Makalah Ak - Keuangan-Aktiva Tetap Berwujud

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN

AKTIVA TETAP BERWUJUD

DOSEN PENGAMPU:

Ida Ayu Ria Paramita Handayani, S.E., M.SI..

Penyusun:

Ni Ketut Muliarti (2300020011)

Luh Dian Mita Lestari (2300020008)

Putu Agustini (2300020010)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI

POLITEKNIK NASIONAL

2024/2025

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Aktiva Tetap
Berwujud” dengan tepat waktu.

Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu Ida Ayu Ria Paramita
Handayani, S.E., M.SI. selaku dosen mata kuliah. Penulis sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca terkait
materi yang disampaikan penulis.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari yang diharapkan
dan apa yang disebut sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran yang konstruktif
sangat diharapkan dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi dunia Pendidikan

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................2
BAB II...................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Pengertian Aktiva Tetap Berwujud..............................................................3
B. Pengeluaran-Pengeluaran Modal dan Pendapatan......................................3
C. Prinsip Penilaian Aktiva Tetap Berwujud..................................................4
D. Harga Perolehan Aktiva Tetap Berwujud....................................................4
E. Cara-cara Perolehan Aktiva Tetap...............................................................8
F. Biaya-biaya Selama Masa Penggunaan Aktiva Tetap.................................9
G. Pemberhentian Aktiva...............................................................................11
BAB III................................................................................................................17
PENUTUP...........................................................................................................17
Kesimpulan....................................................................................................17
Saran...............................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktiva tetap berwujud merujuk pada jenis aset dalam laporan keuangan
perusahaan yang memiliki sifat fisik dan diharapkan digunakan dalam operasional
perusahaan selama lebih dari satu periode akuntansi. Aset tetap berwujud juga dikenal
sebagai properti, pabrik, dan peralatan (PPE) atau aset tetap.
Beberapa contoh umum dari aktiva tetap berwujud meliputi tanah, bangunan,
mesin, peralatan, kendaraan, perangkat lunak, dan barang modal lainnya yang
digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya. Aktiva tetap berwujud ini
memainkan peran penting dalam mendukung operasional perusahaan dan
menghasilkan pendapatan.
Penyajian dan pengakuan aktiva tetap berwujud diatur oleh Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) yang berlaku di suatu negara. Biasanya, aktiva tetap berwujud
awalnya diukur dengan biaya perolehan, termasuk biaya pembelian, biaya
pengiriman, biaya instalasi, dan biaya lain yang terkait dengan persiapan aktiva
tersebut untuk digunakan dalam operasional perusahaan.
Setelah diakui, aktiva tetap berwujud biasanya akan diamortisasi selama umur
manfaatnya. Amortisasi adalah proses mengalokasikan biaya aktiva tetap berwujud
secara sistematis selama periode waktu tertentu. Tujuan amortisasi adalah
mencerminkan penurunan nilai aktiva tetap berwujud seiring berjalannya waktu dan
mempengaruhi laporan keuangan perusahaan, seperti laporan laba rugi dan neraca
Selain itu, aktiva tetap berwujud juga tunduk pada pengujian penurunan nilai
(impairment test) secara berkala. Jika terdapat indikasi bahwa nilai tercatat aktiva
tetap berwujud melebihi nilai manfaat yang diharapkan dari aset tersebut, perusahaan
harus menyesuaikan nilai tercatatnya dan mencatat kerugian penurunan nilai.
Pengelolaan aktiva tetap berwujud melibatkan kegiatan pemeliharaan, perbaikan,
dan penggantian. Biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin biasanya diakui sebagai
beban saat terjadi, sedangkan biaya penggantian besar atau peningkatan signifikan
pada aktiva tetap berwujud dapat diakui sebagai penambahan nilai tercatat
(capitalization).
Pemahaman tentang aspek-aspek ini dalam akuntansi aktiva tetap berwujud sangat
penting bagi perusahaan karena dapat mempengaruhi laporan keuangan, analisis
kinerja, dan pengambilan keputusan manajemen terkait investasi dan pengelolaan
aset perusahaan.
.
.
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian aktiva tetap berwujud?

1
2) Apa saja pengeluaran-pengeluaran modal dan pendapatan?
3) Apa itu prinsip penilaian aktiva tetap berwujud?
4) Apa itu harga perolehan aktiva tetap berwujud?
5) Apa saja cara-cara perolehan aktiva?
6) Apa saja biaya-biaya selama masa penggunaan aktiva?
7) Apa itu pemberhentian Aktiva?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu aktiva tetap berwujud!
2. Untuk mengethui apa saja pengeluaran-pengeluaran modal dan pendapatan!
3. Untuk Mengetahui prinsip penilaian aktiva tetap berwujud
4. Untuk mengetahui apa itu harga perolehan aktiva tetap berwujud
5. Untuk mengetahui apa saja cara-cara perolehan aktiva
6. Untuk mengetuhi apa saja biaya-biaya selama masa penggunaa aktiva
7. Untuk mengetahui apa itu pemberhentian aktiva

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aktiva Tetap Berwujud


Yang dimaksud dengan aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang
berwujud yang sifatnya relative permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan
yang normal. Istilah relative permnen menunjukkan sifat di mana aktiva yang
bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relative cukup lama. Untuk
tujuan akuntansi, jangka waktu penggunaan ini dibatasi dengan “lebih dari satu
periode akuntansi”. Jadi aktiva berwujud yang umumnya lebih dari satu periode
akuntansi dikelompokkan sebagai akiva tetap berwujud.
Aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu Perusahaan dapat mempunyai
macam-macam bentuk seperti tanah, bangunan, mesin-mesin dan alat-alat,
kenadaraan mebelair dan lain-lain. Dari macam-macam aktiva tetap berwujud di atas
untuk tujuan akuntasi dilakukan pengelompokan sebagai berikut:
a. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak Perusahaan,
pertanian dan peternakan.
b. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya
bisa diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya bangunan, mesin, alat-alat,
mebel, kendaraan dan lain-lain.
c. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya
tidak dapat diganti dengan aktiva sejenis, misalnya sumber-sumber alam seperti
tambang, hutan dan lain-lain.
Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas tidak dilakukan penyusutan terhadap
harga perolehannya, sedangkan aktiva tetap yang terbatas umurnya dilakukan
penyusutan harga perolehannya. Aktiva tetap yang dapat diganti dengan aktiva yang
sejenis penyusutan disebut depresiasi sedang penyusutan sumber alam disebut deplesi.
Kadang-kadang dipakai judul pabrik dan alat-alat sebagai ganti dari aktiva
tetap berwujud. Yang termasuk dalam judul ini di neraca hanyalah aktiva-aktiva tetap
berwujud yang dimiliki Perusahaan dan digunakan dalam usaha Perusahaan. Aktiva
tetap berwujud yang dimiliki tetapi tidak digunakan, misalnya tanah untuk tujuan
ekspansi atau investasi tidak dikelompokkan dalam aktiva tetap berwujud tetapi
dikelompokkan dalam investasi jangka Panjang atau aktiva lain-lain.

B. Pengeluaran-Pengeluaran Modal dan Pendapatan


Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan
dengan perolehan dan penggunaan aktiva tetap dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Pengeluaran modal (capital expenditures), adalah pengularan-pengeluaran untuk
memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi.
Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening aktiva (dikapitalisasi).

3
b) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) , adalah pengeluaran-pengeluaran
untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi
yang bersangkutan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat
dalam rekening biaya.
Jadi dasar pertimbangan dalam pencatatan pengeluaran-pengeluaran untuk
aktiva tetap adalah berapa lama manfaat pengeluaran tersebut dapat dirasakan, hanya
satu periode atau lebih dari satu periode akuntansi. Selain pertimbangan masa
manfaat, kadang-kadang untuk alas an kepraktisan, dilakukan penyimpangan, yaitu
apabila: (a) jumlah pengeluaran itu relative kecil, (b) manfaat di masa yang akan
dating tidak begitu berarti , atau (c) sulit untuk mengukur manfaat di masa yang akan
dating, maka pengeluaran-pengeluaran itu dikelompokkan dalam pengeluaran
pendapatan. Sering juga pimpinana Perusahaan memutuskan bahwa pengeluaran-
pengeluaran sampai jumlah tertentu di anggap sebagai pengeluaran penghasilan, dan
pengeluaran-pengeluaran di atas jumlah tertentu tersebut akan dikelompokkan sebagai
pengeluaran modal apabila pengeluaran tersebut jelas-jelas memberikan manfaat
untuk periode-periode yang akan dating. Praktek semacam ini dasarnya juga dari segi
kepraktisan.

C. Prinsip Penilaian Aktiva Tetap Berwujud


Dalam hubungannya dengan penilaian aktiva tetap berwujud, PSAK No. 16
menyatakan:
 Suattu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu
aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap, pada awalnya harus diukur
berdasarkan biaya perolehan.
Yang dimaksud dengan biaya (harga) perolehan aktiva tetap adalah jumlah kas
atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk
memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva
tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan. Sesudah aktiva tetap
itu diperoleh dan dalam masa penggunaan maka aktiva yang umurnya tidak terbatas
seperti tanah, dilaporkan dalam neraca sebesar harga perolehannya. Sedang untuk
aktiva yang umurnya terbatas dicantumkan dalam neraca sebesar harga perolehannya
dikurangi dengan akumulasi depresiasi/deplesi. Harga perolehan dikurangi akumulasi
depresiasi/deplesi disebut nilai buku.
Penyimpangan dari prinsip di atas dapat dilakukan dalam suatu aktiva tetap
diperoleh dari hadiah /donasi. Quasi reorganisasi (penurunan nilai aktiva tetap) dan
penilaian Kembali aktiva tetap (revaluasi) juga merupakan kegiatan-kegiatan yang
menyimpang dari “cost priciples”. Penyimpangan-penyimpangan seperti tersebut di
atas dapat diterima jika dapat memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan.
D. Harga Perolehan Aktiva Tetap Berwujud
Untuk menentukan besarnya harga perolehan suatuaktiva, berlaku prisip yang
menyatakan bahwa semua pengeluaran yang terjadi sejak pembelian sampai aktiva itu
siap dipakai harus dikapitalisasi. Karena jenis aktiva itu macam-macam maka masing-
masing jenis mempunyai masalah-masalah khusus yang akan dibicarakan berikut ini.
Tanah

4
Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai temoat berdirinya Perusahaan
dicatat dalam rekening tanah. Apabila tanah itu tidak digunakan dalam usaha
Perusahaan maka dicatat dalam rekening investasi jangka Panjang. Harga perolehan
tanah terdiri dari berbagai elemen seperti (a) harga beli, (b) komisi pembelian, (c) bea
balik nama, (d) biaya merobohkan bangunan lama, (g) biaya perataan tanah,
pembersihan dan pembagian, (h) pajak-pajak yang jadi beban pembeli pada waktu
pembelian tanah. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki keadaan tanah
tetapi mempunyai umur yang terbatas tidak dikapitalisasi dalam rekening tanah tetapi
dicatat sendiri dalam rekening jalan-jalan dan jembatan. Biaya-biaya seperti itu
misalnya biaya untuk membuat jalan, trotoar dan saluran air. Jika tanah dimiliki untuk
tujuan investasi, maka semua biaya yang timbul dalam hubungannya dengan tanah
tersebut selama masa pemilikan dikapitalisasi menambah harga perolehan tanah.
Khusus untuk Perseroan terbatas (PT) tanah yang dimiliki tidak merupakan
hak milik, tetapi berupa “hak atas tanah” yang umumnya terbatas. Oleh karena itu ha
katas tanah ini disusutkan selama umurnya. Hak atas tanah ini dicantumkan dalam
kelompok aktiva tetap tidak berwujud.

Bangunan
Gedung yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya harus
dialokasikan pada tanah dan Gedung. Biaya yang dikapitalisasi sebagai harga
perolehan Gedung adalah (a) harga beli, (b) biaya perbaikan sebelum gedung itu
dipakai, (c) komisi pembelian, (d) bea balik nama, (e) pajak-pajak yang menjadi
tanggungan pembeli pada waktu pembelian. Apabila Gedung dibuat sendiri maka
harga perolehan Gedung terdiri dari (a) biaya-biaya pembuatan Gedung, (b) biaya
perencanaan, gambar dan lain-lain, (c) biaya pengurusan izin bangunan, (d) pajak-
pajak selama masa pembangunan Gedung, (e) bunga selama masa pembuatan
Gedung, (f) asuransi selama masa Pembangunan. Alat-alat perlengkapan Gedung
seperti tangga berjalan, lift dan lain-lain dicatatt tersendiri dalam rekening alat-alat
Gedung dan akan didepreesiasi selama umur alat-alat tersebut.

Mesin dan Alat-alat


Yang merupakan harga perolehan mesin dan alat-alat adalah (a) harga beli, (b)
pajak-pajak yang menjadi beban pembeli, (c) biaya angkut, (d) asuransi selama dalam
perjalanan, (e) biaya pemasangan, (f) biay-biaya yang dikeluarkan selama masa
percobaan mesin. Apabila mesin itu dibuat sendiri maka harga perolehannya terdiri
dari semua biaya yang dikeluarkan untuk membuat mesin. Mesin yang disewa dari
pihak lain, biaya sewanya tidak dikapitalisasi tetapi dibebankan sebagai biaya pada
periode terjadinya.

Alat-alat Kerja
Alat-alat kerja yang dimiliki bisa berupa alat-alat untuk mesin atau alat-alat
tangan seperti drei, catut, pukul besi dan lain-lain. Karena harga perolehannya relative
kecil maka biasanya alat-alat ini tidak didepresiasi tetapi diperlakukan sebagai
berikut:

5
1. Pada waktu pembelian dikapitalisasi, kemudian setiap akhir periode dihitung
fisiknya, selisishnya dicatat sebagai biaya untuk periode itu dan rekening alat-alat
kerja dikredit, atau
2. Dikapitalisasi sebagai aktiva dengan jumlah tertentu dan dianggap sebagai
persediaan normal, kemudian setiap kali pembelian baru dibebankan sebagai
biaya.

Pattern dan Dies/Cetakan-cetakan


Cetakan-cetakan yang dipakai untuk produksi dalam beberapa periode dicatat
dalam rekening aktiva tetap dan didepresiasi selama umur ekonomisnya. Tetapi jika
cetakan itu dipakai hanya untuk memproduksi pesananan khusus, maka harga
perolehannya dibebankan sebagai biaya produksi pesanan tersebut.

Perabot (Mebelair) dan Alat-alat Kantor


Dalam judul perabot termasuk elemen-elemen seperti meja, kursi, lemari,
sedang dalam judul alat-alat kantor termasuk mesin tik, mesin hitung dan lain-lain.
Pembelian atau pembuatan alat-alat ini harus dipisah-pisahkan untuk fungsi-fungsi
produksi, penjualan dan administrasi, sehingga depresiasinya dapat dibebankan pada
masing-masing fungsi tersebut. Yang termasuk dalam harga perolehan perabot atau
alat-alat kantor adalah harga beli, biaya angkut dan pajak-pajak yang menjadi
tanggungan pembeli.

Kendaraan
Seperti halnya perabot, maka kendaraan yang dimiliki juga harus dipisahkan
untuk setiap fungsi yang berbeda. Yang termasuk harga perolehan kendaraan adalah
harga faktur, bea balik nama dan biaya angkut. Pajak-pajak yang dibayar setiap
periode seperti pajak kendaraan bermotor, Jasa Raharja, dan lain-lain dibebankan
sebagai biaya pada periode yang bersangkutan. Harga perolehan kendaraan ini
didepresiasi selama masa kegunaannya.

Tempat Barang yang Dapat Dikembalikan (Returnable Container)


Yang termasuk dalam returnable container adalah barang-barang yang dipakai
sebagai tempat dari produk yang dijual seperti botol, drum, tangka dan lain-lain.
Barng-barang tersebut merupakan aktiva Perusahaan dan akan disusut selama umur
kegunaannya. Apabila tempat barang itu bisa dikembalikan maka harga jual tidak
termasuk harga tempat barang tersebut. Berikut ini contoh mengenai pencatatan
tempat barang.
Misalnya Pabrik Minumn X menjual menuman sebanyak 1.000 botol dengan
harga jual per botol Rp100,00. Uang tanggungan botol sebesar Rp50,00 per botol.
Jurnal untuk mencatat penjualan tersebut sebagai berikut:
Piutang Rp75.000,00

6
Penjualan Rp50.000,00
Cadangan tempat barang Rp25.000,00

Perhitungan:
Harga jual : Rp100,00x1.000 = Rp100.000,00
Tanggungan botol : Rp50,00x1.000 = Rp 50.000,00
Rp150.000,00

Dalam hal penjualan dengan tunai maka uang tanggungan yang diterima
dikreditkan ke rekening uang tanggungan botol. Pengembalian botol-botol tersebut ke
Perusahaan dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Cadangan tempat barang Rp50.000,00


Piutang (kas) Rp50.000,00

Apabila tempat barang tidak dikembalika maka uang tanggungan botol ini
menjadi milik Perusahaan. Bila pembeli belum membayar uang tanggungan botol
maka pembeli harus melunasinya. Uang tanggungan botol yang dibebankan pada
pembeli mungkin sebesar harga perolehan botol atau mungkin lebih besar. Misalnya
harga perolehan botol sebesar Rp50,00 per botol, jika pembeli tidak mengembalikan
botol dalam contoh diatas, maka jurnal yang dibuat sebagai berikut:

Kas Rp50.000,00
Piutang Rp50.000,00

Jurnal di atas dibuat dalam hal pembeli belum membayar uang tanggungan
botol pada saat membeli minuman. Jika uang tanggungan botol sudah dibayar maka
jurnal di atas tidak perlu dibuat. Tempat barang (botol) yang tidak dikembalikan
dihapuskan dari rekening tempat barang dengan jurnal sebagai berikut:

Cadangan tempat barang Rp.50.000,00


(uang tanggungan botol)
Tempat barang Rp50.000,00

Contoh berikutnya, misalnya harga perolehan tempat barang sebesar Rp40,00


per botol. Karena uang tanggungan yang dibebankan pada ppembeli sebesar Rp50,00
per botol, maka jika ada pembeli yang tidak mengembalikan botol, Perusahaan akan
mendapat keuntungan Rp10,00 per botol. Jurnal untuk mencatat tempat barag yang
tidak dikembalikan sebagai berikut:

Kas Rp50.000,00
Piutang Rp50.000,00

Jika uang tanggungan botol sudah dibayar pada waktu penjualan maka jurnal
di atas tidak ada. Penghapusan botol yang tidak dikembalikan dibuat dengan jurnal
sebagai berikut:

Cadangan tempat barang Rp50.000,00

7
(Uang tanggungan botol)
Tempat barang Rp40.000,00
Laba tempat barang Rp10.000,00

Pada tanggal neraca, saldo rekening Cadangan tempat barang dilaporkan


mengurangi piutang, seperti Cadangan kerugian piutang. Sedang rekening uang
tanggungan botol merupakan utang jangka pendek.

E. Cara-cara Perolehan Aktiva Tetap

Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, di mana masing-masing


cara perolehan akan mepengaruhi penentuan harga perolehan. Berikut ini akan
dibicarakan masing-masing perolehan.

Pembelian Tunai

Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam
buku-buku dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang
dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya
yang dikeluarkan agar aktiva tetap tersebut siap untuk dipakai, seperti biaya angkut,
premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan dan biaya
percobaan. Semua biaya-biaya di atas dikapitalisasi sebagai harga perolehan aktiva
tetap. Apabila dalam pembelian aktiva tetap ada potongan tunai, maka potongan tunai
tersebut merupakan pengurangan terhadap harga faktur, tidak memandang apakah
potongan itu didapat atau tidak. Jurnal untuk membeli aktiva tetap, misalnya, adalah:

Tanah Rpxxx
Kas Rpxxx

Pembelian secara Lumpsum/Gabungan

Apabila dalam suatu pembelian diperoleh lebih dari satu macam aktiva tetap
maka harga perolehan harus dialokasikan pada masing-masing aktiva tetap. Menurut
PSAK No. 16:

 Harga perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan ditentukan
dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan
nilai wajar setiap aktiva yang bersangkutan.

Misalnya dalam pembeliam Gedung beserta tanahnya maka harga perolehan


dialokasikan untuk Gedung dan tanah. Dasar alokasi yang digunakan sedapat
mungkin dilakukan dengan harga pasar relative masing-masing aktiva, yaitu dalam
hal pembelian tanah dan Gedung, dicari harga pasar tanah dan harga pasar Gedung,
masing-masing harga pasar ini dibandingkan dan menjadi dasar alokasi harga
perolehan. Apabila harga pasar masing-masing aktiva tidak diketahui, alokasi harga
perolehan dapat dilakukan dengan menggunakan dasar surat bukti pembayaran pajak
(misalnya pajak bumi dan bangunan). Jika tidak ada dasar yang dapat digunakan
untuk alokasi harga perolehan maka alokasinya didasarkan pada putusan pimpinan
Perusahaan.

8
Contoh:

PT Risa Fadila membeli aktiva tetap dari sebuah Perusahaan dalam proses
lekuidasi. Aktiva tetap yang dibeli terdiri dari tanah, bangunan dan mesin-mesin.
Pembelian dilakukan secara paket (lumpsum) dengan harga Rp80.000.000,00. Harga
pasar setiap aktiva tetap itu diketahui sebagai beriku:

Gedung : Rp25.000.000,00
Tanah : Rp50.000.000,00
Mesin : Rp25.000.000,00

Harga perolehan setiap aktiva dihitung dengan cara sebagai berikut:

Gedung Rp.25.000.000,00 x Rp80.000.000,00 = Rp20.000.000,00


Rp100.000.000,00

Tanah Rp.50.000.000,00 x Rp80.000.000,00 = Rp40.000.000,00


Rp100.000.000,00

Mesin Rp.25.000.000,00 x Rp80.000.000,00 = Rp20.000.000,00


Rp100.000.000,00

Jurnal untuk mencatat transaksi di atas adalah:

Gedung Rp20.000.000,00
Tanah Rp40.000.000,00
Mesin Rp20.000.000,00
Kas Rp80.000.000,00

F. Biaya-biaya Selama Masa Penggunaan Aktiva Tetap

Aktiva tetap yang dimiliki dan digunakan dalam usaha Perusahaan akan
memerlukan pengeluaran-pengeluaran yang tujuannya adalah agar dapat memenuhi
kebutuhan Perusahaan. Pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat dikelompokkan
menjadi:

Reparasi dan Pemeliharaan

Biaya reparasi dapat merupakan biaya yang jumlahnya kecil jika reparasinya
biasa, dan jumlahnya sukup besar jika reparasinya besar. Biaya reparasi kecil seperti
penggantian baut, mur, sekering mesin merupakan biaya yang sering terjadi. Biaya
pemeliharaan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aktiva agarntetap
dalam konsisi yang baik, biaya seperti ini adalah biaya penggantian oli, pembersihan,
pengecetan, dan biaya lain yang serupa.
Kenyataan, sering terjadi biaya reparasi dan pemeliharaan yang sulit dipisah-
pisahkan, sehingga dalam akuntansi dipakai satu rekeing untuk mencatat biaya

9
reparasi dan pemeliharaan. Karena biaya reparasi dan pemeliharaan itu sering terjadi
(berulang-ulang), dapat disimpulkan bahwa manfaat biaya-biaya tersebut hanya dalam
periode terjadinya, sehingga dicatat sebagai biaya (pengeluaranpendapatan).
Reparasi besar biasanya terjadi selang beberapa tahun, sehingga dapat
dikatakan bahwa manfaat reparasi seperti ini akan dirasakan dalam beberapa periode.
Oleh karena itu biaya reparasi besar dikapitalisasi dan pembebanannya sebagai biaya
dilakukan dalam periode-periode yang menerima manfaat.
Ada dua cara untuk mencatat biya reparasi besar yaitu:
a) Menambah harga perolehan aktiva tetap, apabila biaya ini dikeluarkan untuk
menaikkan nilai kegunaan aktiva dan menambar umurnya.
b) Mengurangu akumulasi depresiasi, apabila biaya ini dikeluarkan untuk
memperpanjang umur aktiva tetap dan mungkin juga nilai residunya. Karena
jumkah akumulasi depresiasi berkurang untuk tahun-tahun berikutnya harus
direvisi sesuai dengan perubahan nilai buku aktiva dan umur ekonomis yang baru.

Penggantian

Yang dimaksudkan dengan penggantian adalah biaya yang dikeluarkan untuk


mengganti aktiva atau suatu bagian aktiva dengan unit yang baru yang tipernya sama,
misalnya penggantian dinamo mesin. Penggantian seperti ini biasanya terjadi karena
aktiva lama sudah tidak berfungsi lagi (rusak).

Penggantian bagian-bagian aktiva yang biayanya kecil diperlukan dengan cara


yang sama seperti reparasi kecil. Apabila bagian-bagian yang diganti itu biayanya
cukup besar, maka harga perolehan bagian itu dihapuskan dari rekening aktiva dan
diganti dngan harga perolehan yang baru. Begitu juga akumulasi depresiasi untuk
bagian yang diganti dihapuskan. Misalnya mesin harga perolehannya
Rp10.000.000,00 sesudah didepresiasi 70%, sebuah suku cadang yang diperkirakan
harga perolehannya sebesar 20% dari harga perolehan mesin diganti dengan suku
cadang yang baru, harga Rp3.000.000,00. Jurnal untuk mencatat penggantian suku
cadang tersebut sebagai berikut:

Akumulasi depresias- Mesin Rp1.400.000,00


Rugi penggantian suku cadang Rp 600.000,00
Mesin Rp2.000.000,00

Perhitungan:

Harga perolehan suku cadang yang diganti:


20% x Rp10.000.000,00 = Rp2.000.000,00
Akumulasi depresiasi 70% x Rp2.000.000,00 = Rp1.400.000,00

Rugi sebesar nilai buku suku cadang tersebut = Rp 600.000,00

Pemasangan suku cadang yang baru dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Mesin Rp3.000.000,00
Kas Rp3.000.000,00

10
Perhitungan depresiasi sesudah adanya pergantian suku cadang di atas menjadi
berubah.
Perbaikan (Betterment/Improvdment)

Yang dimaksud dengan perbaikan adalah penggantian suatu aktiva dengan


aktiva baru untuk memperoleh kegunaan yang lebih besar. Perbaikan yang biayanya
kecil dapat diperlakukan seperti reparasi biasa, tetapi perbaikan yang memakan biaya
yang besar dicatat sebagai aktiva baru. Aktiva lama yang diganti dan akumulasi
depresiasinya dihapuskan dari rekening-rekeningnya.

Penambahan (Addition)

Yang dimaksudd dengan penambahan adalah memperbesar atau memperluas


fasilitas suatu aktiva seperti penambahan ruang dalam bangunan, ruang parker dan
lain-lain. Akhir-akhir ini sering terdapat tambahan mesin yang dipasang dalam pabrik
untuk menghilangkan (mengurangi) pencemaran. Apabila alat tambahan itu dipasang
menjadi satu dengan mesin maka biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan
memasang alat itu merupakan suatu penambahan. Biaya-biaya yang timbul dalam
penambahan dikapitalisasi menambah harga perolehan aktiva dan didepresiasi selama
umur ekonomisnya.

Penyusunan Kembali Aktiva Tetap (Rearrangement)

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penyusunan Kembali aktiva atau


perubahan route prodeuksi, atau untuk mengurangi biaya produksi, jika jumlahnya
sukup berarti dan manfaat penyusunan Kembali itu akan dirasakan lebih dari satu
periode akuntansi maka harus dikapitalisasi. Biaya-biaya semacam itu dikapitalisasi
sebagai biaya dibayar dimuka atau beban yang ditangguhkan dan akan
diamortisasikan ke periode-periode yang memperoleh manfaat dari penyusunan
Kembali tersebut.

G. Pemberhentian Aktiva

Aktiva tetap bisa dihentikan pemakaiannya dengan cara dijual, ditukarkan,


ataupun karena rusak. Pada waktu aktiva tetap dihentikan dari pemakaian maka
semua rekening yang berhubungan dengan aktiva tersebut dihapuskan. Apabila aktiva
itu dijual maka selisih antara harga jual dengan nilai buku atau nilai residu dicatat
sebagai laba atau rugi.
Misalnya: Mesin yang dibeli pada tanggal 1 Februari 2005 dengan harga
Rp3.200.000,00, pada tanggal 1 juli 2009 dijual dengan harga Rp650.000,00. Mesin
tersebut ditaksir umurnya 5 tahun dan depresiasinya dengan cara garis lurus, taksiran
nilai residu Rp200.000,00. Penjualan mesin pada tanggal 1 juli 2009 dicatat dengan
jurnal sebagai berikut:
Depresiasi mesin Rp300.000,00
Akumulasi depresiasi mesin Rp300.000,00

Depresiasi 6 bulan:

11
6/12 x 1/5 x Rp(3.200.000,00 – 200.000,00) = Rp300.000,00

Kas Rp 650.000,00
Akumulasi depresiasi mesin Rp2.650.000,00
Mesin Rp3.200.000,00
Laba penjualan mesin Rp 100.000,00

Perhitungan:
Harga jual Rp650.000,00
Nilai buku mesin:

Harga perolehan Rp3.200.000,00


Akumulasi depresiasi:
2005: 11 bulan = Rp550.000,00
2006: 12 bulan = Rp600.000,00
2007: 12 bulan = Rp600.000,00
2008: 12 bulan = Rp600.000,00
2009: 6 bulan = Rp300.000,00
Rp2.650.000,00
Rp550.000,00
Laba penjualan aktiva tetap Rp100.000,00

Asuransi Kebakaran

Perusahaan biasanya menghasilkan harta bendanya terhadap kemungkinan


timbulnya kerugian karena kebakaran. Perjanjian asuransi ini dinyatakan dalam polis.
Perusaan asuransi akan mengganti kerugian dalam hal adanya kebakaran, maksimum
besar jumlah pertanggungan yang di nyatakan dalam polis.perusahaan yang
mengasuransikan harta bendanya membayar premi asuransi dan biasanya
pembayarannya di muka untuk jangka waktu tertentu. Misalnya PT Arina
mengasuransikan gedungnya dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp5.000.000,00.
Pada tamggal 20 oktober 2006 gedung tersebut terbakar habis. Setelah di nilai, di
setujui nilai Gedung saat terbakar sebesar Rp5.500.000,00 (harga pasar). Karena
jumlah kerugian (Rp5.500.000,00) lebih besar dari jumlah pertangguangan muka yang
di ganti oleh perusaan asuransi hanya sebesar jumlah pertanggungan
(Rp5.000.000,00). Apabila jumlah kerugian di bawah jumlah pertanggungan maka
perusaan asuransi akan mengganti seruruh kerugian.
Perjanjian asuransi yang sudah berjalan dapat di batalkan. Apabila pembatalan
di lakukan oleh Perusahaan asuransi maka premi yang sudah di bayar akan di
kembalikan sebesar jumlah premi untuk periode mulainya pembatalan sampai
selesainya perjanjian (dengan dasar prorata). Tetapi bila pembatalan itu di lakuakan
oleh pihak yang mempertanggungakn, maka premi yang di kembalikan di hitung
dengan tarif yang lebih rendah (short rate)

Asuransi Bersama

12
Syarat asuransi bersama adalah syarat yang menyatakan bahwa apabila harta
brnda di asuransikan (di pertanggungkan) dengan jumlah yang lebih rendah daripada
suatu presentase tertentu dari harga pasar benda tersebut pada saat terjadinya
kebakaran, maka Perusahaan yang mempertanggungkan akan memikul kerugian
karemma kebakaran sebanding dengan selisih jumlah pertanggungan dengan
presentase tertentu dari harga pasar harta tersebut
Misalnya: mesin di asuransikan srbesar Rp1.500.000,00. Pada suatu Ketika
mesin mesin tersebut terbakar, dan kerugian yang timbul sebesar Rp3.000.000,00
polis asuransi menyebutkan syarat asuransi bersama 80%. Dari contoh di atas maka
kerugian akan di tanggung sebagai berikut:
Jumlah pertanggungan: Rp1.500.000,00.
Coinsurance requirement: 80% x Rp3.000.000.00 = Rp2.400.000.00.
Selisih jumlah pertangungan dengan Coinsurance requirement
Rp2.400.000,00 – Rp1.500.000,00 = Rp900.000,00
Perusaan asuransi =
Rp1.500.000,00 x Rp1.200.000,00 = Rp 750.000,00
80% x Rp3.000.000,00
Pihak yang mengaruransikan =
Rp900.000,00 x Rp1.200.000,00 = 450.000,00
80% x Rp3.000.000,00
Jumlah kerugian RP1.200.000,00

Presentase aruransi bersama di kalihkan harga pasar aktiva pada saat


kebakaran di sebut Coinsurance requirement. Apabila kerugian yang timbul lebih
besar dari jumlah pertanggungan (Rp.1.500.000,00) maka Perusahaan asuransi akan
mengganti kerugian yang timbul maksimum sebesar jumlah pertanggungan.
Misalnya dari data di atas, kerugian yang timbul sebesar Rp2.500.000,00 maka
jumlah yang akan di ganti oleh Perusahaan asuransi di hitung sebagai berikut:
Perusahaan asuransi =
Rp1.500.000,00 x Rp2.500.000,00 = Rp1.562.500,00
80% x Rp3.000.000,00

Pihak yang mengasuransikan =


Rp900.000,00 x Rp2.500.000,00 = Rp937.500,00
80% x Rp3.000.000,00
Rp2.500.000,00

13
Dengan perhitungan di atas seharusnya Perusahaan asuransi mengganti
kerugian sebesar Rp1.562.500,00. Tetapi kkarena jumlah tersebut melebihi jumlah
pertanggungan, maka Perusahaan asuransi hanya wajib mengganti kerugian sebesar
Rp1.500.000,00 dan sisa kerugian (Rp1.562.500,00 – Rp1.500.000,00) = Rp62.500,00
akan dipikul oleh Perusahaan.
Jumlah kerugian yang akan diganti oleh Perusahaan asuransi adalah yang
paling rendah sari jumkah berikut:

a) Jumlah yang dibebankan kepada Perusahaan asuransi yang dihitung dengan cara
asuransi Bersama.
b) Jumlah pertanggungan dalam polis
c) Jumlah kerugia yang sebenarnya.
Apabila suatu harta dipertanggungjawabkan ke beberapa Perusahaan asuransi
maka penggantian kerugian piutang dari masing-masing Perusahaan asuransi
sebanding dengan jumlah pertanggungan total seluruh polis. Sebagai ilustrasi di
bawah ini diberikan contoh sebagai berikut:
Harga diasuransikan pada Perusahaan asuransi sebagai beriku:
Perusahaan asuransi A = Rp1.200.000,00
Perusahaan asuransi B = Rp 300.000,00

Kerugian kebakaran sebsar Rp400.000,00 dan nilai harta pada saat kebakaran adalah
Rp2.000.000,00.

a) Apabila polis tanpa syarat asuransi Bersama:


Ganti rugi dari:

Perusahaan A = 1.200.000 x Rp400.000,00 = Rp320.000,00


1.500.000

Perusahaan B = 300.000 x Rp400.000,00 = Rp80.000,00


1.500.000

b) Apabila masing-masing polis dengan syarat asuransi Bersama 80%


Ganti rugi dari:

Perusahaan A = 1.200.000 x Rp400.000,00 = Rp300.000,00


1.500.000

Perusahaan B = 300.000 x Rp400.000,00 = Rp75.000,00


1.600.000
Rp375.000,00
*coinsurance requirement = 80% x Rp2.000.000,00
= Rp1.600.000,00
c) Apabila syarat asuransi Bersama sebagai berikut:
Perusahaan asuransi A = 90%, Perusahaan asuransi B = 80%

14
Ganti rugi dari:

Perusahaan A = 1.200.000 x Rp400.000,00 = Rp266.667,00


1.800.000

Perusahaan B = 300.000 x Rp400.000,00 = Rp75.000,00


1.600.000
Rp341.667,00

Polis Gabungan

Apabila Perusahaan mengasuransikan beberapa aktiva dalam satu polis, maka


polis itu akan menunjukkan syarat alokasi yang dasarnya adalag harga pasar aktiva-
aktiva tersebut pada saat terjadinya kebakaran
Misalnya polis asuransi dengan jumlah pertanggungan sebesar
Rp3.000.000,00: untuk mesin-mesin dan, Gedung dengan syarat asuransi Bersama
80%. Pada saat kebakaran, harga pasar mesin sebear Rp2.000.000,00 dan Gedung
rp4.000.000,00. Kebakaran melanda Gedung dan perhitungan ganti rugi untuk
Gedung sebagai baerikut:
Pertanggungan Rp3.000.000,00 dialokasikan kepada:

Mesin = 2.000.000 x Rp3.000.000,00 = Rp1.000.000,00


6.000.000

Gedung = 4.000.000 x Rp3.000.000,00 = Rp2.000.000,00


6.000.000

Coinsurance requirement : 80% x Rp4.000.000,00 = Rp3.200.000,00

Perhitungan rumus coinsurance:

2.000.000 x Rp4.000.000,00 = Rp2.500.000,00.


3.200.000

Karena jumlah pertanggungan yang dialokasikan untuk Gedung


(R[2.000.000,00) lebih rendah dari kerugian (Rp4.000.000,00) dan hasil perhitungan
dengan rumus asuransi Bersama (Rp2.500.000,00), maka ganti ruginya sebesar
Rp2.000.000,00.

15
16
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan dari topik "Aktiva Tetap Berwujud" mencakup beberapa poin penting yang telah
dibahas. Berikut adalah ringkasan dari setiap poin yang telah disebutkan:
1. Aktiva tetap berwujud adalah jenis aset dalam laporan keuangan perusahaan yang
memiliki sifat fisik dan diharapkan digunakan dalam operasional perusahaan selama
lebih dari satu periode akuntansi.
2. Contoh umum aktiva tetap berwujud meliputi tanah, bangunan, mesin, peralatan,
kendaraan, perangkat lunak, dan barang modal lainnya.
3. Aktiva tetap berwujud diukur dengan biaya perolehan, termasuk biaya pembelian,
biaya pengiriman, biaya instalasi, dan biaya lain yang terkait dengan persiapan aktiva
tersebut.
4. Amortisasi digunakan untuk mengalokasikan biaya aktiva tetap berwujud secara
sistematis selama umur manfaatnya.
5. Pengujian penurunan nilai (impairment test) dilakukan secara berkala untuk menilai
apakah nilai tercatat aktiva tetap berwujud melebihi nilai manfaat yang diharapkan.
Jika iya, perusahaan harus menyesuaikan nilai tercatatnya dan mencatat kerugian
penurunan nilai.
6. Biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin diakui sebagai beban saat terjadi, sedangkan
biaya penggantian besar atau peningkatan signifikan pada aktiva tetap berwujud dapat
diakui sebagai penambahan nilai tercatat (capitalization).
7. Pemahaman tentang aspek-aspek ini dalam akuntansi aktiva tetap berwujud penting
untuk menghasilkan laporan keuangan yang akurat, analisis kinerja yang tepat, dan
pengambilan keputusan manajemen terkait investasi dan pengelolaan aset perusahaan.

Saran
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih jauh
darikesempurnaanya dan adapun kelemahan-kelemahan dari penulis dalam penulisan
makalahini, baik itu kurangnya fasilitas yang mendukung seperti buku-buku referensi
yang begituterbatas dalam menjamin penyelesaian penulisan makalah ini sehingga
kritik dan saran yang bersifat kontruktif baik itu dari dosen maupun teman-teman
mahasiswa sangatlah diharapkanuntuk membantu proses penulisan lebih lanjut.

17

Anda mungkin juga menyukai