Makalah Kel 8

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HARTA DAN AKAD DALAM TRANSAKSI

Dosen Pengampu :
H. ALFITRI, Lc., M.Pd

Oleh
Kelompok 8 :

Chany Gledistriani (237110044)


Fanny Oktaviani (237110262)

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PRODI ADMINISTRASI PUBLIK
PEKANBARU
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan

rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada

halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan. Ucapan terima kasih kami

sampaikan kepada Bapak H. Alfitri, Lc., M.Pd. sebagai dosen pengampu mata

kuliah Ibadah dan Muamalah yang telah membantu memberikan arahan dan

pemahaman dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam

penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami.

Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk

menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang membutuhkan.

Pekanbaru, 29 April 2024

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Pengertian harta ......................................................................................... 3
B. Pengertian Akad ....................................................................................... 5
BAB III ............................................................................................................... 9
PENUTUP .......................................................................................................... 9
Kesimpulan ............................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini,

sehingga oleh para ulama ushul fiqh persoalan harta dimasukkan ke dalam salah satu ad-

daruriyyat al-khamsah (lima keperluan pokok), yang terdiri atas, agama, jiwa, akal, keturunan,

dan harta. Atas dasar itu, mempertahankan harta dari segala upaya yang dilakukan orang lain

dengan cara yang tidak sah, termasuk ke dalam kelompok yang mendasar dalam Islam.

Sekalipun seseorang diberi Allah memiliki harta, baik banyak atau sedikit, tidak boleh berlaku

sewenang-wenang dalam menggunakan hartanya itu. Kebebasan seseorang untuk memiliki dan

memanfaatkan hartanya adalah sebatas yang diperbolehkan oleh syara’. Oleh sebab itu, dalam

pemilikan dan penggunaan harta, disamping untuk kemaslahatan pribadi, juga harus dapat

memberikan manfaat dan kemaslahatan pada orang lain. Inilah di antara fungsi sosial dari harta

itu, karena suatu harta sebenarnya adalah milik Allah yang dititipkan ke tangan-tangan manusia.

Dan Sebagai makhluk, keberadaan manusia di bumi merupakan suatu kontrak (akad) kehidupan,

sehingga manusia diberi hak mengelola seluruh potensi ciptaan Tuhan untuk kemaslahatan

manusia dan kemanusiaan. Penghambaan adalah adalah akad (kontrak) tentang mekanisme

hubungan vertikal manusia dengan Tuhan di samping hubungan horizontal dengan sesama

ciptaan Tuhan. Sedangkan kekhalifahan adalah akad (kontrak) tentang pendelegasian

kewenangan Tuhan kepada manusia untuk bertindak atas nama pemegang otoritas pemeliharaan

dan pemanfataan seluruh ciptaan Tuhan dalam kerangka pengabdian kepada Tuhan pula.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan pengertian harta!

2. Jelaskan apa saja pembagian harta!

3. Jelaskan pengertian akad!


1
4. Apa saja syarat syarat akad?

5. Apa saja rukun akad?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian harta

2. Untuk mengetahui pembagian harta dan fungsi harta

3. Untuk mengetahui pengertian akad

4. Untuk mengetahui syarat-syarat akad

5. Untuk mengetahui rukun akad

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Harta

Harta atau dalam bahasa arab disebut al-maal dalam bahasa berarti condong, cenderung atau

miring. Sedangkan secara istilah diartikan sebagai segala sesuatu yang sangat diinginkan oleh

manusia untuk menyimpan dan memilikinya. Ibnu Najm mengatakan, bahwa harta kekayaan,

sesuai dengan apa yang ditegaskan oleh ulama- ulama ushul fiqh, adalah sesuatu yang dapat

dimiliki dan disimpan untuk keperluan tertentu dan hal itu terutama menyangkut yang kongkrit.

Menurut para fuqaha, harta dalam perspektif Islam bersendi pada dua unsur; Pertama,

unsur'aniyyah dan Kedua, unsur' urf. Unsur' aniyyah berarti harta itu berwujud atau kenyataan

(a'yun).

B. Pembagian jenis jenis harta

1. Harta Mutaqawwim dan Harta Ghair al- mutaqawwim

Harta mutaqawwim adalah segala sesuatu yang dapat dikuasai dengan pekerjaan dan dibolehkan

syara' untuk dimanfaatkan. Maksud pengertian harta ghair al- Mutaqawwim merupakan

kebalikan dari harta mutaqawwim, yakni segala sesuatu yang tidak dapat dikuasai dengan

pekerjaan dan dilarang oleh syara' untuk memanfaatkannya.

2. Mal Istihlak dan Mal Isti'mal

harta istihlak merupakan harta yang kegunaannya hanya sekali pakai sedangkan

harta istihlak merupakan harta yang kegunaannya hanya sekali pakai sedangkan harta isti'mal

harta yang kegunaannya bisa berkali-kali pakai.

3
3. Mal Manqul dan Mal Ghair al-Manqul

harta manqul yaitu harta yang dapat dipindahkan dan diubah dari tempat satu ke tempat lain,

baik tetap pada bentuk dan keadaan semula ataupun berubah bentuk dan keadaannya dengan

perpindahan dan perubahan tersebut. Sedangkan harta ghair al-manqul maksudnya segala

sesuatu yang tetap (harta tetap), yang tidak mungkin dipindahkan dan diubah posisinya dari satu

tempat ke tempat lain menurut asalnya, seperti kebun, rumah, pabrik, sawah dan lainnya.

4. Harta 'Ain dan Dayn

harta' ain yaitu harta yang berbentuk. sedangkan, harta dayn harta yang menjadi tanggung jawab

seperti uang yang dititipkan ke orang lain.

5. Harta Nafi'i

harta nafi'i yaitu harta yang tidak berbentuk

6. Harta Mamluk, Mubah dan Mahjur

harta mamluk yaitu harta yang statusnya memilikik kepemilikan baik individu, umum atau

negara. harta mubah yaitu hukum harta pada asalnya yaitu tidak ada yang memiliki. sedangkan,

harta mahjur yaitu harta yang tidak boleh dimiliki oleh pribadi

7. Harta Dapat Dibagi dan Tidak Dapat Dibagi

Pembagian harta ini didasari oleh potensi harta menimbulkan kerugian atau kerusakan apabila

diiklankan. harta yang dapat dibagikan yaitu harta yang tidak menimbulkan kerugian atau

kerusakan apabila dibagikan seperti beras. Sedangkan, harta yang tidak dapat dibagikan yaitu

harta yang menimbulkan kerugian atau kerusakan apabila dibagikan seperti benda-benda mewah.

8. Harta Pokok dan Hasil

harta pokok ialah harta yang mungkin

menumbulkan harta lain atau dalam istilah ekonomi disebut harta modal.

4
C. FUNGSI HARTA

Harta dipelihara manusia karena manusia membutuhkan manfaat harta tersebut yaitu:

a. Untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas (mahdhah), sebab untuk ibadah

memerlukan alat-alat seperti kain untuk menutup aurat dalam pelaksanaan shalat, bekal untuk

melaksanakan ibadah haji, berzakat, shadaqah, hibbah dan yang lainnya.

b. Untuk meningkatkan keimanan (ketaqwaan) kepada Allah.

c. Untuk menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan dunia dan akhirat.

d. Untuk meneruskan kehidupan dari satu periode ke periode berikutnya.

e. Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu, karena menurut ilmu tanpa modal akan

tersa sulit, seperti sesorang tidak bisa kuliah di perguruan tinggi bila ia tidak memiliki biaya.

f. Untuk memutarkan (mentasharuf) peranan-peranan kehidupan yakni adanya pembantu dan

tuan. Adanya orang kaya dan miskin sehingga antara pihak saling membutuhkan karena itu

tersusunlah masyarakat yang harmonis dan berkecukupan.

g. Untuk menumbuhkan silahturrahim, karena adanya perbedaan dan keperluan sehingga

terjadilah interaksi dan komunikasi silaturahim dalam rangka saling mencukupi kebutuhan.

2. Pengertian Akad

Akad merupakan bidang kajian hukum ekonomi Islam atau muamalah. Term akad berasal dari

bahasa Arab, al-‘aqd, yang berarti “mengikat, menyambung atau menghubungkan.”1 Secara

terminologis hukum Islam, akad memiliki beberapa definisi, namun secara prinsip dapat

dikategorikan dalam dua bentuk, yaitu:

(1)Menurut pasal 262 Mursyid al-Hairan ila Ma’rifah Ahwal al-Insan, bahwa akad merupakan
5
pertemuan gaib yang diajukan oleh salah satu pihak dengan kabul dari pihak lain yang

menimbulkan akibat hukum pada objek akad.2

(2) Menurut Syamsul Anwar, akad adalah pertemuan ijab dan kabul sebagai pernyataan

kehendak dua pihak atau lebih untuk melahirkan suatu akibat hukum pada objeknya.

Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami adanya keterkaitan atau hubungan hukum. Pertama,

akad merupakan pertemuan atau keterkaitan ijab dan kabul yang mendorong munculnya akibat

hukum. Karena ijab merupakan penawaran yang diajukan oleh satu pihak, sedangkan kabul

adalah jawaban persetujuan yang diberikan mitra akad sebagai tanggapan terhadap penawaran

pihak yang pertama. Akad tidak terjadi apabila pernyataan kehendak masing-masing pihak tidak

terkait satu sama lain. Sebab akad menghendaki keterkaitan kehendak kedua belah pihak yang

tercermin dalam ijab dan kabul.

Kedua, akad merupakan tindakan hukum dua pihak, karena di dalam akad pertemuan ijab yang

merepresentasikan kehendak dari satu pihak sedangkan kabul yang menyatakan kehendak pihak

lain. Tindakan hukum satu pihak seperti janji memberi hadiah, wasiat, wakaf atau pelepasan

tidak termasuk akad, karena tindakan-tindakan itu bukan merupakan tindakan dua pihak,

sehingga tidak membutuhkan kabul. Sebagian besar ulama fiqaha memang memisahkan secara

tegas kehendak sepihak dari akad, tetapi sebagian yang lainnya menjadikan akad mencakup

kehendak sepihak. Bahkan ketika membahas berbagai ragam akad khusus, para fuqaha tidak

membedakan antara akad dan kehendak sepihak sehingga membahas pelepasan hak, wasiat dan

wakaf bersama-sama dengan pembahasan jual-beli, sewa menyewa, termasuk diskusi tentang

hibah sebagai transaksi yang harus membutuhkan ijab dan kabul atau ijab saja.

Ketiga, tujuan akad adalah untuk melahirkan suatu akibat hukum. Jelasnya, tujuan akad adalah

maksud bersama yang dituju dan yang hendak diwujudkan oleh para pihak melalui perbuatan

akad. Akibat hukum akad dalam hukum Islam disebut “hukum akad.” Tercapainya akad

tercermin pada terciptanya akibat hukum. Misalnya, maksud para pihak dalam akad jual beli
6
adalah untuk melakukan pemindahan atas suatu benda dari penjual kepada pembeli dengan

imbalan yang diberikan oleh pembeli. Terjadinya pemindahan milik tersebut merupakan akibat

hukum akad jual beli.

A. Rukun Akad

Menurut hukum Islam, unsur-unsur yang membentuk sesuatu disebut rukun. Jadi, rukun adalah

unsur-unsur yang membentuk sesuatu, sehingga sesuatu itu terwujud karena adanya unsur-unsur

tersebut yang membentuknya. Unsur-unsur yang membentuk akad yang disebut sebagai rukun

akad yang disepakati ada empat macam, yaitu:

a. Para pihak yang membentuk akad

b. Pernyataan kehendak para pihak

c. Objek akad, dan

d. Tujuan akad.

Para ulama fiqih sepakat bahwa rukun adalah unsur yang membentuk substansi sesuatu. Tetapi,

ketika rukun itu diterapkan secara nyata kepada akad, ada perbedaan pendapat tentang unsur

mana dari rukun itu yang membentuk akad. Menurut mazhab Hanafi, yang dimaksud rukun akad

adalah unsur-unsur pokok yang membentuk akad. Akad sendiri adalah pertemuan kehendak para

pihak dan kehendak itu diungkapkan melalui pernyataan kehendak yang berupa ucapan atau

bentuk ungkapan lain dari masing-masing pihak.

B. Syarat Akad

Syarat-syarat dalam rukun akad, adalah Rukun pertama, para pihak memerlukan syarat hukum

yaitu (1) tamyiz, dan (2) berbilang pihak. Rukun kedua, pernyataan kehendak para pihak

membutuhkan syarat: (1) adanya persesuaian ijab dan kabul, atau kata sepakat, dan (2) kesatuan

majelis akad. Rukun ketiga, objek akad harus memenuhi tiga syarat: (1) objek itu dapat

diserahkan, (2) tertentu atau dapat ditentukan, dan (3) objek itu dapat ditransaksikan. Rukun
7
keempat, tujuan akad memerlukan satu syarat yakni tidak bertentangan dengan syara.

C. Maksud Akad Menurut Rukun-rukun Akad

a. Para Pihak dalam Akad

Para pihak yang dimaksudkan dalam akad adalah dua orang atau lebih yang akad untuk suatu

tujuan dan menurut hukum akad disyaratkan: (1) memiliki tingkat kecakapan hukum (mumayiz),

(2) berbilang pihak. Dari kedua syarat itu, dikembangka pembahasan untuk maksud hukum

dalam akad.

b. Pernyataan Kehendak Para Pihak

Pernyataan kehendak lazim disebut sigat akad (sighat al-aqd) yang terdiri atas ijab dan kabul.

Tindakan mengikatkan atau mempertemukan kehendak itu dilakukan melalui ucapan,tulisan,

isyarat, perbuatan atau cara lain yaitu pihak yang satu menyatakan kehendaknya dan pihak yang

lain menyatakan kehendaknya sebagai tanggapan kehendak pihak pertama. Pernyataan kehendak

pertama disebut ijab dan pernyataan kehendak kedua disebut kabul.

c. Objek Akad

Terjadinya akad karena ada objek yang menjadi sasaran yang hendak dicapai oleh para pihak

melalui penutupan akad. Objek akad dapat berupa benda, manfaat benda. Jasa atau pekerjaan,

atau sesuatu yang lain tidak bertentangan dengan syarat sebagai rukun yang menjadi sasaran para

pihak menutup akad, maka para ahli hukum Islam mensyaratkan beberapa hal pada objek akad.

1) Objek akad dapat diserahkan atau dapat dilaksanakan.

2) Objek akad tertentu atau dapat ditentukan.

8
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sebagai kesimpulan kepemilikan harta ialah kekuasaan atas benda dan

manfaatnya secara utuh. Di dalam Islam umat muslim senantiasa dianjurkan untuk

mencari rezki yang baik dan halal ‫ حلل و طيب‬dan sangat dilarang untuk meyembah

kekayaan sebagaimana hadis rasulullah yang artinya “Terkutuk bagi mereka yang

menjadi penyembah dinar dan terkutuk pula bagi mereka yang menjadi

penyembah dirham”.

Sedangkan Dalam hukum Islam, materi akad dibahas secara detail dalam kajian fiqh muamalah,

yakni bidang yang membahas interaksi manusia dengan sesamanya dan perilaku manusia

terhadap segala sesuatu yang dapat memenuhi hajat hidup manusia.

Dalam bidang ekonomi syariah, akad memegang peranan utama terhadap seluruh aktivitas

ekonomi. Akad memfasilitasi setiap orang yang menjalani kegiatan ekonomi, termasuk barang

dan jasa. Dalam kaitan ini aktivitas pengadaan (produksi), penyebaran/pembagian (distribusi),

dan konsumsi, merupakan sejumlah perilaku manusia yang sangat ditentukan oleh akad yang

menyertainya. Sebab itu dinamika ekonomi merupakan wujud dari berperannya akad dalam

semua lapangan transaksi dan perilaku manusia.

9
DAFTAR PUSTAKA

Alis, S. (2019). Kepemilikan Harta. Ekonomi Syariah, 1(2), 80-100.

Gunawan, A. (2010). Kepemilikan Dalam Islam. Ekonomi Syariah, 1(2), 50-90. Leli, M. (2019).

Konsep Harta Dan Kepemilikan. Ekonomi Syariah, 1(2), 60-90. Murlan, E. (2011). Konsep

Kepemilikan Harta. EkonomiSyariah, 1(2), 100-140.

Sularno, M. (2013). Konsep Kepemilikan Dalam Islam. Ekonomi Syariah, 1(2),

Abu Fath, Ahmad. al-Mu’amalat fi al-Syari’ah al-Islamiyyah wa al-Qawanin al-Misriyyah,

Kairo: ‘Isa al-Babi al-Halabi, 1947.

Abu Zahrah, Muhammad. Ushul al-Fiqh, t.tp: Dar al-Fikr al-‘Arabi, t.th.

Ali, Zainuddin. Hukum Ekonomi Syariah, Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika, 2008

10

Anda mungkin juga menyukai