Buku Jdki 2-EDIT

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MATERI 3 :

Konsep menyusun model Manajemen Strategi :


sebuah institusi Klinik/ Praktek Dokter Keluarga,
sebuah Pelayanan kesehatan primer yang
terintegrasi, dalam konstelasi sistem kesehatan
daerah (SKD) di wilayah Puskesmas, 2022

(Oleh Dr.dr.Jack Roebijoso MSc(OM) PKK, Tim Dokter Keluarga, FK UIN


Malang, 2015
Dalam rangka presentasi MOU antara FK UIN dan BPJS)
MATERI 3 :

PROSES MENYUSUN : MODEL MANAJEMEN STRATEGIK PELAYANAN


KESEHATAN PRIMER DI ORGANISASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT
PERTAMA (FKTP)/ klinik dokter keluarga .

1. PENDAHULUAN

Membahas Strategi : Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kinerja


Organisasi (9), maka beberapa perubahan kondisi yang penting
diperhatikan adalah , sbb:

Pertama , Pada saat ini institusi dihadapkan, pada kondisi


global dengan liberalisasi pasar, dimana persaingan
(competition) antar organisasi, baik yang berorientasi pada
keuntungan (profit) maupun yang berorientasi pada ‘non-
profit’, semakin tajam. Setiap organisasi didorong untuk selalu
meningkatkan kinerjanya (performance), dan keunggulan
bersaing dalam jangka panjang/berkelanjutan (sustained
competitive advantage atau SCA), dalam rangka memuaskan
pelanggan (customers or users satisfaction), dan untuk
memperoleh manfaat (benefit), baik yang berupa keuntungan
maupun citra (public image) organisasi saat ini, dan dimasa
yang akan datang.
Kedua, Perkembangan 3-C (computer, communication,
and control), telah membuat jarak antar negara dan bangsa
semakin dekat, yang memungkinkan transfer sumber daya
antar negara semakin mudah dan cepat, keadaan ini pula yang
membuat perubahan lingkungan external organisasi, berubah
dengan cepat dan sulit di prediksi.
Ketiga, sumber daya (manusia, dana, material, waktu, dan
teknologi) akan dimanfaatkan se-efisien mungkin. Persaingan
yang 'fair' tanpa subsidi dan proteksi akan diberlakukan didalam
menghasikan “output' (barang dan jasa) yang berkualitas.
Ke empat , Perubahan kebijakan pemerintah Indonesia
( legislatif, ekskutif) dibidang pembangunan umum dan upaya
kesehatan, khususnya upaya pembiayaan kesehatan dengan
adanya UU SJSN ,otonomi daerah , yang menuntut peran
daerah dalam upaya kesehatan , serta era demokrasi yang
mendorong masyarakat , menuntut palayanan kesehatan di
FKTP maupun FKTL lebih berkualitas, terjangkau dan merata.
Ke Lima ,Perubahan kebijakan ekonomi regional yang
memberlakukan pasar bebas asia ( MEA), sehingga sejauh
mana MEA ini akan berpengaruh positif atau negatif pada
upaya pelayanan kesehatan primer di setiap negara , hal ini
belum jelas dipertimbangkan dalam strategi upaya
kesehatan . Pertimbangan khususnya menyangkut model
pelayanan kesehatan primer, yang sangat strategis dalam
upaya pembangunan kesehatan , yang pasti akan dituntut
lebih : efektif, efisien, berkualitas dan harus lebih padat karya
( labour intensive ) di banding model lama yang cenderung
pada upaya kuratif yang padat modal. Hal ini diperlukan untuk
mendukung ”kualitas” pelayanan kesehatan primer ,
penyerapan tenaga kerja dibidang kesehatan primer di
Indonesia.Kondisi ini perlu di kaji , dimana tingkat
pengangguran umum masih menjadi isu penting dimasa
depan dan upaya penghematan devisa negara , yang
diakibatkan oleh import fasilitas kesehatan pengobatan yang
masih tinggi ( klim pada BPJS Kes : Rp.42,6 T/thn, kompas 31
Des 2015 ) 11 . Kondisi ini seharusnya dapat diatasi oleh
peran pelayanan kesehatan primer yang ”handal” , sehingga
hal ini juga akan menjadi pertimbangan dalam menyusun
model manajemen strategik dari organisasi FKTP/ klinik
Dokter Keluarga.

Organisasi pelayanan kesehatan secara umum dan


khususnya pelayanan kesehatan primer di indonesia , harus
menentukan model manajemen strategik yang akan memberi
arah ( ” direction,radar”) pada tujuan kegiatan FKTP dalam
konstelasi sistim kesehatan nasional (SKN) dan sistim kesehatan
daerah (SKD) , agar mampu mencapai tujuan yang dikehendaki
semua stake holder dan bukan sekedar kelanjutan pelayanan
dokter keluarga dari praktek dokter asuransi kesehatan
( ASKES) . Hal ini perlu dilakukan , sebab sejak diberlakukannya
model strata pelayanan kesehatan dalam Sistim Kesehatan
Nasional (SKN) tahun sejakn era 1978 , dimana Pusat
Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas) di desain menjadi ujung
tombak sistim pelayanan kesehatan primer , dan diberi tugas
memberikan pelayanan kesehatan dasar ( primer) pada
perorangan (UKP) melalui poliklinik rawat jalan di Puskesmas,
serta pelayanan kesehatan masyarakat ( UKM) oleh
Puskesmas. Sampai sekarang , KemenKes /DinKes belum
pernah membakukan model : organisasi dan manajemen
pelayanan kesehatan primer yang ”handal” (strategik, efektif,
efisien, kualitas, merata, terjangkau) di wilayah nusantara ,
pada era Jaminan Kesehatan Nasional ( JKN) sejak 2014. Pada
era JKN / BPJS Kes , pembiayanan kesehatan bukan lagi dibayar
melalui upaya pembiayaan ” fee for service ” oleh pasien,
namun pembiayaan kesehatan di lakukan dengan upaya
pembiayaan ”pra bayar” , dan bahkan bagi peserta tidak
mampu dibayarkan oleh pemerintah ( PBI) , sehingga
pengelolaan biaya kesehatan harus lebih dapat ”dipertanggung
jawabkan” ( diukur) secara terbuka ( akuntabel ) tingkat
pemanfaatannya dan keberhasilannya , khususnya pelayanan
kesehatan primer oleh FKTP , baik dalam bentuk praktek
dokter pribadi , maupun oleh organisasi poliklinik FKTP .

Secara umum memperhatikan ke lima hal diatas, maka


perlu difahami bahwa : “strategy” merupakan salah satu aspek
penting untuk menjawab perubahan yang cepat dan
'unpredictable” diatas. Strategi sebagai suatu pattern of actions
to achieve objectives (Thompson and Strickiand, 1995)9 atau
sebagai " unified, comprehensive and Integrated plan that
relates the strategic advantages of the firm to the challanges of
the environment” (Jauch and Giueck, 1988)4.
Dengan strategi, arah kemana organisasi akan dibawa
semakin jelas dan bagaimana sumber daya yang langka
dialokasikan se-efisien mungkin, serta bagaimana
improvement atau Kaizen dari suatu organisasi dipertahankan
dan atau ditingkatkan. Georga Neuman salah seorang ahli
management (Thompson and Strickiand, 1995), 9 mengatakan
bahwa ‘How can you lead, If you don't know where You are
going ?, dan juga Joei Ross and Michael Kam, ahli manajemen
Internasional (didalam Thompson and Strickiand, 1995)9
mengatakan bahwa '... without strategy the organization is like
a ship without a rudder ,going around in circles, it is like a
tramp, it has no place to go.Kemana pelayanan kesehatan
primer mau dibawa?

Mengapa Diperlukan Strategi???

Strategi disusun pada dasarnya untuk membentuk


'response' “terhadap perubahan external yang relevant” dari
suatu organisasi , seperti perubahan perkembangan dari
industri, teknologi, ekonomi, kebijakan pemerintah , politik,
lingkungan persaingan, selera konsumen, serta perubahan
perilaku pemasok (supplier : dari dana, sumber daya manusia /
ketenaga kerjaan/ tenaga kesehatan, dan material) , seperti ke
lima perubahan diatas.

Pengertian Strategi
Konsep strategi berasal dari kata Junani (Greek) “strategos”
atau “strategia”, yang berarti general or generalship, atau
sesuatu yang berkaitan dengan ‘top management' dari sesuatu
organisasi,
Didalam The American Heritage Dictionary (1976)12,
strategi berarti 'the science or art of military command as
applied to the overall planning and conduct of combat
operations, atau berarti pula sebagai 'a plan of action resulting
from the practice of this science', Sedangkan Macquarie
dictionary .... (1982) 13 mengartikan strategi sebagai 'the science
or art of combining and employing the means of war In
planning and directing of large military movement and
operations
Steiner and Moor (1977)7 menyatakan bahwa : strategy is
the forging of company mission, setting objectives for the
organization in light of external and internal forces, formulating
specific policies and strategies to achieve objectives, and
assuring their proper implementation, so that the basic
purposes and objectivies of the organization will be achieved.
Dess and Miller (1993)2 menyatakan bahwa didalam
pengertian strategi terdapat pengertian tentang ‘intended
strategy’ yaitu strategi yang diusulkan, dirancang dan
dikatakan, dan pengertian tentang ‘realized strategy’ yaitu
strategi yang sebenarnya telah dilaksanakan / dipergunakan di
dalam kegiatan organisasi akibat adanya peluang dan
hambatan yang belum terlihat pada saat menyusun strategi.
Peluang dan hambatan (obstacles) inilah yang memaksa
manajemen untuk melakukan ‘quick thinking to alter intended
strategy’.

2. PROSES MENYUSUN MANAJEMEN STRATEGIK

Penyusunan “ STRATEGI” yang terletak pada step ketiga


dalam proses manajemen strategik, tidak terpisahkan dengan
kegiatan step pertama dan kedua, yaitu pembentukan : “ VISI
dan MISI” , serta “SASARAN ORGANISASI “ dan juga tidak
terlepas dari kegiatan “ IMPLEMENTASI STRATEGI “ yang
terpilih dan “EVALUASI KINERJA” pada tahap keempat dan
kelima, didalam proses manajemen strategik tersebut diatas.

Tahap Pertama – Pembentukan VISI dan MISI


Sering dikatakan orang bahwa visi adalah mimpi yang akan
memberikan arah pada apa yang mesti dituju (Bisnis Indonesia
tgl. 1 November 1996).14
Sebenarnya Apa Visi dan Misi itu ?

Thampson and Strickiand (1995)1 menyatakan bahwa


'strategic vision' adalah '... a big picture perspective of who we
are, what we do, and where we are headed’.
Visi memberikan petunjuk tentang '........ long-term
direction and where management intends to take the
company'. Hax and Majiuf (1984)3.

Tahap Kedua – Memformulasikan Sasaran Organisasi


Sasaran (objectives) adalah suatu 'statement of what is to
be achieved’ (Jauch and Glueck, 19884; Rue and Holland,
1989)6.
Didalam memformulasikan sasaran dari setiap level dari
organisasi (ditingkat corporate, SBU atau fungsional) sebaiknya
diiakukan dalam langkah yaitu :

(1). Menentukan ‘key result area atau key success factor'. Yaitu
area bidang yang vital sebagai indikator keberhaslian.
(2). Menentukan 'time frame' dari sasaran yang ada misalnya 1
atau 5 atau 10 tahun.
(3). Menentukan “makna” dan “kualitas” dari sasaran sehingga
sasaran tersebut “challenging” dan “realistic”
(4). Sasaran/objektif harus tertulis dengan:

 jelas, ringkas, dan tidak membingungkan,


 dinyatakan dalam bentuk yang mudah diukur, pada
waktu yang telah ditentukan,
 akurat
 sesuai dengan kode etik dan norma sosial yang berlaku.

Tahap Ketiga – Memilih Alternatif Strategi


Tahap ketiga adalah tahap yang menentukan apakah
suatu organisasi mampu 'menemu kenali – to identity’,
strategi atau 'means to achieve the ends'.
Para perencana strategik, harus mampu
memperhitungkan perubahan lingkungan external yang
memberikan “peluang – opportunities”, dan 'ancaman –
threat’ pada organisasi.

Tahap Keempat – Pelaksanaan Strategi


Strategi yang telah disusun dan dipilih, seharusnya
dilaksanakan tidak hanya menjadi ‘tulisan diatas kertas putih'
atau menjadi `slogan atau 'motto', karena untuk dapat
menyusun strategi unggulan (strategic advantage), segala
upaya, pikiran dan waktu telah dikerahkan bagi kepentingan
organisasi.
Didalam “Implementasi” strategi, maka agar diperoleh
hasil yang optimal beberapa “resep atau kiat” yang telah teruji
sacara empiris, dapat dijadikan acuan, kiat itu antara lain :

(a) Strategi haruslah “fit” dengan “culture – budaya” dari suatu


organisasi.
(b) Strategi haruslah sejalan dengan 6 (enam) S lainnya (lihat
Waterman, 1982)10 yaitu :

 “Structure” organisasi haruslah disesuaikan dengan


kebutuhan implementasi strategi. Apakah tugas (Job)
telah dibagikan dengan baik, dan jelas kewenangan –
authority dan tanggung jawabnya /‘'responsibility”.
 Structure organisasi juga harus jelas : siapa bertugas apa,
dan melaporkan kepada siapa.(structure follow the
function).
 “Systems” baik yang berupa sistim informasi, sistim
proses produksi, sistim alokasi sumber daya (budget) dan
sistim pengukuran kinerja, sistim reward, serta sistim
pengawasan haruslah sejalan dengan strategi.
 “Style” dari management atau sering disebut dengan
“leadership kepemimpinan” haruslah sesuai dengan
strategi yang dipilih.
 Strategi yang 'aggressive' kearah pertumbuhan dan
expansi membutuhkan leader yang berkwalitas
'executive', yaitu pemimpin yang tidak hanya
mamperhatikan 'produktifitas', tetapi juga mampu
memperhatikan kwalitas dan produktivitas dari sumber
daya manusianya (Blake and Mouton, 1985) 1. Jangan
memilih ‘do nothing’ manager (yaitu orang yang tidak
mampu kearah 'produktivitas'), atau manager berkualitas
‘administrator’ (yaitu pemimpin yang perhatiannya
kepada produtivitas dan sumber daya manusia hanya
‘fifty-fifty’, asal organisasi jalan saja.
 “Staf and Skill” dari anggota-organisasi juga selalu
ditingkatkan kualitasnya, demikian pula teamwork dan
synergy-nya.
 “Shared value” yaitu nilai dimana “goal” organisasi harus
selalu 'superordinate – diatas’ goal individual.
Ke tujuh S ini juga dapat dipergunaknn untuk mengontrol,
apakah strategi yang telah dipilih 'do-able or success' untuk di
implementasikan. Strategi yang baik dan sukses adalah strategi
yang didukung dan 'fit' dengan 6'S lainnya (Rue and Holland,
1989)6. Sehingga pelatihan /pendidikan kepada dokter
pengelola FKTP harus memperhatikan aspek ketrampilan
berorganisasi, manajemen FKTP “handal” yang “khas” mampu
menyelesaikan masalah pelayanan kesehatan primer di
Indonesia ( evidence holistic base medicine) dan tidak cukup
hanya memiliki kompetensi sebagai dokter keluarga yang di
adopsi dari pembelajaran standart pendidikan di luar negeri
( WONCA), yang mungkin kondisi infrastruktur pembangunan
dan masalah kesehatannya berbeda.

Tahap Kelima – Evaluasi Strategi dan Pengawasan Kinerja


Pada tahap kelima dari proses manajemen strategik
adalah pengawasan atas strategi (Strategic control), dan
pengawasan atas kinerja (performance) organisasi, dengan kata
lain ingin melihat dampak (impact) dari implementasi strategi
pada kinerja (performance).

3. FORMAT “MODEL” MANAJEMEN STRATEGIK PELAYANAN


KESEHATAN KLINIK DOKTER KELUARGA DI FKTP .

Akhirnya kita dapat mencoba menyusun sebuah model


/redaksi dari format manajemen strategi untuk institusi
pelayanan kesehatan primer bagi perorangan( FKTP) , sebagai
berikut :

1. VISI : MENJADI SENTUHAN PERTAMA UNTUK DAPAT HIDUP


SEHAT. ( Be the first touch for being healthy ).

Organisasi ( institusi) pelayanan kesehatan primer


bagi perorangan FKTP ( klinik/praktek dokter keluarga ), yang
pada dasarnya adalah bagian dari jejaring struktur
organisasi pelayanan kesehatan primer , dalam sisitim
kesehatan nasional ( SKN) maupun sistim kesehatan daerah (
SKD ) , memiliki peran yang strategik dalam upaya :
memberdayakan , meningkatkan dan menjaga derajad hidup
sehat bagi sasaran pelayanan ( perorangan, keluarga,
komunitas peserta BPJS), pada era JKN saat ini dan masa
mendatang. Sehingga “tidak akan ada” lagi , institusi lain
dari upaya kesehatan primer yang paling bertanggung jawab
bagi tercapainya komunitas dari masyarakat , keluarga dan
perorangan untuk dapat “ tetap hidup sehat” dalam
konstelasi SKN/SKD di Indonesia . Sebagai konsekuensi dari
tanggung jawab yang dibebankan oleh SKN /SKD ini , maka
seluruh institusi dan kegiatan upaya pelayanan kesehatan
yang dikategorikan sebagai upaya kesehatan primer : harus
ter integrasi dan ter koordinasi secara fungsional , teknis
operasional secara optimal dengan klinik FKTP ( klinik/
praktek Dokter Keluarga/ UKP ) , baik dalam kegiatan
strategisnya dan manajemen pembiayaannya, agar pelayanan
kesehatan primer di suatu wilayah kerja PKM ( UKP,UKM,
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA/K3) dapat di kelola
secara optimal dan diukur tingkat keberhasilan secara lebih
tepat.Sehingga profil koordinasi antar FKTP disuatu wilayah
dan wilayah lain perlu dibakukan.

2. MiSi : MEMBERDAYAKAN HIDUP SEHAT DAN MEMBERIKAN


PELAYANAN KESEHATAN DASAR PADA SASARAN.
Misi pada dasarnya merupakan bentuk atau ekspresi
peran sosial yang ditugaskan oleh SKN /SKD, sehingga
konsepsi, sistimatika dan tingkat keterukuran dalam
menyusun : misi, sasaran dan strategi dalam manajemen
FKTP,seharus sudah tersurat dan tersirat pada pasal – pasal
dalam legal drafting peratuan dalam SKD, namun sebaliknya
bila pasal – pasal tersebut tidak tercantum, maka sudah
sewajarnya upaya “reformasi “ dari SKD bahkan SKN perlu
dilakukan pada era JKN ini, agar aspek legal dari model
organisasi dan manajemen yang handal dari pelayanan
kesehatan primer pada era JKN ini lebih berkelanjutan . Pada
penyusunan Misi diperlukan ungkapan khusus , bagi upaya
memberikan motivasi, nuansa atau ciri dari model
manajemen strategik ini , yang selanjutnya dapat disebut
sebagai : Motto FKTP , sbb: “ HIDUP SEHAT BERSAMA TIM
DOKTER KELUARGA”, atau “ BERSAMA TIM DOKTER
KELUARGA , KITA LEBIH BISA HIDUP SEHAT”, “ FKTP SIAP
MENJAGA HIDUP SEHAT, ANDA ! “, “ TIM DOKTER
KELUARGA , TEMAN SETIA ANDA UNTUK HIDUP SEHAT”, dst
(BE HEALTHIES WITH FAMILY DOCTERS TEAM)

3. TUJUAN ( OBJEKTIF/ SASARAN).


Sudah dijelaskan diatas bagaimana menyusun sasaran
(tujuan, objektif). Sasaran harus jelas , konsepsional,
sistimatis dan dapat diukur serta valid ( akurat) , sebagai
petunjuk ( indikator ) untuk menentukan keadaan / tingkat
keberhasilan kegiatan pelayanan kesehatan primer . Maka
saran /objektif dapat disusun ,sbb :

i. MENINGKATKAN PEMBERDAYAAN HIDUP SEHAT dan


DERAJAT KESEHATAN
ii. MENURUNKAN ANGKA KESAKITAN , KEMATIAN,
KECACADAN, KECELAKAAN
iii. MENURUNKAN ANGKA RUJUKAN MEDIS DAN RAWAT
INAP
iv. MENURUNKAN TOTAL PEMBIAYAAN KESEHATAN , DAN
MENGOPTIMALKAN BIAYA KESEHATAN PRIMER
v. MENINGKATKAN KUALITAS, PEMERATAAN,
KETERJANGKAUAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

Sehingga dapat dipastikan bahwa tujuan- tujuan tersebut


dapat diterima oleh semua stake holder baik oleh : Peserta
pelayanan / peserta BPJS Kes/DPR /DPRD , BPJS
Kes/Pemerintah pusat/Kemenkeu, ,
KemenKes/DinKes/Pemerintah daerah , Tim Kes Primer di
FKTP , sehingga tujuan itu harus di kawal bersama. Evaluasi
pelayanan pada FKTP saat ini masih kepada besarnya : angka
rujukan medis (contact rate) , tanpa memiliki standart
strategi dan proses/ operasional pelayanan. Sehingga FKTP
tidak memiliki konsep dan operasionalisasi performance nya
secara baku setelah di evaluasi . Selanjutnya semua tujuan
tersebut harus dapat didiskripsikan secara konsepsional dan
operasional , agar dapat diukur keberhasilannya.

4. STRATEGI (Alternatif Strategi)


Akhirnya kita sampai pada redaksi menyusun alternatif
strategi dalam upaya pelayanan kesehatan primer , agar
FKTP dapat mencapai tujuan yang dikehendaki bersama,
pada periode waktu yang di sepakati.Sesuai dengan kajian
diatas menyusun alternatif strategi dapat dilakukan ,
dengan memperhatikan hasil studi /kajian model strategi
pelayanan dokter keluarga ( Roebijoso ,2010) 5 , yang telah
dapat menunjukkan adanya fenomena , sesuai dengan
sebagian tujuan /objektif diatas , yaitu penurunan : jumlah
kunjungan pasien berobat ( contact rate ) yang dapat dipakai
sebagai indikator angka kesakitan, angka rujukan media dan
rawat inap , serta total biaya kesehatan , sampai sekitar 50 %
dalam satu tahun.Maka alternatif strategi dapat disusun ,
sbb :

i. Menyusun Organisasi FKTP yang fungsional, mampu


menjalankan upaya – upaya kesehatan dasar ( usaha –
usaha pokok pelayanan kesehatan primer ) , yang dapat
di kutip dari sebuah “ evidence holistic base’ ( jack
Roebijoso)5 , berupa 10 usaha pokok pelayanan
pelayanan kesehatan , dan terdiri dari : 60 % upaya
promotif preventif (pemberdayaan kesehatan ) , 40 %
upaya kuratif dasar. Bagi FKTP berbentuk praktek pribadi
yang bukan organisasi pelayanan kesehatan , sebaiknya
menyesuaikan diri dalam fungsinya , agar dapat mencapai
tujuan / objektif dari misi nya .Bila praktek dokter
keluarga / BPJS sebagai FKTP tidak di reorganisasi
strategis , maka hasil tujuan pelayanannya yang
strategik , sulit dicapai dan diukur tingkat
keberhasilannya.
ii. Menyusun standart : Input, Proses , cakupan/ OutPut ,
OutCome, Impact . dalam manajemen pelayanan
kesehatan primer yang :
Integratif,Efektif,Efisien,Kualitas,Merata,Terjangkau
( Handal).
Standart Input meliputi : fasilitas personalia terlatih,
perangkat lunak , keras, pembiayaan/unitcost/alokasi
biaya/indikator keberhasilan/ materi modul dan sub
modul (primbon) pemberdayaan /pelayanan kesehatan
medis dasar/ primer, bagi : perorangan, keluarga,
komunitas sasaran yang “fit” dengan kondisi lokal , dst.
Standart proses meliputi : Menentukan prioritas sasaran
pelayanan, Standart Operating Procedure ( SOP) dari
intervensi pelayanan kesehatan primer ( medis , non
medis dalam : 10 usaha- usaha pokok pelayanan
kesehatan dokter keluarga ), dengan modul/sub modul
yang baku, sehingga kualitas dan konsisitensi pelayanan
kesehatan primer dapat selalu dijamin, karena setiap
anggota tim kesehatan akan menjalankan upaya
kesehatan dengan standart dan kualitas yang dibakukan.
Standart Evaluasi keberhasilan , meliputi : alat ukur,
waktu, cara mengumpulkan , menyusun/menampilkan ,
melakukan analisa data pelayanan kesehatan ( utility
review upaya , review data kesehatan ), dan rencana
intervensi pelayanan kesehatan pada sasaran, agar dapat
mencapai tujuan.

5. OPERASIONAL :
Secara konsepsional, sistimatis, dan terukur ,
pelaksanaan /operasionalisasi dari kegiatan pelayanan
kesehatan oleh FKTP yang pada dasar nya telah memiliki
sejumlah sasaran pelayanan (peserta BPJS sekitar 3000 –
5000 peserta), maka harus dilakukan pengumpulan data
dasar kesehatan ( base line data kes) , pada awal nya . Data
ini diambil melalui ‘ survai ‘ data dasar , dengan
menggunakan alat survai ( daftar pertanyaan ) yang
didesain menggunakan determinan kesehatan yang sesuai
secara holistik dengan kondisi lokal ( wilayah ekologi
kesehatan ) . Alat pengumpul data ini secara ilmiah , berkala
( 6 bulan ) , akan dapat mengelompokkan , peserta yang
masuk dalam:

A. Kelompok Resiko Tinggi,


B. Kelompok Resiko Sedang,
C. Kelompok Resiko Rendah .

Maka prioritas pelayanan kesehatan primer akan diutamakan


mampu menyelesaikan masalah kesehatan dari sasaran
kelompok A, baik secara aktif maupun pasif , dengan memilih
/menggunakan item- item pada 10 usaha pokok pelayanan
kesehatan , sesuai dengan indikasi, alokasi anggaran, tenaga
kesehatan , fisibilitas pelaksanaan dst.Selanjutnya dengan
prosedur yang sama pelayanan kesehatan di berikan secara
simultan pada kelompok B dan C. Evaluasi dilakukan secara
berkala : bulan , tri bulan, semester , tahunan melalui rapat/
meeting internal klinik , untuk menentukan tingkat
keberhasilan dan menentukan intervensi yang tepat , untuk
dapat mencapai sasaran/ tujuan yang di harapkan . ( quick
thinking to alter intended strategy ). Setiap kegiatan
operasional menggunakan 10 usaha pokok yang di pilih
berdasar indikasi dan kelayakan , selalu di gunakan standart :
Indikasi/Perintah Kerja , Modul (manual/primbon),Format
sistim manajemen pelayanan kesehatan primer, untuk
menjamin kualitas pelayanan .( manajemen kualitas).

REFERENCE

1. Blake, R.R., Mouton, J.S. 1985. The Managerial Grid III: The
Key to Leadership Excellence. Houston: Gulf Publishing Co.
2. Dess, G. G. & Miller, A. 1993. Strategic management. New
York: McGraw-Hill:320–25.
3. Hax, Arnoldo C., and Nicolas S. Majluf, "The Corporate
Strategic Planning
4. Jauch And Gieuck 1988 Strategic Management and Business
Policy Jauch, Lawrence R., Glueck, William F.Published by
McGraw-Hill Education (ISE Editi, 1989 ISBN 10: 0071005110
/ ISBN 13: 9780071005111
Process," Interfaces, Vol. 14, No. 1, January-February 1984b,
pp. 47-60.
5. Roebijoso, JDKI November 2015 : Model Manajemen Strategi
Pelayanan Kesehatan Dokter Keluarga.
6. Rue, L.W. & Holland, P.G. 1989. Strategic Management.
NewYork: McGraw-Hill, p. 31.
7. Steiner and M oor, 1977, Management policy and strategy:
Text, readings and cases.New York: Macmillan, 1977. ISBN
00-2416-750-9.
8. Syafei Idrus, 1993, Strategi : sebagai upaya untuk
meningkatkan kinerja organisasi .
9. Thompson And Strickiand,1995,.Strategic management
concepts and cases 12th ed. Arthur A. Thompson, Jr., A.J.
Strickland, III.
10. Waterman, R. H. Jr 1982 ‘The seven element of strategic
fit’, Journal of Business Strategy, 2(3): 68-72
11. Kompas, 2015, “Tanggung Klaim Rp 42 T, Dirut BPJS
Kesehatan: Yang Sakit 92 Juta Orang”
12. American Heritage Dictionary (1976). Boston: Houghton
Mifflin
13. Macquarie University (1982) Macquarie Dictionary.
Macquarie Library, Sydney.
14. Growing Path in Facing Globalization (Bisnis Indonesia) (1996)

Anda mungkin juga menyukai