Makalah Sheila Salsabila Gumilar - Compressed

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PERNIKAHAN PABP

Disusun oleh : Sheila Salsabila Gumilar


Kelas : XI-FI 1
NISN :0078563886
Farmasi Industri
SMK NEGERI 7 BANDUNG
2024
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Definisi pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum


muslimin. Dalam undang undang No. 1 Tahun 1974 dinyatakan bahwa:
“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang wanita dan seorang pria
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.

Sedang dalam Kompilasi Hukum Islam “perkawinan yang sah menurut


hukum Islam merupakan pernikahan, yaitu akad yang kuat atau mitsaqan
ghalidzan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan
ibadah.” Dari pengertian di atas, pernikahan memiliki tujuan membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal. Sehingga baik suami maupun isteri harus
saling melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan
kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material.
Hal ini sejalan dengan firman Allah:

‫فِي ا َِّن َّو َرح َمةً َّم َودَّة ً بَينَكُم َو َجعَ َل اِلَي َها ِلِّت َسكُنُوا اَز َوا ًجا اَنفُ ِسكُم ِِّمن لَكُم َخلَقَ اَن ٰا ٰيتِه َو ِمن‬
َ‫۝ يَّتَفَ َّك ُرونَ ِلِّقَوم َ َٰل ٰيت ٰذلِك‬٢

Artinya:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan


untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
orang kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum: 21)

Ayat di atas menjelaskan bahwa dalam Islam perkawinan dimaksudkan


untuk memenuhi kebutuhan seksual seseorang secara halal serta untuk
melangsungkan keturunannya dalam suasana saling mencintai (mawaddah)
dan kasih sayang (rahmah) antara suami isteri. Jadi, pada dasarnya perkawinan
merupakan cara penghalalan terhadap hubungan antar kedua lawan jenis, yang
semula diharamkan, seperti memegang, memeluk, mencium dan hubungan
intim.
Rukun Pernikahan
terdapat 5 rukun nikah yang disepakati ulama dan wajib dipenuhi agar
pernikahan dinyatakan sah, yakni:

1. Terdapat calon pengantin laki-laki dan perempuan yang tidak terhalang


secara syar'i untuk menikah
2. Ada wali dari calon pengantin perempuan
3. Dihadiri dua orang saksi laki-laki yang adil untuk menyaksikan sah
tidaknya pernikahan
4. Diucapkannya ijab dari pihak wali pengantin perempuan atau yang
mewakilinya
5. Diucapkannya kabul dari pengantin laki-laki atau yang mewakilinya.
Persaksian akad nikah tersebut berdasarkan dalil hadis
secara marfu: "Tidak ada nikah kecuali dengan adanya wali dan dua saksi
yang adil." (HR. Al-Khamsah kecuali An-Nasa`i).

Syarat Pernikahan

Pernikahan harus memenuhi unsur sebagai berikut:

1. Beragama Islam
Syarat calon suami dan istri adalah beragama Islam serta jelas nama dan
orangnya. Bahkan, tidak sah jika seorang muslim menikahi nonmuslim
dengan tata cara ijab kabul Islam.

2. Bukan mahram
Bukan mahram menandakan bahwa tidak terdapat penghalang agar
perkawinan bisa dilaksanakan. Selain itu, sebelum menikah perlu menelusuri
pasangan yang akan dinikahi. Misalnya, sewaktu kecil dibesarkan dan disusui
oleh siapa. Sebab, jika ketahuan masih saudara sepersusuan maka tergolong
dalam jalur mahram seperti nasab yang haram untuk dinikahi.

3. Wali nikah bagi perempuan


Sebuah pernikahan wajib dihadiri oleh wali nikah. Wali nikah harus
laki-laki, tidak boleh perempuan merujuk hadis: “Dari Abu Hurairah ia
berkata, bersabda Rasulullah SAW: ‘Perempuan tidak boleh menikahkan
(menjadi wali) terhadap perempuan dan tidak boleh menikahkan dirinya.”
(HR. Ad-Daruqutni dan Ibnu Majah). Wali nikah mempelai perempuan
yang utama adalah ayah kandung. Namun jika ayah dari mempelai
perempuan sudah meninggal bisa diwakilkan oleh lelaki dari jalur ayah,
misalnya kakek, buyut, saudara laki-laki seayah seibu, paman, dan
seterusnya berdasarkan urutan nasab. Jika wali nasab dari keluarga tidak
ada, alternatifnya adalah wali hakim yang syarat dan ketentuannya pun
telah diatur.

4. Dihadiri saksi
Syarat sah nikah selanjutnya adalah terdapat minimal dua orang saksi
yang menghadiri ijab kabul, satu bisa dari pihak mempelai wanita dan satu
lagi dari mempelai pria. Mengingat saksi menempati posisi penting dalam
akad nikah, saksi disyaratkan beragama Islam, dewasa, dan dapat mengerti
maksud akad.

5. Sedang tidak ihram atau berhaji Jumhur ulama melarang nikah saat haji
atau umrah (saat ihram), merujuk Islami.
Hal ini juga ditegaskan seorang ulama bermazhab Syafii dalam kitab
Fathul Qarib al-Mujib yang menyebut salah satu larangan dalam haji adalah
melakukan akad nikah maupun menjadi wali dalam pernikahan:

“Kedelapan (dari sepuluh perkara yang dilarang dilakukan ketika


ihram) yaitu akad nikah. Akad nikah diharamkan bagi orang yang sedang
ihram, bagi dirinya maupun bagi orang lain (menjadi wali)”

6. Bukan paksaan
Syarat nikah yang tak kalah penting adalah mendapat keridaan dari
masing-masing pihak, saling menerima tanpa ada paksaan. Ini sesuai dengan
hadis Abu Hurairah ra:

"Tidak boleh seorang janda dinikahkan hingga ia diajak musyawarah


atau dimintai pendapat, dan tidak boleh seorang gadis dinikahkan sampai
dimintai izinnya." (HR Al Bukhari: 5136, Muslim: 3458).
PEMBAHASAN

Proses Pernikahan

A. Meminta Pertimbangan
Bagi seorang laki-laki yang ingin mempersunting perempuan untuk
dijadikan istrinya. Dianjurkan untuk meminta pertimbangan dari kerabat dekat
sang wanita. Selain baik agamanya, mereka yang diminta pertimbangan
setidaknya adalah orang yang benar-benar tahu tentang hal ihwal mengenai
wanita yang akan dipersunting. Begitu juga bagi wanita yang akan dipersunting
oleh laki-laki tersebut.

B. Khitbah atau Peminangan


Khitbah atau peminangan adalah proses meminta atau melamar yang dilakukan
oleh pihak laki-laki beserta keluarganya terhadap pihak perempuan yang akan
dinikahi. Hal ini juga dimaksudkan sebagai penegasan bahwa sang wanita telah
segera menjadi seorang calon istri.
Laki-laki harus menghadap orang tua/wali dari wanita pilihannya itu untuk
menyampaikan kehendak hatinya, yaitu meminta agar direstui menikahi sang
pujaan. Adapun wanita yang boleh dipinang adalah bilamana memenuhi dua
syarat sebagai berikut, yaitu:
- Pada waktu dipinang tidak ada halangan-halangan syar’i yang
menyebabkan laki-laki dilarang memperistrinya saat itu. Seperti karena
suatu hal sehingga wanita tersebut haram dinikahi selamanya (masih
mahram) atau sementara (masa iddah/ditinggal suami atau ipar dan lain-
lain).
- Belum dipinang orang lain secara sah, karena haram hukumnya seseorang
meminang pinangan saudaranya.
C. . Shalat Istikharah

Setelah pihak laki-laki dan wanita saling melihat dalam prosesi khitbah,
dianjurkan untuk melakukan shalat istikharah sebelum memberikan jawaban.
Shalat istikharah dapat dilakukan kedua belah pihak dalam rangka memohon
petunjuk kepada Allah sebelum melangkah ke proses berikutnya.

D. Akad Nikah
Jika khitbah telah mendapatkan jawaban, maka berikutnya adalah akad
nikah. Prosesi ini menjadi momentum tersakral dan inti yang membuat sepasang
manusia yang tadinya asing menjadi satu dan sah dalam ikatan pernikahan.
Selain dilandasi suka sama suka dari kedua mempelai, proses ini dilakukan
dengan cara pihak laki-laki mengucapkan ijab qabul terhadap wali dari
mempelai wanita dan akan ditentukan dengan pengesahan dari seluruh saksi dan
diakhiri dengan doa. Selain harus adanya wali dan saksi, proses ini juga
dianjurkan untuk diberikannya mahar atau mas kawin. Meski tidak menetapkan
batasan atau nilai tertentu, adanya mas kawin adalah wujud bahwa islam
memuliakan wanita dari laki-laki yang akan menikahinya.

E. Keluarga yg Sakinah, Mawaddah dan Warohmah


Pondasi utama dalam membangun rumah tangga dalam Islam adalah
cinta dan iman. Cinta yang tulus dan ikhlas antara suami dan istri adalah kunci
untuk menciptakan ikatan yang kuat dan harmonis. Pasangan suami istri harus
saling mencintai, menghormati, dan mendukung satu sama lain dalam segala hal
Sakinah dimaknai tentram sedangkan mawaddah bermakna kasih yang
ditandai adanya rasa cinta yang diwujudkan mau saling memberi. Sementara
warohmah bermakna sayang yang berwujud mau saling menerima kekurangan
masing-masing
Berikut beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan
Keluarga yang sakinah Mawaddah Warahmah Tersebut
1.Bersyukur.
2. Tanamkan Selalu Cinta dan Kasih Sayang
3.Suami yang selalu dan Senantiasa Membimbing Istri
4.Istri Yang Sabar
5.Meningkatkan Kualitas Ibadah.

Anda mungkin juga menyukai