080 Sar Fadilah
080 Sar Fadilah
080 Sar Fadilah
KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir pada Program
Studi D III Keperawatan Magelang
Sari Fadilah
NIM. P1337420515080
i
LAPORAN KASUS
KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir pada Program
Studi D III Keperawatan Magelang
Sari Fadilah
NIM. P1337420515080
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
tentang Asuhan Keperawatan pada pasien post ORIF indikasi Fraktur Femur
dengan Fokus Studi Hambatan Mobilitas Fisik di RSUD Tidar Magelang sesuai
kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat bimbingan semua pihak akhirnya Karya
penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
lain:
Kesehatan Semarang.
Semarang
5. Dwi Ari Murti Widigdo., M.N. dosen pembimbing II Karya Tulis Ilmiah.
vi
7. Dosen dan Staff Karyawan Prodi DIII Keperawatan Magelang, Politeknik
11. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu
karena fraktur. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu masukan dan kritik untuk perbaikan penulisan karya
vii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
Tabel
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Gambar 2.1 pathways hambatan mobilitas fisik pada post ORIF .....................16
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
oleh benturan keras yang datang dari luar dan Femur merupakan tulang
terpanjang yang ada dalam tubuh manusia. Dapat terjadi mulai dari proksimal
sampai distal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fraktur femur atau patah
tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu seperti
21,8% dalam jangka waktu lima tahun. Dari jumlah total peristiwa kecelakaan
yang terjadi, terdapat 5,8% korban cedera atau sekitar delapan juta orang yang
mengalami fraktur dengan jenis fraktur yang paling banyak terjadi yaitu fraktur
pada bagian ekstremitas atas sebesar 36,9% dan ekstremitas bawah sebesar
65,2%, Sedangkan untuk hasil data prevalensi kasus fraktur Femur di RSUD
Tidar Kota Magelang pada bulan januari-november tahun 2017 dengan kriteria
usia dalam rentang 25-44 tahun yaitu ada 24 kasus orang yang mengalami
kelompok umur dalam rentang 25-44 adalah kejadian terbanyak, kelompok usia
1
2
yang tepat agar komplikasi seperti kerusakan arteri, infeksi dan syok dapat
semaksimal mungkin.
Salah satu tindakan yang dilakukan pada pasien fraktur di rumah sakit
ORIF pada pasien pasca fraktur akan menciptakan reposisi serta fiksasi yang
dengan segera. Dampak yang ditimbulkan pasca bedah ORIF pada umumnya
adalah setiap pasien pasti akan mengalami keterbatasan aktivitas dan juga
membutuhkan oksigen selular yang adequat. Maka dari itu gangguan mobilitas
Pasien yang memulai latihan aktif lebih awal setelah bedah ORIF dapat
meingkatkan rentang gerak aktif total yang lebih besar 6 minggu pasca operasi
dari pada jika latihan tertunda. Melakukan mobilisasi sedini mungkin dapat
diberikan pada pasien fraktur tergantung pada jenis fraktur yang dialami. Terapi
harus segera ditangani, maka penulis ingin mempelajari lebih dalam mengenai
asuhan keperawatan pada pasien post ORIF dengan fokus studi hambatan
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
keperawatan pada pasien Post ORIF Fraktur Femur dengan fokus studi
2. Bagi Institusi
pasien Post ORIF Fraktur Femur dengan fokus studi hambatan mobilitas
fisik
3. Bagi Masyarakat
dengan Post ORIF Fraktur Femur dengan fokus studi hambatan mobilitas
fisik.
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
struktur tulang dan didefinisikan sesuai dengan jenis dan keluasannya. Hal
gerakan memuntir yang mendadak, atau bahkan karena kontraksi otot yang
ada dalam tubuh manusia. Dapat terjadi mulai dari proksimal sampai distal.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa fraktur femur atau patah tulang paha
oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu seperti degenerasi
2. Klasifikasi Fraktur
6
7
jaringan subkutan.
perlukaan kulit.
trauma.
1. Fraktur Komunitif : Fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan.
2. Fraktur Segmental : Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan.
3. Fraktur multiple : Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
menjauh )
1) 1/3 proksimal
2) 1/3 medial
3) 1/3 distal
tulang.
3. Etiologi Fraktur
a. Kekerasan/trauma langsung
jauh dari tempat terjadinya kekerasan yang biasanya terjadi patah pada
4. Manifestasi klinis
fragmen tulang.
11
b. Setelah terjadi fraktur, bagian yang tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid
Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
rudapaksa.
yang rusak.
b. Pemeriksaan Laboratorium
penyembuhan tulang.
penyembuhan tulang.
c. Pemeriksaan lainnya
infeksi.
2) Biopsi tulang dan otot; pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
tulang.
didapatkan adanya garis patah tulang tibia dan fibula (Noor, 2016).
6. Patofisiologi Fraktur
pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih
besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang
terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,
marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak (Wahid, 2013).
14
Deformitas tulang yang akibat suatu trauma dan bisa merupakan suatu
yang dapat menyebabkan deformitas tulang misalnya fraktur. Hal ini dapat
lainnya adalah fraktur patologis yaitu fraktur yang terjadi karena terdapat
Menurut Potter & G. Perry (2010) ada beberapa masalah yang dapat
a. Sistem integument
seperti dekubitus.
b. Perubahan perilaku
d. Efek fisiologis.
e. Perubahan hygine.
7. Pathways
Trauma, Patologi
Fraktur
Pembedahan,
ORIF Resiko tinggi
infeksi
Hambatan mobilitas fisik
Perilaku
Aktivitas sehari-
berubah
hari terganggu
Ansietas
Pemenuhan kebutuhan
hygiene terganggu
Defisit
perawatan diri
8. Komplikasi Fraktur
a. Komplikasi awal
1) Syok.
2) Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai oleh; tidak adanya nadi;
3) Infeksi
masuk kedalam. Hal ini biasanya terjai pada kasus fraktur terbuka,
b. Komplikasi lama
Delayed Union
baik. Biasanya tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan (tiga bulan
untuk anggota gerak atas dan lima bulan untuk anggota gerak bawah).
(2016) :
a) Fase 1 : Inflamasi
lokasi fraktur yang kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel darah
putih besar) yang dapat membersihkan daerah tersebut dari zat asing.
empat bulan.
d) Fase 4: Remodeling
10. Penatalaksanaan
1) Reduksi tertutup
2) Reduksi terbuka
Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat paku,
sembuh.
(2008).
fragmen.
21
femur.
(2008).
tulang.
penyembuahan.
fiksasi.
22
mandiri dan terarah pada tubuh atau satu ekstermitas atau lebih
bantu.
kesehatannya.
normalnya.
Klasifikasi imobilisasi.
pergerakan.
kehidupan sosial.
1. Pengkajian
a. Status kesehatan
1) Keluhan utama
tanda-tanda vital.
lainnya.
25
Skala Karakteristik
Skala 0 Paralisis sempurna
Skala 1 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi
atau dilihat
Skala 2 Gerakan penuh melawan gravitasi dengan
tompangan
Skala 3 Gerakan yang normal melawan gravitasi
Skala 4 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan
melawan tahanan minimal
Skala 5 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan tahanan penuh
(sumber : Alimul, 2008)
(Wahid, 2013).
4) Riwayat Psikososial
26
dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
b) Pola Nutrisi-Metabolik
(2010), meliputi :
sehari-hari.
c) Pola eliminasi
fekal?
d) Pola Aktivitas-Latihan
e) Pola Hubungan-Peran
28
lain.
g) Pola Kognitif-Perseptual
2009).
h) Pola Seksualitas-Reproduksi
Dampak pada klien post ORIF yaitu, klien tidak bisa melakukan
keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien dan perlu
perkawinannya.
efektif.
klien.
2. Masalah Keperawatan
3. Perencanaan
30
pergerakan/aktivitas.
terencana.
31
4. Tindakan keperawatan
terbagi menjadi dua yaitu ROM aktif dan ROM Pasif (Noor, 2016).
meliputi :
otot.
imobilisasi. Oleh karena itu, kaji jenis latihan ROM yang dapat
ROM penuh.
kecil (bak) dan buang air besar (bab) juga akan lebih cepat terjadi
33
spontan. Luka operasi akan cepat sembuh bila pasien cepat jalan.
Perasaan sakit pertama jalan memang lebih terasa, tetapi nyeri luka
itu ternyata lebih cepat menghilang pada pasien yang berjalan dalam
waktu 2-3 jam, hal ini dapat diperiksa dengan adanya bising usus
dan flatus.
c. Ambulasi
15 kali/jam.
2) Latihan berjalan :
hipotensi ortostatik.
diulangi.
sama pula.
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
memfokuskan pada salah satu masalah penting dalam kasus yang dipilih yaitu
asuhan keperawatan pada klien post ORIF Fraktur Femur dengan fokus studi
B. Subyek Penelitian
Sampel yang dipilih dalam laporan kasus tugas akhir penulis meliputi :
1. Pasien post ORIF fraktur femur dengan masalah hambatan mobilitas fisik
4. Pasien yang bersedia menjadi responden dalam penelitian laporan kasus ini.
C. Fokus studi
Fokus studi penelitian ini adalah hambatan mobilitas fisik pada post
37
D. Definisi Operasional Fokus Studi
Asuhan keperawatan pada klien post ORIF dengan fokus studi hambatan
hambatan mobilitas fisik adalah dengan mengkaji berapa derajat kekuatan otot
klien dengan menggunakan alat ukur ROM, melatih ROM aktif & pasif dan
1. Tempat Penelitian
Magelang.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12-18 Januari 2018 selama lima
hari.
F. Instrumen penelitian
3. Alat tulis
Skala Karakteristik
Skala 0 Paralisis sempurna
Skala 1 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi
atau dilihat
Skala 2 Gerakan penuh melawan gravitasi dengan tompangan
Skala 3 Gerakan yang normal melawan gravitasi
Skala 4 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan
melawan tahanan minimal
Skala 5 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan tahanan penuh
(sumber : Alimul, 2008)
Dalam studi kasus ini terdapat langkah pengumpulan data yaitu sebagai
berikut:
1) Wawancara
meliputi :
kekakuan sendi)
2) Observasi langsung
asupan nutrisi dan kondisi luka klien dengan teknik inspeksi, palpasi,
analisis yang digunakan dengan membuat narasi yang diperoleh dari hasil
wawancara yang telah mengaju pada pengkajian fokus hambatan mobilitas fisik
direncanakan. Lalu data disajikan secara narasi dan juga dengan ungkapan
teori dan respon serta pelaksanaan pada klien post ORIF dengan fokus studi
hambatan mobilitas fisik yang telah dipilih menjadi objek penelitian. Selain itu
juga untuk menilai kesenjangan antara klien satu dengan yang lain dalam
I. Etika penelitian
ini mencakup beberapa hal mengenai etika yang ditekankan, yaitu sebagai
berikut:
2) Meminta izin secara tertulis kepada Direktur RSUD Tidar Magelang untuk
Dalam studi kasus ini peneliti menggunakan nama inisial klien untuk
6) Confidentiality (kerahasiaan)
Data klien digunakan hanya sebagai studi kasus dalam pengelolaan klien
post ORIF fraktur femur. Kerahasiaan informal respon dan dijamin oleh
peneliti dan hanya data-data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil
studi kasus.
BAB IV
A. HASIL PENELITIAN
Magelang pada tanggal 12-18 Januari 2018. Studi kasus ini melibatkan 2 klien
sebagai subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
1. Pengkajian
Tabel 4.1
Identitas klien I dan klien II
Ny. N Ny. S
1. Umur : 25 tahun 1. Umur : 44 tahun
2. Pendidikan : SMA 2. Pendidikan : SD
3. Diagnosa medis : Fraktur 3. Diagnosa medis : Fraktur
Femur Dextra Femur Sinistra
Pada table 4.1 dapat diketahui bahwa umur kedua pasien berbeda
dimana pasien Ny. N jauh lebih muda dibanding dengan dengan pasien
b. Status kesehatan
Tabel 4.2
Riwayatkeperawatan klien I dan klien II
NO. KLIEN I KLIEN II
1. Bangsal Cempaka Bougenvill
2. Keluhan Kaki sulit untuk Kaki merasa kaku
Utama digerakkan setelah dan sulit untuk
dilakukan operasi, digerakkan setelah
nyeri pada kaki dilakukan operasi
sebelah kanan dan nyeri pada kaki
sebelah kiri
43
44
skala nyeri yang berbeda yaitu nyeri pada klien I sedikit lebih besar
dibandingkan denagna klien II. Kejadian yang dialami oleh kedua klien
fraktur femur.
c. Pengkajian fokus
Tabel 4.3
Hasil pengkajian fokus klien I dan klien II
Klien I Klien II
45
gerak.
d. Pemeriksaan fisik
Tabel 4.4
Hasil pemeriksaan fisik pada klien I dan klien II
NO. KLIEN I KLIEN II
1. Kesadaran Composmentis Composmentis
2. Tanda-tanda Tanda tanda vital : Tanda tanda vital :
Vital TD : 120/90 mmHg TD : 130/80 mmHg
N : 88 x/menit N : 84 x/menit
RR : 24 x/menit RR : 22 x/menit
S : 36,2ºC S : 36,5ºC
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pemeriksaan fisik kedua klien
sebagian besar dalam batas normal, hanya pada ektermitas bawah klien
adanya trauma.
e. Pemeriksaan penunjang
1) Klien I
(high).
8 jam.
2) Klien II
hemoglobin 7.0 g/dl (low), leukosit 12.5 10ᵔ3/ul (high), eritrosit 2,5
30.8 % (high).
48
mg per 8 jam melalui intravena dan injeksi cinam 1,5 mg per 8 jam.
2. Analisa Data
Tabel 4.5
Hasil Analisa Data pada klien I dan klien II
NO. Klien I Klien II Penyebab Masalah
1. DS : klien DS :klien Kerusakan Hambatan
mengatakan mengatakan intergritas mobilitas
kedua kaki kedua kaki struktur fisik
sulit untuk merasa kaku jaringan
digerakkan, dan sulit untuk tulang
terutama pada digerakkan, (dengan
kaki kanan terutama pada faktor
sehabis kaki kiri pencetus
dilakukan sehabis yaitu nyeri)
tindakan dilakukan
operasi. tindakan
operasi.
DO : klien
tampak lemah, DO : klien
nampak tampak lemah,
kesulitan untuk tampak
bergerak, kesulitan untuk
nampak bergerak dan
membatasi nampak
pergerakan, membatasi
tampak pergerakan,
berhati-hati tampak cemas
saat bergerak dan gelisah,
TD : 120/90 tampak
mmHg berhati-hati
N : 88 saat bergerak
x/menit TD : 130/80
RR : 24 mmHg
x/menit N : 84
S : 36,2ºC x/menit
49
Skore RR : 22
mobilitas klien x/menit
adalah 2, S : 36,5ºC
tampak Skore
terbaring mobilitas klien
lemah di adalah 2,
tempat tidur. tampak
Skala kekuatan terbaring
ototnya lemah di
5 5 tempat tidur.
1 5 Skala kekuatan
ototnya
5 5
5 1
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa data subjektif dan data objektif
3. Diagnosa keperawatan
Tabel 4.6
Diagnosis Keperawatan pada Klien I dan Klien II
NO. Klien I Klien II
1. Hambatan mobilitas fisik Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan berhubungan dengan
kerusakan integritas struktur kerusakan integritas struktur
tulang (dengan faktor tulang (dengan faktor pencetus
pencetus yaitu nyeri) yaitu nyeri)
Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa kedua klien mengalami masalah
4. Intervensi keperawatan
Tabel 4.7
Intervensi Keperawatan pada Klien I dan Klien II
Intervensi Keperawatan
Klien I Dx : hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
Klien II kerusakan integritas struktur jaringan tulang
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan hambatan mobilitas
fisikpada klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
50
dilakukan kepada kedua klien adalah sama supaya lebih mudah untuk
5. Implementasi keperawatan
Tabel 4.8
Hasil Implementasi Keperawatan Klien I (14 Januari 2018)dan Klien II
(15 Januari 2018) (hari pertama)
No Implementasi Respon
Klien I Klien II
1. Mengkaji lokasi DS :klien mengatakan DS :klien mengatakan
adanya nyeri dan kaki kanannya sulit kaki kirinya kaku dan
ketidaknyamanan untuk digerakkan sulit saat digerakkan
selama setelah dilakukan setelah dilakukan
pergerakan atau operasi sehingga pembedahan sehingga
aktivitas. hanya dapat berbaring hanya dapat berbaring
ditempat tidur. ditempat tidur saja.
Klien mengatakan Klien mengatakan
timbul rasa nyeri saat timbul rasa nyeri saat
51
masih terlihat lemas dan hanya terbaring di tempat tidur, skala nyeri yang
dirasakan klien masih dalam kategori nyeri berat, tanda-tanda vital dalam
batas normal, kedua klien mau untuk diajarkan tentang latihan rentang
gerak, serta kedua klien sudah mampu untuk melakukan ROM pasif dan
Tabel 4.9
Hasil Implementasi Keperawatan Klien I (15 Januari 2018) dan Klien II
(16 Januari 2018) (hari kedua)
No Implementasi Respon
Klien I Klien II
1. Mengkaji lokasi DS :klien mengatakan DS : klien
adanya nyeri dan kaki kanannya sudah mengatakan kaki
ketidaknyamanan sedikit bisa kirinya sudah agak
selama digerakkan. bisa digerakkan
pergerakan atau Klien mengatakan Klien mengatakan
aktivitas. nyeri berkurang saat rasa nyeri pada saat
menggerakkan kaki kaki kiri digerakkan
kanannya. sudah berkurang dari
P : luka post ORIF sebelumnya
Q : seperti ditusuk- P : luka post ORIF
tusuk Q : seperti tertusuk-
R : kaki kanan tusuk dan menjalar
S:5 sampai lutut
T : hilang timbul R : kaki kiri
S:5
DO :pergerakan klien T : hilang timbul
masih terbatas,
ekspresi wajah klien DO : ekspresi wajah
nampak rileks, KU : tampak lebih rileks
saat kaki kirinya
53
yaitu dari kategori nyeri berat turun menjadi kategori sedang, tanda-tanda
Tabel 4.10
Pada tabel 4.10 hari ketiga kedua klien dilakukan perawatan, dapat
6. Evaluasi keperawatan
Tabel 4.11
Hasil evaluasi formatif pada klien I dan klien II
Hari/tgl Klien I Klien II
Hari S : Klien mengatakan S : klien mengatakan dalam
pertama ketika beraktivitas masih aktivitasnya masih
dibantu atau bergantung dibantu oleh keluarganya
oleh oranglain, klien dan masih timbul nyeri
mengeluh nyeri dengan saat menggerakkan kaki
skala 8 kirinya
P : nyeri post op ORIF
O: Q : seperti terbakar
- Ekspresi wajah klien R : kaki kiri
tampak meringis S:7
kesakitan T : hilang timbul
- TD :120/90 mmHg
- N :88 x/mnt O: ekspresi wajah klien
- RR :24 x/mnt tampak meringis
- Klien nampak mau menahan nyeri,klien
diajarkan ROM pasif tampak lemah.
pada persendian jari-jari TTV :
kaki, persendian lutut TD : 130/80 mmHg
dan paha. N :88 kali/menit
- Skala mobilitas klien S : 36,20C
adalah 2 (klien RR : 24 kali/menit
memerlukan bantuan Skala mobilitas klien
sepenuhnya dari adalah 2 (memerlukan
oranglain) untuk bantuan oranglain),
beraktivitas. kekuatan otot
- Kekuatan otot klien 5 5
5 1
5 5 Ekpresi wajah klien
1 5 tampak menhan nyeri
saat digerakkan maupun
tidak dan klien sangat
A: masalah hambatan berhati-hati saat
mobilitas fisik belum menggerakkan kakinya,
teratasi klien tampak berlatih
56
Tabel 4.12
Hasil evaluasi sumatif pada klien I dan klien II
Klien I Klien II
S :Klien mengatakan ia sudah S :Klien mengatakan ia sudah
mampu bergerak walaupun dapat bergerak sesuka hatinya
masih dibantu O: ekspresi wajah menahan nyeri
O: ekspresi wajah menahan nyeri tidak ada,mengerang dan
tidak ada,mengerang dan menangis tidak ada,
menangis tidak ada, ketegangan otot tidak ada,
ketegangan otot tidak ada, peningkatan tekanan darah
peningkatan tekanan darah dan frekuensi napas tidak ada
dan frekuensi napas tidak ada TTV :
TTV : TD : 120/80 mmHg
TD :130/80 mmHg N :82 x/mnt
N : 82 x/mnt RR :24 x/mnt
RR :24 x/mnt
59
B. PEMBAHASAN
Pada sub bab ini membahas tentang hasil laporan kasus asuhan
keperawatan nyeri post ORIF fraktur Femur pada Ny. N dan Ny. S, tanggal 12
-18 Januari 2017 di Ruang Cempaka dan Bougenville RSUD Tidar Kota
1. Pengkajian
Hasil pengkajian didapatkan data pada tabel 4.1 didapatkan ada perbedaan
faktor resiko akibat fraktur disebabkan karena faktor usia, jenis kelamin
kalsium yang rendah, pengguna alkohol dan perokok, pengguna alat bantu
jalan. Sehingga menurut penulis faktor risiko akibat fraktur pada tabel 4.1
fraktur femur. Hal itu dapat terjadi karena ada kerusakan integritas struktur
menanganinya agar cepat sembuh. Sesuai teori Smeltzer dan Bare (2008)
yaitu nyeri dan hambatan moblitas fisik. Hambatan mobilitas fisik adalah
keterbatasan dalam pergerakan fisik mandiri dan terarah pada tubuh atau
di area pangkal paha pada luka bekas operasi dengan skala yang berbeda
yaitu pada Ny. N (skala 8) dan Ny. S (skala 7). Sesuai pernyataan Judha,
nyeri dengan kalimat nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau
penelitian oleh Lisa dan Ruhyana 2015 menyatakan bahwa usia dewasa
dengan usia dewasa madya. Hal tersebut sesuai dengan tabel 4.2 bawa
klien I sedikit lebih besar mengalami nyeri dibandingakn dengan klien II.
sebelum nyeri terjadi. Potter & Perry (2005) mengemukakan bahwa nyeri
yang dirasakan oleh pasien yang mengalami pembedahan, bisa dari skala
orang lain. Kecemasan ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa
cemas. Namun, bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan
Dari hasil pengakjian pada tabel 4.2 dapat diartikan bahwa etiologi
atau penyebab fraktur pada klien I dan klien II adalah sama yaitu karena
hambatan mobilitas fisik dilihat dari aktivitas dan istirahat klien yaitu
mungkin disebabkan karena adanya trauma yang dialami oleh kedua klien.
63
2. Diagnosa keperawatan
Dari data pengkajian diatas pada tabel 4.6 dapat diartikan bahwa
keterbatasan dalam pergerakan fisik mandiri dan terarah pada tubuh atau
terstandarisasi) :
(Wilkinson, 2016).
fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara mandiri yang disebabkan oleh
yaitu fraktur.
64
adequat. Maka dari itu gangguan mobilitas fisik dapat mengganggu proses
G Perry, 2010).
65
3. Intervensi keperawatan
fisik yang dirasakan klien yaitu monitor lokasi adanya nyeri dan
berikutnya yaitu ajarkan latihan ROM aktif dan ROM pasif yang bertujuan
(duduk dan jalan) yang cepat adalah untuk mengurangi komplikasi pasca
bedah, terutama atelektasis dan pneumonia hipotesis. Buang air kecil (bak)
66
dan buang air besar (bab) juga akan lebih cepat terjadi spontan. Luka
operasi akan cepat sembuh bila pasien cepat jalan. Mobilisasi pasien dapat
lagi diizinkan berdiri disamping tempat tidur beberapa menit. Bila cukup
kuat, belajar jalan beberapa langkah dan akhirnya berjalan tanpa dijaga
oleh perawat. Luka operasi tetap dijaga agar tetap asepsis, terutama
obat analgetik, salah satunya yaitu ketorolac yang menurut ISO (2008)
4. Implementasi
Aktif dan ROM Pasif sesuai jadwal yang sudah terencana, menjelaskan
pada klien dan keluarga mengenai manfaat dan tujuan melakukan latihan
ambulasi, menerapkan atau sediakan alat bantu (tongkat, walker atau kursi
roda serta tripod), membantu klien untuk berdiri dan ambulasi dengan
pengajaran ROM Aktif dan ROM Pasif, serta ambulasi selama 3 hari
dan juga klien mengeluh nyeri pada area luka post ORIF pada kaki sebelah
kanan, nyeri bertambah saat kaki kanan bergerak atau digeser dan nyeri
hilang saat kaki kanan tidak bergerak, saat klien tidur atau relaksasi, nyeri
yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk, lokasi nyeri yaitu pada kaki kanan
hari dan klien juga mengeluh nyeri pada area luka post ORIF pada kaki
sebelah kiri, nyeri bertambah saat kaki kiri bergerak atau digeser dan nyeri
hilang saat kaki kiri tidak bergerak, saat klien tidur, nyeri yang dirasakan
seperti terbakar, lokasi nyeri yaitu pada kaki kiri menjalar sampai ke lutut
rincian nyeri pada klien I lebih besar dibandingkan dengan klien II. Hal
tersebut sesuai menurut Le Mone & Burke (2008) bahwa orang dewasa tua
yang didapatkan pada klien I tanggal 14 Januari 2018 yaitu tekanan darah
68
120/90 mmHg, nadi 88 kali/ menit, pernafasan 24 kali/ menit, suhu 36.2oC.
mmHg, nadi 84 kali/ menit, pernafasan 24 kali/ menit, suhu 36.5oC. data
Selanjutnya melatih klien untuk ambulasi dini, dari ROM pasif yang
dilanjutkan dengan ROM Aktif pada jari-jari kaki dan persendian lutut serta
persendian paha, melatih untuk duduk kemudian berdiri dan yang terakhir
yaitu berjalan. Pada tanggal 14 Januari 2018 klien I mau untuk dilatih ROM
pasif dan dilanjutkan ROM aktif. Sedangkan pada klien II pada tanggal 15
januari 2018 bersedia untuk dilatih ROM pasif dan dilanjutkan dengan
ROM aktif. Data tersebut dapat diartikan bahwa klien I dan klien II ingin
bantuan dari oranglain, sudah mampu duduk namun masih dibantu dan
bertahan hingga 4 menit dan belajar berdiri dengan bantuan hanya bertahan
selama 1 menit. Skala nyeri turun menjadi skala nyeri 5. Sedangkan hari
hingga 10 menit, klien juga sudah belajar berdiri namun dengan bantuan dan
hanya bertahan selama 2 menit serta skala nyeri turun menjadi skala nyeri
5.
69
tanggal 15 Januari 2018 didapatkan data tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
klien II tanggal 16 Jnuari 2018 tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 88 kali/
makan dan minum sendiri serta mampu melakukan ROM aktif lalu dilatih
keluarganya serta sudah mampu makan dan minum sendiri, sudah mampu
makan dan minum sendiri dan mampu duduk dengan bantuan dan bertahan
berkurang dan skala nyeri menjadi skala nyeri 3. Sedangkan di hari ketiga
tanggal 17 Januari 2018 klien II mampu makan dan minum sendiri, mampu
kruk serta klien mengatakan nyeri berkurang dan skala nyeri 5 menjadi
skala nyeri 2. Nyeri hilang timbul dengan durasi yang tidak menentu.
pada klien II tanggal 17 Januari 2018 tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
tanggal 16 januari 2018 belum bisa melakukan duduk secara mandiri dan
sendiri dan belajar untuk berdiri serta berjalan dengan menggunakan alat
bantu kruk.
Dari data diatas dapat diartikan bahwa klien II lebih cepat melakukan
tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi dimulai
dari bangun dan duduk disisi tempat tidur sampai pasien turun dari tempat
tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan dengan bantuan alat sesuai kondisi
dukungan dari keluarga, hal ini didukung oleh (Hoppenfield & Murthy,
care. Dukungan dari orang yang dekat merupakan bentuk dukungan sosial
5. Evaluasi keperawatan
menggunakan alat bantu berjalan yaitu kruk dengan skala kekuatan otot
nyeri yang dirasakan klien sudah berkurang dari sebelumnya, klien sudah
mampu tidur atau beristirahat dengan nyenyak, nyeri hanya terasa saat kaki
kanan bergerak atau digeser dan nyeri hilang saat kaki kanan tidak
bergerak yaitu saat tidur atau relaksasi, nyeri yang dirasakan seperti
tertusuk-tusuk, lokasi nyeri yaitu pada kaki kanan dengan skala nyeri 3,
nyeri hilang timbul dengan durasi yang tidak menentu. Ekspresi wajah
bahwa klien mampu berdiri dengan bantuan orang lain, skala kekuatan
tidur dengan nyenyak, nyeri hanya terasa saat kaki kiri bergerak atau
digeser dan nyeri hilang saat kaki kiri tidak bergerak, nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk, lokasi nyeri yaitu pada kaki kiri menjalar sampai ke
lutut dengan skala nyeri 2, nyeri hilang timbul dengan durasi yang tidak
menentu. Ekspresi wajah klien nampak rileks. Dari data yang didapatkan
hambatan mobilitas fisik teratasi menurut NOC dengan kriteria hasil antara
terganggu.
selama 3 hari, masalah hambatan mobilitas fisik sudah teratasi dan belum
A. SIMPULAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi keperawatan
berjalan dengan langkah yang efektif tidak terganggu dan berjalan dengan
75
76
latihan rentang gerak secara teratur selama dirumah atau setelah pulang dari
rumah sakit, tanda-tanda vital dalam batas normal meliputi sistolik 90-120
36,50C - 37,50C.
4. Tindakan keperawatan
jadwal yang sudah terencana, Jelaskan pada klien dan keluarga mengenai
manfaat dan tujuan melakukan latihan sendi, Konsultasikan pada ahli terapi
(tongkat, walker atau kursi roda serta tripod), Bantu klien untuk berdiri dan
5. Evaluasi keperawatan
Pada evaluasi dihasi ketiga kedua klien didapatkan hasil masalah Ny. N
teratasi dengan hasil klien sudah mampu berjalan menggunakan alat bantu
sebagian dengan hasil klien belum dapat berjalan hanya mampu berdiri
(tindakan) keperawatan yang baik, respon yang baik dari pasien terhadap
tindakan yang telah diberikan, namun hasil penelitian ini mungkin akan
kelas III dengan VIP jelas hasilnya akan berbeda, mungkin dari segi fasilitas
B. SARAN
berikut :
1. Praktisi keperawatan
rentang gerak serta ambulasi dini untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik
klien, tidak hanya terbatas pada kliennya saja namun juga mengajarkan
kepada keluarga klien agar dapat membantu klien selama latihan dirumah.
Bagi rumah sakit karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
salah satu sumber serta dijadikan protab untuk mengatasi masalah gangguan
tidak hanya dari klien namun juga dibutuhkan dukungan dari keluarga
serta ROM pada klien dengan post ORIF fraktur femur agar dapat
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta:DIVA Press.
Global Rights.
EGC
Devi, Ade Cintya., Gipta Galih Widodo., Faridah Aini. (2017). pengelolaan
hambatan mobilitas fisik pada tn. s dengan post orif (open reduction
Ngudi Waluyo.
Hoppenfeld, S., & Murthy, V.L (2011).Terapi dan rehabilitasi fraktur. New
Mubarak, Wahid Iqbal dan Nur Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Global Rights.
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Newman, D.M.L (2005). Functional status, personal health, and self esteem of
Jakarta:Salemba Medika.
Perry, Patricia A., Perry Anne, G.(2010). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal
Jakarta.
EGC.Jakarta.
(ROM) Aktif Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Post Operasi Fraktur
Rekam Medis RSUD Tidar Magelang. (2017). Rekapitulasi Paien Rawat Inap
Syamsuhidayat, R., & Wim, D. J. (2014). Buku Ajar Ilmu Bedah (revisi ed.).
Jakarta: EGC.
Menurut Potter & Perry (2010) latihan rentang gerak dapat dilakukan dengan :
1. Leher
pergerakan sirkuler).
2. Bahu
Klien dimunta untuk melakukan gerakan fleksi (angkat lengan dari posis
posisi siku masih tetap lurus). Lakukan posisi abduksi(naikkan lengan ke arah
Lakukan gerakan rotasi internal (dengan siku difleksikan, rotasi bahu dengan
belakang), rotasi eksternal (dengan siku difleksikan, gerakan lengan hingga ibu
jari bergerak ke atas dan ke samping kepala), serta lakukan gerakan
3. Siku
Minta klien untuk melakukan gerakan fleksi (bengkokkan siku sehingga lengan
bawah bergerak menuju sendi bahu dan tangan sejajar bahu), dan ekstensi
4. Lengan bawah
telapak tangan menghadap bagian bawah lengan atas), ekstensi (gerakan jari
6. Jari tangan
Serta lakukan gerakan abduksi (sebarkan jari ke samping) dan adduksi (bawa
jari-jari bertemu).
7. Jempol/ibu jari
Lakukan gerakan fleksi (gerakan ibu jari melewati permukaan tangan bagian
depan), ekstensi (gerakan ibu jari menjauhi tangan), abduksi (ekstensikan ibu
jari secara lateral), adduksi (gerakan ibu jari ke belakang menuju tangan), dan
oposisi (pertemukan ibu jari pada masing-masing jari tangan yang sama).
8. Pinggul
dan melewati posisi tengah jika memungkinkan), rotasi internal (balikkan kaki
dan tungkai bawah menjauhi tungkai bawah yang lain), rotasi eksternal
(balikkan kaki dan tungkai bawah yang lain), dan lakukan sirkumdiksi (gerakan
kaki melingkar).
9. Lutut
Meminta klien untuk melakukan gerakan dorsal fleksi (gerakkan kaki sehingga
ibu jari menghadap ke atas), dan plantar fleksi (gerakkan kaki sehingga ibu jari
menghadap ke bawah).
11. Kaki
Lakukan gerkan inversi (balikkan telapak kaki ke tengah), dan eversi (balikkan
melengkungkan ibu jari ke bawah lalu luruskan kembali. Lakukan juga gerakan
abduksi dan adduksi dengan memisahkan kaki ke samping lalu rapatkan lagi
ke tengah.
Lampiran 2: Lembar Informasi dan Kesediaan
Saya, Sari Fadilah dari Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan
Magelang. Saya ingin mengajak Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian kami
yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Stroke Non Hemoragi dengan Fokus
Studi Gangguan Mobilitas Fisik di RSUD Tidar Kota Magelang” yang akan
dilaksanakan oleh tim peneliti yang beranggotakan:
1. Sari Fadilah
2. Bambang Sarwono, SKp.,MKes.Epid
3. Dwi Ari Murti Widigdo, MN.
a. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan asuhan keperawatan
pada klien stroke non hemoragi dengan ganguan mobilitas fisik di RSUD Tidar
Kota Magelang.
b. Keikutsertaan sukarela
Partisipasi Anda dalam penelitian ini adalah sukarela tanpa paksaan. Anda
berhak untuk menolak keikutsertaan dan berhak pula untuk mengundurkan diri
dari penelitian ini, meskipun Anda sudah menyatakan kesediaan untuk
berpartisipasi. Tidak akan ada kerugian atau sanksi apa pun (termasuk
kehilangan perawatan kesehatan maupun terapi yang seharusnya Anda terima)
yang akan Anda alami akibat penolakan atau pengunduran diri Anda. Jika Anda
memutuskan untuk tidak berpartisipasi atau mengundurkan diri dari penelitian
ini, Anda dapat melakukannya kapan pun.
d. Manfaat penelitian
Partisipasi Anda dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk
Anda/orang lain berupa informasi bagi pengembangan ilmu keperawatan dan
dapat memperluas ilmu lebih khususnya mengenai ganguan mobilitas fisik pada
klien post ORIF.
e. Risiko dan ketidaknyamanan
Menjadi partisipan dalam penelitian ini mungkin sedikit menyita waktu
Anda.
f. Kerahasiaan
Kami menjamin kerahasiaan seluruh data dan tidak akan mengeluarkan atau
mempublikasikan informasi tentang data diri Anda tanpa ijin langsung dari
Anda sebagai partisipan. Nama Anda akan dituliskan dengan inisial dan alamat
Anda tidak akan ditulis secara lengkap.
g. Klarifikasi
Jika Anda memiliki pertanyaan apapun terkait prosedur penelitian, atau
membutuhkan klarifikasi serta tambahan informasi tentang penelitian ini, Anda
dapat menghubungi: Sari Fadilah (08562866519)
h. Kesediaan
Jika Anda bersedia untuk berpartisipasi maka Anda akan mendapatkan satu
salinan dari lembar informasi dan kesediaan ini. Tandatangan Anda pada lembar
ini menunjukkan kesediaan Anda untuk menjadi partisipan dalam penelitian.
Tanggal: ……………………………..
…………………………………….......
(Nama lengkap dengan huruf balok)
………………………………………
(Nama lengkap dengan huruf balok)
INSTRUMEN PENGKAJIAN
2) Kronologis keluhan
a) Faktor Pencetus :
b) Lamanya :
c) Cara mengatasi :
b. Status Kesehatan Masa Lalu
1) Lama Penyakit yang diderita
Ekstremitas kanan
bawah
Ekstremitas kiri bawah
2. Kemampuan rentang gerak
Toileting
Berpindah
Makan dan
minum
Berpakaian
3) Tekanan darah : mmhg
4) Respirasi Rate : kali/menit
Bagian Jenis
Derajat Hasil
Tubuh Pergerakan
Fleksi 45
Ekstensi 45
Leher, spina
Hiperekstensi 10
servikal
Fleksi lateral 40-45
Rotasi 180
180
Fleksi
45-60
Ekstensi 180
Hiperekstensi 45-60
Abduksi 180
Aduksi 320
Rotasi internal 90
Bahu
Rotasi
90
ekternal
Sirkumduksi 360
Fleksi 150
Siku
Ekstensi 150
Lengan Supinasi 70-90
bawah Pronasi 70-90
Fleksi 80-90
Ekstensi 80-90
Telapak
Hiperektensi 80-90
tangan
Abduksi s/d 30
Aduksi 30-50
Fleksi 90
Ekstensi 90
Tangan Hiperekstensi 30-60
Abduksi 30
Adduksi 30
Fleksi 90
Ekstensi 90
Pergelangan
Abduksi 30
tangan
Adduksi 30
Oposisi
Fleksi 90-120
Ekstensi 90-120
Hiperekstensi 30-50
Abduksi 30-50
Pinggul
Adduksi 30-50
Rotasi internal 90
Rotasi 90
Sirkumduksi 90
Lutut Fleksi 120-130
Ekstensi 120-130
Pergelangan Dorsal Fleksi 20-30
Kaki Plantar Fleksi 45-50
Inversi. 10 atau kurang
Kaki
Eversi 10 atau kurang
Fleksi 30-60
Ekstensi 30-60
Ibu jari
Abduksi 15 atau kurang
Adduksi 15 atau kurang
5) Nadi : kali/menit
o
6) Suhu : C
7) Jantung
I:
P:
P:
A:
8) Paru – paru
I:
P:
P:
A:
4. Nutrisi
Data Subyektif Data Obyektif
1) A :
1) Jumlah makanan yang dikonsumsi a) BB : kg
b) TB : cm
2) Apakah terdapat gangguan menelan c) IMT :
dan pencernaan? 2) Biokimia
a) GDS :
3) Perasaan Mual? b) GDP :
c) HbA1c:
4) Perubahan BB? d) Lain –lain
3) Clinical Signs
a) Kondisi Umum
b) Tingkat Kesadaran
c) GCS
d) Pemeriksaan Abdomen
I :
A:
P:
P:
e) Pemeriksaan Mulut :
f) Pemeriksaan Leher :
g) Pemeriksaan Integumen
4) Diit
a) Presentase makanan yang
dimakan
c) Muntah : ( ) Ya ( ) Tidak
5. Eliminasi
Data Subyektif Data Obyektif
Apakah terdapat masalah BAK / BAB 1. Konstipasi : ( ) ya ( ) tidak
a. BAK 2. Diare : ( ) Ya ( ) Tidak
Frekuensi: 3. Pemeriksaan Genitalia
Warna: (lesi, hemoroid, kebersihan,
Keluhan: dan lain-lain)
Penggunaan alat bantu (kateter,
dll):
b. BAB
Frekuensi:
Waktu:
Warna:
Konsistensi:
Keluhan:
Penggunaan Laxatif : ya / tidak:
6. Perubahan Psikologis
a. Persepsi dan konsep diri
Data Subyektif Data Obyektif
1) Dampak saki terhdap diri? 1) Kontak mata
b.Peran Hubungan
Data Subyektif Data Obyektif
1) Efek perubahan peran 1) Interaksi klien dengan orang
sekitar
2) Tinggal dengan siapa
A. Identitas Diri
Sari Fadilah