satin
Anyaman satin atau biasa disebut dengan sateen
mempunyai arah yang berbeda. Anyaman ini merupakan
anyaman dengan titik temu antara benang lusi dan pakan
dibuat sesedikit mungkin sehingga seolah-olah hanya
benang lusi saja atau benang pakan saja yang mengapung
diatas permukaan kain.
Ciri dan karakteristik anyaman satin :
1) Kain dengan anyaman satin tidak menonjolkan garis miring pada
permukaan dengan efek lusi yang menyebar rata dan tidak bersinanggungan
seperti halnya pada anyaman keeper.
2) Angka loncat harus lebih besar dari 1 (V>1).
3) Banyak benang lusi sama dengan benang pakan.
4) Hanya menonjolkan salah satu efek baik itu lusi atau pakan pada permukaan
kain.
5) Kombinasi faktor konstruksi kain lebih sedikit digunakan pada anyaman
jenis ini dibandingkan anyaman keeper.
6) Tidak terlalu cocok untuk kain dengan konstruksi terbuka dan jarang.
7) Suatu garis tidak terlalu nampak seperti anyaman keeper.

5
PENOMORAN BENANG

Penomoran benang dapat menyatakan kehalusan atau ketebalan benang yang


dibuat. Oleh karena itu kehalusan benang atau nomer benang dinyatakan dengan
perbandingan antara panjang dan beratnya. Sistem penomeran ini digunakan untuk
memudahkan dalam pemakaian selanjutnya dan memudahkan dalam pembuatan
benang. Dengan demikian, seorang pembeli tidak perlu harus membawa contoh benang
ke pembuat benang. Cukup memberikan suatu nomer yang artinya ketebalan, dan
kehalusan benang yang diingimkan sudah tercakup pada nomer yang disampaikan.
Sistem penomeran benang terdi dari dua cara yatu sistem langsung yang didasarkan
pada satuan panjang benang yang tetap dan sistem tidak langsung yang didasarkan pada
satuan berat benang yang tetap.

1. Sistem Penomoran Langsung/ Panjang Tetap

Sistem penomeran langsung berdasarkan pada berat benang untuk setiap satu
standar untaian benang (standar hank) dengan panjang yang tetap. Sistem penomeran
ni umumnya digunakan untuk benang filamen seperti sutera, rayon, poliester, nilon
dan sebagainya. Satuan yang dikenal dalAm sistem ini adalah denier dan tex.

− Denier (Td)

Denier adalah sistem penomeran yang dikhususkan untuk benang-


benang monofiamen atau multifilamen yang dinyatakan sebagai berat (g) untuk
setiap panjang 9000 m benang. Contoh penomoran sistem denier adalah sebagai
berikut :

➢ Td 1: artinya suatu benang yang beratnya 1 g mempunyai panjang 9000 m.


➢ Td 100 : artinya suatu benang yang beratnya 100 gram mempuyai panjang
9000 m

6
Pada penomoran benang dengan menggunakan sistem langsung, maka
semakin kecil nomor benang, kehalusan benang tersebut akan semakin halus
atau semakin kecil benangnya. Sebaliknya semakin besar nomer benang, akan
semakin besar benangnya. Perhitungan nomor benang untuk penom0ran sistem
langsung atau panjang tetap dapat dnyatakan dengan rumus umum sebagaimana
yang ditunjukkan persamaan berikut :

𝑈𝑥𝐵
𝑁=
𝑃

dengan :

N= nomer benang

B= berat benang

U = panjang benang dalam satu untaian standar

P= panjang benang

Untuk penomoran dengan sistem Td (denier) perhitungan nomor benang


dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:

𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑢𝑛𝑡𝑎𝑖𝑎𝑛 (9000𝑚)𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 (𝑔𝑟𝑎𝑚)


𝑇𝑑 = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 (𝑚)

2. Sistem Penomoran Tidak Langsung

Sistem penomoran tidak langsung atau berat tetap didasarkan pada panjang serat
setiap berat tertentu yang tetap. Dengan sistem penomeran tidak langsung atau berat
tetap, maka jika nomer benang makin besar maka benang akan semakin halus atau
semakin kecil, sebaliknya semakin kecil benangnya makin besar nomornya. Sistem
penomeran ini ada bemacam - macam antara ain nomer Inggris, Perancis,
Intemational metrik dan lainnya.

7
− Penomoran benang menurut nomor Inggris ( Ne₁)

Penomoran benang menurut nomor lnggris dengan notasi Ne₁ merupakan


perbandingan antara panjang benang dalam satuan hank persatuan berat benang
dalam satuan pound, yang dapat dinyatakan dalım persamaan berikut :

𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (ℎ𝑎𝑛𝑘)
𝑁𝑒₁ =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑙𝑏)

Ne₁ artinya suatu benang dengan panjang I hank (840 yard) benang tersebut
mempunyai berat sebesar 1 pounds (lb)

− Penomoran benang dengan nomor metrik (Nm)

Sistem penomoran metrik menupakan sistem penomeran intermasioal. Sistem


penomeran dengan berat tetap berdasarkan pada panjang benang dalam satuan meter
berbanding terbalik dengan berat dalam satuan gram, sehingga persamaanya dapat
ditulis seperti persamaan berikut ini

𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚)
𝑁𝑚 =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

Nm 1 menunjukkan dalam berat satu gram maka panjang benang tersebut adalah
satu meter.

Perhitungan nomor beang untuk sistem tidak langsung dapat dinyatakan dengan
rumus umum seperti yang ditunjukkan oleh persamaan:

𝑃
𝑁=
𝑈𝑋𝐵

dengan :

N : nomer benang

U : panjang benang dakam satu untaian standar

B : berat benang

P : panjang benang

8
TETAL BENANG (KERAPATAN)

Dalam menentukan standar konstruksi kain terdapat unsur-unsur yang meliputi


anyaman, nomor benang tetal benang lusi dan pakan per satuan panjang dan lebar kain.
Tetal benang harus diketahui terlebih dahuhu karena akan digunakan sebagai pedoman
arah kain dan nomor benang. Tetal benang adalah kerapatan atau jumlah helai benang
kusi atau pakan untuk suatu panjang tertentu dari kain (untuk husi kearah lebar dan
untuk pakan kearah panjang). Tetal lusi adaah jumlah benang lusi setiap panjang ukuran
tertentu di ukur kearah lebar kain. Tetal pakan adalh jumlah benang pakan setiap lebar
tertentu di ukur ke arah panjang kain. Untuk dapat membuat rencana tenun perlu
mempelajari komposisi kain dan mengerti arti dari gambar atau istilah yang tertera pada
kain :

− Benang Lusi

Dalam anyaman kain temun benang lusi digambarkan


dalam bentuk bidang sempit yang panjang dan vertikal
(tegak) yang dibatasi oleh dua garis yang sejajar satu
terhadap lainnya. Persilangan antara garis biru dan ungu
pertama menggambarkan helai benang lusi. Cara
menghitung ataupun memberi angka benang-benang lusi
selalu dilakukan di kiri menuju kanan.

− Benang pakan

Benang pakan digambarkan dalam bentuk bidang sempit


horizontal (mendatar). Seperti pada benang lusi, maka
bidang yang menggambarkan benang pakan ini dibatasi
oleh 2 garis sejajar. Bidang yang terketak pada benang
merah dan biru menggambarkan helai benang pakan. Cara
menghitung benang pakan selalu dilakukan dari bawah
(biru : lusi, merah : pakan)
menuju atas.

9
− Efek lusi dan efek pakan

Efek lusi ialah benang lusi yang berada di atas benang pakan dan terletak
diantara dua silangan benang lusi. Efek pakan ialah benang pakan yang
berada di atas benang lusi dan terletak di antara 2 silangan benang pakan.
Makin banyak jumlah sikungan dalam tenunan, makin pendek efèk benang
yang diperoleh. Sebaliknya makin sedikit siangan-silangan dalam tenunan
makin panjang efek benang yang diperolehnya.

− Rapot anyaman

Yang dimaksud dengan rapot anyaman adalah satuan terkecil dari lusi dan pakan di
dalam suatu jenis anyaman. Diulangi dengan cara yang sama di dalam tenunan, baik ke
arah vertical ataupun ke arah horizontal.

10
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Alat dan Bahan
− Alat :
1. Lup
2. Gunting
3. Penggaris
4. Jarum
5. Timbangan kain
− Bahan :
Kain dengan berbagai macam anyaman

2.2. Langkah Kerja


1. Tentukan arah lusi dan arah pakan (beri tanda panah pada arah lusi).
2. Hitung tetal lusi dan pakan 3 tempat yang berbeda lalu cari harga rata-rata.
3. Potong kain, contoh : ukuran 10x10 cm, kemudian ditimbang.
4. Benang lusi dan pakan diambil dari sisi yang berbeda, masing-masing 5 helai (lusi
10 helai, pakan 10 helai), kemudian ditimbang.
5. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan.

𝑃𝑏 − 𝑃𝑘
𝑀= 𝑥 100%
𝑃𝑏
dengan :
Pb : panjang benang lusi atau pakan pada kain contoh
Pk : panjang benang lusi atau kain setelah diluruskan
6. Hitung nomor benang lusi dan pakan

𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚)
𝑁𝑚 =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

𝑁₁ = 0,59 𝑥 𝑁𝑚

1000
𝑇𝑒𝑥 =
𝑁𝑚

9000
𝑇𝑑 =
𝑁𝑚

11
7. Menghitung berat kain contoh
a. Dengan penimbangan :

100 𝑐𝑚⁄𝑚2 𝑥 100 𝑐𝑚⁄𝑚2


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥
10 𝑐𝑚 𝑥 10 𝑐𝑚

b. Dengan perhitungan :

𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑠𝑖 (ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑐𝑚)𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 100


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑢𝑠𝑖 = 𝑥 ( )
𝑁𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚⁄𝑚 100 − 𝑀𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡 𝑙𝑢𝑠𝑖

𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 (ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑐𝑚)𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 100


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 = 𝑐𝑚 𝑥 ( )
𝑁𝑚 𝑥 100 ⁄𝑚 100 − 𝑀𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑢𝑠𝑖 + 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙


𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑔𝑟𝑎𝑚𝑎𝑠𝑖 (%) = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟

8. Menghitung cover factor


− Lusi
1
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑠𝑖(𝑑𝑤) =
28 √𝑁𝑒
𝑁𝑤 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑠𝑖 ( ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖)
𝐶𝑤 = 𝑑𝑤 𝑥 𝑛𝑤

− Pakan
1
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛(𝑑𝑓) =
28 √𝑁𝑒
𝑁𝑓 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 ( ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖)
𝐶𝑓 = 𝑑𝑓 𝑥 𝑁𝑓

𝐶𝐹 (%) = {(𝐶𝑤 + 𝐶𝑓) − (𝐶𝑤 𝑥 𝐶𝑓)} 𝑥 100%

12
2.3. Data Pengamatan dan Perhitungan
a. Anyaman polos
Data pengamatan
Berat kain sampel (10 cm x10 cm) : 1,1063 gram
Berat kain 10 helai benang lusi : 0,0136 gram
Berat kain 10 helai benang pakan : 0,0141 gram
Jumlah panjang 10 helai benang lusi : 102,6 cm = 1,026 m
Jumlah panjang 10 helai benang pakan : 101,3 cm = 1,013 m
Rata-rata tetal lusi : 112 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖 = 44,0944 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑚
Rata-rata tetal pakan : 84 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖 = 33,0708 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑚
Rata-rata panjang 10 helai lusi : 10,26 cm = 0,1026 m
Rata-rata panjang 10 helai pakan : 10,13 cm = 0,1012 m

Tabel pengamatan

Tetal (ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖) Panjang (cm)


NO
Lusi Pakan Lusi Pakan
1 113 86 10,1 10
2 112 86 10,3 10,1
3 111 80 10,3 10
4 10,2 10,1
5 10,2 10,3
6 10,1 10,2
7 10,4 10
8 10,3 10,3
9 10,3 10,1
10 10,4 10,2
Rerata 112 84 10,26 10,13

13
Perhitungan
1. Mengkeret
𝑃𝑏 − 𝑃𝑘 𝑃𝑏 − 𝑃𝑘
𝐿𝑢𝑠𝑖 = 𝑀𝑙 = 𝑥 100% 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 = 𝑀𝑝 = 𝑥 100%
𝑃𝑏 𝑃𝑏
10,26 𝑐𝑚 − 10 𝑐𝑚 10,13 𝑐𝑚 − 10 𝑐𝑚
𝐿𝑢𝑠𝑖 = 𝑀𝑙 = 𝑥 100% 𝐿𝑢𝑠𝑖 = 𝑀𝑙 = 𝑥 100%
10,26 𝑐𝑚 10,13 𝑐𝑚
𝐿𝑢𝑠𝑖 = 𝑀𝑙 = 2,53% 𝐿𝑢𝑠𝑖 = 𝑀𝑙 = 1,28%

2. Nomor Benang
− Lusi
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑢𝑠𝑖 (𝑚) 1000
Nm = Tex =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑢𝑠𝑖 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝑁𝑚
1,026 𝑚 1000
= = 75,4411
0,0136 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 75,4411 = 13,2255

Ne₁ = 0,59 x Nm 9000


Td = 𝑁𝑚
= 0,59 x 75,4411 9000
= 44,5102 = 75,4411
= 119,2982
− Pakan
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 (𝑚) 1000
Nm = Tex =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝑁𝑚
1,013 𝑚 1000
= =
0,0141 𝑔𝑟𝑎𝑚 71,8439

= 71,8439 = 13,9190

9000
Ne₁ = 0,59 x Nm Td =
𝑁𝑚
= 0,59 x 71,8439 9000
=
= 42,3879 71,8439
= 125,2715

3. Gramasi
a. Cara penimbangan
100 𝑐𝑚⁄ 2 𝑥 100 𝑐𝑚⁄ 2
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝑚 𝑚
𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

100 𝑐𝑚⁄ 2 𝑥 100 𝑐𝑚⁄ 2


𝑏𝑒𝑟𝑎 = 1,1063 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 𝑚 𝑚
10 𝑐𝑚 𝑥 10 𝑐𝑚

= 110,63 gram

14
b. Cara perhitungan
𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑠𝑖 (ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑐𝑚)𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 100
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑢𝑠𝑖 = 𝑥 ( )
𝑁𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚⁄𝑚 100 − 𝑀𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡 𝑙𝑢𝑠𝑖

44,0944 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 100


𝑏𝑖 = 𝑐𝑚 𝑥 ( )
75,4411 𝑥 100 ⁄𝑚 100 − 2,53

= 59,9627 gram

𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 (ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑐𝑚 )𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 100


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 = 𝑥 ( )
𝑁𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚⁄𝑚 100 − 𝑀𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛

33,0708 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 100


𝑏𝑖 = 𝑐𝑚 𝑥 ( )
71,8439 𝑥 100 ⁄𝑚 100 − 1,28

= 46,6283 gram

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑢𝑠𝑖 + 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛

= 59,9627 gram + 46,6283 gram

= 106,5910 gram

4. Selisih Gramasi (%)


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑔𝑟𝑎𝑚𝑎𝑠𝑖 (%) = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
110,63 gram − 106,5910 gram
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠 = 𝑥 100%
110,63 gram

= 3,65 %

5. Cover Factor (CF)


− Lusi
1
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑠𝑖(𝑑𝑤) =
28 √𝑁𝑒
1
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑠𝑖(𝑑𝑤) =
28 √44,51

= 0,0053

𝑁𝑤 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑠𝑖 (ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖)


= 112 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖

𝐶𝑤 = 𝑑𝑤 𝑥 𝑛𝑤
𝐶𝑤 = 0,0053 𝑥 112 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖
𝐶𝑤 = 0,5936

15
− Pakan
1
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑠𝑖(𝑑𝑓) =
28 √𝑁𝑒
1
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑠𝑖(𝑑𝑤) =
28 √42,38
= 0,0054

𝑁𝑓 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑠𝑖 (ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖)


= 84 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖

𝐶𝑓 = 𝑑𝑓 𝑥 𝑛𝑓
𝐶𝑓 = 0,0054 𝑥 84 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖
𝐶𝑓 = 0,4536

𝐶𝐹 (%) = {(𝐶𝑤 + 𝐶𝑓) − (𝐶𝑤 𝑥 𝐶𝑓)} 𝑥 100%

𝐶𝐹 (%) = {(0,5936 + 0,4536) − (0,5936 𝑥 0,4536)} 𝑥 100%

𝐶𝐹 (%) = 77,79%

b. Anyaman keeper
Data pengamatan
Berat kain sampel (10 cm x10 cm) : 1,0185 gram
Berat kain 10 helai benang lusi : 0,0155 gram
Berat kain 10 helai benang pakan : 0,0186 gram
Jumlah panjang 10 helai benang lusi : 101 cm = 1,01 m
Jumlah panjang 10 helai benang pakan : 101,6 cm = 1,015 m
Rata-rata tetal lusi : 72,3 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖 = 28,54 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑚
Rata-rata tetal pakan : 61 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖 = 24,01 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑚
Rata-rata panjang 10 helai lusi : 10,1 cm = 0,101 m
Rata-rata panjang 10 helai pakan : 10,15 cm = 0,1015 m

16
Tabel pengamatan

Tetal (ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖) Panjang (cm)


NO
Lusi Pakan Lusi Pakan
1 73 60 10,1 10,5
2 72 61 10,2 10,5
3 72 62 10 10
4 10 10,1
5 10 10
6 10,2 10,1
7 10 10,2
8 10,1 10,1
9 10,2 10
10 10,2 10
Rerata 72,3 61 10,1 10,15

Perhitungan
1. Mengkeret
𝑃𝑏 − 𝑃𝑘 𝑃𝑏 − 𝑃𝑘
𝐿𝑢𝑠𝑖 = 𝑀𝑙 = 𝑥 100% 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 = 𝑀𝑝 = 𝑥 100%
𝑃𝑏 𝑃𝑏
10,1 𝑐𝑚 − 10 𝑐𝑚 10,15 𝑐𝑚 − 10 𝑐𝑚
𝐿𝑢𝑠𝑖 = 𝑀𝑙 = 𝑥 100% 𝐿𝑢𝑠𝑖 = 𝑀𝑙 = 𝑥 100%
10,1 𝑐𝑚 10,15 𝑐𝑚
𝐿𝑢𝑠𝑖 = 𝑀𝑙 = 0,99% 𝐿𝑢𝑠𝑖 = 𝑀𝑙 = 1,47%

2. Nomor Benang
− Lusi
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑢𝑠𝑖 (𝑚) 1000
Nm = Tex =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑢𝑠𝑖 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝑁𝑚
1,01 𝑚 1000
= = 65,16
0,0155 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 65,16 = 15,34

Ne₁ = 0,59 x Nm 9000


Td = 𝑁𝑚
= 0,59 x 65,16 9000
= 38,44 = 65,16
= 138,11
− Pakan
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 (𝑚) 1000
Nm = Tex =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝑁𝑚
1000
1,015 𝑚 =
= 54,56
0,0186 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 54,56 = 18,32

9000
Ne₁ = 0,59 x Nm Td =
𝑁𝑚
= 0,59 x 54,56 9000
=
= 32,19 54,56
= 164,92

17
3. Gramasi
a. Cara penimbangan
100 𝑐𝑚⁄ 2 𝑥 100 𝑐𝑚⁄ 2
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝑚 𝑚
𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

100 𝑐𝑚⁄ 2 𝑥 100 𝑐𝑚⁄ 2


𝑏𝑒𝑟𝑎 = 1,0185 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 𝑚 𝑚
10 𝑐𝑚 𝑥 10 𝑐𝑚

= 101,85 gram

b. Cara perhitungan
𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑠𝑖 (ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑐𝑚)𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 100
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑢𝑠𝑖 = 𝑥 ( )
𝑁𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚⁄𝑚 100 − 𝑀𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡 𝑙𝑢𝑠𝑖

28,54 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 100


= 𝑐𝑚 𝑥 ( )
65,16 𝑥 100 ⁄𝑚 100 − 9,09

= 48,17 gram

𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 (ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑐𝑚 )𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 100


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 = 𝑥 ( )
𝑁𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚⁄𝑚 100 − 𝑀𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛

24,01 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 100


= 𝑐𝑚 𝑥 ( )
54,56 𝑥 100 ⁄𝑚 100 − 13,63

= 50,95 gram

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑢𝑠𝑖 + 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛

= 48,17 gram + 50,95 gram

= 99,12 gram

4. Selisih Gramasi (%)


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑔𝑟𝑎𝑚𝑎𝑠𝑖 (%) = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
101,85 gram − 99,12 gram
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠 = 𝑥 100%
101,85 gram

= 2,68 %

18
5. Cover Factor (CF)
− Lusi
1
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑠𝑖(𝑑𝑤) =
28 √𝑁𝑒
1
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑠𝑖(𝑑𝑤) =
28 √38,44
= 0,0057

𝑁𝑤 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑠𝑖 (ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖)


= 72,3 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖

𝐶𝑤 = 𝑑𝑤 𝑥 𝑛𝑤
𝐶𝑤 = 0,0057 𝑥 72,3 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖
𝐶𝑤 = 0,41211

− Pakan
1
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑠𝑖(𝑑𝑓) =
28 √𝑁𝑒
1
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑠𝑖(𝑑𝑤) =
28 √32,19
= 0,0062

𝑁𝑓 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑠𝑖 (ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖)


= 61 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖

𝐶𝑓 = 𝑑𝑓 𝑥 𝑛𝑓
𝐶𝑓 = 0,0062 𝑥 61 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖
𝐶𝑓 = 0,3782

𝐶𝐹 (%) = {(𝐶𝑤 + 𝐶𝑓) − (𝐶𝑤 𝑥 𝐶𝑓)} 𝑥 100%

𝐶𝐹 (%) = {(0,41211 + 0,3782) − (0,41211 𝑥 0,3782)} 𝑥 100%

𝐶𝐹 (%) = 63,44%

19
c. Anyaman satin
Data pengamatan
Berat kain sampel (10 cm x10 cm) : 1,0451 gram
Berat kain 10 helai benang lusi : 0,0095 gram
Berat kain 10 helai benang pakan : 0,0249 gram
Jumlah panjang 10 helai benang lusi : 101,2 cm = 1,012 m
Jumlah panjang 10 helai benang pakan : 100,6 cm = 1,006 m
Rata-rata tetal lusi : 133 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖 = 52,36 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑚
Rata-rata tetal pakan : 63 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖 = 24,80 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑚
Rata-rata panjang 10 helai lusi : 10,12 cm = 0,1012 m
Rata-rata panjang 10 helai pakan : 10,06 cm = 0,1006 m

Tabel pengamatan

Tetal (ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖) Panjang (cm)


NO
Lusi Pakan Lusi Pakan
1 130 62 10,3 10,1
2 133 63 10,2 10
3 136 64 10,2 10
4 10,1 10
5 10 10,1
6 10 10,1
7 10,3 10,2
8 10 10
9 10,1 10
10 10 10,1
Rerata 133 63 10,12 10,06

20
Perhitungan
1. Mengkeret
𝑃𝑏 − 𝑃𝑘 𝑃𝑏 − 𝑃𝑘
𝐿𝑢𝑠𝑖 = 𝑀𝑙 = 𝑥 100% 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 = 𝑀𝑝 = 𝑥 100%
𝑃𝑏 𝑃𝑏
10,12 𝑐𝑚 − 10 𝑐𝑚 10,06 𝑐𝑚 − 10 𝑐𝑚
𝐿𝑢𝑠𝑖 = 𝑀𝑙 = 𝑥 100% 𝐿𝑢𝑠𝑖 = 𝑀𝑙 = 𝑥 100%
10,26 𝑐𝑚 10,13 𝑐𝑚
𝐿𝑢𝑠𝑖 = 𝑀𝑙 = 1,18% 𝐿𝑢𝑠𝑖 = 𝑀𝑙 = 0,59%

2. Nomor Benang
− Lusi
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑢𝑠𝑖 (𝑚) 1000
Nm = Tex =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑢𝑠𝑖 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝑁𝑚
1,012 𝑚 1000
= = 106,52
0,0095 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 106,52 = 9,38

Ne₁ = 0,59 x Nm 9000


Td = 𝑁𝑚
= 0,59 x 106,52 9000
= 62,85 = 106,52
= 84,49
− Pakan
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 (𝑚) 1000
Nm = Tex =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝑁𝑚
1,006 𝑚 1000
= =
0,0249 𝑔𝑟𝑎𝑚 40,40

= 40,40 = 24,75

9000
Ne₁ = 0,59 x Nm Td =
𝑁𝑚
= 0,59 x 40,40 9000
=
= 23,83 40,40
= 222,77

3. Gramasi
a. Cara penimbangan
100 𝑐𝑚⁄ 2 𝑥 100 𝑐𝑚⁄ 2
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝑚 𝑚
𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

100 𝑐𝑚⁄ 2 𝑥 100 𝑐𝑚⁄ 2


𝑏𝑒𝑟𝑎 = 1,0451 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 𝑚 𝑚
10 𝑐𝑚 𝑥 10 𝑐𝑚

= 104,51 gram

b. Cara perhitungan
𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑠𝑖 (ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑐𝑚)𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 100
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑢𝑠𝑖 = 𝑥 ( )
𝑁𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚⁄𝑚 100 − 𝑀𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡 𝑙𝑢𝑠𝑖

52,36 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 100


𝑏𝑖 = 𝑐𝑚 𝑥 ( )
106,52 𝑥 100 ⁄𝑚 100 − 1,18

= 49,74 gram

21
𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 (ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑐𝑚 )𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 100
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 = 𝑥 ( )
𝑁𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚⁄𝑚 100 − 𝑀𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛

24,80 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 100


𝑏𝑖 = 𝑐𝑚 𝑥 ( )
40,40 𝑥 100 ⁄𝑚 100 − 0,59

= 61,75 gram

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑢𝑠𝑖 + 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛

= 49,74 gram + 61,75 gram

= 111,49 gram

4. Selisih Gramasi (%)


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑔𝑟𝑎𝑚𝑎𝑠𝑖 (%) = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
111,49 gram − 104,51 gram
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠 = 𝑥 100%
111,49 gram

= 5,2 %

5. Cover Factor (CF)


− Lusi
1
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑠𝑖(𝑑𝑤) =
28 √𝑁𝑒
1
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑠𝑖(𝑑𝑤) =
28 √62,85
= 0,0045

𝑁𝑤 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑠𝑖 (ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖)


= 133 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖

𝐶𝑤 = 𝑑𝑤 𝑥 𝑛𝑤
𝐶𝑤 = 0,0045 𝑥 133 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖
𝐶𝑤 = 0,59

22
− Pakan
1
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑠𝑖(𝑑𝑓) =
28 √𝑁𝑒
1
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑠𝑖(𝑑𝑤) =
28 √23,83
= 0,0073

𝑁𝑓 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑠𝑖 (ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖)


= 63 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖

𝐶𝑓 = 𝑑𝑓 𝑥 𝑛𝑓
𝐶𝑓 = 0,0073 𝑥 63 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖⁄𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖
𝐶𝑓 = 0,45

𝐶𝐹 (%) = {(𝐶𝑤 + 𝐶𝑓) − (𝐶𝑤 𝑥 𝐶𝑓)} 𝑥 100%

𝐶𝐹 (%) = {(0,59 + 0,45) − (0,59 𝑥 0,45)} 𝑥 100%

𝐶𝐹 (%) = 77,45%

2.4. Pembahasan
Praktikum dekomposisi kain didapatkan hasil pengukuran yaitu nilai mengkeret
benang, nomor benang, dan berat kain. Selisih berat kain perhitungan yang baik adalah
sekecil-kecilnya atau kurang dari 5%. Namun terdapat salah satu anayaman kain yang
memiliki selisih berat kain lebih besar dari 5%, hal ini dikarenakan karena kurangnya
ketelitian saat praktikum. Namun ada beberapa hal juga yang dapat menyebabkan
selisih berat kain melebihi rata-rata, yaitu:
• Menghitung lusi dan pakan yang tidak tepat,
• Kesulitan dalam menentukan arah lusi yang dapat memengaruhi pada saat
penimbangan,
• Benang yang ditiras ada yang tidak utuh tapi terurai, hal itu juga
memengaruhi berat kain,
• Berat kain dan benang saat dilakukan penimbangan kurang teliti dan bisa
jadi timbangannya kurang akurat, saat pemotongan kain juga seringkali kain
terpotong secara tidak merata sehingga membuat perbedaan berat,
Dalam praktikum dekomposisi kain ada beberapa hal yang harus diperhatikan
diantaranya:
• Perhitungan tetal dilakukan secara benar. Cara agar meminimalisir kesalahan
perhitungan dengan cara saat melihat anyaman usahakan terkena cahaya agar
terlihat dengan jelas. Penggunaan jarum sebagai alat penenda hitungan sangat
diperlukan dengan cara demikian dapat meminimalisir kesalahan.
• Pada saat penimbangan berat kain contoh uji 10 cm x 10 cm. Pastikan ukuran
tersebut sudah sesuai dan tidak ada sisa benang pada disekeliling contoh uji.
• Pada saat pengukuran panjang pakan dan panjang lusi pastikan tegangan benang
tidak terlalu kencang ataupun kendor.

23
BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktek dekomposisi anyaman polos, ayaman
keper,dan anyaman satin yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
a) Anyaman polos
1. Mengkeret
- ML : 2,53 % 3. Gramasi
- MP : 1,28 % a. Cara penimbangan :
2. No benang 110,63 𝑔⁄𝑚2
➢ No benang lusi b. Cara perhitungan :
- Nm : 75,4411 - Berat lusi = 59,9627
- Ne₁ : 44,5102 - Berat pakan = 46,6283
- Tex : 13,2255 - Berat total =
- Td : 119,2982 106,5910 𝑔⁄𝑚2
➢ No benang pakan 4. Selisih gramasi (%) : 3,65%
- Nm : 71,8439 5. Cover faktor (%)
- Ne₁ : 42,3879 : 77,79%
- Tex : 13,9190
- Td : 125,2715

b. Anyaman keeper
1. Mengkeret
- ML : 0,99 % 3. Gramasi
- MP : 1,47 % a. Cara penimbangan :
2. No benang 101,85 𝑔⁄𝑚2
➢ No benang lusi b. Cara perhitungan :
- Nm : 65,16 - Berat lusi = 48,17
- Ne₁ : 38,44 - Berat pakan = 50,95
- Tex : 15,34 - Berat total =
- Td : 138,11 99,12 𝑔⁄𝑚2
➢ No benang pakan 4. Selisih gramasi (%) : 2,68%
- Nm : 54,56 5. Cover faktor (%)
- Ne₁ : 32,19 : 63,44%
- Tex : 18,32
- Td : 164,92

24
c. Anyaman satin
1. Mengkeret
- ML : 1,18 % 3. Gramasi
- MP : 0,59 % a. Cara penimbangan :
2. No benang 104,51 𝑔⁄𝑚2
➢ No benang lusi b. Cara perhitungan :
- Nm : 106,52 - Berat lusi = 49,74
- Ne₁ : 62,85 - Berat pakan = 61,75
- Tex : 9,38 - Berat total =
- Td : 84,49 111,49 𝑔⁄𝑚2
➢ No benang pakan 4. Selisih gramasi (%) : 5,2%
- Nm : 40,40 5. Cover faktor (%)
- Ne₁ : 23,83 : 77,45%
- Tex : 24,75
- Td : 222,77

25
DAFTAR PUSTAKA

Jumaeri,Bk. Teks,dkk. 1974. TEXTILE DESIGN. Bandung : Institut Teknologi Tekstil.

Widodo, Sugeng, dkk. 2005. DISAIN TEKSTIL. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

bahankain. 2021. Mengenal Istilah Dekomposisi Kain dalam Pembuatan Kain Woven.
Diakses pada 16 Maret 2023 melalui
https:/www.bahankain.com/2021/05/06/mengenal-istilah-dekomposisi-kain-dalam-
pembuatan-kain-woven

ayyub.ms. 2018. Dekomposisi Kain Anyaman Polos. Diakses pada 16 Maret 2023 melalui
http:/ayyub-textile.blogspot.com/2018/02/dekomposisi-kain-anyaman-polos-
i.html?m=1

Fajri, Eka. 2013. Dekomposisi Kain Anyaman Plain. Diakses pada 16 Maret 2023 melalui
http://ekafajrie.blogspot.com/2013/11/dekomposisi -kain-anyaman-plain.html?m=1

Nurman, Rijaldi. 2012. Laporan Praktikum Disain Tekstil 1 : Dekomposisi Kain. Bandung :
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Diunduh pada 16 Maret 2023.

26

Anda mungkin juga menyukai