Kelompok 2 - 6B - Metodologi Penelitian
Kelompok 2 - 6B - Metodologi Penelitian
Kelompok 2 - 6B - Metodologi Penelitian
Abstrak
Penelitian ini untuk membahas karakteristik dan kefokusan anak dengan spektrum ADHD
yang kecenderungannya tidak bisa fokus dan mengalami hambatan komunikasi. Karena
bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu dalam melakukan
interaksi sosial, menyampaikan keinginannya, ide-idenya, pendapatnya dan lainnya. Jadi
perlu adanya kegiatan yang akan mengembangkan kemampuan anak dalam
berkomunikasi dengan orang lain di lingkungan sekitarnya. Berdasarkan hasil observasi
terhadap salah satu anak yang terindikasi ADHD di SPS BAI BATENG membutuhkan
metode pembelajaran untuk mengembangkan bahasa ekspresifnya agar bisa
berkomunikasi dengan baik melalui kegiatan read aloud. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan proses pembelajaran melalui serangkain kegiatan mulai dari persiapan,
pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi kegiatan Read Aloud. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus (case study).
Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, foto dan video dokumentasi,
catatan, dan rekaman suara. Teknik analisis data yang digunakan adalah kondensasi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Subjek penelitian yaitu kepala
sekolah, guru dan anak dengan spektrum ADHD. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa 1) Pelaksanaan kegiatan Read Aloud telah terlaksana dengan baik, di tahap
persiapan membutuhkan pengkondisian lingkungan agar anak tertarik dengan kegiatan
Read Aloud dan antusias mendengarkan, 2) Kendala saat pelaksanaan kegiatan membaca
nyaring, kurangnya penguasaan teknik yang menarik, media yang digunakan, pengaturan
tempat, dan kurang peka dengan kondisi anak, 3) Pada tahap evaluasi, strategi yang
dilakukan pemilihan buku sesuai minat anak, menguasai teknik Read Aloud,
mengkondisikan keinginan anak, mendorong anak menceritakan isi cerita, mengajak anak
bergantian melakukan membaca nyaring, dan mengajak anak untuk mendengarkan ketika
temannya membaca nyaring.
Kata Kunci: metode Read Aloud, bahasa ekspresif, anak spektrum ADHD
Indah Sri, Budiarti Lia, Rosdiana
Abstract
This study is to discuss the characteristics and focus of children with ADHD spectrum
who tend to be unable to focus and experience communication barriers. Because
language is a communication tool to convey something in conducting social interaction,
conveying his wishes, ideas, opinions and others. So there needs to be activities that will
develop children's ability to communicate with others in the surrounding environment.
Based on the results of observations on one of the children who was indicated to be
ADHD in Paud, Madani Kids needed a learning method to develop their expressive
language in order to communicate well through read aloud activities. This study aims to
describe the learning process through a series of activities ranging from preparation,
implementation of activities, and evaluation of read aloud activities. This research uses
qualitative descriptive research methods with case study approach (case study). Data
collection techniques through observation, interviews, photo and video documentation,
notes, and voice recordings. The data analysis techniques used are data condensation,
data presentation, conclusion drawing and data verification. The subjects of the study
were principals, teachers and children with a ADHD spectrum. The results of this study
can be concluded that 1) The implementation of read aloud activities has been carried
out well, in the preparation stage requires environmental conditioning so that children
are interested in read aloud activities and enthusiastic about listening, 2) obstacles when
implementing read aloud activities, lack of mastery of interesting techniques, media used,
place arrangements, and less sensitive to children's conditions, 3) At the evaluation stage,
strategies are carried out to select books according to children's interests, master reading
aloud techniques, condition children's desires, encourage children to tell the content of
stories, invite children to take turns read aloud, and invite children to listen when their
friends reading aloud.
PENDAHULUAN
Dalam sistem pendidikan di Indonesia sudah yang memfasilitasi anak
berkebutuhan khusus untuk mendapatkan hak yang sama dalam memperoleh pendidikan
di sekolah umum. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat 1 dan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 5 ayat
1 dinyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu. Hal ini juga sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2016 tentang Penyandang Disabilitas dan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020
tentang akomodasi yang layak untuk peserta didik penyandang disabilitas. Pemerintah
mencanangkan sistem pendidikan inklusif melalui Peraturan Mendiknas Nomor 70 tahun
2009 tentang Pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki
potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa (Prastiyono, 2022).
Bahasa merupakan sarana untuk berinteraksi dan berkomunikasi yang efektif yang
dimiliki oleh setiap orang. Kemampuan berkomunikasi merupakan bagian penting dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga setiap orang dapat menyampaikan informasi,
mengeluarkan pendapatnya secara verbal (lisan) dan non verbal (simbol),
mengungkapkan keinginannya, saling bertanya dan menjawab. Dalam hal ini anak
Implementasi Metode Read Aloud untuk Mengembangkan Bahasa Ekspresif Anak
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) di SPS BAI BATENG
berkebutuhan khusus kurang dalam berinteraksi dengan anak lain di sekolah. Kendala
dalam berinteraksi dan berkomunikasi menjadi hambatan dalam proses sosialisasi, dan
itu bisa mempengaruhi rasa percaya diri anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan
khusus usia 3-6 tahun dengan spektrum ADHD belum bisa berinteraksi dengan baik dan
lebih banyak menikmati dunianya sendiri. Anak ADHD mengalami gangguan pemusatan
perhatian, sehingga ketidakmampuan pada aspek interaksi sosial, komunikasi, bahasa,
dan perilaku.
Anak berkebutuhan khusus memiliki hambatan pemusatan perhatian dan yang
terindikasi dengan hiperaktivitas tinggi disebut ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder). ADHD adalah gangguan neurobiologis yang menyebabkan anak mengalami
kesulitan dalam memperhatikan, mengendalikan impuls, dan mengatur tingkah laku
(Septiyani, dkk., 2023). ADHD merupakan salah satu gangguan perkembangan yang
terjadi pada masa kanak-kanak yang paling umum dan dapat berlanjut hingga remaja dan
masa dewasa. Anak spektrum ADHD biasanya kesulitan untuk mempertahankan
perhatian/fokus, kesulitan mengendalikan perilaku, dan perilaku yang
berlebihan/hiperaktif. Ciri-ciri utama yang ada pada anak ADHD yaitu:
1. Kesulitan untuk mempertahankan perhatiannya seperti melamun dan mudah
teralihkan perhatiannya dari tugas yang sedang dikerjakan.
2. Sulit mengikuti aturan atau instruksi yang diberikan.
3. Sulit mengatur dan memprioritaskan tugas yang harus diselesaikan.
4. Sering melakukan tindakan impulsif tanpa berpikir terlebih dahulu tentang
konsekuensi dari tindakannya.
5. Tampak sangat aktif dan hiperaktif, seperti tidak bisa duduk diam dan sering
bergerak-gerak.
6. Sering mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain dalam menjalin
hubungan sosial.
7. Tampak lalai dan kurang bersemangat dalam melakukan tugas-tugas rutin, seperti
belajar atau membersihkan tempat tidur.
8. Mudah merasa bosan dengan aktivitas yang berulang-ulang dan sering mencari
sensasi baru.
9. Sulit untuk tidur pada malam hari dan dapat mengalami masalah dalam jadwal tidur
yang tidak teratur.
10. Cenderung tertinggal dalam perkembangan akademik dan sosial dibandingkan
dengan teman sebaya.
Penyebab ADHD terdapat beberapa faktor yang diduga mempengaruhi resiko
anak mengalami kondisi ADHD (Septiyani, dkk., 2023), yaitu antara lain:
a. Faktor Genetik. Anak dengan riwayat keluarga yang memiliki ADHD atau gangguan
kesehatan mental lebih memungkinkan anak mengalami ADHD.
b. Faktor Lingkungan. Paparan racun seperti timbal atau kekurangan gizi seperti zat
besi, omega-3 dapat meningkatkan resiko anak mengalami ADHD.
Indah Sri, Budiarti Lia, Rosdiana
dirumah dan sering adanya bentakan saat anak berbuat kesalahan atau tidak bisa duduk
diam. Penanganan yang salah menyebabkan anak cenderung tidak percaya diri dan tidak
bisa mengungkapkan secara terbuka tentang apa yang dirasakan dan yang ada didalam
pikirannya.
Kemampuan pengelolaan bahasa ekspresif dalam menunjang komunikasi anak
ADHD perlu adanya bimbingan dan pengajaran yang tepat supaya bisa menyeimbangkan
kemampuan bahasanya. Implementasi metode membaca nyaring (Read Aloud) dilakukan
untuk membantu anak mengembangkan bahasa ekspresifnya agar bisa berkomunikasi
dengan baik. Metode membaca nyaring (Read Aloud) yaitu “membaca dengan keras”.
Teknik membaca nyaring (Read Aloud) yaitu dengan pemilihan buku yang
direkomendasikan, membaca keras dan lantang, intonasi yang tepat sesuai bacaan,
menjelaskan semua isi dari buku, menjelaskan kata-kata baru atau asing, dan
menekankan pada pokok bahasan, serta membahas ulang isi bacaan. Dalam proses
membaca nyaring (Read Aloud), anak dapat menambah kosa kata, meningkatkan
kemampuan mendengar, memahami teks bacaan, dan bisa mengekspresikan diri.
Kusumastuti, M. H., (2014). Jurnal Skripsi-Peningkatan Kemampuan Bahasa
Ekspresif Melalui Picture Exchange Communication System (PECS) Pada Anak Autis Di
Sekolah Autis-Hiperaktif Arogya Mitra Akupuntur Klaten Jawa Tengah. Universitas
Negeri Yogyakarta. Menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan analisis
data deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menyatakan bahwa pembelajaran
menggunakan PECS dapat meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif pada anak autis
dilihat dari peningkatan skor kemampuan bahasa ekspresif ditandai dengan 1). dapat
menunjuk sesuatu yang diinginkan, 2). Dapat mengimitasi kata dengan benar, 3). Dapat
melabel gambar dengan tepat, 4). Dapat menentukan pilihan secara konsisten, 4). Dapat
mengatakan apa yang diinginkan secara verbal. Peningkatan subyek dari kemampuan
awal 36,6% menjadi 73,3% pada siklus II.
Hariyanti, (2019) tentang Meningkatkan Kemampuan Bahasa Ekspresif Anak
Melalui Metode Bercerita Menggunakan Media Boneka Jari. Menggunakan metode
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa menggunakan metode bercerita menggunakan boneka jari adalah
guru memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat aktif dalam mengekspresikan
bahasanya, totalitas guru dalam menyampaikan cerita dengan penggunaan media,
pemberian reward kepada anak. Peningkatan kemampuan bahasa ekspresif anak terlihat
pada siklus awal 25% menjadi 50% di siklus I, dan meningkat menjadi 90% di siklus II
yang ditandai anak mampu berbicara dengan kalimat sederhana dan jelas, mulai bertanya
dengan satu tujuan, menjawab pertanyaan sederhana, menceritakan pengalaman
sederhana, menceritakan kembali cerita yang didengarnya.
Fadikhah, N. R. S., Elisa, N. A., Arwendis, W. (2021) tentang Pengaruh Aktivitas
Read Aloud Saat Belajar Dari Rumah Terhadap Kemampuan Bahasa ekspresif.
Menggunakan metode penelitian kuantitatif pre-eksperimental design dengan jenis One
Group Pre-test Post-test Design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan post-
test diperoleh adanya kenaikan skor rata-rata kemampuan bahasa ekspresif anak sebelum
Indah Sri, Budiarti Lia, Rosdiana
dan sesudah dibeikan perlakuan dari 46,9 menjadi 60,68. Dan hasil perhitungan t test
menunjukkan bahwa t hitung > t tabel (4,9>1,7) dengan taraf signifikansi 5% sehingga
diperoleh hasil bahwa ada pengaruh sigifikan dalam penggunaan aktivitas Read Aloud
pada saat belajar dari rumah terhadap kemampuan bahasa ekspresif TK B Al-Ishlah
Ngale-Ngawi.
Lembaga SPS BAI BATENG sudah menerapkan metode Read Aloud (membaca
nyaring) sebagai pijakan awal pembelajaran yang dilakukan oleh Guru, Siswa, dan Orang
Tua dari siswa secara bergantian dan konsisten. Implementasi metode Read Aloud untuk
memberikan dukungan pembelajaran pada anak terutama pada anak ADHD dalam
mengembangkan bahasa ekspresifnya. Karena anak ADHD yang cenderung kurang bisa
fokus, kesulitan berinteraksi dan berkomukasi secara efektif dengan lingkungan
sekitarnya sehingga berdampak akan mempengaruhi proses prestasi belajar anak.
Konsentrasi belajar adalah salah satu kesulitan yang sering dialami oleh siswa ADHD
(Ayu Tri Anjani, 2020). Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan metode
Read Aloud dalam mengembangkan bahasa ekspresif anak ADHD yang menfokuskan
pada kemampuan bahasa ekspresif yaitu ekspresi anak dalam memahami isi atau
informasi mengenai cerita yang dibacakan dan kemampuan anak dalam menceritakan
kembali cerita tersebut. Melalui kegiatan Read Aloud diharapkan anak ADHD bisa
mengekspresikan apa yang ada dalam pikirannya sehingga bisa lebih mudah untuk
berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan
pendekatan studi kasus (case study). Studi kasus merupakan studi empiris yang
menyelidiki fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata. Menurut Yin (2008)
metode penelitian studi kasus merupakan strategi penelitian menggunakan pertanyaan
penelitian “ bagaimana dan mengapa”, fokus penelitiannya adalah fenomena kontemporer
mengarah pada desain dan pelaksanaan penelitian. Teknik pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, foto dan video dokumentasi, catatan, dan rekaman suara. Tujuan
penelitian ini untuk mengembangkan kemampuan bahasa ekspresif anak melalui metode
membaca nyaring (Read Aloud) agar anak ADHD bisa berinteraksi dan berkomunikasi
dengan baik.
dalam hal mengungkapkan apa yang sebenarnya mereka inginkan tanpa ada paksaan dari
orang lain (Hariyanti, 2019).
Gangguan komunikasi merupakan gangguan perkembangan bicara dan bahasa
yang dihasilkan karena kesulitan dalam menghasilkan bunyi atau suara untuk berbicara,
memahami apa yang disampaikan oleh orang lain, dan menggunakan bahasa lisan dalam
berkomunikasi. Agar anak mampu berkomunikasi dengan baik maka harus mampu
memahami dan menghasilkan bahasa sehingga anak harus bisa menyampaikan
keinginannya secara lisan. Untuk itu penggunaan metode membaca nyaring (Read Aloud)
untuk meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif anak agar bisa berkomunikasi
menggunakan bahasa verbal.
Metode membaca nyaring (Read Aloud), bisa diibaratkan sebagai mengisi bejana
kosakata dalam otak anak (Gatot, M., & Doddyansyah, 2018). Membaca nyaring
merupakan aktivitas membaca dengan suara yang ditekankan pada pengucapan dan
melibatkan variasi intonasi. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, merangsang
kemampuan mendengar, serta meningkatkan minat baca mereka (Eko Priyantini & Yusuf,
2020). Semakin banyak kata yang anak dengar melalui metode membaca nyaring,
semakin meningkat perkembangan kosakata anak tersebut. Dalam bukunya "The Read-
Aloud Handbook," seorang pendidik dan penulis asal Amerika, Jim Trelease,
mengisahkan pengalamannya dimana seorang pasangan suami dan istri secara rutin
memberikan panduan gratis kepada anak-anak mereka setiap malam selama tiga puluh
menit, setiap tahun, bahkan setelah anak-anak tersebut mampu membaca sendiri.
Pengalaman Trelease di atas mengilustrasikan bagaimana orang tua dan pendidik dapat
secara konsisten membacakan cerita atau buku kepada anak, dengan tujuan mengenalkan
anak pada pengalaman mendengar kata-kata melalui cerita yang dibacakan. Trelease juga
menjelaskan bahwa membacakan cerita ini melibatkan penggunaan suara lantang,
pelafalan yang jelas, intonasi yang tepat, ekspresi, dan bahasa tubuh, yang kemudian
menjadi dasar bagi konsep membaca keras/nyaring.
Penelitian yang dilakukan pada pengembangan bahasa ekspresif anak dengan
spektrum ADHD menggunakan metode membaca nyaring (Read Aloud) melalui
rancangan langkah-langkah kegiatan membaca nyaring mulai dari persiapan,
pelaksanaan, dan evaluasi akan dijelaskan yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan kegiatan membaca nyaring (Read Aloud) untuk mengembangkan
bahasa ekspresif anak spektrum ADHD.
Aspek persiapan metode membaca nyaring (Read Aloud) untuk
mengembangkan bahasa ekspresif anak yaitu dimulai dengan menyiapkan tempat
kegiatan, teknik pelaksanaan kegiatan, kondisi lingkungan, media yang digunakan,
penguasaan metode Read Aloud, dan evaluasi. Aspek-aspek tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Tema dan Tujuan
Sebelum pelaksanaan kegiatan Read Aloud, guru melakukan bonding dan
ice breaking terhadap anak ADHD supaya bisa mengikuti kegiatan dengan baik
dan bisa bekerjasama dengan temannya. Perlu dipastikan anak ADHD mau
Indah Sri, Budiarti Lia, Rosdiana
Guru juga mengkomunikasikan kondisi F setiap hari di sekolah kepada orang tuanya
yang sudah bisa diajak bekerjasama untuk kemajuan anak F. Guru juga meminta
kepada orang tua F terutama ibunya untuk sama-sama menerapkan apa yang
dilakukan di sekolah yaitu membacakan cerita kepada anak F saat dirumah.
SPS BAI BATENG menerapkan metode Read Aloud yang dilakukan setiap
hari di awal pembelajaran untuk mengembangkan bahasa anak dan kemampuan
literasi anak. Di bulan pertama pelaksanaan metode Read Aloud, anak F berjalan
mondar- mandir, tidak mau duduk bersama teman-temannya dan melakukan
kegiatannya sendiri tetapi guru melihat F suka melirik dan ikut tertawa saat guru
membacakan cerita, ada kejadian yang membuat ketawa anak-anak. Guru berusaha
untuk melibatkan F dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai buku
yang dibacakan dan selalu berusaha mengajak F duduk bersama temannya untuk
mendengarkan cerita. Mengatur tempat duduk F berada dideretan tengah diantara
teman-temannya untuk mengurangi aktivitas meninggalkan tempat duduk atau
mengajak duduk F disebelah Guru untuk memudahkan seringnya bisa berinteraksi
dengan F agar merasa diperhatikan dan tertarik mendengarkan cerita.
2. Deskripsi Penerapan Metode Read Aloud anak ADHD
Berdasarkan hasil analisis awal sebelum penerapan metode Read Aloud, anak
F menunjukkan perilaku yang tidak bisa fokus dan duduk diam dalam waktu yang
lama, ada kebiasaan lain anak F suka mencoret-coret dan menggambar, satu bulan
pertama menggambar macam-macam makhluk halus, satu bulan kedua menggambar
jenis-jenis senjata seperti pisau, mandau. Bulan ketiga menyukai buku-buku yang
bertemakan sejarah seperti gambar bendera, buku-buku cerita pejuang Islam, buku-
buku sejarah yang bergambar berbagai kekhasan negara dan budaya daerah. Sekolah
menyediakan perpustakaan mini, berisikan buku-buku cerita anak dan buku tentang
pengetahuan anak yang menarik, mudah dipahami dan disukai oleh anak. Pada saat
F mengambil buku yang mau dilihatnya, Guru menanyakan pada F “mau baca buku
apa hari ini?” dan F pasti menunjukkan buku yang disukainya dan sudah berani
bertanya “ini gambar apa bunda”(misalnya sambil menunjuk ke gambar bendera
Indonesia).
Dengan mengikuti tahapan metode Read Aloud, membuat Guru mengganti
buku yang akan dibacakan setiap hari dengan tema yang menyenangkan,
menggunakan buku cerita pendek bergambar warna-warni ataupun bergambar pop
up. Selain didalam ruangan kegiatan Read Aloud juga dilakukan diluar ruangan kelas
misalnya di lapangan serta membuat program agar orang tua dari siswa setiap bulan
ada perwakilan ikut membacakan cerita kepada anak-anak. Hal ini bisa menambah
semangat anak-anak ketertarikan terhadap buku dan kegiatan membaca juga menjaga
kedekatan anak dengan orang tua. Sambil fokus mengamati perkembangan F saat
kegiatan Read Aloud, Guru mencatat setiap respon dan kemajuan dari F. Orang tua
F juga sudah berusaha untuk konsisten mempraktekkan kegiatan membaca nyaring
dirumah dan menginformasikan perkembangannya selama dirumah. Setelah
beberapa minggu mengikuti kegiatan Read Aloud ada kemajuan dari anak F yang
Implementasi Metode Read Aloud untuk Mengembangkan Bahasa Ekspresif Anak
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) di SPS BAI BATENG
mulai tertarik dengan kegiatan Read Aloud dan mulai berani menjawab pertanyaan
dari Guru. Akhirnya Guru berinisiatif untuk menyuruh F berani maju kedepan untuk
membacakan cerita. Guru melihat ada kemajuan dari anak F yang sudah berani maju
kedepan untuk membacakan cerita kepada teman-temannya menurut versinya F
dengan melihat dan menceritakan yang ada dalam gambar. Anak F terlihat antusias
dan kadang menawarkan diri untuk maju membacakan cerita dan berinisiatif memilih
buku sesuai dengan keinginannya. Anak F bisa berinteraksi dan bekerjasama dengan
temannya dalam membenarkan bacaan cerita dan gambar yang diceritakan ketika ada
kesalahan maksud cerita dan penyebutan gambar.
3. Analisis Penerapan Metode Read Aloud Pada Anak ADHD.
Implementasi metode Read Aloud ternyata sangat membantu guru dalam
mengembangkan kemampuan bahasa dan komunikasi anak F yang terindikasi
ADHD. Dengan membacakan cerita dengan jelas dan dibahas per isi dalam buku bisa
menambah kosakata anak dan melatih kefokusan anak F dilihat dari ketertarikan
terhadap praktek membaca dengan nyaring dan keras. Yang semula anak F sering
tidak bisa duduk diam mendengarkan karena bosan dan tidak sabar, akhirnya timbul
rasa tertarik untuk mendengarkan cerita, bisa duduk lebih lama, berinteraksi dengan
teman, bisa menjawab pertanyaan dari guru dan membuat pernyataan tentang isi
buku yang dibacakan. Metode Read Aloud berpengaruh terhadap perkembangan
bahasa ekspresif anak F yang terindikasi ADHD karena terbiasa sehari-hari
mendengarkan kosakata baru dari buku yang diceritakan. Hal itu ditunjukkan dengan
kemampuan anak F dalam berbicara sudah tersusun dengan rapi dan jelas sesuai
dengan apa yang dimaksud dan diinginkan anak F, misalnya: ketika disuruh
membaca buku ke depan, anak F sudah bisa berpendapat dan mengatakan sesuai
keinginanya “ Bunda, Farel mau baca buku yang ini saja, buku cerita tentang monyet”
sambil menunjuk dan mengambil buku cerita bergambar monyet. Selanjutnya Guru
bertanya, “Kenapa Farel memilih buku tentang monyet?”, jawabnya, “Kan di
Kalimantan banyak monyet bunda”. Dari percakapan singkat tersebut anak F sudah
bisa mengungkapkan kata-kata dengan baik sesuai apa yang diinginkannya dan bisa
memahami tentang apa yang akan diceritakan. Dan perkembangan bahasa ekspresif
anak ADHD tersebut berpengaruh pada kemampuan literasi anak terutama
kemampuan membaca gambar, menambah kosakata anak dan berkomunikasi
ekspresif dengan teman dan orang lain di sekitar anak. Dengan keberanian anak F
bercerita ke depan dan aktif berbicara dengan teman maupun guru, menimbulkan
rasa percaya diri anak F dan kepercayaan dari teman-temannya terhadap anak F.
Kerjasama dan komunikasi yang baik antara guru dan orang tua, bisa
mengembangkan kemampuan anak F dalam berkomunikasi dan bermain dengan
orang lain. Anak F sudah berani meminta bantuan dan bercerita dengan orang
disekitarnya. Pencatatan setiap perkembangan anak F dengan penerapan kegiatan
Read Aloud dilakukan untuk mengambil langkah selanjutnya dalam mengamati
perkembangan bahasa ekspresif anak agar bisa berinteraksi dan berkomunikasi
dengan orang lain. Hasil perkembangan anak F setelah 3 bulan mengikuti kegiatan
Indah Sri, Budiarti Lia, Rosdiana
Read Aloud secara rutin , menunjukkan bahwa anak F sudah bisa mengungkapkan
kata-kata yang bijak, misalnya saat ada temannya yang belum merapikan mainan,
anak F bilang “ jangan dihambur mainanya, nanti kasihan bunda yang
membersihkan”. Dan menurut penuturan dari orang tuanya, ketika di rumah sudah
mau bertanggungjawab terhadap kebutuhan dirinya misalnya meletakkan bajunya
dikeranjang baju kotor. Anak F juga membantu ibunya mencuci piring dan saat
ditanya ibunya”kasihan ibu, kata bunda harus membantu ibu dan ayah dirumah”.
Dengan menerapkan metode Read Aloud akan banyak kosakata yang diperoleh anak
dan membantu untuk mengembangkan kemampuan bahasa ekspresif anak ADHD
ketika berkomunikasi dan berinterkasi dengan orang lain.
Selain kemampuan bahasa ekspresif anak ADHD yaitu anak F yang
berkembang, setelah penerapan metode Read Aloud, perilaku anak F yang kelihatan
di luar nalar seperti kebiasaan menggambar sesuatu atau hal-hal yang aneh, ternyata
dengan pendekatan dan pengarahan yang baik melalui pembicaraan antara Guru dan
anak F dan juga membiasakan membacakan buku-buku cerita yang isinya bernilai
positif, terlihat bahwa anak F setiap menggambar sesuatu atau menceritakan hal-hal
yang aneh mengetahui fungsi dan maksud dari gambarnya, misalnya menggambar
pisau ternyata bisa menjelaskan bahwa pisau buat memotong sayur, saat
menggambar makhlus halus seperti kuntilanak mengerti bahwa setan itu tidak baik
jadi bukan menunjukkan pada pemahaman hal-hal yang berbahaya. Dan guru
mengamati kegiatan imajinasi anak tersebut selalu berubah tidak harus selalu
menggambar hal-hal yang aneh, pengamatan selama 3 bulan berjalan sekarang anak
F suka dengan hal-hal yang menyangkut sejarah seperti menggambar bendera setiap
negara. Jadi peneliti menyimpulkan bahwa kebiasaan aneh dari anak ADHD
merupakan bentuk imajinasi anak ADHD yang kreatif dan hal tersebut bisa
mengembangkan kemampuan literasinya.
Pembahasan
Kemampuan berbahasa sangat penting untuk mendukung proses interaksi dan
komunikasi yang baik dengan orang lain. Melalui kegiatan Read Aloud memberikan
dampak yang baik terhadap bahasa ekspresif anak ADHD. Anak ADHD lebih tertarik
untuk membaca, menambah kosakata, tersusun kalimat yang baik saat berbicara, serta
berani mengungkapkan pendapat dan idenya. Bahkan juga bisa mengarahkan perilaku
anak ADHD menjadi lebih baik dan membantu dalam mengembangkan kemampuan
literasi anak ADHD. Hal itu bisa dengan melakukan evaluasi dan analisis dari setiap
tahapan penerapan metode Read Aloud yang bisa dijabarkan sebagai berikut:
1. Persiapan
Persiapan kegiatan membaca nyaring (Read Aloud) yang dilakukan dengan
membuat rancangan kegiatan membaca yang berisi tema, tujuan dan media yang
digunakan. Menurut Ade Kusmiadi, Sriwahyuningsih (2008) dalam persiapan
kegiatan bercerita terdiri dari mempelajari dan menganalisis kemampuan yang akan
dicapai (tujuan), isi cerita, dan media bercerita yang harus disiapkan serta cara
Implementasi Metode Read Aloud untuk Mengembangkan Bahasa Ekspresif Anak
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) di SPS BAI BATENG
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa 1) Pelaksanaan kegiatan Read Aloud
telah terlaksana dengan baik, di tahap persiapan membutuhkan pengkondisian lingkungan
agar anak ADHD tertarik dengan kegiatan Read Aloud dan antusias mendengarkan, 2)
Kendala saat pelaksanaan kegiatan membaca nyaring, kurangnya penguasaan teknik yang
menarik, media yang digunakan, pengaturan tempat, dan kurang peka dengan kondisi
anak, 3) Pada tahap evaluasi, strategi yang dilakukan pemilihan buku sesuai minat anak,
menguasai teknik Read Aloud, mengkondisikan keinginan anak, mendorong anak
menceritakan isi cerita, mengajak anak bergantian melakukan membaca nyaring, dan
mengajak anak untuk mendengarkan ketika temannya membaca nyaring.
Berdasarkan proses analisis studi kasus yang dilakukan terhadap anak ADHD
yaitu anak F, dapat dilihat bahwa implementasi metode Read Aloud yang dilakukan secara
konsisten dan mengikuti tahapan Read Aloud dengan baik, memberikan pengaruh
terhadap perkembangan bahasa ekspresif anak ADHD. Perkembangan bahasa ekspresif
anak ADHD ditunjukkan dengan penggunaan kata-kata yang tepat pada saat berbicara
dan berkomunikasi dengan orang lain. Anak ADHD juga bisa mengekspresikan
keinginannya dengan mengungkapkan dan menjelaskan secara jelas terhadap sesuatu
yang akan dibicarakan dan dilakukan. Begitu juga dalam hal perilaku anak ADHD yang
spesial dengan pendekatan dan pengarahan yang baik melalui kegiatan Read Aloud
menggunakan media dan bahasa yang positif, bisa mendukung dalam menyeimbangkan
Indah Sri, Budiarti Lia, Rosdiana
otak kanan dan kirinya dalam mengontrol gerak dan pola pikir anak yang ditunjukkan
dengan kemampuan pemahaman literasi anak.
Guru diharapkan dapat memilih metode yang tepat untuk mengembangkan
kemampuan bahasa ekspresif anak ADHD. Kerjasama dengan orang tua anak ADHD
dalam menerapkan kegiatan Read Aloud di rumah akan membantu pengembangan bahasa
ekspresi anak. Penerapan aktivitas Read Aloud dapat dilakukan dengan memperhatikan
berbagai hal mulai dari persiapan yang matang dan pelaksanaan yang maksimal agar
kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan Read Aloud dapat meminimalisir
sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.
BIBLIOGRAFI
Ayu Tri Anjani (2020). Studi Kasus Tentang Konsentrasi Belajar Pada Anak ADHD di
SDIT AT-Taqwa Surabayadan SDN V Babatan Surabaya. Jurnal BK
UNESA.1(2).125-135.
Eko Priyantini, L. D., & Yusuf, A. (2020). The Influence of Literacy and Read Aloud
Activities on the Early Childhood Education Students’ Receptive Language Skills.
Journal of Primary Education, 9(3), 295–302.
https://doi.org/10.15294/jpe.v9i3.39216
Eri, S., Aninditya, S. N. (2020). Metode Vakt Solusi Untuk Kesulitan Belajar Membaca
Permulaan Pada Anak Hiperaktif. 6(1). 9-16.
Fadikhah, N. R. S., Elisa, N. A., Arwendis, W. (2021). Pengaruh Aktivitas Read Aloud
Saat Belajar Dari Rumah Terhadap Kemampuan Bahasa Ekspresif. 5(2).203-
212.https://doi-org/10.33222/pelitapaud.v4i1.780
Futuhat, N., , Dr. Hj. Isti Rusdiyani, M. P., , Toni Yudha Pratama, M. P., & . (2018).
Penggunaan Metode Pecs (Picture Exchange Communication System) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Autis Di Skh Negeri 01 Kota Serang.
https://doi.org/10.30870/unik.v3i2.5307
Irmawati, I., Iskandar, W., & Khatimah, K. (2022). Islamipedia Learning Books Dalam
Mengembangkan Kemampuan Berbahasa Reseptif Anak Usia Dini. Jurnal PENA :
Penelitian Dan Penalaran, 9(1), 67–72. https://doi.org/10.26618/jp.v9i1.8015
Meutia Mega Syahputri, & Dewi Retno Suminar. (2021). Efektivitas Metode Repeated
Interactive Read-Aloud dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Ekspresif pada
Anak Prasekolah. Jurnal Psikologi : Jurnal Ilmiah Fakultas Psikologi Universitas
Yudharta Pasuruan, 8(2), 116–131. https://doi.org/10.35891/jip.v8i2.2625.
Septiyani, E. Y., Rachmasari, A., Mulyana, S.P., (2023). Pengantar Pendidikan Inklusi
Bagi Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus. Cetakan Pertama. Surabaya. CV.
Pustaka MediaGuru.
Yin, R. K. (2015). Robert K. Yin. (2014). Case Study Research Design and Methods (5th
ed.). 30(1), 108–110. https://doi.org/10.3138/cjpe.30.1.108