Sholikah Yuliani 1811240034

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 210

PERAN GURU KELAS DALAM

PERKEMBANGAN EMOSIONAL SISWA


PASCAPANDEMI DI KELAS IV
SDN 141 BENGKULU UTARA

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris Universitas Islam
Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
dalam Bidang Ilmu Tarbiyah

Oleh:
SHOLIKAH YULIANI
NIM 1811240034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH
JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI
SUKARNO BENGKULU
TAHUN 2022

i
ii
iii
iv
v
PERSEMBAHAN

Puji syukur beriring do‟a dengan hati yang tulus

kupersembahkan karya ini yang telah kuraih dengan suka, duka

serta rasa terimakasih yang setulus-tulusnya untuk orang-orang

yang telah mengeringi keberhasilanku :

1. Ayahku tersayang dan tercinta, bernama bapak Kahar yang

tiada hentinya menyayangiku, yang rela dengan sepenuh hati

bekerja keras menguras keringat dan tenaganyademi

kebahagiaan anak-anaknya, dan yang selalu menyebut

namaku dalm do‟anya.

2. Ibuku tersayang dan tercinta bernama ibu Parsih. Dialah

malaikatku yang selalu memberikan cinta dan kaish sayang

yang tulus kepada anak-anaknya,dan yang selalu menyebut

namaku dalam do‟anya.

3. Kakakku tersayang Khoiriyah Ikawati, S.Pd dan kakak ipar

Abdul Rosid serta ponaanku tersayang Syaquila Ajeng

vi
Rostiani yang telah banyak memberikan semangat dan do‟a

untuk keberhasilanku.

4. Kedua pembimbing skripsiku Ibu Dra. Nurniswah, M.Pd dan

Ibu Ixsir Eliya, M.Pd yang telah memberikan waktu, ilmu,

membimbing, dan memotivasi hingga terselesaikannya

skripsi ini dengan baik, terimakasih pembimbingku.

5. Saudara perantauan Yola Khoirani, Iis Cahaya Ningsih, Alif

Indah Handayani, Farida Istiqomah, dan Tika Nurhayanti

yang selalu kurepotkan.

6. Almamater, Bangsa dan Negara.

vii
MOTTO

“Tiada Keberhasilan Tanpa Diiringi Usaha Dan Doa”

“kegagalan adalah proses, lelah adalah proses, air mata adalah

proses. Tetapi hal yang bisa jadi mengantarkanmu pada

kepasrahan adalah do’a-do’a paling tulus yang”

viii
ABSTRAK

Sholikah Yuliani, NIM 1811240034 “Peran Guru Kelas dalam


Perkembangan Emosional Siswa PascaPandemi di SDN 141
Bengkulu Utara”, Skripsi : Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah Dan Tadris, UINFAS
Bengkulu.
Kata Kunci : Peran, Guru kelas, Perkembangan Emosional,
PascaPandemi.
Pendidikan dimasa pascapandemi saat ini menerapkan
kembali pembelajaran tatap muka setelah dilaksanakannya
pembelajaran online saat adanya virus Covid-19. Berdasarkan
latar belakang pada penelitian ini terdapat bahwa berubahnya
perkembangan emosional siswa setelah dilaksanakannya
pembelajaran online sehingga banyak kesulitan yang di hadapi
oleh guru dalam membentuk perkembangan emosional siswa
kembali. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apa peran
guru dalam membentuk kembali perkembangan emosional siswa
dan untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi
perkembangan emosional. Penelitian ini menggunakan penelitian
kualitatif dengan metode deskripsi. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwaperan guru pada perkembangan
emosional siswa di SDN 141 Bengkulu Utara sudah di jalankan
oleh guru kelas VI, yaitu dengan menjalankan perannya sebagai
pendidik, motivator, fasilitator, pembimbing, mediator serta
model/tauladan sehingga siswa dapat mengendalikan emosinya
dengan baik dan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan emosional siswa yaitu faktor pendukung meliputi
guru, dan orang tua. Sedangkan pada faktor penghambat nya
adalah orang tua, lingkungan, diri sendiri.

ix
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikumwr.wb.

Alhamdulillah segala puji syukur saya ucapkan kehadirat

Allah Swt. karena atas limpahan rahmat dan bimbingan-Nya

penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Peran Guru

Kelas dalam Perkembangan Emosional Siswa PascaPandemi di

SDN 141 Bengkulu Utara”. Shalawat serta salam semoga tetap

senantiasa dilimpahkan kepada junjungan dan uswatun hasanah

kita, Rasullah SAW. penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak

lepas dari adanya bimbingn, motivasi dan bantuan dari berbagai

pihak, untuk itu saya mengucpkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Zulkarnain Dali, M.Pd selaku Rektor UIN

Fatmawati Sukarno Bengkulu yang telah memberikan

kesempatan dan fasilitas untuk menmabah ilmu kepada

penulis untuk menyelesaikan studi S1 di UINFAS Bengkulu.

2. Dr. Mus Mulyadi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Tadris UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu yang selalu

memberikan motivasi dan dorongan keberhasilan peneliti.

x
3. Abdul Aziz Mustamin, M.Pd.I selaku Koordinator Prodi

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang

senantiasa memberikan arahan dan bimbingan serta petunjuk

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Dra. Nurniswah, M.Pd selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktudan memberikan bimbingan, nasehat,

pengarahan, dan masukan yang berarti bagi penulis sehingga

skripsi ini selesai dengan baik.

5. Ixsir Eliya, M.Pd selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktudan memberikan bimbingan, nasehat,

pengarahan, dan masukan yang berarti bagi penulis sehingga

skripsi ini selesai dengan baik.

6. Syahril, S.Sos.I, M. Ag selaku kepala perpustakaan dan

pihak perpustakaan yang telah membantu penulis dalam

menyediakan fasilitas tentang keperpustakaan.

7. Doremi, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan Sri Suwarni, S.Pd

selaku wali kelas IV serta dewan guru SDN 141 Bengkulu

xi
Utara yang telah membantu memberikan informasi sehingga

penulis menyelsaikan skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini, semoga jasa baikyang telah

diberikan kepada peneliti senantiasa menjadi amal ibadah

dan mendapat pahala dari Allah SWT.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih

banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran penulis

harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya

dan bagi para pembaca umumnya.

Wassalamu‟alaikum Wr.Wb

Bengkulu, Agustus 2022

Sholikah Yuliani
NIM 1811240034

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................... ii

PENGESAHAN ........................................................................ iii

NOTA PEMBIMBING ......................................................... ..iv

PERSEMBAHAN ..................................................................... vi

MOTTO ................................................................................... vii

ABSTRAK .............................................................................. viii

KATA PENGANTAR ............................................................ ..ix

DAFTAR ISI ............................................................................ xii

DAFTAR TABEL ................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR .............................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ......................................................... 11
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ........................................................ 12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori
1. Perkembangan Emosional Siswa ............................ 14

xiii
a. Teori Perkembangan Emosional Maslow ......... 14
b. Definisi Perkembangan Emosional.....................18
c. Fungsi Emosional................................................26
d. Tahap Perkembangan Emosional ......................29
2. Peran Guru Kelas .................................................... 34
a. Definisi Peran Guru Kelas ................................ 34
b. Tanggung Jawab Guru Kelas ............................ 43
c. Tugas dan Fungsi Guru Kelas ........................... 46
d. Peran Guru Kelas .............................................. 50
e. Macam-Macam Peran Guru ..............................57
f. Faktor Yang Memengaruhi Peran Guru dalam
Perkembangan Emosional ..................... ............59
3. PascaPandemi ................................................... .......65
a. Definisi PascaPandemi ...................................... 65
b. Pelaksanaan Pembelajaran PascaPandemi ........ 71
B. Penelitian Relevan Terdahulu ....................................... 72
C. Kerangka Berpikir ......................................................... 77

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.................................... 78


B. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................... 79
C. Sumber Data .................................................................. 79
D. Fokus Penelitian ............................................................ 80
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................ 81

xiv
F. Uji Keabsahan Data....................................................... 86
G. Teknik Analisis Data ..................................................... 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Fakta Temuan Penelitian ............................................... 91


1. Sejarah Berdirinya SDN 141 Bengkulu Utara ........ 91
2. Profil SDN 141 Bengkulu Utara ............................. 93
3. Visi, Misi dan Tujuan SDN 141 Bengkulu Utara ... 94
4. Keadaan Guru SDN 141 Bengkulu Utara ............... 96
5. Keadaan Siswa SDN 141 Bengkulu Utara .............. 96
6. Sarana dan Prasarana............................................... 97
B. Hasil Penelitian ............................................................. 97
C. Pembahasan ................................................................. 128
D. Keterbatasan Penelitian................................................136

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................. 138


B. Saran ............................................................................ 139

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran-Lampiran

xv
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara 84

4.1 Identitas Sekolah 93

4.2 Keadaan Guru SDN 141 Bengkulu 96


Utara

4.3 Keadaan Siswa SDN 141 Bengkulu 96


Utara

4.4 Sarana dan Prasarana 97

xvi
DAFTAR GAMBAR

Tabel Judul Halaman

2.1 Kerangka Berfikir 77

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Awal tahun 2020 manusia diseluruh dunia dihebohkan

dengan Pandemi Corona Virus Diseases 2019 (Covid-19) yang

membuat kepanikan dimana-mana. Covid-19 atau dikenal juga

dengan Novel Coronavirus menyebabkan wabah pneumonia di

kota Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019 dan menyebar ke

negara lainnya mulai januari 2020. Indonesia sendiri

mengumumkan adanya kasus Covid-19 pada Maret 2020. Corona

Virus Diseases 2019 atau virus corona merupakan keluarga besar

virus yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas ringan

hingga sedang, seperti penyakit flu.

Pandemi Covid-19 telah membawa akibat yang meluas dan

mendasar terhadap dunia pendidikan.1 Dengan berbagai gejala

1
Titim Kurnia, “Pemenuhan Aspek Afektif Siswa Sekolah Dasar
Dalam Pembelajaran Jarak Jauh Melalui Komitmen Belajar Pada Masa
Pandemi Covid-19”, Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, Vol. 5 No. 2
(September, 2020), 40.

1
2

yang ditimbulkan oleh penderita seperti hidung beringus, sakit

kepala, batuk, sakit tenggorokan, dan demam. Dari gejala-gejala

tersebut yang tingkat penularan nya sangat cepat maka

pemerintah memberlakukan kebijakan untuk segala sesuatunya

dilakukan dari rumah masing-masing dimulai dari pekerjaan,

sekolah dan lainnya. Dalam dunia pendidikan pemerintah

menerapkan pembelajaran jarak jauh atau sering dikenal belajar

online.

Seiring berjalannnya waktu virus corona ini mulai merendam

pada tahun 2021, sehingga pemerintah memberlakukan kebijakan

agar segala sesuatu nya berjalan seperti biasanya, bekerja di

tempat kerja, belajar di sekolah dan lainnya. Pada tahun 2021

hingga saat ini dikenal dengan tahun atau masa pasca pandemi,

karena dunia khususnya Indonesia baru sudah melewati tahun

dimana adanya virus Covid-19.

Dalam hal ini pemerintah khusunya pada dunia pendidikan

memberlakukan kebijakan agar proses pembelajaran dilakukan

seperti biasanya atau sering dikenal dengan pembelajaran tatap


3

muka, tetapi dilaksanakan dengan protokol kesahatan yang ketat

seperti memakai masker, menggunakan handsanitaizer, berjaga

jarak, sering mencuci tangan dan melakukan vaksin dengan dosis

1 dan dosis 2.

Dimasa pasca pandemi ini diberlakukan, pembelajaran tatap

muka itu sendiri adalah pembelajaran kelas yang mengandalkan

pada kehadiran pengajar untuk mengajar di kelas.2 Diketahui

bahwa pendidikan secara langsung atau tatap muka ini sangat lah

penting bagi peserta didik maupun pendidik. Pendidikan

merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap individu

baik anak-anak, dewasa maupun orang tua.3

Diketahui bahwa pendidikan memiliki tujuan utama ialah

untuk menumbuhkan pengetauan tentang sikap serta keterampilan

yang di miliki oleh siswa. Sehingga dapat timbul lah ikatan baik

2
Anthony Anggrawan, “Analisis Deskriptif Hasil Belajar
Pembelajaran Tatap Muka Dan Pembelajaran Daring Menurut Gaya Belajar
Mahasiswa”, Jurnal Matrik, Vol. 18 No. 2 (Mei, 2019), 340.
3
Dyah Istiadaningsih, Peran Orang Tua Dalam Mensukseskan Sistem
Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Kelas III Sekolah
Dasar Islam Terpadu Darul Ilmi Desa Bukit Makmur Kecamatan Kecamatan
Pinang Raya Kabupaten Bengkulu Utara, (Bengkulu: SKRIPSI, 2021), hlm.
27.
4

antara kecakapan yang menjadi tujuan serta dari pendidikan itu

sendiri. Dalam dunia pendidikan banyak sekali pengetahuan yang

tersalurkan baik dari takaran yang sangat besar guna

pengetahuan, serta pengembanga nilai dan prilaku saat

pembelajaran. Pendidikan merupakan proses untuk mendidik

serta menuntut siswa untuk mencapai tujuan tertentu dalam

bentuk perubahan ke arah yang positif dalam diri siswa.4

Dalam pendidikan yang berperan mendidik siswa adalah

seorang guru. Di ruang lingkup sekolah, guru memiliki peran

yang sangat penting bagi peserta didik, selain mampu dalam

mengajarkan ilmu yang dikuasai, sosok guru memiliki beban

moral yang sangat tinggi, terutama dalam memberikan motivasi

agar siswa semangat untuk belajar dan memberi contoh perilaku

yang baik dalam pergaulan kehidupan sehari-hari.5

4
Tri Widyastuti Dan Elpi Darta Putra, “Peran Guru Dalam
Memotivasi Belajar Siswa Kelas V SDN 004 SEI Beberas Hilir Kecamatan
Lubuk Batu Jaya Kabupaten Indragiri Hulu,” Jrnal Pendidikan, Sosial Dan
Agama, Vol. 13. No. 2. (2021), 350.
5
Sarip Munawar Holil, “Peran Guru PAI Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Emosional (EQ) Dan Kecerdasan Spiritual (SQ) Siswa SMP
Negeri 1 Ciwaru,” Jurnal Ilmiah Educater, Vol. 4. No.2. (Desember 2018), 95.
5

Guru merupakan pendidik profesional, karena guru tidak

hanya saja memberikan ilmu pengetahuan melainkan guru

menjadi panutan seluruh siswa. Tidak hanya dalam lingkup

sekolah, dalam lingkungan masyarakat dan kehidupan sehari-hari

guru tetap menjadi panutan oleh siswa. Dengan ini dalam dunia

pendidikan seorang guru tidak hanya di tuntut dalam keberhasilan

hasil belajar siswa tetapi dituntut dalam karakter dan emosional

siswa.

Dengan demikian peranan guru sangatlah penting dalam

pendidikan, di antaranya adalah peranan guru sebagai pendidik,

peranan guru sebagai fasilitator, peranan guru sebagai model dan

teladan, peranan guru sebagai pembimbing, peran guru sebagai

mediator, peran guru sebagai dan evaluator.6 Untuk itu dalam

dunia pendidikan guru merupakan figur yang perlu untuk

6
Siti Maimunawati, Muhammad Alif. Peran Guru, Orang Tua,
Metodedan Media Pembelajaran: Strategi KBM Di Masa Pandemi Covid 19,
(Serang, Banten :3M Media Karya Serang, 2020), Hal. 9-23
6

dicontoh serta memberikan pengetahuan yang baik kepada

siswanya.7

Dalam proses pembelajaran guru memantau pertumbuhan

dan perkembangan siswa, dimana perkembangan siswa pun dapat

mempengaruhi proses pembelajaran siswa. Perkembangan peserta

didik adalah perubahan yang sistematis, progresif, dan

berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir

hayat.8 Pada perkembangan peserta didik terdapat perkembangan

kognitif, afektif dan psikomotorik yang saling berhubungan satu

sama lain dan menjadi faktor pendukung dalam perkembangan

peserta didik.

Pada pembelajaran di masa pasca pandemi ini atau

pembelajaran tatap muka perkembangan peserta didik terbentuk

dengan baik khususnya pada ranah perkembangan afektif

dikarenakan pada saat pembelajaran tatap muka antara guru

7
Cahya Fitrianik Dan A. Busyair, “Peran Guru Dalam Manajemen
Kelas Untuk Peningkatan Kecerdasan Emosional” Jurnal Kependidikan
Dasar, Vol. 10. No. 1. (2019), 21.
8
Fatmaridha Sabani, “Perkembangan Anak-Anak Selama Masa
Sekolah Dasar (6-7 Tahun)”, Jurnal Kependidikan, Vol. 8 No. 2 (Mei 2019),
89.
7

dengan peserta didik dapat berinteraksi secara langsung sehingga

guru dapat langsung membimbing dan mengarahkan

perkembangan afektif peserta didik.

Diketahui bahwa perkembangan afektif ini berkenaan dengan

perasaan, suasana hati, atau emosi yang nampak pada sikap, nilai,

minat, apresiasi, karakter, penyesuaian, moral dan tingkah laku

individu. Pada ranah perkembangan afektif yang sangat menonjol

dalam siswa adalah perkembangan emosional yang ada dalam diri

siswa. Perkembangan emosional itu sendiri sangat memengaruhi

proses pembelajaran.

Pada perkembangan emosional, siswa sangatlah

membutuhkan peranan guru dalam mengendalikan atau

mengelolah emosi siswa tersebut. Diketahui bahwa emosional

siswa terdiri dari marah, bahagia, sedih, senang, beradaptasi

dengan orang lain, takut, dan malu. Dalam hal ini guru dapat

membenatu siswa dalam mengenali, mengelola, mengendalikan

dan menahan emosiosnal siswa sehingga siswa dapat bertindak

sesuai situasi dan kondisi, hal ini sesuai dengan anjuran Allah swt
8

dalam menahan emosionalnya yang tercantum pada surah Ali

„Imran:134 sebagai berikut :

َ ‫ض َّرا ِء َوا لك ِظ ِميْهَ ا ْل َغ ْي‬


َ‫ظ َوا ْل َعافِيْه‬ َّ ‫الَّ ِذيْهَ يُ ْنفِقُ ْونَ فِئ ال‬
َّ ‫س َّرا ِء َوا ل‬

ِ ‫َللاُ يُ ِح ُّب ا ْل ُم ْح‬


)431( َ‫سنِيْه‬ َ ‫س َو‬
ِ ‫َع ِه النَّا‬
Artinya : (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu

lapang maupun sempit, dan orang-orang yang

menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)

orang lain. Dan Allah mencintai orang yang

berbuat kebikan.

Pada pembelajaran online atau daring (dalam jaringan), guru

mengalami kesulitan dalam membentuk perkembangan siswa

sehingga terdapat banyak siswa yang mengalami perubahan

dalam perkembangan emosional. Hal ini dikarenakan susahnya

berinteraksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran

melalui online, selain itu orang tua juga sangat banyak terlibat

dalam proses pembelajaran dan proses perkembangan siswa


9

misalnya dalam mengerjakan tugas itu tidak hanya siswa bahkan

sepenuhnya tugas yang mengerjakan adalah orang tua sedangkan

siswa itu sendiri bermain, menonton televisi, atau tidur.

Dengan orang tua yang memanjakan anaknya, maka siswa

akan selalu bergantung pada orang tuanya, sekalinya orang tua

membantu atau mengerjakan pekerjaan siswa maka seterusnya

siswa akan meminta orang tuanya untuk mengerjakan pekerjaan

tersebut. Ketika orang tua menolak sikap yang di tunjukan siswa

akan tempramen, emosi, marah bahkan berkata kasar terhadap

orang tuanya sehingga perkembangan afektif anak dalam hal ini

mengalami penurunan yang tidak baik.

Dalam hal ini emosi peserta didik akan sangat tidak

terkontrol dan peserta didik akan selalu menunjukkan sikap emosi

yang berlebihan. Sehingga emosional itu pun terbawa di sekolah

saat pembelajaran pasca pandemi berlaku. Perkembangan

emosional siswa yang menurun akan berdampak pada

pembelajarannya, lingkungan sekolahnya dan pada diri nya

sendiri.
10

Dengan ini peran guru sebagai fasilitator, peranan guru

sebagai model dan teladan, peranan guru sebagai pembimbing,

peran guru sebagai mediator, peran guru sebagai dan evaluator9

sangat berpengaruh dalam perkembangan emosional siswa untuk

membentuk kembali dan memperbaiki emosional siswa. Dalam

kaitannya dengan hubungan tersebut makaperan guru dalam

meningkatkan dan menumbuhkan perkembangan emosional

siswa juga harus di utamakan sebab secara psikologis tidak hanya

pada pikiran yang rasional saja yang dapat menuntun anak pada

perkembangan, namun pikiran emosional juga dapat

menghasilkan dampak yang efektif.

Pada observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, siswa di

kelas IV SDN 141 Bengkulu Utara sangat memerlukan peranan

guru kelas dalam perkembangan emosional siswa. Perkembangan

emosional sangatlah berpengaruh dalam proses pembelajaran, di

masa pascapandemi ini pembelajaran kembali normal seperti

9
Siti Maimunawati, Muhammad Alif. Peran Guru, Orang Tua,
Metodedan Media Pembelajaran: Strategi KBM Di Masa Pandemi Covid 19,
(Serang, Banten :3M Media Karya Serang, 2020), Hal. 9-23
11

sebelum adanya Covid-19. Dalam hal ini terdapat bahwa

berubahnya perkembangan emosional siswa setelah

dilaksanakannya pembelajaran online sehingga banyak kesulitan

yang di hadapi oleh guru dalam membentuk perkembangan

emosional siswa kembali. Dalam hal ini peranan guru sangatlah

penting Dengan ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Peran Guru Kelas Dalam Perkembangan

Emosional Siswa PascaPandemi Di Kelas IV SDN 141 Bengkulu

Utara”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan

diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana peran guru kelas dalam perkembangan

emosional siswa pascapandemi di kelas IV SDN 141

Bengkulu Utara ?
12

2. Faktor apa yang mempengaruhi peran guru kelas dalam

perkembangan emsoianl siswa pascapandemi di kelas IV

SDN 141 Bengkulu Utara ?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut dapat ditentukan tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan peran guru kelas dalam perkembangan

emosional siswa pascapandemi di kelas IV SDN 141

Bengkulu Utara.

2. Mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi peran guru

kelas dalam perkembangan emsoianl siswa pascapandemi

di kelas IV SDN 141 Bengkulu Utara.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengembangan

ilmu pengetahuan khususnya tentang peran guru kelas

dalam perkembangan emosional siswa pasca pandemi.


13

2. Secara Praktis

a. Bagi Sekolah

Sebagai penyumbang pemikiran tentang peran

guru dalam perkembangan emosional siswa pasca

pandemi.

b. Bagi Guru

Sebagai upaya peningkatan profesional guru

dalam membentuk perkembangan emosional peserta

didik.

c. Bagi Siswa

Meningkatkan pemahaman siswa terhadap

perkembangan emosional siswa itu sendiri.

d. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian dapat dijadikan pedoman bagi

orang tua untuk berperan dan ikut serta dalam

perkembangan emosional peserta didik.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Perkembangan Emosional Siswa

Hal-hal yang dibahas dalam bagian ini adalah,

teori perkembangan emosional Maslow, definisi

perkembangan emosional, tahap perkembangan

emosional peserta didik dan faktor-faktor syang

memengaruhi perkembangan emosional peserta didik.

Berikut pembahasannya:

a. Teori Perkembangan Emosional Maslow

Abraham Maslow lahir di Brooklyn pada tahun

1908 dan meninggal di Rusia pada tahun 1970.

Awalnya Maslow mempelajari teori behaviorisme

dan melakukan banyak percobaan dalam bidang

tersebut. Namun, setelah Pearl Harbour diserang oleh

Jepang, ia beralih ke bidang psikologi (Hall, 1985

14
15

dalam Hildayani, dkk, 2009: 2. 16). Ia merasa bahwa

psikologi hanya memandang manusia dari segi

negatifnya, sehingga ia melihat psikologi dari sisi

yang lain, yaitu lebih ke sisi positifnya. Maslow

berpendapat bahwa manusia tidak hanya harus

melawan kesedihan, ketakutan, dan hal negatif

lainnya, tetapi manusia juga harus mencari

kebahagian dan kesejahteraan. Maslow menyatakan

bahwa pada dasarnya manusia itu baik, tidak jahat

(We are basically good, no evil). Menurut Maslow

ada 4 hal yang harus ditekankan mengenai hal ini.

1) Menusia memiliki struktur psikologis yang

beranalagi sperti struktur fisik, yaitu kebutuhan

(needs), kapasitas (capacities), dan kecenderungan

(tendencies) yang didasari oleh keadaan genetis.

2) Perkembangan yang sehat diharapkan selalu

melibatkan aktualisasi dari karakteristik.


16

3) Keadaan patologis setiap manusia berasal dari

penyangkalan (denial), frustasi (frustration), atau

memutar (twisting) keadaan manusia.

4) Manusia memiliki keinginan dan kemampuan aktif

untuk mencapai kesehatan mental dalam

perkembangan aktualisasi diri.

Menurut Maslow seorang individu dapat

berhubungan dengan dunia melalui dua cara, yaitu D-

realm atau deficiency (kekurangan) dimana manusia

bertahan hidup dengan cara berusaha memenuhi

seluruh kebutuhan dasarnya. Setelah kebutuhan

dasarnya terpenuhi, maka manusia akan beranjak ke

tahap B-realm atau being (menjadi), dimana manusia

memiliki motivasi untuk mencari aktuailisasi dirinya

dan pengayaan dari keberadaannya. Maslow

mencetuskan sebuah teori yang berkaitan dengan

motivasi manusia dalam memenuhi kebutuhannya.


17

Teori ini disebut sebagai Hierarki Kebutuhan

Maslow, yang meliputi:

1) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan fisik yang

paling dasar seperti rasa lapar, haus, dan lelah.

2) Kebutuhan akan rasa aman, yaitu kebutuhan akan

rasa keselamatan, kestabilan, proteksi, struktur,

keteraturan, hukum, batasan, dan bebas dari rasa

takut.

3) Kebutuhan memiliki dan cinta, yaitu kebutuhan

memiliki hubungan yang harmonis dengan

oranglain, seperti keluarga, pasangan, anak, dan

teman.

4) Kebutuhan rasa percaya diri, yaitu kebutuhan akan

perasaan kuat, menguasai sesuatu, kompetensi, dan

kemandirian. Juga kebutuhan akan perasaan

dihormati oleh oranglain, status, ketenaran,

dominansi menjadi orang penting, serta harga diri

dan penghargaan.
18

5) Kebutuhan aktualisasi diri dan metaneeds, yaitu

kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dengan

mengembangkan diri dan melakukan sesuatu yang

dikuasai. Contohnya adalah seorang musisi yang

menciptakan lagu dan seorang pengusaha yang

sukses. Kebutuhan aktualisasi diri ini memayungi

metaneeds, dimana sebagian metaneeds ini

merupakan merupakan kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi. Sebagai contoh kebutuhan akan

keadilan, keteraturan, kebebasan melakukan

sesuatu dan berpendapat, serta mencari informasi

dan membela diri sendiri. Sedangkan sebagian

lainnya adalah kebutuhan yang lebih mengacu

pada keindaan, seperti kecantikan dan

kesederhanaan.

b. Definisi Perkembangan Emosional

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu

emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini


19

menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak

merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel

Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence

bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan

pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan

psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk

bertindak.10 Emosi pada dasarnya adalah dorongan

untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi

terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu.

Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan

suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi

terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang

berperilaku menangis.

Teori Sentral mengatakan bahwa gejala

kejasmanian merupakan suatu akibat dari emosi yang

10
Sarip munawar. Peran guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan
emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) siswa SMP Negeri 1 Ciwaru.
Jurnal Ilmiah Educator. Vol. 4 No. 2. (Desember 2018). Hlm 97.
20

dialami oleh individu.11 Pada teori ini membahas

bahwa emosi individu lah yang mengakibatkan

perubahan-perubahan pada jasmaniahnya. Pada saat

individu mengalami emosi maka jasmaninya akan

mengalami perubahan misalnya jantung yang akan

berdebar secara cepat dan kencang, pernapasan tidak

teratur, mata memerah dan tubuh bergemetar. Dalam

hal ini individu tidak dapat menahan emosinya maka

akan melampiaskan pada benda disekitar.

Teori perifer mengatakan gejala kejasmanian

bukanlah akibat emosi yang dialami oleh individu,

tetapi emosi merupakan akibat gejala kejasmanian.12

Jadi menurut teori ini, emosi dapat ditimbulkan

dikarenakan adanya gejala dari tubuh seperti individu

tidak menangis karena susah, tetapi sebaliknya

individu susah karena menangis. Misalnya peserta

11
Baharudin, Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis Terhadap
Penomena, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hlm. 100.
12
Wayan candra dkk, Psikologi Landasan Keilmuan Praktik
Keperawatan Jiwa, (Yogyakarta:Penerbit Andi, 2017), hlm. 95.
21

didik menunggu pengumumna hasil akhir belajar

karena menunggu dalam waktu yang lama peserta

didik pun merasakan ketidaksenangan terhadap guru.

Chaplin berpendapat perkembangan adalah

sebagai berikut: (1) perubahan yang

berkesinambungan dan progresif, dari lahir sampai

mati, (2) pertumbuhan, (3) perubahan dalam bentuk

dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke

dalam bagian-bagian fungsional, (4) kedewasaan atau

kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang

tidak di pelajari.13

Perkembangan adalah perubahan sistematis,

progresif, dan berkesinambungan dalam diri individu

sejak lahir hingga akhir hayat. Perubahan tersebut

dijalani setiap individu khususnya sejak lahir hingga

mencapai kedewasaan atau kematangan. Sistematis

mengandung makna bahwa perkembangan itu dalam

13
Sumsunuwiyati Mar‟at, Psikologi Perkembangan, (Bandung:PT
Remaja Rosdakarya, 2005),hlm. 116.
22

makna normal jelas ururtannya. Progresif bermakna

perkembangan itu merupakan metamorfosisi menuju

kondisi ideal.

Berkesinambungan bermakna ada konsistensi

laju perkembangan itu sampai dengan tingkat

optimum ynag bisa dicapai. Bisa pula istilah

perkembangan merujuk bagaimana orang tumbuh,

menyesuaikan diri dan berubah sepanjang perjalanan

hidup mereka, melalui perkembangan fisik,

perkembangan kepribadian, perkembangan

sosiemosional, perkembangan kognitif dan

perkembangan bahasa.14

Peniliti menyimpulkan bahwa perkembangan

emosi merupakan perubahan pada keadaan pada diri

sendiri di waktu tertentu dengan menimbulkan gejala

terhadap kejasmaniannya sehingga berpengaruh

14
Fatmaridha Sabani. Perkembangan anak-anak selama masa sekolah
dasar. Jurnal Kependidikan. Vol. 8 No. 2. (Mei 2019). Hlm 89.
23

terhadap perkembangan afektif mulai dari tingkatan

yang lemah sampai pada tingkatan yang tinggi.

Adapun faktor-faktor emosional yang

menyebabkan peserta didik sulit menyesuaikan diri

terhadap lingkungannya seperti: perasaan takut,

perasaan ketidakpuasaan yang disebabkan orang lain,

agresif, dan sikap terhadap suatu kemenangan. Pada

kondisi emosi peserta didik terdapat dua hal yaitu

positif dan negatif. Pada hal yang posistif emosi

peserta didik akan mengrah pada hal yang

menggembirakan, hati merasakan ketenangan, belajar

dengan keadaan yang baik dan dapat mengontrol

emosinya sendiri. Sedangkan dalam hal negatif,

peserta didik dapat merasakan sedih, kecewa marah

dan memberontak didalam dirinya sehingga dapat

mengganggu proses belajar. Dalam hal ini, ekspresi

dari emosi peserta didik diungkapkan melalui

perasaannya, perilakunya, serta keingan-keingannya.


24

Keadaan emosi yang sering ditimbulkan oleh

peserta didik biasanya dalam keadaan sedih, gembira,

kecewa, benci, cinta, dan marah. Dengan keadaan

emosi yang berubah-ubah dengan cepat maka akan

memengaruhi bagaimana peserta didik berpikir dan

bertindak mengenai perasaan yang dirasakan. Tidak

sedikit peserta didik yang merasakan keadaan emosi

tersebut akan menunjukkan tindakan yang berlebihan

sehingga dapat membuat lingkungan sekitar merasa

tidak nyaman, dalam hal ini berkembangnya emosi

peserta didik sangat erat dengan hubungan sosialnya.

Seseorang yang sedang mengalami emosi tidak

memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya. Hal

yang tidak dilakukan oleh seseorang dalam keadaan

normal tetapi akan dilakukan oleh seseorang yang

sedang mengalami perasaan emosi. Dalam hal ini

terdapat dampak negatif emosi, misalnya seseorang

normal tidak akan merusak barang-barang disekitar


25

tetapi seseorang yang emosi maka dengan spontan

untuk melampiaskan emosinya akan merusak barang

disekitar atau menyakititubuhnya sendiri.

Kerangka pada prinsip dasar emosi, seperti

marah, sedih, takut, bahagia, cinta, malu, dan

sebagainya adalah titik tolak bagi nuansa kehidupan

emosional yang tidak habis-habisnya. Adapun

beberapa kegunaan emosi anatara lain, sebagai

berikut:15

1) Bertahan Hidup

Alam mengembangkan emosi melalui evolusi

selama jutaan tahun. Hasilnya adalah kemampuan

emosi melayani sebagai sistem pemandu

antarsesama. Contohnyam ekspresi dapat

menyampaikan sejumlah emosi. Jika sesorang

merasakan sedih atau terluka, dapat memberikan

15
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Perkembangan
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 66.
26

tanda terhadap seseorang lain bahwa sedang

membutuhkan bantuan.

2) Mempersatukan (Unity)

Mungkin emosi merupakan sumber potensi

terhebat untuk menyatukan semua manusia. Secara

jelas, agama, budaya, dan politik tidak dapat

menyatukan, bahwa secara lebih jauh dapat

memecahkan secara tragis dan fatal16. Hal ini

sesuai dengan pendapat Darwin dalam bukunya

“The Expressions of Emotional in Man Animal”,

emosi dari empati, perasaan iba, kerja sama, dan

untuk orang lain, semuanya dapat menyatukan kita

sebagai sesama. Emosi meliputi perasaan tentang

siapa kita, dan memasuki kita dalam wujud energi.

c. Fungsi Emosional

Emosi berkaitan dengan perubahan pisiologis dan

berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu

16
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Perkembangan
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 66.
27

asfek penting dalam kehidupan manusia, karena

emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti

meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku

interpersonal manusia.

Ada tiga fungsi emosi, pertama survival, yaitu

sebagai sarana untk mempertahankan hidup. Emosi

memberikan kekuatan pada manusia untuk membela

dan mempertahankan diri terhadap adanya gangguan

atau rintangan. Adanya perasaan cinta, sayang,

cemburu, marah, atau benci, membuat manusia dapat

menikmati hidup dalam kebersamaan dengan

oranglain. Kedua, energizer yaitu sebagai pembangkit

energy. Emosi dapat memberikan kita semangat

dalam bekerja bahkan semangat untuk hidup.

Ketiga messenger yaitu sebagai pembawa pesan.

Emosi memberitahu kita bagaimana keadaan orang-

orang yang berada disekitar kita, terutama orang-

orang yang kita cintai dan sayangi, sehingga kita


28

dapat mengetahui dan memahami dan melakukan

sesuatu yang tepat dengan kondisi tersebut. Bayangan

jika tidak ada emosi, kita tidak tahu bahwa disekitar

kita ada orang yang sedih karena sesuatu hal yang

terjadi dalam keadaan seperti itu mungkin kita akan

tertawa-tawa bahagia sehingga membuat seseorang

yang sedang bersedih merasa bahwa kita bersikap

empati kepadanya.

Rohmalina Wahab menutip pendapat Charles

Darwin mengenai fungsi emosi itu adalah:

1) Merupakan bentuk komunikasi Emosi berperan

dalam memengaruhi kepribadian dan penyesuaian

diri anak dengan lingkungan sosialnya.

2) Emosi dapat memengaruhi iklim psikologis

lingkungan

a) Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara

berulang dapat menjadi satu kebiasaan.


29

b) Ketegangan emosi yang dimiliki anak dapat

menghambat aktivitas motoric dan mental anak.

Jadi dapat di simpulkan bahwa bagi manusia,

emosi banyak fungsinya. Tidak hanya berfungsi

untuk survival atau sekedar untuk mempertahankan

hidup, seperti pada hewan. Akan tetapi, emosi juga

berfungsi sebagai energizer atau pembangkit energy

yang memberikan gairah dalam kehiduoan manusia.

Selain itu emosi juga merupakan messenger atau

pembawa pesan. Selain itu, juga emosi merupakan

bentuk komunikasi manusia melalui tingkah laku.17

d. Tahap Perkembangan Emosional Siswa

Dalam proses pembelajaran akan berlangsung

secara baik, disaat emosional peserta didik baik. Guru

dituntut untuk mengetahui perkembangan emosional

peserta didik agar dapat membentuk dan

17
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: Pustaka Alkausar.
2008). Hlm 158.
30

mengarahkan emosional peserta didik dengan baik.

Dalam hal ini peniliti mendeskripsikan perkembangan

emosi peserta didik dari usia sekolah dasar.

Perkembangan emosi siswa pada usia sekolah

dasar (5 sampai 12 tahun) yaitu:

1) Pada usia 5 sampai 6 tahun

Pada usia 5 sampai 6 tahun anak mulai

mempelajari kaedah dan aturan yang berlaku,

anak mempelajari konsep keadilan dan anak

mulai mampu menjaga rahasia.18 Pada usia ini

anak mulai memahami aturan-aturan yang

berlaku disekolah, anak menaati aturan yang

berlaku sehinggan anak mulai menerapkan aturan

yang berlaku seperti tidak boleh membuang

sampah sembarang, duduk dengan tertib,

membersihkan kelas dan aturan lainnya. Pada

usia ini juga anak mulai bisa untuk menjadi

18
Makmum Mubaiyidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak,
(Jakarta: Pustaka Alkausar, 2006), hlm. 65.
31

pendengar yang baik, dan anak juga dapat

memegang rahasia dengan rapat sehingga dengan

anak menjaga rahasia ini dapat dijadikan

keterampilan kemampuannya untuk

menyembunyikan informasi-informasi yang

akurat.

2) Pada usia 7 sampai 8 tahun

Pada usia 7 sampai 8 tahun anak sudah mampu

menginternalisasikan rasa bangga dan malu

terhadap sesuatu.19 Pada usia ini anak sudah

mulai mengetahui dengan perilaku yang

ditampilkan akan membuat merasa malu atau

tidak. Anak usia ini ketika di goda dengan lawan

jenis nya maka akan merasakan malu-malu

bahagia yang terpancar dari wajahnya. Adapula

ketika anak memakai seragam atau pakaian yang

tidak sesuai dengan temannya maka anak akan

19
Heni Marsary dkk, “Perkembangan Emosi Anak Usia Sekolah
Dasar”, Jurnal Pendidikan Tambusai, Vol. 5 No. 1 (2021), 1820.
32

merasa malu bahkan tidak ingin sekolah. Pada

usia ini juga anak mulai merasakan bangga

terhadap dirinya sendiri pada hasil prestasinya

baik itu prestasi akademik maupun non

akademik.

3) Pada usia 9 sampai 10 tahun

Pada usia 9 sampai 10 tahun anak dapat mengatur

ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat

merespon stres emosional yang terjadi pada

orang lain. Pada usia ini anak mulai dapat

mengontrol emosinya pada situasi dan kondisi

yang tepat. Anak pada usia ini mulai bisa

mengatur rasa takut, marah dan sedih untuk

beradaptasi dengan lingkungannya. Ketika anak

merasakan emosi tetapi pada situasi dan kondisi

yang kurang baik maka anak akan mengontrol

dan mengatur emosinya agar tidak berdampak

pada orang lain. Anak juga dapat memahami hal-


33

hal apa saja yang membuat mereka merasakan

takut, marah dan sedih pada dirinya. Pada usia ini

juga anakpeka terhadap perasaan orang lain.

Anak juga sudah mulai memahami dengan

emosional orang lain sehingga anak dapat

memberikan respon balik terhadap emosi orang

lain.

4) Pada usia 11 sampai 12 tahun

Pada usia 11 sampai 12 tahun anak mulai dapat

paham mengenai hal yang baik dan hal buruk,

anak juga akan paham mengenai norma dan nilai

yang berlaku. Pada masa ini anak sudah mulai

mampu memahami suatu penilaian yang baik dan

buruk dapat berubah sesaui dengan situasi dan

keadaan disekitar. Anak mulai mengerti mana hal

baik yang seharusnya dilakukan dan mana hal

buruk yang tidak seharusnya dilakukan. Pada

tahapan ini anak mulai memahami norma dan


34

nilai di lingkungan sekitar seperti adat yang

berlaku dikeluarga maupun masyarakat.

2. Peran Guru Kelas

Hal-hal yang dibahas dalam bagian ini adalah

definisi peran guru, tanggung jawab guru kelas, peran

guru kelas, dan macam-macam peranan guru kelas.

Berikut pembahasannya:

a. Definisi Peran Guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Peran

berarti tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam

suatu peristiwa.

Peran juga berarti serangkaian perilaku yang

diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial

yang diberikan baik secara formal maupun secara

informal. Peran didasarkan pada ketentuan dan

harapan peran yang menerangkan apa yang individu-

individu harus lakukan dalam situasi-situasi tertentu

agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri


35

atau harapan oranglain yang menyangkut peran-peran

tersebut.

Para ahli menyatakan bahwa secara umum

pengertian Peran adalah aspek dinamis dari

kedudukan atau status. Menurut Kozier Barbara peran

adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh

orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya

dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan

sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat

stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang

diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu.

Peran adalah deskripsi sosial tentang siapa kita

dan kita siapa. Peran menjadi bermakna ketika

dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosial atau

politik. Peran adalah kombinasi adalah posisi dan

pengaruh.

Seseorang melaksanakan hak dan kewajiban,

berarti telah menjalankan suatu peran. Peranan berarti


36

adanya tanggung jawab terhadap hal-hal yang harus

dilakukan oleh seseorang sesuai dengan tugas dan

fungsinya pada jabatan tertentu.

Berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen menyatakan bahwa “guru adalah pendidik

professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada penididkan anak usia

dini jalur pendidikan formal, penididkan dasar, dan

pendidikan menengah. Seorang pendidik harus

profesionalisme sesuai dengan Undang-Undang dasar

1945, profesionalisme berasal dari kata profesi yang

artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan

ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan

sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang

mensyaratkan pengetahuan khusus yang diperoleh

dari pendidikan akademis yang intensif.


37

Pengertian guru dalam kamus besar bahasa

Indonesia adalah orang yang pekerjaan nya

mengajar20. Di lembaga pendidikan (sekolah) guru

lah orang tua siswa, dalam hal ini guru memiliki arti

yang sama yaitu tangan pertama untuk siswa dalam

membimbing, mengajar dan mendidik agar siswa

menjadi pribadi yang baik. Guru sebagai penyalur

ilmu pengetahuan serta menanamkan nilai-nilai

agama, budaya dan sosial agar siswa tumbuh dengan

akhlak mulia.

Guru merupakan salah satu komponen

manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut

berperan dalam usaha pembentukan sumber daya

manusia yang potensial di bidang pembangunan, oleh

sebab itu, guru yang merupakan salah satu unsur di

bidag kpendidikan harus berperan secara aktif dan

menempatkan kedudukan nya sebagai tenaga

20
Ismail, Peningkatan Kometensi Pedagogik Guru PAI Dalam
Pembelajaran. Jurnal Mudarrisuna Vol 4 No. 2, Juli- Desember 2015, hal 705
38

professional, sesuai dengan ketentuan masyarakat

yang semakin berkembang. 21

Guru adalah seseorang yang memiliki tugas

sebagai fasilitator sehingga siswa dapat belajar dan

atau mengembangklan potensi dasar dan

kemampuannya secara optimal, melalui lembaga

pendidikan sekolah, baik yang didirikan oleh

pemerintah maupun oleh masyarakat atau swasta.

Zakiyah Darajat menyatakan bahwa guru adalah

pendidik profesional karena guru telah menerima dan

memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik

anak-anak, dalam hal ini pendidikan dari orang tua

harus di utamakan bagi anak-anak sedangkan seorang

guru merupakan pendidik yang berperan untuk

membantu orang tua dalam membimbing dan

mendidik anak-anak atau siswa dalam jenjang

21
Syaiful Bahri Djamarah , Guru dan anak didik dalam interaksi
edukatif , ( Jakarta : PT
Rineka Cipta , 2000),h.
39

pendidikan.22 Dengan ini tetap yang paling utama

pendidikan adalah orang tua.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 20 tahun 2003 pendidik adalah

tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai

guru, dosen konselor, pamong belajar, widya iswara,

tutor, instruktur, falisator dan sebutan lain yang sesuai

dengan kekhususanya serta berpartisipasi dalam

penyelenggaran pendidikan.23

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata guru

diartikan sebagai orang yang pekerjaannya mendidik

dan mengajar. Pada hakikatnya kata “guru” (dari

bahasa sansekerta, yang secara arti harfiahnya adalah

“berat”) adalah seorang pengajar suatu ilmu.

Dalam bahasa Indonesia guru umumnya merujuk

pendidik dengan tugas utama adalah mendidik,

22
Suparlan, Menjadi Guru Efektif, (Yogyakarta : Hikayat Publishing
2008), hal. 13
23
Undang-Undang SISDIKNAS 2003 UU RI No. 2003 Bab 1 poin 5
dan 6.
40

membimbing, mengarahkan, mengajar, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Guru adalah

seorang yang digugu dan ditiru. Secara khusus guru

adalah orang yang bertanggungjawab terhadap

perkembangan murid dengan megupayakan

perkembangan seluruh potensi murid, baik potensi

afektif, kognitif, dan psikomotorik.

Guru atau pendidik memiliki tanggung jawab

besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter,

berbudaya, dan bermoral sebagai bentuk tanggung

jawabnya kepada pemerintah dalam mewujudkan

tujuan pendidikan nasional. Guru merupakan teladan

bagi siswa dan memiliki peran yang sangat besar

dalam pembentukan karakter siswa. Jika kita

menengok kembali tugas guru yang luar biasa.

Secara umum bahwa performa mengajar guru

meliputi aspek kemampuan kognitif, keterampilan

profesional dan keterampilan sosial. Di samping itu,


41

Borich menyebutkan bahwa perilaku mengajar guru

yang baik dalam proses belajar-mengajar di kelas

dapat ditandai dengan adanya kemampuan

penguasaan materi pelajaran, kemampuan

penyampaian materi pelajaran, keterampilan

pengelolaan kelas, kedisiplinan, antusiasme,

kepedulian, dan keramahan guru terhadap siswa.

Dalam hal ini apapun sebutan untuk guru tetap

menjadi penyalur ilmu terhadap siswanya, pendidik

bagi siswanya, pembimbing bagi siswanya dan

pendamping untuk siswanya. Guru mempunyai 2

(dua) peran penting yaitu mengajar dan mendidik.

Kedua tugas tersebut selalu mengiringi langkah sang

guru baik pada saat menjalankan tugas maupun diluar

tugas (mengajar).24mengajar adalah tugas membantu

dan melatih anak didik dalam emmahami sesuatu dan

24
Ahmad Yuriandi, Yanda Irawan. Peran Guru Dalam Penanaman
Nilai Karakter Religius Di Lingkungan Sekolah Pada Siswa Sekolah Dasar.
Jurnal gentala pendidikan dasar. Vol. 1 No. 1 (Juni 2016), hlm 177.
42

mengembangkan pengetahuan. Sedangkan mendidik

adalah mendorong dan membimbing anak didik agar

maju menuju kedewasan secara utuh. Kedewasaan

yang mencakup kedewasan intelektual, emosional,

sosial, fisik, seni spiritual, dan moral.

Peneliti menyimpulkan bahwa guru merupakan

seseorang yang sangat berpengaruh penting dalam

hidup siswa yang menjadikan siswa sepenuhnya dapat

mengenal banyak hal mengetahui banyak hal tidak

hanya ilmu tetapi pengalaman, dan siswa

mendapatkan nilai-nilai norma, sikap dari seorang

guru.

b. Tanggung Jawab Guru Kelas

Guru adalah orang yang bertanggung jawab

mencerdaskan kehidupan anak didik. Pribadi susila

yang cakap adalah yang diharapkan ada pada setiap

anak didik.Tidak ada seorang guru pun yang

mengharapkan anak didiknya menjadi sampah


43

masyarakat.Untuk itulah guru dengan penuh dedikasi

dan loyalitas berusaha membimbing dan membina

anak didik agar di masa mendatang menjadi orang

yang berguna bagi nusa dan bangsa.25

Setiap hari guru meluangkan waktu demi

kepentingan anak didik. Bila suatu ketika ada anak

didik yang tidak hadir di sekolah, guru menanyakan

kepada anak-anak yang hadir, apa sebabnya dia tidak

hadir ke sekolah. Anak didik yang sakit, tidak

bergairah belajar, terlambat masuk sekolah, belum

menguasai bahan pembelajaran, berpakaian

sembarangan, berbuat yang tidak baik, terlambat

membayar uang sekolah, tidak punya pakaian

seragam, dan sebagainya, semuanya menjadi

perhatian guru kelas.

25
Syaiful Bahri Djamarah , Guru dan anak didik dalam interaksi
edukatif , ( Jakarta : PT
Rineka Cipta , 2000),hal. 28
44

Karena besarnya tanggung jawab guru terhadap

anak didiknya, hujan dan panas bukanlah menjadi

penghalang bagi guru untuk selalu hadir di tengah-

tengah anak didiknya. Guru tidak pernah memusuhi

anak didiknya meskipun suatu ketika ada anak

didiknya yang berbuat kurang sopan pada oran lain.

Bahkan dengan sabar dan bijaksana guru memberikan

nasihat sebagaimana cara bertingkah laku yang sopan

pada orang lain. Karena profesinya sebagai guru

adalah berdasarkan panggilan jiwa, maka bila guru

melihat anak didiknya senang berkelahi,

meminumminuman keras, mengisap ganja, dating ke

rumah-rumah bordil, dan sebagainya, guru merasa

sakit hati.Siang atau malam memikirkan bagaimana

caranya agar anak didiknya itu dapat dicegah dari

perbuatan yang kurang baik, asusila, dan amoral.26

26
Syaiful Bahri Djamarah , Guru dan anak didik dalam interaksi
edukatif , ( Jakarta : PT
Rineka Cipta , 2000),hal .127
45

Guru seperti itulah yang diharapkan untuk

mengabdikan diri di lembaga pendidikan. Bukan guru

yang hanya mementingkan ilmu pengetahuan

kedalam otak anak didik.Sementara jiwa, dan

waktunya tidak dibina. Memberikan ilmu

pengetahuan kepada anak didik adalah suatu

perbuatan yang muda, tetapi untuk membentuk jiwa

dan anak didik itulah yang sulit, sebab anak didik

yang dihadapi adalah makhluk hidup yang memiliki

otak dan potensi yang perlu dipengaruhi dengan

sejumlah norma hidup sesuai denga ideologi falsafah

dan bahkan agama.

Menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan

sejumlah norma itu kepada anak didik agar tahu mana

perbuatan yang susila dan asusila, mana perbuatan

yang bermoral dan amoral. Semua norma itu tidak

mesti harus guru berikan ketika di kelas, di luar kelas

pun sebaiknya guru contohkan melalui sikap dan


46

tingkah laku maupun perbuatan. Pendidikan

dilakukan tidak semata-mata dengan perkataan, tetapi

dengan sikap, tingkah laku, dan perbuatan.

c. Tugas dan Fungsi Guru Kelas

Daoed Yoesoef, menyatakan bahwa seorang guru

mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional,

tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan. tugas

tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan

atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan

nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui

peserta didik. Tugas manusiawi adalah tugas-tugas

membantu peserta didik agar dapat memenuhi tugas

tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-

baiknya.dan tugas kemasyarakatan merupakan

konsekuensi guru sebagai warga Negara yang baik,


47

turut mengemban dan melaksanakan Pancasila dan

UUD 1945.27

Dalam perspektif Islam, mengemban amanat

sebagai guru bukan terbatas pada pekerjaan atau

jabatan seseorang, melainkan memiliki dimensi yang

lebih luas dan agung, yaitu tugas ketuhanan,

kerasulan, dan kemanusiaan. dikatakan sebagai tugas

ketuhanan, karena mendidik merupakan sifat

“fungsional” Allah (sifat rububiyah) sebagai “rabb”,

yaitu sebagai “guru” bagi semua makhluk.28

Sebagai tugas kemanusiaan, seorang guru harus

terpanggil untuk membimbing, melayani,

mengarahkan, menolong, memotivasi, dan

memberdayakan sesama, khususnya anak didiknya.

Sebagai sebuah keterpanggilan kemanusiaan dan

bukan semata-mata terkait dengan tugas formal atau


27
Daryanto, Surayatri, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah,
(Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 13.
28
Marno, dan M. Idris, Strategi & Metode Pengajaran Menciptakan
Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), h. 19.
48

pekerjaan sebagai guru. Dari sinilah dapat diketahui

bahwa guru benarbenar mampu, ikhlas (sepenuh hati),

dan penuh dedikasi dalam menjalankan tugas

keguruannya.29 Adapun tugas guru kelas yaitu:

a) Menyusun kurikulum pembelajaran pada satuan

pendidikan.

b) Menyusun silabus pembelajaran.

c) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.

d) Melaksanakan kegiatan pembelajaran.

e) Menyusun alat ukur atau soal sesuai mata

pelajaran.

f) Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar

pada mata pelajaran dikelasnya.

g) Menganalisis hasil penilaian pembelajaran.

29
Marno, dan M. Idris, Strategi & Metode Pengajaran Menciptakan
Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), h. 20.
49

h) Melaksanakan pembelajaran atau perbaikan dan

pengayaan dengan memanfaatkan hasil penilaian

dan evaluasi.

i) Melaksanakan bimbingan dan konseling dikelas

yang menjadi tanggung jawabnya.

j) Menjadi pengawasan penilaian dan evaluasi

terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah

dan nasional.

k) Membimbing guru pemula dalam program induksi.

l) Membimbing siswa dalam kegiatan

ekstrakurikuler proses pembelajaran.

m) Melaksanakan pengembangan diri.

n) Melaksanakan publikasi ilmiah.

o) Membuat karya inovatif

Adapun fungsi guru kelas yaitu:

a) Pengelola kelas.

b) Mengenal dan memahami situasi kelasnya.

c) Menyelenggarakan Administrasi kelas.


50

d) Memberikan motivasi kepada siswa agar belajar

sungguh-sungguh baik di sekolah maupun di luar

sekolah.

e) Memantapkan siswa di kelasnya, dalam

melaksanakan tata krama, sopan santun, tat tertib

baik di sekolah maupun di luar sekolah.30

Selain tugas guru kelas di atas, guru kelas juga

mempunyai tugas untuk melihat segala sesuatu yang

terjadi dalam kelas untuk membantu proses

perkembangan siswa.31

d. Peran Guru kelas

Guru bagi siswa adalah sebagai orang tua kedua,

guru sebagai motivator, guru sebagai tauladan, guru

sebagai pemimpin, guru sebagai panutan, dan guru

sebagai contoh. Guru yang tidak hanya duduk diam

dikursi lalu memberi tugas tetapi guru yang


30
Habel, “Peran Guru Kelas Membangun Perilaku Sosial Siswa Kelas
V Sekolah Dasar 005 di Desa Setarap Kecamatan Malinau Selatan Hilir
Kabupaten Malinau”, http://ejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
31
Novan Ardy Wiyani, “Membumikan Pendidikan Karakter di SD”,
(Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2 013), h. 164.
51

membentuk karakter, membina, mendidik,

membentuk afektif sehingga siswa menjadi anak yang

berakhlak mulia.

Peran guru merupakan sosok seorang yang

dijadikan pelaku atau pemain dalam dunia pendidikan

sebagai tokoh terhormat dalam masyarakat sebab ia

nampak sebagai orang yang berwibawa, sebagai

penilai, sebagai seorang sumber karena ia memberi

ilmu pengetahuan, sebagai pembantu, sebagai wasit,

sebagai detektif, sebagai obyek identifikasi, sebagai

penyangga rasa takut, sebagai orang yang menolong

memahami diri, sebagai pemimpin kelompok, sebagai

orang tua/wali, sebagai orang yang membina dan

memberi layanan, sebagai kawan bekerja dan sebagai

pembawa rasa kasih sayang.32

32
Sarip munawar. Peran guru PAI dalam mengembangkan
kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) siswa SMP Negeri 1
Ciwaru. Jurnal Ilmiah Educator. Vol. 4 No. 2. (Desember 2018). Hlm 97.
52

Peran guru dipandang strategis dalam usaha

mencapai keberhasilan proses belajar mengajar

apabila guru mau menempatkan dan menjadikan

posisi tersebut sebagai pekerjaan profesional. Dengan

demikian, guru akan disanjung, diagungkan dan

dikagumi, karena perannya yang sangat penting

diarahkan ke arah yang dinamis yaitu menjadi pola

relasi antara guru dan lingkungannya, terutama

siswanya.

Dalam perspektif Islam, mengemban amanat

sebagai guru bukan terbatas pada jabatan atau

pekerjaan seseorang, melainkan memiliki dimensi

nilai yang lebih luas dan agung, yaitu tugas

ketuhanan, kerasulan, dan kemanusiaan. Allah

mengajar semua makhluknya melalui tanda-tanda

dengan menurunkan wahyu. Guru juga mengemban

tugas kerasulan, yaitu menyampaikan pesan-pesan

Tuhan kepada umat Manusia.


53

Di sinilah peran dan fungsi guru begitu mulia

yang kedudukannya menyamai rasul Allah Swt. Yang

diutus pada suatu kaum (umat manusia). Peran guru

kelas, yakni:33

1) Guru sebagai pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh,

panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik,

dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus

memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang

mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan

disiplin.

2) Guru sebagai pengajar

Guru membantu peserta didik yang masih

berkembang untuk mempelajari sesuatu yang

belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan

memahami materi standar yang dipelajari.

33
E Mulyasa , Menjadi Guru Profesional menciptakan pembelajaran
kreatif dan
menyenangkan , ( Bandung : Rosdakarya , 2011 ) , 10, hal . 13
54

3) Guru sebagai pembimbing

Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan

tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan,

menetapkan jalan yang harus ditempuh,

menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai

kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan peserta didik.

4) Guru sebagai pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan

latihan keterampilan, baik intelektual maupun

motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak

sebagai pelatih.

5) Guru sebagai penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik,

bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak

memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan

dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk

menasehati orang.
55

6) Guru sebagai pembaharu

Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu

ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta

didik.

7) Guru sebagai model dan teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi para

peserta didik dan semua orang yang menganggap

dia sebagai guru. Sebagai teladan, tentu saja

pribadi dan apa yang dilakukan guru akan

mendapat sorotan peserta didik serta orang

disekitar lingkungannya yang menganggapnya

sebagai guru.

8) Guru sebagai pendorong kreativitas

Kreativitas merupakan hal yang sangat penting

dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk

mendemonstrasikan dan menunjukkan proses

kreativitas tersebut.
56

9) Guru sebagai evaluator

Seorang guru hendaknya menjadi seorang

evaluator yang baik.Kegiatan ini dimaksudkan

untuk mengetahui apakah tujuan yang telah

dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah

materi yang diajarkan sudah cukup tepat.34

Guru memiliki peran penting dalam membentuk

kesehatan sosial dan emosional anak, salah satunya

dengan membentuk iklim belajar di sekolah.35 Guru

dapat mengenalkan emosi dan melatih anak agar

memiliki keterampilan untuk mengelola emosidan

mengekspresikan emosio secara tepat.

Guru memiliki peranan yang sangat sentral, baik

sebagai perencana, pelaksana, maupun evaluator

pembelajaran. Hal ini berarati bahwa kemampuan

guru dalam menciptakan pembelajaran yang

34
Moh. Uzer Usman , Menjadi Guru Profesional , ( Bandung :
Rosdakarya , 2011 ) , h. 11
35
Mutmaimunah, peran guru dalam melatih anak mengelola emosi.
Jurnal pendidikan anak usia dini. Vol. 6 No. 1 (mei 20222). hlm 66.
57

berkualitas sangat menentukan keberhasilan

pendidikan secara keseluruhan.

Seorang guru dalam menjalankan tugasnya

memiliki peranan yang wajib dilakukan, salah

satunya disaat proses belajar mengajar guru memiliki

peran untuk dapat mensukseskan aktivitas

pembelajaran sehingga tercapai tujuan yang akan

dicapai. Kualitas pembelajaran sangat bergantung

pada kemampuan guru, terutama dalam memberikan

kemudahan belajar kepada peserta didik secara

efektif, dan efisien.

e. Macam-Macam Peranan Guru

Mengenai apa peranan guru itu ada beberapa

pendapat yang dijelaskan sebagai berikut:36

1) Prey Katz

menggambarkan peranan guru sebagai

komunikator, sahabat yang dapat memberikan

36
Sardiman, Interasi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta:
Rajawali Press, 2014) hal 143- 144
58

nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi

inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam

mengembangkan sikap dan tingkah laku serta

nilai-nilai orang yang menguasai bahan yang

diajarkan.

2) Havighurst

Menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah

sebagai pegawai dalam hubungan kedinasan,

sebagai bawahan terhadap atasan, sebagai kolega

dalam hubungan dengan teman sejawat, sebagai

mediator dalam menghubungkan dengan anak

didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan

pengganti orang tua

3) James W.Brown

mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru

antara lain menguasai dan mengembangkan

materi pelajaran, merencanakan dan


59

mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol

dan mengevaluasi kegiatan siswa.

4) Federasi dan organisasi profesional guru sedunia,

mengemukakan bahwa peranan guru di sekolah

tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga

berperan sebagai Transformers dan katalisator

dari nilai dan sikap.

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Guru

dalam Perkembangan Emosional

Dalam peranan guru yang harus dilaksanakan

oleh guru untuk memaksimal pembelajaran ataupun

hasil dari siswanya, pastilah ada faktor yang

mempengaruhi dalam pelaksanakan guru tersebut.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi peran guru

dalam perkembangan emosional usia anak sekolah

dasar:37

37
Ilham, “Perkembangan Emosi Dan Sosial Pada Usia Sekolah
Dasar”, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Dasar, Vol. 4 No. 1
(Desember 2020), 168.
60

1) Keadaan Anak

Keadaan individu pada anak yang sangat

berpengaruh yaitu pada keadaan fisiknya, misalnya

anak cacat tubuh ataupun kekurangan yang ada

pada diri anak akan sangat memengaruhi

perkembangan emosional, bahkan akan sangat

berdampak lebih pada kepribadian anak. Misalnya

anak akan mengalami rendah diri, mudah

tersinggung, mudah depresi, mudah marah, tidak

percaya diri atau bahkan anak akan menarik diri

dari lingkungannya.

2) Faktor Belajar

a) Belajar dengan Coba-Coba

Pada usia sekolah dasar anak-anak cenderung

menyukai hal yang baru sehingga anak akan

selalu melakukan hal dengan coba-coba. Anak

lebih sering belajar dengan coba-coba untuk

mengekspresikan dirinya, fikirannya dan


61

emosinya dalam bentuk perilaku yang

memberikan kepuasaan tersendiri untuk anak.

b) Belajar dengan Meniru

Belajar dengan meniru cenderung metode yang

sering dilakukan oleh anak usia sekolah, anak

senantiasa meniru dan mengamati hal-hal dari

orang lain sehingga anak akan meniru dan

bereaksi dengan emosi yang sama dengan orang

yang diamati.

c) Belajar dengan Mempersamakan diri

Anak mengamati emosional orang lain dengan

rangsangan yang membangkitakn emosi anak,

sehingga anak engan orang lain memiliki ikatan

emosional yang kuat. Anak mempersamakan

emosinya dengan emosi orang lain tersebut

sehingga anak mengagumi orang lain tersebut.

d) Belajar dengan Bimbingan dan Pengawasan


62

Anak dibimbing cara-cara berinteraksi dan

bereaksi pada lingkungan dengan emosi yang

benar. Anak dilatih untuk dapat menimbulkan

emosi yang baik menyenangkan untuk

lingkungan dan dicegah untuk menimbulkan

emosi yang kurang menyenangkan.

3) Konflik-konflik dalam Proses Perkembangan

Konflik-konflik yang sering terjadi dalam proses

perkembangan emosi anak adalah diri anak sendiri.

Setiap anak melalui berbagai konflik dalam

menjalani fase-fase perkembangan yang pada

umumnya dapat dilalui dengan sukses38. Akan

tetapi ketika anak tidk mengalami konflik biasanya

anak mengalami gangguan emosi pada dirinya.

38
Ilham, “Perkembangan Emosi Dan Sosial Pada Usia Sekolah
Dasar”, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Dasar, Vol. 4 No. 1
(Desember 2020), 169.
63

4) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga sangat berpengaruh pada

kondiisi anak. Dibawah pengasuhan keluarga akan

terbentuk emosi anak, akan mengarah kemana

emosi anak. Orang tua adalah lembaga yang

pertama kali mengajarkan individu anak dengan

keseharian contoh dari orang tuanya bagaimana

mengeksplorasi emosionalnya di dalam keluarga.

Keluarga sangat berpengaruh dalam menananmkan

nilai-nilai pengalaman emosional, dengan keluarga

memberikan pertumbuhan yang benar pada anak

maka anak akan mengalami pertumbuhan yang

benar. Cara dan metode pengasuhan keluarga akan

berpengaruh dengan perkembangan emosi anak.

Anak yang di kembangkan dengan keluarga yang

emosinya positif, maka perkembangan emosi anak

akan positif. Akan tetapi, kebiasaan orang tua yang

mengeksplorasi emosi negtaif dikeluarga seperti


64

bersifat agresif, mudah marah, kecewa dan pesimis

ketika menghadapi masalah maka perkembangan

emosi anak akan menjadi negatif.

Selain penjelasan diatas, adapula sejumlah faktor

dalam pelaksanaan tugas dan peran sebagai guru

yakni:

1) Belum lengkapnya sarana dan prasarana yang

memadai

2) Para guru mengalami kesulitan dalam

menemukan metode-metode mengajar yang tepat

bagi para siswa

3) Para guru mengalami kesulitan dalam

membimbing kegiatan belajar siswa

4) Para guru mengalami kesulitan untuk

menanamkan motivasi pada diri siswa

5) Para guru merasa kekurangan waktu dalam

melaksanakan tugas yang telah direncanakan.


65

3. PascaPandemi

Hal-hal yang dibahas dalam bagian ini adalah,

definisi pasca pandemi dan pelaksanaan pembelajaran

saat pascapandemi. Berikut pembahasannya:

a. Definisi PascaPandemi

Awal tahun 2020 manusia diseluruh dunia

dihebohkan dengan Pandemi Corona Virus Diseases

2019 (Covid-19) yang membuat kepanikan dimana-

mana. Covid-19 atau dikenal juga dengan Novel

Coronavirus menyebabkan wabah pneumonia di kota

Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019 dan

menyebar ke negara lainnya mulai januari 2020.

Indonesia sendiri mengumumkan adanya kasus

Covid-19 pada Maret 2020. Corona Virus Diseases

2019 atau virus corona merupakan keluarga besar

virus yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan

atas ringan hingga sedang, seperti penyakit flu.


66

Persebaran viru corona yang masih menyebar di

berbagai negara, memaksa untuk melihat kenyataan

bahwa dunia sedang berubah. Perubahan-perubahan

yang terjadi ada dalam bidangan teknologi, ekonomi,

politik hingga pendidikan di tengah krisis akibat

Covid-19.

Pandemi Covid-19 telah membawa akibat yang

meluas dan mendasar terhadap dunia pendidikan.39

Semua negara yang berdampak virus berupaya

melaksanakan layanan pendidikan sesaui tujuan

pendidikan. Indonesia juga menghadapi beberapa

tantangan nyata yang harus segera dicarikan

solusinya:40

1) ketimpangan teknologi antara sekolah di kota besar

atau daerah,

39
Titim Kurnia, “Pemenuhan Aspek Afektif Siswa Sekolah Dasar
Dalam Pembelajaran Jarak Jauh Melalui Komitmen Belajar Pada Masa
Pandemi Covid-19”, Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, Vol. 5 No. 2
(September, 2020), 40.
40
Hadi Warsito, dkk. Pembelajaran Online PascaPandemi Covid-19:
Identifikasi asalah Pembelajaran Daring. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa. Vol.
5 No. 1 (Februari 2022). Hlm 76.
67

2) keterbatasan kompetensi guru dalam pemanfaatan

aplikasi pembelajaran

3) keterbatasan sumberdaya untuk pemanfaatan

teknologi pendidikan seperti internet dan kuota

4) relasi guru-murid-orang tua dalam pembelajaran

daring yang belum integral.

Dalam hal ini pemerintah menerapkan

pembelajaran jarak jauh atau sering dikenal

pembelajaran daring. Pemberlakukan kebijakan

physical distancing yang kemudia menjadi dasar

pelaksanaan belajar dari rumah, dengan pemanfaatan

teknologi informasi yang berlaku secara tiba-tiba,

tidak jarang membuat pendidik dan siswa kaget

termsuk orang tua bahkan semua orang yang berada

dalam rumah.

Pembelajaran daring pembalajaran daring adalah

proses belajar mengajar terhadap guru dan siswa yang

saling berinteraksi dengan pemanfaatan jaringan


68

internet dengan sistem jarak jauh. Dalam proses

pembelajaran daring ini sistem pembelajaran

dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi yang

ada saat ini seperti menggunakan handphone atau

laptop.

Dalam jenjang SD/MI pembelajaran daring

dilaksanakan dengan menggunakan handphone

dengan strategi seperti grub kelas dalam aplikasi

Whatsapp untuk share materi yang akan di pelajari,

Video Call untuk berinteraksi secara tidak langsung

walaupun bertatap muka, dan aplikasi Class Room

juga untuk share materi dan tugas-tugas. Dalam hal

ini seorang guru dan siswa tidak dapat berinteraksi

secara langsung menyebabkan kurang efektifnya

proses pembelajaran sehingga guru kurang

mengontrol seberapa jauh siswa tersebut telah

mencapai kemampuannya.
69

Seiring berjalannnya waktu virus corona ini

mulai merendam pada tahun 2021, sehingga

pemerintah memberlakukan kebijakan agar segala

sesuatu nya berjalan seperti biasanya, bekerja di

tempat kerja, belajar di sekolah dan lainnya. Pada

tahun 2021 hingga saat ini dikenal dengan tahun atau

masa pasca pandemi, karena dunia khususnya

Indonesia baru sudah melewati tahun dimana adanya

virus Covid-19.

Dalam hal ini interaksi yang berlangsung antara

pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran

dengan sumber belajar yang tertuju pada lingkungan

sekitar belajar, sehinggan dengan ini peseerta didik

dapat mendapatkan pengalaman belajar untuk dapat

mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam hal ini dapat dilihat bahwa penting nya

interaksi, sumber belajar dan strategi pembelajaran

dalam proses pembelajarn berlamngsung. Akan


70

tetapi, dunia di kejutkan dengan mewabahnya

penyakit yang disebabkan oleh virus bernama corona

atau dikenal dengan covid-19 yang semakin lama

semakin merajalela sehingga pemerintah melakukan

kebijakan untuk sosial distancing (pembatasan

interaksi sosial).41

Dalam situasi ini pemerintah membuat keputusan

untuk meliburkan atau memindahkan proses

pembelajaran di rumah dengan cara pembelajaran

daring mulai sejak maret 2019 sampai juni 2020.

Seiringan berjalannya waktu wabah virus ini

mengalami angka penurunan sehingga pemerintah

mengambil kebijakan untuk pembelajaran tatap muka

kembali atau sering dikenal pasca pandemi atau new

normal.

41
Rio Erwan Pratama Dan Sri Mulyati, “Pembelajaran Daring Dan
Luring Pada Masa Pandemi Covid-19”, Gagasan Pendidikan Indonesia, Vol. 1
No. 2 (Desember 2020), 50.
71

Istilah pasca pandemi atau new normal ini

merupakan kondisi/kebiasaan perilaku sosial individu

dalam suatu lingkungan yang muncul setelah Covid-

19. Pada masa ini siswa diharuskan menyesuaikan

diri dengan keadaan pasca pandemi ini, seperti selalu

mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan

oleh pemerintah.

Jadi dapat peniliti simpulkan bahwa

pembalajaran pasca pandemi adalah kembalinya

proses belajar mengajar terhadap guru dan siswa yang

saling berinteraksi secara langsung disekolah dengan

selalu mematuhi protokol kesehatan.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Saat PascaPandemi

Pembelajaran secara daring telah menjadi

tuntutan dunia pendidikan sejak beberapa tahun

terakhir. Dalam pelaksanaan pembelajaran daring

dibutuhkan koordinasi di antara semua pihak agar

berjalan secara maksimal. Pelaksanaan pembelajaran


72

pascapandemi ini dilaksanakan seperti pembelajraan

tatap muka seprti biasanya sebelum virus Covid-19

melanda, hanya saja ada perbedaan dalam situasi dan

kondisi sosial, kedaaan lingkungan, siswa dan guru

harus mulai beradaptasi kembali dengan keadaan

setelah Covid-19.

Pelaksanaan proses pembelajaran pasca pandemi

ini dapat dilaksanakan seperti pembelajaran tatap

muka biasanya dengan mematuhi prototkol seperti

pada saat pembelajaran memakai masker, berjaga

jarak, sering cuci tangan, memakai handsanitaizer,

tidak boleh bertukar-tukar tempat duduk, meminjam

alat tulis, tidak boleh bersentuhan baik dengan sesama

siswa maupun dengan guru.

B. Penelitian Relevan Terdahulu

1. Sarip Munawar Holil, 2018. Peran Guru PAI Dalam

Mengembangkan Kecerdasan Emosional (EQ) Dan

Kecerdasan Spiritual (SQ) Siswa SMP 1 Ciwaru. Hasil


73

dari penelitian ini adalah bahwa guru PAI di SMP 1

Ciwaru telah berperan sebagai layaknya seorang guru,

meskipun tidak semua sesuai dengan yang dikatakan oleh

Syaiful Bahri Djamarah pada teori diatas. Persamaan

pada penelitian ini adalah memiliki persamaan dalam

membahas tentang peran guru. Perbedaan pada penelitian

ini adalah penelitian ini membahas tentang peran guru

PAI.

2. Anthony Anggrawan, 2019. Analisis Deskriptif Hasil

Belajar Pembelajaran Tatap Muka dan Pembelajaran

Daring Menurut Gaya Belajar Mahasiswa. Hasil dari

penelitian ini adalah mahasiswa dengan gaya belajar

auditori dan visual yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran daring memiliki nilai rata-rata hasil belajar

lebih unggul dibandingkan dengan mahsiswa yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran tatap muka; dan

tidak ditemukan adanya perbedaan nilai rata-rata hasil

belajar mahasiswa kinestik antara mahasiswa yang


74

dibelajarkan dengan pembelajaran tatap muka dengan

mahasiswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran

daring. Persamaan dalam penilitian ini yaitu memiliki

persamaan dalam membahas pembelajaran daring

sedangkan perbedaannya peneliti membahas hasil belajar

pada sistem pembelajaran daring dan pembelajaran tatap

muka.

3. Henni Marsari, dkk, 2021. Perkembangan Emosi Anak

Usia Sekolah Dasar. Hasil dari penelitian ini adalah

perkembangan emosi siswa sekolah dasar penting untuk

diketahui agar proses pembelajaran yang dilaksanakan

disekolah dapat berjalan dengan baik, karakteristik utama

perkembangan emosi siswa sekolah dasar ditandai

dengan siswa sudah memahami kaidah dan aturan yang

berada dilingkungan, terdapat empat faktor yang

memengaruhi perkembangan emosi siswa sekolah dasar

yaitu keadaan siswa, faktor belajar, konflik

perkembangan dan lingkungan keluarga. Pada penelitian


75

ini memiliki persamaan yaitu membahas tentang

perkembangan emosi anak usia sekolah dasar sedangkan

perbedaanya pada penelitian ini tidak membahas tentang

perkembangan emosi pada saat pembelajaran daring

dengan pasca pembelajaran daring.

4. Heri Kurnia dan Joko Wahono, 2021. Pengaruh

Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Siswa SMA

Negeri 5 Yogyakarta. Hasil pada penelitian ini adalah

kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap

prestasi belajar PPKn dengan total pengaruh sebesar

5,9%, pengaruh positif ini bermakna semakin

meningkatnya kecerdasan emosional seseorang siswa

maka akan berpengaruh terhadap prestasi belajar PPKn

siswa. Pada penelitian ini memiliki persamaan dalam

membahas emosional anak, sedangkan perbedaan nya

penilitian ini membahas kecerdasaan emosional pada

prestasi belajar PPKn anak.


76

5. Ilham, 2020. Perkembangan Emosi dan Sosial Pada Anak

Usia Sekolah dasar. Hasil pada penelitian ini adalah

perkembangan emosional anak usia dini melalui

beberapan tahapan usia, mulai dari usia 18 bulan anak

mulai belajar mengenal keluarga dan lingkungan

sekitarnya sampai pada tah usia 5-12 tahun. Dan pada

realitas pola perilaku sosial anak mulai dari meniru, kerja

sama, simpati, dan empati. Persamaan pada penelitian ini

yaitu memiliki kesamaan dalam membahas

perkembangan emosional anak pada usia sekolah dasar,

sedangan perbedaan pada penelitian ini yaitu tidak

membahas tentang perkembangan sosial anak.


77

C. Kerangka Pemikiran Teoritis

Peran Guru Kelas

Perkembangan
Emosional Siswa

Faktor Yang Mempengaruhi


Perkembangan Emosional
Siswa

Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Berpikir


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan

menggunakan pendekatan kualitatif yaitu suatu rumusan

masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dua

atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara

menyeluru, luas dan mendalam.42 Peneliti melakukan

penelitian lapangan. Adapun metode yang digunakan dalam

hal ini adalah deskriptif analisis data yang diperoleh berupa

kata-kata, gambar. Perilaku, tidak dituangkan dalam bentuk

bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk

kualitatif yang memiliki arti lebih dari sekedar angka dan

frekuensi.

Penelitian deskriptif kualitatif adalah metode penelitian

ynag bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan

42
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D,(Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 209.

78
79

mendalam tentang realitas sosial dan berbagai fenomena

yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek penelitian

sehingga menggambarkan ciri, karakter, sifat dan model dari

fenomena tersebut.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IV SDN 141

Bengkulu Utara dan waktu penelitian dilakukan pada 06

April – 28 Mei 2022.

C. Sumber Data

Sebuah data tidak akan mungkin dapat diperoleh tanpa

sumber data. Betapapun menariknya permasalahan suatu

topik penelitian, bila sumber datanya tidak tersedia,

penelitian tersebut tidak memiliki arti, karena tidak bisa

diteliti untuk dipahami.Beragam sumber data dalam

penelitian kualitatif dapat dikelompokkan jenis dan

posisinya, mulai dari yang paling nyata hingga yang samar-

samar, mulai dari yang primer hingga sekunder. Oleh sebab

itu, dalam memilih sumber data peneliti harus benar-benar


80

berpikir mengenai kelengkapan informasi yang akan

dikumpulkan juga berkaitan dengan validitasnya.43

Dalam penelitian kualitatif purposive sampling adalah

teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya

orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang

kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga

akan memudahkan peneliti menjelajahi objek situasi yang

diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian

adalah guru kelas , yang dianggap paling mengetahui

informasi berkaitan dengan pendidikan karakter religius yang

menjadi objek penelitian ini.

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah penekanan pada sudut yang lebih

luas dan lebih dalam (ketimbang penelitian kuantitatif yang

memiliki sudut pandang lebih sempit, seperti hanya menguji

43
Farida Nugrahani, Metode Penelitian Kualitatif ( Solo : Cakra Boks ,
2014) Hal.108 dan
109
81

hipotesis). Dalam hal ini, penelitian kualitatif mempelajari

keluasan dan kedalaman suatu fenomena untuk mengungkap

secara lebih kaya dan lebih bermakna tentang suatu

fenomena yang menjadi objek penelitian tentang peran guru

kelas dalam perkembangan emosional siswa pasca pandemi

di kelas IV SDN 141 Bengkulu Utara.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan

penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara

langsung dan sistematis. Data-data yang diperoleh dalam

observasi itu dicatat dalam suatu catatan observasi.

Kegiatan pencatatan dalam hal ini adalah merupakan

bagian daripada kegiatan pengamatan44.Tujuan

dilakukannya observasi untuk melihat langsung

permasalahan yang terjadi di lapangan, sehingga dapat

menyakinkan hal-hal yang terjadi berkaitan dengan

44
Sudaryono, Metode Penelitian, (Jakarta:Prenadamediagroup,
2016),hlm. 90.
82

penelitian. Pada penelitian ini peneliti melakukan

observasi terhadap guru kelas IV SDN 141 Bengkulu

Utara saat memulai pembelajaran hingga akhir

pembelajaran.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal

dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit/kecil.Teknik pengumpulan data ini

mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau

self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan

atau keyakinan pribadi.

Pada penelitian ini peneliti menggunakn

wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan

sebagai teknik pengumpulan data, bilapeneliti atau

pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang


83

informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu

dalarn melakukan wawancara, pengumpul data telah

menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-

pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah

disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap

responden diberi pertanyaan yang sarna, dan pengurnpul

data rnencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini

pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa

pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap

pewawancara rnernpunyai ketrarnpilan yang sarna, rnaka

diperlukan training kepada calon pewawancara.45 Topik

pada wawancara ini adalah membahas tentang peran guru

kelas dalam perkembangan emosional siswa pada masa

pasca pandemi ini.

45
Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&. D. hal.138
84

Tabel 2.1 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara


N Variabel Indikator Sub Indikator No
o Item
1. Peran Guru a. Pendidik Sebagai 1,2,3
Kelas pendidik ,4
dalam proses
pembelajaran
dan dalam
perkembangan
emosional
siswa
b. Mediator Menjadi media 5
yang baik
untuk
perkembangan
emosional
siswa
c. Fasilitator Menjadi 6
fasilitas yang
baik untuk
perkembangan
emosional
siswa
d. Model Dan Menjadi 7
Tauladan contoh dan
panutan yang
baik untuk
perkembangan
emosional
siswa
e. Motivator Menjadi 8
motivator yang
baik untuk
perkembangan
emosional
siswa
85

f. Pembimbing Menjadi 9, 15
dan pembimbing
Evaluator yang baik
untuk
perkembangan
emosional
siswa
2. Perkembangan a. Perkemban a) Mengenali 10
Emosional gan Emosi diri
Siswa Emosioanl sendiri
PascaPandemi b) Mengelolah 11
emosi
c) Mengenali 13,
emosi 14
orang lain
d) Berkerjasa 12
ma dengan
orang lain
b. Faktor yang a) Faktor 16
Mempengar Pendukung
uhi b) Faktor 17
Penghamba
t

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah daftar tulisan, gambar atau

benda yang dapat dijadiakan bukti dalam penelitian.

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menyelidiki


86

benda-benda seperti buku, majalah, dokumen yang

berkaitan dengan objek yang akan diteliti.

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-

data tentang peran guru dalam perkembangan emosional

siswa pasca pandemi di kelas IV SDN 141 Bengkulu

Utara, kegiatan guru saat memulai pembelajaran sampai

akhir pembelajaran, kegiatan guru rapat dengan guru

lainnya, kegiatan musyawarah seluruh dewan guru,

sarana dan prasarana yang menunjang, struktur

kepengurusan, dan foto-foto kegiatan proses

pembelajaran berlangsung.

F. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas data

(validitas internal), uji depenabilitas (reliabilitas) data, uji

transferabilitas (validitas eksternal/generalisasi), dan uji

komfirmabilitas (obyektivitas). Namun yang utama adalah

uji kredibilitas data. Uji kredibilitas dilakukan dengan

perpanjang pengamatan, meningkatkan ketekunan,


87

triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, mengecek, dan

analisis kasus negatif.46

Dalam penelitian, setiap temuan penelitian harus dicek

keabsahannya agar hasil penelitian dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat dibuktikan

keabsahannya.Untuk mengecek keabsahan temuan ini teknik

yang dipakai adalah.

1. Triangulasi data/sumber

Triangulasi sumber dapat dilakukan dengan cara

melakukan pengecekan data yang telah diperoleh melalui

berbagai sumber. Pada tringulasi ini peneliti tidak hanya

menggunakan informai dari satu informan saja, tetapi dari

para informan dilingkungan tempat peneliti yang meliputi

guru, kepala sekolah dan salah satu siswa kelas IV SDN

141 Bengkulu Utara.

46
Sugiono Sugiono. Metode penelitian kualitatif, kuantitatif, dan R&D.
(Bandung;ALPABETA. 2013) H. 240
88

2. Trianggulasi waktu

Tringulasi waktu yaitu dilakukan dengan cara melakukan

pengecekan dengan wawancara, observasi, atau metode

lain dalam waktu yang berbeda.47 Misalnya

mengidentifikasi faktor penghambat dan pendukung,

maka informan sebelumnya yang telah dilakukan

wawancara mendalam, diulangi wawancanya pada waktu

dan situasi berbeda.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu

analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya

dikembangkan menjadi hipotesis. Proses analisi data

dilakukan sejak pengumpulan data. Namun demikian tahap

analisis data setelah pengumpulan data memang meru[akan

kegiatan yang esensial dan memerlukan kecermatan peneliti.

Aktivitas dalam analisis data, data reduction, data display,

47
Sugiono.Metode penelitian kualitatif, dan R&D. (Bandung;
ALPABETA. 2013).Hal. 273
274
89

dan data conclusion/verification. Langkah (1) peneliti

melakukan reduksi data, reduksi data diartikan sebagai

merangkum, memilij hal-hal yang pokokm nenfokuskan pada

hal-hal yang penting. Setelah data yang diperoleh dari hasil

observasi dan wawancara dengan guru kelas IV SDN 141

Bnegkulu Utara yang ada, maka data tersebut dipilih

kemudian dirinci dan ditulis sehingga bisa mengetahui cara

untuk dapat mengatasi perkembangan emosional siswa pada

masa pasca pandemi. (2) reduksi data, setelah data direduksi

maka langkah selanjutnya adalah penyajian data, data

disajikan dalam bentuk laporan atau catatan laporan tertulis

mengenai peran guru dalam membentuk perkembangan

emosional siswapasca pandemi. (3) verifikasi data yang

dilakukan dalam kegiatan ini yaitu membuat kesimpulan dari

data-data yang telah diambil dan membandingkan dnegan

teori-teori yang cocok dengan peran guru dalam

perkembangan emosional pasca pandemi.


90

Patton (1980) menyatakan bahwa suatu proses mengatur

urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,

kategori dan satuan uraian dasar. Adapun penafsiran, yaitu

memberikan arti yang signifikan terhadap analisis

menjelaskan pola urutan, dan mencari hubungan di antara

dimensi-dimensi uraian. Maka penafsiran pada hakikatnya

memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau

kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep dan

menggambarkan perspektif penelitian.


BAB IV

HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN

A. Fakta Temuan Penelitian

1. Sejarah SDN 141 Bengkulu Utara

SDN 141 Bengkulu Utara tumbuh dan

berkembang melewati proses yang bervariasi. Sekolah

berdiri pada tahun 1986, tepat di Jln. Lintas Sumatera

Desa Samban Jaya Kecamatan Batik Nau Kabupaten

Bengkulu Utara Provisin Bengkulu. SDN 141 Bengkulu

Utara saat ini telah terakredetasi B.48

Pada tahun 1986 masa kepemimpinan bapak

Yanto lembaga ini bernama SDN 56 Batik Nau, pada

tahapan awal ini masih banyak kekurang dari bangunan

sekolah yang masih seadanya, ruang-ruang kelas masih

terbatas dan masih minimnya siswa. Seiring berjalannya

waktu hingga pada tahun 1995 mengalami perubahan

48
Hasil wawancara dengan informan Bapak Doremi, S.Pd selaku
kepala sekolah SDN 141 Bengkulu Utara pada tanggal 15 April 2022.

91
92

literasi nama menjadi SDN 39 Batik Nau, mengalami

perubahan yang lebih baik. Bangunan mulai teronovasi,

siswa yang mulai banyak, kegiatan-kegiatan sekolah

yang mulai aktif.

Dibawah pimpinan bapak Bernad Sihombing, S.Pd

pada tahun 2002 mengalami literasi nama kembali

menjadi SDN 11 Batik Nau sampai pada tahun 2016.

Dimasa pimpinan bapak Bernad Sihombing, S.Pd ini

mengalami perubahan yang cukup pesat diantara nya

komite mulai berjalan dengan baik, bangunan sekolah

mulai tercukupi dan siswa-siswa pun terbilang banyak.

Pada tahun 2007 bangunan sekolah mengalami

kerusakan yang terbilang parah dikarenakan gempa bumi

demi yang melanda kota Bengkulu khususnya di desa

Samban Jaya.

Pada tahun 2012 mengalami literasi kepala

sekolah yang digantikan oleh bapak Wagirun, S.Pd. pada

masa kepemimpinan bapak Wagirun, S.Pd kegiatan


93

ekstrakulikuler mulai aktif seperti kegiatan Pramuka dan

alat musik pianika. Dibawah pimpinan bapak Wagirun,

S.Pd di tahun 2017 mengalami perubahan literasi nama

menjadi SDN 141 Bengkulu Utara.

Dimasa ini seluruh tata tertib guru dan siswa

menjadi lebih ketat dan tegas, hingga akhirnya terjadi

pergantian kepala sekolah di tahun 2020 dengan bapak

Doremi, S.Pd hingga saat ini, yang telah mengalami

perubahan-perubahan yang sangat baik dengan memiliki

jumlah tenaga kerja 9 guru dan 88 siswa.

2. Profil SDN 141 Bengkulu Utara


Tabel 4.1 Identitas Tabel
No. Identitas Sekolah
1. Nama Sekolah SDN 141 Bengkulu Utara
2. Nomor Induk 10700420
Sekolah
3. Nomor Statistik 101260115011
Sekolah
4. Alamat Sekolah Jln. Simpang 5 Desa
samban Jaya Kec. Batik
Nau Kab. Bengkulu Utara
5. Status Sekolah Negeri
6. Tahun Berdiri 1986
7. Akredetasi B
8. Kegiatan Belajar Pagi
Mengajar
94

9. Luas Bangunan L:8M P : 50 M


10. Lokasi Sekolah Desa Samban Jaya
11. Jarak Pusat Otoda 30 km
12. Organisasi Pemerintah
Penyelenggara
Sumber Data: Arsip SDN 141 Bengkulu Utara

3. Visi, Misi dan Tujuan SDN 141 Bengkulu Utara

a. Visi

Menciptakan sumber daya manusia dan lingkungan

yang berprestasi, asri, terampil dan beriman.49

b. Misi

1. Mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar

membentuk sumber daya manusia yang aktif,

kreatif, inovatif sesuai dengan perkembangan

zaman.

2. Membangun citra sekolah sebagai mitra

terpercaya masyarakat.

3. Menggalakan kegiatan keagamaan.

49
Hasil wawancara dengan informan Bapak Doremi, S.Pd selaku
kepala sekolah SDN 141 Bengkulu Utara pada tanggal 15 April 2022.
95

4. Menjalin kerja sama dengan masyarakat dan

instansi terkait.50

c. Tujuan

1. Siswa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa dan berakhlak mulia.

2. Siswa sehat jasmani dan rohani.

3. Siswa memiliki dasar-dasar pengetahuan,

kemampuan dan keterampilan untuk melanjutkan

pendidikan jenjang yang lebih tinggi.

4. Mengenal dan mencintai bangsa, masyarakat dan

kebudayaanya.

5. Siswa kreatif, terampil dan bekerja untuk dapat

mengembangkan diri secara terus menerus. 51

50
Hasil wawancara dengan informan Bapak Doremi, S.Pd selaku
kepala sekolah SDN 141 Bengkulu Utara pada tanggal 15 April 2022.
51
Hasil wawancara dengan informan Bapak Doremi, S.Pd selaku
kepala sekolah SDN 141 Bengkulu Utara pada tanggal 15 April 2022.
96

4. Keadaan Guru SDN 141 Bengkulu Utara


Tabel 4.2 Keadaan Guru SDN 141 Bengkulu Utara
No. Nama Jabatan
1. Doremi, S.Pd Kepala Sekolah
196402251989081001
2. Karsinah, S.Pd Guru kelas 1
196208151986042003
3. Hairumin, S.Pd Guru Penjaskes
196910102001031003
4. Yana Juwita Nababan, S.Pd Guru Kelas 6
1506045
5. Yeni Rahayu, S.Pd Guru Kelas 5
1406361
6. Sri Suwarni, S.Pd Guru Kelas 4
1911007
7. Nirwana, S.Pd Guru Kelas 3
8. Navita Dwi Lestari, S.Pd Guru Agama
Islam
9. Fauri Muamanah Guru Kelas 2
Sumber Data: Arsip SDN 141 Bengkulu Utara tahun 2022

5. Keadaan Siswa SDN 141 Bengkulu Utara


Tabel 4.3 Keadaan Siswa SDN 141 Bengkulu Utara
No. Kelas Jumlah
1. Kelas 1 16 Siswa
2. Kelas 2 10 Siswa
3. Kelas 3 9 Siswa
4. Kelas 4 18 Siswa
5. Kelas 5 25 Siswa
6. Kelas 6 11 Siswa
Jumlah 89 Siswa
Sumber Data: Arsip SDN 141 Bengkulu Utara tahun 2022
97

6. Sarana dan Prasarana SDN 141 Bengkulu Utara


Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana
No. Sarana Prasarana Jumlah Keadaan
1. Ruang kelas 6 Baik
2. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
3. Ruang Guru 1 Baik
4. WC 2 Baik
5. Lapangan 1 Baik
6. Meja 100 Baik
7. Kursi 100 Baik
8. Perpustakaam 1 Kurang Baik
9. Papan Tulis 7 Baik
Sumber Data: Arsip SDN 141 Bengkulu Utara tahun 2022

B. Hasil Penelitian

1. Peran Guru Dalam Perkembangan Emosional Siswa

Pasca Pandemi di Kelas IV SDN 141 Bengkulu Utara

Pada penelitian ini penulis telah melakukan

penelitian di SDN 141 Bengkulu Utara hasil yang

didapat bahwasanya terdapat peranan yang dilakukan

guru pada perkembangan emosional siswa. Hal tersebut

dibuktikan dengan hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi yang peneliti lakukan mengenai peran guru

pada perkembangan emosional siswa pasca pandemi di

SDN 141 Bengkulu Utara.


98

Dalam berproses pastilah ada hambatan seperti

halnya kegiatan belajar mengajar dan segala aktivitas

yang ada di dalamnya, dalam lokasi penelitian yang saya

amati di SDN 141 Bengkulu Utara ada beberapa hal

yang menyebabkan terhambatnya proses pemahaman

tentang emosional kepada siswa. Di antaranya

lingkungan tempat siswa bergaul tempat siswa

menganggap semua pertemanan baik dan tidak

memikirkan dampaknya, kemudian media massa juga

dapat mempengaruhi pemikiran, tindakan, bahkan

emosional siswa.

Ada beberapa peran yang dilakukan oleh guru pada

perkembangan emosional siswa diantaranya:

a. Sebagai Pendidik

Pada analisis wawancara yang telah di lakukan

peniliti terhadap guru melalui pengamatan peneliti

terhadap peran guru sebagai pendidik, bahwasanya

guru kelas IV sudah cukup baik dalam menjalankan


99

tugas nya sebagai pendidik, terlihat dari pengamatan

yang dilakukan peniliti bahwasannya guru telah

mendidik siswa dengan baik dalam proses

pembelajaran maupun diluar jam pelajaran. Peran

guru sebagai pendidik dalam perkembangan

emosional siswa terlihat dari guru yang selalu

memberitahu, mengajarkan hal-hal yang baik untuk

siswa termasuk dalam mengendendalikan emosional

siswa. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang

telah dilakukan dengan guru kelas IV Ibu Sri

Suwarni, S.Pd :

“Menurut saya, peran guru sebagai pendidik


sangat dibutuhkan dalam perkembangan
emosional siswa apalagi di masa
pascapandemi ini, sebab pendidik merupakan
guru memberikan ilmu dan pengetahuan
kepada siswa tidak hanya memberi ilmu
teteapi guru juga mengarahkan, melatih,
mendamping siswa pada tingkat kedewasaan
yang berkepribadian sempurna. oleh sebab itu
peranan saya sebagai pendidik itu adalah harus
memberikan, mengarahkan, serta
mendampingi siswa agar selalu terkontrol
100

perkembangan pengetahuan maupun


perkembangan afektifnya.”52

Dari hasil wawancara dengan guru kelas IV dapat

dijelaskan bahwa dirinya setuju jika peran guru

sebagai pendidik dibutuhkan dalam perkembangan

emosional siswa. Menurutnya itu adalah hal yang

paling efektif dalam proses kegiatan belajar

mengajar. Dalam hal ini guru tentunya harus sigap

untuk selalu mendidik siswa dalam hal apa pun.

Peran guru sebagai pendidik pada perkembangan

emosional berhubungan dengan pengendalian atau

mengolah emosional nya sendiri dan mengenali

emosi orang lain.

b. Sebagai Mediator

Pada analisis wawancara yang telah di lakukan

peniliti terhadap guru melalui pengamatan peneliti

terhadap peran guru sebagai mediator, bahwasanya

52
Hasil Wawancara dengan informan Sri Suwarni, S.Pd selaku guru
kelas IV. Tanggal 06 April 2022.
101

guru kelas IV sudah mengunakan media

pembelajaran yang menarik, media yang di gunakan

juga bermacam-macam hal ini di lihat dari guru yang

menyampaikan matei melalui media seperti gambar,

poster, buku-buku, dan lain sebagainya hal ini terlihat

ketika peroses belajar mengajar berlangsung guru

dapat memilih media ynag cocok dengan materi yang

di sampaikan.

Tidak hanya dengan media yang terkait dengan

materi tetapi guru menjadikan dirinya sebagai media

untuk siswa dalam berhubungan baik antara siswa

dan guru saling berinteraksi yang baik dalam proses

pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Guru

menempatkan dirinya sebagai media pendidikan yang

baik oleh karena itu guru harus memiliki kemampuan

pemahaman dan pengetahuan yang baik. Hal ini

sesuai dengan hasil wawancara yang telah peniliti

lakukan dengan guru kelas IV Ibu Sri Suwarni, S.Pd :


102

“Menurut saya, peran guru sebagai mediator


juga sangat dibutuhkan dalam perkembangan
emosional siswa apalagi di masa pasca
pandemi ini, sebab media pendidikan
merupakan alat komunikasi untuk lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar. oleh
sebab itu peranan saya sebagai mediator itu
adalah harus memberikan dan memiliki serta
menyiapkan pengetahuan dan pemahaman
yang cukup untuk dijadikan sebagai media
pembelajaran.”53

Dari hasil wawancara dengan guru kelas IV dapat

dijelaskan bahwa dirinya setuju jika peran guru

sebagai mediator dibutuhkan dalam perkembangan

emosional siswa. Menurutnya itu adalah hal yang

paling efektif dalam proses kegiatan belajar

mengajar. Dalam hal ini guru tentunya harus sigap

untuk selalu membimbing siswa dalam hal apa pun.

Peran guru sebagai mediator pada perkembangan

emosional berhubungan dengan kemampuan siswa

berkerja sama dengan orang lain baik dengan guru di

sekolah atau dengan masyarakat di lingkungannya.


53
Hasil Wawancara dengan informan Sri Suwarni, S.Pd selaku guru
kelas IV. Tanggal 06 April 2022.
103

c. Sebagai Fasilitator

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah di

lakukan peneliti, Peranan guru sebagai fasilitator

sudah cukup berjalan di dalam kelas hal ini di analisis

melalui wawancara serta pengamatan yang di lakukan

di dalam kelas. Sebelum belajar, guru selalu

mengarahkan siswa untuk merapikan bangku dan

meja, memeriksa sampah di dalam kelas, dan

memberikan kemudahan dalam proses belajar

mengajar, guru juga menanyakan kesiapan siswa

sebelum di mulainya pembelajaran dan menyediakan

suasana pembelajaran yang nyaman seperti membuka

jendela agar udara masuk.

Kemudian dalam pelaksanaan pembelajaan di

mulai, peneliti juga melihat guru memudahkan dan

membantu mencarikan solusi terhadap siswanya yang

mendapatkan masalah saat perlengkapan belajar

ketinggalan dan tidak lengkap sehingga guru begerak


104

cepat mencarikan pinjaman serta meminjami untuk

siswa tersebut, agar siswa tidak ada alasan untuk

malas belajar. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara

yang telah peneliti lakukan pada guru kelas IV ibu Sri

Suwarni, S.Pd :

“Peran saya seorang guru sebagai fasilitator


adalah dengan menyiapkan dan menyediakan
serta mengusahakan sumber belajar yang
diperkirakan berguna untuk dapat menunjang
pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar
seperti buku majalah surat kabar dan fasilitas
pembelajaran lainnya. Hal ini tentunya sangat
baik dalam menumbuhkan perkembangan
emosional siswa. Cara yang baik dalam
perkembangan mereka guru sebagai fasilitator
itu dapat diartikan bagi saya sebagai langkah
untuk memfasilitasi atau untuk memudahkan
sesuatu dalam proses atau kegiatan untuk
mencapai tujuan dan ajaran yang telah
ditargetkan kita dirumuskan oleh para
pendidik untuk siswa di kelas.”54

Hal ini dikuatkan juga pada hasil wawancara

dengan Kepala Sekolah SDN 141 Bengkulu Utara

Bapak Doremi, S.Pd :

54
Hasil Wawancara dengan informan Sri Suwarni, S.Pd selaku guru
kelas IV. Tanggal 06 April 2022.
105

“Upaya sekolah dalam menangani


perkembnagan emosional siswa khususnya di
masa pasca pandemi ini dengan memberikan
bimbingan konseling kepada setiap siswa
melalui guru kelas masing-masing, sehingga
setiap perkembangan emosional siswa dapat
terkontrol dengan jelas mana perkembangan
emosional siswa yang baik mana yang masih
kurang baik.”55

Dari hasil wawancara dengan guru kelas IV dan

kepala sekolah dapat dijelaskan bahwa dirinya setuju

jika peran guru sebagai fasilitator dibutuhkan dalam

perkembangan emosional siswa. Menurutnya itu

adalah hal yang paling efektif dalam proses kegiatan

belajar mengajar.

Peran guru sebagai fasilitator pada perkembangan

emosional berhubungan dengan kemampuan siswa

dalam mengenali emosi diri siswa tersebut, siswa

dapat memahami emosi apa yang sering timbul di

dalam dirinya dan guru memiliki peran penting

55
Hasil wawancara dengan informan Bapak Doremi, S.Pd selaku
kepala sekolah SDN 141 Bengkulu Utara pada tanggal 15 April 2022.
106

sebagai fasilitator untuk membantu siswa mengenali

emosi di dirinya.

Oleh sebab itu sebagai guru tentunya harus sigap

dalam menangani masalah yang di hadapi siswa.

Apalagi menjalankan peranan sebagai fasilitator dan

tentunya hal ini dapat bedampak baik untuk

perkembangan emosional siswa, sebab dapat

menumbuhkan sikap saling berbagi dan saling

membantu.

d. Sebagai Motivator

Berdasarkan analisis wawancara dan proses

penelitian yang telah dilakukan, dapat di jelaskan

bahwasanya peran guru sebagai motivator dalam

menumbuhkan kecerdasan emosional peserta didik

sudah di terapkansaat memulai pembelajaran dan

setelah pembelajaran selesai. Pada saat proses

menyediakan materi pembelajaran, guru memberikan


107

semanagat dan dorongan terhadap siswa nya yang

tidak besemangat dan bergairah untuk belajar.

Dalam pengamatan yang dilihat peniliti, saat ada

siswa yang malas menulis dan menyelesaikan tugas,

guru terlihat mendekati siswa dan memberikan

semangat dorongn motivasi agar siswa tersebut mau

menulis dan mgerjakan tugas yang di berikan, guru

juga memperhatikan apa yang di mau oleh siswa,

sehingga guru mengetahui hal yang menjadi dasar

untuk memberikan motivasi terhadap siswa. Hal ini

sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan

oleh peneliti pada guru kelas IV ibu Sri Suwarni,S.Pd

“peran guru sebagai motivator dalam


perkembangan emosional siswa adalah dengan
memberikan motivasi setiap saat serta
membangkitkan semangat belajar siswa
sehingga membentuk perilaku belajar siswa
yang baik dan efektif. Banyak siswa yang
terbawa akan suasana hati dari dalam
lingkungan keluarganya ke sekolah oleh sebab
itu saya sebagai guru dan juga berperan
sebagai motivator adalah memberikan mereka
108

masukan serta penguatan dan pencerahan


untuk selalu semangat giat dalam pencapaian
sebuah hasil belajar yang baik bagi mereka
dan pengaruh yang baik dalam diri mereka.”56

Hal ini dikuatkan pada wawancara dengan siswa

kelas IV, berikut beberapa contoh dari hasil

wawancara yang telah peniliti lakukan dengan siswa

kelas IV :

Informan Nando, umur 9 tahun selaku siswa kelas

IV mengatakan bahwa :

“ibu guru selalu memberikan semangat dan


motivasi ke saya saat belajar dikelas dan
kadang pada saat istirhata juga.”

Informan Alsa, umur 9 tahun selaku siswa kelas IV

mengatakan bahwa :

“ibu guru selalu memberikan semangat dan


motivasi kepada kami sebelum dan sesudah
pembelajaran, agar kami melaksanakan belajar
dengan hati senang. ”

56
Hasil Wawancara dengan informan Sri Suwarni, S.Pd selaku guru
kelas IV. Tanggal 06 April 2022.
109

Informan Rahmat, umur 10 tahun selaku siswa

kelas IV mengatakan bahwa :

“iya, ibu guru selalu memberikan semangat


kepada kami di pagi hari dan ibu guru selalu
memberi motivasi kepada kami sebelum kami
pulang sekolah.”

Dari hasil wawancara dengan guru dan siswa kelas

IV dapat dijelaskan bahwa dirinya setuju jika peran

guru sebagai motivator dibutuhkan dalam

perkembangan emosional siswa. Menurutnya itu

adalah hal yang paling efektif dalam proses kegiatan

belajar mengajar. Dalam hal ini guru tentunya harus

sigap untuk selalu membimbing siswa dalam hal apa

pun.

Peran guru sebagai motivator pada perkembangan

emosional berhubungan dengan kemampuan siswa

dalam mengelolah emosi sendiri. Dalam hal ini

sebagai guru harus sigap dalam menangani siswa

karena dimasa pascapandemi ini masih terdapat


110

banyak siswa yang bermalas-malasan dalam belajar

saat inilah peran guru sebagai motivator diperlukan

dalam perkembangan emosional siswa.

e. Sebagai Pembimbing

Berdasarkan analisis pengamatan yang telah di

lakukan, disimpulkan bahwa guru telah membimbing

serta menyalurkan arahan kepada siswa yang

berhubungan dngan perkembangan kepribdian di

dalam diri peserta didik. Hanya saja menurut analisis

peneliti, benar adanya pada jawaban-jawaban

wawancara terhadap guru kelas IV, bahwa yang

menjdi tantangan guru adalah sikap siswa yang

terbawa dari lingkungan orang tua ke lingkungan

sekolah, sehingga guru harus memacu dalam

perkembangan emosional siswa. Terkadang siswa

lebih suka bercerita film kartun, game di handpond,

dan sinetron, di bandingkan berdiskusi dengan teman-

temannya tentang pelajaran.


111

Peran guru sebagai pembimbing terlihat pada saat

guru dan siswa melaksanakan proses pembelajaran

siswa yang di bimbing oleh guru untuk menentukan

arah harus kemena siswa melangkah sehingga tidak

ada kekeliruan pada siswa. Peran guru sebagai

pembimbing sangat perlu di lakukan, hal ini sesuai

dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti

dengan guru kelas IV ibu Sri Suwarni, S.Pd :

“Peran guru sebagai pembimbing adalah suatu


kewajiban yang patut di jalankan sebab
keberhasilan pada siswa dilihat pula dari
bimbingan seorang guru ke arah yang benar.
Guru memberikan bimbingan kepada siswa
melalui berbagai cara seperti mendekati siswa.
tujuannya agar saya dapat mengetahui apa saja
yang perlu diberikan untuk membimbing
siswa tersebut. Apabila mereka berbuat suatu
kesalahan maka saya akan memberikan
masukan nasehat agar mereka tidak
mengulanginya lagi akan kesalahannya
tersebut oleh sebab itu bimbingan perlu
dilakukan kepada siswa seluruhnya.”57

57
Hasil Wawancara dengan informan Sri Suwarni, S.Pd selaku guru
kelas IV. Tanggal 06 April 2022.
112

Hal ini dikuatkan pada hasil wawancara dengan

seluruh siswa kelas IV, berikut beberapa contoh hasil

wawancara peniliti dengan siswa kelas IV :

Informan Nando, umur 9 tahun selaku siswa kelas

IV mengatakan bahwa :

“iya, ibu guru selalu memberikan arahan dan


bimbingan terlebih dahulu sebelum memulai
pembelajaran sehingga kami mengerti apa
yang akan kami pelajari.”

Informan Alsa, umur 9 tahun selaku siswa kelas IV

mengatakan bahwa :

“iya pernah, ibu guru selalu memberikan


bimbingan dan arahan sebelum mulai
pelajaran biar kami itu tau. Dan ketika kami
tidak mengerti ibu guru membimbing kami.
Selain itu ibu guru juga membimbing,
menasehati kami saat kami melakukan
kesalahan.”

Informan Fauzan, umur 9 tahun selaku siswa kelas

IV mengatakan bahwa :

“iya, ibu guru selalu memberi tahu apa yang


akan di ajarkan hari ini. ibu guru juga selalu
membimbing kami sampai kami bisa.”
113

Dari hasil wawancara dengan guru dan siswa kelas

IV dapat dijelaskan bahwa dirinya setuju jika peran

guru sebagai pembimbing dibutuhkan dalam

perkembangan emosional siswa. Menurutnya itu

adalah hal yang paling efektif dalam proses kegiatan

belajar mengajar. Dalam hal ini guru tentunya harus

sigap untuk selalu membimbing siswa dalam hal apa

pun.

Peran guru sebagai pembimbing pada

perkembangan emosional berhubungan dengan

kemampuan siswa dalam mengelola emosinya dan

mengenali emosi orang lain terlihat dari guru yang

membimbing dan mengarahkan ketika siswa berbuat

kesalah baik dalam belajar maupun berinteraksi

dengan teman seperti berbicara dengan teman atau

tidak sengaja berkelahi, dengan bimbingan guru

siswa dapat mengelola emosinya dan mengenali


114

emosi teman sehingga nantinya tidak lagi terjadi

perkelahian.

f. Sebagai Model/Tauladan

Berdasarkan hasil analisis pengamatan yang telah

dilakukan oleh peniliti dapat disimpulkan bahwa guru

telah menjadi model/tauladan bagi para siswanya.

Terlihat dari dalam proses pembelajaran berlangsung

guru menggunakan bahasa yang baik, berpakaian

yang baik dan guru juga mampu mengontrol

emosinya disaat ada siswa yang ribut atau melakukan

hal yang seharusnya tidak dilakukan. Disini guru

tidak langsung memarahi siswa tetapi guru medekati

dan menasehati siswa agar tidak melakukan

kesalahan itu lagi. Selain dalam proses pembelajaran

peniliti melihat juga guru saat diluar jam belajar guru

tetap menjaga perilakunya, cara berinteraksi kepada

sesama guru atau pun kepada masyarakat sekitar. Hal

ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah


115

dilkaukan peniliti dengan guru kelas IV Ibu Sri

Suwarni, S.Pd :

“peran seorang guru sebagai model/tauladan


bagi perkembangan emosional siswa ialah
guru dijadikan titik tauladan para siswa,
apapun yang dilakukan oleh guru maka itu lah
yang di contoh oleh siswanya. Maka dari itu
guru diharuskan bersikap yang baik agar siswa
mencotoh yang baik pula dan sebaliknya jika
guru bersikap tidak baik maka siswa akan
bersikap tidak baik pula.”58

Hal ini dikuatkan pada hasil wawancara dengan

siswa kelas IV, beberapa contoh hasil wawancata

dengan siswa kelas IV :

Informan Alsa, umur 9 tahun selaku siswa kelas

IV mengatakan bahwa :

“saya tidak pernah melihat ibu guru memukul


saat kami nakal atau berantem dengan teman.”

Informan Fauzan, umur 9 tahun selaku siswa kelas

IV mengatakan bahwa :

58
Hasil Wawancara dengan informan Sri Suwarni, S.Pd selaku guru
kelas IV. Tanggal 06 April 2022.
116

“saya tidak pernah melihat guru di sekolah


memukul siapa pun.”

Informan Rahmat, umur 10 tahun selaku siswa

kelas IV mengatakan bahwa :

“saya tidak pernah melihat ibu atau bapak


guru memukul saya atau teman saya.”

Informan Putri, umur 10 tahun selaku siswa

kelas IV mengatakan bahwa :

“ibu guru dan guru yang lain tidak pernah


memukul saya atau teman saya yang nakal.”

Dari hasil wawancara dengan guru dan siswa kelas

IV dapat dijelaskan bahwa dirinya setuju jika peran

guru sebagai model/tauladan dibutuhkan dalam

perkembangan emosional siswa. Menurutnya itu

adalah hal yang paling efektif dalam proses kegiatan

belajar mengajar. Oleh sebab itu guru haruslah untuk

selalu membimbing siswa dalam hal apa pun.

Peran guru sebagai model/tauladan pada

perkembangan emosional berhubungan dengan


117

kemampuan siswa mengelola emosinya, hal ini

dikarenakan usia anak SD yang dijadikan contoh

adalah guru, ketika guru dapat mengontro emosinya

ketika marah maka siswa pun akan mencotoh guru itu

dan ketika guru yang tidak dapat mengontrol

emosinya maka siswa akan mencontoh guru utnuk

selalu marah saat menyelesaikan masalah.

2. Faktor Yang Memengaruhi Peran Guru Pada

Perkembangan Emosional Siswa PascaPandemi Kelas

IV SDN 141 Bengkulu Utara

Menurut hasil observasi dan dokumentasi yang telah

di lakukan peneliti pada lingkungan sekolah dan di dalam

kelas, bahwasanya pada perkembangan emosional siswa,

guru telah melakukannya dengan baik, hanya saja masih

memerlukan dukungan dan keterlibatan orang tua, dan

lingkungan, baik dari faktor internalnya maupun faktor

eksternalnya. Sebab yang di lihat dari diri siswa, di antara

mereka ada yang suka tempreman terhadap teman nya,


118

ada yang jahil, ada yang suka ribut, ada yang pendiam

dan tidak berani bekomunikasi, dan ada yang belum bisa

menahan emosinya. Sehingga keterlibatan orang tua di

rumah juga harus di sertai dan anak harus di awasi, dari

lingkungan yang mempengaruhi. Tetapi terlalu

keterlibatannya orang tua pun tidak baik pada

perkembangan emosional siswa.

Dalam berproses pastilah ada hambatan seperti halnya

kegiatan belajar mengajar dan segala aktivitas yang ada

di dalamnya, dalam lokasi penelitian yang saya amati di

SDN 141 Bengkulu Utara ada beberapa hal yang

menyebabkan terhambatnya proses pemahaman tentang

emosional kepada siswa. Di antaranya lingkungan tempat

mereka bergaul tempat mereka menganggap semua

pertemanan baik dan tidak memikirkan dampaknya,

kemudian media massa juga dapat mempengaruhi

pemikiran, tindakan, bahkan emosi mereka.


119

Dalam pengamatan yang telah penliti lakukan terlihat

pada setiap siswa memiliki perkembangan emosional

yang berbeda, hal ini terlihat dari cara siswa belajar,

bermain, dan berbicara terhadap guru. Dalam hal ini

dapat dikatakan bahwa faktor perkembangan emosional

yang terjadi di SDN 141 Bengkulu Utara adalah faktor

orang tua, lingkungan dan diri sendiri hal ini sesuai

dengan wawancara yang dilakukan penliti dengan guru

kelas IV Ibu Sri Suwarni,S.Pd :

“Menurut saya faktor penghambat dalam membentuk


perkembangan emosional siswa itu yang pertama diri
sendiri karena jika diri sendiri malas atau mengikuti
emosional maka emosional siswa tersebut tidak
terbentuk dengan baik. Faktor yang kedua adalah
keluarga karena keluarga yang yang terlalu
memanjakan anak akan membentuk emosional yang
buruk, anak akan selalu ingin terpenuhi keinginan nya
tidak hanya di keluarga tapi berdampak di sekolah
juga. Faktor yang ketiga yaitu lingkungan masyakarat
karena seputaran permainan siswa pasti dilingkungan
sekitar, bermain dengan anak-anak tetangga yang
semuanya kadang tidak seumuran dari situ lah
terkadang emosional anak menjadi kurang baik karna
pergaulan mereka yang kurang baik. Dan faktor yang
keempat adala pandemi covid-19 ini sendiri karena
120

dengan adanya virus ini menjadi penghambat guru


akan memaksimalkan perannya kepada siswa”59
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa faktor

penghambat dalam perkembangan emosional pada

siswa kelas IV di SDN 141 Bengkulu Utara meliputi

sebagai berikut:

a. Faktor Penghambat

1) Orang tua

Di lihat dari aktivitas siswa dari masuk

sekolah hingga keluar sekolah, saat di dalam

kelas banyak siswa yang suka berkelahi dan

kasar dalam berkomunikasi dengan orang lain,

hal ini tentunya berasal dan di dasari oleh

pendidikan dan kebiasan orang tua di dalam

rumah. sehingga guru harus ekstra keras dalam

membentuk karakter yang baik pada siswa.

59
Hasil Wawancara dengan informan Sri Suwarni, S.Pd selaku guru
kelas IV. Tanggal 06 April 2022.
121

Sebab peserta didik akan seutuhnya berada

pada pengawasan orang tua. Banyak peserta

didik yang terbawa-bawa suasana dai dalam

rumah, seperti menangis karna di marah orang

tuanya.

Di jelaskan bahwa orang tua merupakan

pendidik pertama dan utama bagi anak-anak

nya. Karena di tempat inilah anak mendapatkan

pendidikan untuk pertamakalinya sebelum ia

menerima pendidikan lainnya.60

2) Lingkungan

Berdasarkan analisis observasi dari peneliti

melalui pengamatan di dalam kelas dan di jam

istirahat berlangsung, benar adanya bahwa

faktor lingkungan juga dapat memberikan

pengaruh yang buruk terhadap perkembangan

peserta didik di sekolah. Sebab masih banyak

60
Dayun Riadi.Dkk, Ilmu Pendidikan Islam(yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2019), Hal 208
122

siswa yang suka berkelahi dengan teman

kelasnya dan tidak berbaur dengan semua

temannya sehingga terbentuk seperti sebuah

grub/geng dan suka jahil kepada teman-teman

nya yang lain.

Tidak hanya itu, dari obrolan siswa sesama

teman sebayanya, mereka suka berencana untuk

pulang sekolah ke warnet dan bermain game,

hal ini sangat berpengaruh terhadap kepribadian

nya terutama pada perkembangan

emosionalnya, sedangakn guru hanya bisa

mengawasi batas jam sekolah selesai saja. Hal

ini menyebabkan karakter siswa menjadi kurang

baik.

3) Diri sendiri

Berdasarkan analisis wawancara dan

pengamatan yang di lakukan, bahwasanya yang

di katakan guru saat wawancara memang ada


123

benarnya, pada perkembangan emosional siswa,

kepribadian yang ada di dalam diri siswa itu

juga dapat mempengaruhi, hal ini di lihat dari

aktivitas mereka di dalam kelas peneliti

menemukan ada anak yang pemalu, ada anak

yang kesulitan berkomunikasi, ada juga anak

yang penakut jika di suruh maju ke depan, ada

anak yang sulit menerima penjelasan materi,

bahkan ada yang anak nakal dan susah di atur

oleh guru.

Sehingga dapat di pahami walaupun orang

tua dan lingkungannya sudah mendukung,

tetapi pada dasarnya kepribadian anak dan

watak anak memang sudah seperti akan anak-

anak tersebut, maka tetap saja akan

mempengaruhi dalam pengelolaan emosinya

maka perkembangan emosional anak tersebut

tidak maksimal.
124

4) Pandemi Covid-19

Pada hasil observasi dan wawancara yang

telah dilakukan oleh peniliti pada guru kelas IV

SDN 141 Bengkulu Utara, bahwasannya benar

adanya bahwa salah satu faktor penghambat

bagi guru untuk melaksanakan perannya adalah

pandemi Covid-19 ini. kurang maksimalnya

proses pembelajaran pada saat pandemi

berlangsung maka berpengaruh dengan segala

aktivitas proses pembelajaran terkhusus dalam

hal guru menjalankan peran nya sebgaai guru.

Sehingga guru tidak dapat bertemu

langsung dengan siswa tidak dapat mengontrol

perkembangan emosional siswa dengan lebih

efektif, guru yang hanya bisa memberitahu hal-

hal yang harus dilakukan dan tidak boleh

dilakukan.
125

Selain faktor penghambat adapula faktor

pendukung dalam perkembnagan emosional siswa.

Pada hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dalam

perkembnagan emsoional siswa akan terbentuk

dengan baik jika mendapatkan faktor pendukung

penuh. Faktor pendukung dalam perkembangan

emosional terdapat guru selain guru ada pula orang

tua, selain menjadi faktor penghambat orang tua juga

menjadi faktor pendukung karena cara mendidik

orang tua sangat mempengaruhi peran guru dalam

perkembangan emosional siswa. Hal ini sesuai

dengan wawancara yang dilakukan peniliti dengan

guru kelas IV Ibu Sri Suwarni, S.Pd :

“Menurut saya faktor pendukung dalam


membentuk perkembangan siswa itu dari guru
karena seorang guru memiliki peran yang sangat
membantu dalam pendukung perkembangan
emosional siswa. Faktor kedua adalaha keluarga
karena dengan keluarga yang baik yang positif
makan perkembangan emosional anak akan
menjadi baik seperti keluarga yang
126

menannamkan nilai-nilai agama, budaya dan


sosial.”61
Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa

faktor pendukung dalam perkembnagan emosional

siswa meliputi sebagai berikut :

b. Faktor Pendukung

1) Guru

Berdasarkan analisis observasi,

wawancara, dan dokumentasi yang telah di

lakukan peneliti di SDN 141 Bengkulu Utara,

bahwasanya guru sudah menjalankan

perannya pada perkembangan emosional

siswa, hal ini dapat di lihat dari seluruh guru

dan termasuk kepala sekolah juga ikut serta

menangani dan mengawasi siswa nya agar

berbuat baik. Seluruh guru dan kepala sekolah

pun memberikan contoh yang baik kepada

61
Hasil Wawancara dengan informan Sri Suwarni, S.Pd selaku guru
kelas IV. Tanggal 06 April 2022.
127

siswa terutama dengan cara berpakaian yang

rapi, sopan, ramah, santun, dalam

menyampaikan sesuatu dan berhadapan

langsung kepada siswanya.

Guru juga memberikan hukuman yang

mendidik kepada siswa dalam pelanggaran

yang di lakukan siswa, sehingga dapat

berdampak baik pada perkembangan

emosionalnya, kepala sekolah juga tampak

berkeliling kelas saat pembelajaran

berlangsung. Sertah pada hasil wawancara

terhadap siswa, mereka mengatakan guru

memberikan hukuman yang mendidik seperti

operasi semut, menghafal pelajaran seperti

perkalian, sehingga di artikan bahwa guru

sudah memberikan contoh yang baik kepada

siswanya pada perkembangan emosionalnya.


128

2) Orang tua

Dari hasil analisis wawancara terhadap

siswa dan pengamatan di dalam kelas,

bahwasanya faktor pendukung juga di dasari

oleh orang tua, hal ini dapat di lihat dari

kebiasaan orang tua mengantar jemput anak

nya ke sekolah, akan mengurangi aktivitas

yang kurang baik di luar sana saat pulang

sekolah. Sehingga siswa akan berada di

lingkungan keluarga dan pengawasan keluarga

dalam menjalankan aktivitas. Sehingga

mereka dapat menghindari hal-hal yang dapat

berpengaruh buruk pada kepribadian mereka.

C. Pembahasan

Berdasarkan dari hasil observasi, wawancara dan

dokumentasi peniliti akan melakukan analisis data terhadap

hasil penelitian. Bogdan menyatakan bahwa analisis data

terhadap hasil dan menyusun secara sistematis data yang


129

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-

bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain.62 Analisis data

dilakukan dengan mengorgnisasikan data, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,

dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada

orang lain.63

Dalam menganalisa hasil dari penelitian peneliti akan

menginterpretasikan hasil wawancara peneliti dengan

wawancara informan tentang “Peran Guru Dalam

Perkembangan Emosional Siswa PascaPandemi di Kelas IV

SDN 141 Bengkulu Utara” dan membandingkan berdasarkan

kerangka teori yang ada.

62
Dyah Istiadaningsih, Peran Orang Tua Dalam Mensukseskan
Sistem Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Kelas III
Sekolah Dasar Islam Terpadu Darul Ilmi Desa Bukit Makmur Kecamatan
Kecamatan Pinang Raya Kabupaten Bengkulu Utara, (Bengkulu: SKRIPSI,
2021), hlm. 76.
63
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,
2008. Bandung: Alfabeta. Hal 244.
130

1) Peran Guru Dalam Pekembangan Emosional Siswa

Pasca Pandemi

Guru merupakan seseorang yang sangat berpengaruh

penting dalam hidup siswa yang menjadikan siswa

sepenuhnya dapat mengenal banyak hal mengetahui

banyak hal tidak hanya ilmu tetapi pengalaman, dan siswa

mendapatkan nilai-nilai norma. Peran guru bagi siswa

adalah sebagai orang tua kedua, guru sebagai motivator,

guru sebagai tauladan, guru sebagai pemimpin, guru

sebagai panutan, dan guru sebagai contoh.

Guru yang tidak hanya duduk diam dikursi lalu

memberi tugas tetapi guru yang membentuk karakter,

membina, mendidik, membentuk afektif sehingga siswa

menjadi anak yang berakhlak mulia. Di sinilah peran dan

fungsi guru begitu mulia yang kedudukannya menyamai


131

rasul Allah Swt. yang diutus pada suatu kaum (umat

manusia). Peran guru kelas, yakni:64

1) Guru sebagai pendidik

2) Guru sebagai pengajar

3) Guru sebagai pembimbing

4) Guru sebagai pelatih

5) Guru sebagai penasehat

6) Guru sebagai pembaharu

7) Guru sebagai model dan teladan

8) Guru sebagai pendorong kreativitas .

9) Guru sebagai evaluator

Dari beberapa peran guru yang telah dijelaskan diatas,

terdapat perbandingan antara teori menurut E Mulyasa

yang ditulis dalam bukunya dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh peneliti pada guru kelas IV di SDN 141

Bengkulu Utara. Dari hasil observasi dan wawancara yang

64
E Mulyasa , Menjadi Guru Profesional menciptakan pembelajaran
kreatif dan
menyenangkan , ( Bandung : Rosdakarya , 2011 ) , 10, hal . 13
132

telah dilakukan terdapat peran guru pada guru kelas IV di

SDN 141 Bengkulu Utara yakni :

1) Sebagai Pendidik

2) Sebagai Mediator

3) Sebagai Fasilitator

4) Sebagai Motivator

5) Sebagai Pembimbing

6) Sebagai Model/Tauladan

Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah

dijelaskan diatas terdapat perbedaan antara peran guru

kelas menurut E Mulyasa dengan peran guru kelas

menurut hasil penelitian. Hal ini disebabkan karena peran

guru kelas pada hasil penelitian memfokuskan pada peran

guru kelas saat masa pascapandemi, sedangkan peran guru

yang dijelaskan oleh E Mulyasa adalah peran guru kelas

menyeluruhan pada saat pembelajaran normal.

Sebenarnya peran guru kelas menurut E Mulyasa haruslah

ada di diri setiap guru kelas tetapi pada saat pasca


133

pandemi ini peran guru kelas yang sangat dibutuhkan oleh

siswa adalah peran guru sebagai mediator, fasilitator,

motivator, pembimbing dan model/tauladan. Sehingga

dengan peran ini guru dapat membentuk kembali

perkembangan emosional siswa dengan baik di masa

pascapandemi ini.

2) Faktor Yang Memengaruhi Peran Guru Pada

Perkembangan Emosional Siswa

Pada perkembangan emosional siswa terdapat faktor-

faktor yang mempengaruhinya seperti faktor pendukung

dan penghambat. Faktor-faktor ini lah yang sangat

berpengaruh pada perkembangan emosional siswa.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi peran guru

dalam perkembangan emosional usia anak sekolah

dasar:65

65
Ilham, “Perkembangan Emosi Dan Sosial Pada Usia Sekolah
Dasar”, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Dasar, Vol. 4 No. 1
(Desember 2020), 168.
134

1) Keadaan Anak

2) Faktor Belajar

a) Belajar dengan Coba-Coba

b) Belajar dengan Meniru

c) Belajar dengan Mempersamakan diri

d) Belajar dengan Bimbingan dan Pengawasan

3) Konflik-konflik dalam Proses Perkembangan

4) Lingkungan Keluarga

Dari faktor-faktor yang dijelaskan di atas terdapat

beberapa perbedaan dengan hasil observasi, wawancara

dan pengamatan yang telah peniliti lakukan pada siswa

dan guru di SDN 141 Bengkulu Utara. Dari hasil

observasi dan wawancara yang telah peniliti lakukan

terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi peran guru

dalam perkembangan emosional siswa sebagai berikut :


135

a) Faktor Penghambat

1) Orang tua

2) Lingkungan

3) Diri sendiri

4) Pandemi covid-19

b) Faktor Pendukung

1) Guru

2) Orang tua

Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah

dijelaskan diatas terdapat perbedaan antara faktor-faktor

yang mempengaruhiperan guru dalam perkembangan

emosional siswa antara teori dengan hasil penelitian. Hal

ini disebabkan karena faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan emosional pada hasil penelitian

memfokuskan pada faktor penghambat dan pendukung

dalam perkembangan emosional siswa saat masa

pascapandemi, sedangkan faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan emosional siswa yang


136

dijelaskan oleh Ilham dalam jurnalnya adalah faktor-

faktor yang mempengaruhi perkembangan emosional

menyeluruh pada saat pembelajaran normal.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan

yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti

berikutnya agar mendapatkan mendapatkan hasil penelitian

yang lebih baik lagi, diantaranya :

1. Sumber primer guru hanya ada 1 orang guru, sehingga

hasil penelitian tidak terlalu luas.

2. Penelitian ini sangat tergantung pada makna yang tersirat

dalam wawancara sehingga kecenderungan untuk

mengalami penyimpangan dalam mengumpulkan data

dan analisis data masih tetap ada. Untuk mengurangi

penyimpangan dalam mengumpulkan data dan analisis

data maka dilakukan proses triangulasi, yaitu triangulasi

sumber dan teknik. Triangulasi sumber dilakukan dengan

membandingkan hasil pengamatan dengan hasil


137

wawancara. Sedangka triangulasi teknik dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama

dengan teknik yang berbeda. Peneliti memperoleh data

dari wawancara dan dicek dengan dokumentasi.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dokumetasi,

hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

penelitian ini yang berujudul Peran Guru Kelas Dalam

Perkembangan Emosional Siswa PascaPandemi Di Kelas IV

SDN 141 Bengkulu Utara penliti menyimpulkan bahwa :

1. Peran guru kelas pada perkembangan emosional siswa

kelas IV di SDN 141 Bengkulu Utara sudah tercapai

dengan perannya sebagai pendidik, sebagai fasilitator,

sebagai pembimbing, sebagai mediator, serta sebagai

model/tauladan

2. Faktor yang mempengaruhi peran guru kelas dalam

menumbuhkan perkembangan emosional siswa saat

pascapandemi meliputi faktor pendukung dan faktor

penghambat. Pada faktor pendukung meliputi Guru, dan

138
139

orang tua. Sedangkan pada faktor penghambat nya adalah

orang tua, lingkungan, diri Sendiri, dan pandemi Covid-19.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian maka peneliti memberikan saran

terhadap pihak sekolah dan pihak siswa.

a. Bagi guru yang menjalankan perannya pada perkembangan

emosional siswa, adalah dengan selalu mengarahkan,

membimbing, memberikan pengertian, memotivasi,

menanamkan nilai keagamaan kepada peserta didik di

setiap harinya, sebab kebiasaan yang di lakukan akan

menjadi hal yang spontan di lakukan oleh siswa.

b. Bagi pesrta didik yang belum bisa mengontrol dirinya,

adalah dengan selalu berpikir panjang, serta mencari akar

dari perasaan dan permasalahan yang sedang di alami,

sehingga mengetahui cara untuk mengendalikan nya.

c. Bagi peneliti yang akan datang


140

Di harapkan sebaiknya lebih memperhatikan tingkat

perkembangan emosional siswa dengan menjalankan peran

nya dengan baik terhadap siswa.


DAFTAR PUSTAKA

Akhwan, Muzhoffar. 2014. “Pendidikan Karakter: Konsep


dan Implementasi Dalam Pembelajaran di
Sekolah/Madrasah”. Jurnal El-Tarbawi. 7(1): 61-
67.

Filtri, Heleni. 2017. Perkembangan Emosional Anak Usia


Dini Usia 5-6 Tahun Ditinjau dari Ibu yang
Bekerja. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. 1(1)
32-37.

Hariandi, Ahmad dan Yanda Irawan. 2016. “Peran Guru


Dalam Penanaman Nilai Karakter Religius di
Lingkungan Sekolah Pada Siswa Sekolah dasar”.
Jurnal Gentala Pendidikan Dasar. 1(10. 176-189.

Ilham. 2020. “Perkembangan Emosi dan Sosial Pada


Anak Usia Sekolah Dasar”. Jurnal Pemikiran dan
Penelitian Pendidikan Dasar. 4(1) 162-180.

Ilmi, S.F Al Idrus, dkk. 2020. “Pengembangan


Kecerdasan Emosional Peserta Didik Di Sekolah
Dasar Melalui Pendidikan Karakter”. Jurnal
Pendidikan Dasar Indonesia. 4(1). 137-146.

Intan, sofia dan Moh Gufron. 2019. “Analisis Faktor Yang


Menghambat Penenaman Pendidikan Karakter
Disiplin Pada Siswa Di SDN 02 Serut”. Jurnal
ilmu-ilmu sosial. 16(2) 124-130.

Isna, Aisyah. 2019. “Perkembangan Bahasa Anak Usia


Dini”. JurnalAl_Athfal. 2(2). 62-69.
Istiadaningsih, Dyah. 2021.Peran Orang Tua Dalam
Mensukseskan Sistem Pembelajaran Daring Pada
Masa Pandemi Covid-19 Di Kelas Iii Sekolah
Dasar Islam Terpadu Darul Ilmi Desa Bukit
Makmur Kecamatan Kecamatan Pinang Raya
Kabupaten Bengkulu Utara. Skripsi. Bengkulu:
IAIN Bengkulu.

Janawi. 2019. “Memahami Karakteristik Peserta Didik


Dalam Proses Pembelajaran”. Jurnal Pendidikan
Islam. 6(2). 68-69.

Kirom, Askhabul. 2017. “Peran Guru dan Peserta Didik


Dalam Proses Pembelajaran Berbasis
Multikultural”. Jurnal Pendidikan agama Islam.
3(1).69-80.

Margono, 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan.


Jakarta: Rineka Cipta.

Malau, Ebita. 2021. “Kajian Deskriptif tentang


Pembelajaran Pasca Pandemi dalam Paradigma
Keilmuan”. Jurnal Kajian Bidang Pendidikan dan
Pembelajaran. 1(2). 30-34.

Marsari, Henni dkk. 2021. Erkembangan Emosi Anak


Usia Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan
Tambusai. 5(1). 1816-1822.

Marwanto, agung. 2021. “Pembelajaran pada Anak


Sekolah Dasar di Masa Pandemi Covid-19”.
Jurnal Basicedu. 5(4). 2097-2105.

Mulyani, Novi. 2016. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia


Dini. Depok : KALIMEDIA.
Mulyani, Novi. 2018. Perkembangan Dasar Anak Usia
Dini. Yogyakarta: Gava Media.

Munawar, Sarip Holil. 2018. “Peran Guru PAI dalam


Mengembangkan Kecerdasan Emosional (EQ) dan
Kecerdasan Spiritual (SQ) Siswa SMP Negeri 1
Ciwaru. Jurnal Ilmiah Educator. 4(2). 95-106.

Muthmainah. 2022. ”Peran Guru dalam Melatih Anak


Mengelola Emosi”. Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini. 6(1). 63-76.

Nailil, Afroh Hikmah, Ibnu Chudzaifah. 2020. “Blended


Learning: Solusi Model Pembelajaran Pasca
Pandemi Covid-19.” Jurnal Pendidikan Islam.
6(2). 83-94.

Putri, Mera Dewi dkk. 2020. “Perkembangan Bahasa,


Emosi dan Sosial Anak Usia Sekolah Dasar.”
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar. 7(1). 1-10.

Ramayulis. 2013. Profesi dan Etika Keguruan.


Jakarta;Kalam Mulia.

Sabani, Fatmaridha. 2019. “Perkembangan Anak-Anak


Selama Masa Sekolah Dasar (6-7 Tahun).” Jurnal
Kependidikan. 8(2). 89-100.

Samsiah. 2012. “Peran Guru dalam Merancang Metode


Pengembangan Sosial Emosional Anak Taman
Kanak-Kanak.” Jurnal Pendidikan Anak. 1(2).
162-171.

Subianto, Jito. 2013. “Peran Keluarga, Sekolah dan


Masyarakat dalam Pembentukan Karakter
Berkualitas.” Jurnal Lembaga Peningkatan Profesi
Guru. 8(2). 331-353.

Warsito, Hadi dkk. 2022. “Pembelajaran Online Pasca


Pandemi Covid-19: Indentifikasi Masalah
Pembelajaran Daring”. Jurnal Ilmu Keperawatan
Jiwa. 5(1). 75-83.

Wardah, Rikhatul dan Hernik Farisisa. 2021.


“Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi Covid-
19: Implementasinya pada Sekolah Menengah
Pertama.” Jurnal Ilmu Pendidikan. 3(4). 2008-
2017.

Wikantiyoso, Respati dkk. 2020. “Protokol New Normal


Order Pasca Pandemi Covid-19 dalam
Pengembangan Kampoeng Boenga Grangsil
Berbasis Masyarakat”. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Universitas Merdeka Malang. 5(3).
181-192.
L
A
M
P
I
R
A
N
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

PERAN GURU KELAS DALAM PEKEMBANGAN


EMOSIONAL SISWA PASCA PANDEMI DI KELAS IV
SDN 141 BENGKULU UTARA

N Variabel Indikator Sub Indikator No


o Item
1. Peran Guru g. Pendidik Sebagai 1,2,3
Kelas pendidik ,4
dalam proses
pembelajaran
dan dalam
perkembangan
emosional
siswa
h. Mediator Menjadi media 5
yang baik
untuk
perkembangan
emosional
siswa
i. Fasilitator Menjadi 6
fasilitas yang
baik untuk
perkembangan
emosional
siswa
j. Model Dan Menjadi 7
Tauladan contoh dan
panutan yang
baik untuk
perkembangan
emosional
siswa
k. Motivator Menjadi 8
motivator yang
baik untuk
perkembangan
emosional
siswa
l. Pembimbing Menjadi 9, 15
dan pembimbing
Evaluator yang baik
untuk
perkembangan
emosional
siswa
2. Perkembangan c. Perkemban e) Mengenali 10
Emosional gan Emosi diri
Siswa Emosioanl sendiri
PascaPandemi f) Mengelolah 11
emosi
g) Mengenali 13,
emosi 14
orang lain
h) Berkerjasa 12
ma dengan
orang lain
d. Faktor yang c) Faktor 16
Mempengar Pendukung
uhi d) Faktor 17
Penghamba
t
KISI-KISI WAWANCARA

PERAN GURU KELAS DALAM PEKEMBANGAN


EMOSIONAL SISWA PASCA PANDEMI DI KELAS IV
SDN 141 BENGKULU UTARA
Nama : Sholikah Yuliani

Nim : 1811240034

Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Narasumber : Guru Kelas IV SDN 141 Bengkulu Utara

1. Menurut ibu arti dari Peran Guru itu seperti apa, dan
pentingkah peran guru dalam proses belajar mengajar?
2. Bagaimana peran guru dalam perkembangan emosional
siswa pasca pandemi di SDN 141 Bengkulu Utara?
3. Langkah apa saja yang ibu lakukan untuk membentuk
kembali perkembangan emosional siswa setelah
dilaksanakan nya pembelajaran daring?
4. Bagaimana peran ibu sebagai pendidik dalam perkembangan
emosional siswa di masa pascapandemi ini ?
5. Bagaimna peran ibu sebagai mediator dalam perkembangan
emosional siswa di masa pascapandemi ini ?
6. Bagaimana peran ibu sebagai fasilitator dalam perkembangan
emosional siswa di masa pascapandemi ini?
7. Bagaimana peran ibu sebagai model/tauladan dalam
perkembangan emosional siswa di masa pasca pandemi?
8. Bagaimana peran ibu sebagai motivator dalam
perkembangan emosional siswa di masa pasca pandemi?
9. Bagaimana peran ibu sebagai pembimbing dan evaluator
dalam perkembangan emosional siswa pasca pandemi?
10. Bagaimana cara ibu mengenali dan perkembangan emosional
siswa yang di milikinya?
11. Bagaimana cara ibu menyikapi siswa yang masih belum bisa
mengendalikan emosinya?
12. Masih banyak kah siswa kelas IV yang perlu di bimbing
dalam perkembangan emosionalnya di saat pasca pandemi?
13. Masalah apa yang sering terjadi pada perkembangan
emosional siswa saat pasca pandemi ?
14. Apa solusi dari ibu dalam mengatasi perkembangan
emosional siswa ?
15. Jenis hukuman apa saja yang ibu berikan kepada peserta
didik untuk mengubah sikapnya menjadi lebih baik dan
membentuk perkembangan emosional siswa saat pasca
pandemi?
16. Apa faktor penghambat dalam membentuk perkembangan
emosional siswa?
17. Apa faktor pendukung dalam membentuk perkembangan
emosional siswa?
KISI-KISI WAWANCARA

PERAN GURU KELAS DALAM PEKEMBANGAN


EMOSIONAL SISWA PASCA PANDEMI DI KELAS IV
SDN 141 BENGKULU UTARA
Nama : Sholikah Yuliani

Nim : 1811240034

Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Narasumber : Kepala Sekolah SDN 141 Bengkulu Utara

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SDN 141 Bengkulu


Utara?
2. Apa tujuan berdirinya SDN 141 Bengkulu Utara?
3. Apa Visi Misi sekolah SDN 141 Bengkulu Utara?
4. Berapa Keseluruhan Siswa yang ada di SDN 141 Bengkulu
Utara?
5. Bagaimana sarana dan prasarana yang ada di SDN 141
Bengkulu Utara?
6. Menurut Bapak sendiri arti dari Peran Guru itu seperti apa?
7. Bagaimana peran bapak sebagai kepala sekolah untuk
membantu guru dalam membentuk perkembangan emosional
siswa di masa pasca pandemi ini?
8. Bagaimana upaya sekolah dalam menangani perkembangan
emosional siswa di masa pasca pandemi ?
KISI-KISI WAWANCARA

PERAN GURU KELAS DALAM PEKEMBANGAN


EMOSIONAL SISWA PASCA PANDEMI DI KELAS IV
SDN 141 BENGKULU UTARA
Nama : Sholikah Yuliani

Nim : 1811240034

Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Narasumber : Siswa Kelas IV SDN 141 Bengkulu Utara

1. Apa guru pernah memberikan bimbingan dan arahan sebelum


belajar?
2. Apa guru pernah menghukum mu di saat kamu berbuat
kesalahan?
3. Apa guru pernah memberikanmu semangat saat proses
pembelajaran berlangsung?
4. Apa gurumu pernah memberikan nasehat kepadamu saat
kamu berbuat salah?
5. Jika kamu berkelahi dengan teman, bagaimana sikap guru mu
?
6. Jika kamu tempramen terhadap teman atau guru, apa yang
guru lakukan padamu ?
7. Apa kamu sering menangis di kelas ?
8. Apa kamu sering ribut di kelas ?
9. Apa kamu pernah melihat guru mu memukul menggunakan
tangan atau benda keras di sekolah?
10. Apa yang di berikan gurumu di saat kamu berubah
mengerjakan tugas dengan baik ?
Informan : Sri Suwarni, S.Pd

Jabatan : Guru Kelas IV

Sekolah : SDN 141 Bengkulu Utara

1. Menurut ibu arti dari Peran Guru itu seperti apa, dan

pentingkah peran guru dalam proses belajara mengajar?

“Peran guru itu merupakan suatu hak dan kewajiban yang


harus dilaksanakan oleh guru terhadap siswanya. Peran guru
itu banyak sekali, salah satu nya peran guru dalam
perkembangahn emosional siswa itu bisa seperti guru sebagai
evaluator, motivator, pembimbing, demonstrator, peran
tersebut haruslah di kuasai oleh seorang guru terhadap
siswanya. Agar dapat membentuk kepribadian yang baik dan
tingkat emosional yang baik untuk siswa nya. Dan Menurut
saya, peran seorang guru dalam proses belajar mengajar itu
sangatlah penting, karena telah diketahui bahwa salah satu
peran guru adalah sebagai pembimbing nah disini dalam
proses belajar mengajar guru dituntut untuk dapat
membimbing siswanya dalam mengerjakan tugas atau
memahami materi.”

2. Bagaimana peran guru dalam perkembangan emosional

siswa pasca pandemi di SDN 141 Bengkulu Utara?

“Peran guru dalam perkembangan emosional siswa itu


sangatlah penting terkhusus pada saaat pasca pandemi seperti
ini peran guru sangat berpengaruh dalam tumbuh
kembangnya, peran yang seharusnya menyertai
perkembangan emosional siswa. Peran tersebut seperti guru
menjadi sebagai motivator, demonstrator, fasilitator terhadap
siswa.”
3. Langkah apa saja yang ibu lakukan untuk membentuk

kembali perkembangan emosional siswa setelah

dilaksanakan nya pembelajaran daring?

“langkah yang saya lakukan yaitu mendekati anak


yang terlihat perkembangan emosionalnya kurang baik,
menanyakan kepada anak tersebut tentang emosional yang
sering ditimbulkan seperti anak sering marah lalu
menasehatinya.”

4. Bagaimana peran guru dalam perkembangan emosional

siswa pasca pandemi di SDN 141 Bengkulu Utara?

“Menurut saya, peran guru sebagai pendidik


sangat dibutuhkan dalam perkembangan emosional siswa
apalagi di masa pascapandemi ini, sebab pendidik
merupakan guru memberikan ilmu dan pengetahuan
kepada siswa tidak hanya memberi ilmu teteapi guru juga
mengarahkan, melatih, mendamping siswa pada tingkat
kedewasaan yang berkepribadian sempurna. oleh sebab
itu peranan saya sebagai pendidik itu adalah harus
memberikan, mengarahkan, serta mendampingi siswa
agar selalu terkontrol perkembangan pengetahuan maupun
perkembangan afektifnya.”

5. Bagaimna peran ibu sebagai mediator dalam

perkembangan emosional pasca pandemi?

“Menurut saya, peran guru sebagai mediator juga sangat


dibutuhkan dalam perkembangan emosional siswa apalagi
di masa pasca pandemi ini, sebab media pendidikan
merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan
proses belajar mengajar. oleh sebab itu peranan saya
sebagai mediator itu adalah harus memberikan dan
memiliki serta menyiapkan pengetahuan dan pemahaman
yang cukup untuk dijadikan sebagai media pembelajaran.”

6. Bagaimana peran ibu sebagai fasilitator dalam

perkembangan emosional siswa pasca pandemi?

“Peran saya seorang guru sebagai fasilitator adalah


dengan menyiapkan dan menyediakan serta mengusahakan
sumber belajar yang diperkirakan berguna untuk dapat
menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar
seperti buku majalah surat kabar dan fasilitas pembelajaran
lainnya. Hal ini tentunya sangat baik dalam menumbuhkan
perkembangan emosional siswa. Cara yang baik dalam
perkembangan mereka guru sebagai fasilitator itu dapat
diartikan bagi saya sebagai langkah untuk memfasilitasi
atau untuk memudahkan sesuatu dalam proses atau kegiatan
untuk mencapai tujuan dan ajaran yang telah ditargetkan
kita dirumuskan oleh para pendidik untuk siswa di kelas.”

7. Bagaimana peran ibu sebagai model/tauladan dalam

perkembangan emosional siswa pasca pandemi?

“peran seorang guru sebagai model/tauladan bagi


perkembangan emosional siswa ialah guru dijadikan titik
tauladan para siswa, apapun yang dilakukan oleh guru maka
itu lah yang di contoh oleh siswanya. Maka dari itu guru
diharuskan bersikap yang baik agar siswa mencotoh yang
baik pula dan sebaliknya jika guru bersikap tidak baik maka
siswa akan bersikap tidak baik pula.”
8. Bagaimana peran ibu sebagai motivator dalam

perkembangan emosional siswa pasca pandemi?

“peran guru sebagai motivator dalam perkembangan


emosional siswa adalah dengan memberikan motivasi setiap
saat serta membangkitkan semangat belajar siswa sehingga
membentuk perilaku belajar siswa yang baik dan efektif.
Banyak siswa yang terbawa akan suasana hati dari dalam
lingkungan keluarganya ke sekolah oleh sebab itu saya
sebagai guru dan juga berperan sebagai motivator adalah
memberikan mereka masukan serta penguatan dan
pencerahan untuk selalu semangat giat dalam pencapaian
sebuah hasil belajar yang baik bagi mereka dan pengaruh
yang baik dalam diri mereka.”

9. Bagaimana peran ibu sebagai pembimbing dan evaluator

dalam perkembangan emosional siswa pasca pandemi?

“Peran guru sebagai pembimbing adalah suatu


kewajiban yang patut di jalankan sebab keberhasilan pada
siswa dilihat pula dari bimbingan seorang guru ke arah yang
benar. Guru memberikan bimbingan kepada siswa melalui
berbagai cara seperti mendekati siswa. tujuannya agar saya
dapat mengetahui apa saja yang perlu diberikan untuk
membimbing siswa tersebut. Apabila mereka berbuat suatu
kesalahan maka saya akan memberikan masukan nasehat
agar mereka tidak mengulanginya lagi akan kesalahannya
tersebut oleh sebab itu bimbingan perlu dilakukan kepada
siswa seluruhnya. Guru sebagai evaluator dapat dikatakan
bahwa guru selalu mengevaluasi semua pada proses
pembelajaran, mulai dari pembelajaran itu sendiri, hasil
belajar siswa dan perekmbangan emosional siswa.”
10. Bagaimana cara ibu mengenali perkembangan emosional

siswa yang di milikinya?

“Cara guru dalam mengenali perkembangan emosional


siswa dengan selalu memperhatikan karakteristik setiap
siswanya, karena di kelas banyak ragam perilaku setiap siswa
ada yang nakal, ada yang sering menangis, ada yang penakut
itu semua yang ada di dalam kelas ini. Dengan karateristik
seperti itu guru harus mencari tahu apa yang
melatarbelakangi merek dapat berkarateristis seperti itu
apakah dari orang tuanya, lingkungan rumah nya atau
lingkungan sekolah.”

11. Bagaimana cara ibu menyikapi siswa yang masih belum

bisa mengendalikan emosionalnya?

“Dalam menyikapi atau mengendalikan emosional


siswa yang kurang baik atau tidak terkontrol itu dengan
mengelola emosinya, misalkan seperti di kelas ada siswa
yang malu untuk maju ke depan kelas untuk mengisi jawaban
di papan tulis atau untuk bercerita, maka guru akan
mendampingi dan memberikan penguatan terhadap siswa
tersebut agar mencoba memberanikan diri untuk maju ke
depan kelas.”

12. Masih banyak kah siswa kelas IV yang perlu di bimbing

dalam perkembangan emosionalnya di saat pasca

pandemi?

“Dalam masa pasca pandemi saat ini, perkembangan


emosional siswa ada yang mengalami penurunan yang
sebelum pandemi sudah kami bentuk dengan semestinya
tetapi karena Covid-19 maka pembelajaran di rumah dengan
jarak jauh atau online kurang lebih selama satu tahun.
Dengan demikian siswa menghabiskan waktunya bersama
keluarga, dengan otomatis peran seorang guru beralih ke
orang tua, disitu seorang guru hanya memantau dari
kejauhan. Setelah itu pembelajaran di laksanakan secara tatap
muka di masa pasca pandemi saat ini ada banyak siswa yang
harus mendapatkan bimbingan kembali pada perkembangan
emosionalnya.”

13. Masalah apa yang sering terjadi pada perkembangan

emosional siswa saat pasca pandemi ?

“Masalah yang sering terjadi pada perkembangan


emosional siswa saat ini yaitu siswa yang belum bisa
sepenuhnya mengelola emosionalnya, tidak terkontrolnya
amarah setiap siswa sehingga sering terjadinya perkelahian
diantara siswa dengan siswa lain, dan banyak siswa yang
menjadi cengeng atau gampang menangis bila di jahili oleh
siswa lain sehingga sering sekali terjadi keributan saat proses
belajar mengajar berlangsung.”

14. Apa solusi dari ibu dalam mengatasi perkembangan

emosional siswa ?

“Solusi yang guru berikan kepada siswa pada tingkat


perkembangan emosionalnya kurang baik adalah dengan
menggali akar permasalahan yang sedang dia rasakan dalam
dirinya, sehingga guru tentunya memberikan solusi pada
siswa, arahan dan tentunya menjalankan peran guru sebagai
pembimbing agar siswa tersebut dapat mengontrol tingkat
emosionalnya.”
15. Apa faktor penghambat dalam membentuk

perkembangan emosional siswa?

“Menurut saya faktor penghambat dalam membentuk


perkembangan emosional siswa itu yang pertama diri sendiri
karena jika diri sendiri malas atau mengikuti emosional maka
emosional siswa tersebut tidak terbentuk dengan baik. Faktor
yang kedua adalah keluarga karena keluarga yang yang
terlalu memanjakan anak akan membentuk emosional yang
buruk, anak akan selalu ingin terpenuhi keinginan nya tidak
hanya di keluarga tapi berdampak di sekolah juga. Faktor
yang ketiga yaitu lingkungan masyakarat karena seputaran
permainan siswa pasti dilingkungan sekitar, bermain dengan
anak-anak tetangga yang semuanya kadang tidak seumuran
dari situ lah terkadang emosional anak menjadi kurang baik
karna pergaulan mereka yang kurang baik.”

16. Apa faktor pendukung dalam membentuk

perkembangan emosional siswa?

“Menurut saya faktor pendukung dalam membentuk


perkembangan siswa itu dari guru karena seorang guru
memiliki peran yang sangat membantu dalam pendukung
perkembangan emosional siswa. Faktor kedua adalaha
keluarga karena dengan keluarga yang baik yang positif
makan perkembangan emosional anak akan menjadi baik
seperti keluarga yang menannamkan nilai-nilai agama,
budaya dan sosial. Faktor yang ketiga yaitudirinya sendiri
ketika siswa mendapat hal yang posiitif dari keluarga dan
guru maka di dalam dirinya sendiri akan terbentuk sikap
positif sehingga siswa mengontrol emosionalnya sehingga
perkembangan emosional menjadi baik.”
Informan : Doremi, S.Pd

Jabatan : Kepala Sekolah

Sekolah : SDN 141 Bengkulu Utara

9. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SDN 141

Bengkulu Utara?

“Sejarah singkat Sekolah Dasar Negeri 141 Bengkulu


Utara ini berdiri sejak tahun 1986 dengan nama sekolah SD
Negeri 56 Batik Nau kemudia mengalami perubahan literasi
nama sekolah kembali di tahun 1995 menjadi SD Negeri 39
Batik Nau, kembali lagi mengalami perubahan literasi nama
sekolah pada tahun 2000 menjadi SD N 11 Batik Nau dan
mengalami perubahan literasi kembali di tahun 2017 menjadi
SDN 141 Bengkulu Utara.”

10. Apa tujuan berdirinya SDN 141 Bengkulu Utara?

“Sekolah ini memiliki tujuan yang : pertama, Siswa


beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia. Kedua, Siswa sehat jasmani dan rohani.
Ketiga, Siswa memiliki dasar-dasar pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan untuk melanjutkan pendidikan
jenjang yang lebih tinggi. keempat, Mengenal dan mencintai
bangsa, masyarakat dan kebudayaanya. Dan kelima, Siswa
kreatif, terampil dan bekerja untuk dapat mengembangkan
diri secara terus menerus.”

11. Apa Visi Misi sekolah SDN 141 Bengkulu Utara?

“Disekolah SDN 141 Bengkulu Utara ini memiliki visi


menciptakan sumber daya manusia dan lingkungan yang
berprestasi, asri, terampil dan beriman. Dan misi SDN 141
Bengkulu Utara yakni; yang pertama mengoptimalkan
kegiatan belajar mengajar membentuk sumber daya manusia
yang aktif, kreatif, inovatif sesuai dengan perkembangan
zaman. Kedua, membangun citra sekolah sebagai mitra
terpercaya masyarakat. Ketiga, menggalakan kegiatan
keagamaan. Keempat, Menjalin kerja sama dengan
masyarakat dan instansi terkait.”

12. Berapa Keseluruhan Siswa yang ada di SDN 141

Bengkulu Utara?

“Keseluruhan yang menimba ilmu di SDN 141


Bengkulu Utara ini ada sebanyak 89 siswa, dengan laki-laki
40 siswa dan 49 perempuan.”

13. Bagaimana sarana dan prasarana yang ada di SDN 141

Bengkulu Utara?

“Sarana dan Prasarana yang terdapat di SDN 141


Bengkulu Utara ini, alhamdulillah sudah cukup memadai
baik itu untuk siswa maupun guru dari mulai ruang kelas,
ruang guru, ruang kepala sekolah, kursi, meja, papan tulis,
buku siswa, buku guru dan lainnya.”

14. Bagaimana peran bapak sebagai kepala sekolah untuk

membantu guru dalam membentuk perkembangan

emosional siswa di masa pasca pandemi ini?

“Peran saya sebagai kepala sekolah untuk membantu


guru dalam membentuk perkembangan emosional siswa itu
adalah dengan memberikan penguatan terhadap guru
misalkan dengan acara rapat bersama, kemudian mengecek
satu persatu kelas untuk memberikan pencerahan kepada
guru dalam menghadapi siswa, serta memberikan masukan
kepada guru dalam menghadapi siswa yang tingkat
perkembangan emosionalnya kurang baik.”

15. Bagaimana upaya sekolah dalam menangani

perkembangan emosional siswa di masa pasca pandemi ?

“Upaya sekolah dalam menangani perkembnagan


emosional siswa khususnya di masa pasca pandemi ini
dengan memberikan bimbingan konseling kepada setiap
siswa melalui guru kelas masing-masing, sehingga setiap
perkembangan emosional siswa dapat terkontrol dengan jelas
mana perkembangan emosional siswa yang baik mana yang
masih kurang baik.”
Informan : Nando

Jabatan : Siswa Kelas IV SDN 141 Bengkulu Utara

Hari/tanggal : Siswa, 25 April 2022

11. Apa guru pernah memberikan bimbingan dan arahan

sebelum belajar?

“iya, ibu guru selalu memberikan arahan dan bimbingan


terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran sehingga
kami mengerti apa yang akan kami pelajari.”

12. Apa guru pernah menghukum mu di saat kamu berbuat

kesalahan? Jika pernah hukuman seperti apa ?

“iya, ibu guru pernah menghukum saya saat saya


ngelakuin salah, hukuman yang pernah ibu guru suruh itu
disuruh mencari sampah yang ada di kelas terus membuang
ke tempat sampah.”

13. Apa guru pernah memberikanmu motivasi saat proses

pembelajaran berlangsung atau saat tidak berlangsung?

“ibu guru selalu memberikan semangat dan motivasi ke


saya saat belajar dikelas dan kadang pada saat istirhata juga.”

14. Apa gurumu pernah memberikan nasehat kepadamu

saat kamu berbuat salah?


“ibu guru selalu menasehati saya saat saya berbuat salah

ke temen atau ke guru.”

15. Jika kamu berkelahi dengan teman, bagaimana sikap

guru mu ?

“saat saya berkelahi ibu guru langsung memisahkan


kami dan menanyakan masalah nya apa sampai berkelahi.”

16. Jika kamu tempramen terhadap teman atau guru, apa

yang guru lakukan padamu ?

“ibu guru langsung mendekati saya, dan menanyakan


kenapa saya mudah tempramen ke teman.”

17. Apa kamu sering menangis di kelas ?

“saya tidak pernah menangis selama di sekolah.”

18. Apa kamu sering ribut di kelas ?

“iya, saya sering ribut di kelas tapi saat ibu guru tidak

ada di kelas.”

19. Apa kamu pernah melihat guru mu memukul

menggunakan tangan atau benda keras di sekolah?

“saya tidak pernah melihat ibu memukul kami


memakai apapun.”
20. Apa yang di berikan gurumu di saat kamu mengerjakan

tugas dengan baik ?

“ibu guru memberikan bintang ke saya.”


Informan : Alsa

Jabatan : Siswa Kelas IV SDN 141 Bengkulu Utara

Hari/tanggal : Siswa, 25 April 2022

1. Apa guru pernah memberikan bimbingan dan arahan

sebelum belajar?

“iya pernah, ibu guru selalu memberikan bimbingan dan


arahan sebelum mulai pelajaran biar kami itu tau. Dan ketika
kami tidak mengerti ibu guru membimbing kami. Selain itu
ibu guru juga membimbing, menasehati kami saat kami
melakukan kesalahan.”

2. Apa guru pernah menghukum mu di saat kamu berbuat

kesalahan? Jika pernah hukuman seperti apa ?

“ibu guru gak pernah menghukum alsa, karena alsa


tidak berbuat salah, tapi ibu guru pernah menghukum temen
alsa yang berbuat salah, contoh hukumannya mencari
sampah dan membuang ke tempat sampah, mengerjakan
soal.”

3. Apa guru pernah memberikanmu motivasi saat proses

pembelajaran berlangsung atau saat tidak berlangsung?

“ibu guru selalu memberikan semangat dan motivasi


kepada kami sebelum dan sesudah pembelajaran, agar kami
melaksanakan belajar dengan hati senang. ”
4. Apa gurumu pernah memberikan nasehat kepadamu

saat kamu berbuat salah?

“iya, ibu guru selalu menasehati saya ketika saya salah


mengerjakan pr.”

5. Jika kamu berkelahi dengan teman, bagaimana sikap

guru mu ?

“sikap ibu guru mendamaikan dan menenangkan agar


tidak terjadi lagi perkelahian.”

6. Jika kamu tempramen terhadap teman atau guru, apa

yang guru lakukan padamu ?

“ibu guru langsung menegur dan mendekati untuk di


tanya supaya ibu guru tau penyebab nya apa.”

7. Apa kamu sering menangis di kelas ?

“tidak, saya tidak mennagis selama disekolah, walaupun


diganggu saya tidak menangis.”

8. Apa kamu sering ribut di kelas ?

“saya tidak pernah ribut dikelas saat belajar.”

9. Apa kamu pernah melihat guru mu memukul

menggunakan tangan atau benda keras di sekolah?

“saya tidak pernah melihat ibu guru memukul saat kami


nakal atau berantem dengan teman.”
10. Apa yang di berikan gurumu di saat kamu mengerjakan

tugas dengan baik ?

“ibu guru memberikan motivasi agar saya selalu


mempertahankan prestasi saya.”
Informan : Fauzan

Jabatan : Siswa Kelas IV SDN 141 Bengkulu Utara

Hari/tanggal : Siswa, 25 April 2022

1. Apa guru pernah memberikan bimbingan dan arahan

sebelum belajar?

“iya, ibu guru selalu memberi tahu apa yang akan di


ajarkan hari ini. ibu guru juga selalu membimbing kami
sampai kami bisa.”

2. Apa guru pernah menghukum mu di saat kamu berbuat

kesalahan? Jika pernah hukuman seperti apa ?

“saya pernah dihukum karena ribut saat upacara bendera


dan saya di beri hukuman untuk menghafal UUD 1945 dan
Pancasila.”

3. Apa guru pernah memberikanmu motivasi saat proses

pembelajaran berlangsung atau saat tidak berlangsung?

“iya, ibu guru selalu memberikan motivasi agar kami


selalu semangat karena semangat itu penting saat belajar.”

4. Apa gurumu pernah memberikan nasehat kepadamu

saat kamu berbuat salah?

“iya, ibu guru selalu memberikan nasehat kepada saya


dan teman-teman saat kami berbuat salah saat berkelahi.”
5. Jika kamu berkelahi dengan teman, bagaimana sikap

guru mu ?

“ibu guru segera memisahkan kami dan menanyakan


kenapa kami bisa berkelahi sampai kami tidak berkelahi
lagi.”

6. Jika kamu tempramen terhadap teman atau guru, apa

yang guru lakukan padamu ?

“ibu guru langsung menegur dan mendekati saya saat


saya memukul teman.”

7. Apa kamu sering menangis di kelas ?

“saya tidak pernah menangis, jika di pukul teman maka


saya balas.”

8. Apa kamu sering ribut di kelas ?

“iya, saya sering ribut dikelas saat istirahat atau pun saat
belajar.”

9. Apa kamu pernah melihat guru mu memukul

menggunakan tangan atau benda keras di sekolah?

“saya tidak pernah melihat ibu memukul kami.”

10. Apa yang di berikan gurumu di saat kamu mengerjakan

tugas dengan baik ?


“ibu guru memberikan bintang senyum kepada saya.”
Informan : Rahmat

Jabatan : Siswa Kelas IV SDN 141 Bengkulu Utara

Hari/tanggal : Siswa, 25 April 2022

1. Apa guru pernah memberikan bimbingan dan arahan

sebelum belajar?

“iya pernah, ibu guru memberikan bimbingan dan arahan


kepada kami saat sebelum memulai pelajaran, saat kami
melakukan kesalahan dan saat temab berantem”.

2. Apa guru pernah menghukum mu di saat kamu berbuat

kesalahan? Jika pernah hukuman seperti apa ?

“ibu guru pernah menghukum saya saat saya berkelahi


dengan teman, ibu guru menyuruh tiga kali keliling lapangan
dan memcari sampah di kelas lalu membuang ke tempat
sampah.”

3. Apa guru pernah memberikanmu motivasi saat proses

pembelajaran berlangsung atau saat tidak berlangsung?

“iya, ibu guru selalu memberikan semangat kepada kami


di pagi hari dan ibu guru selalu memberi motivasi kepada
kami sebelum kami pulang sekolah.”

4. Apa gurumu pernah memberikan nasehat kepadamu

saat kamu berbuat salah?


“iya, ibu guru selalu memberikan nasehat kepada saya
dan teman-teman saat kami berbuat salah saat berkelahi.”

5. Jika kamu berkelahi dengan teman, bagaimana sikap

guru mu ?

“ibu guru segera memisahkan kami dan menanyakan


kenapa kami bisa berkelahi sampai kami tidak berkelahi
lagi.”

6. Jika kamu tempramen terhadap teman atau guru, apa

yang guru lakukan padamu ?

“ibu guru langsung menegur dan mendekati saya saat


saya memukul teman.”

7. Apa kamu sering menangis di kelas ?

“saya tidak pernah menangis, jika di pukul teman maka


saya balas.”

8. Apa kamu sering ribut di kelas ?

“iya, saya sering ribut dikelas saat istirahat atau pun saat
belajar.”

9. Apa kamu pernah melihat guru mu memukul

menggunakan tangan atau benda keras di sekolah?

“saya tidak pernah melihat ibu atau bapak guru memukul


saya atau teman saya.”
10. Apa yang di berikan gurumu di saat kamu mengerjakan

tugas dengan baik ?

“ibu guru memberikan motivasi dan bintang.”


Informan : Putri

Jabatan : Siswa Kelas IV SDN 141 Bengkulu Utara

Hari/tanggal : Siswa, 25 April 2022

1. Apa guru pernah memberikan bimbingan dan arahan

sebelum belajar?

“ibu guru selalu memberikan bimbingan terdahulu


sebelum memulai pembelajaran agar kami mengerti. Ibu guru
juga memberikan bimbingan kepada kami saat kami
melakukan salah. ”

2. Apa guru pernah menghukum mu di saat kamu berbuat

kesalahan? Jika pernah hukuman seperti apa ?

“iya, ibu guru pernah menghukum saya saat saya tidak


mengerjakan pr, saya di hukum untuk menulis pr saya dua
kali.”

3. Apa guru pernah memberikanmu motivasi saat proses

pembelajaran berlangsung atau saat tidak berlangsung?

“ibu guru selalu memberikan semangat dan motivasi


terdahulu sebelum memulai pembelajaran agar kami tidak
mengantuk saat belajar.”

4. Apa gurumu pernah memberikan nasehat kepadamu

saat kamu berbuat salah?


“iya, ibu guru selalu memberikan nasehat kepada saya
dan teman-teman saat kami berbuat salah saat berkelahi.”

5. Jika kamu berkelahi dengan teman, bagaimana sikap

guru mu ?

“ibu guru segera memisahkan kami dan menanyakan


kenapa kami bisa berkelahi sampai kami tidak berkelahi
lagi.”

6. Jika kamu tempramen terhadap teman atau guru, apa

yang guru lakukan padamu ?

“ibu guru langsung menegur dan mendekati saya saat


saya memukul teman.”

7. Apa kamu sering menangis di kelas ?

“saya tidak pernah menangis, jika di pukul teman maka


saya balas.”

8. Apa kamu sering ribut di kelas ?

“iya, saya sering ribut dikelas saat istirahat atau pun saat
belajar.”

9. Apa kamu pernah melihat guru mu memukul

menggunakan tangan atau benda keras di sekolah?

“ibu guru dan guru yang lain tidak pernah memukul saya
atau teman saya yang nakal.”
10. Apa yang di berikan gurumu di saat kamu mengerjakan

tugas dengan baik ?

“ibu guru memberikan bintang senyum kepada saya saat


saya mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan ibu guru
dengan baik.”
DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1 : Wawancara dengan kepala sekolah

Gambar 2 : Wawancara dengan Wali kelas IV


Gambar 3 : kegiatan pembelajaran

Gambar 4 : Wawancara dengan siswa


Gambar 5 : Foto bersama dengan dewan guru

Gambar 6 : Foto Bersama dengan Guru Kelas Dan Siswa Kelas IV

Anda mungkin juga menyukai