T2.6 Koneksi FPI - Halimah Ar Putri

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

T2.

6 Koneksi Antar Materi FPI

Nama : Halimah Ar Putri


NIM : X9023083542

Tugas Mata Kuliah Fiolosofi Pendidikan Indonesia


Koneksi Antar Materi - Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya

Instruksi Tugas
1. Tinjau kembali tugas individu dan kelompok yang telah dikembangkan pada fase Mulai
Dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi dan Demonstrasi Kontekstual serta
pahami materi kunci Mata Kuliah Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan Indonesia.
2. Buatlah sebuah kesimpulan dan penjelasan mengenai pemikiran-pemikiran Ki Hadjar
Dewantara yang Anda pelajari dalam modul ini.
3. Buatlah sebuah refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru yang Anda peroleh dalam
modul ini dan perubahan diri yang yang Andal alami dan akan Anda praktekan di sekolah
dan kelas Anda.
4. Ceritakan (konstruksikan kembali) proses pembelajaran dan suasana kelas yang
mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara secara konkret sesuai dengan konteks lokal
sosial budaya di kelas dan sekolah Anda.
5. Kesimpulan dan refleksi disajikan dalam bentuk media informasi. Format media dapat
disesuaikan dengan minat dan kreativitas Anda. Contoh media yang dapat dibuat: artikel,
ilustrasi, grafik, video, rekaman audio, presentasi infografis, artikel dalam blog, dan
lainnya.
6. Unggah hasil kerja Anda sesuai petunjuk pengiriman di bawah.
Pertanyaan pemantik dalam membuat kesimpulan dan refleksi terhadap pemikiran-
pemikiran Ki Hadjar Dewantara:
1. Apa yang Anda percaya tentang peserta didik dan pembelajaran di kelas sebelum Anda
mempelajari topik ini?
2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari topik ini?
3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda merefleksikan pemikiran
Ki Hadjar Dewantara?

Jawaban:
Kesimpulan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
1. Dasar Pendidikan yang Menuntun
Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun
segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan
dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Menuntun bermakna pendidik
memberikan arah pada peserta didik untuk berperilaku sesuai kodratnya agar tidak salah
arah bagaimana membentuk dan mengembangkan karakter yang semestinya. Peserta didik
memang memiliki kemerdekaan belajar, tetapi merdeka yang dimaksud bukan bebas atau
merdeka secara mutlak, oleh karena itu pendidik disini berperan menuntun hak merdeka
peserta didik sesuai dengan maksud dari merdeka belajar.
2. Kodrat Alam dan Kodrat Zaman
Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan
dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk”
lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan
“irama”. Tentu saja pendidikan anak perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat
zaman, karena kodrat alam sendiri memiliki makna bahwa pendidikan yang diterapkan
tergantung pada keadaan alam yang ada di sekitar, seperti yang kita ketahui, indonesia
memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Dari kodrat alam indonesia
yang memiliki dua musim dapat dikaitkan dengan implementasi teori yang didapatkan
dengan keadaan alam di indonesia misalnya melalui experimental learning. Kemudian
pada kodrat zaman memiliki makna bahwa pendidikan di indonesia tidak akan zaman di
setiap zamannya, di setiap zaman akan mengalami perkembangan pendidikan menjadi
lebih maju menyesuaikan kemajuan teknologi.
3. Budi Pekerti
Menurut Ki Hadjar Dewantara, salah satu makna dari budi pekerti pada kegiatan
pembelajaran memiliki arti menutun peserta didik untuk mampu mangambil karakter
positif pada kebudayaan di Indonesia. Pendidik bisa mengajarkan mengenai nilai-nilai
sosial yang dapat diambil, yaitu nilai kebersamaan, kekeluargaan, rasa syukur, saling
memberi, dan nilai positif lain yang dapat diajarkan. Pendidik dapat menyajikan dalam
bentuk video kegiatan atau langsung mengajak siswa untuk mengamati secara langsung
jika memungkinkan.
4. Sistem Among
Sistem Among menjadi salah satu kekuatan untuk memahami secara mendalam
peran seorang pendidik dalam menuntun kekuatan kodrat anak. Pada sistem among
mengatur mengenai kemerdekaan peserta didik dalam belajar. Pendidikan memerdekaakan
murid memiliki arti bahwa peserta didik memiliki kemerdekaan belajar sesuai kodrat alam
dan zaman. Merdeka disini tidak bermaksud bahwa peserta didik memiliki kebebasan
mutlak. Disinilah peran pendidik diperlukan dalam mengarahkan maksud dari
kemerdekaan tersebut. Pendidik menuntun kodrat peserta didik untuk mampu berjalan dan
berkembang sesuai dengan arah positif yang diharapkan. Pendidik tidak berhak merampas
kebebasan hak dari peserta didik tetapi hanya sebagai penuntun dalam kemerdekaan.

Refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru diperoleh dalam modul dan perubahan
diri yang dialami dan akan dipraktekan di sekolah dan kelas

Dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengajarkan mengenai merdeka belajar dengn


menuntun peserta didik sesuai kodratnya. Peserta didik diberikan kebebasan memilih
pembelajaran yang diinginkan dan bebas memberikan aspirasinya. Selain itu, belajar juga harus
dilakukan dengan menyenangkan, karena peserta didik berhak untuk bahagia. Pembelajaran
menyenangkan dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Memahami sifat anak
Sifat dari masing-masing anak berbeda-beda, oleh karena itu untuk menjadi
seorang guru harus mampu memahami sifat dari masing-masing anak tersebut. Seorang
guru yang mampu memahami dari sifat anak maka sudah dapat dikatakan telah
menjalankan satu faktor yang menciptakan suasana yang menyenangkan dalam
pembelajaran. Contoh kecil dalam suatu kelas, ada anak yang memiliki sifat pemalu,
pemberani, dan bahkan pemalas (cepat bosan). Maka, seorang guru harus mampu
memahami mereka, dan dalam mengatasi pun dengan cara yang berbeda.
2. Mengenal anak secara perorangan
Mengenal anak secara perorangan sangat perlu dilakukan oleh seorang pendidik.
Hal ini dikarenakan tidak semua peserta didik memiliki karakter yang sama. dengan
memahami secara pribadi maka seorang pendidik akan semakin dekat dengan peserta
didik. Metode ini mampu menjadikan hubungan yang erat antara peserta didik dengan
pendidik, seolah-olah mereka menjadikan orang tua saat di sekolah. Mereka akan merasa
lebih mengenal lebih dekat dan senang terhadap pendidik tersebut. Berawal dari suka atau
senang terhadap guru maka apapun yang akan diajarkan di sekolah mereka pun akan
menyukainya.
3. Memanfaatkan prilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Perilaku anak dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Sebagai
makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok
dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar.
Pengerjaan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam
kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila
mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi
dan bertukar pikiran.
4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan memecahkan
masalah
Selama ini proses pembelajaran di setiap tingkat pendidikan hanya terbatas pada
peningkatan kemampuan kognitif saja. Padahal ciri khusus dari proses pembelajaran
adalah penekankan pada proses deduktif yang memerlukan penalaran logis dan
aksiomatik. Selain itu pembelajaran juga merupakan proses yang aktif, dinamik dan
generatif melalui kegiatan yang menyenangkan, memberikan sumbangan yang penting
kepada peserta didik dalam pengembangan nalar, berpikir logis, sistematik, kritis, kreatif,
dan bersikap obyektif serta terbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan.
Harapan terbesar dunia pendidikan adalah menjadikan peserta didik sebagai
pemikir dan pemecah masalah yang baik. Untuk itu, perlu peningkatan kemampuan
berpikir mulai level terendah yaitu recall (kemampuan bersifat ingatan dan spontanitas),
basic (kemampuan bersifat pemahaman), sampai pada kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Salah satu aspek pengetahuan tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir kritis dan berpikir
kreatif. Berpikir kritis adalah proses berpikir untuk menyusun, mengorganisasikan,
mengingat dan menganalisis argumen dan memberikan interpretasi berdasarkan persepsi
yang sahih, logical reasoning.
5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam proses
pembelajaran yang menyenangkan. Dalam mengembangkan ruang kelas untuk
menciptakan suasana yang menyenangkan bisa dilakukan dengan cara memajang hasil
pekerjaan atau kreativitas peserta didik. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan
diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi
siswa lainnya, yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau
kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi,
karangan, dan sebagainya.
6. Memanfaatkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar
Ruang kelas merupakan tempat yang pokok dalam proses pembelajaran.
Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan membutuhkan ruang kels yang
mendukung. Hal ini dilakukan supaya para peserta didik merasa betah dan dapat
menimbulkan perasaan senang dalam belajar. Siswa SD sampai SMA biasanya masih
menggunakan ruang kelas sebagai tempat yang pokok dalam pelaksanaan pembelajaran
walaupun tidak jarang juga pelaksanaan di luar kelas.
7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Pada saat siswa sudah mampu melaksanakan tugas gerak dan memiliki pemahaman
tentang apa yang sudah dilakukannya, maka pada saat itu guru tidak harus memberikan
tantangan sebab siswa telah belajar sesuatu yang sesuai dengan tujuan dan harapan guru.
Sebagai penggantinya, pada saat itu guru dapat memberikan umpan balik (feedback) yaitu
sebagai salah satu upaya mengobservasi siswa berkaitan dengan bagaimana ia melakukan
aktivitas serta apa yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa itu.

Proses pembelajaran dan suasana kelas yang mencerminkan pemikiran Ki Hadjar


Dewantara secara konkret sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di kelas dan sekolah

Pada Proses pembelajaran sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu


Menuntun. Menuntun memiliki makna memberi arah dalam mengembangkan potensi peserta
didik dengan lingkungan peserta didik, misalnya dengan balajar melalui lingkungan sekitar
yang terdapat nilai-nilai luhur budaya. Di daerah saya memiliki kebudayaan mengadakan
tradisi "manganan" yaitu tradisi dimana penduduk mengucap syukur pada sang pencipta karena
telah memberikan rezeki dan kesehatan sehingga penduduk membuat berbagai makanan untuk
saling dibagikan. Dari tradisi tersebut, pendidik bisa mengajarkan mengenai nilai- nilai sosial
yang dapat diambil, yaitu nilai kebersamaan, kekeluargaan, rasa syukur, saling memberi, dan
nilai positif lain yang dapat diajarkan. Pendidik dapat menyajikan dalam bentuk video kegiatan
atau langsung mengajak siswa untuk mengamati secara langsung jika memungkinkan.

Refleksi
Sebelum mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya percaya bahwa
dengan tindakan-tindakan tegas bisa merubah perilakunya. Tapi perubahan yang terjadi cuma
didasari oleh rasa takut dan bersifat sementara, bukan atas kesadaran pribadinya. Saya belum
sepenuhnya menyadari akan keberadaan kodrat alam sang anak, sehingga sering jengkel ketika
ada anak yang lamban dalam satu pelajaran. Belum banyak memberikan model-model
pembelajaran yang menyenangkan bagi anak.
Setelah mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, pemikiran yang
berubah dari saya adalah bahwa saya harus memberikan tuntunan kepada anak didik dengan
lebih sabar dan ikhlas, karena mereka masing-masing unik dan berbeda. Tidak perlu
memberikan hukuman yang sifatnya tidak mendidik, memberikan teladan agar mereka bisa
melihat dan menirunya. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka dengan
mencoba berbagai macam model pembelajaran.
Yang segera bisa saya terapkan dari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah
lebih sabar dalam membimbing, mengenali lebih dalam karakter dan latar belakang siswa
(keluarga/lingkungan) dengan menjalin komunikasi dengan orang tuanya, hal ini bisa
dilakukan dengan kunjungan rumah atau home visit. Memberikan pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa melalui pemilihan media pembelajaran yang bervariasi baik berupa
gambar, video maupun audio, atau pembelajaran yang berbasis permainan (game-based
learning).
HALIMAH AR PUTRI
X9023083542

Sebelum mempelajari pemikiran-pemikiran


Ki Hajar Dewantara, saya percaya bahwa
dengan tindakan-tindakan tegas bisa
merubah perilakunya. Tapi perubahan yang
terjadi cuma didasari oleh rasa takut dan
bersifat sementara, bukan atas kesadaran
pribadinya. Saya belum sepenuhnya
menyadari akan keberadaan kodrat alam
sang anak, sehingga sering jengkel ketika
ada anak yang lamban dalam satu
pelajaran. Belum banyak memberikan
model-model pembelajaran yang
menyenangkan bagi anak.

Setelah mempelajari pemikiran-pemikiran


Ki Hajar Dewantara, pemikiran yang
berubah dari saya adalah bahwa saya harus
memberikan tuntunan kepada anak didik
dengan lebih sabar dan ikhlas, karena
mereka masing-masing unik dan berbeda.
Tidak perlu memberikan hukuman yang
sifatnya tidak mendidik, memberikan
teladan agar mereka bisa melihat dan
menirunya. Memberikan pembelajaran yang
menyenangkan bagi mereka dengan
mencoba berbagai macam model
pembelajaran

Yang segera bisa saya terapkan dari


pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara
adalah lebih sabar dalam membimbing,
mengenali lebih dalam karakter dan latar
belakang siswa (keluarga/lingkungan) dengan
menjalin komunikasi dengan orang tuanya, hal
ini bisa dilakukan dengan kunjungan rumah
atau home visit. Memberikan pembelajaran
yang menyenangkan bagi siswa melalui
pemilihan media pembelajaran yang bervariasi
baik berupa gambar, video maupun audio, atau
pembelajaran yang berbasis permainan (game-
based learning).

KI HADJAR
DEWANTARA

Anda mungkin juga menyukai