Leon Samudera - 2 ST - Resume Telaah Jurnal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

TUGAS TERSTRUKTUR INDIVIDU

TELAAH DAN RESUME JURNAL TREND DAN ISU KEPERAWATAN ANAK


PENANGANAN STUNTING DENGAN PEMBERIAN PMT

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak pada Program
Sarjana Terapan

Dosen pengampu : Metia Ariyanti., M.Kep., Ns., Sp. Kep. An

Disusun oleh:
LEON SAMUDERA
NIM : P17320122420

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG
2024
Jurnal ke-1

Sumber : Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan

Judul : Pelatihan Kader Posyandu Untuk Membuat Camilan Tinggi Protein

Berbahan Lokal Sebagai Upaya Pencegahan Stunting

Volume : Volume 6 nomor 4

Terbit : Desember 2022

ISSN : 2814-5251

Laman : http://112.78.38.8/index.php/jpmb/article/view/11468/5824

Penulis : Ratih Kurniasari, Sabrina, Annisa Nabila Salma

Resume :

Kurang gizi kronis atau disebut stunting adalah akibat dari asupan gizi kurang pada
anak dalam kurun waktu lama sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak.
Hal ini mengakibatkan anak mempunyai tinggi badan lebih pendek dari standar tinggi bada
seusianya. Prevalensi stunting di Indonesia menurun Kemenkes RI (2018) mengalami
peningkatan dari 35,6% di 2010, menjadi 37,2% di tahun2013, dan 30,8% pada tahun 2018.
Di Jawa Barat pada tahun 2021 prevalensi stunting mencapai 24,5% menurut data Survei
Status Gizi Balita Indonesia.

Salah satu upaya untuk mengatasi stunting yang dilakukan di posyandu oleh kader
adalah Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Menurut Astika dkk (2021) PMT adalah
kegiatan pemberian makanan kepada balita dalam bentuk cemilan yang aman dan bermutu
serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan balita. Contoh PMT yang
digemari olah seluruh kalangan terutama anak-anak serta dapat memperpanjang masa simpan
pangan lokal adalah nugget. Olahan nugget ikan dan nugget pisang dapat dinikmati dalam
jangka panjang karena penyimpanan dalam kondisi beku (frozen food) dan praktis dapat
dikonsumsi kapanpun.

Kegiatan pelatihan dibagi menjadi 4 tahap, yaitu peningkatan pengetahuan kader


melalui penyampaian materi tentang stunting dan cara pencegahannya, praktek membuat
PMT (Pemberian Makanan Tambahan) berbahan dasar buah pisang dan ikan dalam bentuk
nugget, tanya jawab dan diskusi terkait materi yang telah disampaikan, dan pemberian pretest

1
dan posttest sebagai upaya evaluasi kegiatan. Kegiatan diawali dengan mengisi lembar pretest
oleh peserta, dilanjutkan dengan dengan pemberian materi peengertian stunting, pencegahan,
dampak, dan peran PMT berbahan loka untuk menanggulangi stunting oleh narasumber,
Ratih Kurniasari, S.Gz., M.Gizi, sesi diskusi dan tanya jawab. Pada tahap evaluasi, peserta
mengisi post test .

Sumber : Kurniasari & Salma, 2022

Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan pengetahuan kader
mengenai stunting setelah kegiatan pemberian materi. Setelah itu kegiatan dilanjutkan dengan
pelatihan pembuatan nugget pisang dan nugget ayam. Pengenalan menu camilan untuk balita
sangat diperlukan, agar anak tidak jajan sembarangan. Sehingga, perlu dilakukan peningkatan
ketrampilan pada ibu dalam membuat menu camilan yang lezat dan padat gizi.

Berdasarkan kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang dilakukan oleh penulis jurnal
disimpulkan mendapatkan respon sangat baik dari kader Desa Sungaibuntu dan peserta
mengikuti kegiatan dengan antusias. Jurnal ini menjelaskan secara rinci resep pembuatan
nugget berbahan baku pisang dan ayam. Tetapi, kandungan yang terdapat dalam pisang dan
ayam tidak dijelaskan secara sekilas dan dampaknya terhadap menanggulangi stunting serta
tidak memerlukan tindak lanjut dampak pemberian nugget pisang dan nugget ayam pada anak
dengan stunting

2
Jurnal ke-2

Sumber : Jurnal Berita Kesehatan

Judul : Hubungan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada Balita yang

Mengakibatkan Stunting di Wilayah UPT Puskesmas Ulaweng

Volume : Volume 15 nomor 1

Terbit : Juni 2022

ISSN : 2356-1068

Laman : https://ojs.stikes.gunungsari.id/index.php/JBK/article/view/72

Penulis : Arfan Nur, Nurul Annisa

Resume :

Menurut Mugiantid kk (2018) stunting (pendek) adalah status gizi berdasarkan tinggi
badan (TB) menurut umur dengan z-score kurang dari -2 SD. Dikategorikan sangat pendek
apabila z-score kurang -3 SD. Dikategorikan status gizi kurang berdasarkan berat badan (BB)
apabila z-score -3 SD sampai dengan <-2 SD. Berdasarkan data dari UPT Puskesmas
Ulaweng Kecamatan Ulaweng, pada tahun 2018 terdapat 10 balita mengalami stunting dan
menurun menjadi 9 balita pada tahun 2019, dan meningkat menjadi 15 balita dengan stunting
pada tahun 2020.

Penelitian yang dilakukan Arfan Nur dan Nurul Annisa adalah penelitian korelasi
analitik dengan rancangan cross-sectional pada bulan Agustus-September 2021 di wilayah
Puskesmas Ulaweng Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone. Definisi yang digunakan
berdasarkan karakteristik yang diamati atau diteliti secara langsung dengan membagikan
koesioner kepada ibu balita. Variabel yang digunakan adalah pengetahuan orang tua dan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Populasi adalah semua balita stunting di Kecamatan
Ulaweng Kabupaten Bone sebanyak 15 balita stunting yang diambil secara total sampling.
Teknik pengumpulan data berupa data primer diperoleh dari menyebar kuesioner ke orang tua
balita yang bersedia menjadi responden dan mengisi kuesioner. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu analisis univariat.

Dari penelitian tersebut, terdapat hubungan antara pengetahuan orang tua terhadap
PMT pada balita yang mengalami stunting dengan hasil uji chi square test didapatkan p-value

3
= 0,018 P < 0,05 yang artinya pengetahuan orang tua mengenai gizi dapat membantu anak
mencapai kematangan perkembangan dengan cara meningkatkan status gizi anak.Penelitian
yang dilakukan sejalan dengan penelitian Hasnawatil, Latief, dan Purnama pada tahun 2021
yang menyiratkan bahwa ada hubungan antara kesadaran ibu terhadap kejadian stunting pada
anak usia 12-59 bulan. Selain itu, Terdapat hubungan PMT yang diberikan pada balita yang
mengakibatkan stunting di UPT Puskesmas Ulaweng denngan hasil uji chi square test
didapatkan p-value = 0,038 < 0,05 yang artinya PMT pada balita untuk mengingkatkan status
gizi serta untuk mencukupi kebutuhan gizi balita dengan memberikan makanan tambahan
seperti sayuran, biskuit, buah-buahan, dan susu sehingga tercapai status dan kondisi gizi yang
baik bagi balita. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Adelasantil dan Rakhma (2018)
bahwa terdapat hubungan antara kepatuhan PMT balita dengan perubahan status gizi balita di
Puskesmas Pucangsawit Surakarta.

4
Jurnal ke-3

Sumber : Jurnal Pengabdian Masyarakat

Judul : Percepatan Penurunan Stunting Melalui Konseling Keluarga dan Pemberian

Makanan Tambahan pada Balita Stunting

Volume : Volume 4 Nomor 3

Terbit : Januari 2024

ISSN : 2723-4118

Laman : https://djournals.com/jpm/article/view/1617

Penulis : Andi Siti Umrah, Ummi Kalsum Marwam, Patnahwati, Sri Rahayu Amri,

Juliani, Andi Kasrida Dahlan, Ayu Pertiwi, Melinda

Resume :

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh disebabkan karena kekurangan gizi kronis di
1000 hari pertama kehidupan, yaitu sejak dalam kandungan hingga berusia 2 tahun.
Prevalensi stunting pada tahun 2022 yaitu 21,6%. Di Kota Palopo, Sulawesi Selatan,
memiliki angka stunting mencapai 344 kasus dan turun menjadi 296 kasus pada tahun 2022.
Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat dengan tujuan
menganalisis efektivitas program konseling dan PMT terhadap balita stunting. Ditinjau dari
peningkatan berat badan dan tinggi badan balita stunting di Kota Palopo.

Metode yang digunakan dalam memecahkan masalah stunting pada balita di Kota
Palopo adalah pendekatan intervensi spesifik melalui PMT dengan memanfaatkan pangan
local dan intervensi sensitif melalui konseling keluarga dengan memanfaatkan
media digitalisasi. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 1 Juni-30 Juni 2023 dengan sasaran
adalah balita stunting usia 12-24 bulan sebanyak 14 anak asuh. Instrumen yang digunakan
adalah kuisioner berisi identitas anak, keluarga, kesehatan keluarga, dan sanitasi lingkungan
lingkungan, serta lembar observasi tinggi badan dan berat badan yang diisi sebelum dan
setelah pemberian intervensi.

Setelah dilakukan observasi, didapatkan data yang menunjukkan bahwa balita yang
mengalami stunting memiliki sanitasi lingkungan yang kurang memadai meliputi jenis rumah
nonpermanen (51,7%), menumpang (42,8%), sarana pembuangan limbah tidak memnuhi
5
syarat (57,1%), anggota keluarga yang merokok di rumah (100%), anak sakit 1 bulan terakhir
(100%) belum memahami tentang stunting (71,4%), pekerjaan orang tua yaitu pekerja lepas
(42,9%) dan tidak mendapatkan bantuan PKH (71,4%). Hal ini sejalan dengan penelitian
Mulyaningsih dkk (2018) yang menyatakan bahwa risiko kejadian stunting pada balita
dipengaruhi oleh karakteristik rumah tangga.

Menu makanan untuk PMT adalah makanan berbahan pangan lokal seperti beras, ubi,
jagung, sayuran, ikan, telur, hasil ternak dan buah-buahan seperti pisang, rambutan, nanas,
semangka, buah naga, dan sebagainya yang diolah oleh tim pelaksanan pengabdian
masyarakat dan penyajian disesuaikan dengan kebutuhan gizi balita. Menu makanan balita
stunting diperbanyak pada protein hewani. Hal ini sejalan dengan penelitian Sholikhah dan
Dwei (2022) bahwa asupan protein hewani memiliki peranan penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan anak.

Hasil pengukuran tinggi badan balita stunting berdasarkan hasil uji statistik
menggunakan uji t berpasangan roleh nilai ρ = 0,00 < nilai α = 0,05. Hal ini menunjukkan ada
perubahan tinggi badan pada balita sebelum dan setelah diberikan intervensi
konseling dan PMT. Hal ini sejalan dengan penelitian Nikièma dkk (2017) bahwa pemberian
konseling pada ibu balita < 18 bulan dapat meningkatkan pertumbuhan dan
mengurangi/mencegah terjadinya penyakit infeksi pada balita.

Hasil pengukuran berat badan balita stunting Berdasarkan hasil uji statistik
menggunakan uji t berpasangan diperoleh nilai ρ = 0,00 < nilai α = 0,05. Hal ini berarti ada
kenaikan berat badan pada balita sebelum dan setelah diberikan intervensi konseling dan
PMT. Kenaikan BTB setiap anak dalam 1 (bulan) adalah 0,6 kg atau 600 gram setiap anak.
Hal ini sejalan dengan penelitian Headey dkk (2018) yang menyatakan mengonsumsi
berbagai macam asupan protein hewani (susu, daging/ikan, dan telur) lebih menguntungkan
daripada hanya mengandalkan satu jenis asupan protein hewani saja. Kombinasi konsumsi
berbagai sumber protein hewani memberikan manfaat yang lebih baik karena setiap jenis
memiliki profil nutrisi yang berbeda.

Faktor pendorong kejadian stunting di kota Palopo adalah sanitasi lingkungan yang
buruk. Pemberian konseling keluarga dan PMT pangan lokal memberikan dampak positif
terhadap percepatan penurunan stunting yang ditandai dengan peningkatan TB dan BB balita
stunting.

6
Jurnal ke-4

Sumber : Journal of Current Health Sciences

Judul : Efektivitas Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) Terhadap

Kenaikan Berat Badan Balita Stunting

Volume : Volume 1 Nomor 1

Terbit : Mei 2021

DOI : 10.47679/jchs.v1i1.4

Laman : https://ukinstitute.org/journals/2/jchs/article/view/4

Penulis : Komalasari, Yetti Dwi Fara, Iis Tri Utami, Ade Tyas Mayasari, Vitria

Komalasari, Nurlaelah Al Tadom

Resume :

Pada tahun 2018, Lampung masuk ke dalam urutan ke-36 kota dengan prevalensi
stunting tertinggi, yaitu mencapai 30%. Penananganan stunting di Lampung dibagi menjadi 2
prioritas lokasi fokus (lokus) yaitu prioritas pertama daerah Lampung Selatan, Lampung
Timur, dan Lampung Tengah serta prioritas kedua yaitu daerah Tanggamus. Salah satu dari
10 desa yang menjadi lokus penanganan stunting adalah Desa Sinar Petir yang merupakan
wilayah kerja Puskesmas Bulok. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan bulan Januari
2020 di Puskesmas Bulok diketahui bahwa kasus Stunting pada periode Januari sampai
Desember 2019 sebanyak 32 kasus.Balita yang terdiagnosa mengalami stunting akan
diberikan makanan tambahan yang tinggi kalori dan protein serta dipantau melalui posyandu
balita setiap sebulan sekali untuk mengetahui perkembangannya.

Metode yang digunakan adalah preeksperimen dengan pendekatan observasi,


pengumpulan data sekaligus pada satu waktu dan menggunakan data yang lalu. Rancangan
penelitian bertujuan untuk menganalisa efektivitas pemberian makanan tambahan terhadap
kenaikan berat badan balita stunting di wilayah kerja Puskesmas Bulok Kabupaten
Tanggamus Lampung 2020. Total subjek sebanyak 32 balita. Hasil uji univariat yang
dilakukan menunjukkan bahwa balita berjenis kelamin laki-laki sebanyak 20 balita (62,5%).
Dilihat dari status balita pada saat pretest, lebih banyak berstatus pendek dengan jumlah 25
balita (78,12%). Namun, pada saat posttest terjadi kenaikan, yaitu yang pada saat pretest

7
tidak ada balita yang berstatus normal, pada saat posttest balita yang berstatus normal ada 13
balita (40,65%).

Hasil penelitian ini menunjukkan nilai p value = 0,000 yang berarti ada hubungan
antara Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) terhadap kenaikan berat badan
balita stunting. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Millward Joe (2017) yang bahwa kurangnya asupan gizi pada makanan yang berupa yodium,
asam amino dan Zink terbukti menjadi etiologi terjadinya stunting. sehingga pemenuhan
suplemen nutrisi yang lengkap terbukti efektif untuk mencegah stunting pada anak. Hal ini
juga telah dibuktikan oleh Ismawati dkk (2020) dalam penelitiannya bahwa anak penderita
stunting memiliki asupan energi meliputi energi, protein, kalsium, dan fosfor di bawah rata-
rata ukuran diet harian yang dianjurkan.

8
Jurnal ke-5

Sumber : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara

Judul : Pengaruh Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) terhadap Status

Gizi balita Desa Sumbersuko Kabupaten Probolinggo

Volume : Volume 4 Nomor 3

Terbit : September 2023

e-ISSN : 2745-4053

Laman : http://bajangjournal.com/index.php/JCI

Penulis : Muhammad Raffi Faizul Haq, Fawziyah Ramadhani, Putri Delvie Irfanda,

Winda Nurhasanah, Agus Widiyarta

Resume :

Desa Sumbersuko Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo adalah satu desa yang
memiliki balita dengan status gizi baik dan terjaga karena keikutsertaan dan kesadaran orang
tua dalam kegiatan posyandu. Partisipasi masyarakat, khususnya orang tua yang memiliki
anak usia balita memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan posyandu dalam mengatasi
masalah kesehatan pada anak, seperti stunting dan anak kekurangan gizi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan tujuan
untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai kenyataan atau fenomena yang terjadi secara
sosial. Subjek penelitian adalah anak berusia 1-5 tahun yang memperoleh pelayanan pada
Posyandu di Desa Sumbersuko. Sampel penelitian berjumlah 5 orang. Analisis deskriptif
digunakan untuk menjadi teknik analisis yang berarti menganalisis sesuatu mengacu pada
data yang dikumpulkan, lebih lanjut dapat berkembang berdasar pada pola-pola yang saling
berkaitan.

Data yang peneliti peroleh pada observasi Posyandu Desa Sumbersuko dtemukan 5
nalita dengan menu makanan tambahan cepat saji. Bentuk PMT yang diberikan posyandu
kepada orang tua adlah pengadaan penyuluhan, pemberian sampel makanan , dan
demonstrasi cooking class yang diadakan oleh kader posyandu Bersama mahasiswa KKN
UPNVJT. Berpacu pada hasil observasi dan wawancara yang sudah dilakukan Bersama
dengan orang tua dan kader posyandu didapatkan data bahwa mayoritas orang tua tidak
9
mengetahui makanan apa saja yang mengandung gizi yang diperlukan dan diberikan kepada
anak mereka. Makanan tambahan yang telah diberikan pada balita yaitu kaki naga (nugget
sayur tanpa minyak), berbagai olahan sayur dan tanaman lokal Desa Sumbersuko, jamur
tiram, dan minuman susu jelly. Makanan tersebut kaya akan karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral yang penting untuk mendukung pertumbuhan anak.

Setelah dilakukan pemberian PMT selama 14 hari, terjadi kenaikan berat badan pada
rensponsif dengan berat badan rata-rata 8,440 kg sebelum pelaksanaan program PMT
menjadi 8,960 kg setelah program berjalan dengan selisih rata-rata 0,520 kg. Hal ini terjadi
adanya kontribusi asupan energi dan protein yang meningkat dari PMT modifikasi yang
dikonsumsi balita setiap hari. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Dinas Gizi Kementerian
Kesehatan Provinsi Jawa Timur dalam Wati (2020) yang menyatakan bahwa makanan
pendamping ASI (M-PASI) adalah komponen utama PMT. Komponen tersebut harus tersedia
secara lokal atau dapat diproduksi di daerah tersebut untuk meningkatkan keberlanjutan
program.

10
DAFTAR PUSTAKA

Haq, M. R. F., Irfanda, P. D., Ramadhani, F., Nurhasanah, W., & Widiyarta, A. (2023). Peng
aruh Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) terhadap Status Gizi Balita Des
a Sumbersuko Kabupaten Probolinggo. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusa
ntara, 4(3), 1964-1970.

Komalasari, K., Fara, Y. D., Utami, I. T., Mayasari, A. T., Komalasari, V., & Al Tadom, N.
(2021). Efektivitas Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) Terhadap Ke
naikan Berat Badan Balita Stunting. Journal of Current Health Sciences, 1(1), 17-20.

Kurniasari, R., Sabrina, S., & Salma, A. N. (2022). Pelatihan Kader Posyandu Untuk Membu
at Camilan Tinggi Protein Berbahan Lokal Sebagai Upaya Pencegahan Stunting. SEL
APARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 6 (4), 1834.

Nur, A. A., & Annisa, N. (2022). The Hubungan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada
Balita yang Mengakibatkan Stunting di Wilayah UPT Puskesmas Ulaweng. Jurnal Be
rita Kesehatan, 15(1).

Umrah, A. S., Marwan, U. K., Amri, S. R., Dahlan, A. K., & Pertiwi, A. (2024). Percepatan P
enurunan Stunting Melalui Konseling Keluarga dan Pemberian Makanan Tambahan P
ada Balita Stunting. JPM: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(3), 338-347.

11

Anda mungkin juga menyukai