Modul 3
Modul 3
Modul 3
MODUL 3
PARAMETER KUALITAS BATUBARA
Batubara adalah bahan organik yang komposisinya sangat kompleks dan semakin
kompleks dengan adanya mineral anorganik yang terdapat didalamnya.
Kualitas batubara ditentukan berdasarkan hasil analisis terhadap beberapa
parameter kualitas batubara sebagaimana ditampilkan pada Tabel 3.1.
36
PEMANFAATAN BATUBARA
37
PEMANFAATAN BATUBARA
Analisis yang umum dilakukan pada batubara, baik oleh perusahaan pertambangan
atau oleh pembeli disebut sebagai analisis proksimat. Analisis proksimat ini cukup
sederhana tetapi memerlukan peralatan khusus dan standar. Analisis proksimat
terdiri dari empat nilai analisis dan jika dijumlahkan akan bernilai 100 %.
Keempat nilai ini tidak dapat memberikan gambaran mengenai struktur barubara,
tetapi sangat bermanfaat untuk mengetahui tingkat pemanfaatan didalam industri
pengguna batubara tersebut. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
pemanasan batubara pada kondisi yang berbeda-beda, yaitu pada suhu tinggi dan
suhu rendah, serta dengan udara atau tanpa udara.
38
PEMANFAATAN BATUBARA
39
PEMANFAATAN BATUBARA
Senyawa organik penting pembentuk batubara yerdiri dari 5 unsur utama. Nama
kimia dan rumus kimia unsur utama pembentuk batubara adalah:
Karbon C
Hidrogen H
Nitrogen N
Sulfur S
Oksigen O
Hasil analisis ultimat biasanya dipakai untuk menentukan kualitas dan jenis lapisan
batubara sema penyelidikan cadangan batubara, sehingga batubara dapat
dikelompokkan atas kelasnya atau untuk keperluan teknis lainnya.
• Sulfur piritik
Jumlahnya sekitar 20 – 30 % dari sulfur total dan terasosiasi dalam abu, terjadi
baik sebagai makrodeposit dan mikrodeposit. Suatu piritik umumnya dapat
dihilangkan dengan operasi pencucian, sementara sulfur organik dan sulfur
sulfat sulit dihilangkan.
• Sulfur organik
Jumlahnya sekitar 20 – 80 % dari sulfur total dan secara kimia terikat di dalam
batubara, biasanya berasosiasi dengan sulfat dan sulfida selama proses
pembatubaraan.
• Sulfur sulfat
40
PEMANFAATAN BATUBARA
Kebanyakan sebagai kalsium sulfat, natrium sulfat, dan besi sulfat. Jumlahnya
sangat kecil kecuali pada batubara yang telah terekspos dan telah teroksidasi.
Pirit dapat dihilangkan selama operasi pencucian karena pirit yang melekat secara
fisik pada batubara seringkali dapat dilepaskan dengan cara penggerusan kemudian
dipisahkan. Batubara dengan kadar sulfur tinggi mempunyai nilai jual yang rendah.
Jika batubara dipakai sebagai bahan bakar, selain dapat menimbulkan gas SO2 atau
SO3 yang akhirnya dapat menghasilkan hujan asam, juga dapat merusak sistem
pemanasan lengas di dalam boiler pada pembangkit tenaga listrik. Apabila batubara
dengan sulfur tinggi dipakai sebagai kokas metalurgi (sebagai reduktor) pada
pembuatan baja maka akan menimbulkan masalah dengan kadar sulfur di dalam
baja.
Tabel 3.4. mengilustrasikan nilai GCV untuk berbagai batubara yang dinyatakan
pada basis pelaporan yang beragam. Hasil perhitungan ini dinyatakan dalam
41
PEMANFAATAN BATUBARA
Megajoule per kilogram (MJ/kg) atau kilokalori perkilogram (kkal/kg). Data nilai
kalori sangat diperlukan terutama bila batubara dipakai sebagaibahan bakar
misalnya pada boiler pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Nilai GCV (pada volum tetap) menyatakan jumlah panas total yang diperoleh
dari suatu batuabara melalui pengukuran standar (dengan bomb calorimeter) dan
semua produk pembakaran dikembalikan ke suhu ruangan. Nilai NCV (nilai kalor
bersih pada tekanan tetap) menyatakan panas yang hilang misalnya panas sensibel
dan panas laten produk pembakaran.
Penurunan nilai GCV menjadi NCV biasanya hanya didasarkan pada panas
yang hilang karena adanya lengas pada produk pembakaran yang terdapat sebagai
uap dan panas laten lengas. Berikut adalah beberapa persamaan standar yang
dapat dipakai untuk menghitung NCV:
ISO R 1928
NCV = GCV – 0,212 [H] – 0,0008 [O] – 0,0245 M (MJ/kg)
BSI 526
NCV = GCV - 0,212 [H] – 0,0007 [O] – 0,0244 M (MJ/kg)
ASTM D-407
NCV = GCV – 0,0024 {9 [H] + M}
42
PEMANFAATAN BATUBARA
Apabila batubara akan digunakan sebagai bahan bakar, maka nilai kalori merupakan
parameter utama yang paling penting. Harga suatu batubara umumnya ditentukan
dari harga per unit panas yang dihasilkan, kemudian dihitung harga per ton
batubara. Sementara parameter-parameter lain seperti kadar lengas, kadar abu,
nilai HGI dan sebagainya dihitung untuk dikenakan pinalti atau bonus.
Nilai NCV dapat juga dihitung dari data ultimat dengan memakai persamaan
Dulong: NCV = 81 [C] + 340 [H] – [O]/8) + 22 [S] – 5,84 (9[H]+ [M]
Kkal/kg
Keterangan: [S] = persen berat sulfur, diluar lengas
Penentuan komposisi abu bisa dilakukan dengancara kimia biasa, tetapi metode
yang lebih cepat menggunakan spektrometri massa. Karakteristik abu yang harus
diperhatikan meliputi suhu titik leleh abu (ash fusion temperature = AFT), viskositas
terak, nisbah silika, nisbah asam basa, nisbah dolimit, nisbah feritik, indeks slagging
dan indeks fouling.
43
PEMANFAATAN BATUBARA
Suhu titik leleh abu memberikan gambaran proses saat terjadinya pelunalkan dan
pelelehan abu. Nilai AFT diperoleh dalam dua kondisi atmosfir yang berbeda yaitu
kondisi oksidasi dan kondisi reduksi. Pengamatan dibawah kondisi oksidasi biasanya
menghasilkan nilai yang lebih besar, tergantung pada jumlah komponen oksida besi
di dalam abu batubara. Oksida besi ini mempunyai efek fluksing yang berbeda pada
kondisi teroksidasi dan tereduksi.
Nilai AFT sangat tergantung pada kondisi pengujiannya (oksidasi atau reduksi),
artinya tergantung pada jenis operasi pembakaran batubaranya. Sebagai contoh
pada pabrik pembuatan gas, dipakai kondisi reduksi sehingga AFT diukur pada
kondisi reduksi. Dilain pihak kondisi pada dasar tungku unggun tetap adalah
oksidasi sehingga AFT diukur pada kondisi oksidasi. Pada kasus pembakaran
pulverisasi batubara, kondisinya tidak selalu pasti. Dalam nyala api kondisinya
oksidasi tergantung pada jumlah udara yang diberikan.
2. senyawa CaO, MgO dan Fe2O3 bertindak sebagai fluks dan akan
menurunkan AFT, khususnya bila terdapat SiO2 yang berlebih.
Nilai AFT umumnya berkisar 1.000 – 1.600 oC. Batubara yang mempunyai nilai AFT
tinggi (misalnya ISO 540-A lebih besar dari 1350oC cocok untuk suatu operasi
dengan sistem dry ash removal. Sementara batubara dengan AFT rendah (ISO 540-
C lebih rendah dari 1300oC), cocok untuk suatu operasi dengan sistem liquid (wet)
ash removal.
AFT merupakan salah satu parameter kualitas nbatubara yang tidak mungkin diubah
nilainya dengan cara apapun, misalnya pencampuran batubara yang mempunyai
44
PEMANFAATAN BATUBARA
nilai AFT rendah dengan batubara yang mempunyai nilai AFT tinggi tidak akan
menghasilkan batubara dengan nilai AFT diantara keduanya.
Untuk menentukan nilai titik leleh abu biasanya dipakai standar ISO 540 Coal and
Coke. Pada standar ini sampel abu batubara, dibuat menjadi bentuk piramid,
kemudian dimasukkan ke dalam tungku pembakaran. Perubahan bentuk piramid
pada berbagai suhu diamati dengan cara difoto dengan foto digital, kemudian
dibandingkan perubahan bentuknya dengan bentuk standar. Dari standar ini
dihasilkan empat titik suhu kritik seperti pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Bentuk Piramida Uji Titil Leleh Abu (AFT) Batubara
a. Suhu deformasi (A) yaitu saat awal terjadi perubahan bentuk ujung piramid
b. Suhu sphere (B) yaitu saat sampel telah menjadi bentuk bulat
d. Suhu flow (D) yaitu saat sampel piramid telah leleh sempurna dimana tingginya
± 1,5 mm.
45
PEMANFAATAN BATUBARA
Slagging adalah keadaan dimana abu batubara meleleh di zone pembakaran akibat
suhu operasi yang melebihi titik leleh abu (suhu spherical). Sedangkan fouling
terjadi pada suhu yang lebih rendah dari suhu pembentukan terak (slag).
Fouling terutama terjadi karena adanya interaksi antara uap natrium dan kalium
dengan oksida belerang, membentuk garam dengan titik leleh rendah (± 400
o
C) yang kemudian membentuk semi fluida yang lengket didalam boiler. Fouling
biasanya terjadi bila kadar Na2O dan K2O di dalam abu batubara melebihi 3 % dan
intensitas fouling meningkat dengan naiknya kadar sulfur.
Uji HGI dilakukan dengan cara menempatkan sampel seberat 50 gram ke dalam
penggerus (ball ring type mill), kemudian diputar sebanyak 60 putaran. Setelah itu
46
PEMANFAATAN BATUBARA
47
PEMANFAATAN BATUBARA
Arsen, selenium, dan merkuri sering ada dalam jumlah trace di dalam batubara dan
dapat berbahaya pada lingkungan jika ia dibebaskan pada waktu pembakaran
batubara.
Batubara kemungkinan juga dapat digunakan sebagai sumber logam jarang (rare
element). Misalnya sekarang ini abu dianggap sebagai sumber potensial dari galium
dan germanium, dua unsur yang merupakan bahan semikonduktor.
48
PEMANFAATAN BATUBARA
profil coke button ini dibandingkan dengan gambar dan diberi nomor kode dari 0
sampai 9 dengan pertambahan 1/2, yang dipakai untuk menentukan sifat-sifat
kokas batubara. Gambar profil standar dan swelling numbernya dapat dilihat pada
Gambar 3.3.
3.2.7. Dilatometry
Perubahan volum selama masa mencair diukur dengan menggunakan alat
dilatometer. Dengan uji ini tingkah laku pengerutan/pemuaian batubara akan
diketahui.
49
PEMANFAATAN BATUBARA
diletakkan di dalam tabung sempit dan diberi piston yang berdiameter 7,5 mm dan
berat 150 gram diatasnya.
Suatu pointer yang dipasang pada piston dapat mengamati gerakan vertikal.
Tabung sempit bersama sampel di dalamnya dimasukkan ke dalam tungku listrik
dan dipanaskan mulai dari suhu 200oC dengan laju 3 oC per menit.
Pengamatan/pembacaan dilakukan secara teratur terhadap perpindahan piston
sebagai fungsi suhu dan panjang pensil semula.
Data penting yang didapat dari hasil pengujian adalah:
• Ts, suhu pelunakan
• Tc, suhu penyusutan
• Tm, suhu pemuaian
• C, penyusutan maksimum %
• E, pemuaian maksimum %
Ts + Tm C+E
G = ---------------- x -----------------------
2 Ts x E + Tm x C
Rangkuman:
1. Untuk menentukan kualitas batubara perlu dilakukan beberapa analisis, yaitu
analisis proksimat dan analisis ultimat
2. Pengetahuan keterkaitan antara parameter kualitas batubara dengan
pemanfaatan batubara merupakan hal yang sangat penting
Soal-soal Latihan:
1. Jelaskan 5 jenis parameter kualitas batubara secara umum dan yang
berkaitan dengan pemanfaatannya
2. Jelaskan perbedaan analisis proksimat dan analisis ultimat batubara
3. Jelaskan bentuk-bentuk sulfur dan trace elements dalam batubara
4. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai AFT batubara
5. Jelaskan perbedaan slagging dan fouling dalam pembakaran batubara
50