Pengertian, Pembagian, Dan Ruang Lingkup, Serta Prinsip Dasar Fikih Muammalah Kelompok 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

PENGERTIAN, PEMBAGIAN, DAN RUANG LINGKUP, SERTA PRINSIP

DASAR FIQIH MUAMALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Fiqih Muamalah

Dosen Pengampu: Abusiri, M.Pd

Disusun Oleh:

Muhammad Daffa Aldiyana (21.01.00.088)


Nur Halimah (21.01.00.096)
Nur Lailatul Maghfiroh (21.01.00.097)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIKMAH JAKARTA
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-MAHBUBIYAH
2024 M/1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT., karena atas rahmat dan karunia-nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengertian, Pembagian, Dan Ruang
Lingkup, Serta Prinsip Dasar Fiqih Muamalah” tepat pada waktunya. Makalah ini
merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Fiqih Muamalah.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abusiri, M.Pd, selaku
dosen pembimbing pada mata kuliah ini, karena atas bimbingan dan pengarahannya
selama penyusunan makalah ini serta pihak-pihak yang telah membantu yang tidak
dapat penulis sampaikan satu-persatu.

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar lebih baik lagi
di masa yang akan datang.

Jakarta, 08 Mei 2024

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Pengertian Fiqih Muamalah ...................................................................... 3


B. Pembagian Fiqih Muamalah...................................................................... 4
C. Ruang Lingkup Fiqih Muamalah .............................................................. 5
D. Prinsip Dasar Fiqih Muamalah ....................................................................... 6

BAB III PENUTUPAN ....................................................................................... 9

A. Kesimpulan ............................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam sebagai agama yang mempunyai nilai kesempurnaan yang tinggi
yang merupakan pandangan hidup, yaitu mengatur kehidupan manusia
dalam mencapai taraf hidup yang layak, bahagia dan sejahtera. Islam juga
sebagai agama yang universal, mengajarkan seluruh aspek kehidupan
penganutnya seperti masalah ibadah, akhlaq termasuk juga tata cara dalam
kehidupan sehari-hari yang sering kita sebut dengan muamalah. Akan tetapi
sebagai salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan ummat
Islam, ketentuannya tidak tercantum secara rinci dan jelas dalam al-Qur'an
sehingga perlu penjelasan yang lebih rinci dan mendalam melalui ijtihad
para ulama.
Pada awal sebelum mengalami revolusi literatur kehidupan, kegiatan
manusia dalam bermuamalah masih bisa dijangkau dan dipantau oleh
hukum-hukum yang telah di atur oleh para ulama fiqih pada masa itu, di
samping itu kegiatan ini juga masih bisa diqiyaskan secara sederhana oleh
para mujtahid yang bersumber dari nash. Namun seiring dengan
perkembangan zaman yang sudah di lingkungi oleh kegiatan yang serba
praktis dan canggih serta pengaruh teknologi maka para ulama fiqh
berusaha melakukan penyesuaian hukum dengan cara mengqiyaskan antara
hukum-hukum yang telah di atur oleh para ulama fiqih pada masa itu dengan
kegiatan ekonomi yang yang sedang berlangsung saat ini dengan melalui
prinsip-prinsip yang telah diatur oleh ulama fiqih. Dari hal itu semua, dalam
makalah ini akan membahas tentang bagaimana konsep, pembagian, dan
ruang lingkup serta prinsip dasar fiqih muamalah.1

1
Muhammad Sauqi, Fiqih Muamalah, (Purwokerto: Fajar T. Septiono, 2020), Cet. Ke-1,
h. 1

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Fiqih Muamalah?
2. Apa Saja Pembagian dalam Fiqih Muamalah?
3. Apa Saja Ruang Lingkup Fiqih Muamalah?
4. Apa Saja Prinsip Dasar Fiqih Muamalah?

C. Tujuan
1. Untuk Memahami Pengertian dari Fiqih Muamalah
2. Untuk Memahami Pembagian dalam Fiqih Muamalah
3. Untuk Memahami Ruang Lingkup Fiqih Muamalah
4. Untuk Memahami Prinsip Dasar Fiqih Muamalah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqih Muamalah


Kalimat Fiqih muamalah terbentuk atas dua suku kata yaitu kata "Fiqih"
dan "Muamalah". Pengertian Fiqih ditinjau sudut pandang bahasa yaitu al-
fahmu yang memiliki pengertian paham, sedangkan jika ditinjau dari
pengertian pada istilah, Fiqih memiliki arti yaitu suatu ilmu yang mengenai
hukum-hukum syara' amaliyah yang merupakan hasil penggalian terhadap
dalil-dalil yang diambil secara terperinci. Dengan kata lain, Fiqih adalah suatu
pengetahuan yang digali dari al-Qur'an dan Sunnah yang memakai suatu
kerangka metode atau yang disebut dengan Ushul Fiqh.2
Pengertian muamalah dapat dipandang dari dua segi, yaitu dari segi bahasa
dan istilah. Muamalah secara bahasa semakna dengan al-mufa'alah yang
artinya saling berbuat. Kata ini, melukiskan suatu aktivitas yang diperbuat oleh
seseorang dengan yang lainnya dalam memenuhi seluruh kebutuhan masing-
masing, sedangkan muamalah secara istilah yang memiliki arti saling
bertindak, atau saling mengamalkan
Sehingga dapat disimpulkan pengertian Fiqih Muamalah merupakan suatu
aturan dalam hukum Islam yang mengenai hukum-hukum syara' yang
mengatur perbuatan manusia yang digali dari dalil-dalil yang tafsili yang
berhubungan dengan permasalahan-pemasalahan dunia. Singkatnya ialah
hukum Islam mengenai aktivitas yang berkaitan dengan perekonomian yang
dilakukan oleh manusia, seperti jual beli, ijarah, qard, kerja sama dalam bisnis,
rahn dan sebagainya yang menyangkut hubungan antara sesama manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidup.3

2
Sinta Wiji Astuti, Hukum Jual Beli Dengan System Borongan Dalam Fiqih Muamalah,
(Palembang: Bening Media Publishing, 2021), Cet. Ke-1, h. 1
3
Ibid, h. 2

3
4

B. Pembagian Fiqih Muamalah


Pada kajian ilmu Fiqih muamalah terdapat beberapa bidang pembagian,
adanya perbedaan pendapat dalam pembagian Fiqih muamalah. Menurut Ibn
Abidin terdapat 5 pembagian dalam Fiqih muamalah, yaitu:
1. Mu’awadlah Maliyah (hukum kebendaan).
2. Munakahat (hukum perkawinan).
3. Muhsanat (hukum acara).
4. Amanat dan ‘arayah (pinjaman).
5. Tirkah (harta peninggalan).

Sedangkan menurut Al - Fikri dalam kitabnya, “Al-Muamalah al-Madiyah


wa al - Adabiyah” menyatakan, bahwa muamalah dibagi menjadi dua bagian,
sebagai berikut:

1. Al-muamalah al-madiyah
Al-muamalah al-madiyah yaitu muamalah yang mengkaji dari dimensi
objeknya. Sebagian ulama berpendapat, bahwa muamalah al-madiyah
adalah muamalah yang bersifat kebendaan, karena objek Fiqih muamalah
meliputi benda yang halal, haram dan syubhat untuk diperjual belikan,
benda - benda yang membahayakan; dan benda yang mendatangkan
kemaslahatan bagi manusia.
2. Al-muamalah al-adabiyah
Al-muamalah al-adabiyah yaitu muamalah yang ditinjau dari segi cara
tukar-menukar benda yang bersumber dari panca indra manusia. Unsur
penegaknya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban, misalnya jujur,
hasud, dengki dan dendam. Muamalah madiyah yang dimaksud al - Fikri
ialah, aturan - aturan ditinjau dari segi objeknya.
Oleh karena itu, jual beli benda bagi muslim bukan hanya sekedar
memperoleh untung yang sebesar - besarnya, tetapi secara vertikal bertujuan
untuk memperoleh ridho Allah swt. dan secara horizontal bertujuan untuk
memperoleh keuntungan sehingga benda-benda yang diperjualbelikan akan
senantiasa ditunjukkan kepada aturan Allah swt.
5

Al-muamalah al-adabiyah ialah aturan-aturan Allah swt. yang wajib


diikuti dari segi subjeknya. Muamalat adabiyah ini berkisar pada keridhaan
kedua belah pihak, baik ijab Kabul, dusta, menipu dan yang lainnya. Dengan
demikian, jelas bahwa Fiqih muamalah adalah Fiqih yang membahas masalah
tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang
ditentukan, seperti jual beli, sewa menyewa, upah mengupah, pinjam
meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat (berkongsi) dan usaha lainnya.4

C. Ruang Lingkup Fiqih Muamalah


Berdasarkan pembagian fiqih muamalah di atas, ruang lingkup dalam
muamalah terbagi menjadi dua:5
1. Ruang lingkup muamalah al-madiyah:
a. Jual beli (Al-bai' at-Tijarah)
b. Gadai (rahn)
c. Jaminan/ tanggungan (kafalah)
d. Pemindahan utang (hiwalah)
e. Jatuh bangkit (tafjis)
f. Batas bertindak (al-hajru)
g. Perseroan atau perkongsian (asy-syirkah)
h. Perseroan harta dan tenaga (al-mudharabah)
i. Sewa menyewa tanah (al-musaqah al-mukhabarah)
j. Upah (ujral al-amah)
k. Gugatan (asy-syuf'ah)
l. Sayembara (al-ji'alah)
m. Pembagian kekayaan bersama (al-qisamah)
n. Pemberian (al-hibbah)
o. Pembebasan (al-ibra'), damai (ash-shulhu)
p. beberapa masalah mu'ashirah (mukhadisah): bunga bank, asuransi,
kredit, dan masalah lainnnya.

4
Ru’fah Abdullah, Fiqih Muamalah, (Serang: Media Madani, 2020), Cet Ke-2, h. 4
5
Wismanto Abu Hasan, Fiqih Muamalah, (Pekanbaru; Cahaya Firdaus Pubhlishing And
Parenting, 2019), Cet. Ke-1, h. 3-4
6

q. Pembagian hasil pertanian (musaqah)


r. Kerjasama dalam perdagangan (muzara'ah)
s. pembelian barang lewat pemesanan (salam/salaf)
t. Pihak penyandang dana meminjamkan uang kepada nasabah/ Pembari
modal (qiradh)
u. Pinjaman barang ('ariyah)
v. Sewa menyewa (al-ijarah)
w. Penitipan barang (wadi'ah)
2. Ruang Lingkup muamalah al-adabiyah
a. Ijab kabul,
b. Saling meridhai,
c. Tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak.
d. Hak dan kewajiban,
e. kejujuran pedagang,
f. Penipuan,
g. Pemalsuan,
h. Dan segala sesuatu yang bersumber dari indera manusia yang ada
kaitannya dengan peredaran harta.

D. Prinsip Dasar Fiqih Muamalah


Pada prinsipnya, muamalah merupakan aspek hukum Islam yang ruang
lingkupnya luas. Dalam konteks ini, pembahasan aspek hukum Islam yang
bukan termasuk kategori ibadah,seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya
dapat disebut sebagai muamalah. Oleh karena itu, masalah perdata dan pidana
pada umumnya digolongkan pada bidang muamalah. Namun dalam
perkembangannya, hukum Islam di bidang muamalah dapat dibagi lagi
menjadi munakahat (perkawinan), jinayah (pidana), dan muamalah dalam arti
khusus menyangkut urusan ekonomi dan bisnis dalam Islam.
7

Hukum muamalah memiliki prinsip-prinsip yang dapat dirumuskan


sebagai berikut:6
1. Seluruh Tindakan Muamalah Dilakukan atas Dasar Nilai-nilai Ketuhanan
(Tauhid).
Apapun jenis muamalah yang dilakukan oleh seorang muslim harus
senantiasa dalam rangka mengabdi kepada Allah dan senantiasa berprinsip
bahwa Allah selalu mengontrol dan mengawasi tindakan tersebut. Prinsip
ini juga berarti bahwa seluruh persoalan muamalah yang dilakukan harus
mempertimbangkan persoalan-persoalan keakhiratan, memperhatikan
keseimbangan nilai kebendaan dengan nilai kerohanian.
2. Muamalah harus Didasarkan pada Pertimbangan moral yang Luhur
(Akhlakul Karimah).
Islam adalah agama yang tidak memisahkan antara akhlak dengan
ekonomi, keduanya harus berjalan seiring. Tidak akan bisa dibayangkan bila
kegiatan ekonomi tanpa disertai dengan tuntunan akhlak (moralitas). Pasti
yang akan terjadi adalah yang kuat akan memangsa yang lemah. Atas dasar
prinsip ini maka segala kegiatan muamalah harus dilakukan dengan
mengedepankan nilai-nilai moral yang luhur seperti kejujuran (shidiq),
keterbukaan (tabligh), kasih sayang (rahmah), kesetiakawanan (ukhuwah),
suka sama suka (ridha), persamaan (musawah), tanggung jawab (amanah),
dan profesional (fathanah/itqan).Dengan demikian, segala bentuk transaksi
bisnis atau muamalah yang mengandung unsur riba, penipuan (tadlis),
ketidakpastian (gharar/taghrir), penganiayaan/pemerasan (dhulm), paksaan
(ikrah), penyogokan (risywah) dan unsur lain yang merugikan harus
dihindarkan dan apabila telah berjalan harus dibatalkan karena bertentangan
dengan prinsip-prinsip moral (akhlak) dalam syari’at Islam.
3. Hukum asal segala bentuk muamalah adalah boleh
Prinsip hukum ini merupakan asas hukum Islam bidang muamalah.
Hukum Islam memberikan kebebasan membuat hukum asal segala bentuk

6
Prilla Kurnia Ningsing, Fiqih Muamalah, (Depok, PT Raja Grafindo Persada, 2021), Cet.
Ke-1, h. 15-16
8

muamalah adalah mubah. Bentuk atau jenis muamalat baru sesuai dengan
kebutuhan. Asas ini dirumuskan bahwa asas segala sesuatu itu boleh
dilakukan sampai ada dalil yang melarangnya.
4. Muamalat dilakukan atas dasar sukarela
Kebebasan berkehendak para pihak yang melakukan transaksi
muamalat sangat diperhatikan dalam hukum Islam. Pelanggaran terhadap
kebebasan kehendak ini berakibat tidak dapat dibenarkannya suatu bentuk
atau jenis transaksi muamalat. Berhubung kebebasan kehendak merupakan
urusan batin seseorang, maka sebagai konkretisasinya dalam bentuk ijab dan
kabul.
5. Muamalat dilakukan atas dasar menarik manfaat dan menolak mudharat
Prinsip mendatangkan maslahah dan menolak mudarat merupakan ruh
dan semangat hukum yang ditetapkan oleh Al-Qur'an dan Hadis. Akibat dari
prinsip ini, maka segala bentuk muamalat yang merusak sendi-sendi
kehidupan masyarakat tidak dibenarkan oleh hukum Islam. Berdasarkan
prinsip hukum ini, menjadikan sebuah teori hukum Islam, bahwa setiap
transaksi (akad) muamalat jenis apapun (termasuk dalam pasar modal) harus
bebas dari unsur- unsur riba, najasy, ihtikar, dan gharar.
6. Muamalah dilakukan atas dasar menegakkan keadilan
Prinsip hukum keadilan ini membawa sebuah teori dalam hukum Islam
bahwa keadilan yang diwujudkan dalam setiap transaksi muamalah adalah
keadilan yang berimbang, artinya keadilan yang dapat memelihara dua
kehidupan yaitu hidup yang sementara dan hidup yang abadi. Bahkan dalam
hal pengambilan manfaat dan pencegahan kerugian di dalam hidup ini dan
yang berhubungan dengan alam baka menjadi pertimbangan yang utama
dalam hukum Islam. Dalam konteks ekonomi, menitikberatkan pada
persaudaraan dari keadilan sosial ekonomi yang berimbang antara
kehidupan material dan spiritual.
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Fiqih Muamalah merupakan suatu aturan dalam hukum Islam yang
mengenai hukum-hukum syara' yang mengatur perbuatan manusia yang
digali dari dalil-dalil yang tafsili yang berhubungan dengan permasalahan-
pemasalahan dunia.
Pada kajian ilmu Fiqih muamalah terdapat beberapa terdapat perbedaan
pendapat dalam pembagian Fiqih muamalah. Menurut Ibn Abidin terdapat
5 pembagian dalam Fiqih muamalah. Sedangkan menurut Al - Fikri dalam
kitabnya, “Al-Muamalah al-Madiyah wa al - Adabiyah” menyatakan,
bahwa muamalah dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Al-Muamalah al-
Madiya, dan Al-Muamalah al-Adabiyah.
Adapun ruang lingkup dari fiqih muamalah tersendiri juga dibagi
menjadi 2 bagian yang sesuai pembagian menurut Al – Fikri yaitu: Al-
Muamalah al-Madiya, dan Al-Muamalah al-Adabiyah.
Prinsip-prinsip dasar fiqih muamalah yaitu: Seluruh Tindakan
Muamalah Dilakukan atas Dasar Nilai-nilai Ketuhanan (Tauhid).
Muamalah harus Didasarkan pada Pertimbangan moral yang Luhur
(Akhlakul Karimah). Hukum asal segala bentuk muamalah adalah boleh.
Dan Muamalat dilakukan atas dasar sukarela, menarik manfaat dan menolak
mudharat, serta mnegakkan keadilan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Sauqi, Fiqih Muamalah, Purwokerto: Fajar T. Septiono, 2020, Cet.


Ke-1

Prilla Kurnia Ningsing, Fiqih Muamalah, Depok, PT Raja Grafindo Persada, 2021,
Cet. Ke-1

Ru’fah Abdullah, Fiqih Muamalah, Serang: Media Madani, 2020, Cet Ke-2

Sinta Wiji Astute, Hukum Jual Beli Dengan System Borongan Dalam Fiqih
Muamalah, Palembang: Bening Media Publishing, 2021, Cet. Ke-1

Wismanto Abu Hasan, Fiqih Muamalah, Pekanbaru; Cahaya Firdaus Pubhlishing


And Parenting, 2019, Cet. Ke-1

10

Anda mungkin juga menyukai