Makalah Kel 8
Makalah Kel 8
Makalah Kel 8
Dosen Pengampu :
H. ALFITRI, Lc., M.Pd
Oleh
Kelompok 8 :
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada
halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan. Ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada Bapak H. Alfitri, Lc., M.Pd. sebagai dosen pengampu mata
kuliah Ibadah dan Muamalah yang telah membantu memberikan arahan dan
Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini,
sehingga oleh para ulama ushul fiqh persoalan harta dimasukkan ke dalam salah satu ad-
daruriyyat al-khamsah (lima keperluan pokok), yang terdiri atas, agama, jiwa, akal, keturunan,
dan harta. Atas dasar itu, mempertahankan harta dari segala upaya yang dilakukan orang lain
dengan cara yang tidak sah, termasuk ke dalam kelompok yang mendasar dalam Islam.
Sekalipun seseorang diberi Allah memiliki harta, baik banyak atau sedikit, tidak boleh berlaku
sewenang-wenang dalam menggunakan hartanya itu. Kebebasan seseorang untuk memiliki dan
memanfaatkan hartanya adalah sebatas yang diperbolehkan oleh syara’. Oleh sebab itu, dalam
pemilikan dan penggunaan harta, disamping untuk kemaslahatan pribadi, juga harus dapat
memberikan manfaat dan kemaslahatan pada orang lain. Inilah di antara fungsi sosial dari harta
itu, karena suatu harta sebenarnya adalah milik Allah yang dititipkan ke tangan-tangan manusia.
Dan Sebagai makhluk, keberadaan manusia di bumi merupakan suatu kontrak (akad) kehidupan,
sehingga manusia diberi hak mengelola seluruh potensi ciptaan Tuhan untuk kemaslahatan
manusia dan kemanusiaan. Penghambaan adalah adalah akad (kontrak) tentang mekanisme
hubungan vertikal manusia dengan Tuhan di samping hubungan horizontal dengan sesama
kewenangan Tuhan kepada manusia untuk bertindak atas nama pemegang otoritas pemeliharaan
dan pemanfataan seluruh ciptaan Tuhan dalam kerangka pengabdian kepada Tuhan pula.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Harta
Harta atau dalam bahasa arab disebut al-maal dalam bahasa berarti condong, cenderung atau
miring. Sedangkan secara istilah diartikan sebagai segala sesuatu yang sangat diinginkan oleh
manusia untuk menyimpan dan memilikinya. Ibnu Najm mengatakan, bahwa harta kekayaan,
sesuai dengan apa yang ditegaskan oleh ulama- ulama ushul fiqh, adalah sesuatu yang dapat
dimiliki dan disimpan untuk keperluan tertentu dan hal itu terutama menyangkut yang kongkrit.
Menurut para fuqaha, harta dalam perspektif Islam bersendi pada dua unsur; Pertama,
unsur'aniyyah dan Kedua, unsur' urf. Unsur' aniyyah berarti harta itu berwujud atau kenyataan
(a'yun).
Harta mutaqawwim adalah segala sesuatu yang dapat dikuasai dengan pekerjaan dan dibolehkan
syara' untuk dimanfaatkan. Maksud pengertian harta ghair al- Mutaqawwim merupakan
kebalikan dari harta mutaqawwim, yakni segala sesuatu yang tidak dapat dikuasai dengan
harta istihlak merupakan harta yang kegunaannya hanya sekali pakai sedangkan
harta istihlak merupakan harta yang kegunaannya hanya sekali pakai sedangkan harta isti'mal
3
3. Mal Manqul dan Mal Ghair al-Manqul
harta manqul yaitu harta yang dapat dipindahkan dan diubah dari tempat satu ke tempat lain,
baik tetap pada bentuk dan keadaan semula ataupun berubah bentuk dan keadaannya dengan
perpindahan dan perubahan tersebut. Sedangkan harta ghair al-manqul maksudnya segala
sesuatu yang tetap (harta tetap), yang tidak mungkin dipindahkan dan diubah posisinya dari satu
tempat ke tempat lain menurut asalnya, seperti kebun, rumah, pabrik, sawah dan lainnya.
harta' ain yaitu harta yang berbentuk. sedangkan, harta dayn harta yang menjadi tanggung jawab
5. Harta Nafi'i
harta mamluk yaitu harta yang statusnya memilikik kepemilikan baik individu, umum atau
negara. harta mubah yaitu hukum harta pada asalnya yaitu tidak ada yang memiliki. sedangkan,
harta mahjur yaitu harta yang tidak boleh dimiliki oleh pribadi
Pembagian harta ini didasari oleh potensi harta menimbulkan kerugian atau kerusakan apabila
diiklankan. harta yang dapat dibagikan yaitu harta yang tidak menimbulkan kerugian atau
kerusakan apabila dibagikan seperti beras. Sedangkan, harta yang tidak dapat dibagikan yaitu
harta yang menimbulkan kerugian atau kerusakan apabila dibagikan seperti benda-benda mewah.
menumbulkan harta lain atau dalam istilah ekonomi disebut harta modal.
4
C. FUNGSI HARTA
Harta dipelihara manusia karena manusia membutuhkan manfaat harta tersebut yaitu:
a. Untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas (mahdhah), sebab untuk ibadah
memerlukan alat-alat seperti kain untuk menutup aurat dalam pelaksanaan shalat, bekal untuk
e. Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu, karena menurut ilmu tanpa modal akan
tersa sulit, seperti sesorang tidak bisa kuliah di perguruan tinggi bila ia tidak memiliki biaya.
tuan. Adanya orang kaya dan miskin sehingga antara pihak saling membutuhkan karena itu
terjadilah interaksi dan komunikasi silaturahim dalam rangka saling mencukupi kebutuhan.
2. Pengertian Akad
Akad merupakan bidang kajian hukum ekonomi Islam atau muamalah. Term akad berasal dari
bahasa Arab, al-‘aqd, yang berarti “mengikat, menyambung atau menghubungkan.”1 Secara
terminologis hukum Islam, akad memiliki beberapa definisi, namun secara prinsip dapat
(1)Menurut pasal 262 Mursyid al-Hairan ila Ma’rifah Ahwal al-Insan, bahwa akad merupakan
5
pertemuan gaib yang diajukan oleh salah satu pihak dengan kabul dari pihak lain yang
(2) Menurut Syamsul Anwar, akad adalah pertemuan ijab dan kabul sebagai pernyataan
kehendak dua pihak atau lebih untuk melahirkan suatu akibat hukum pada objeknya.
Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami adanya keterkaitan atau hubungan hukum. Pertama,
akad merupakan pertemuan atau keterkaitan ijab dan kabul yang mendorong munculnya akibat
hukum. Karena ijab merupakan penawaran yang diajukan oleh satu pihak, sedangkan kabul
adalah jawaban persetujuan yang diberikan mitra akad sebagai tanggapan terhadap penawaran
pihak yang pertama. Akad tidak terjadi apabila pernyataan kehendak masing-masing pihak tidak
terkait satu sama lain. Sebab akad menghendaki keterkaitan kehendak kedua belah pihak yang
Kedua, akad merupakan tindakan hukum dua pihak, karena di dalam akad pertemuan ijab yang
merepresentasikan kehendak dari satu pihak sedangkan kabul yang menyatakan kehendak pihak
lain. Tindakan hukum satu pihak seperti janji memberi hadiah, wasiat, wakaf atau pelepasan
tidak termasuk akad, karena tindakan-tindakan itu bukan merupakan tindakan dua pihak,
sehingga tidak membutuhkan kabul. Sebagian besar ulama fiqaha memang memisahkan secara
tegas kehendak sepihak dari akad, tetapi sebagian yang lainnya menjadikan akad mencakup
kehendak sepihak. Bahkan ketika membahas berbagai ragam akad khusus, para fuqaha tidak
membedakan antara akad dan kehendak sepihak sehingga membahas pelepasan hak, wasiat dan
wakaf bersama-sama dengan pembahasan jual-beli, sewa menyewa, termasuk diskusi tentang
hibah sebagai transaksi yang harus membutuhkan ijab dan kabul atau ijab saja.
Ketiga, tujuan akad adalah untuk melahirkan suatu akibat hukum. Jelasnya, tujuan akad adalah
maksud bersama yang dituju dan yang hendak diwujudkan oleh para pihak melalui perbuatan
akad. Akibat hukum akad dalam hukum Islam disebut “hukum akad.” Tercapainya akad
tercermin pada terciptanya akibat hukum. Misalnya, maksud para pihak dalam akad jual beli
6
adalah untuk melakukan pemindahan atas suatu benda dari penjual kepada pembeli dengan
imbalan yang diberikan oleh pembeli. Terjadinya pemindahan milik tersebut merupakan akibat
A. Rukun Akad
Menurut hukum Islam, unsur-unsur yang membentuk sesuatu disebut rukun. Jadi, rukun adalah
unsur-unsur yang membentuk sesuatu, sehingga sesuatu itu terwujud karena adanya unsur-unsur
tersebut yang membentuknya. Unsur-unsur yang membentuk akad yang disebut sebagai rukun
d. Tujuan akad.
Para ulama fiqih sepakat bahwa rukun adalah unsur yang membentuk substansi sesuatu. Tetapi,
ketika rukun itu diterapkan secara nyata kepada akad, ada perbedaan pendapat tentang unsur
mana dari rukun itu yang membentuk akad. Menurut mazhab Hanafi, yang dimaksud rukun akad
adalah unsur-unsur pokok yang membentuk akad. Akad sendiri adalah pertemuan kehendak para
pihak dan kehendak itu diungkapkan melalui pernyataan kehendak yang berupa ucapan atau
B. Syarat Akad
Syarat-syarat dalam rukun akad, adalah Rukun pertama, para pihak memerlukan syarat hukum
yaitu (1) tamyiz, dan (2) berbilang pihak. Rukun kedua, pernyataan kehendak para pihak
membutuhkan syarat: (1) adanya persesuaian ijab dan kabul, atau kata sepakat, dan (2) kesatuan
majelis akad. Rukun ketiga, objek akad harus memenuhi tiga syarat: (1) objek itu dapat
diserahkan, (2) tertentu atau dapat ditentukan, dan (3) objek itu dapat ditransaksikan. Rukun
7
keempat, tujuan akad memerlukan satu syarat yakni tidak bertentangan dengan syara.
Para pihak yang dimaksudkan dalam akad adalah dua orang atau lebih yang akad untuk suatu
tujuan dan menurut hukum akad disyaratkan: (1) memiliki tingkat kecakapan hukum (mumayiz),
(2) berbilang pihak. Dari kedua syarat itu, dikembangka pembahasan untuk maksud hukum
dalam akad.
Pernyataan kehendak lazim disebut sigat akad (sighat al-aqd) yang terdiri atas ijab dan kabul.
isyarat, perbuatan atau cara lain yaitu pihak yang satu menyatakan kehendaknya dan pihak yang
lain menyatakan kehendaknya sebagai tanggapan kehendak pihak pertama. Pernyataan kehendak
c. Objek Akad
Terjadinya akad karena ada objek yang menjadi sasaran yang hendak dicapai oleh para pihak
melalui penutupan akad. Objek akad dapat berupa benda, manfaat benda. Jasa atau pekerjaan,
atau sesuatu yang lain tidak bertentangan dengan syarat sebagai rukun yang menjadi sasaran para
pihak menutup akad, maka para ahli hukum Islam mensyaratkan beberapa hal pada objek akad.
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
manfaatnya secara utuh. Di dalam Islam umat muslim senantiasa dianjurkan untuk
mencari rezki yang baik dan halal حلل و طيبdan sangat dilarang untuk meyembah
kekayaan sebagaimana hadis rasulullah yang artinya “Terkutuk bagi mereka yang
menjadi penyembah dinar dan terkutuk pula bagi mereka yang menjadi
penyembah dirham”.
Sedangkan Dalam hukum Islam, materi akad dibahas secara detail dalam kajian fiqh muamalah,
yakni bidang yang membahas interaksi manusia dengan sesamanya dan perilaku manusia
Dalam bidang ekonomi syariah, akad memegang peranan utama terhadap seluruh aktivitas
ekonomi. Akad memfasilitasi setiap orang yang menjalani kegiatan ekonomi, termasuk barang
dan jasa. Dalam kaitan ini aktivitas pengadaan (produksi), penyebaran/pembagian (distribusi),
dan konsumsi, merupakan sejumlah perilaku manusia yang sangat ditentukan oleh akad yang
menyertainya. Sebab itu dinamika ekonomi merupakan wujud dari berperannya akad dalam
9
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, A. (2010). Kepemilikan Dalam Islam. Ekonomi Syariah, 1(2), 50-90. Leli, M. (2019).
Konsep Harta Dan Kepemilikan. Ekonomi Syariah, 1(2), 60-90. Murlan, E. (2011). Konsep
Abu Zahrah, Muhammad. Ushul al-Fiqh, t.tp: Dar al-Fikr al-‘Arabi, t.th.
Ali, Zainuddin. Hukum Ekonomi Syariah, Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika, 2008
10