Makalah Pitl - Reaktor Trickle Bed - Samsul Rida

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

REAKTOR TRICKLE BED

PENGANTAR ILMU TEKNIK LINGKUNGAN


Ir. Juliansyah Harahap, S.T., M. Sc.

DISUSUN OLEH:

SAMSUL RIDA
2020702002

TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis sampaikan kehadirat ALLAH SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini, karena tanpa
rahmat dari-Nya mustahil saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Teknik
Lingkungan. Selama penyusunan makalah ini, saya mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ngin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa sebagai manusia yang tidak pernah lepas dari kesalahan
tentunya dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun dari semua pihak sangat butuhkan demi kesempurnaan
penyusunan makalah ini. Dan saya berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat
bagi saya dan pembaca.

Darussalam, 27 November 2022

Samsul Rida

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI………………………………….…………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………….………………………1

1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………1


1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………...........1
1.3. Tujuan…………………………………………………………………………..1
1.4. Manfaat ………………………………………………………………………...2

BAB II PEMBAHASAN………….……………………………...…………………..3

2.1. Pengertian……………………………………………………………………... 3
2.2. Mekanisme Reaktor…………………………………………………………... 5
2.3. Fungsi reactor trickle bed……………………………………………………. 8
2.4. Keuntungan dan Kerugian………………………………………………….... 8

BAB III PENUTUP………….………………………………………………………... 9

3.1. Kesimpulan…………………………………….…………………………………… 9
3.2. Saran…………………………………….………………………………………….. 9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………….…………………………. 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Trickle bed reactor merupakan salah satu jenis reaktor katalitis heterogen yang
melibatkan tiga fasa, yaitu fasa padat, cair dan gas. Prinsip kerja reaktor ini hampir sama
dengan fix bed reactor, bedanya hanya terletak pada keadaan unggun. Pada reaktor trickle
bed cairan hanya membasahi unggun dengan melewati bagian-bagian kosong antara partikel
unggun, sedangkan pada reaktor fix bed unggun harus terendam oleh cairan (Charles and
Thatcher, 2014).

Pada reaktor trickle bed fasa padat merupakan fasa yang diam didalam reaktor,
sedangkan fasa cair dan gas mengalir melalui bagian atas kolom secara co-current. Fasa cair
mengalir searah dengan gravitasi dari puncak ke bagian bawah reaktor dengan bantuan
dorongan dari fasa gas, melaui unggun yang didistribusikan oleh distribution pallet atau
sprayer dan kemudian membentuk lapisan tipis (film) di dinding permukaan partikel unggun.
Laju alir fasa cair ini tidak boleh tinggi dan aliran gas bergerak secara kontinyu. (Green and
Perry, 2008) Pada aplikasinya, penggunaan fasa gas selain sebagai pendorong dan
pendistribusi fasa cair pun bertindak sebagai excess hidrogen pada proses hidrogenation.
Penggunaan hidrogen secara berlebih ini dilakukan karena kandungan hidrogen pada fasa
cair tidak mencukupi secara stoikiometri, meskipun fasa cair dialirkan dengan tekanan yang
sangat tinggi. (Green and Perry, 2008).

Reaktor Trickle Bed secara luas digunakan di industri kimia seperti industri petrokimia,
perminyak dan gas, farmasi, biokimia dan industri pengolahan air limbah. Secara umum
reaktor Trickle Bed dioperasikan pada kondisi tekanan dan suhu tinggi pada industri
perminyakan untuk proses penghilangan sulfur (hidrodesulfurisasi) dan proses perengkahan
minyak bumi (hydrocracking). Namun disamping itu, reaktor Trickle Bed juga dapat
diaplikasikan pada tekanan dan suhu rendah meskipun penggunannya tidak sebanyak
kondisi tekanan dan suhu tinggi, contohnya terdapat pada industri biokimia dan pengolahan
air limbah. (Vivek, dkk, 2011).

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Trickle Bed Reactor?
2. Bagaimana proses Mekanisme Reaktor?
3. Apa fungsi Trickle Bed Reactor?

1.3. Tujuan

1
Adapun tujuan dari makalah ini adalahh untuk mengetahui secara detail apa itu Trickle
Bed Reactor dan apa saja keuntungan dan kerugian yang di dapat dalam proses Trickle Bed
Reactor.

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Trickle Bed Reactor
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses mekanisme Reaktor
3. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi trickle bed reactor.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Pengertian

Trickle Bed Rector adalah reaktor dengan packing katalis dimana fasa cair dan gas
mengalir searah ke bawah dan mengalami interaksi pada katalis padatan. Trickle bed reactor
merupakan salah satu jenis reaktor katalitis heterogen yang melibatkan tiga fasa, yaitu fasa
padat, cair dan gas.

Prinsip kerja reaktor ini hampir sama dengan fix bed reactor, bedanya hanya terletak
pada keadaan unggun. Pada reaktor trickle bed cairan hanya membasahi unggun dengan
melewati bagian-bagian kosong antara partikel unggun, sedangkan pada reaktor fix bed
unggun harus terendam oleh cairan (Charles and Thatcher, 2014).

Pada reaktor trickle bed fasa padat merupakan fasa yang diam didalam reaktor,
sedangkan fasa cair dan gas mengalir melalui bagian atas kolom secara co-current. Fasa cair
mengalir searah dengan gravitasi dari puncak ke bagian bawah reaktor dengan bantuan
dorongan dari fasa gas, melaui unggun yang didistribusikan oleh distribution pallet atau
sprayer dan kemudian membentuk lapisan tipis (film) di dinding permukaan partikel unggun.
Laju alir fasa cair ini tidak boleh tinggi dan aliran gas bergerak secara kontinyu. (Green and
Perry, 2008)

Berikut merupakan gambar Trickle Bed Reactor.

Gambar 1. Trickle bed reactors

3
Trickle Bed Reactor biasanya digunakan dalam industri perminyakan, pencairan batu
bara, pengolahan limbah dan masih banyak yang lain. Berikut (gambar 2) adalah Trickle
Bed Rector yang digunakan dalam pengolahan limbah.

Gambar 2. Trickle bed reactors

(a) trickle bed or biofilter; (b) waste water trickling filter

Dengan aliran berlawanan gas dan cair digunakan dalam skala besar untuk produksi
cuka, sebagai biofilter untuk gas bersih-bersih dan deodorisation, untuk pemurnian air dan
untuk pencucian bijih.Trickle bed reactor dapat dioperasikan dengan atau tanpa daur ulang,
tapi daur ulang memungkinkan memuat lebih tinggi dan memberikan distribusi aliran yang
lebih baik, yang bahkan lebih penting daripada di terendam operasi tidur dikemas.

4
Pembersihan lagi mungkin dengan banjir filter dan melanjutkan seperti reaktor unggun
tetap terendam. Dalam kasus pemurnian gas, gas dibersihkan dalam sebuah bagian tunggal
dan cairan yangada baik sebagai cairan penyerapan dan sebagai pasokan nutrisi untuk
biomassa pada kemasan (biasanya serutan kayu atau kulit kayu). Kelebihan biomassa
diselesaikan di luar aliran ini dan tidak ada pembersihan lainnya yang diperlukan.

1.2. Mekanisme Reactor


Reaktor Trickle Bed secara luas digunakan di industri kimia seperti industri petrokimia,
perminyak dan gas, farmasi, biokimia dan industri pengolahan air limbah. Secara umum
reaktor Trickle Bed dioperasikan pada kondisi tekanan dan suhu tinggi pada industri
perminyakan untuk proses penghilangan sulfur (hidrodesulfurisasi) dan proses perengkahan
minyak bumi (hydrocracking). Namun disamping itu, reaktor Trickle Bed juga dapat
diaplikasikan pada tekanan dan suhu rendah meskipun penggunannya tidak sebanyak
kondisi tekanan dan suhu tinggi, contohnya terdapat pada industri biokimia dan pengolahan
air limbah.

Selain itu, aplikasi trickle bed yang digunakan untuk proses biokimia pernah diteliti oleh
Rachauber et al (2016) dengan tujuan penelitian untuk meningkatkan kapasitas mikroba
hidrogenotrophic dengan konsep biological biogas. Proses penerapan aplikasi reaktor
Trickle Bed adalah sebagai berikut:
1. Aplikasi Trickle Bed Reactor pada suhu dan tekanan tinggi

(a) Hidrosulfurisasi
Hidrosulfurisasi merupakan suatu proses kimia katalitik yang secara luas
digunakan untuk menghilangkan kandungan sulfur (S) dalam gas alam atau
produk hasil refinery minyak bumi seperti gasoline atau petrol (bensin), bahan
bakar pesawat, kerosene (minyak tanah, paraffin), solar dan fuel oil. Tujuan dari
penghilangan kandungan sulfur ini adalah untuk mengurangi kandungan SO2
pada emisi gas hasil pembakaran. Alasan lain pentingnya penghilangan sulfur dari
aliran nafta pada pemurnian minyak bumi adalah senyawa sulfur baik dalam
konsentrasi sangat rendah sekalipun, memberikan efek yang buruk pada logam
mulia (platinum dan rhenium) di unit catalytic reforming yang digunakan untuk
menaikkan nilai oktan dari aliran nafta.

(b) Hydrocracking
Hydrocracking mengacu pada proses yang tujuannya adalah untuk menurunkan
titik didih produk yang lebih rendah dibandingkan umpan. Proses ini melibatkan
dua tahap yaitu pretreat step dan secondary step. Pada pretreat step senyawa
poliakromatik dalam keadaan jenuh dan senyawa organik nitrogen juga sulfur
diubah menjadi ammonia dan sulfur hidroksida, karena senyawa organik nitrogen
akan menghambat kerja cracking catalyst pada tahap selanjutnya. Kemudin pada
tahap sekunder (cracking step) molekul hidrokarbon yang memiliki berat molekul
yang lebih besar dipecah secara sempurna oleh katalis hydrocracking.

5
(c) Hydrotreating
Hydrotreating merupakan suatu proses katalitik untuk menstabilisasi produk
minyak bumi dengan cara mengubah olefin menjadi paraffin atau menghilangkan
elemen berat dari produk ataupun bahan baku dengan mereaksikannya dengan
hydrogen. Hydrocracking dan hydrotreating disebut sebagai hydro-processing
dimana proses-proses keduanya mampu menghilangkan sulfur dan nitrogen secara
signifikan dibandingkan dengan kandungannya pada umpan. Pada keadaan
lapangan di industri istilah hydcracking, hydrotreating, hydroprocessing, dan
hydrosulfurzation tidak selalu tepat digunakan karena dalam prosesnya cracking
dan desulfurisasi terjadi secara bersamaan, dan itu realtif terhadap proses yang
mendominasi. (Bose, Debajyoti, 2015).

2. Aplikasi Trickle Bed Reactor Pada Suhu Ambient Dan Tekanan Atmosferik
(a) Katalitik denitrifikasi dalam Trickle Bed Reactor untuk proses
pengolahan waste brine dengan metode Ion Exchange .
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Allison, dkk (2016) digunakan reaktor
Trickle Bed yang telah dirancang dan dibuat dari polyvinylchloride (PVC)
dengan diameter reaktor 5,08 cm. Selain itu reaktor ini dirancang dan
dioptimalkan dengan menggunakan 0,5% Palladium-0,05% katalis Inidium
yang didukung pada partikel karbon aktif berukuran 12x14 dan 12x30 (US
mesh). Prinsip kerjanya adalah dengan mengalirkan synthetic brine sebanyak
150 liter dengan kadar NaCl 10 wt% dan 15.000 mg/L nitrat (1,5wt%) yang
dilarutkan menggunakan deionized water. Synthetic brine ini adalah sebagai
fasa cair yang akan dialirkan melalui bagian atas kolom reaktor Trickle Bed
yang selanjutnya akan dikontakkan dengan Hidrogen dan Karbon Dioksida
secara co-current. Secara keseluruhan penelitian ini dilakukan dalam tekanan
atmosferik dan temperatur ambient (27±1 oC).

Berbagai kecepatan superfisial cairan (Ur) dan kecepatan superfisial gas


Hidrogen (Ug-H2) dievaluasi untuk menilai kinerja pada rezim aliran yang
berbeda. Katalis 12x30 menunjukkan aktivitas katalitik 100% lebih tinggi
dan laju transfer massa 280% lebih tinggi dibandingkan katalis 12x14. Pada
kedua katalis, kinerja Reaktor Trickle Bed secara optimal dicapai dalam
rezim aliran trickle flow.

Menurut Chaplin et al dalam Allison et al (2011), selama denitrifikasi, gas


hidrogen berfungsi sebagai donor elektron untuk pengurangan nitrat. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
NO3 - + H2 → NO 2 - + H2 O (1)
NO 2 + 1,5H2 → 0,5 N 2 + H2 O + OH
- - (2)
NO 2 + 3H2 → NH 4 + 2OH
- + - (3)

6
(b) Penambahan gas H2 untuk meningkatkan kapasitas bakteri
hydrogenotrophic dalam reaktor Trickle Bed.
Prinsip kerja dari penerapan aplikasi reaktor trickle bed yang dilakukan oleh
Rachauber et al (2016) adalah untuk meningkatkan kapasitas bakteri
hydrogenotrophic agar dapat menghasilkan biomethane. Metanogen
hydrogenotrophic adalah jenis bakteri yang dapat tumbuh pada karbon
dioksida dan gas hidrogen sehingga dapat menghasilkan gas methan. Untuk
meningkatkan kapasitas bakteri tersebut maka dilakukan penambahan gas H2
kedalam reaktor trickle bed. Unggun diam yang terdapat dalam reaktor trickle
bed tersebut berupa sel immobilisasi dari bakteri hydrogenothropic. Nutrient,
biogas dan gas H2 dikontakkan didalam reaktor trickle bed dan mengalir
melalui trickling filter (sel immobilisasi). Nutrient dialirkan dengan
menggunakan pompa peristaltic agar tidak terjadi flooding didalam reakor
sehingga pendistribusian dalam sel immobilisasi menjadi merata.

1.3. Hidrodinamika Reaktor Trickle Bed


Hidrodinamika dalam reaktor trickle bed meliputi berbagai jenis rezim aliran
tergantung pada laju alir fasa gas dan fasa cair serta sifat fisik dari fasa gas dan fasa cair.
Parameter hidrodnamika digunakan untuk menganalisis dan mendesain reactor trickle bed
yaitu rezim aliran, distribusi fasa cair pada unggun, fraksi kekosongan pada unggun
(voiditas antar partikel unggun), phase holdups, efisiensi kebasahan (fraksi unggun yang
terbasahi oleh cairan), koefisien transfer massa gas-cair, koefisien transfer massa cair-padat
untuk bagian partikel unggun yang terbasahi, koefisien transfer massa gas-padat untuk
bagian partikel unggun yang tidak terbasahi, axial mixing fasa gas dan cair, pressure drop
dan koefisien perpindahan panas. Dalam penelitian ini, karakteristrik hidrodinamika yang
akan diamati diarahkan kepada karakteristik fisik dalam reaktor trickle bed, diantaranya
rezim aliran, distribusi fasa cair pada unggun dan voiditas partikel unggun

Berikut adalah jenis-jenis rezim aliran untuk reactor trickle bed untuk system
foaming dan nonfoaming :

Gambar 3. Pola rezim aliran pada reaktor trickle bed

7
1.4. Fungsi Reactor Trickle Bed

Adapun fungsi dari reactor trickle bed adalah sebagai berikut:

1. Reactor trickle bed berperan dalam proses hidroprosesor di industry perminyakan untuk
menghasilkan bahan bakar yang lebih bersih.
2. Minyak bumi cair mengalir dengan gas hydrogen tekanan tinggi pada kecepatan yang
relative rendah untuk memperpanjang waktu tinggal dalam sistem.
3. Reactor trickle bed juga berguna dalam beberapa proses pengolahan air limbah.
4. Reakto ini berfungsi untuk mengoksidasi fenol bercun dalam air limah menjadi
karbondioksida dan air yang tidak beracun.

4.1. Keuntungan dan Kerugian

Adapun keuntungan dan kerugian reactor trickle bed, yaitu :

1. Keuntungan
Proses dapat dijalankan dengan umpan bertitik didih tinggi, dan lebih efisien.
2. Kerugian
Operasi dengan fase uap akan memungkinkan reaksi samping yang tidak
dikehendaki, contohnya pada proses hidrodesulfurisasi, dimana akan terjadi
akumulasi produk samping yang bersifat korosif (contoh: Mercaptan, siklosulphide,
thionic).

8
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Trickle Bed Rector adalah reaktor dengan packing katalis dimana fasa cair dan gas
mengalir searah ke bawah dan mengalami interaksi pada katalis padatan.
2. Keuntungan dari Trickle Bed Rector yaitu prosesnya dapat dijalankan dengan umpan
bertitik didih tinggi, dan lebih efisien.
3. Kerugian dari Trickle Bed Rector ialah operasi dengan fase uap akan memungkinkan
reaksi samping yang tidak dikehendaki, contohnya pada proses hidrodesulfurisasi,
dimana akan terjadi akumulasi produk samping yang bersifat korosif.

3.2. Saran
Adapun saran pada makalah ini adalah Menurut saya materi tersebut sulit di
kembangkan karena kurangnya literatur atau media yang mendukung, contohnya dengan
pembahasan bahasa asing.

9
DAFTAR PUSTAKA

Deslia Prima, 2011. Makalah Industry Kimia. www.scribd.com. [27 November 2022].
Charles and Thatcher, 2014. Introducing to Chemical Engineering and Reactor Design, 2nd
Edition. Wiley Migasnet11_winda8010.blogspot.com . [27 November 2022].

10

Anda mungkin juga menyukai