Kelompok 6 - Laporan Pokok Perusahaan Dan Analisis Rasio Keuangan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

RANGKUMAN MATA KULIAH

MANAJEMEN KEUANGAN (EMA232M A2*)

Dosen Pengampu : Dr. I Made Surya Negara Sudirman, S.E.Ak., M.M.

LAPORAN POKOK KEUANGAN DAN ANALISIS RASIO KEUANGAN

Oleh:

Kelompok 6

Komang Wisnu Putra Yan Dinanta Surya (2307521123)

Anastasya Claudia Cindy Pratiwi (2307521126)

PROGRAM STUDI SARJANA MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

JIMBARAN

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan ringkasan materi kuliah yang berjudul “Laporan
Pokok Keuangan dan Analisis Rasio Keuangan” ini dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan ringkasan materi kuliah ini adalah untuk memberikan
serta menambah wawasan pembaca tentang bagaimana kinerja keuangan perusahaan diukur,
dievaluasi, dan dikelola dalam lingkungan bisnis.

Dalam penyusunan paper ini, penulis mendapat bimbingan dan arahan dari Bapak
dosen. Oleh karena itu sepantasnya kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak : Dr. I
Made Surya Negara Sudirman, S.E.Ak., M.M. selaku dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Keuangan. Penulis berharap dengan adanya paper ini dapat membuat para
pembaca memahami lebih lanjut tentang ruang lingkup manajemen keuangan. Penulis juga
menyadari bahwa paper ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis
terbuka dengan kritik dan saran yang bersifat membangun agar kedepannya dapat mencapai
penulisan paper yang sempurna.

Jimbaran, Maret 2024

Penulis
A. Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja keuangan perusahaan adalah evaluasi tentang bagaimana perusahaan
mengelola aset dan kewajiban mereka untuk mencapai tujuan keuangan yang telah
ditetapkan. Ini mencakup pengukuran dan analisis atas berbagai metrik keuangan,
seperti profitabilitas, likuiditas, leverage, dan efisiensi, yang memberikan gambaran
tentang kesehatan dan kinerja perusahaan.
Kinerja keuangan perusahaan juga melibatkan pemantauan terhadap kinerja
pasar saham dan hubungannya dengan nilai perusahaan. Dengan memahami kinerja
keuangan perusahaan, para pemangku kepentingan dapat membuat keputusan yang
lebih baik terkait investasi, pengelolaan, dan strategi keuangan.

B. Laporan Pokok Keuangan


Pada umumnya laporan keuangan yang disusun oleh suatu perusahaan
meliputi: neraca, perhitungan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan dan
catatan atas laporan keuangan. Neraca merupakan suatu ikhtisar yang
menggambarkan posisi harta, utang dan modal sendiri suatu perusahaan pada saat
tertentu. Perhitungan laba rugi adalah ikhtisar yang memuat rincian pendapatan dan
biaya dalam rangka perhitungan laba atau rugi untuk suatu periode tertentu. Untuk
dapat menggambarkan secara jelas sifat dan perkembangan yang dialami perusahaan
dari waktu ke waktu sangat dianjurkan agar perusahaan menyusun laporan keuangan
komperatif. Laporan komperatif ini setidaknya untuk dua tahun terakhir. Apabila
neraca dapat disusun secara sistematis, maka akan memberikan gambaran mengenai
posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu. Pos-pos neraca dapat dibagi ke dalam
tiga bagian, yaitu:
1. Pos-pos aktiva (assets items)
2. Pos-pos utang (liabilities)
3. Modal sendiri (shareholders equity)
Manajemen keuangan melibatkan pengelolaan sumber-sumber dana dan alokasi dana
yang terdapat dalam neraca perusahaan. Seperti arus air, kita mempertimbangkan
sumber-sumber (sources), penampungan (reservoir), dan penggunaan (uses) dana.
Pengendalian dan pengarahan sumber-sumber, penampungan, dan penggunaan dana ini
penting untuk mencapai tujuan perusahaan. Komponen neraca dapat digolongkan sebagai
berikut:
1. AKTIVA
 Aktiva Lancar
 Investasi (Penyertaan)
 Aktiva Tetap
 Aktiva Lain-lain
2. KEWAJIBAN
 Kewajiban Lancar
 Kewajiban Jangka Panjang
 Kewajiban Lain-lain
3. MODAL
 Modal Saham
 Agio Saham
 Laba yang Ditahan
Penyajian komponen-komponen neraca lazimnya sebagai berikut:
 Aktiva, diklasifikasikan menurut urutan likuiditas.
 Kewajiban, diklasifikasikan menurut urutan jatuh tempo.
 Modal, diklasifikasikan berdasarkan sifat kekekalannya.
Perhitungan rugi laba harus disusun sedemikian rupa agar dapat memberikan
gambaran mengenai hasil usaha perusahaan dalam periode tertentu. Cara penyajian rugi
laba adalah sebagai berikut:
 Harus memuat secara rinci unsur-unsur pendapatan dan beban.
 Sebaiknya disusun dalam bentuk urutan ke bawah.
 Harus dipisahkan antara hasil dari bidang usaha lain serta pos luar biasa.
Secara umum, komponen-komponen rugi laba terdiri dari:
 Penjualan
 Harga Pokok Penjualan
 Laba bruto
 Beban usaha
 Pendapatan dan beban lain-lain
 Laba sebelum pajak penghasilan
 Pajak penghasilan
 Laba bersih
C. Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah petunjuk yang menuntun manajemen sebuah
perusahaan menetapkan berbagai target serta standar. Rasio keuangan sangat
membantu para manajer keuangan dalam menetapkan strategi jangka panjang yang
menguntungkan serta dalam membuat keputusan jangka pendek yang efektif.
Analisis rasio adalah suatu metode evaluasi yang menghubungkan satu elemen
keuangan dengan elemen lainnya, baik itu dari neraca atau laporan laba rugi, atau
kombinasi dari keduanya, dengan tujuan untuk memahami kondisi keuangan
perusahaan. Tujuan dari analisis rasio adalah untuk memberikan informasi yang dapat
diinterpretasikan tentang kinerja perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan dapat
dipahami melalui berbagai aspek yang tercermin dalam rasio keuangan. Adapun jenis-
jenis rasio keuangan, yaitu:
1. Rasio likuiditas
2. Rasio solvabilitas/leverage
3. Rasio profitabilitas/rentabilitas
4. Rasio aktiva usaha
5. Rasio penilaian/pasar
a. Rasio likuiditas
Rasio Likuiditas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk memebuhi
kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Berikut adalah jenis-jenis
rasio likuiditas, diantaranya:
1) Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar digunakan dalam mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang akan
jatuh tempo dengan menggunakan total asset lancar yang ada. Rasio
lancar menggambarkan jumlah ketersediaan asset lancar yang dimiliki
dibandingkan dengan total kewajiban lancar. Berikut adalah rumus
yang digunakan untuk menghitung rasio lancar.
Aktiva Lancar
Current Ratio= ×100 %
Kewajiban lancar
2) Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat atau quick ratio yaitu perbandingan aktiva lancar
yang paling likuid dengan hutang lancar. Rasio ini dugunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-
kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena
persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir
menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat
direalisir sebagai uang kas, walaupun kenyataannya mungkin
persediaan lebih likuid dari piutang. Quick ratio kurang dari 100%
dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya. Jika current ratio tinggi
tapi quick ratio nya rendah menunjukan adanya investasi yang angat
besar dalam persediaan. Rumus menghitung quick ratio sebagai
berikut:
Aktiva Lancar−Persediaan
Quick Ratio= × 100 %
Utang Lancar
3) Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas atau cash ratio merupakan perbandingan dari kas
yang ada diperusahaan dan di bank dengan total hutang lancar.
Menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya dengan uang kas dan surat berharga yang murah
diperdangangkan, yang tersedia didalam perusahaan. Berikut adalah
rumus untuk menghitung rasio kas:
Kas+ Setara Kas
Cash Ratio= × 100 %
Utang Lancar

4) Net Working Capital to Sales


Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur peranan
sumber jangka panjang yang terikat pada akttiva lancar sehubungan
dengan pelakasanaan penjualan. Rumus untuk menghitung Net
Working Capital to Sales adalah sebagai berikut:
Modal Kerja Bersih
× 100
Penjualan

5) Current Assets to Sales


Merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukan peranan
modal kerja dalam mencapai penjualan. Rumus untuk menghitung
Current Assets to Sales adalah sebagai berikut:
Aktiva Lancar
× 100
Penjualan

Contoh soal:
Jika diketahui data berdasarkan data dalam neraca sebagai berikut:
Kas Rp 50.000.000
Piutang dagang Rp 100.000.000
Piutang lain-lain Rp 2.000.000
Persediaan Rp 75.000.000
Perlengkapan Rp 5.000.000
AKTIVA LANCAR Rp 232.000.000
Hutang dagang Rp 20.000.000
Hutang bank Rp 10.000.000
Hutang lain-lain Rp 15.000.000
UTANG LANCAR Rp 45.000.000
Diminta:
Hitunglah rasio Keuangan likuiditas perusahaan tersebut menurut rasio lancar,
rasio kas, dan rasio cepat.
Penyelesaian:
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rp 232.000 .000
Current Ratio= × 100 %
Rp 45.000 .000
= 5,15
Artinya, setiap Rp 1 hutang lancar di jamin dengan Rp 5,15 aktiva lancar.
b. Rasio cepat (Quick Ratio)
Rp232.000 .000−Rp75.000 .000
Quick Ratio= × 100 %
Rp 45.000 .000
= 3,48
Artinya, kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancar dengan
aktiva adalah setiap utang lancar dengan 3,48 aktiva lancar yang likuid.
c. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rp50.000 .000
Cash Ratio= ×100 %
Rp 45.000.000
= 1,1
Artinya, kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancer dengan kas
adalah setiap Rp 1 utang lancer dengan Rp 1,1 kas perusahaan.

b. Rasio solvabilitas/leverage
Rasio solvabilitas/leverage ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana aktiva Perusahaan dibiayai dengan utang.
Artinya, berapa besar beban utang dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti
luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan Perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka
panjang maupun jangka pendek apabila Perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
Adapun jenis-jenis rasio solvabilitas, diantaranya:
1) Debd to asset ratio
Merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dari hasil
pengukuran dapat diketahui, apabila rasionya tinggi, artinya
pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi
perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena
dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya
dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula, apabila rasionya
rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang. Standar
pengukuran untuk menilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan
rata-rata industri yang sejenis. Rumus untuk menghitung debt to
asset ratio (DAR) adalah sebagai berikut:
Total uang
Debt Ratio= ×100 %
Total aktiva
2) Long term debt to equity ratio
Long term debt to equity ratio (LTDtER) merupakan rasio
antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah
untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan
antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan
oleh perusahaan. Rumus untuk menghitung long term debt to equity
ratio (LTDtER) adalah sebagai berikut:
Total Utang Jangka Panjang
LTDER= ×100 %
Ekuitas

3) Times interest earned ratio


Menurut J. Fred Weston, times interest earned ratio merupakan
rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini diartikan
oleh James C. Van Horne sebagai kemampuan perusahaan untuk
membayarbiaya bunga, sama seperti coverage ratio. Secara umum,
semakin tinggi rasio maka semakin besar kemungkinan perusahaan
dapat membayar bunga pinjaman dan dapat meniadiukuran untuk
memperoleh tambahan pinjaman baru dari kreditor. Sebaliknya,
apabila rasionya rendah maka semakin rendah pula kemampuan
perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya. Rumus untuk
menghitung times interest earned ratio (TIER) adalah sebagai berikut:
Laba sebelum bunga dan pajak
TIER=
Beban bunga
4) Fixed charge coverage
Fixed charge coverage atau lingkup biaya tetap merupakan
rasio yang menyerupai times interest earned ratio, hanya saja
perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan
memperoleh utang jangka panjang untuk menyewa aktiva berdasarkan
kontrak sewa (lease contract). Rasio in memberikan informasi kepada
perusahaan, investor dan kreditor mengenai kemampuan perusahaan
dalam membayar biaya tetap. Semakin tinggi angka fixed charge
coverage, maka semakin bagus rasio tersebut. Artinya, semakin besar
kemampuan perusahaan dalam membayar beban-beban tetapnya
menggunakan laba yang dihasilkan. Dengan kata lain, biya tetap bukan
masalah bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil angka fixed
charge coverage, maka semakin kecil kemampuan perusahaan dalam
membayar beban tetapnya. Rumus untuk menghitung fixed charge
coverage (FCC) adalah sebagai berikut:
EBIT +beban sewa
FCC=
beban bunga+beban sewa
c. Rasio aktivitas
Rasio Aktivitas adalah rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas
penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset. Rasio ini melihat pada
beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva
tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Adapun jenis-jenis rasio aktivitas,
yaitu:
1) Inventory turnover atau Day’s inventory
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan
dana yang tertanam dala persediaan. Rumus rasio ini adalah:
Penjualan
Persediaan rata−rata
Atau
harga pokok penjualan
Persediaan rata−rata
2) Receivable turn over (RTO)
Rasio ini digunakan untuk mengukur waktu penerimaan tagihan.
Rumus rasio ini adalah:
Penjualan
Piutang rata−rata

3) Average Collection Period


Average Collection Period adalah rasio yang menunjukkan periode
waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai.
Rasio ini membantu dalam mengantisipasi kapan uang tunai dari
penjualan akan diterima. Selain itu, rasio ini berguna untuk
mengevaluasi ketersediaan uang tunai dari penjualan, yang
memungkinkan identifikasi periode di mana uang tunai tidak tersedia
untuk operasi bisnis. Sebagai alternatif, strategi dapat diambil,
seperti mengajukan pinjaman jangka pendek atau mengelola
pembelian bahan baku dengan utang, untuk memenuhi kebutuhan
kas sementara. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah sebagai
berikut:
Piutang
×360
Penjualan per hari
4) Fixedd assets turnover
Perputaran aktiva tetap merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap
berputar dalam satu periode. Penurunan yang terjadi pada perputaran
aktiva tetap dapat dikatakan bahwa perusahaan belum mampu dalam
memaksimalkan kapasitas aktiva tetap yang dimiliki. Untuk mencari
rasio ini, caranya adalah membandingkan antara penjualan dengan
aktiva tetap suatu periode. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah
sebagai berikut:
Penjualan
Aktiva tetap
5) Total Assets turnover
Perputaran total aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan
mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah
aktiva. Perputaran total aktiva yang rendah menunjukkan perusahaan
terlalu banyak menempatkan dananya dalam bentuk aset dasar. Rumus
untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
penjualan
Total aktiva

d. Rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan,
aset, dan modah saham yang tertentu. Rasio profitabilitas bertujuan untuk
melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Adapun jenis-jenis
rasio profitabilitas, yaitu:
1) Profit Margin
Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini
bisa dilihat secara langsung pada analisis common-size untuk laporan
laba rugi. Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan
perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada
periode tertentu. Rasio profit margin bisa dihitung sebagai berikut:
Laba Bersih
Net Profit Margin= ×100
Penjualan
2) Return on Investment (ROI) atau Return on Asset (ROA)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat aset yang tertentu. Rasio ini bisa dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Laba Bersih
ROA= × 100
Total Aset
3) Return on Equity (ROE)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran
profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham, namun rasio ini
tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang
saham. Rasio ini bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Laba Bersih
ROE= ×100
Modal sendiri
e. Rasio penilaian/pasar
Rasio Penilaian/pasar, yaitu rasio untuk mengukur pengakuan pasar terhadap
kondisi keuangan yang dicapai oleh perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio
penilaian/pasar, diantaranya:
1) Earning Per Share
Rasio ini membandingkan antara laba bersih perusahaan dengan
jumlah saham yang beredar di pasar modal, yang menggambarkan
profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap saham dari sudut
pandang pemegang saham. Semakin tinggi rasio menyebabkan
semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah deviden
yang diterima pemegang saham, hal ini menandakan kinerja keuangan
perusahaan baik dengan ditunjukkan kemampuan perusahaan akan
lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar
saham. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah:
Dividen
Laba Per Lembar Saham=
Jumlah SahamBeredar
2) Price Earning Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur bagaimana investor menilai
prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang &
tercermin pada harga saham yang bersedia dibayar oleh investor untuk
setiap rupiah laba yang diperoleh perusahaan. Semakin tinggi rasio ini
menunjukkan bahwa investor mempunyai harapan yang baik tentang
perkembangan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga untuk
pendapatan per saham tertentu, investor bersedia membayar dengan
harga yang mahal. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini
adalah:

Harga Saham
PER=
Laba Per Lembar Saham( EPS)
3) Dividend Payout Ratio
Rasio ini mengukur berapa besar bagian laba bersih setelah pajak
yang dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham. Semakin
besar rasio ini berarti semakin sedikit bagian laba yang ditahan
untuk membelanjai investasi yang dilakukan perusahaan. Rumus
yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah:
Dividen Per Lembar Saham
DPR=
Laba Per Lembar Saham( EPS)
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi. 2012. Analisis Kinerja Keuangan. Alfabeta, Bandung
Wiagustini, Ni Luh Putu. (2014). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Denpasar: Udayana
Press

Anda mungkin juga menyukai