Makalah PR KLP 6
Makalah PR KLP 6
Makalah PR KLP 6
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Public Relation
FAKULTAS SYARIAH
TAHUN 2024/2025
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa,
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah tentang “STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PUBLIC
RELATION”
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mmemenuhi
salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah Public Relation.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2
A. Strategi Komunikasi Public Relation.......................................................... 2
B. Perumusan Strategi...................................................................................... 4
C. Menyusun Pesan.......................................................................................... 6
D. Menetapkan Tehnik..................................................................................... 7
E. Penggunaan Media...................................................................................... 9
BAB III PENUTUP......................................................................................................... 10
A. Kesimpulan............................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada perkembangan dalam masyarakat, manusia yang satu dengan manusia
lainya yang memiliki hubungan semakin jauh, itu disebabkan oleh hubungan antar
manusia menimbulkan nilai-nilai baru yang mengakibatkan pada perubahan pada
sektor politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Bila diperhatikan perkembangan masyarakat di era globalisasi saling pengaruh
mempengaruhi dalam memenuhi berbagai kepentingan dan inilah yang dinamakan
Public. Scott M. Cutlip dan Allen H. Center dalam buku “Effective Public relations”
menjelaskan tentang public yaitu,”A public is simply a collective noun for a group- a
group of individuals tied together by some common bound of interest- and sharing a
sense of togetherness” (Public merupakan sebuah harta benda kolektif bagi suatu
kelompok- kelompok orang yang sama-sama terikat oleh suatu kepentingan yang
sama dan menunjukkan perasaan kebersamaan).
Oleh sebab itu, Public Relations atau humas sangat diperlukan baik pada
tingkat pemerintahan maupun perusahaan. Public relations diharapkan dengan
masyarakat dalam berbagai aktivitas bisa sama-sama memberikan informasi dengan
tujuan bersama. Masyarakat yang memiliki latar belakang dari berbagai bentuk
kebutuhan maka banyak timbul gejolak-gejolak atau persepsi dalam memandang dan
menanggapi berbagai informasi. Untuk melihat setiap gejolak yang timbul, Public
relations harus memiliki strategi dan membiasakan diri berorientasi kemasa depan
yang merupakan sebagai sikap yang harus dimiliki oleh manusia dalam problem
kemasyarakatan agar komunikasi yang disampaikan tepat pada sasaran yang
diinginkan.
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Morissan, Pengantar Public Relations Strategi Menjadi Humas Profesional, (Jakarta : Ramdina Prakasa, 2006)
hal 134.
2
komunikasi yang berkolerasi secara fungsional pada paradigma Lasswell itu
merupakan jawaban pertanyaan yang diajukan.
- Who (Siapa) : Komunikator
- Says What (Mengatakan apa) : Pesan
- In Which Channel (Melalui saluran apa) : Media
- To Whom (Kepada siapa) : Komunikan
- With What Effect (Dengan efek apa) : Efek
1. Who ( Komunikator)
Dalam proses komunikasi ada komunikator, yaitu orang yang mengirim dan
menjadi sumber informasi dalam segala situasi. Penyampaian informasi yang
dilakukan dapat secara sengaja maupun tidak sengaja.2
2. Says What ( Pesan )
Komunikator menyampaikan pesan-pesan kepada sasaran yang dituju. Pesan
yaitu sesuatu yang dikirimkan atau yang disampaikan. Pesan yang disampaikan dapat
secara langsung maupun tidak langsung dan dapat bersifat verbal maupun non verbal.
3. In Which Channel ( Media yang digunakan )
Dalam menyampaikan pesan-pesannya, komunikator harus menggunakan
media komunikasi yang sesuai keadaan dan pesan disampaikan. Adapun media adalah
sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan-pesan yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan.
4. To Whom ( Komunikan )
Komunikan merupakan individu atau kelompok tertentu yang merupakan
sasaran pengiriman seseorang yang dalam proses komunikasi ini sebagai penerima
pesan, Dalam hal ini komunikator harus cukup mengenal komunikan yang
dihadapinya sehingga nantinya diharapkan mendapatkan hasil yang maksimal dari
pesan yang disampaikan.
5. With What Effect ( Efek )
Efek adalah respon, tanggapan atau reaksi komunikasi ketika ia atau mereka
menerima pesan dari komunikator. Sehingga efek dapat dikatakan sebagai akibat dari
proses komunikasi.
2
Anne Gregory, Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations, (Erlangga : Jakarta, 2004), hal 98-
99.
3
Dengan berpolakan formula Lasswell itu, komunikasi didefinisikan sebagai
“proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui suatu media
yang menimbulkan efek”.
B. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi khalayak memiliki kekuatan penangkal yang
bersifat psikologi dan sosial bagi setiap pengaruh yang berasal dari luar diri dan
kelompoknya. Di samping itu khalayak tidak hanya dirangsang oleh hanya satu pesan
saja melainkan banyak pesan dalam waktu yang bersamaan. Artinya terdapat juga
kekuatan pengaruh dari pesan-pesan lain yang datang dari sumber (komunikator) lain
dalam waktu yang sama, maupun sebelum dan sesudahnya. Dengan demikian pesan
yang diharapkan menimbulkan efek atau perubahan pada khalayak bukanlah satu-
satunya “kekuatan”, melainkan, hanya satu di antara semua kekuatan pengaruh yang
bekerja dalam proses komunikasi, untuk mencapai efektivitas. 3
Jadi efek tidak lain dari paduan sejumlah kekuatan yang bekerja dalam
keseluruhan proses komunkasi. Justru itu, maka pesan sebagai satu-satunya yang
memiliki oleh komunikator harus mampu mengunguli semua kekuatan yang ada
untuk menciptakan efektivitas. kekuatan pesan ini, dapat didukung oleh metoda
penyajian, media dan kekuatan kepribadian komunikator sendiri.
Suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan
yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi
3
Sandra Oliver, Strategi Public Relation, (Erlangga : Jakarta, 2006), hal 3.
4
komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama
memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak. Itulah sebabnya maka langkah
pertama yang diperlukan ialah mengenal khalayak dan sasaran. Kemudian
berdasarkan pengenalan dan komunikator yang dipilih, sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada. Hal ini dimaksudkan selain agar kekuatan penamgkal yang dimiliki
khalayak dapat “dijinakkan”, juga untuk mengalahkan kekuatan pengaruh dari pesan-
pesan lain yang berasal dari sumber (komunikator) lain. Cara ini merupakan persuasi
dalam arti yang sesungguhnya.
5
Keenam, menetapkan action plan atau rencana tindak – agenda
setting – timeline – program – kegiatan, termasuk agenda semua program dan
kegiatan, baik eksternal maupun internal.
Ketujuh, adalah mengevaluasi keberhasilan.
Sangat penting untuk mengetahui bahwa strategi komunikasi efektif. Evaluasi
dapat dilaksanakan setelah satu tahun untuk mengetahui apakah ada perubahan
persepsi. Jika tidak, strategi perlu disesuaikan karena mungkin situasi berubah.
C. Menyusun Pesan
Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya dalam
perumusan strategi, ialah menyusun pesan, yaitu menetukan tema dan materi. Syarat
utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu
mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian.
Perhatian adalah pengamanan yang terpusat. Dengan demikian awal dari suatu
efektivitas dalam komunikasi, ialah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap
pesan - pesan yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan AA Procedure atau from
Attention to Action procedure. Artinya membangkitkan perhatian (Attention) untuk
selanjutnya menggerakkan seseorang atau orang banyak melakukan kegiatan (Action)
sesuai tujuan yang dirumuskan.
Selain AA procedure dikenal juga rumus klasik AIDDA sebagai adoption
process, yaitu Attention, Interst, Desire, Decision dan Action. Artinya dimulai dengan
membangkitkan perhatian (Attention), kemudian menumbuhkan minat dan
kepentingan (Interest), sehingga khalayak memiliki hasrat (Desire) untuk menerima
pesan yang dirangsangkan oleh komunikator, dan akhirnya diambil keputusan
(Decision) untuk mengamalkannya dalam tindakan (Action). Jadi proses tersebut,
harus bermula dari perhatian, sehingga pesan komunikasi yang tidak menarik
perhatian, tidak akan menciptakan efektivitas. Dalam masalah ini, Wilbur Schramm
mengajukan syarat-syarat untuk berhasilnya pesan tersebut sebagai berikut :4
a. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga
pesan itu dapat menarik perhatian sasaran yang dituju.
b. Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada
pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua
pengertian itu bertemu.
4
Fred R David, Manajemen Strategi dan Konsep, (Jakarta: Perhelalindo, 2002), hal 3.
6
c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran dan
menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu.
d. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan
yang layak bagi situasi kelompok di mana kesadaran pada saat digerakkan
untuk memberikan jawaban yang dikehendaki.
Availability, berarti isi pesan itu mudah diperoleh sebab dalam persoalan yang
sama orang selalu memilih yang paling mudah, yaitu yang tidak terlalu banyak
meminta energi atau tenaga.
Contrast, berarti pesan itu, dalam hal menggunakan tanda-tanda dan medium
memiliki perbedaan yang tajam dengan keadaan sekitarnya.
D. Menetapkan Tehnik
Dalam dunia komunikasi pada teknik penyampaian atau mempengaruhi itu
dapat dilihat dari dua aspek yaitu : menurut cara pelaksanaan dan meurut bentuk
isinya. Hal tersebut dapat diuraikan lebih lanjut, bahwa yang petama, semata-mata
melihat komunikasi itu dari segi pelaksanaannya dengan melepaskan perhatian dari isi
pesannya. Sedang yang kedua, yaitu melihat komunikasi itu dari segi bentuk
pernyataan atau bentuk pesan dan maksud yang dikandung. Oleh karena itu yang
pertama menurut cara pelaksanaanya, dapat diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu
redundancy (repetition) dan Canalizing. Sedang yang kedua menurut bentuk isinya
dikenal teknik-teknik : informatif, persuasif, edukatif, dan koersif.
1. Redundancy (Repetition)
Redundancy atau retition, adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan
mengulang-ngulang pesan kepada khalayak. Dengan teknik ini sekalian
banyak manfaat yang dapat di tarik darinya. Manfaat itu atara lain bahwa
khalayak akan lebih memperhatikan pesan itu, karana justru berkontras dengan
7
pesan yang tidak diulang-ulang, sehingga ia akan lebih banyak mengikat
perhatian.
2. Canalizing
Canalizing adalah memahami dan meneliti pengaruh kelompok tarhadap
individu atau khalayak. Untuk berhasilnya komunikasi ini, maka haruslah
dimulai dari memenuhi nilai-nilai dan standard kelompok dan masyarakat dan
secara berangsur-angsur merubahnya ke arah yang dikehendaki. Akan tetapi
bila hal ini kemudian ternyata tidak mungkin, maka kelompok tersebut secara
perlahan-lahan dipecahkan, sehingga anggota-anggota kelompok itu sudah
tidak memiliki lagi hubungan yang ketat. Dengan demikian penagruh
kelompok akan menipis dan akhirnya akan hilang sama sekali. Dalam keadaan
demikian itulah pesan-pesan akan mudak diterima oleh komunikan.
3. Informatif
Teknik Informatif adalah suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan
mempengaruhi khalayak dengan jalan memberikan penerangan. Penerangan
berarti menyampaikan sesuatu apa adanya, apa sesungguhnya, di atas fakta-
fakta dan data-data yang benar serta pendapat-pendapat yang benar pula.
o Memberikan informasi tentang fakta semata-mata, juga fakta bersifat
kontropersial, atau
o Memberikan informasi dan menuntun umum ke arah pendapat.
4. Persuasif
Persuasif berarti, mempengaruhi dengan jalan membujuk. Dalam hal ini
khalayak digugah baik pikirannya, maupun dan terutama perasaannya. Perlu
diketahui, bahwa situasi mudah terkena sugesti ditentukan oleh : kecakapan
untuk mengsugestikan atau menyarankan sesuatu kepada komunikan
(suggestivitas), dan mereka itu sendiri diliputi oleh keadaan mudah untuk
menerima pengaruh (suggestibilitas). Jadi di pihak menugesti khalayak, dan
menciptakan situasi bagaimana khalayak itu supaya mudah terkena sugesti,
adalah proses kental sebagai hasil penerimaan yang tidak kritis dan di
8
realisasikan dalam perbuatan kepercayaan atau cita-cita yang dipengaruhi
orang lain.
5. Edukatif
Teknik edukatif, sebagai salah satu usaha mempengaruhi khalayak dari suatu
pernyataan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan dalam bentuk pesan
yang akan berisi: pendapat-pendapat, fakta-fakta, dan pengalaman-
pengalaman. Mendidik berarti memberikan sesuatu ide kepada khalayak apa
sesungguhnya, di atas fakta-fakta, pendapat dan pengalaman yang dapat
dipertanggungjawabkan dari segi kebenaran, dengan disengaja, teratur dan
berencana, dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang
diinginkan.
6. Koersif
Koersif berarti mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa. Teknik
koersif ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk peraturan-peraturan,
perintahperintah dan intimidasi-intimidasi. Untuk pelaksanaanya yang lebih
lancar biasanya dibelakangnya berdiri suatu kekuatan yang cukup tangguh.
E. Penggunaan Media
Penggunaan medium sebagai alat penyalur ide, dalam rangka merebut
pengaruh khalayak adalah suatu hal yang merupakan keharusan, sebab media dapat
menjangkau khalayak yang cukup besar. Media merupakan alat penyalur, juga
mempunyai fungsi sosial yang kompleks.
Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang ingin
dilancarkan, kita harus selektif, dalam arti menyesuaikan keadaan dan kondisi
khalayak, maka dengan sendirinya dalam penggunaan media pun, harus demikian
pula. Justru itu selain kita harus berfikir dalam jalinan faktor-faktor komunikasi
sendiri juga harus dalam hubungannya dengan situasi sosial-psikologis, harus
diperhitungkan pula. Hal ini karena masing-masing medium tersebut mempunyai
kemampuan dan kelemahan-kelemahan tersendiri sebagai alat.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Strategi komunikasi Public Relations tidak memerlukan taktik atau persuasi khusus
apakah penerima secara budaya berbeda dari penulis pesan, dan kita dapat berasumsi
bahwa pesan tersebut tertarik dengan apa yang perlu dikatakan penerima. Tetap untuk
bersikap netral dan gunakan perencanaan langsung untuk mengatur pesan. Mulailah
dengan penjelasan ide yang jelas dan jelaskan detailnya dengan pernyataan yang tulus
seperti yang diperlukan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Uchyana Effendi, Onong (2007); Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Remaja
Rosdakarya ; Bandung
11