Kelompok 1 (Rangkuman Modul 4 & 5)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI SD


“MODUL 4 dan MODUL 5”

Oleh:
Kelompok 1
Teguh Andriyanto (858182974)
Ahmad Fauzi (858182189)
Lailatul Hamidah (858175456)
Cordelya Hasudungan (858175051)
Lina Rochmatiningsih (858174121)
Divi Febrian Setya Hutama (858177166)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UPBJJ UNIVERSITAS TERBUKA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2023/2024 (2024.1)
Modul 4 - Karakteristik Perkembangan Siswa Sekolah Dasar

KB. 1 Karakteristik Perkembangan Fisik, Motorik, Emosi, dan Sosial


Anak
A. Karakteristik Perkembangan Fisik
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Faktor-faktor tersebut meliputi : pengaruh keluarga/keturunan, gizi,
tingkat sosial ekonomi, emosional, jenis kelamin, ,kesehatan, suku
bangsa, serta ras. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan fisik pada anak
1. Pengaruh keluarga/keturunan
2. Gizi
3. Tingkat Sosial Ekonomi
4. Faktor Emosional
5. Jenis Kelamin
6. Kesehatan
7. Suku bangsa/ras

B. Karakteristik Perkembangan Motorik


Motorik merupakan gerakan-gerakan tubuh yang terkoordinasi karena
adanya kerjasama otot, otak dan saraf. Ketiga unsur tersebut
melaksanakan perannya masijg-masing secara interaksi positif, artinya
antar unsur yang satu berkaitan, saling menunjang saling melengkapi,
sehingga akan tercapai kondisi motoris yang lebih sempurna.
Keterampilan motorik akan berkembang baik bila dipelajari, dan adanya
bimbingan. Seperti keterampilan memegang pensil atau sendok. Untuk
anak usia sekolah dasar, antara otot, otak, dan syarafnya sudah
berkembang baik sehingga gerakan motoriknya juga sudah terkoordinasi
dengan baik pula. Semakin bertambah usia anak, maka semakin
sempurna gerakan motoriknya. Hingga benar-benar dapat menyamai
orang dewasa. Seperti contoh pada gerakan-gerakan berikut ini :
1. Cara memegang
2. Cara berjalan
3. Cara menendang

C. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN EMOSI


Pada umumnya ungkapan emosi anak usia sekolah dasar
teraktualisasi dengan tertawa lepas dalam mengungkapkan
kegembiraan atau rasa senangnya, sedang pada anak yang mengalami
kekecewaan atau kekesalan tak jarang mereka mengungkapkannya
dengan ledakan amarah, merajuk, atau cemberut. Sekolah dasar sudah
mulai tahu bahwa ungkapan emosi terutama emosi yang kurang baik,
secara sosial tidak diterima oleh teman sebaya atau orang lain,
sehingga anak mulai berusaha mengendalikan ungkapan-ungkapan
emosi tersebut. Kita tahu bahwa usia sekolah dasar merupakan masa
peralihan antara masa anak dan menjelang remaja, sehingga emosi
anak kadang-kadang kurang stabil.

D. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SOSIAL


Perkembangan sosial berarti suatu gambaran tentang perilaku
anak dalam kehidupan sosialnya. Pada usia sekolah dasar
perkembangan sosial anak dapat disebut sebagai usia kelompok. Pada
umumnya anak lebih senang bermain dengan teman-teman
sekelompoknya dibandingkan dengan saudara-saudara kandung,
orangtua, atau anggota keluarga lainnya. Agar anak bersosialisai
dengan baik, perlu belajar mengenal, menafsirkan dan melakukan reaksi
secara tepat terhadap situasi sosial yang mereka hadapi. Anak mulai
belajar mencari titik temu antara kebutuhan dan harapan dirinya dengan
harapan dan kebutuhan orang lain. Motivasi berteman pada anak
sekolah dasar dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu :
1. Tahap pemenuhan kebutuhan
2. Tahap balas jasa
3. Tahap teman akrab.
Untuk mengetahui hubungan antar siswa dalam satu kelas, guru dapat
mempergunakan teknik sosiometri. Melalui teknik sosiometri tersebut
akan terlihat siapa yang banyak temannya, atau siapa yang tidak
mempunyai teman. Adapun kegunaan teknik sosiometri bagi guru
adalah dapat mengidentifikasi (ditemukan) siswa mana yang
memerlukan bantuan dalam menyesuaikan dirinya terhadap kelompok.
KB. 2 Karakteristik Perkembangan Intelektual, Bahasa, Moral, dan
Spiritual Anak

A. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN INTELEKTUAL


Intelensi atau intelek, pada dasarnya mempunyai arti yang sama,
dalam hal ini intelek maksudnya ialah pikir, sedangkan intelektual
adalam kemampuan kecerdasan. Pada usia sekolah dasar anak mulai
memperhatikan keadaan sekelilingnya dengan objektif. Anak memasuki
masa belajar, pada masa ini anak mulai ingin mengetahui segala
sesuatu, mereka berusaha menambah pengetahuan, kemampuan,
maupun pengalamannya. Menurut piaget perkembangan kognitif anak
usia sekolah dasar termasuk pada tahap perkembangan operasi
konkret pada tahap ini anak mampu berfikir secara logis dan kuantitatif,
mereka mampu berperilaku objektif dalam mengkaji kejadian
Adapun percobaan konservasi piaget dibawah ini
1. Desentrasi dan konservasi
2. Seriasi
3. Pemikiran rasional
4. Inklusi kelas

B. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN BAHASA ANAK


Bahasa digunakan oleh manusia maupun binatang, tetapi manusia
mempunyai kemampuan berbahasa lebih tinggoi derajatnya daripada
binatang. Karena manusia mempunyai akal dan pikiran, juga
mempunyai ragam bahasa. Dalam berkomunikasi, manusia juga harus
memperhatikan aturan atau nilai - nilai yang dianut oleh masyarakat.
Jika dalam berkomunikasi tidak memperhatikan nilai yang ada, maka
berkomunikasi tersebut tidak akan efektif. Disekolah guru memberikan
contoh berbuat yang baik pada anak, demikian juga dirumah, orang tua
memberi teladan bagi anak - anaknya, karena anak-anak masih suka
mencontoh perilaku, tutur kata, tindakan orang tua, guru maupun
teman sebayanya. Beberapa contoh perkembangan bahasa pada
anak.
1. Perkembangan bahasa
2. Fungsi bicara
a. Untuk mengekspresikan perasaan
b. Untuk mempengaruhi orang lain
c. Untuk menyampaikan informasi
3. Tahap-tahap bicara
a. Menangis
b. Berceloteh
c. Holofrase
4. Faktor-faktor yang memacu anak cepat bicara
a. Keluarga
b. Media Elektronik
c. Sekolah

C. PERKEMBANGAN MORAL
Dalam pergaulan sehari-hari kita sering mendengar kata moral yang di
hubungkan dengan tingkah laku orang. tingka h laku yang bermoral
adalah tingkah laku yang sesuai dengan nilai - nilai tata cara/adat yang
terdapat dalam kelompok atau masyarakat. Nilai moral bukanlah
sesuatu yang diperoleh dari lahir melainkansesuatu yang di peroleh dari
luar.
1. Perkembangan moral menurut beberapa pakar
Usia sekolah dasar merupakan tahun-tahun imajinasi, keajaiban bagi
anak. Di usia ini anak mulai bergolak, mempunyai keinginan yang
sangat besar untuk menjelajah, mencoba, sampai akhirnya menemukan
sesuatu kegiatan yang cocok dengan dirinya.
a. Menurut piaget anak usia sekitar 5 tahun mempunyai konsep bahwa
benar atau salah masih dipahami dengan kaku. Anang menganggap
berbohong itu adalah perbuatan yang salah dan tidak baik tetapi pada
anak usia sekitar 11 tahun, yang proses berfikirnya sudah mulai
berkembang. Banyak bergaul dengan teman sebayanya dan adanya
pengaruh dari lingkungan, terkadang menganggap berbohong tidak
selalu buruk.
b. Menurut Kohlberg moralitas anak baik untuk tingkat pertama
perkembangan moral anak-anak. Pada tahap ini anak mengikuti semua
peraturan yang telah diberikan, dengan tujuan untuk mengambil hati
orang lain dan berharap dapat diterima dalam kelompok. Pada tingkat
kedua perkembangan moral anak, kohlberg menyebutnya dengan
moralitas konvensional atau moralitas dari aturan-aturan. Yang
dimaksud disini, anak menyesuaikan diri pada peraturan-peraturan yang
ada. Dalam kelompok dan disepakati bersama oleh kelompok tersebut.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi moral
a. Lingkungan rumah
b. Lingkungan sekolah
c. Teman sebaya dan aktivitasnya
d. Intelegensi dan jenis kelamin

D. PERKEMBANGAN AGAMA
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, arus informasi dapat
diterima begitu cepat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Hal tersebut dapat mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan anak,
sehingga dapat mengikis nilai-nilai keagamaan. Dalam
menyampaikan materi pembelajaran agama atau mata pembelajaran
yang lainnya, guru dituntut untuk kreatif melalui metode maupun
media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kemampuan dan
kondisi siswanya. Berikut ini adalah macam-macam metode yang
dapat digunakan dalam pembelajaran di SD.
1. Metode Bercerita
2. Metode bermain
3. Metode Karyawisata
4. Metode Demonstrasi
5. Metode Pemberian Tugas
6. Metode diskusi dan Tanya Jawab

Kesimpulan Modul 4:
Berdasarkan ulasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik perkembangan fisik, motorik, emosi, dan sosial anak
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti (a) keluarga, (b) gizi, (c )
tingkat sosial ekonomi, (d) emosional, (e) jenis kelamin, (f) kesehatan,
dan (g) suku bangsa.
2. Karakteristik perkembangan motorik terdiri motorik halus dan kasar.
3. Karakteristik juga dipengaruhi oleh perkembangan emosional,
lingkungan sosial, perkembangan intelektual, perkembangan bahasa,
perkembangan moral dan perkembangan agama
4. Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran antara lain: (a)
metode bercerita, (b) metode bermain, (c ) metode karyawisata, (d)
metode demonstrasi, (e) metode pemberian tugas, (f) metode diskusi
dan tanya jawab
Modul 5 - Karakteristik Belajar Siswa Sekolah Dasar

KB. 1 Bentuk-bentuk Kegiatan Belajar yang Biasa Dilakukan Siswa


Sekolah Dasar

A. Belajar Menemukan

Karakteristik belajar siswa SD dapat dilihat dari bentuk – bentuk


kegiatan belajar yang biasa dilakukan oleh siswa di SD tempat
mereka belajar sehari – hari. Bentuk – bentuk kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa SD diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk belajar menemukan, menyimak, meniru,
menghafal, merangkai, mengamalkan, menganalisis, merespon,
mengorganisasikan, mengambil keputusan, berlatih, menghayati,
dan mengamati.

Kegiatan pengembangan masing – masing kemampuan belajar pada


siswa SD dapat dilakukan dengan berbagai cara, sesuai dengan
karakteristik siswa dan kreatifitas guru, sehingga dengan demikian
diharapkan kemampuan belajar siswa SD dapat berkembang secara
maksimal.

Untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam belajar


menemukan, guru dapat menerapkan metode discovery learning
yang dikemukakan oleh Bruner, selain itu dapat juga menggunakan
metode eksperimen ( experimental method ).

B. Belajar Menyimak

Pada kegiatan belajar menyimak, biasanya dilakukan pada mata


pelajaran Bahasa Indonesia melalui permainan kata dan pertanyaan.
Sedangkan untuk mengembangkan kemampuan belajar meniru, guru
dapat menggunakan kegiatan bermain peran mengenai pekerjaan /
profesi yang ada di sekitar siswa.

Contoh kegiatan belajar yang dapat dilakukan oleh guru untuk belajar
menyimak siswa adalah sebagai berikut:

1. Bermain dengan kata, dengan cara mengajak siswa bermain


dengan bahasa, seperti bercerita, membaca serta menulis. Gaya
belajar ini sangat menyenangkan karena dapat membantu siswa
mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal – hal lainnya dengan cara
mendengar kemudian menyebutkannya. Cara lain adalah dengan
melakukan permainan “kuda bisik”. Melalui permainan ini, siswa
dituntut untuk menyimak apa yang disampaikan oleh temannya untuk
kemudian diteruskan kepada teman yang lain.

2. Bermain dengan pertanyaan, misalnya, guru memancing


keingintahuan dengan berbagai pertanyaan. Setiap kali muncul
jawaban, kejar dengan pertanyaan , hingga didapatkan hasil yang
paling akhir atau kesimpulan.

3. Bermain dengan gambar, misalnya membuar gambar,


merancang, dan melihat gambar, slide, video, atau film.

4. Bermain dengan musik, misalnya menggali informasi, melalui


syair atau kata – kata yang terdapat pada lagu tersebut.

C. Belajar Meniru

Anak – anak merupakan pribadi yang sangat suka meniru ( modelling


) dari lingkungan sekitarnya. Guru dan orang tua merupakan
lingkungan yang paling dekat dengan anak. Anak akan banyak sekali
belajar melalui melihat, mengamati, menginternalisasi, hingga meniru
dalam bentuk perilaku, bahkan hingga perilaku hasil meniru itu
menetap sebagai suatu kebiasaan dan kegemaran. Oleh karena itu,
sebagai guru hendaknya selalu memberi contoh yang baik karena
budaya meniru siswa tersebut. Siswa akan berperilaku sesuai
dengan apa yang biasa dilihatnya. Contohnya siswa bermain peran
sabagai polisi lalu lintas, dokter, guru, ibu rumah tangga sesuai
dengan apa yang biasanya mereka lihat sehari – hari.

D. Belajar Menghafal

Pada pengembangan kemampuan menghafal, hendaknya siswa


diberi bekal pengetahuan dan berpikir logis serta sistematis,
sehingga siswa tidak hanya berada pada tingkatan ingatan dan
pemahaman saja. Kecenderungan siswa belajar dengan metode
menghafal ini disebabkan oleh budaya yang terjadi di sekolah yang
pada umumnya didominasi oleh komunikasi satu arah, yaitu guru ke
siswa dan kurang merangsang rasa ingin tahu, prakarsa maupun
individualisasi. Siswa menjadi penerima yang pasif. Walaupun
kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) telah dicanangkan
sebagai dasar strategi proses belajar mengajar, namun dalam praktik
di lapangan yang terjadi masih dalam pola siswa Datang, Duduk,
Dengar, Catat dan Hafal (D3CH) dan siswa tidak dibiasakan untuk
belajar secara aktif. Lambat laun siswa menjadi cenderung suka
mencari gampangnya saja dalam belajar. Hal ini akan terpola dalam
banyak bentuk kebiasaan belajar, sehingga siswa kehilangan sense
of learning atau kepekaan untuk belajar. Oleh karena itu, guru
sebagai pendidik harus membenahi metode belajar siswa. Disamping
memberi bekal keterampilan belajar, guru harus berusaha
membiasakan siswa menggunakan metode berfikir logis dan
sistematis pada siswa dalam belajarnya.

E. Belajar Merangkai

Untuk meningkatkan kemampuan merangkai , guru dapat


menggunakan permainan aneka jenis binatang dengan
karakteristiknya. Sedangkan untuk mengembangkan kemampuan
mengamalkan, biasanya diterapkan pada mata pelajaran PPKn dan
Agama karena pada mata pelajaran tersebut siswa diajarkan tentang
nilai – nilai moral dan pengalamannya dalam kehidupan sehari – hari.

F. Belajar Mengamalkan

Kegiatan belajar mengamalkan biasanya erat kaitannya dengan mata


pelajaran PPKn dan Agama, karena pada mata pelajaran tersebut
anak diajarkan tentang nilai – nilai moral dan perilaku yang
hendaknya ditampilkan pada saat mereka bersosialisasi di
masyarakat. Contohnya pada saat mempelajari tentang sikap saling
hormat – menghormati antara penganut agama yang satu dengan
yang lain, siswa diajak untuk menanamkan nilai yang terkandung dari
pelajaran tersebut dalam kehidupannya sehari – hari dengan cara
menghormati teman yang sedang berpuasa, memberi selamat hari
raya kepada teman yang sedang merayakan hari besar agamanya,
dan lain –lain.

G. Belajar Menganalisis
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan
kemampuan belajar menganalisis pada siswa SD adalah dengan
menggunakan permainan teka –teki atau tebak – tebakan, sehingga
anak terbiasa menganalisis suatu permasalahan berdasarkan
informasi yang tersedia dan mencari jawabannya.

Manfaat dari permainan teka – teki ini adalah:

1. Mengasah daya ingat

2. Belajar klarifikasi

3. Mengembangkan kemampuan analisis

4. Menghibur

H. Belajar Merespon

Respon merupakan tanggapan yang diberikan oleh seseorang


sebagai reaksi dari suatu tertentu. Contoh kegiatan yang dapat
mengembangkan kemampuan merespon bagi siswa SD adalah
dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan seputar peristiwa
yang terjadi di sekitarnya. Misalnya bagaimana respon/tanggapan
yang diberikan siswa apabila temannya sedang ditimpa musibah
banjir, gempa bumi, atau tanah longsor.

I. Belajar Mengorganisasikan

Belajar mengorganisasikan disini sesuai dengan teori belajar


humanistik yang dikemukakan Carl Rogers. Menurut Rogers yang
penting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

1. Manusia memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar

2. Siswa akan mempelajari hal – hal yang bermakna bagi dirinya

3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan


bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar
tentang proses.
Dalam rangka mengembangkan kemampuan mengorganisasikan,
guru dapat membiasakan siswa berpikir dalam bentuk skema,
kemudian mengorganisasikan informasi atau pengetahuan yang
diperolehnya ke dalam pemikirannya masing – masing.
Pengembangan mengorganisasikan ini sesuai dengan teori
humanistik yang dikemukakan oleh Rogers.

J. Belajar Mengambil Keputusan

Pengembangan kemampuan untuk mengambil keputusan dapat


dilakukan dengan metode problem solving atau pemecahan
masalah. Sementara untuk mengembangkan kemampuan berlatih,
guru dapat menggunakan metode bermain peran dengan cara
mengajak siswa untuk praktik jual beli di warung sekolah.

K. Berlatih

Untuk membiasakan anak berlatih melakukan kegiatan sehari –hari,


guru dapat mengadakan kegiatan bermain peran, misalnya
melakukan transaksi jual beli, seperti yang diterapkan di sekolah
alam Ar-Ridho dalam pembelajaran matematika. Contoh lainnya
adalah seorang guru melakukan praktik mengajar mata pelajaran IPS
di SDN Kalisalak II Kebasen dan SD Gombong V, Kebumen. Salah
satu kegiatannya adalah siswa diajak ke warung dekat sekolah,
dengan menanyakan berbagai jenis barang, harga beli dan harga
jual.

L. Belajar Menghayati

Kegiatan belajar menghayati biasanya dilakukan pada saat


mengajarkan mata pelajaran kesenian. Pada mata pelajaran ini,
siswa diajarkan bagaimana menghayati suatu peran (drama) dan
menghayati sebuah lagu, sehingga dengan melakukan penghayatan
tersebut, siswa dapat memahami karakter atau sifat dari tokoh yang
diperankan atau makna yang terkandung dari sebuah lagu.

M. Belajar Mengamati

Untuk membelajarkan anak tentang kemampuan mengamati, contoh


kegiatan yang dapat dilakukan adalah mengajak anak untuk
mengenal ekosistem perairan laut yang memiliki keanekaragaman
hayati tinggi, yang menjadi sumber pangan, mineral, penghasilan,
dan bibit budidaya serta berfungsi menyerap karbon dari udara.
Kegiatan ini diterapkan dengan metode Edutainment (edukasi dan
entertainment) seperti yang dilakukan oleh Gelanggang Samudra
Ancol.

KB. 2 Motivasi Belajar Siswa

Kata motif merupakan kata dasar motivasi yang diartikan sebagai


daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Pengertian motivasi mengandung 3 hal penting, yaitu: hal yang
mengawali kegiatan perubahan energi seseorang dan nampak
sebagai kegiatan fisik, motivasi ditandai dengan adanya rasa, dan
pemahaman terhadap motivasi sebagai respon dari adanya aksi
berupa tujuan yang didasarkan atas kebutuhan.

A. Ruang Lingkup Motivasi

Pengertian motivasi sebagai perubahan energi yang ditandai dengan


munculnya rasa tapi diawali dahulu dengan adanya tanggapan
terhadap tujuan oleh Mc. Donald mengandung 3 aspek penting,
yaitu:

1. Motivasi adalah hal yang mengawali kegiatan perubahan energi


pada seseorang, sehingga yang terlihat adalah yang menyangkut
kegiatan fisik.

2. Kemunculan motivasi ditandai dengan adanya rasa.

3. Motivasi sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yaitu


tujuan. Sedangkan tujuan sendiri menyangkut soal kebutuhan.

Teori tentang motivasi lahir dan dan berkembang dengan tingkatan –


tingkatannya. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang motivasi yang
selalu terkait dengan masalah kebutuhan (Teori Abraham Maslow),
yaitu:

1. Kebutuhan fisiologis seperti haus, lapar, kebutuhan untuk istirahat.


2. Kebutuhan akan keamanan, bebas dari rasa cemas, dan khawatir.

3. Kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa diterima dalam suatu


kelompok masyarakat.

4. Kebutuhan akan penghargaan seperti dihargai karena


kemampuan, kebutuhan untuk diakui kenaikan status atau pangkat
pada diri seseorang.

5. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan


bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan,
sosial, dan pembentukan pribadi. (Purwanto, 1990)

Begitu pula dengan kegiatan belajar, sangat membutuhkan motivasi


agar kegiatan belajar pada diri siswa dapat bermanfaat dan berhasil.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada beberapa fungsi motivasi
yaitu sebagai berikut:

1. Motivasi sebagai motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan


dikerjakan

2. Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus


dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya

3. Motivasi dapat menjadi alat untuk menyeleksi perbuatan

4. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk usaha mencapai


prestasi.

Berkaitan dengan jenis motivasi, ada beberapa sudut pandang yang


membagi motivasi menjadi beberapa macam. Namun, disini kita
hanya akan mengkaji motivasi intrinsik dan ekstrinsik saja.

1. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif – motif yang menjadi aktif atau


berfungsi yang tidak memerlukan rangsangan dari luar diri
seseorang, karena biasanya dalam diri seseorang tersebut sudah
ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contohnya adalah
seorang siswa yang melakukan kegiatan belajar karena ingin
menambah ilmu, nilai, atau keterampilan.
2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang di dalam aktifitas belajar


dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak
secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Sebagai contohnya
adalah seseorang akan belajar hingga keesokan harinya akan dapat
mengerjakan soal dengan baik dan mendapat nilai 100, dengan
harapan akan mendapatkan hadiah dari orangtuanya.

Anda sebagai guru perlu secara berhati –hati memilih motivasi yang
tepat bagi kegiatan belajar siswa, karena dapat saja pemberian
motivasi yang tidak tepat dapat mempengaruhi perkembangan
belajar ke arah negatif. Dibawah ini akan diuraikan beberapa bentuk
dan cara yang dapat menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar
di sekolah.

1. Memberi nilai

2. Hadiah

3. Saingan/Kompetensi

4. Ego involvement

5. Memberi ulangan

6. Mengetahui hasil

7. Pujian

8. Hukuman

9. Hasrat untuk belajar

10. Minat

11. Tujuan yang diakui

Gaya belajar siswa perlu dipahami agar Anda dapat menentukan


variasi cara dalam memotivasi belajar siswa di kelas. Berikut ini 3
kelompok siswa yang mempunyai gaya belajar sendiri – sendiri:

1. Siswa yang berorientasi pada visual


Pada umumnya siswa yang bergaya belajar visual, memiliki
beberapa kekhasan seperti mereka memiliki kebutuhan yang kuat
untuk melihat sesuatu secara visual agar mereka dapat memahami
informasi yang mereka lihat tersebut. Selain itu, ciri khas berikutnya
adalah mereka biasanya memiliki kepekaan terhadap warna, dan
memiliki pemahaman terhadap suatu hal yang artistik.

2. Siswa yang berorientasi pada suara

Para siswa yang kuat dalam hal pendengarannya, akan dapat


memahami dan mengingat suatu informasi dengan baik apabila guru
menyampaikan sesuatu secara lisan atau berceramah. Masalah
yang sering dialami siswa tipe ini adalah sulit menyerap informasi
dalam bentuk tulisan dan otomatis memiliki kesulitan dalam menulis
atau membaca. Pendekatan yang dapat dilakukan guru untuk siswa
seperti ini adalah dengan menggunakan tape perekam sebagai alat
bantu atau melibatkan siswa dalam kelompok diskusi. Pendekatan
selanjutnya adalah dengan melakukan review secara verbal dengan
sesama teman atau dengan guru.

3. Siswa yang berorientasi pada benda yang dimanipulasi

Karakter siswa yang mempunyai gaya belajar seperti ini adalah


mereka selalu menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi
utama agar mereka selalu dapat mengingat informasi tersebut. Siswa
tipe ini juga tidak termasuk siswa yang suka diam lama atau duduk
terlalu lama untuk mendengarkan penjelasan.

B. Serba – Serbi Memotivasi Siswa SD

Cara lain yang dapat Anda pelajari dan tiru agar memotivasi belajar
siswa dapat meningkat adalah melalui beberapa cara yang
dikemukakan berikut ini. Dalam tulisannya, Agus Sampurno
menceritakan 7 kebiasaan guru yang efektif untuk memotivasi
siswanya agar lebih bersemangat dalam belajar:

1. Konsistensi

2. Perlakukan siswa sebagai individual


3. Jadikan lingkungan fisik kelas anfa sedapat mungkin bernuansa
belajar

4. Lakukan penilaian terhadap siswa sesering mungkin tapi dengan


alasan yang kuat

5. Dapatkan umpan balik dari cara anda mengajar dan bekerja

6. Libatkan diri anda dalam setiap ajang berbagi pengetahuan formal


maupun informal

7. Membuka diri terhadap kebutuhan siswa.

Kesimpulan Modul 5:

Berdasarkan ulasan materi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Bentuk-bentuk kegiatan belajar yang biasa dilakukan siswa


Sekolah Dasar antara lain: (a) belajar menemukan, (b) belajar
menyimak, (c ) belajar meniru, (d) belajar menghafal, (e) belajar
merangkai, (f) belajar mengamalkan, (g) belajar menganalisis, (h)
belajar merespon, (i) belajar mengorganisasi, (j) belajar
mengambil keputusan, (k) berlatih, (l) belajar menghayati, dan (m)
belajar mengamati
2. Karakteristik belajar siswa sekolah dasar harus ditingkatkan
dengan cara memberikan motivasi belajar sehingga akan
meningkatkan kualitas pendidikan di indonesia dan akan menjadi
bangsa yang maju di dunia.

Anda mungkin juga menyukai