Setting Time Beton

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi tentang pengolahan data yang dihasilkan dari penelitian yang
dilakukan. Pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan grafik-grafik
pengujian.

4.1. PENAMAAN BENDA UJI


Penamaan benda uji dikategorikan berdasarkan nama admixture dan kadar
admixture.

A = Nama Admixture ADVA Superplasticizer


1.0 = Kadar Admixture Persentase Superplasticizer
Tabel 4.1 Kode penamaan benda uji

Kategori Kode
Beton Normal A-0.0
A-1.0
Beton SCC dengan superplasticizer A-1.2
A-1.4
PA-1.0
Beton Precast SCC dengan superplasticizer PA-1.2
PA-1.4
Tabel 4.2 Daftar penamaan benda uji

Penggunaan high strength..., 70


Afifa Cindika, FT UI, 2008
4.2. DATA CAMPURAN
Dari penelitian yang dilakukan adapun kebutuhan material yang digunakan
serta bahan tambah superplasticizers yang dipakai, yaitu dijelaskan dalam tabel
dibawah ini.

Kebutuhan Material 1 m3 20 kg/m3


Target Slump cm 2,5-5 -
W/C Ratio 0,42 0,42
Komposisi Campuran Sg
Semen Semen serba guna Silo (Kg/m3) 3,15 365,97 7,319
3
Fly Ash Suralaya (Kg/m ) 2,37 64,58 1,292
3
Agregat Halus Galunggung (Kg/m ) 2,45 783,67 15,673
Agregat Kasar (Kg/m3)
Split 1 Ex Maloko (14-20) (Kg/m3) 2,55 382,304 7,646
3
Split 2 Ex Maloko (3-14) (Kg/m ) 2,55 573,456 11,469
3
Air Lab FTUI (Kg/m ) 1 180,83 3,617
Bahan Tambah
Superplasticizer ADVA 181 (ml) 1% 4305,48 86,11
1,2% 5166,57 103,33
1,4% 6027,67 120,55
Tabel 4.3 Kebutuhan material yang digunakan.

Material per 20 kg/m3


Kode
No. Semen Fly Ash Pasir Split 1 Split 2 Air Superplasticizer
Campuran
(kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (ml)
1. A-0.0 7,319 1,292 15,673 7,646 11,469 3,617 -
2. A-1.0 7,319 1,292 15,673 7,646 11,469 3,567 86,11
3. A-1.2 7,319 1,292 15,673 7,646 11,469 3,517 103,33
4. A-1.4 7,319 1,292 15,673 7,646 11,469 3,467 120,55
5. PA-1.0 7,319 1,292 15,673 7,646 11,469 3,567 86,11
6. PA-1.2 7,319 1,292 15,673 7,646 11,469 3,517 103,33
7. PA-1.4 7,319 1,292 15,673 7,646 11,469 3,467 120,55
Tabel 4.4 Kebutuhan material beserta bahan tambah yang digunakan.

Penggunaan high strength..., Afifa


71Cindika, FT UI, 2008
4.3. PENGUJIAN BETON SEGAR
Pada dasarnya pengujian beton segar dilakukan untuk melihat konsistensi
campuran sebagai dasar untuk kemudahan pekerjaan. Pengujian beton segar yang
dilakukan meliputi pengujian slump, flow test dengan L-Box, dan waktu ikat,
yaitu sebagai berikut :

4.3.1. Pengujian Slump Test dan Slump Flow


Karena kelecakan beton segar sering diidentikkan dengan slump, maka
pengujian slump dilakukan untuk mengetahui tingkat kemudahan pengerjaan
(workability) pada beton normal. Sedangkan pengujian slump flow untuk
menetahui kemudahan pengerjaan pada beton dengan bahan tambah
superplasticizer.
Pengujian slump test di ukur dari perbedaan tinggi antara kerucut dan
beton segar dalam waktu 5-7 detik ketika kerucut diangkat perlahan. Sedangkan
pengujian slump flow dilihat kemampuan beton segar mengalir dalam papan
slump berdiameter dan di ukur diameter beton segar setelah 5-7 detik ketika
kerucut diangkat perlahan. Pengujian ini dilakukan sebanyak 2 kali yang
kemudian diambil rata-ratanya. Berikut merupakan data hasil pengujian slump test
yang telah dilakukan.

Gambar 4.1 Slump test.

Penggunaan high strength..., 72


Afifa Cindika, FT UI, 2008
\\

Gambar 4.2 Diameter akhir beton.

Gambar 4.3 Visualisasi slump flow.

Slump Test Slump Flow


Tipe
No. 1 2 Rata-Rata 1 2 Rata-Rata
Campuran
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1. A-0.0 3,4 3,5 3,45 - - -
2. A-1.0 - - - 70 71 70,5
3. A-1.2 - - - 71 73 72
4. A-1.4 - - - 74 78 76
5. PA-1.0 - - - 69 71,5 70,3
6. PA-1.2 - - - 70 70 70
7. PA-1.4 - - - 74 76 75
Tabel 4.5 Data slump flow beton SCC.

Penggunaan high strength..., Afifa


73Cindika, FT UI, 2008
4.3.2. Pengujian L-Box
Pengujian L-box dilakukan pada beton SCC dengan maksud untuk
mengetahui kemampuan beton untuk mengisi dengan sendirinya kedalam
perancah yang diberi penyekat berupa tulangan. Pengambilan data dalam
pengujian ini dengan mengukur beda tinggi antara tinggi awal dan tinggi akhir
beton segar mengalir dalam tempat yang disebut L-box.

H2
H1

Keterangan : H1 = Tinggi Awal


H2 = Tinggi Akhir
Gambar 4.4 L-Box.

7
L-Box mempunyai ketetapan umum, dimana toleransi beda tinggi yang
terjadi, ∆H = ± 1 cm atau seperti pada tabel dibawah ini. Seperti pada gambar
diatas, beton segar yang mengalir melalui H1 menuju H2 di dalam L-box.
Perhitungan untuk passing ability menggunakan persamaan :
H2
PA (%) = × 100% ≥ 80% .
H1

Class Passing Abilitty (%)


PA1 ≥ 0,80 with 2 rebars
PA2 ≥ 0,80 with 3 rebars
Tabel 4.6 Klasifikasi passing ability
Dimana :

7
Standar EFNARC, The European Guidelines for Self Compacting Concrete, www.efca.info or
www.efnarc.org

Penggunaan high strength..., 74


Afifa Cindika, FT UI, 2008
PA1 = Struktur dengan celah 80 – 100 mm (contoh : perumahan,
struktur vertikal)
PA2 = Struktur dengan celah 60 – 80 mm (contoh : struktur teknik
sipil)

Adapun hasil dari pengujian L-box seperti yang tertera dibawah ini :

Flow Test
Passing
Kode Tinggi awal (H1) Tinggi akhir (H2)
No. Ability
Campuran 1 2 Rata-Rata 1 2 Rata-Rata
(%)
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1. A-1.0 4,5 5,6 5,05 3,5 4,6 4,05 80,19
2. A-1.2 5,5 6,0 5,75 5,0 5,0 5,0 86,95
3. A-1.4 6,5 7,0 6,75 6,0 6,5 6,25 92,59
Tabel 4.7 Data flow test menggunakan L-Box.

4.3.3. Pengujian Waktu Ikat


Waktu ikat yaitu waktu yang diperlukan oleh beton mulai beton dalam
keadaan plastis, mudah dibentuk dan dikerjakan sampai beton menjadi tidak
plastis. Pengujian waktu ikat dilakukan pada semua tipe campuran.

Gambar 4.5 Alat setting time

Data pengujian waktu ikat diperoleh adalah Gaya dan Luas Penampang
gaya serta waktu. Gaya diukur dari kemampuan menekan mortar hingga
kedalaman 1 inchi, sehingga pada saat pengolahan data, gaya yang dibutuhkan
tersebut dibagikan dengan penampangnya untuk menghasilkan besaran penetrasi
(Penetration Resistance =PR), selang waktu (t dalam menit) merupakan waktu
kumulatif sejak air dicampurkan terhadap semen. Dari detik inilah proses hidrasi
mulai terjadi. sesuai dengan standar yang digunakan dalam pengujian waktu ikat

Penggunaan high strength..., Afifa


75Cindika, FT UI, 2008
ini, maka untuk mendapatkan waktu ikat awal dan waktu ikat akhir dapat
dilakukan dengan perhitungan matematis dengan nilai waktu ikat awal maksimum
500 psi dan nilai waktu ikat akhir maksimum 4000 psi.
Adapun persamaan untuk perhitungan dengan cara matematis menurut
ASTM C-403/C-430-M-05 adalah :

Log(PR) = a × Log(t) - b

Dimana : PR = Perlawanan penetrasi


t = selang waktu (menit)
a dan b = konstanta dari persamaan linier

Hasil pengujian waktu ikat dapat dilihat sebagai berikut :

Initial Setting Final Setting


No. Kode Campuran
(menit) (menit)
1. A-0.0 99,042 188,849
2. A-1.0 231,762 354,560
3. A-1.2 233,067 356,604
4. A-1.4 235,135 357,692
5. PA-1.0 228,204 357,888
6. PA-1.2 229,982 360,691
7. PA-1.4 231,959 364,659
Tabel 4.8 Data setting time.

4.4. PENGUJIAN BETON KERAS


Pengujian kekuatan beton yang dilakukan meliputi pengujian kuat tekan,
kuat lentur, dan kuat geser, yaitu sebagai berikut :

4.4.1. Pengujian Kekuatan Tekan

Kuat tekan beton dinyatakan dengan kuat tekan karakteristik yaitu


kekuatan Beton yang dirancang harus memenuhi persyaratan kuat tekan rata-rata,
yang memenuhi syarat berdasarkan data deviasi standar hasil uji kuat tekan (umur

Penggunaan high strength..., 76


Afifa Cindika, FT UI, 2008
1, 3, 7, 14 dan 28 hari). Hasil kuat tekan yang dicapai, dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

2
Tipe Kuat Tekan Rata-rata (kg/cm )
No.
Campuran 1 3 7 14 28
1. A-0.0 116,36 208,23 269,48 320,51 404,21
2. A-1.0 134,74 259,27 336,84 371,55 434,84
3. A-1.2 128,61 242,94 316,43 368,49 430,75
4. A-1.4 122,49 238,04 298,06 332,76 410,34
5. PA-1.0 118,14 211,85 278,74 340,93 407,40
6. PA-1.2 120,63 242,29 304,47 347,36 415,97
7. PA-1.4 116,28 214,42 272,31 334,49 400,96
Tabel 4.9 Data kuat tekan gabungan.

Pengujian Kuat Tekan


450
425
400
375
Kuat Tekan (kg/cm2)

350
325
300
275 A-0.0
250 A-1.0
225
A-1.2
200
175 A-1.4
150
125
100
75
50
25
0
0 7 14 21 28

Umur (hari)

Grafik 4.1 Kuat tekan benda uji silinder .

Pengujian Kuat Tekan Precast

450
425
400
375
Kuat Tekan (kg/cm2)

350
325
300
275 A-0.0
250 PA-1.0
225 PA-1.2
200
PA-1.4
175
150
125
100
75
50
25
0
0 7 14 21 28

Umur (hari)

Grafik 4.2 Kuat tekan benda uji sampel core drill .

Penggunaan high strength..., Afifa


77Cindika, FT UI, 2008
4.4.2. Pengujian Kekuatan Lentur
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kekuatan lentur pada
beton yang telah mengeras dengan benda uji berupa balok berukuran 10 cm x 10
cm x 50 cm. Metode yang digunakan untuk pengujian yaitu thrid point loading,
dimana dua beban garis P diberikan tepat pada jarak 1/3 bentang. Hasil dari
pengujian kuat lentur adalah sebagai berikut.

Kuat Lentur Rata-rata


No. Tipe Campuran
(kg/cm2)
1. A-0.0 32,25
2. A-1.0 47,25
3. A-1.2 43,50
4. A-1.4 42,00
Tabel 4.10 Data kuat lentur.

4.4.3. Pegujian Kekuatan Geser


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kekuatan geser pada
beton yang telah mengeras. Adapun hasil kuat geser adalah sebagai berikut :

Kuat Geser Rata-rata


Tipe (kg/cm2)
No.
Campuran
3 hari 7 hari 14 hari
1. A-0.0 30,167 40,167 53,750
2. A-1.0 39,167 48,167 60,833
3. A-1.2 35,000 46,167 55,833
4. A-1.4 31,167 44,917 54,167
Tabel 4.11 Data kuat geser.

4.5. HOMOGENITAS BETON PRECAST


Penelitian terhadap keseragaman/homogenitas beton precast dilakukan
dari hasil pengeboran benda uji slab beton precast dengan alat core drill.
Pengeboran benda uji precast terdiri dari 3 lapisan dalam tiap umurnya. Nilai
keseragaman diperoleh dari kekuatan tekan pada setiap lapisan pengeboran beton

Penggunaan high strength..., 78


Afifa Cindika, FT UI, 2008
precast. Adapun nilai kekuatan yang dihasilkan pada tiap lapisan beton precast
adalah sebagai berikut.

Umur Kuat Tekan (kg/cm2)


Lapisan
(hari) PA-1.0 PA-1.2 PA-1.4
1 209,06 250,87 225,14
3 2 199,41 231,57 199,41
3 202,63 244,44 218,71
1 295,90 321,63 295,90
7 2 257,30 283,03 250,87
3 283,03 308,76 270,17
1 353,79 360,22 347,36
14 2 328,06 334,49 321,63
3 340,93 347,36 340,93
1 418,12 424,55 411,68
28 2 398,82 405,25 392,39
3 405,25 418,12 398,82

Tabel 4.12 Nilai kuat tekan pada tiap lapisan

Layer vs fc' tiap % ADVA Layer vs fc' setiap persentase ADVA


450 450
400 400
350 350
fc' (kg/cm2)
fc' (kg/cm2 )

300 300
A-1.0 250 A-1.0
250
200 A-1.2 200 A-1.2
150 A-1.4 150
A-1.4
100 100
50 50
0 0
1 2 3 1 2 3

Lapisan Lapisan

Grafik 4.3 Perbandingan lapisan dengan kuat tekan umur 3 dan 7 hari

Lapisan vs fc' tiap % ADVA Layer vs fc' tiap % ADVA


450 450
400 400
350 350
fc' (kg/cm2)
fc' (kg/cm2)

300 300
250 A-1.0 250
A-1.0
200 A-1.2 200
150 150 A-1.2
100 A-1.4 100 A-1.4
50 50
0 0
1 2 3 1 2 3
Lapisan Lapisan

Grafik 4.4 Perbandingan lapisan dengan kuat tekan umur 14 dan 28 hari

Penggunaan high strength..., Afifa


79Cindika, FT UI, 2008
BAB V
ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang analisa data yang dihasilkan dari penelitian yang
dilakukan. Analisa dilakukan dengan cara menganalisa data-data dari pengujian
dan membandingkannya dengan teori untuk melihat kesejajaran antara keadaan
yang sebenarnya dengan teori. Analisa ini dilakukan guna mengetahui
homogenitas penggunaan beton precast pada sampel core drill terhadap sampel
cetakan silinder yang telah disebutkan dalam tujuan penulisan.

5.1. PENGUJIAN TERHADAP BETON SEGAR


Pada dasarnya pengujian beton segar dilakukan untuk melihat konsistensi
campuran sebagai dasar untuk kemudahan pekerjaan. Pengujian beton segar yang
dilakukan meliputi pengujian slump, flow test dengan L-Box, dan waktu ikat,
yaitu sebagai berikut :

5.1.1. Slump Test dan Slump Flow

Data Slump
Tipe
No. 1 2 Rata-Rata Keterangan
Campuran
(cm) (cm) (cm)
1. A-0.0 3,4 3,5 3,45 Slump Test
2. A-1.0 70 71 70,5
3. A-1.2 71 73 72
4. A-1.4 74 78 76
Slump Flow
5. PA-1.0 69 71,5 70,3
6. PA-1.2 70 70 70
7. PA-1.4 74 76 75
Tabel 5.1 Data pengujian slump

Penggunaan high strength..., 80


Afifa Cindika, FT UI, 2008
Slump Flow
80
70 72 76
70.5

Slump Flow (cm)


60
50
40
30
20
10
0
A-1.0 A-1.2 A-1.4

Kode Campuran

Grafik 5.1 Data slump flow beton SCC cetakan silinder.

Slump Flow
80.0
70.0 75
70.3 70
Slump Flow (cm)

60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
PA-1.0 PA-1.2 PA-1.4
Kode Campuran

Grafik 5.2 Data slump flow beton SCC sampel core drill.

Pengujian slump bertujuan untuk mengukur kekentalan adukan beton.


Dalam penelitian ini pengujian slump yang dilakukan berupa pengujian tes slump
untuk beton normal dan slump flow untuk beton SCC, dimana kedua pengujian
tersebut dilakukan untuk mengetahui workability adukan beton dari setiap
percobaan.
Dari tabel 5.1 diatas, nilai pengujian test slump untuk beton normal yang
diperoleh adalah 3,45 cm sehingga nilai tersebut sesuai dengan yang telah
direncanakan dalam rancang campur dimana batasan yang digunakan dalam tes
slump berkisar antara 2,5 – 5 cm.

Penggunaan high strength..., Afifa


81Cindika, FT UI, 2008
Sedangkan untuk pengujian slump flow dilakukan guna mengetahui
kemudahan beton tersebut dapat mengalir sendiri dalam papan slump yang
memiliki diameter penyebaran beton. Dan dari data pengujian di tabel 5.1 ; grafik
5.1 dan grafik 5.2 diatas, hasil pengujian dapat diketahui bahwa dengan
penambahan persentase superplasticizers dalam campuran beton berbanding lurus
dengan peningkatan nilai slump flow yang artinya adalah beton dapat
meningkatkan workablitas beton sehingga semakin besar kemampuan beton untuk
mengisi dengan sendirinya kedalam perancah.

5.1.2. L-Box Test

Kode Passing Ability


No.
Campuran (%)
1. A-1.0 80,19
2. A-1.2 86,95
3. A-1.4 92,59
Tabel 5.2 Passing ability dengan L-box test

L-Box Test
100
90
80 92.59
86.96
Passing Ability (%)

70 80.20
60
50
40
30
20
10
0
A-1.0 A-1.2 A-1.4
Kode Campuran

Grafik 5.3 L-Box test.

Passing ability (PA) adalah persentase perbandingan tinggi awal dan


tinggi akhir dari beton segar mengalir dalam suatu tempat (L-box). Pengujian L-

Penggunaan high strength..., 82


Afifa Cindika, FT UI, 2008
box dilakukan hanya pada beton SCC, karena beton tersebut mampu mengalir
sendiri, untuk itu nilai PA (%) ≥ 80 %.8
Dari data pengujian pada tabel 5.2 dan grafik 5.3 diatas, menunjukkan
hasil pengujian dengan passing ability minimum yang diperoleh sebesar 80,19%
sehingga nilai tersebut memenuhi syarat yang ditetapkan untuk beton SCC
berdasarkan standar. Dan nilai passing ability terbesar diperoleh yaitu pada
penggunaan superplasticizers dengan persentase 1,4 % terhadap berat
cementitious sebesar 92,59% untuk beton.

5.1.3. Waktu ikat

Initial Setting Final Setting


No. Kode Campuran
(menit) (menit)
1. A-0.0 99,042 188,849
2. A-1.0 231,762 354,560
3. A-1.2 233,067 356,604
4. A-1.4 235,135 357,692
5. PA-1.0 228,204 357,888
6. PA-1.2 229,982 360,691
7. PA-1.4 231,959 364,659
Tabel 5.3 Data pengujian waktu ikat

Setting Time
400

350
354.560 356.494 357.803
300
Waktu ikat (menit)

250
Initia l Setting
200 231.762 233.064 235.141
Final Setting
188.849
150

100
99.042
50

0
A-0.0 A-1.0 A-1.2 A-1.4
Kode Campuran

Grafik 5.5 Setting time cetakan silinder.

8
Standar EFNARC, The European Guidelines for Self Compacting Concrete, www.efca.info or
www.efnarc.org

Penggunaan high strength..., Afifa


83Cindika, FT UI, 2008
Setting Time
400

350
357.888 360.691 364.659
300

Waktu ikat (menit)


250

200 228.204 229.982 231.959


188.849
150
Initial Setting
100 99.042
Final Setting
50

0
A-0.0 PA-1.0 PA-1.2 PA-1.4

Kode Campuran

Grafik 5.6 Setting time sampel core drill

Faktor waktu ikat (setting time) merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kelecakan beton terutama untuk beton SCC. Dari data pada grafik
5.5 dan grafik 5.6 menunjukkan bahwa nilai waktu ikat awal terhadap beton SCC
yang didapat antara 3 – 4 jam dan waktu ikat akhirnya 5 – 6 jam, sedangkan
untuk beton normal, waktu ikat awal didapat 1 – 1½ jam dan waktu ikat akhirnya
3 – 4 jam. Hal tersebut, menunjukkan bahwa nilai setting untuk initial dan final
pada beton SCC memiliki setting yang cukup lama dibanding dengan beton
normal yang artinya dengan adanya superplasticizers proses setting menjadi
lambat. Hal ini menunjukkan bahwa superplasticizers dapat menambah waktu
setting.

5.2. PENGUJIAN KEKUATAN BETON


Sifat beton keras dinyatakan dalam kekuatan dan keawetan. Sifat tersebut
diperhitungkan dari beton berumur 1 hingga umur 28 hari dimana proses
pengembangan kekuatan mencapai 100%. Pengujian kekuatan beton yang
dilakukan meliputi pengujian kuat tekan, kuat lentur, dan kuat geser, yaitu sebagai
berikut :

Penggunaan high strength..., 84


Afifa Cindika, FT UI, 2008
5.3.1. Kuat Tekan

Tipe Kuat Tekan Rata-rata (kg/cm2)


No.
Campuran 1 3 7 14 28
1. A-0.0 116,36 208,23 269,48 320,51 404,21
2. A-1.0 134,74 259,27 336,84 371,55 434,84
3. A-1.2 128,61 242,94 316,43 368,49 430,75
4. A-1.4 122,49 238,04 298,06 332,76 410,34
5. PA-1.0 118,14 211,85 278,74 340,93 407,40
6. PA-1.2 120,63 242,29 304,47 347,36 415,97
7. PA-1.4 116,28 214,42 272,31 334,49 400,96

Tabel 5.4 Data kekuatan tekan beton

Kode % kenaikan Kekuatan beton setiap umur


No.
Campuran 3 7 14 28
1. A-0.0 44,12 22,73 15,92 20,71
2. A-1.0 48,03 23,03 9,34 14,55
3. A-1.2 47,06 23,23 14,13 14,45
4. A-1.4 48,54 20,14 10,43 18,91
5. PA-1.0 44,23 24,00 18,24 16,32
6. PA-1.2 50,21 20,42 12,35 16,49
7. PA-1.4 45,77 21,26 18,59 16,58
Tabel 5.5 Persentase kenaikan kekuatan tekan beton

Kuat Tekan vs % Superplasticizers

500

450
434.84 430.75
400 410.34
404.21
371.55
Kuat Tekan (kg/cm2)

350 368.49
336.84 332.76
300 320.51 316.43 umur 1
298.06
250 269.48 umur 3
259.27 umur 7
242.94 238.04
200
208.23 umur 14
150 umur 28
134.74
100 116.36 128.61 122.49

50

0
A-0.0 A-1.0 A-1.2 A-1.4

Kode Campuran

Grafik 5.7 Kuat tekan beton cetakan silinder.

Penggunaan high strength..., Afifa


85Cindika, FT UI, 2008
Pada pengujian kuat tekan terdapat dua aplikasi bentuk yang digunakan.
Aplikasi tersebut dalam bentuk cetakan silinder dan pelat precast. Untuk
pengujian kuat tekan bentuk pelat precast dilakukan dengan pengeboran
menggunakan alat core drill yang berguna untuk mengetahui homogenitas pada
lapisan pelat precast.
Hasil uji kuat tekan terhadap tiga persentase superplasticizers dengan dua
jenis aplikasi bentuk (cetakan silinder dan pelat precast) pada umur beton 1, 3, 7,
14, 28 hari yang terlihat pada tabel 5.4 dan grafik 5.7 menunjukkan bahwa beton
SCC memberikan nilai kekuatan tekan yang lebih besar dibanding beton normal.
Untuk kadar optimum kuat tekan beton SCC, memberikan nilai yang tertinggi
pada persentase superplasticizers 1 % dengan kekuatan tekan pada umur 28
sebesar 434,84 kg/cm2.

5.3.2. Kuat Lentur

Kuat Lentur Rata-rata


No. Tipe Campuran
(kg/cm2)
1. A-0.0 32,25
2. A-1.0 47,25
3. A-1.2 43,50
4. A-1.4 42,00
Tabel 5.6 Data kuat lentur balok

Grafik Kuat Lentur


50
45 47.25
40 43.50 42.00
35
32.25
fc' (kg/cm2)

30
25
20
15
10
5
0
A-0.0 A-1.0 A-1.2 A-1.4
Kode Campuran

Grafik 5.8 Kuat Lentur.

Penggunaan high strength..., 86


Afifa Cindika, FT UI, 2008
Dari hasil uji kuat lentur terhadap tiga persentase kadar superplasticizers
pada umur 28 hari, seperti yang terlihat pada tabel 5.5 dan grafik 5.9 diatas bahwa
penambahan superplasticizers pada adukan beton akan memberikan kekuatan
lentur yang lebih besar bila dibandingkan dengan beton normal. Kadar optimum
yang dicapai beton dengan ditambahnya superplasticizers terjadi pada persentase
superplasticizers 1,0% dengan nilai kuat lentur sebesar 47,25 kg/cm2. Hal ini
terjadi karena bahan tambah superplasticizers memiliki keuntungan selain dapat
meningkatkan workabilitas juga tidak mengurangi kekuatan beton.
Jika dilihat dari hubungan kuat tekan dengan kuat lentur, maka :

Tipe Kuat Tekan Kuat lentur Kuat Lentur 1,93 × σtekan


No.
Campuran (kg/cm2) (kg/cm2) Kuat Tekan Kuat Tekan

1. A-0.0 404,21 32,25 0,080 0,096


2. A-1.0 434,84 47,25 0,109 0,093
3. A-1.2 430,75 43,50 0,101 0,093
4. A-1.4 410,34 42,00 0,102 0,095
Tabel 5.6 Perbandingan kuat tekan dan kuat lentur.

Grafik Hubungan Kuat Lentur dengan Kuat Tekan


0.120
Perbandingan Kuat Lentur dengan Kuat Tekan

0.109
0.101 0.102
0.100
0.096
0.093 0.095
0.093
0.080 0.080

Kuat lentur
0.060
1,93 √σTekan

0.040

0.020

0.000
A-0.0 A-1.0 A-1.2 A-1.4
Tipe Campuran

Grafik 5.9 Hubungan Kuat Lentur dengan Kuat Tekan.

Hubungan kuat lentur dengan kuat tekan terlihat pada tabel 5.6, grafik
5.10, memberikan nilai perbandingan kuat lentur dengan kuat tekan pada tipe A-

Penggunaan high strength..., Afifa


87Cindika, FT UI, 2008
0.0 (beton normal) lebih kecil dibandingkan nilai perbandingan kuat lentur dengan
kuat tekan dari ACI, sedangkan untuk nilai perbandingan kuat lentur dengan kuat
tekan pada beton SCC memiliki nilai yang lebih besar daripada nilai perbandingan
kuat lentur dengan kuat tekan dari ACI. Untuk perbandingan kuat lentur dengan
kuat tekan memberikan nilai antara 0,08 dan 0,109 sedangkan, perbandingan kuat
lentur dengan kuat tekan menurut ACI memberikan nilai antara 0,093 dan 0,096.
Hubungan antara kuat lentur dan kuat tekan menurut ACI, dapat
dirumuskan sebagai berikut : 9
σlentur = 0, 62 × σtekan (MPa)

Jika rumus tersebut dikonversikan kedalam satuan SI, yaitu kg/cm2, maka akan
menjadi :
σlentur = 1,93 × σtekan (kg/cm 2 )

Dimana : σlentur = Kuat tekan karakteristik (kg/cm )


2

σtekan = Kuat tekan beton (kg/cm 2 )

5.3.3. Kuat Geser

Kuat Geser Rata-rata


Tipe (kg/cm2)
No.
Campuran
3 hari 7 hari 14 hari
1. A-0.0 30,167 40,167 53,750
2. A-1.0 39,167 48,167 60,833
3. A-1.2 35,000 46,167 55,833
4. A-1.4 31,167 44,917 54,167
Tabel 5.7 Data kuat geser beton.

9
Jermanto S. Kurniawan, Skripsi Studi Perilaku Mekanis Pada Beton Mutu Tinggi Dengan Bahan
Campur Pozzofume (Super Fly Ash), Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, 1996

Penggunaan high strength..., 88


Afifa Cindika, FT UI, 2008
Tipe % Kuat geser thdp Kuat tekan
No.
Campuran 3 7 28
1. A-0.0 13,93 14,33 12,79
2. A-1.0 14,53 13,75 13,45
3. A-1.2 13,85 14,03 12,46
4. A-1.4 12,59 14,49 12,69
Tabel 5.8 Persentase kuat geser terhadap kuat tekan.

Kuat Geser
70.000

60.000
60.83
Kekuatan geser (kg/cm2 )

53.75
50.000 55.83 54.17
40.17 48.17 46.17 umur 3
40.000 44.92
30.17 39.17 umur 7
30.000 35.00
31.17 umur 28
20.000

10.000

0.000
A-0.0 A-1.0 A-1.2 A-1.4
Kode Campuran

Grafik 5.10 Kuat geser beton.

Pengujian kuat geser dilakukan pada umur 3, 7 dan 28 hari terhadap tiga
jenis persentase kadar superplasticizers, seperti yang terlihat pada tabel 5.7 dan
grafik 5.11 diatas bahwa penambahan superplasticizers pada adukan beton akan
memberikan kekuatan geser yang lebih besar bila dibandingkan dengan beton
tanpa superplasticizers. Kadar optimum yang dicapai beton dengan ditambahnya
superplasticizers terjadi pada persentase superplasticizers 1,0%.

Penggunaan high strength..., Afifa


89Cindika, FT UI, 2008
5.3. HOMOGENITAS BETON PRECAST

Umur Kuat Tekan (kg/cm2)


Lapisan
(hari) PA-1.0 PA-1.2 PA-1.4
1 209,06 250,87 225,14
3 2 199,41 231,57 199,41
3 202,63 244,44 218,71
1 295,90 321,63 295,90
7 2 257,30 283,03 250,87
3 283,03 308,76 270,17
1 353,79 360,22 347,36
14 2 328,06 334,49 321,63
3 340,93 347,36 340,93
1 418,12 424,55 411,68
28 2 398,82 405,25 392,39
3 405,25 418,12 398,82

Tabel 5.9 Data kuat tekan sampel core drill pada tiap lapisan.

Umur Kuat Tekan (%)


Layer
(hari) PA-1.0 PA-1.2 PA-1.4
1-2 4,62 2,56 2,86
3
3-2 1,59 5,26 8,82
1-2 13,04 12,00 15,22
7
3-2 9,09 8,33 7,14
1-2 7,27 7,14 7,41
14
3-2 3,77 3,70 5,66
1-2 4,62 4,55 4,69
28
3-2 1,59 3,08 1,61
Tabel 5.10 Persentase perbandingan kuat tekan sampel core
drill terhadap lapisan ke-2.

Penggunaan high strength..., 90


Afifa Cindika, FT UI, 2008
Superplasticizer 1%
450
400
350

fc' (kg/cm2 )
300 umur 3
250 umur 7
200
umur 14
150
100 umur 28
50
0
1 2 3
Lapisan

Grafik 5.12 Kuat tekan terhadap lapisan untuk superplasticizers 1 %.

Superplasticizer 1,2%
450
400
350
300 umur 3
fc' (kg/cm2)

250 umur 7
200 umur 14
150
umur 28
100
50
0
1 2 3
Lapisan

Grafik 5.13 Kuat tekan terhadap lapisan untuk superplasticizers 1,2 %.

Superplasticizer 1,4%
450
400
350
300 umur 3
fc' (kg/cm2 )

250 umur 7
200
umur 14
150
100 umur 28
50
0
1 2 3
Lapisan

Grafik 5.14 Kuat tekan terhadap lapisan untuk superplasticizers 1,4 %.

Penggunaan high strength..., Afifa


91Cindika, FT UI, 2008
Keseragaman beton precast diperoleh dari nilai kuat tekan hasil
pengeboran dengan alat core drill. Dari ketiga tipe sampel core drill seperti pada
tabel 5.9, dan grafik 5.12 ; 5.13 dan 5.14, dapat diketahui bahwa setiap lapisannya
cukup seragam tetapi ada sedikit penurunan pada lapisan kedua karena lapisan
tersebut merupakan lapisan sambungan pengecoran. Hal ini disebabkan
pengecoran yang dilakukan dengan 2 tahap karena kapasitas molen digunakan
tidak mencukupi untuk melakukan satu kali pengecoran, sehingga terjadi
penyambungan pengecoran.

Penggunaan high strength..., 92


Afifa Cindika, FT UI, 2008

Anda mungkin juga menyukai