LP Pranikah - Ebp

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH

BERDASARKAN EVIDENCE BASED PRACTICE


PENGGUNAAN RATUS VAGINA DI PUSKESMAS KLAMPIS

Disusun oleh:

MUSYAROFAH
19159010074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2019
ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH
BERDASARKAN EVIDENCE BASED PRACTICE
PENGGUNAAN RATUS VAGINA DI PUSKESMAS KLAMPIS

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Stase Asuhan Kebidanan Remaja dan Pranikah
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun oleh:

MUSYAROFAH
19159010074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2019
ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH
BERDASARKAN EVIDENCE BASED PRACTICE
PENGGUNAAN RATUS VAGINA DI PUSKESMAS KLAMPIS

Disusun Oleh :

NAMA : MUSYAROFAH
NIM : 19159010074
Kelas :B

Tanggal Pemberian Asuhan : 14-November-2019

Disetujui :

Kepala Ruangan

Tanggal : _____________

Di : _____________ ( Nasaruddin Saleh, S.Kep.Ns)


NIP. 196512221988111002

Pembimbing Institusi

Tanggal : _____________

Di : _____________ ( Dr. Zakkiyatus Zainiyah, M.Keb )


NIDN. 0704127802

Pembimbing Kasus

Tanggal : _____________

Di : _____________ ( Suwarsiningsih, S.ST )


NIP. 196410261986032013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah
serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Kebidanan
Pada Pranikah Berdasarkan Evidence Based Practice Penggunaan Ratus Vagina Di
Puskesmas Klampis” ini tepat pada waktunya.
Tak lupa pula penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pembimbing
yang telah sabar untuk membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Harapan dari penulis adalah agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca dan dapat dijadikan acuan untuk kesempurnaan dalam mengerjakan tugas-
tugas mendatang.
Penulis menyadari bahwa makalah ini mempunyai begitu banyak kekurangan, oleh
karena itu, penulis berharap agar pembaca dapat memakluminya dan sudi memberikan
kritik dan saran agar penulis dapat memperbaiki tugas-tugas di hari mendatang.

Bangkalan, 29 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………… i
Daftar Isi……………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah..……………………………………………………... 1
1.3 Tujuan……………..……………………………………………………. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pranikah…………………………………………………….. 3
2.2 Pengertian Ratus Vagina………………………………………………… 12
2.3 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Pranikah
Berdsarkan EBP Penggunaan Ratus Vagina………….………………… 13
BAB III TINJAUAN KASUS………………………………………………. 26
BAB IV PENUTUP ………………………………………………….. 32
4.1 Kesimpulan …………………………………………………………….. 32
4.2 Saran……………………………………………………………………. 32
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 33
JURNAL…………………………………………………………………….. 43
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. (Undang – Undang Nomor : 1 tahun 1994).
Perkawinan bukan sekedar mengembangkan keturunan dan melestarikan manusia
saja. Akan tetapi lebih dari itu perkawinan merupakan salah satu sarana untuk mengabdi
kepada Allah SWT. Oleh karena itu perkawinan menjadi suatu proses kehidupan yang
suci dan luhur, sehingga islam menganjurkan kepada setiap muslim untuk melaksanakan
perkawinan.
Perkawinan merupakan sebuah moment sakral yang hanya terjadi satu kali seumur
hidup. Maka tak heran jika wanita akan melakukan persiapan dengan matang seperti
persiapan fisik dan perawatan tubuh menjelang pernikahan sangat penting dilakukan oleh
wanita, salah satunya adalah perawatan organ intim atau vagina.
Melakukan perawatan kewanitaan menjelang pernikahan merupakan hal yang sangat
dianjurkan dan salah satu langkah untuk menyiapkan diri dalam momen yang hanya
dirasakan sekali seumur hidup. Perawatan organ kewanitaan dapat dilakukan dari dalam
dan luar tubuh.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa Pengertian Pranikah?
2. Apa Saja Persiapan Pranikah?
3. Apa Saja Pentingnya Periksa Kesehatan Pranikah?
4. Apa Imunisasi Tetanus Toxoid?
5. Apa Saja Jenis Pemeriksaan Kesehatan Pra nikah?
6. Apa Saja Manfaat Periksa Kesehatan Pranikah?
7. Apa Saja Prosedur Periksa Kesehatan Pranikah?
8. Apa Saja Persiapan Menjelang Pemeriksaan Kesehatan Pranikah?
9. Apa Pengertian Ratus Vagina?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Pranikah
2. Mengetahui Persiapan Pranikah
3. Mengetahui Pentingnya Periksa Kesehatan Pranikah
4. Mengetahui Imunisasi Tetanus Toxoid
5. Mengetahui Jenis Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
6. Mengetahui Manfaat Periksa Kesehatan Pranikah
7. Mengetahui Prosedur Periksa Kesehatan Pranikah
8. Mengetahui Persiapan Menjelang Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
9. Mengetahui Pengertian Ratus Vagina
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pranikah


Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan (akad) perkawinan
yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum danajaran agama. Imbuhan kata pra yang
memiliki makna sebelum, sehingga arti dari pranikah adalah sebelum menikah atau
sebelum adanyanya ikatan perkawinan (lahir batin) antara seorang pria dan wanita
sebagai suami istri (Setiawan, 2017).
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun
untuk perempuan. Akan tetapi, berdasarkan UU No. 35 tahun 2014 tentang perubahan
atas UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun masih
tergolong anak-anak. Oleh karena itu, BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21
tahun bagi perempuan dan 25 tahun untuk pria. Selain itu, umur ideal yang matang
secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun
bagi pria (BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan
pernikahan/akad perkawinan disebut calon pengantin (Setiawan, 2017).
Remaja wanita yang akan memasuki jenjang perkawinan perlu dijaga kondisi
kesehatannya. Kepada para remaja diberi pengertian tentang hubungan seksual yang
sehat, kesiapan mental dalam menghadapi kehamilan dan pengetahuan tentang proses
kehamilan dan persalinan, serta pemeliharaan kesehatan dalam masa pra dan pasca
kehamilan.
Pemeriksaan kesehatan dianjurkan bagi remaja yang akan menikah. Tujuan dari
pemeriksaan tersebut adalah untuk mengetahui secara dini kondisi kesehatan para
remaja. Jika ditemukan penyakit atau kelainan didalam diri remaja, maka tindakan
pengobatan dapat segera dilakukan. Bila penyakit atau kelainan tersebut tidak diatasi,
maka diupayakan masalah tersebut tidak bertambah berat atau menular kepada
pasangannya. Misalnya remaja penderita penyakit jantung yang sedang hamil harus
memeriksakan kesehatannya secara teratur. Remaja yang menderita AIDS harus mengaja
pasangannya agar tidak terkena virus HIV dengan menggunakan kondom saat
bersenggama bila sudah menikah.
Upaya pemeliharaan kesehatan bagi para calon ibu ini dapat dilakukan melalui
kelompok atau kumpulan remaja seperti: karang taruna, pramuka, organisasi remaja, dan
sebagainya. Para remaja yang terhimpun dalam organisasi masyarakat perlu
diorganisasikan agar pelayanan kesehatan dan kesiapan dalam menghadapi peran sebagai
istri dapat dilakukan dengan baik.
Pembinaan kesehatan remaja, terutama remaja wanita, tidak hanya ditujukan
hanya pada masalah gangguan kesehatan (penyakit system reproduksi). Fakta
perkembangan psikologis dan social perlu diperhatikan juga dalam membina kesehatan
remaja. Remaja yang tumbuh kembang secara biologis diikuti dengan perkembangan
psikologis dan sosialnya. Alam dan pikiran remaja perlu diketahui di dalam membina
kesehatan. Penyampaian pesan kesehatan dilakukan melalui bahasa remaja.
Bimbingan terhadap remaja antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Perkawinan yang sehat.
Remaja dibimbing tentang bagaimana mempersiapkan diri menghadapi
perkawinan ditinjau dari sudut kesehatan. Perkawinan bukan hanya sekedar hubungan
antara suami dan istri. Perkawinan menghasilkan keturunan. Bayi yang dilahirkan atau
keturunan ini diharapkan adalah bayi yang sehat dan direncanakan.
2. Keluarga yang sehat.
Remaja diajarkan tentang keluarga sehat dan cara mewujudkan serta
membinanya. Keluarga yang diidamkan (sejahtera) adalah keluarga yang memiliki
norma keluarga kecil (jumlah keluarga yang ideal terdiri atas suami, istri, dan dua
anak),bahagia, sejahtera, aman, tenteram, disertai rasa ketakwaan kepada Tuhan
YME. Keluarga sejahtera juga memiliki kemampuan social ekonomi yang
mendukung kehidupan anggota keluarganya serta mampu menabung untuk masa
depan. Selain itu, keluarga sejahtera juga dapat membantu dan mendorong
peningkatan taraf hidup keluarga lain.
3. Sistem reproduksi dan masalahnya.
Tidak semua remaja memahami system reproduksi manusia. Membicarakan
system reproduksi dianggap tabu bagi beberapa kalangan remaja. Penjelasan
mengenai perubahan yang terjadi pada system reproduksi pada masa kehamilan,
persalinan, dan pascapersalinan perlu diberikan. Penjelasan mengenai perawatan bayi
serta gangguan system reproduksi, seperti gangguan menstruasi, kelainan system
reproduksi dan penyakit, juga hendaknya diberikan. Penyakit system reproduksi yang
dimaksud adalah penyakit-penyakit hubungan seksual, HIV/AIDS, dan tumor.
4. Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan atau sebaliknya.
Remaja yang siap sebagai ibu harus dapat mengetahui penyakit-penyakit yang
memberatkan kehamilan dan membahayakan masa kehamilan atau persalinan.
Penyakit yang perlu dan penting dijelaskan sewaktu mengadakan bimbingan, antara
lain penyakit jantung, penyakit ginjal, hipertensi, DM, anemia, dan tumor.
5. Sikap dan perilaku pada masa kehamilan dan persalinan.
Perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi pada masa kehamilan dan
persalinan. Perubahan sikap dan perilaku dapat mengganggu kesehatan, misalnya
pada masa hamil muda terjadi gangguan psikologi seperti benci dengan seseorang
(suami) atau benda tertentu. Emosi yang berlebihan dimungkinkan akibat perubahan
perilaku. Pada masa persalinan atau pascapersalinan gangguan jiwa juga mungkin
terjadi.
Selain hal-hal tersebut masih ada lagi permasalahan remaja dan dikaitkan
dengan kesehatan keluarga. Bidan harus dapat memberikan bimbingan sewaktu
remaja berkonsultasi atau memberikan penyuluhan. Bila masalah remaja sangat besar,
maka dapat dirujuk pada yang lebih ahli. Misalnya, bila remaja merasa ketakutan yang
amat sangat dalam mengahadapi kehamilan, remaja dirujuk ke dokter spesialis jiwa
atau ke psikolog. Bimbingan remaja juga dilakukan melalui organisasi remaja seperti
karang taruna, pramuka, serta organisasi pelajar, mahasiswa, dan pemuda.
2.1.1 Persiapan Pranikah
Ada beberapa persiapan yang perlu dihadapi menjelang pernikahan, yaitu
persiapan ilmu tentang pernikahan, persiapan mental/psikologis dalam menghadapi
pernikahan, persiapan ruhiyyah menjelang pernikahan serta persiapan fisik sebelum
menikah.
1. Persiapan Ilmu tentang pernikahan.
Hal yang perlu dipersiapkan adalah memperjelas visi pernikahan. Untuk apa
kita menikah. Visi yang jelas dan juga sama antara calon suami dan isteri diharapkan
akan melanggengkan pernikahan. Banyak orang yang menikah hanya karena cinta,
atau mengikuti tradisi masyarakat. Bisa juga karena malu karena sudah cukup umur
tetapi masih belum juga menuju pelaminan. Alasan-alasan seperti ini tidak memiliki
akar yang jelas. Bisa juga menjadi sangat rapuh ketika memasuki bahtera rumah
tangga, dan akhirnya hancur ketika badai rumah tangga datang menerjang.
2. Persiapan mental/psikologis menghadapi pernikahan.
Pernikahan adalah kehidupan baru yang sangat jauh berbeda dari masa-masa
sebelumnya. Dalam pernikahan berkumpul dua pribadi yang berbeda yang berasal
dari keluarga yang memiliki kebiasaan yang berbeda. Didalamnya terbuka semua
sifat-sifat asli masing-masing. Mempersiapkan diri untuk berlapang dada menghadapi
segala kekurangan pasangan adalah hal yang mutlak diperlukan. Begitu juga cara-cara
mengkomunikasikan pikiran dan perasan kita dengan baik kepada pasangan juga perlu
diperhatikan, agar emosi negatif tidak mewarnai rumah tangga kita.
Di dalam pernikahan juga diperlukan rasa tanggung jawab untuk untuk
memenuhi hak dan kewajiban masing-masing. Sehingga setiap anggota keluarga tidak
hanya menuntut hak-haknya saja, tetapi berusaha untuk lebih dulu memenuhi
kewajibannya.
Pernikahan merupakan perwujudan dari tim kehidupan kita untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu kerja sama, saling mendukung
dalam segala hal sangat diperlukan. Termasuk dalam pendidikan anak. Pernikahan
juga merupakan sarana untuk terus menerus belajar tentang kehidupan. Ketika
memasuki dunia perkawinan seseorang belajar untuk menjadi bagian dari tim
kehidupan. Ketika memiliki anak seseorang belajar untuk mendidik anak dengan cara
yang baik. Tidak jarang juga orang tua perlu memaksa diri untuk merubah kebiasaan-
kebiasaan buruknya agar tidak ditiru oleh anak. Ketika anak-anak menjelang dewasa
orang tua belajar untuk menjadikan anak-anaknya sebagai teman, sebagai bagian dari
tim kehidupan yang aktif menggerakkan roda kehidupan, dan seterusnya.
3. Persiapan Ruhiyyah/ spiritual.
Menikah itu ibadah, oleh karena itu seluruh proses yang dilalui dalam
pernikahan itu harus dengan nuansa ibadah. Proses sebelum menikah sampai
pernikahan itu sendiri juga setelah menikah tidak boleh jauh dari nuansa
penghambaan diri kepada Allah. Sebelum menikah peningkatan kualitas diri dan
kualitas ibadah mutlak diperlukan. Berdoa kepada Allah untuk mendapatkan suami
yang sholih dan anak-anak yang akan menjadi penyejuk mata.
Bergaul dengan orang-orang yang sholih yang dapat menjaga dien kita juga
perlu dilakukan. Membaca buku-buku tentang keutamaan pernikahan juga perlu
dilakukan untuk menguatkan niat kita dalam menikah. Ketika pinangan datang, ibadah
semakin dikencangkan. Terus memohon kepada Allah untuk mendapatkan yang
terbaik sebagai pasangan kita. Saat ini, perlu juga kita membersihkan hati agar niat
ibadah dalam pernikahan ini tidak menyimpang. Juga menjaga kesucian hubungan
kita dengan calon suami sampai datangnya waktu pernikahan sangat diperlukan, agar
tidak terjatuh dalam godaan setan. Masa-masa antara meminang dan pernikahan ini
sebaiknya dipersingkat agar kebersihan niat dan hubungan kedua insan bisa terjaga.
4. Persiapan Fisik
Yang terakhir yang tidak kalah penting dalah mempersiapkan tubuh kita untuk
memasuki dunia pernikahan. Mengetahui alat-alat reproduksi wanita dan cara
kerjanya sangat penting bagi kita. Memeriksa kesehatan alat-alat reproduksi juga
penting agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan setelah menikah. Selain itu
juga kita harus mengetahui tentang seks yang sehat. Banyak ornag yang sudah
menikah tapi tidak tahu bagaimana berhubungan seks dengan sehat dan
menyenangkan bagi masing-masing pasangan. Hal ini penting karena merupakan
bagian dari kunci kebahagiaan dalam berumah tangga.
2.1.2 Pentingnya Periksa Kesehatan Pranikah
Menjelang hari pernikahan semua calon mempelai pasti sibuk mempersiapkan
diri memastikan bahwa semua rencana telah tersusun dengan baik. Sayangnya masih
banyak dari masyarakat kita yang saking terlalu sibuk mempersiapkan hari H, sampai
lupa dengan hal kecil yang mungkin terlihat sepele padahal penting dan besar sekali
manfaatnya. Periksa kesehatan pra nikah memang belum umum dilakukan di Indonesia,
tetapi tahukah bahwa pemeriksaan ini merupakan salah satu prosedur menjelang
pernikahan yang sangat dianjurkan oleh pakar kesehatan.
Bila ditinjau secara psikologis, sebenarnya pemeriksaan itu akan dapat membantu
menyiapkan mental pasangan. Sedangkan secara medis, pemeriksaan itu sebagai ikhtiar
(usaha) yang bisa membantu mencegah hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari
sehingga dapat menjadi langkah antisipasi dan tindakan preventif yang dilakukan jauh-
jauh hari untuk menghindarkan penyesalan dan penderitaan rumah tangga.
Para ahli abstetri (ilmu kebidanan) dan ginekologi (ilmu keturunan) menyatakan
bahwa sebaiknya calon pengantin memeriksakan dirinya tiga bulan sebelum melakukan
janji pernikahan. Rentang waktu itu diperlukan untuk melakukan pengobatan jika
ternyata salah seorang atau keduanya menderita gangguan tertentu. Jenis pemeriksaan
kesehatan pranikah dapat disesuaikan dengan gejala tertentu yang dialami calon
pengantin secara jujur, berani dan objektif. Misalnya, pemeriksaan harus dilakukan lebih
spesifik jika dalam keluarga didapati riwayat kesehatan yang kurang baik. Namun, jika
semuanya lancar-lancar saja, maka hanya dilakukan pemeriksaan standar, yaitu cek darah
dan urine.
Untuk cek darah, biasanya diperlukan khususnya untuk memastikan si calon ibu
tidak mengalami talasemia, infeksi pada darah dan sebagainya. Dalam pengalaman
medis, kadang kala ditemukan gejala anti phospholipid syndrome (APS), yaitu suatu
kelainan pada darah yang bisa mengakibatkan sulitnya menjaga kehamilan atau
menyebabkan keguguran berulang. Jika ada kasus seperti itu, biasanya para dokter akan
melakukan tindakan tertentu sebagai langkah , sehingga pada saat pengantin perempuan
hamil dia dapat mempertahankan bayinya.
Hasil analisa data medis mengungkapkan bahwa kasus yang paling banyak terjadi
pada calon ibu khususnya di Indonesia adalah terjangkitnya virus toksoplasma. Virus
yang bisa mengakibatkan kecacatan pada bayi ini biasanya disebabkan seringnya kaum
perempuan mengkonsumsi daging yang kurang matang atau tersebar melalui kotoran
atau bulu binatang piaraan. Oleh karena itu, untuk mengetahuinya, agar dapat ditangani
Secara dini diperlukan pemeriksaan toksoplasma, rubella, virus cytomegalo, dan herpes
yaitu yang sering disingkat dengan istilah pemeriksaan terhadap TORCH.
Demikian pula, pada calon pengantin pria biasanya diperlukan untuk dilakukan
pemeriksaan sejumlah infeksi seperti sipilis dan gonorrhea. Selain itu banyak juga dari
pengalaman klinis dilakukan pemeriksaan sperma untuk memastikan kesuburan untuk
calon mempelai pria. Dalam kapasitas ini, pemeriksaan sperma dilakukan dalam tiga
kategori yaitu jumlah sperma, gerakan sperma dan bentuk sperma.
Sperma yang baik menurut para ahli, jumlahnya harus lebih dari 20 juta setiap cc-
nya dengan gerakan lebih dari 50% dan memiliki bentuk normal lebih dari 30% . Bila
dalam pemeriksaan ditemukan kelainan pada sperma, maka waktu tiga bulan setelah
pemeriksaan dianggap sudah cukup untuk melakukan penyembuhan. Demikian halnya
bagi calon mempelai wanita, jangka waktu tiga bulan juga dianggap memadai untuk
memperbaiki siklus menstruasi calon pengantin wanita yang memiliki masa menstruasi
tidak lancar dengan disiplin mengikuti terapi khusus dan intens secara kontinyu.
Pemeriksaan standar menyangkut darah antara lain dilakukan untuk mengetahui
jenis resus. Seperti bangsa Asia lainnya, perempuan Indonesia memiliki resus darah
positif. Sedangkan bangsa Eropa dan Kaukasia biasanya memiliki resus negatif. Karena
itu, pemeriksaan resus untuk pasangan campuran yang berasal dari dua bangsa berbeda
sangatlah penting. Resus berfungsi sama dengan sidik jari yaitu sebagai penentu. Setelah
mengetahui golongan dara seseorang seperti A, B, O biasanya resusnya juga ditentukan
untuk mempermudah identifikasi. Hal itu karena perbedaan resus pada pasangan bisa
berdampak fatal saat kehamilan.
Jika ibu memiliki resus positif dan embrio menunjukkan resus negatif, maka
biasanya disarankan para ahli medis untuk melakukan pengguguran sejak dini karena
tidak mungkin janin akan bertahan hidup secara normal di dalam rahim ibu. Meskipun
pasangan ingin tetap mempertahankan janin, nantinya akan gugur juga. Pengalaman ini
biasanya di kalangan medis disebut sebagai kasus incompabilitas resus.
Calon pengantin juga sering diminta untuk melakukan pemeriksaan darah
anticardiolipin antibody (ACA). Penyakit yang berkaitan dengan hal itu bisa
mengakibatkan aliran darah mengental sehingga darah si ibu sulit mengirimkan makanan
kepada janin yang berada di dalam rahimnya. Selain itu, jika salah satu calon pengantin
memiliki catatan down syndrome karena kromosom dalam keluarganya, maka perlu
dilakukan pemeriksaan lebih intensif lagi. Sebab, riwayat itu bisa mengakibatkan bayi
lahir idiot.
2.1.3 Imunisasi tetanus toxoid
a. Pengertian
Adalah tindakan untuk memberi kekebalan dalam tubuh klien bertempat langsung
mencegah terjadinya tetanus neonatorum dengan memasukkan kuman yang sudah
dilemahkan.
b. Jenis dan vaksinasi
Vaksinasi yang digunakan untuk imunisasi aktif kemasan tunggal vaksin tetanus
texoid (TT) kombinasi defteri (DI) kombinasi defteri tetanus pertusis (DPT) vaksin
yang digunakan untuk imunisasi aktif ATS (Anti Tetanus Serum) dapat digunakan
untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit tetanus.
c. Cara penyimpanan vaksin TT pada lemari es rak no 2 dengan suhu 8-9C.
d. Cara jadwal pemberian
Pada calon pengantin wanita 2 kali langsung terjadi kehamilan dengan jarak waktu ≥
2 tahun dilakukan TT ulang pada ibu hamil masing-masing pada kehamilan ke 7 dan
ke 8. Dimasa mendatang diharapkan setiap perempuan telah menghadapi imunisasi
tetanus 5 kali, sehingga daya perlindungan terhadap tetanus seumur hidup, dengan
demikian bayi yang dikandung kelak akan terlindung dari penyakit tetanus
neonatorum. Bentuk vaksin TT cair agak putih keruh dalam vial dosis 0,5 ml/ dalam
di olutus maxi atau lengan.
Dosis Saat pemberian % Perlindungan Lama
perlindungan
TT I Pada saat kunjungan pertama atau 0% 1 tahun
sedini mungkin pada kehamilan
TT II Minimal 4 minggu setelah TT I 80 % 2 tahun
TT III Minimal 6 minggu setelah TT II 95 % 5 tahun
atau selama kehamilan berikutnya
TT IV Minimal setahun setelah TT III 99 % 10 tahun
kehamilan berikutnya
TT V Minimal setahun setelah TT 99% Selama seumur
kehamilan berikutnya hidup

Imunisasi TT 5 x untuk kekebalan penuh


TT 1 Langkah awal untuk mengembangkan kekebalan tubuh terhadap infeksi
TT 2 4 minggu setelah TT I untuk menyempurnakan kekebalan
TT 3 6 bulan atau lebih setelah TT 2 untuk menguatkan kekebalan
TT 4 1 tahun atau lebih setelah TT 3 untuk meneluarkan kekebalan
TT 5 1 tahun atau lebih setelah TT 4 untuk mendapat kekebalan penuh

2.1.4 Jenis pemeriksaan kesehatan pranikah yang dilakukan seperti :


1. Pemeriksaan hematologi rutin dan analisa hemoglobin, untuk mengetahui adanya
kelainan atau penyakit darah.
2. Pemeriksaan urinalisis lengkap, untuk memantau fungsi ginjal dan penyakit lain yang
berhubungan dengan ginjal atau saluran kemih, pemeriksaan golongan darah dan
rhesus yang akan berguna bagi calon janin.
Mengetahui Rhesus kedua calon mempelai seringkali merupakan hal yang diabaikan,
padahal hal tersebut adalah hal yang penting. Kebanyakan bangsa Asia memiliki
Rhesus positif, sedangkan bangsa Eropa rata-rata negatif. Terkadang, pasangan suami-
isteri tidak tahu Rhesus darah pasangan masing-masing. Padahal, jika Rhesusnya
bersilangan, bisa mempengaruhi kualitas keturunan. Jika seorang perempuan (Rhesus
negatif) menikah dengan laki-laki (Rhesus positif), bayi pertamanya memiliki
kemungkinan untuk ber-Rhesus negatif atau positif. Jika bayi mempunyai Rhesus
negatif, tidak ada masalah. Tetapi, jika ia ber-Rhesus positif, masalah mungkin timbul
pada kehamilan berikutnya. Bila ternyata kehamilan yang kedua merupakan janin
yang ber-Rhesus positif, kehamilan ini berbahaya. Karena antibodi antirhesus dari ibu
dapat memasuki sel darah merah janin. Sebaliknya, tidakmasalahjika si
perempuanber-Rhesus positif dan si prianegatif. Karena itu sangat penting untuk
mengetahui Rhesus kedua calon mempelai.
3. Pemeriksaan gula darah untuk memantau kemungkinan diabetes melitus.
4. Pemeriksaan HbsAG untuk mengetahui kemungkinan peradangan hati.
5. Pemeriksaan VDLR/ RPR untuk mengetahui adanya kemungkinan penyakit sifilis.
6. Pemeriksaan TORC untuk mendeteksi infeksi yang disebabkan parasit Toxoplasma,
virus Rubella dan virus Cytomegalo yang bila menyerang pada perempuan di masa
kehamilan nanti.
2.1.5 Manfaat Periksa Kesehatan Pranikah
Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah kita dapat
mengetahui kondisi pasangan serta proyeksi masa depan pernikahan, terutama yang
berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi (fertilitas) dan genetika (keturunan), dan
Anda juga dapat mengetahui penyakit-penyakit yang nantinya bila tak segera
ditanggulangi dapat membahayakan Anda dan pasangan termasuk calon keturunan.
2.1.6 Prosedur Periksa Kesehatan Pranikah
Prosedur yang harus dilakukan sebenarnya tidak berbeda jauh dengan
pemeriksaan kesehatan lain biasanya. Anda dan pasangan membuat janji terlebih dahulu
dengan dokter spesialis atau dokter umum kemudian setelah melakukan wawancara
singkat tentang sejarah kesehatan, Anda dan pasangan wajib melakukan pemeriksaan
fisik dan rangkaian tes radiologi dan laboratorium untuk mendeteksi kelainan-kelainan
apa saja yang mungkin diderita. Idealnya, pemeriksaan kesehatan pra nikah dilakukan
enam bulan menjelang pernikahan. Namun ukuran itu sebenarnya bersifat fleksibel
dalam arti kapanpun dapat dilakukan asal pernikahan belum dilangsungkan, agar
penyakit-penyakit yang mungkin terdeteksi dapat ditanggulangi terlebih dahulu.
2.1.7 Persiapan Menjelang Pemeriksaan Kesehatan Pranikah :
Yang pertama tentunya masalah finansial. Pemeriksaan ini memang memakan
biaya lebih. Maka dari itu, setiap pasangan baiknya persiapkan dana lebih dari jauh-jauh
hari dan Anda harus ingat bahwa uang yang Anda keluarkan itu merupakan investasi
jangka panjang untuk kelangsungan hidup rumah tangga yang akan Anda jalani bersama
dengan pasangan. Selain itu, setiap pasangan pun diwajibkan untuk berpuasa mulai pukul
22.00 sehari sebelumnya dan setelah pengambilan darah, Anda dan pasangan bisa
menikmati sarapan. Selama berpuasa, setiap pasangan tetap boleh mengonsumsi air putih
dan bawalah sedikit contoh feses (tinja) atau urine pagi hari dalam wadah yang bersih.
Walaupun setiap pasangan berada dalam kondisi yang sehat, tidak ada salahnya untuk
tetap melakukan pemerikasaan kesehatan pra nikah untuk kehidupan pernikahan yang
sehat dan jauh dari penyakit.

2.2 Pengertian Ratus Vagina


Ratus vagina adalah perawatan vagina tradisional dengan cara pengasapan
langsung di organ intim perempuan. Asap tersebut dihasilkan dari pembakaran ramuan
berbagai macam rempah alami. Tujuannya untuk mengharumkan dan menjaga
kebersihan area intim kewanitaan. Ratus bisa dilakukan sendiri di rumah atau di pusat
kecantikan, seperti di spa dan salon.
Saat melakukan perawatan ini, wanita akan diminta duduk atau jongkok di kursi
khusus, lalu terapis akan membakar ratus (rempah) di bawah kursi tersebut. Asap dari

pembakaran ratus tersebutlah yang dimanfaatkan untuk merawat organ intim kewanitaan .
Rata-rata sesi perawatan ratus vagina memakan waktu selama 30 menit. Kombinasi dari
semua rempah alami yang dipadukan dengan uap hangat dipercaya dapat melebarkan
pembuluh darah, meningkatkan sirkulasi darah, menyediakan asupan oksigen, dan
merelaksasi otot-otot panggul.
Secara tradisional, ratus diklaim dapat menyehatkan organ kewanitaan,
membersihkan keputihan, merapatkan vagina, dan menambah kepuasan seksual saat
berhubungan intim dengan pasangan. Metode ini biasa dilakukan beberapa hari sebelum
seorang perempuan menikah. Hal tersebut bertujuan untuk mengencangkan dan
mengharumkan aroma vagina.
Perawatan ratus vagina bisa didapatkan dengan cara pergi ke salon kecantikan
atau bisa melakukannya sendiri di rumah dengan menggunakan bahan-bahan alami,
seperti kayu manis, daun sirih, kayu masoyi, dan akar wangi. Bahan-bahan tersebut bisa
dibakar pada alat pembakar khusus. Kemudian ramuan tersebut dimasukkan ke dalam
kursi ratus dengan kain tertutup rapi.
2.3 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Pranikah Berdasarkan Evidence
Based Practice Penggunaan Ratus Vagina
2.3.1 Pengkajian
1) Data Subjektif
Data subjektif diperoleh dari anamnesa terhadap ibu (Autoanamnesa) atau
dari keluarganya (hetero anamnesa).
(1) Biodata/Identitas
a) Usia
- Perempuan
Umur reproduksi sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun
(Prawirohardjo, dkk, 2010).Pada umur < 20 tahun, fisiologis alat
reproduksi belum sepenuhnya matang dan psikologis masih belum stabil
akibatnya meningkatkan risiko mengalami penyulit saat hamil (Sukaesih,
2012). Sedangkan pada umur > 35 tahun, fungsi alat reproduksi dan
organ lainnya sudah menurun, apalagi wanita yang hamil pertama pada
usia ini, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami preeklampsia
(Indriani, 2012).
- Laki-laki
Kesuburan pria ini diawali saat memasuki usia pubertas ditandai dengan
perkembangan organ reproduksi pria, ratarata umur 12 tahun.
Perkembangan organ reproduksi pria mencapai keadaan stabil umur 20
tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai dengan pertambahan
umur dan akan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia
25 tahun kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-lahan, dimana
keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk dan faal organ
reproduksi (Khaidir, 2006). Semakin tua usia seseorang maka kesuburan
juga menjadi berkurang (RSUA, 2013).Usia laki-laki ≥ 40 tahun
semakin meningkatkan risiko kelainan baik fisik maupun psikis pada
keturunananya (McGrath, dkk, 2014).
b) Alamat
Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut memberikan pengaruh
terhadap kesehatan istri dan suami pada masa prakonsepsi.Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa perempuan yg bekerja di lingkungan
pertanian lebih sering mengalami abortus spontan dan kasus Stillbirth
(lahir mati) lebih sering dijumpai diantara perempuan yang bertempat
tinggal dekat tempat aplikasi karbamat pada trimester II (Winardi, 2016).
c) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan jembatan untuk memperoleh uang dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat
pelayanan kesehatan yang diinginkan. Pendapatan seseorang
berpengaruh terhadap kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan
hidup, salah satunya adalah kebutuhan nutrisi. Kondisi nutrisi yang
kurang baik dapat menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil,
gangguan pertumbuhan janin dalam uterus, BBLR, dan prematur
(Reeder, dkk, 2011).
(2) Riwayat Menstruasi
Hal utama yang perlu dikaji adalah menarche, siklus menstruasi dan
gangguan menstruasi. Menarche adalah menstruasi pertama kali yang
merupakan tahap kematangan organ-organ seksual perempuan dan tanda
siklus masa subur telah mulai (Yusuf, dkk, 2014). Siklus menstruasi dan
gangguan mentruasi dapat mempengaruhi masa subur (Indriarti, dkk, 2013).
- Usia menarche : Umumnya remaja wanita mengalami menarche usia 12-
16 tahun.
- Siklus menstruasi : Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari
pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya.
Siklus menstruasi pada wanita normal berkisar antara 21-32 hari dan
hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari (Proverawati &
Misaroh, 2009).
- Lama menstruasi : Normalnya menstruasi berlangsung 3-7 hari
(Ramaiah, 2006), sedangkan menurut Proverawati & Misaroh (2009)
lama mestruasi berlangsung selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari.
- Keluhan saat haid : Umumnya mengeluh nyeri haid/ dismenorea
(Kusmiran, 2012)
- Pengeluaran sekret : Keputihan normal adalah tidak berbau, berwarna
putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan gatal dicurigai
adanya kemungkinan infeksi alat genital. (Saifuddin, 2010)
(3) Riwayat Imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu terutama
imuniasai TT. Indonesia merupakan salah satu negara yang belum dapat
mengeliminasi tetanus 100% sehingga status imunisasi ibu/calon ibu harus
selalu diskrining (Kemenkes RI, 2012).
Status imunisasi lain yang perlu diskrining yaitu hepatitis B, HPV,
TORCH/Rubella, dan imunisasi penyakit lainnya yang memiliki prevalensi
tinggi di daerah tempat tinggal calon pengantin wanita dan laki – laki.
(4) Riwayat Kesehatan
1. Hipertensi
Penyakit hipertensi diakaitkan dengan peningkatan persalinan prematur dan
retardasi pertumbuhan intrauterin serta insiden mortalitas perinatal yang lebih
tinggi. Penyakit ini juga merupakan salah satu penyebab kematian ibu yang
paling sering. Tekanan darah harus distabilkan sebelum konsepsi dan
kemudian dipantau ketat selama masa kehamilan. Sebagian besar wanita
dengan hipertensi kronis dapat mengharapkan kelahiran seorang bayi yang
normal dan sehat. Sasaran utama pada periode prakonsepsi ialah menghindari
penggunaan penghambat ACE dan antogonis reseptor angiotensin. Wanita
harus diberi pendidikan kesehatan tentang risio pereeklampsia dan hambatan
pertumbuhan janin (Varney, 2007). Pada laki-laki tekanan darah tinggi dapat
menyebabkan masalah gangguan ereksi baik secara langsung maupun karena
efek samping obat.
2. Diabetes Melitus (DM)
Telah terbukti adanya suatu hubungan antara hiperglikemia pada sekitar
waktu konsepsi dengan kelainan pembentukan organ, terutama tuba nueral,
jantung, dan ginjal. Komplikasi yang dapat timbul selama masa kehamilan
meliputi preeklamsia, polihidramnion, dan persalinan prematur. Oleh karena
itu, wanita yang menderita diabetes melitus perlu mendapat konseling dan
memantau disbetesnya dengan cermat, baik sebelum masa prakonsepsi
maupun sepanjang masa usia subur (Varney, 2007; Prawirhardjo, 2010).
3. Penyakit ginjal
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan adaptif ginjal untuk
mempersiapkan kehamilan. Pada fase luteal setiap siklus menstruasi, aliran
darah ke ginjal dan laju filtrasi glomerulus (LFG) meningkat hingga 10-20%.
Jika kehamilan terjadi, perubahan hemodinamik ini terus berlanjut. Pada
pertengahan trimester kedua, aliran darah ke ginjal meningkat hingga 70-
80% jika dibandingkan wanita tidak hamil, menyebabkan peningkatan LFG
hingga 55%. (Wicaksono, dkk, 2017). Pada laki-laki gagal ginjal kronis,
terjadi kegagalan dalam pembuangan limbah tubuh. Hal ini dapat
mempengaruhi kualitas sperma dan kesuburan.
4. Asma
Wanita dengan riwayat asma saat hamil dapat berkurang gejalanya atau
bertambah keparahannya.Untuk menghindari bertambah parahnya penyakit,
hindarilah kemungkinan terjadinya infeksi pernapasan dan upayakan tekanan
emosional tetap stabil (Agustina, 2015). Asma juga merupakan salah satu
penyakit yang dapat diturunkan secara genetik.
5. Anemia dan thalassemia
Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atau thalassemia akan
bertambah buruk saat kehamilan. Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih
tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoetin. Akibatnya,
volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun,
peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika
dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan
konsentrasi haemoglobin (Hb) akibat hemodilusi. (Prawirohardjo, 2010)
Pada lak-laki terapi androgen pada anemia dapat meningkatkan produksi
eritropoetin namun dapat menimbulkan gejala prostatisme atau pertumbuhan
yang cepat dari ca prostat.
6. Hemofilia
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B (defisiensi faktor IX)
diwariskan secara X-linked recessive.Perempuan dari keluarga penderita
hemofilia umumnya adalah pembawa (carrier) yang asimptomatik. Namun
10-20% perempuan pembawa dapat beresiko terhadap komplikasi perdarahan
yang bermakna karena penurunan faktor VIII atau IX di bawah jumlah
minimal untuk mempertahankan keseimbangan hemostatik. Hemofilia dapat
menyebabkan infertilitas, namun sejumlah kecil penderita mungkin
mempunyai cukup folikel-folikel untuk hamil. (Prawirohardjo, 2010)
Pada laki-laki dengan Hemofilia lebih sering terjadi, gejala perdarahan dalam
waktu terus menerus dan lebih cepat karena darah tidak dapat menggumpal
tanpa pengobatan. Hal tersebut dapat mengganggu saat berhubungan seksual
dan dapat menurunkan penyakit hemofilia pada keturunannya (Darmono,
2012).
7. Jantung
Penyakit jantung pada kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam kandungan. Kehamilan dapat memperberat
penyakit jantung. Kemungkinan timbulnya payah jantung (dekompensasi
cordis) pun dapat terjadi. Pada ibu hamil yang rentan terhadap gangguan
jantung, stres pada perubahan fisiologis normal dapat mencetuskan
dekompensasi jantung.Tanda dan gejala penyakit jantung (palpitasii,
frekuensi jantung sangat cepat, sesak napas ketika beraktivitas, dispnea, dan
nyeri dada) harus dapat diketahui agar dapat dilakukan penatalaksaan yang
tepat (Paramita, dkk, 2016).
Pada laki-laki penyakit arteri koroner dapat menyebabkan masalah dengan
ereksi. Hal ini bisa disebabkan karena terjadinya pengerasan pembuluh darah
penis dan jantung.
8. Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan dan mempunyai
pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat terjadi kehamilan. Pengaruhnya
dalam kehamilan dapat dalam bentuk keguguran atau persalinan prematuritas
dan kematian janin dalam rahim. (Prawiroharjo, 2010)
9. IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus,
parasit, atau jamur yang penularannya terutama melalui hubungan seksual
dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya. Infeksi menular
sekusual merupakan salah satu penyebab Infeksi Saluran Reproduksi (ISR).
IMS seperti gonore, klamidiasis, sifilis, trikomoniasis, herpes genitalis,
kondiloma akuminata, bacterial vaginosis, dan infeksi HIV.
10. TORCH
Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Kelima
jenis penyakit yang disebutkan di atas merupakan penyakit yang dapat
menjangkiti pria maupun wanita dan dapat berpengaruh buruk pada janin
yang dikandung. Toksoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh
parasit yang disebut Toxoplasma gondii. Penyakit ini sering diperoleh dari
tanah atau kotoran kucing yang terinfeksi toksoplasma, atau memakan daging
dari hewan terinfeksi yang belum matang sempurna. Gejala yang sering
muncul meliputi: demam, nyeri otot, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar
limfe.
Wanita yang dalam usia reproduksinya bila terkena toxoplasmosis dapat
menimbulkan aborsi dan gangguan fertilitas. Janin bisa terinfeksi melalui
saluran plasenta. Infeksi parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau cacat
bawaan seperti kerusakan pada otak dan fungsi mata (Prawirohardjo, 2010).
(5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena faktor genetik,
dan bisa menular kepada klien. Riwayat penyakit keluarga memegang peran
penting dalam mengkaji kondisi medis yang diwariskan dan kelainan gen
tunggal. Beberapa jenis kanker, penyakit arteri koroner, diabetes melitus tipe
2, depresi, dan trombofilia merupakan penyakit yang memiliki tendensi
familial dan dapat berpengaruh pada kesehatan reproduksi wanita dan laki-
laki (Varney, 2007).
(6) Pola Fungsional Kesehatan
1. Nutrisi
Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI) menganjurkan angka
kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan
2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari.
Kekurangan nutrisi akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi
(Felicia, dkk, 2015).
2. Aktivitas
Apa saja aktivitas yang dilakukan ibu, kelelahan dapat mempengaruhi sistem
hormonal. Aktivitas fisik dapat memicu penurunan sirkulasi hormon seksual
(Idrissi, dkk, 2015).
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor
PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1, Pasal 1, Ayat 8: ”Nilai Ambang
Batas” yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di
tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time
weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
3. Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi pada organ
reproduksi (Kemenkes, 2015). Mengganti pakaian dalam 2 kali sehari, tidak
menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik. Saat
menstruasi normalnya ganti pembalut maksimal 4 jam sekali atau sesering
mungkin (Kemenkes RI, 2015). Menggunakan air bersih saat mencuci vagina
dari arah depan ke belakang dan tidak perlu sering menggunakan sabun
khusus pembersih vagina ataupun obat semprot pewangi vagina (Fitriyah,
2014). Perawatan organ intim juga bisa dilakukan dengan ratus vagina
dengan tujuan untuk mengharumkan dan menjaga kebersihan area intim
kewanitaan.
4. Istirahat
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat berbeda dalam melakukan
suatu aktivitas. Tubuh memerlukan istirahat yang cukup, artinya tidak kurang
dan lebih. Ketidak seimbangan istirahat/tidur, misalnya kurang istirahat,
dapat menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit. Tidur/istirahat pada
malam hari sangat baik dilakukan sekitar 7-8 jam dan istirahat siang sekitar 2
jam (Latifah, dkk, 2002; Varnney, 2007).
5. Pola kebiasaan
Seorang perokok pasif akan memiliki resiko yang sama dengan perokok
aktif. Hampir semua komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok,
seperti abortus, solusio plasenta, infusiensi plasenta, plasenta previa dan
BBLR. Selain itu dapat menyebabkan dampak buruk bagi janin antara lain
SIDS (sindroma kematian bayi mendadak), penyakit paru kronis, asma, otitis
media (Prawirohardjo, 2010).
Konsumsi jamu-jamuan yang belum jelas komposisinya dapat
membahayakan janin dan ibu. Satu hal yang menjadi perhatian medis adalah
kemungkinan mengendapnya material jamu pada air ketuban. Air ketuban
yang tercampur dengan residu jamu membuat air ketuban menjadi keruh dan
menyebabkan bayi hipoksia sehingga mengganggu saluran napas janin
(Purnawati, dkk, 2012).
Memiliki binatang peliharaan seperti kucing dapat menyebabkan penyakit
toxoplasmosis (Wijayanti, dkk, 2014).
(7) Riwayat Pernikahan
Mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa lama usia pernikahan, alasan
berpisah. Tujuannya mengetahui jumlah pasangan sebelumnya dan hubungan
dengan pasangan sebelumnya yang dapat mempengaruhi hubungannya
dengan pasangan sekarang.
(8) Riwayat Psikososial Budaya dan Spiritual
Kondisi psikologis individu yang perlu dikaji saat premarital psychological
screening antara lain : kepercayaan diri kedua pihak sebelum membangun
sebuah keluarga, kemandirian masing-masing calon dalam memenuhi
kebutuhan hidup sahari-hari misal bekerja atau kendaraan dan tempat tinggal
pribadi, tidak lagi selalu bergantung pada orang tua, kemampuan komunikasi
antara kedua belah pihak yang dapat membantu menyelesaikan persoalan
dalam rumah tangga serta penentuan pengambil keputusan dalam keluarga,
efek masa lalu yang belum terselesaikan harus dapat dikomunikasikan secara
terbuka antara kedua pihak. Selain itu hubungan antara kedua pihak keluarga,
seberapa jauh keluarga besar dapat menerima atas pernikahan tersebut
(Kemenkes, 2013).
Keadaan budaya dan spiritual kedua pihak, perkawainan antar budaya atau
ras akan menimbulkan masalah-masalah dan isu-isu yang spesifik, misalnya
tentang perbedaan dalam mengekspresikan cinta dan keintiman, cara
berkomunikasi, keyakinan beragama, komitmen dan sikap yang mengarah
pada perkawinan itu sendiri, nilai-nilai kultural yang disampaikan oleh
orangtua sejak kecil dan pola pengasuhan anak (Imanda, 2016).

2) Data Objektif
Data ini diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi, pemeriksaan darah dan pemeriksaan laboratorium.
1. Pemeriksaan Umum
a) Tanda-tanda vital, normal jika :
- Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adanya gangguan pada sistem kardiovaskuler.
Normal 100/60-140/90 mmHg
- Nadi
Pemeriksaan nadi disertai pemeriksaan jantung untuk mengetahui pulsus
defisit (denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan
denyut nadi sehingga denyut jantung lebih tinggi dari denyut nadi).
Dilakukan pula pemeriksaan frekuensi nadi. Kondisi takikardi (denyut
jantung lebih cepat dari kecepatan normal), dapat dijumpai pada keadaan
hipertermia, aktivitas tinggi, kecemasan, gagal jantung, dehidrasi, dll.
Normal antara 80-110 x/menit.
- Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta membantu
menentukan diagnosis penyakit. Normal antara 36,5°C – 37,5°C.
- Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan, irama, kedalaman, dan
tipe/pola pernapasan. Pernafasan normal antara 18-24 kali per menit
(Uliyah, dkk, 2009).
b) Antropometri
- Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling prakonsepsi
mengalami amenorea dan berat badannya dibawah normal, ia harus
diindikasikan untuk meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia
mengalami obesitas, ia harus dianjurkan untuk mengurangi asupan kalori
supaya berat badannya turun sampai rentang normal pada saat konsepsi,
karena obesitas dalam masa kehamilan meningkatkan resiko preeklampsia
dan gangguan tromboembolisme. Wanita juga harus dianjurkan untuk
meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per hari (Kemenkes, 2015;
Varney, 2007). Mempertahankan status nutrisi yang baik, mencapai berat
badan ideal, mengontrol gangguan makan, dan mengembangkan kebiasaan
diet nutrisi yang seimbang, dapat membantu mempertahankan kesehatan
sistem reproduksi (Soetjiningsih, 2010).
- Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang memiliki TB <145cm
(low high) akan meningkatkan resiko panggul sempit (Laming, dkk, 2013).
Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung Indeks Massa Tubuh
(IMT) dengan rumus :
BeratBadan
Indeks Massa Tubuh = 2
TinggiBadan
Dengan klasifikasi :
Kategori IMT (kg/m2)
Kekurangan berat badan tingkat < 17,0
berat
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat 17,0 – 18,4
ringan
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Obesitas Kelas 1 30-34,9
Obesitas kelas 2 35-39,9
Obesitas ekstrem (kelas 3) > 40
(sumber : Depkes RI, 2011; Varney, 2007)

- Lingkar lengan atas (LILA)


Ukuran LiLA normal yaitu >23,5cm. Jika < 23,5cm merupakan indikator
Ibu kurang gizi sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR (Maryam,
2016).
2. Pemeriksaan Fisik
- Wajah
Keadaan muka pucat merupakan salah satu tanda anemia (Mariana, dkk,
2013). Sedangkan oedem pada muka bisa menunjukkan adanya masalah
serius jika muncul dan tidak hilang setelah beristirahat dan diikuti dengan
keluhan fisik yang lain (Prawirohadjo, 2010).
- Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya infeksi pada
klien. Pembengkakan vena jugularis untuk mengetahui adanya kelainan
jantung, dan kelenjar tiroid untuk menyingkirkan penyakit Graves dan
mencegah tirotoksikosis.
- Payudara
Tidak terdapat benjolan/massa yang abnormal.
- Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri tekan.
- Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan, lecet, kutil
seperti jengger ayam pada daerah vulva dan vagina. Tidak terdapat tanda-
tanda keputihan patologis
- Ekstermitas
Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan bebas (Sugiarto,
dkk, 2017).
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
- Albumin
Untuk menyingkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan
pielonefritis atau penyakit ginjal kronis)
- Reduksi urin
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan diabetes
melitus).
- Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan diberikan
terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari sampel darah.
- Golongan darah dan rhesus
- HbsAg
- HIV/AIDS
- IMS (Sifilis)
b) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG, pemeriksaan
gigi, tes sperma, tes tuberculosis.

2.2.2 Identifikasi Diagnosa, Masalah, dan Kebutuhan


Diagnosis
Pasangan catin dengan pranikah berdasarkan evidence based practice penggunaan
ratus vagina.
Keluhan dan masalah
Masalah yang sering muncul pada klien catin adalah kurang pengetahuan mengenai
kesehatan reproduksi.
Kebutuhan
Konseling persiapan catin terhadap kesehatan reproduksi.
2.2.3 Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial
Tidak ada
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera/ Kolaborasi
Tidak ada
2.2.5 Perencanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam pengkajian,
meliputi :
1. Jelaskan hasil pemeriksaan
R/ Menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah dimengerti sangat
penting agar calon ayah dan ibu memahami kondisinya dan dapat mengambil
keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi
2. Berikan KIE tentang kesehatan reproduksi, persiapan pernikahan, dan persiapan
kehamilan sesuai panduan konseling calon pengantin yang telah ditentukan oleh
Kemenkes (2014)
R/ Meningkatkan pengetahuan pasangan tentang kesehatan reproduksi dan TT.
3. Berikan KIE tentang perawatan tubuh menjelang pernikahan
R/ Meningkatkan pengetahuan pasangan tentang manfaat perawatan tubuh
menjelang pernikahan
4. Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen asam folat untuk
prakonsepsi.
R/ Disarankan mengkonsumsi asam folat minimal 1 bulan sebelum hamil agar
indung telur yang dihasilkan berkualitas. Selain itu asam folat mampu
menurunkan resiko gangguan metabolisme DNA yang bisa saja terjadi (CDC,
2006).

2.2.6 Implementasi
Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun
sebelumnya dengan harapan mencapai tujuan sesuai kriteria yang telah ditetapkan,
yaitu :
1. Menjelaskan kepada kedua calon pengantin bahwa secara umum keadaan mereka
baik, kedua catin mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
2. Memberikan KIE tentang kesehatan reproduksi, persiapan pernikahan dan
persiapan kehamilan sesuai panduan konseling calon pengantin yang telah
ditentukan oleh Kemenkes (2014), catin mengerti.
3. Memberikan KIE tentang perawatan tubuh menjelang pernikahan, meliputi
perawatan organ intim pada wanita dengan penggunaan ratus vagina yaitu
perawatan vagina tradisional dengan cara pengasapan langsung di organ intim
perempuan, asap tersebut dihasilkan dari pembakaran ramuan berbagai macam
rempah alami yang bertujuan untuk mengharumkan dan menjaga kebersihan area
intim kewanitaan, catin mengerti
4. Menganjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen asam folat
untuk prakonsepsi, catin mengerti.
2.2.7 Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan dari tujuan asuhan yang diberikan dapat
berupa evaluasi tindakan dan evaluasi proses. Kriteria hasil :
1) Catin dapat menjelaskan kembali tentang penjelasan yang diberikan mengenai
hasil pemeriksaannya.
2) Catin dapat menjelaskan kembali hasil konseling yang diberikan mengenai
kesehatan reproduksi, persiapan pernikahan, dan persiapan kehamilan.
3) Catin wanita memahami tentang perawatan organ intim dengan ratus vagina.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 14 November 2019, pukul 09.00 WIB


Tempat Pengkajian : Poli KIA Puskesmas Klampis

3.1 Pengkajian
A. Data Subjektif
3.1.1 Identitas
Catin Wanita Catin Laki-laki
Nama : Nn. K Nama : Tn. S
Umur : 20 tahun Umur : 23 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Madura Suku : Madura
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Klampis Timur Alamat : Sepulu
3.1.2 Keluhan Utama
Pasien datang ke puskesmas mendapat pengantar dari KUA untuk mengetahui
persiapan pranikah
3.1.3 Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 14 tahun
b. Siklus : 27 - 33 hari/bulan, teratur, lama ±4-5 hari
c. Banyaknya : Ganti pembalut 4 kali/hari 3 hari awal pertama, hari berikutnya
2-3 kali ganti pembalut
d. Dismenorhe : Tidak ada
e. HPHT : 20 Oktober 2019
f. Fluor Albus : Kadang-kadang, bening, sebelum dan setelah menstruasi,
tidak gatal, tidak berbau
3.1.4 Riwayat Kesehatan
a. Catin Wanita : Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung, hipertensi,
asma, DM, ginjal, batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah melakukan pemeriksaan
hepatitis, IMS dan HIV/AIDS. Status TT3 tahun 1999 (SD Kelas 1 dan 6).
b. Catin Laki-laki : Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung, hipertensi,
asma, DM, ginjal, batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah melakukan pemeriksaan
hepatitis, IMS dan HIV/AIDS.
3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Catin Wanita : Ayah menderita hipertensi, tidak ada keluarga yang pernah atau
sedang menderita jantung, asma, alergi, ginjal, DM, hemofillia, thalassemia, cacat bawaan,
hepatitis, dan TBC.
b. Catin Laki-laki : Ibu menderita hipertensi, tidak ada keluarga yang pernah atau sedang
menderita jantung, asma, alergi, ginjal, DM, hemofillia, thalassemia, cacat bawaan,
hepatitis, dan TBC.
3.1.6 Pola Kebiasaan yang Memperngaruhi Kesehatan
a. Catin Wanita : Tidak ada
b. Catin Laki-laki : Merokok
3.1.7 Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, terdiri dari nasi, ayam, telur, daging,
jarang mengkonsumsi buah dan sayur. Minum air putih 8-9 gelas sehari. Tidak ada
pantangan/alergi makanan
b. Eliminasi
(a) Catin Wanita : BAB 3-5 hari sekali, kadang-kadang keras, warna kuning khas, tidak
ada keluhan sakit saat BAB. BAK 4-6 kali sehari, tidak nyeri saat
berkemih.
(b) Catin Laki-laki : BAB 1 kali sehari. BAK 4-6 kali sehari, tidak nyeri saat berkemih.
(c) Istirahat : Jarang tidur siang dan pada malam hari tidur 7-8 jam.
(d) Aktivitas : Bekerja dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
(e) Hygiene : Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti celana dalam 2-3 kali/hari
atau setiap kali basah. Setelah BAK atau BAB dikeringkan menggunakan
tisu.
3.1.8 Keadaan Psiko, Sosio, dan Spiritual : Keluarga dari dua belah pihak mendukung
pernikahan. Kedua calon pengantin mengatakan
sudah siap secara mental untuk menikah.
B. Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Catin Wanita Catin Laki-laki
a. Keadaan Umum : Baik Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis Kesadaran : Composmentis
c. Antropometri : Antropometri :
BB : 48 kg BB : 60 kg
TB : 150 cm TB : 170 cm
IMT : 21,3 kg/m2 IMT : 20,8 kg/m2
LILA : 25 cm
Status TT : TT3
d. Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg TD : 120/80 mmHg
N : 86 x/menit N : 86 x/menit
S : 36,5°C S : 36,5°C
RR : 20 x/menit RR : 20 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
1) Catin Wanita
a) Bentuk tubuh : Normal
b) Wajah : Wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang berkenaan dengan genetik
seperti sindrom down
c) Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
d) Mulut : Bibir tidak pucat, lembab tidak kering
e) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
f) Dada : Tidak teraba benjolan
g) Abdomen : Tidak teraba benjolan
h) Genetalia : Tidak ada pengeluaran abnormal
2) Catin Laki-laki
a) Bentuk tubuh : Normal
b) Wajah : Wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang berkenaan dengan genetik
seperti sindrom down
c) Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
d) Mulut : Bibir tidak pucat, lembab tidak kering
e) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
3.2 Identifikasi Masalah/ Diagnosa
Diagnosa : Nn.”K” usia 20 tahun dengan pranikah pada remaja
DS : Pasien datang ke puskesmas mendapat pengantar dari KUA untuk
mengetahui persiapan pranikah
DO :
Catin Wanita Catin Laki-laki
a. Keadaan Umum : Baik Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis Kesadaran : Composmentis
c. Antropometri : Antropometri :
BB : 48 kg BB : 60 kg
TB : 150 cm TB : 170 cm
IMT : 21,3 kg/m2 IMT : 20,8 kg/m2
LILA : 25 cm
Status TT : TT3
d. Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg TD : 120/80 mmHg
N : 86 x/menit N : 86 x/menit
S : 36,5°C S : 36,5°C
RR : 20 x/menit RR : 20 x/menit
3.3 Identifikasi Masalah Potensial
Tidak ada
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Tidak ada
3.5 Intervensi/ Rasional
Tanggal : 14 November 2019 Jam : 09.10 WIB
Diagnosa : Nn.”K” usia 20 tahun dengan pranikah pada remaja
Intervensi dan Rasional
1. Jelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
Rasional: Agar catin tahu tentang keadaanya sehingga pasien tidak khawatir dengan
hasil pemeriksaan.

2. Berikan konseling tentang persiapan pranikah.


Rasional : Dilakukan untuk memberikan pengetahuan dasar untuk persiapan pranikah.
3. Jelaskan status TT saat ini
Rasional : Sebagai dasar menentukan status TT sebagai tindak lanjut untuk pemberian
vaksin tetanus toksoid.
4. Jelaskan manfaat dari pemberian vaksin tetanus toksoid.
Rasional : Sebagai edukasi kepada pasien apa kandungan dan manfaat dalam vaksin
TT.
5. Berikan imunisasi TT
Rasional : Intervensi yang dilakukan sebagai persiapan pranikah.
6. Anjurkan pasien untuk mengompres dengan air hangat
Rasional: Mengurangi rasa nyeri setelah diimunisasi.
7. Berikan terapi FE
Rasional : Mencegah terjadinya anemia pada pasangan catin.
8. Berikan KIE tentang perawatan tubuh menjelang pernikahan
Rasional : Menjelaskan manfaat perawatan tubuh menjelang pernikahan yaitu untuk
mengharumkan dan menjaga kebersihan area intim kewanitaan.
9. Jelaskan kapan harus kembali lagi.
Rasional : Follow up dari pasien atas intervensi yang sudah diberikan.

3.6 Implementasi
Tanggal : 14 November 2019 Jam : 09.30 WIB
Diagnosa : Nn.”K” usia 20 tahun dengan pranikah pada remaja
Implementasi :
1. Menjelaskan kepada kedua calon pengantin bahwa secara umum keadaan mereka
baik, tanda- tanda vital dalam batas normal, kedua catin mengerti dengan penjelasan
yang diberikan.
2. Memberikan konseling catin tentang pranikah, yaitu :
a) Pengertian pranikah
b) Persiapan pranikah.
c) Pemeriksaan kesehatan menjelang pernikahan
d) Manfaat imunisasi TT
e) Manfaat pemeriksaan kesehatan menjelang pernikahan
3. Menjelaskan kepada catin wanita bahwa status imunisasi TT saat ini adalah TT3 yang
masa perlindungannya terhadap tetanus neonatorum adalah lima tahun dan belum
seumur hidup, sehingga catin wanita masih perlu diberikan suntikan imunisasi TT dua
kali lagi, catin wanita mengerti keadaannya.
4. Menjelaskan manfaat dari imunisasi TT yaitu memberikan kekebalan dalam tubuh
klien yang mana langsung mencegah terjadinya tetanus neonatorum dengan
memasukkan kuman yang sudah dilemahkan, catin wanita mengerti.
5. Memberikan injeksi imunisasi TT 0,5 cc secara IM pada lengan kiri catin wanita dan
menjelaskan bahwa status imunisasi TT sekarang yaitu TT4 yang masa
perlindungannya terhadap tetanus neonatorum adalah sepuluh tahun, catin wanita
mengerti dan tidak ada reaksi alergi.
6. Menganjurkan catin untuk mengompres lengan kiri dengan air hangat dibekas
suntikan, cantin wanita mengerti.
7. Memberikan terapi FE 1x60 mg/ minggu, kecuali pada masa menstruasi 1x60
mg/hari, catin mengerti.
8. Memberikan KIE tentang perawatan tubuh menjelang pernikahan dengan penggunaan
Ratus Vagina, catin mengerti
9. Menjelaskan waktu kembali lagi yaitu ketika ibu hamil nantinya.

3.7 Evaluasi
Tanggal : 14 November 2019 Jam : 09.45 WIB
Diagnosa : Nn.”K” usia 20 tahun dengan pranikah pada remaja
S : Pasien mengatakan telah mengerti dengan penjelasan petugas
kesehatan dan akan melaksanakan anjuran yang telah diberikan.
O : Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Baik
Pasien sudah mengerti dan dapat mengulangi dari penjelasan petugas.
A : Nn.”K” usia 20 tahun dengan pranikah pada remaja
P : Lanjutkan intervensi
1. Jelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Berikan konseling tentang persiapan pranikah.
3. Berikan KIE tentang perawatan tubuh menjelang pernikahan
4. Jelaskan kapan harus kembali lagi.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada Nn.“K” dengan pranikah dan mengacu
pada tujuan yang ada maka dapat ditemukan suatu diagnosa kebidanan yaitu :
 Pasangan catin dengan pranikah berdasarkan evidence based practice
penggunaan ratus vagina
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan ini pasien mempunyai pengaruh terhadap
palaksanaan asuhan kebidan antara lain :
1. Pasien memberikan kepercayaan kepada petugas
2. Keterbukaan pasien dalam mengungkapkan masalah kepada petugas
3. Adanya pengertian dan kesadaran pasien dalam mempersiapkan
pernikahannya dan dukungan keluarga serta petugas.

4.2 Saran
a. Untuk Tenaga Kesehatan
1. Menggunakan komunikasi dengan tepat dan jelas
2. Menunjukkan sikap bersedia mau membantu pasien
3. Memberikan motivasi atau dukungan
b. Untuk Pasien
1. Hendaknya pasien dan calon suaminya mempersiapkan sematang mungkin
pernikahannya
2. Memegang teguh norma perkawinan (regulasi) dan mematangkan diri secara
bertanggungjawab melalui kehidupan bersama yang akan dijalani yaitu
sebagai suami istri
3. Bisa menjaga keseimbangan biologis, psikologis, spiritual sehingga tenang dan
lancar dalam menghadapi kehidupannya
4. Hendaknya mau kontrol ke Bidan setelah 1 bulan
DAFTAR PUSTAKA

Https://www.popmama.com/life/health/sarrah-ulfah/risiko-dan-manfaat-ratus-vagina
Jones lewcilnya Derek, 1997. Kesehatan Wanita. Jakarta : Gaya favorit
Kartono kartini, 1992. Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung : CV Mandar
Maju.
Kartono kartini, 1997. Konseling Pra Perkawinan. Bandung : CV Mandar Maju.
Kemenkes. 2017. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi
Calon Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta: Kementrian Kesehatan dan
Kementerian Agama.
Novita, Nesi. Franciska,Y. (2011). Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Varney, Helen, 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi I, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai