Buku Gelombang

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 175

1

GETARAN HARMONIS

Dalam kehidupan sehari-hari tanpa sengaja kita telah melakukan gerakan-gerakan


yang merupakan fenomena getaran. Kegiatan menggosok gigi, menghapus papan tulis,
mengunyah makanan, dan sebagainya merupakan gerakan yang berulang-ulang yang
bersifat periodik. Gerakan ayunan jam dinding antik, gerakan bolak-balik piston pada
mesin, gerakan ke atas dan ke bawah benda di permukaan air yang bergelombang juga
merupakan fenomena gerakan yang periodik. Gerakan yang demikian disebut osilasi.

Suatu getaran akan terjadi bila suatu sistem diganggu dari posisi setimbang
stabilnya. Karakteristik gerak osilasi yang paling dikenal adalah gerak yang bersifat
periodik, yaitu berulang-ulang atau bolak-balik di sekitar titik setimbang. Sebagai contoh,
gerak pegas bolak-balik di sekitar titik setimbang sesaat setelah dilepas dari tarikan.

Sebelum membicarakan gelombang, kita perlu memahami getaran terlebih dahulu,


sebab getaran merupakan sumber gelombang. Sebagai contoh, gelombang bunyi
ditimbulkan oleh getaran benda yang menjadi sumber bunyi. Misalnya bunyi rebana, suara
manusia, bunyi seruling, bunyi petikan gitar dan sebagainya. Pada contoh-contoh tersebut
sistem yang bergetar menghasilkan osilasi pada molekul-molekul udara di sekitarnya.
Getaran ini akan menjalar melalui udara atau melalui medium lain, sehingga menghasilkan
gelombang bunyi yang diterima oleh pendengar. Jadi, gelombang akan muncul jika
terdapat obyek yang bergetar dalam suatu medium atau dengan kata lain gelombang adalah
getaran yang merambat.

Dalam bab ini akan dibahas tentang getaran sebagai sumber gelombang, baik yang
sederhana (tunggal) maupun yang lebih rumit (getaran bergandeng), yang meliputi getaran
mekanik dan elektromagnetik. Agar dapat menguasai konsep getaran ini dengan baik
diharapkan Anda sudah memahami konsep fungsi trigonometri.

1
.1. Getaran Harmonis Sederhana

Sistem Pegas Massa

k
m
Keadaan Setimbang

  x

FP
m

( + x)
Keadaan umum, bekerja gaya
Pemulih (FP)
m FP

( - x)

Gambar 1.1. Getaran harmonis sederhana sistem pegas massa

Salah satu contoh dari sistem getaran mekanis sederhana adalah suatu pegas heliks
dengan konstanta pegas k, dengan sebuah massa m yang melekat pada ujungnya. Gambar
1.1 menunjukkan suatu sistem pegas massa yang terletak di atas bidang datar licin tanpa
gesekan. Jika massa disimpangkan sejauh x dari kedudukan setimbangnya, maka sesuai
dengan hukum Hooke pegas akan mengerjakan gaya sebesar kx. Gaya ini dinamakan gaya
pemulih.
Fp = -kx (1.1)
Tanda minus menunjukkan bahwa arah gaya pemulih berlawanan dengan arah
simpangannya. Kecepatan sesaat massa tersebut adalah
dx
v (1.2)
dt
Sedangkan percepatan sesaat dari massa tersebut adalah :

2
dv d dx d 2 x
a   (1.3)
dt dt dt dt 2
Menurut hukum kedua Newton, persamaan gerak untuk massa m dengan mengabaikan
gaya gesekan, adalah :
m  a  k x
d 2x
m 2  k x  0
dt
2
d x k
 x0 (1.4)
dt 2 m
Jika k/m = 2, maka
d 2x
2
2x  0 (1.5)
dt
k
Persamaan (1.5) ini merupakan persamaan getaran umum dengan frekuensi ω  .
m
Persamaan getaran umum merupakan persamaan diferensial orde dua yang mempunyai
penyelesaian
xt   A cos t  0 

atau xt   A sin  t  0  . (1.6)


Salah satu dari kedua penyelesaian dapat digunakan tergantung dari posisi awalnya.
Bukti bahwa x (t) = A cos ( t + o) merupakan solusi (penyelesaian) dari
persamaan getaran umum (1.5) adalah sebagai berikut :
x t   A cos ω t  φ o 
d x t 
 Aω sin ω t  φ o 
dt
d2x d
  Aω sin ω t  φ o 
dt 2 dt
d 2x
  A ω 2 cos ω t  φ o 
dt 2
d 2x
2
  ω 2 A cos ω t  φ o   ω 2 x
dt
d2x
 ω2 x  0
d 2t

3
Jadi persamaan x t   A cos  t  0  adalah salah satu bentuk persamaan getaran. Coba

Anda buktikan bahwa x (t) = A sin ( t + o) adalah salah satu penyelesaian dari
persamaan (1.5) !
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa persamaan x (t) = A cos ( t + o)
dan x (t) = A sin ( t + o) disebut persamaan getaran harmonis, karena :
1. Dinyatakan dalam persamaan sinusoidal.
2. Selalu bekerja gaya yang menuju titik setimbang dan besarnya sebanding dengan
simpangannya.
Secara empiris, x fungsi t dapat digambarkan dengan cara menambatkan pensil
pada pegas vertikal, sehingga pensil dapat melukis di atas kertas. Ketika pegas berosilasi
dan kertas ditarik ke kiri dengan laju konstan, maka kurva yang dilukiskan dapat berupa
kurva sinusoidal. Kurva tersebut dapat dituliskan dengan persamaan x = A cos ( t + o)
dengan A, , o merupakan konstanta. Besarnya simpangan merupakan proyeksi dari titik
yang bergerak melingkar beraturan pada garis tengahnya.

0 T/8 2T/8 3T/8 4T/8 5T/8 6T/8 7T/8 T

Gambar 1.2. Getaran Harmonis Sederhana (GHS) sebagai proyeksi titik P yang
melakukan gerak melingkar beraturan pada salah satu garis tengahnya. Simpangan
getaran dinyatakan dengan x = A cos ( t + o), dengan 0 =0

Karena
cos ( t + o) = sin ( t + o + /2) (1.7)
maka persamaan getaran dapat ditulis sebagai fungsi sinus atau kosinus tergantung dari
phase awalnya (besarnya sudut phase pada saat t = 0). Besarnya simpangan maksimum
disebut amplitudo, ( t + o) disebut phase getaran, dan o disebut konstanta phase.
Setelah bergetar satu kali, besarnya sudut phase bertambah 2 , dan pada saat itu,
benda memiliki posisi dan kecepatan yang sama dengan posisi awal, karena

4
cos ( t + o + 2) = cos ( t + o).
Dari kenyataan ini dapat ditentukan phase setiap satu periode getaran T, yaitu pada saat t =
T maka phasenya adalah
phase pada waktu t + 2
 (t + T) + o = ( t + o) + 2 (1.8)
 t +  T + o =  t + o + 2
 T = 2 (1.9)

k k
Jika ω  , maka T = 2 atau
m m

m
T = 2 (1.10)
k

1 k
dan f = (1.11)
2π m

Contoh 1.1
Sebuah partikel disimpangkan sejauh x dari sistem pegas massa yang digantung vertikal.
Setelah dilepas, pegas berosilasi dengan persamaan x(t) =- 5 cos (2t + /5) dengan x dalam
meter dan t dalam sekon.
a) Berapakah frekuensi, periode, amplitudo, frekuensi sudut, dan konstanta phase
getaran ?
b) Dimanakah partikel pada saat t = 1 sekon ?
c) Carilah percepatan dan kecepatan pada setiap saat t !
d) Carilah posisi dan kecepatan awal partikel !

Penyelesaian
Dari persamaan x(t) = - 5 cos (2t + /5) dikonversi ke persamaan umum getaran
x (t) = A cos ( t + o), maka diperoleh :
a) A = -5 m
 t = 2t, sehingga  = 2 rad/s
Karena  = 2f, maka f = 1/ = 1/(3,14) Hz dan T = 3,14 s
o = /5
b) Saat t = 1, posisi partikel, x = -5 cos {2(1) + /5} = -3,9400 m
c) kecepatan dan percepatan setiap saat t adalah

5
d(x) d  π   π
v   - 5 cos (2t  )   10 sin  2 t  
dt dt  5   5
d(v) d   π  π
a  10 sin  2 t    20 cos (2 t  )
dt dt   5  5
e) Posisi dan kecepatan awal dapat dicari dengan menyulihkan t = 0 ke dalam
persamaan x dan v sehingga diperoleh :
π π π
x(t  0)  - 5 cos (2t  )  - 5 cos (0  )  - 5 cos  4,045 m
5 5 5
 π π π
v(t  0)  10 sin  2 t    10 sin (0  )  10 sin  5,878 m/s
 5 5 5

Contoh 1.2.
Suatu pegas yang mempunyai panjang 2 m, digantung pada atap. Suatu benda dengan
massa 1,5 kg digantungkan pada ujung pegas, dan menyebabkan pegas bertambah panjang
30 cm dalam kesetimbangan. Kemudian massa ditarik kebawah 5 cm dan dilepas. Jika
massa pegas diabaikan, tentukan persamaan gerak getaran massa !

Penyelesaian

Konstanta pegas diperoleh dengan mengingat persamaan Hukum Hooke

F  kl
mg  kl
mg 1,5  9,8
k   49 N m
l 0,3

k 49 N
  m  5,7 rad
m 1,5kg s

Pada saat t = 0, x0  0,05m

x0  A cost  0 
 0,05  A cos 0  0 

0  0  A  0,05m

Persamaan gerak getaran : x  0,05 cos5,7t m

6
1.2. Perpindahan Energi dalam Getaran Mekanik

Pada persamaan getaran sistem pegas massa yang dinyatakan dengan


x(t) = xo cos t (1.12)
artinya massa ditarik sejauh xo, dan pada t = 0 massa tersebut dilepas. Sebelum melepaskan
massa, pegas menyimpan energi potensial sebesar
½ kxo2 (1.13)
Setelah dilepas, massa bergerak ke arah negatif dan memperolah energi kinetik
½ mv2 (1.14)
Pada waktu yang sama, pegas kehilangan energi potensialnya karena simpangan menjadi
lebih kecil dari xo.Untuk sebarang kedudukan, energi potensial sistem adalah :
EP = ½ kx2 = ½ kxo2 cos 2 t (1.15)
Adapun energi kinetik sistem adalah :
EK = ½ mv2 (1.16)
Karena
d x o cos  t 
v   x oω sin ω t 
dt
maka
EK = ½ m 2 xo2 sin2 t (1.17)
Sehingga energi total sistem adalah
ET = Ep + EK = ½ kxo2 cos 2 t + ½ m 2 xo2 sin2 t
Untuk sistem pegas massa, sudah kita ketahui bahwa

k
ω
m
maka energi total sistem menjadi
k 2 2
ET = ½ kxo2 cos 2 t + ½ m xo sin t
m
= ½ kxo2 (cos 2 t + sin2 t)
= ½ kxo2 (1.18)

7
1 2 1
t= kx Mv 2
2 2

X maks
0 V =0
0

X0

T/8

X0V2

X=0
T/4 V maks
0

3T/8

0
T/2

5T/8

X=0
V maks
3T/4 0

7T/8
X0

X maks 0
V =0
T
X0V2

Gambar 1.3. Gambar skema posisi massa pada setiap saat yang berkaitan dengan
energi potensial dan energi kinetiknya

8
Dari uraian tersebut dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut
 Jika pada posisi awal EK = 0 dan EP = ½ kxo2 cos 2
t, Ep mencapai maksimum
jika harga cos2 t = 1, sehingga energi total ET = ½ kxo2.
 Jika pada posisi awal EP = 0 dan EK = ½ m 2 xo2 sin2 t, Ek mencapai maksimum
k 2
jika harga sin2 t =1, sehingga energi total ET = ½ m 2 xo2 = ½ m xo = ½ kxo2.
m
Dari dua kasus tersebut, tampak jumlah energi potensial dan energi kinetik pada setiap
kedudukan adalah konstan, yaitu ET = ½ kxo2. Ini berarti bahwa sebenarnya dalam sistem
pegas massa yang berosilasi adalah energinya.
Besarnya energi total dari getaran sistem pegas-massa adalah konstan. Hal ini dapat
dibuktikan dengan memperhatikan persamaan gerak
ma  kx
dv (1.19)
m  kx
dt
Persamaan (1.19) kita kalikan dengan kecepatan v
dv
mv  kvx (1.20)
dt
Karena
d 2 dv dv 2 dv
v   2v
dt dt dv dt
dx 1 d 2
xv  x  x
dt 2 dt
Persamaan (1.20) dapat ditulis sebagai
d 1 2 1 2
 mv  kx   0
dt  2 2 
atau
1 2 1 2
 mv  kx   konstan (1.21)
2 2 

9
Gambar 1.4. adalah grafik simpangan, kecepatan, dan energi dari suatu getaran.
x (t)

½T T

v (t)

½T T

Energi

½T T
EK + EP = ET

Gambar v(t), dan energi dari suatu


Gambar 1.4. Grafik simpangan x(t), kecepatan
getaran

Contoh 1.3

Kita tinjau suatu sistem pegas massa, dalam keadaan setimbang massa dipukul dengan
cepat dengan energi 0,1 joule. Jika konstanta pegas 30 N/m dan massa yang dipasang
pada sistem pegas horisontal 0,5 kg, tentukan persamaan gerak yang menggambarkan
gerak osilasi massa.

Penyelesaian
Misal persamaan gerak umum sistem pegas massa
x (t) = xo cos (t +o)
k = 30 N/m; m = 0,5 kg; E = 0,1 joule.

k
ω = 7,746 rad/s
m

10
Energi pemukul
E = ½ k xo 2
0,1 = ½ . 30. xo2 sehingga xo2 = 6,666 dan xo = 0,082 m
Karena keadaan awal setimbang, maka pada t = 0, x (t) = 0.
x (t) = xo cos (t + o)
0 = 0,082 cos (7,7459 (0) + o )
0 = cos (0 + o)
o = /2
Jadi persamaan gerak sistem pegas massa tersebut adalah
x (t) = 0,082 cos (7,746 t + /2)

1.3. Contoh Getaran Harmonis Sederhana Lain

Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, apabila gaya pemulih bekerja pada
suatu massa, maka akan terjadi getaran (osilasi). Seperti kita ketahui, dalam getaran
mekanik akan terjadi dua hal, yaitu kemampuan menyimpan energi potensial (oleh pegas)
dan kemampuan menyimpan energi kinetik (oleh massa). Di dalam getaran rotasi, torka
pemulih dan momen kelembaman menggantikan gaya pemulih dan gaya yang bekerja pada
massa. Di bawah ini adalah contoh getaran harmonis sederhana.

1.3.1.Ayunan matematis ( Bandul sederhana)

Bandul sederhana adalah benda ideal


yang terdiri dari sebuah titik massa, yang

digantungkan pada tali ringan yang tidak

T dapat mulur. Jika bandul ditarik


l
kesamping dari posisi seimbangnya dan
dilepaskan, maka bandul akan berayun
P M dalam bidang vertikal, karena pengaruh

Mg sin Mg cos  gravitasi.

Gambar 1.5. Ayunan Sederhana

11
Gerak bandul merupakan gerak osilasi dan periodik. Gambar 1.5 menunjukkan
sebuah bandul yang panjang talinya l dengan massa partikelnya M, membentuk sudut 
dengan vertikal. Gaya yang bekerja pada M adalah Mg, yaitu gaya gravitasi, dan T gaya
tegang tali. Jika Mg diuraikan atas komponen radial sebesar Mg cos  dan komponen
tangensial sebesar Mg sin . Komponen radial dari gaya tersebut memberi sumbangan
pada gaya sentripetal yang dibutuhkan agar benda tetap bergerak pada busur lingkaran.
Komponen tangensialnya berlaku sebagai gaya pemulih yang bekerja pada M, untuk
mengembalikan ke titik seimbang. Jadi gaya pemulihnya adalah

F = - Mg sin  (1. 22)

Sehingga persamaan gerak massa adalah


F = - Mg sin 
M . a = - Mg sin 
M . dv/dt = - Mg sin 
Karena
d
vl
dt
maka
 l dθ 
d 
M 
dt 
 M g sin θ
dt
Untuk sudut kecil, sin   , maka
d 2
l   g
dt 2
d 2 g
2
  (1.23)
dt l
g
jika ω  , maka persamaan (1.23) menjadi
l
d 2θ
2
 ω2θ  0 (1.24)
dt

12
Persamaan (1.24) adalah persamaan getaran harmonis sederhana dengan frekuensi getaran

1 g
sebesar : f  (1.25)
2 l

1.3.2.Bandul puntiran

Penjepit
tetap

R P Q

Gambar 1.6. Bandul Puntiran. Garis yang ditarik dari pusat P berosilasi diantara Q
dan R, menyapu sudut sebesar 2 m dengan  m adalah amplitudo sudut

Gambar 1.6 adalah sebuah piringan yang digantungkan pada ujung sebuah batang
kawat yang dipasang pada pusat massa piringan. Batang kawat dibuat tetap terhadap
sebuah penyangga yang kokoh dan terhadap piringan tersebut. Dari pusat piringan ditarik
sebuah garis OP (seperti gambar). Jika piringan dirotasikan dalam arah horisontal kearah
posisi radial Q, kawat akan terpuntir. Kawat yang terpuntir akan melakukan torka pada
piringan yang cenderung akan mengembalikannya ke posisi P. Torka ini disebut torka
pemulih. Untuk puntiran kecil, torka pemulih sebanding dengan pergeseran sudut (Hukum
Hooke), sehingga

    (1.26)

 adalah konstanta yang bergantung pada sifat kawat dan disebut konstanta puntiran
(torsional). Tanda negatip menunjukkan bahwa torka tersebut berlawanan arah dengan
simpangan sudut. Persamaan (1.26) adalah syarat untuk gerak harmonik sudut sederhana
(simple angular harmonic motion).

13
Persamaan gerak untuk sistem tersebut adalah

d d 2
  I  I I 2
dt dt

Dengan I adalah momen inertia (kelembaman rotasi) dan  percepatan sudut. Dengan
menerapkan persamaan (1.26) akan kita peroleh

d 2
   I
dt 2

atau

d 2  
   (1.27)
I
2
dt

Persamaan (1.27) adalah persamaan getaran harmonik sudut sederhana, dengan


penyelesaian

   m cost  0  (1.28)

dan dengan periode

I
T  2 (1.29)

Contoh 1.4

Sebuah batang kecil dengan massa 0,10 kg dan panjang 0,10 m digantungkan pada kawat
pada pusatnya dan tegak lurus pada panjangnya. Kawat dipuntir dan batang mulai
berosilasi dengan periode 2,0 s. Jika sebuah keping datar dengan bentuk sembarang
digantungkan pada kawat tersebut pada pusatnya, ternyata mempunyai periode 5,0 s.
Tentukan momen kelembaman keping tersebut terhadap sumbu.

Penyelesaian

Momen kelembaman batang adalah

Ml 2 0,10kg 0,10m
2
I ba tan g    8,3  10 5 kg.m 2
12 12

Tba tan g I ba tan g



Tkeping I keping

14
2
 Tkeping 
I keping   I
atau  T  ba tan g
 
2
 5,0 
I keping   
 8,3  10 5 kg.m 2  51,86  10 5 kg.m 2
 2,0 

1.3.3. Bandul fisis

Sembarang benda tegar yang digantungkan sehingga benda dapat berayun dalam
bidang vertikal terhadap sumbu yang melalui benda tersebut dinamakan bandul fisis.
Bandul fisis merupakan perluasan dari bandul sederhana, yang hanya terdiri dari tali tak
bermassa yang digantungi sebuah partikel tunggal. Pada kenyataannya semua benda yang
berayun adalah bandul fisis.

Seperti Gambar 1.7, kita pilih sebagai bandul fisis adalah benda pipih dengan
bentuk tak beraturan dipasak pada sumbu tanpa gesekan yang melalui P. Benda dalam
posisi seimbang jika dalam keadaan pusat massa benda C terletak vertikal di bawah P.
Jarak dari pasak ke pusat massa adalah d. Momen kelembaman benda terhadap sumbu
yang melalui pasak adalah I. Massa benda adalah M. Jika benda disimpangkan dari posisi
seimbangnya sebesar sudut , maka torka pemulih dalam keadaan simpangan sudut  yang
disebabkan oleh komponen tangensial gaya gravitasi adalah

  Mgd sin  (1.30)


P


C

Mg

Gambar 1.7. Bandul fisis yang berupa benda pipih dengan pusat massa C, dipasak di
P dan disimpangkan dengan sudut  dari posisi seimbangnya. Torka pemulih
disebabkan oleh berat Mg.

15
Jika simpangan sudut kecil, maka berlaku pendekatan yang sangat baik sin    ,
sehingga untuk amplitudo kecil,

  Mgd

atau

  

dengan

  Mgd

Tetapi

d 2
  I  I
dt 2

Sehingga

d 2  
2
  
dt I I

Jadi periode bandul fisis yang berosilasi dengan amplitudo kecil adalah

I I
T  2  2 (1.31)
 Mgd

Contoh 1.5

Sebuah piringan yang berjari-jari 10,2 cm yang dipasak di bagian tepinya, mengalami
osilasi kecil terhadap pasak tersebut. Periode osilasi adalah 0,784 s. Berapakah percepatan
gravitasi di tempat tersebut ?

Penyelesaian

Momen kelembaman piringan terhadap sumbu yang melalui pusatnya adalah

1
Mr 2
2

dengan r adalah jari-jari piringan dan M adalah massanya.

16
Momen kelembaman terhadap pasak di tepi piringan adalah

1 3
I Mr 2  Mr 2  Mr 2
2 2

dengan d = r, periodenya adalah

I 3 Mr 2 3r
T  2  2 2
 2
Mgd Mgr 2g

6 2 r 6 2 10,2
g  m s 2  9,82 m s 2
T2 0,784 2

1.4. Getaran Elektromagnetik

s Kapasitor diberi muatan sebesar qo


t=0
s Coulomb, kemudian secara cepat
dihubungkan dengan induktor L. Muatan
VC (t) C L VL(t) yang semula tersimpan di dalam kapasitor
+qo
mengalir ke induktor dan akan
menimbulkan arus listrik dalam rangkaian.
-qo i (t)
Potensial induktor VL = L (di/dt)
Potensial kapasitor VC = q/C

Gambar 1.8. Getaran


Elektromagnetik

Sesuai hukum Kirchoff, untuk rangkaian tertutup berlaku


VC + VL = 0
sehingga
q/C + L (di/dt) = 0 atau
q/C = - L (di/dt) (1.32)
Jika i = dq/dt, maka di/dt = d2q/dt2, dengan demikian persamaan (1.32) dapat dituliskan
menjadi :

17
q d 2q
 L 2 atau
C dt
2
(1.33)
d q 1
2
 q
dt LC

1
Jika ω  , maka persamaan (1.33) merupakan persamaan getaran secara umum
LC
d 2q
2
 ω2q  0
dt
yang mempunyai penyelesaian
q = qo sin ( t + o), atau (1.34)
q = qo cos ( t + o). (1.35)
Persamaan (1.34) dan (1.35) adalah persamaan getaran dengan frekuensi

1 1
f  (1.36)
2 LC
Seperti dijelaskan di depan bahwa kapasitor diberi muatan awal sebesar qo. Persamaan
yang menyatakan besarnya muatan pada setiap saat misalnya
q = qo cos  t (1.37)
Sedangkan besarnya arus adalah
dq
i   q0 sin t (1.38)
dt
Sehingga energi listrik yang tersimpan di dalam kapasitor adalah
1 q2 1 2
UE   q0 cos 2 t (1.40)
2 C 2C
Sedang energi magnetik yang tersimpan di dalam induktor adalah
1 2 1
UM  Li  L 2 q0 sin 2 t
2
(1.41)
2 2
1
Mengingat 2  , maka kita dapatkan bahwa jumlah energi listrik dan energi
LC
magnetik adalah konstan
2
1 q0
UE UM  (1.42)
2 C

18
Jumlah kedua macam energi sama dengan besarnya energi listrik yang tersimpan di dalam
kapasitor. Kapasitor dan induktor selalu bertukar energi secara periodik, mirip dengan
pegas dan massa pada sistem energi mekanik.

Contoh 1.6

t=0 2 Pada rangkaian LC seperti gambar di


s samping, saklar S ditutup untuk
beberapa saat, kemudian dibuka. pada t
5 F 2 mH + 12 V = 0, tentukan pernyataan untuk arus
-
yang mengalir dalam rangkaian LC
tersebut dan tentukan besar muatan
dalam kapasitor !

Penyelesaian
Besarnya arus mula-mula yang melewati induktor adalah
io = V/R = 6A

1 1
ω , maka ω   10 4 rad/s
LC 2x10  5x10 6
3

Jadi persamaan arus yang mengalir dalam rangkaian adalah


i (t) = 6 cos 104 t ampere
dq/dt = i, maka dq = i dt
Sehingga muatan dalam kapasitor adalah

qt    it dt   i0 cos tdt


t t

0 0

i0
qt   sin t

qt   6  10  4 sin t coulomb 
Catatan : kondisi awal berbeda dengan keadaan pada Gambar 1.8

1.5. Getaran Teredam (Damped Oscillation)

Selama ini kita menganggap bahwa semua kasus pada getaran harmonis sederhana
adalah sesuatu yang ideal, yaitu energi yang terbuang selama sistem bergetar diabaikan.
Sebagai contoh, dalam sistem pegas massa horisontal antara massa beban dan lantai

19
dianggap tidak terjadi gesekan. Demikian pula dalam rangkaian LC, kita menganggap
bahwa tidak ada hambatan dalam rangkaian. Padahal pada kenyataannya, dalam peristiwa
getaran, sebagian energi getaran diubah menjadi energi panas yang dipancarkan melalui
medium di sekitarnya, sehingga getaran tidak terjadi secara terus menerus.

1.5.1. Getaran teredam pada kapasitor

t=0 R Misal kapasitor dengan muatan qo


s
dihubungkan secara cepat dengan
+qo induktor L melalui R, maka menurut
VC (t) C L VL(t)
Hukum Kirchoff untuk rangkaian
-qo
tertutup berlaku :

i (t)

Gambar 1.9. Rangkaian LCR

q di
 Ri  L
C dt
Dengan mengingat
dq
i ,
dt
q dq d 2q
maka  R L 2
C dt dt
Kita peroleh persamaan diferensial untuk muatan q(t), sebagai berikut
d 2 q R dq 1
2
  q0 (1.43)
dt L dt LC
1
Jika besar tahanan R limit mendekati nol, maka ω  , maka berlakulah persamaan
LC
getaran harmonis
d 2q
2
 ω 2 q  0.
dt

20
Penyelesaian dari persamaan (1.43) tidak ada, karena terdapat derivatif orde pertama. Jika
tidak ada L, maka muatan di dalam kapasitor teredam secara eksponensial
q t   q o e  γ t cos ω t

dengan  = konstanta redaman, maka:

 q o  γ cos ω t  ω sin ω t  e  γ t
dq
dt
(1.44)
 q o γ 2  ω 2 cos ω t  2 γ ω sin ω t  e  γ t
d 2q
2
dt
Dengan tanpa menuliskan qo e- t, dan menyulihkan persamaan (1.44) ke persamaan (1.43)
diperoleh :
R 1  R 
(γ 2  ω 2  γ ) cos ω t   2γ ω  ω  sin ω t  0 (1.45)
L LC  L 
yang berlaku setiap saat t, sehingga koefisien cos  t dan sin  t harus sama dengan nol

R 1
γ 2  ω2  γ 0 (1.46)
L LC
R
2γ ω  ω0
L
Dari persamaan (1.46) diperoleh
1
 = R/2L, dan ω  .
LC
Fungsi q (t) = qo e-  t cos  t secara kualitatif diperlihatkan dalam grafik sebagai berikut :
+qo

qo e- t
0 v (t) = t / 2

- qo e- t
- qo

Gambar 1.10. Kelakuan muatan di dalam kapasitor dalam Gambar 1.9

21
Perlu ditekankan bahwa solusi ini hanya berlaku untuk kasus redaman kecil (  <<  atau

L
sebanding dengan R<< .
C

1.5.2. Getaran teredam pada sistem pegas massa


Pada sistem ini, gaya gesek antara massa dengan lantai diperhitungkan.
x,v
FP
m

Fgesek
Besarnya gaya gesek sebanding dengan kecepatan
dx
Fgesek  bv  2m (1.47)
dt
b
Dengan    frekuensi redaman.
2m
Di bawah pengaruh gaya gesek, maka persamaan gerak massa dinyatakan dengan
d 2x dx
m 2  kx  2m (1.48)
dt dt

e t
Persamaan (1.48) dikalikan dengan , kemudian ruas kanan dipindahkan ke kiri,
m
sehingga persamaan dapat diubah menjadi
 d 2 x
e t  2  2
dx 

  2 x  0   2
2
x  0 (1.49)
 dt dt  
atau


d 2 t
2
   
e xt   0   2 e t xt   0
2
(1.50)
dt
k
dengan  0  yang merupakan frekuensi alamiah pengayun. Dengan peubah tak bebas
m
baru xt  e t xt  , persamaan (1.50) merupakan persamaan getaran tak teredam untuk
peubah xt yang berbentuk

22
d2
dt 2 t

x   0   2 xt  0
2
 (1.51)

Persamaan (1.51) mempunyai penyelesaian


xt  e t xt 

Dengan xt   A0 cos ' t   


2
k  b 
Dan  '  0   
2 2
  (1.52)
m  2m 
Untuk t besar, perilaku penyelesaian ini ditentukan oleh nilai frekuensi redaman  relatif
terhadap nilai  0 .

a. Getaran teredam kurang (underdamped oscillation) untuk   0

Pada getaran ini nilai  '  0   2 adalah riil dan untuk   0 maka  '  0
2

sehingga
xt   A sin' t    dan

xt  Ae t sin ' t    (1.53)


Persamaan (1.53) dapat diartikan bahwa jika ada gesekan, frekuensinya menjadi lebih
kecil dan periodenya menjadi lebih panjang. Amplitudo semakin lama semakin kecil
mendekati nol

Damped Oscilations

1
Displacement x

0,5
Damped
0
Oscilations
1 14 27 40 53 66 79 92
-0,5

-1
Time t

Gambar 1.11. Getaran teredam kurang

b. Getaran teredam lampau ( Overdamped oscillation) untuk   0

Pada getaran ini nilai  '  0   2 adalah imaginer = i  , dengan


2

   2  0 2

23
Persamaan (1.51) akan menjadi
d2
x   2 xt  0
2 t
(1.54)
dt
Persamaan (1.54) mempunyai penyelesaian
xt  A' exp t   B' exp  t 

Jadi

xt   A' exp   2     2  


      0 t   B' exp       0 t  (1.55)
2 2

     

Karena       2  0     2  0     0 , maka x(t) merupakan gabungan


2 2

dua fungsi eksponen turun yang mengecil dengan cepat dan lambat, jadi tidak terjadi
getaran, x(t) menuju nol dalam waktu yang cukup lama.

xt   Ae  t  Be  t

Gambar 1.12. Getaran teredam lampau

c. Getaran teredam kritis (critically damped oscillation) untuk   0

Jika   0 maka persamaan (1.51) menjadi

d 2x
0
dt 2
dengan penyelesaian xt  At  B , dengan A dan B adalah konstanta. Dengan demikian
x(t) merupakan suatu fungsi eksponen yang turun dengan cepat.
x t   ( At  B)e t (1.56)

24
Over Damped Oscilations

Displacement x
0,5

0
1 10 19 28 37 46 55 64 73 82 91 100
-0,5

-1

Time t

Gambar 1.13.Getaran teredam kritis

d. Getaran Harmonis Teredam Terpaksa (Forced Damped harmonic Oscillation)

Selama ini yang kita pelajari hanya getaran benda secara alamiah, yaitu getaran

yang terjadi jika benda disimpangkan dan kemudian dilepaskan. Untuk massa yang

digantung pada pegas, frekuensi sudut alamiahnya jika tidak ada gesekan adalah

k
  2f 
m

Dan jika gaya gesekan (kecil) diperhitungkan, maka frekuensi sudutnya

2
k  b 
 '  2f '   
m  2m 

Keadaan akan menjadi lain jika pada benda dikenai gaya luar yang bergetar. Biasanya

untuk mempertahankan suatu sistem agar tetap bergetar, energi harus tetap diberikan

kepada sistem tersebut. Bila hal ini dilakukan, penggetar atau osilator dikatakan

“digerakkan atau dipaksa”. Sebagai contoh :

- Sebuah pegas vertikal dapat dipaksa dengan menggerakkan titik gantung

keatas-kebawah, atau bandul sederhana dapat dipaksa dengan menggerakkan

titik gantung maju-mundur.

25
- Seorang anak yang duduk pada ayunan dan ingin membuatnya tetap berayun

dapat menggerakkan tubuh dan kakinya pada saat-saat tertentu. Pada saat itu

sebenarnya dia sedang memaksa osilator.

Pada persamaan gerak getaran terpaksa, kita memperhitungkan gaya pemulih  kx ,

dx
gaya peredam  bv  b dan gaya lain yang bekerja yaitu gaya luar yang bergetar, yang
dt

diberikan kepada massa yang digantungkan. Misal gaya luar dinyatakan dengan persamaan

Feks  Fm cos "t (1.57)

Dengan Fm adalah harga maksimum gaya luar dan " adalah frekuensi sudut gaya luar.

Berdasarkan hukum kedua Newton

F  ma

Kita peroleh

dx d 2x
 kx  b  Fm cos " t  m 2 (1.58)
dt dt

b k
Persamaan (1.58) dibagi dengan m, dan mengingat bahwa   serta   2 maka
2m m

dapat ditulis

d 2x dx F
2
 2   2 x  m cos " t (1.59)
dt dt m

Penyelesaian persamaan (1.59) adalah

xt   x p t   xk t  (1.60)

x p t  adalah penyelesaian transient, yaitu penyelesaian getaran teredam tanpa gaya luar,

sedangkan x k t  adalah penyelesaian keadaan tunak yang tidak tergantung pada syarat-

syarat awal. Penyelesaian persamaan (1.59) tidak dibuktikan dalam buku ini, dan dapat

ditulis (Halliday Resnick, 1999)

26
Fm
xt   sin " t    (1.61)
G

Fm
Atau xt   cos" t    (1.62)
G

Fm
adalah amplitudo getaran terpaksa dan  adalah kostanta phase
G

Dengan G  m 2 "2  2   b 2"2 (1.63)

b"
Dan   cos 1 (1.64)
G

Dari persamaan (1.61) dapat dikatakan bahwa sistem bergetar dengan frekuensi

sudut gaya pemicunya " , bukan dengan frekuensi sudut alamiahnya.

- Jika tidak ada redaman maka b = 0, sehingga dari persamaan (1.63) faktor G

 
sama dengan m "2  2 . Jika frekuensi gaya pemicu jauh berbeda dengan

frekuensi alamiahnya, maka harga G sangat besar. Hal ini akan mengakibatkan

amplitudo getarannya kecil.

- Jika harga frekuensi gaya pemicu mendekati harga frekuensi alamiahnya, yaitu

Fm
"   , maka harga G menjadi kecil mendekati nol, dan amplitudonya
G

mendekati harga tak hingga. Tetapi karena dalam praktek redaman selalu ada,

sehingga amplitudo getarannya walaupun besar, tetap terbatas.

- Untuk getaran dengan redaman ( b  0 , ada harga karakteristik frekuensi

pemicu " yang memberikan harga G minimum, sehingga mengakibatkan

amplitudo getaran maksimum. Keadaan ini disebut resonansi, dan harga

" yang memberikan resonansi, disebut frekuensi resonan. Makin kecil

redaman pada suatu system, makin dekat pula frekuensi resonannya kepada

27
frekuensi alamiah tak teredam. Seringkali redaman cukup kecil (misal redaman

getaran pegas di udara) sehingga frekuensi resonannya dapat dianggap sama

dengan frekuensi alamiah tak teredam.

Persoalan getaran yang dipaksa dan resonansi adalah persoalan umum, solusinya sangat
bermanfaat dalam sistem akustik, mekanika, rangkaian arus bolak-balik maupun fisika
atom. Sebagai contoh gelas dengan redaman rendah, dapat pecah oleh gelombang bunyi
yang kuat pada frekuensi yang sama atau mendekati frekuensi alami getaran gelas. Derap
langkah barisan yang melalui jembatan dapat menggetarkan jembatan dengan amplitudo
yang cukup besar dan dapat merusakkannya. Oleh karena itu barisan tentara dibubarkan
jika melaui jembatan.

1.6. Sistem Getaran Dua Derajat Kebebasan (Getaran Tergandeng)

Kita tinjau getaran dengan gandengan pegas identik seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.14. Berdasarkan gambar tersebut dapat dituliskan persamaan gerak untuk benda
a dan benda b secra terpisah, sebagai berikut
a b
k m k m k

xa xb

Gambar 1.14. Getaran bergandeng dalam a). Kedudukan setimbang,


b). Kedudukan umum,

F    kx

d 2 xa
Benda a : m 2  kxa  k ( xa  xb ) (1.65)
dt
d 2 xb
Benda b : m 2  kxb  k ( xb  xa ) (1.66)
dt

28
Persamaan diferensial (1.65) dan (1.66) tidak bebas satu dari yang lain. Dengan
menganggap
x1  xa  xb
maka penjumlahan kedua persamaan tersebut adalah :
d 2 x1 d2
m 2  m 2 xa  xb   kxa  k ( xa  xb )  (kxb  k ( xb  xa )  k ( xa  xb )  kx1
dt dt
(1.67)
Penyelesaian persamaan (1.67) merupakan getaran pusat massa, sebagai berikut
x1(t) = xa (t)+ xb(t) = A1 cos (1t+1) (1.68)

k
dengan 1 = , yang dikenal dengan mode 1 atau mode rendah. Gerak getarannya
m
seperti ditunjukkan pada Gambar (1.15). Tampak bahwa getaran pusat massa ini
mempunyai frekuensi yang sama dengan frekuensi getaran pegas tunggal, pegas
penggandeng hanya berfungsi sebagai penyelaras getaran. Perpindahan masing-masing
benda mempunyai besar dan arah yang sama.
xa xb = xa

x a = xb xb

Gambar 1.15. Getaran pusat massa

Jika persamaan (1.65) dan (1.66) dikurangkan, dan dengan menganggap bahwa
x2 = xa – xb
Hasil pengurangannya adalah
d 2 x2 d2
m 2  m 2 xa  xb   3k ( xa  xb )  3kx2 (1.69)
dt dt
Penyelesaian persamaan (1.69) merupakan getaran relatif, sebagai berikut
x2(t) = xa(t) – xb(t) = A2 cos (2t + 2) (1.70)

29
3k
dengan 2 = , yang dikenal dengan mode 2 atau mode tinggi. Gerak getarannya
m
ditunjukkan seperti pada Gambar 1.16. Frekunsi getaran relatif ini lebih besar dari pada
frekuensi getaran pusat massa. Perpindahan benda mempunyai besar yang sama tetapi
arahnya berlawanan.
xa xb = xa

xa = xb xb

Gambar 1.16. Gerak getaran relatif

Sedangkan getaran seluruh sistem merupakan superposisi linier dari kedua getaran
harmonik pada persamaan (1.68) dan (1.70), yaitu
x(t) = A1 cos (1t+1) + A2 cos (2t+2)

Contoh 1.7
Sebuah benda bermassa m dan dua buah pegas dengan panjang asli l0 tetapi mempunyai
konstanta pegas yang berbeda disusun sebagai berikut

K1 m K2

Dengan mengabaikan gaya gesek dan massa pegas, tentukan


a. Persamaan geraknya dalam bentuk persamaan diferensial.
b. Bentuk penyelesaian umum

Penyelesaian

Persamaan gerak massa dinyatakan

30
d 2 xa
m   k1 x a  k 2 x a
dt 2
d 2 xa
m 2  k1  k 2 x a
dt
2
d xa k  k2
2
 1 xa (1.71)
dt m
Persamaan (1.71) adalah persamaan gerak benda, yang mempunyai penyelesaian
x  A cost    dan

k1  k 2

m

1.7. Penjumlahan Getaran


1.7.1. Getaran segaris
Sudah kita ketahui bahwa grafik getaran yang mempunyai persamaan
y  A cost  0  ataupun y  A sin t  0  dapat digambarkan dengan simpangan

sebagai fungsi waktu y  f t  , seperti Gambar 1.2. Jika kita akan menjumlahkan dua
buah getaran yang arah geraknya segaris, maka untuk memperoleh hasil penjumlahan dua
getaran tersebut dengan cara melukiskan grafik untuk tiap getaran lebih dulu.
Misal lengkungan 1 melukiskan getaran dengan persamaan
y1  A1 sin 1t
Kemudian lukiskan lengkungan 2 untuk getaran dengan persamaan
y 2  A2 sin2 t   
Maka lengkungan 3 diperoleh dengan menjumlahkan simpangan y1 dan simpangan y2 , jadi
y  y1  y 2

Gambar 1.17. Hasil dua getaran segaris

31
1.7.2. Dua getaran yang arah geraknya tegak lurus satu sama lain
Jika dua getaran harmonis dengan frekuensi sama tetapi memiliki simpangan dalam
arah yang saling tegak lurus, maka gangguan masing-masing getaran pada suatu titik dapat
dinyatakan
y = a1 sin ( t - 1 ) (1.72)
dan z = a2 sin ( t - 2 ) (1.73)
y
 sin t cos 1 – cos t sin 1 (1.74)
a1

z
 sin t cos 2 – cos t sin 2 (1.75)
a2

Persamaan (1.74) dikalikan dengan sin 2 dan persamaan (1.75) dikalikan dengan sin 1
kemudian digabungkan, maka akan menghasilkan
y z
- sin 2 + sin 1 = sin t ( cos 2 sin 1 – cos 1 sin 2 )
a1 a2
............(1.76)
Persamaan (1.74) dikalikan dengan cos 2 dan persamaan (1.75) dikalikan dengan
cos 1 kemudian digabungkan, maka diperoleh

y z
cos 2 - cos 1 = cos t ( cos 2 sin 1 – cos 1 sin 2 )
a1 a2

........... (1.77)

Selanjutnya kita akan mengeliminasi t dari persamaan (1.76) dan (1.77) dengan
mengkuadratkan dan menjumlahkan kedua persamaan tersebut, maka diperoleh :

y2 z2 2 yz
sin ( 1 - 2 ) =
2
2
 2
 cos ( 1 - 2 )
a1 a2 a1a2

.............(1.78)

Persamaan (1.78) menunjukkan resultan dari superposisi kedua gelombang, dan dari
persamaan (1.78) tersebut tampak bahwa bentuk kurva gelombang resultan bergantung
kepada beda phase kedua gelombang   1   2

32
δ=0 δ = π/4 δ = π/2 δ = π/4
Gambar 1.18. Superposisi dua getaran yang arah getarnya saling tegak lurus

SOAL-SOAL
1.1. Sebuah partikel bermassa m, mulai dari keadaan diam pada x = + 25 cm dan berosilasi
di sekitar posisi kesetimbangannya dengan periode 1,5 sekon. Tentukan persamaan
gerak untuk :
a. posisi x terhadap waktu t
b. kecepatan v terhadap waktu t
c. percepatan a terhadap waktu t

.2. Carilah (a) laju maksimum dan (b) percepatan maksimum dari soal nomor (1). Kapan
partikel pertama kali berada di x = 0 dan bergerak ke kanan ?

1.3 Pada sebuah pegas digantungkan beban 200 gram, ternyata pegas bertambah panjang 1
cm. Pegas kemudian ditarik 5 cm lalu dilepaskan. Tentukan
a. Konstanta pegas
b. Kecepatan sudut
c. Periode dan frekuensi getaran
d. Kecepatan maksimum gerakan massa
e. Persamaan getaran gerak benda
f. Percepatan maksimum gerakan massa
g. Energi total getaran.

1.4. Berapakah simpangan getaran harmonis agar pada saat itu energi potensialnya sama
dengan energi kinetiknya ?

1.5. Buktikan bahwa kuat arus yang mengalir dalam rangkaian tertutup adalah sebesar
i = io sin ( t + o) atau i = io cos ( t + o) ! Gunakan i = dq/dt

33
1.6. Rencanakan suatu kegiatan laboratorium untuk menentukan momen kelembaman
suatu benda yang berbentuk sembarang terhadap suatu sumbu rotasi (sumbu rotasi
tidak melalui pusat massa). Rencanakan pula bagaimana cara menentukan pusat
massa suatu benda !

1.7. Sebuah kelereng dilepaskan kedalam cekungan sebuah mangkok, sehingga kelereng
tersebut mempunyai gerak getaran. Anggap bahwa cekungan mangkok tersebut
mempunyai bentuk parabolik (y = ax2). Dengan mengabaikan besarnya gesekan,
buktikan bahwa frekuensi getarannya adalah   2ag (dengan a mempunyai
dimensi m- 1).
1.8. Tunjukkan bahwa fungsi-fungsi di bawah ini adalah penyelesaian dari persamaan

k
gerak getaran, dengan frekuensi  
M
a. x  A sin t
b. x  A sin t  B cos t
c. x  A cost   

1.9. Dua buah massa yang berbeda m1 dan m2 dikaitkan dengan tiga pegas yang memiliki
konstanta pegas sama k. Tentukan persamaan geraknya dan tentukan pula bentuk
penyelesaiannya !

1.10. Pada rangkaian LC seperti Gambar 1.8.


a. Tunjukkan bahwa besarnya arus dinyatakan dengan
V0
it   sin t
L
C
dengan V0 = q0/C merupakan tegangan awal dalam kapasitor

b. Tunjukkan bahwa L mempunyai dimensi ohm


C
1.11. Dua getaran yang saling tegak lurus bekerja pada suatu titik. Gangguan pada titik
tersebut dinyatakan dengan persamaan

  
y  5 sin 10t  450 dan x  3 sin 5t  60 0 
Gambarkan gelombang resultannya !

34
DAFTAR PUSTAKA

Allonso-Finn. 1986. Fundamental University Physics. Washington, D.C: Addison-Wesley


Publishing Company

Halliday David and Resnick Robert. 1978. Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Hirose, K and K.E Longren . 1985. Introduction to Wave Phenomena. Singapore: John
Wiley and Sons.

Crawford, F.S..1968. Waves. New York:McGraw-hill Book Company

Tjia, M.O. 1994. Gelombang. Jakarta: Dabara Publisher

Pain, H.J. 1989 . The Physics of Vibrations and Waves.. Singapore: McGraw-Hill
Publishing Company.

35
2

KINEMATIKA GELOMBANG
Di dunia ini penuh dengan berbagai macam gelombang. Misalnya saja gelombang di
permukaan air, gelombang bunyi, gelombang elektromagnetik seperti gelombang TV,
gelombang radio, gelombang mikro, cahaya tampak, cahaya tak tampak (ultra violet), dan
sinar X. Selain itu juga ada gelombang gempa bumi dan gelombang otak yang kesemuanya
hanya sebagian kecil dari contoh-contoh gelombang yang ada di permukaan bumi.
Perbedaan antara gelombang dan getaran adalah bahwa gelombang merupakan
getaran yang merambat melalui medium tertentu, atau gelombang bergerak dalam ruangan,
sedangkan getaran tidak merambat atau terlokalisasi. Sebagai contoh adalah gelombang
bunyi di udara yang berasal dari getaran pita suara manusia. Suara manusia terjadi karena
adanya getaran pita suara di tenggorokan. Tetapi gelombang bunyi dihasilkan oleh getaran
pita suara yang merambat melalui udara (merupakan medium bagi gelombang bunyi). Oleh
karena itu jika kita berbicara tentang gelombang harus membahas juga tentang medium
bagi gelombang tersebut.
Untuk getaran, variabel waktu (t) merupakan satu-satunya variabel bebas, artinya jika
ditetapkan suatu harga t, maka akan diperoleh nilai sesaat pada besaran getaran. Untuk
gelombang, selain variabel waktu (t), kita mempunyai variabel bebas lain, yaitu koordinat
x.
Dalam bab kinematika gelombang ini kita akan mempelajari tentang terjadinya
gelombang, persamaan gelombang, gelombang sinusoidal, dan nonsinusoidal serta
superposisi gelombang. Sebelum mempelajari bab ini sebaiknya kita sudah memahami
lebih dahulu segala sesuatu yang berkaitan dengan getaran.

2.1.Terjadinya Gelombang Transversal

Jika sebuah massa digantungkan pada suatu pegas kemudian pegas tersebut ditarik
atau ditekan dan kemudian dilepaskan, maka akan terjadi getaran. Apabila gesekan
diabaikan, maka sistem pegas massa ini akan terus bergetar. Jika sebuah tali yang ringan
diikatkan pada massa, maka tali akan ikut bergetar bersama massa. Pada saat yang

36
bersamaan terbentuk pola gelombang yang merambat sepanjang tali, dengan periode
tertentu.
Gambar 2.1 berikut menunjukkan keadaan tali pada saat t = 0 sampai dengan t = T
(satu periode), atau ketika getaran yang merambat tersebut difoto pada saat-saat tertentu,
sebuah titik bergerak naik turun pada tali walaupun gelombang tali bergerak dari kiri ke
kanan.

t=0
a b c d e f g

t = T/4

t = T/2

t = 3T/4

t=T

Gambar 2.1. Gelombang mekanik pada tali oleh sistem pegas massa

37
Gelombang yang merambat pada tali yang disebabkan oleh getaran massa pada
Gambar 2.1 merupakan salah satu contoh dari gelombang mekanik. Pada Gambar 2.1.
tampak bahwa semua titik dalam medium tali bergerak naik turun, dan gelombang tali
merambat dari kiri ke kanan. Pada saat t = 0, semua titik masih dalam keadaan setimbang.
Pada saat t = T/4, titik a bergerak keatas, sedangkan titik yang lain masih diam. Pada t =
T/2, titik a sudah turun dan berada dalam posisi setimbang, titik b berada di posisi atas,
sedangkan titik yang lain masih diam. Pada t = 3T/4, titik a berada di posisi bawah, titik b
kembali pada posisi setimbang dan titik c berada di atas, sedangkan titik yang lain masih
diam. Pada saat t = T (satu periode), titik a kembali pada kedudukan setimbang, titik b
berada di bawah, titik c berada pada posisi setimbang dan titik d sedang berada pada posisi
atas, sedangkan titik yang lain masih diam. Demikian seterusnya, gerakan semua titik
dalam medium tali dari waktu ke waktu berikutnya.

Dapat kita lihat, bahwa pada saat t = T (satu periode), maka gelombang sudah
menempuh jarak sepanjang satu panjang gelombang (  ) atau sama dengan panjang satu
bukit gelombang ditambah satu lembah gelombang. Dengan kata lain, panjang gelombang
adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang selama satu periode.

Jika cepat rambat gelombang atau jarak yang ditempuh oleh gelombang tiap satuan
waktu dinyatakan dengan cw , maka hubungan antara cw,  dan T adalah


cw  (2.1)
T

Frekuensi gelombang  adalah jumlah gelombang yang melewati sebuah titik tiap
1
satuan waktu. Karena   , maka
T

c w   (2.2)

Contoh gelombang yang telah dibahas di depan adalah gelombang sinusoidal


(gelombang harmonis). Jika sumber getar berupa sinusoidal, maka gelombang yang
dihasilkan juga berbentuk sinusoidal. Seandainya kita memegang tali kemudian
menghentakkannya, maka bentuk gelombang yang terjadi adalah pulsa. Namun pulsa juga
merambat sama halnya dengan perambatan gelombang sinusoidal seperti Gambar 2.2
berikut ini.

38
cw

Gambar 2.2 Perambatan gelombang pulsa

Sesungguhnya yang kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari jauh dari keadaan
gelombang sinusoidal sederhana. Gelombang-gelombang tersebut memiliki struktur yang
cukup rumit. Suara manusia dapat dengan mudah disaksikan di osiloskop dengan
mendekatkan mikrofon ke tenggorokan. Maka tampak pada osiloskop bentuk gelombang
yang cukup rumit yang hampir tidak mendekati gelombang sinusoidal.
Tidaklah penting seberapa rumit bentuk gelombang, tetapi tetap ada jalan keluar
untuk mendekati bentuk gelombang-gelombang tersebut ke dalam bentuk gelombang-
gelombang sinusoidal. Prosedur ini disebut dengan analisis fourier yang akan kita pelajari
dalam bab ini juga. Oleh karena itu kita dapat mendiskusikan gelombang dalam bentuk
fungsi sinusiodal sederhana, cosinus atau sinus.

2.2.Gelombang Sinusoidal atau Gelombang Harmonis

Jika sebuah gelombang sinusiodal dengan amplitudo A meter, frekuensi υ hertz,


dan panjang panjang gelombang  meter merambat ke arah sumbu x positif dengan
kecepatan cw m/s, maka gerakan semua titik di sepanjang gelombang mempunyai
simpangan y yang dapat dinyatakan dengan

 2π 
y  A sin  x  (t = 0) (2.3)
 λ 

yang merupakan bentuk periodik dengan jarak tempuh . Hasil pemotretan selanjutnya saat
t = , yaitu saat seluruh bentuk gelombang telah berpindah ke arah x positif sejauh cw
meter. Jika fungsi f (x) berubah kedudukan ke arah sumbu x positif sejauh a diberikan oleh
persamaan f (x-a), maka persamaan yang menggambarkan bentuk gelombang saat t = 
diberikan oleh :

39
 2π 
y  A sin  x - c w τ  (2.4)
 λ 

Saat t = 2 (pemotretan ketiga), persamaan bentuk gelombangnya adalah :

 2π 
y  A sin  x - 2c w τ  (2.5)
 λ 

dan seterusnya, sehingga kita dapat dengan mudah membuat persamaan untuk kasus
sembarang waktu t, dan sembarang posisi x dengan persamaan

 2π 
y  A sin  x - c w t  (2.6)
 λ 

Jadi dapat kita lihat, bahwa simpangan merupakan fungsi f (x,t) dan dapat ditulis:

 2π 
f (x,t) = A sin  x - c w t  (2.7)
 λ 

 2π 
dengan  x - c w t  dinamakan sudut phase gelombang. Untuk selanjutnya, kita
 λ 
2
perkenalkan suatu besaran yang didefinisikan sebagai k  , yang disebut bilangan

gelombang, yang menyatakan banyaknya gelombang tiap satuan panjang. Satuan bilangan
gelombang adalah 1/m atau m-1. Dengan demikian persamaan (2.7) dapat ditulis sebagai

f(x,t) = A sin kx  2 t 

Pada umumnya persamaan gelombang sinus ditulis sebagai berikut

f x, t   A sinkx  2 t  0 

atau f x, t   A sinkx  t  0  (2.8)

 0 adalah konstanta phase, yaitu sudut phase gelombang pada x = 0 dan t = 0

40

cw

t= 0 x

t= x
cw 

t = 2 2 cw  x

Gambar 2.3. Hasil pemotretan gelombang pada saat t = 0, dan pada saat gelombang
sudah berpindah sejauh cw  dan sejauh 2cw 

.
Sampai pada persamaan (2.8) kita masih membatasai diri pada persoalan
gelombang tali. Gelombang semacam ini baik sekali digunakan sebagai contoh penjalaran
gelombang dan sifat gelombang satu dimensi, sebab medium yang digunakan, yaitu tali,
dapat dianggap mempunyai dimensi satu. Jadi tali dianggap hanya mempunyai panjang
saja dan gelombang hanya dapat menjalar disepanjang tali, sehingga hanya ada satu
dimensi arah penjalaran. Dengan mempelajari sifat gelombang pada tali, kita dapat
mempelajari banyak sifat gelombang yang lain.

Contoh 2.1
Cepat rambat gelombang dalam tali adalah 20 m/s. Penggetar yang mempunyai
frekuensi 15 hertz dikaitkan dengan ujung tali tersebut. Carilah  dari gelombang
yang muncul dalam tali. Jika amplitudonya 2,0 cm tentukan persamaan gelombang
tali tersebut !

41
Penyelesaian
Persamaan gelombang secara umum adalah
y = A sin (kx - t)
Panjang gelombang dapat ditentukan
c w 20
λ   1,3 meter
υ 15
2 π 2  3,14
k   4,83 rad/m
λ 1,3
ω  2 π υ  2  3,14  15  94,25 rad/s
A  2 cm  0,02 m
Sehingga persamaan gelombang yang merambat pada tali adalah
y = 0,02 sin (4,83 x – 94,25 t) meter

Gelombang dua dimensi

Gelombang pada permukaan air merupakan suatu contoh gelombang dua dimensi,
karena medium gelombang ini yaitu permukaan air, mempunyai dimensi dua, yaitu
panjang dan lebar. Gelombang periodik pada permukaan air dapat berupa gelombang
lingkaran atau gelombang lurus. Sebuah gelombang disebut gelombang lingkaran jika
muka gelombang berbentuk lingkaran dan disebut gelombang lurus jika muka gelombang
berbentuk garis lurus.


y X’
k
Y’


Muka
gelombang
x


Gambar 2.4. Gelombang lurus sinus menjalar pada arah k

42
Dalam medium berdimensi dua, vektor kecepatan gelombang dinyatakan dengan
 
vektor v . Bilangan gelombang juga harus dinyatakan dengan vektor k yang memenuhi
 ω
hubungan k   , dengan  sebagai frekuensi gelombang. Jadi arah sinar gelombang
v

dapat dinyatakan oleh vektor gelombang k . Pada Gambar 2.4. sudut phase gelombang di
titik P sama dengan sudut phase gelombang di titik Q, karena kedua titik ini terletak pada
muka gelombang yang sama. Sudut phase di titik Q adalah

 Q  kx't

dan sudut phase di titik P adalah



 P   kx't  kr cos   t  k .r  t

Selanjutnya, suatu gelombang lurus atau gelombang datar dapat kita nyatakan dengan
fungsi gelombang

 

y  A sin k .r  t  0 (2.9)

 2
dengan k adalah vektor bilangan gelombang yang mempunyai besar dan mempunyai

arah sama dengan arah rambat gelombang.

Contoh 2.2

Suatu gelombang yang menjalar pada permukaan air mempunyai persamaan


 
 
y  5 cos k. r  ωt cm dengan k  2 (3iˆ  4 ˆj )m 1 dan ω  10π rad / det . Tentukan
panjang gelombangnya. Tentukan pula besar sudut phase dan simpangannya pada

 
r  10iˆ  15 ˆj dan pada saat t = 10 detik

Penyelesaian

2
Panjang gelombang dapat ditentukan dengan persamaan  
k
 
k  2 (3iˆ  4 ˆj )m 1 atau k  (6iˆ  8ˆj )m 1

k  kx  k y 
2 2
6 2  8 2  10

43
2 2
   0,2m atau 20 cm
k 10

 
Sudut phase gelombang di r  10iˆ  15 ˆj dan pada saat t = 10 detik, adalah

  k .r  t  6 10  8 15  10 10  80 rad

Simpangannya adalah

y  5 cos80 cm  5cm

2.3.Persamaan Diferensial Gelombang

Sudah dijelaskan di awal bahwa gelombang merupakan gejala perambatan


gangguan dengan sumber gangguan berupa sistem getaran. Telah kita ketahui pula bahwa
sistem getaran mempunyai fungsi yang bergantung kepada waktu, yaitu f(t), dan
persamaan diferensial getaran mempunyai bentuk

d2 f
2
2 f  0
dt

Untuk persamaan gelombang haruslah ada tambahan variabel dari perambatan (dimensi
ruang), sehingga persamaan gelombang dapat dinyatakan seperti persamaan (2.8).

f x, t   A sinkx  t  0 

Untuk  0 = 0, maka persamaan gelombang mempunyai bentuk

f x, t   A sin kx  ωt  (2.10)

persamaan tersebut adalah periodik untuk koordinat ruang x dan waktu t, sehingga
d2 f d2 f
persamaan diferensialnya berisi dan yang dapat dituliskan sebagai berikut
dt 2 dx 2

44
f x, t   A sin kx  ωt 

 ωAcoskx  ωt 
df
dt
d 2f
2
 ω 2 Asinkx  ωt 
dt
 kA cos kx  ωt 
df
dx
d 2f
2
  k 2 A sin kx  ωt 
dx
ω d 2f 2
2 d f
Jika  c w , maka 2  c w (2.11)
k dt dx 2
Persamaan (2.11) berlaku secara umum untuk segala macam gelombang bebas satu
dimensi, baik gelombang transversal maupun longitudinal. Persamaan ini juga tidak
bergantung pada jenis medium.

Jika
d
kx  ω t    ω dinamakan diferensial parsial dan dapat dituliskan sebagai
dt x  konstan


kx  ω t  , maka
t

f


kx  ω t  dA sin kx  ωt 
t t dkx  ω t 
 ω A cos kx  ω t 

Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk gelombang satu dimensi

 2f 2  f
2
 cw (2.12)
 t2 x 2

 2f  2f
atau  const (2.13)
 t2  x2

Persamaan (2.12) disebut dengan persamaan gelombang dalam bentuk diferensial, yang
mempunyai solusi

f x, t   f x  c w t  atau
f x, t   f x  c w t 

45
tanda (-) artinya gelombang merambat ke kanan, dan (+) menyatakan arah rambatnya ke
kiri. Fungsi f(x - cwt) tidak selalu mempunyai bentuk sinusiodal, tetapi dapat mempunyai
beberapa bentuk, misalnya pulsa, segitiga, bujursangkar dan sebagainya, atau yang disebut
dengan gelombang nonsinusiodal. Sebagai contoh, marilah kita lihat persamaan gelombang
yang dinyatakan dengan

  x cwt 2
f x  c w t   Ae a2

dengan A = amplitudo dan a = lebar pulsa. Pada t = 0

 x2
f x  c w t   Ae a2

Fungsi ini mempunyai bentuk pulsa eksponensial yang merambat kearah positif dengan
cepat rambat cw, setelah t detik, pulsa menempuh jarak cw t seperti pada Gambar 2.5.

f(x,t)

A Cω t

t =0 Cω t t

Cω t

Gambar 2.5. Gelombang pulsa eksponensial dilihat pada saat yang berbeda

Meskipun persamaan (2.12) diturunkan untuk kasus khusus gelombang satu


dimensi yaitu f (x,t) yang merambat dalam arah x, tetapi bentuk persamaannya berlaku
secara umum. Untuk gelombang tiga dimensi f (r,t) dalam koordinat Cartesius, persamaan
gelombangnya adalah

2 f
 cw  2 f
2
(2.13a)
t 2

dengan operator del (nabla)

46
f f ˆ f
  iˆ  ˆj k (2.13b)
x y y

Persamaan (2.13a) mengungkapkan persamaan gelombang datar, yaitu muka


gelombangnya (tempat kedudukan titik-titik yang berphase sama berupa bidang datar).
Untuk gelombang bola, dengan transformasi ke koordinat bola, persamaan (2.13a)
menjadi

 2 f 2 f 1 2 f
  (2.13c)
r 2 r r c w 2 t 2

Untuk tempat yang jauh dari sumber r >>, gelombang bola dapat dipandang sebagai
gelombang datar, karena jari-jari muka gelombang mendekati tak hingga, sehingga muka
gelombangnya mendekati bidang datar.

Contoh 2.3

Jelaskan manakah di antara fungsi-fungsi berikut ini yang mengungkapkan secara


nyata sebuah gelombang merambat dan berapakah kecepatannya

a. f  Ax  2t 
2


b. f  A sin x 2  4t 
Penyelesaian

Suatu fungsi akan merupakan fungsi gelombang merambat jika memenuhi


persamaan gelombang umum (Persamaan 2.12). Untuk itu marilah kita lihat apakah fungsi
yang tertulis dalam soal a dan b memenuhi persamaan (2.12)

a. f  Ax  2t 
2

f
 2 Ax  2t 
x

2 f
 2A (2.14)
x 2

47
f
 2 Ax  2t  2  4 Ax  2t 
t

2 f
 4 A 2  8 A (2.15)
t 2

Dari persamaan (2.14) dan (2.15) maka dapat disimpulkan bahwa

2 f 2 f
 4 2 , dengan mengingat persamaan (2.12), maka fungsi tersebut adalah
t 2 x
menyatakan persamaan gelombang merambat, dengan kecepatan rambatnya sebesar
cw  4  2 .


b. f  A sin x 2  4t 
f
x

 2 xA cos x 2  4t 

2 f
   
 2 x  A sin x 2  4t 2 x   A cos x 2  4t   (2.16)
x 2

f
t

 4 A cos x 2  4t 

2 f

 16 A sin x 2  4t  (2.17)
t 2

Dari persamaan (2.16) dan (2.17), dapat disimpulkan bahwa

 2f  2f
 t2
 const
 x2
sehingga fungsi 
f  A sin x 2  4t  bukan persamaan

gelombang merambat

2.4.Superposisi Gelombang

Kita telah mengetahui bahwa jika suatu gelombang merambat melalui suatu titik,
maka gelombang itu akan menimbulkan gangguan di titik tersebut. Gangguan ini dapat
berupa besaran vektor dan dapat pula berupa besaran skalar. Gangguan yang berupa

48
besaran vektor, misalnya kuat medan listrik dan magnet pada gelombang elektromagnetik
serta simpangan elemen dawai pada gelombang transversal dalam dawai tegang. Gangguan
skalar misalnya perubahan tekanan pada gelombang bunyi. Semua gangguan tersebut
bergantung kepada posisi titik yang kita tinjau dan juga tergantung pada waktu (saat
terjadinya gangguan).

Pada bagian ini kita akan membahas apa yang terjadi jika kita mempunyai dua atau
lebih gelombang yang sejenis melalui suatu titik atau melalui deretan titik-titik dalam
ruang atau yang melalui suatu daerah dalam ruang. Sebagai contoh dua gelombang bunyi
yang sama-sama berada di udara.
Prinsip superposisi yaitu sifat yang menyatakan bahwa resultan gangguan di setiap
titik dalam suatu medium adalah jumlah aljabar dari masing-masing gelombang yang
membentuknya. Untuk pembahasan berikut ini kita batasi pada gelombang sinus.

2.4.1. Superposisi dua gelombang sinus yang memiliki amplitudo sama tapi frekuensi
berbeda

Kita bahas terlebih dulu dua gelombang sinus yang mempunyai amplitudo sama,
tetapi mempunyai frekuensi berbeda yaitu 1 dan  2 ,yang keduanya merambat dalam
arah positif. Dua gelombang tersebut mempunyai bilangan gelombang yang berbeda yaitu
k1 dan k2. Persamaan dua gelombang tersebut adalah
f1 x, t   A sink1 x  1t  , dan
f 2 x, t   A sink 2 x  2 t 
Hasil penjumlahan dua gelombang adalah
f x, t   Asink1 x  1t   sink 2 x  2 t  (2.18)
Ingat bahwa
   
sin   sin   2 sin cos (2.19)
2 2
maka
 k  k 2  x  1   2  t   k  k 2  x  1   2  t 
f x, t   2 A sin  1   cos  1 
 2   2 
........................(2.20)

49
Jika 1 dan  2 mempunyai harga yang persis sama, demikian juga k1 dan k2, maka
persamaan gelombang resultan adalah
f x, t   2 A sink1 x  1t  (2.21)
Dalam persamaan (2.21) tampak bahwa gelombang resultan mempunyai amplitudo dua
kali amplitudo gelombang asal.

Layangan

Jika 1 dan  2 mempunyai harga yang berselisih sedikit, demikian juga k1 dan k2,
sehingga dapat dinyatakan bahwa
1  2   dengan  berharga kecil (2.22)
demikian juga
k1  k 2  k dengan k berharga kecil (2.23)
maka persamaan gelombang resultan adalah
 k  
f x, t   2 A sin k1 x  1t  cos  x  t (2.24)
 2 2 
1   2 21  
Karena   1
2 2
k1  k 2 2k1  k
Dan   k1
2 2
Dari persamaan (2.24) dapat dilihat bahwa gelombang resultan merupakan gelombang
harmonis, yang mempunyai amplitudo
 k  
AR x, t   2 A cos  x  t (2.25)
 2 2 
Amplitudo ini juga berbentuk gelombang yang merambat dengan kecepatan

2   (2.26)
k k
2
amplitudo gelombang berbentuk amplop atau group gelombang, sehingga disebut
gelombang group. Kecepatan gelombang group dinyatakan dengan
 d
cg   (2.27)
k dk
dengan panjang gelombangnya adalah

50
2
g  (2.28)
k
2
Dari persamaan (2.24) kecepatan gelombang harmonis disebut kecepatan phase
1
c ph  (2.29)
k1
dan panjang gelombangnya adalah
2
 (2.30)
k1
Jika kita gambarkan masing-masing gelombang dan superposisinya ini, seperti
Gambar 2.6. Pada gambar tampak bahwa hasil superposisi kedua gelombang berupa
gelombang group (amplop) dengan kecepatan gelombangnya disebut kecepatan group.

Gambar 2.6. Hasil superposisi dua gelombang dengan perbedaan frekuensi yang
kecil

Jika kita memotret gelombang resultan yang dinyatakan dalam persamaan (2.24)
atau kita potret gelombang tersebut pada saat t = 0, maka
k
f x,0  2 A sin k1 x cos x (2.31)
2
k
Karena  k<< k maka panjang gelombang yang berkaitan dengan adalah
2
2 2
 , dengan demikian  > 1 karena 1  dan  adalah panjang gelombang
k k1
2
layangan.
1 2
Periode layangan =  (2.32)
 

51

Dan frekuensi layangan adalah =    1   2  (2.33)
2
Contoh terjadinya layangan adalah jika dua sumber gelombang bunyi yang masing-masing
mempunyai frekuensi dengan beda sedikit, misal 567 Hz dan 570 Hz yang dibunyikan
bersama-sama, maka akan kita dengar bunyi layangan dengan frekuensi 7 layangan per
detik.

Contoh 2.4

Dua buah gelombang sinusiodal mempunyai persamaan


f1 x, t   2 sin5x  1500t  dan f 2 x, t   2 sin5,1x  1530t  . Tentukan
a. persamaan gelombang resultannya
b. frekuensi layangan
c. panjang gelombang layangan

Penyelesaian

a. Persamaan gelombang resultannya adalah

 0,1 30 
f x, t   4 sin 5,054 x  1515t  cos  x  t
 2 2 

 30
b, Frekuensi layangan adalah    4,8Hz
2 2

2 2
c. Panjang gelombang layangan =   62,8m
k 0,1

Gelombang dispersif dan nondispersif

Gelombang yang diungkapkan dengan persamaan (2.13) mempunyai cepat rambat



cw  yang konstan. Grafik frekuensi sudut  sebagai fungsi bilangan gelombang k
k
ditunjukkan pada Gambar 2.7. Hubungan antara  dan k disebut dengan hubungan
dispersif. Gelombang dengan kecepatan konstan, tak bergantung frekuensi disebut dengan
gelombang nondispersif.

52


Slope =  konstan
k

Gambar 2.7. Hubungan  dan k untuk gelombang nondispersif

Selama merambat, gelombang nondispersif mempunyai pola yang tetap. Bila gelombang
berupa pulsa, maka pulsa akan merambat tanpa mengalami deformasi, seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.8.
Cw t

x
Gambar 2.8. Pola gelombang nondispersif

Jika kecepatan rambat gelombang tergantung pada frekuensi gelombang, maka


gelombang tersebut dinamakan gelombang dispersif. Pada gelombang dispersif, hubungan
antara frekuensi  dengan panjang gelombang k tidak linier. Kecepatan gelombang
 d
dispersif dinyatakan dengan c g   .
k dk
Gambar 2.9 menggambarkan hubungan antara frekuensi  dan panjang gelombang
k dalam gelombang dispersif.

53
 d
 kecep atan group
dk


 kecepatan phase
k

k
d
Gambar 2.9. Dalam gelombang dispersif, kecepatan group tidak sama
dk

dengan kecepatan phase
k
Dalam medium dispersif, pulsa yang merambat mengalami perubahan bentuk,
semakin lama, tinggi pulsa makin pendek dan lebar pulsa makin besar, seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.10. Untuk gelombang mekanik, hampir semua medium bersifat dispersif,
misal gelombang yang merambat pada tali, maka semakin lama, tinggi pulsa makin rendah
dan akhirnya hilang sama sekali. Sedangkan contoh untuk gelombang nondispersif adalah
gelombang elektromagnet yang merambat dalam hampa.
Hubungan kecepatan group dan kecepatan gelombang (kecepatan phase) adalah

c ph  maka   c ph k
k
Sedangkan
d d c ph k  dc ph
cg    c ph  k (2.34)
dk dk dk
2
Karena k  maka dk  22 d , sehingga persamaan (2.34) dapat dituliskan

 2  dc ph
c g  c ph   
    2 d
2

dc ph
c g  c ph   (2.35)
d
Berarti kecepatan group tergantung pada panjang gelombang medium. Medium yang
mempunyai sifat seperti ini disebut medium dispersif. Pada gelombang dispersif, kecepatan
group tidak sama dengan kecepatan phase atau
d 
 (2.36)
dk k

54
CP t
P CP ≠ C A
CA t
P’
A A’
x
Gambar 2.10. Dalam medium dispersif, pulsa yang merambat mengalami perubahan
bentuk.

Contoh 2.5.

Suatu gelombang mempunyai hubungan  -k (hubungan dispersif) yang


dinyatakan dengan   103 k  3 10 2 k 3 .

a. Selidikilah apakah gelombang tersebut dispersif atau nondispersif

b. Carilah kecepatan phase dan kecepatan group pada k = 100 rad/m

Penyelesaian


a. Kecepatan phase gelombang = = 1000 – 3x 10-2 k2
k

d
Kecepatan group =  1000  9  10 2 k 2
dk

Karena kecepatan phase  kecepatan group, maka gelombang tersebut bersifat


dispersif.

b. Pada saat k = 100 rad/m, kecepatan phase gelombang adalah = 700 rad/m

kecepatan group gelombang adalah = 100 rad/m

2.4.2. Superposisi dua gelombang yang mempunyai frekuensi dan amplitudo sama,
tetapi phase berbeda

Misal dua gelombang tersebut mempunyai persamaan masing-masing adalah

y1  f1 x, t   A sinkx  t 
dan y2  f 2 x, t   A sink x    t 
Hasil superposisi kedua gelombang tersebut adalah

55
y  y1  y 2
y  Asinkx  t   sink x    t 

k    
y  2 A cos sin k  x    t  (2.37)
2   2 
Gelombang resultan adalah gelombang harmonis, yang mempunyai frekuensi sama dengan
frekuensi gelombang penyusun, tetapi mempunyai amplitudo sebesar
k 
2 A cos  2 A cos (2.38)
2 
1
 Jika  <<  , maka besarnya amplitudo hampir sama dengan 2A, dan jika   ,
2
maka besarnya amplitudo mendekati harga nol.
 Jika  = 0, maka besar amplitudo sama dengan 2A, dalam hal ini jika dua
gelombang yang bersuperposisi mempunyai phase sama, dikatakan bahwa dua
gelombang tersebut saling konstruktif.
1
 Jika    , maka besarnya amplitudo sama dengan nol, atau dalam hal ini dua
2
gelombang yang bersuperposisi mempunyai phase yang berlawanan dan hasilnya
adalah nol, dikatakan bahwa dua gelombang tersebut saling destruktif

Y = Y1 + Y2
Y2
Y1

(a)

Y2
Y = Y1 + Y2
(b)

Y1

Gambar 2.11. Superposisi dua gelombang a. Superposisi konstruktif, b. Superposisi


destruktif

56
2.4.3. Superposisi dua gelombang harmonis dengan frekuensi sama, tetapi amplitudo
dan phase awal berbeda.

Jika kedua gelombang mempunyai amplitudo a1 dan a2, serta memiliki frekuensi
yang sama maka persamaan dua gelombang tersebut masing-masing dapat dituliskan
y1 = a1 sin (kx - t - 1)
y2 = a2 sin (kx - t - 2 )
Hasil superposisi dari dua gelombang dapat ditentukan dengan dua cara :

Cara aljabar

Dengan penjumlahan aljabar, gelombang resultan dapat dituliskan

y = a1 sin (kx - t - 1) + a2 sin (kx - t - 2) (2.39)


= a1 sin (X - 1) + a2 sin (X - 2)
= a1 sin X cos 1 – a1 cos X sin 1 + a2 sin X cos 2 – a2 cos X sin 2

= ( a1 cos 1 + a2 cos 2 ) sin X - ( a1 sin 1 + a2 sin 2 ) cos X


............(2.40)
Karena a1, a2, 1 dan 2 konstan, sehingga dapat dituliskan bahwa
a1 cos 1 + a2 cos 2 = A cos  (2.41)
a1 sin 1 + a2 sin 2 = A sin  (2.42)
Jika persamaan (2.41) dan (2.42) dikuadratkan kemudian dijumlahkan, maka hasilnya
dapat dituliskan
A2 ( cos2  + sin2  ) = a12 ( cos2 1 + sin2 1 ) + a22 ( cos2 2 + sin2 2 )
+ 2 a1 a2 ( cos 1 cos 2 + sin 1 sin 2 ) (2.43)
Atau A2 = a12 + a22 + 2 a1 a2 cos ( 1 - 2 ) (2.44)
dengan 1 - 2 adalah beda phase kedua gelombang.
Jika persamaan (2.42) dibagi dengan persamaan (2.41), maka diperoleh
a1 sin 1  a2 sin  2
tg  = (2.45)
a1 cos 1  a2 cos  2
Sehingga persamaan gelombang resultan dapat dituliskan
y = A cos  sin X – A sin  cos X

57
y = A sin ( X -  )

atau y = A sin (kx - t -  ) (2.46)

Cara fasor

Misal kita mempunyai dua fungsi gelombang yang dinyatakan dengan

y1 x, t   a1 coskx  t  1  dan

y 2 x, t   a2 coskx  t   2 

Hasil superposisi kedua gelombang ini dapat dinyatakan dengan fungsi gelombang

y R  y1 x, t   y 2 x, t   AR coskx  t   0 R  (2.47)

Untuk menyelesaikan hal ini, tiap suku pada persamaan (2.47) kita pandang sebagai suatu
vektor. Untuk gelombang pertama

y1 x, t   a1 cos 1  a1 coskx  t  1  , kita pandang sebagai vektor



y1  a11 dengan 1  kx  t  1 

yaitu suatu vektor yang panjangnya sama dengan amplitudo gelombang a1  dan membuat
sudut 1  kx  t  1 dengan sumbu x. Jadi arah vektor ini dinyatakan oleh sudut
phasenya, terutama tetapan phasenya, oleh karena itu disebut fasor.

y y1

1
Arah acuan
a1

kx  t
x


Gambar 2.13. vektor y1  a 11

Dengan menggunakan fasor, superposisi kedua gelombang pada persamaan (2.47)


merupakan jumlah fasor
  
y R  y1  y 2

58
AR

a1

a2  0R
1 2
x
Gambar 2.14. penjumlahan fasor

Dari diagram pada Gambar 2.14 dapat dilihat bahwa


AR2 = a12 + a22 + 2 a1 a2 cos ( 1 - 2 ) (2.49)
Dengan 1 - 2 adalah beda phase kedua gelombang
a1 sin  1  a 2 sin  2
tg 0 R = (2.50)
a1 cos  1  a 2 cos  2
Sehingga persamaan gelombang resultan dapat dituliskan
y R  AR coskx  t   0 R  (2.51)

Contoh 2.6

Dua buah gelombang, masing-masing dinyatakan dengan fungsi gelombang


  
y1  5 sin kx  t  450 dan y 2  3 cos kx  t  30 0 
Tentukan fungsi gelombang superposisinya !

Penyelesaian


y1  5 sin kx   t  450 



y1  5 cos kx   t  450    5 cos kx   t  1350 
 2


y2  3 cos kx   t  300 
Fungsi gelombang superposisi adalah
yR  AR coskx   t  0 R 
Amplitudo gelombang resultan dapat ditentukan dengan :

AR  5 2  32  2  5  3 cos  1350  30 0  5,022
2

59
AR  2,24
Tetapan phasenya dapat ditentukan dengan

tg 0 R 
 
5 sin  135 0  3 sin 30 0

 3,535  1,5
 2,172
 
5 cos  135  3 cos 30
0 0
 3,535  2,598

 0 R  65,280
Jadi fungsi gelombang superposisi adalah

y R  2,24 cos kx  t  65,280 

2.4.4. Analisis Fourier

Telah diketahui bahwa getaran garpu tala adalah contoh dari getaran harmonis
tunggal sederhana. Jika kita mendengar suatu nada, kita katakan bahwa gelombang bunyi
yang berasal dari garpu tala masuk ke telinga kita. Seperti halnya garpu tala, udara yang
dilewati gelombang bunyi bergetar secara harmonis, yaitu dengan naik turunnya tekanan
udara yang dilewati gelombang bunyi tersebut. Gelombang bunyi yang berasal dari garpu
tala tersebut adalah gelombang sinusoidal murni dengan frekuensi tertentu.
Bila beberapa nada murni kita dengar secara serentak, gelombang resultan tidak
lagi merupakan fungsi sinus tunggal, tetapi jumlah dari fungsi-fungsi sinus. Misal
gelombang radio yang dipancarkan oleh statsion pemancar bukan gelombang sinus murni,
tetapi merupakan gabungan dari beberapa gelombang sinus. Metode untuk mempelajari hal
ini dikenal dengan analisis Fourier. Contoh penjumlahan fungsi-fungsi harmonis
1 1 1
f ( x)  sin x  sin 3x  sin 5 x  sin 7 x  ............... (2.52)
3 5 7
1 sin x

0 π 2π x

-1

1 sin x + 1/3 sin 3x

0 π 2π x

- 1

60
1 sin x + 1/3 sin 3x + 1/5 sin 5x

0 π 2π x

-1

1 sin x + 1/3 sin 3x + 1/5 sin 5x


+ 1/7 sin 7x

0 π 2π x

-1

Gambar 2.16. penjumlahan fungsi-fungsi harmonis menghasilkan fungsi


nonharmonis (tetapi masih periodik)

Bila f(t) suatu fungsi periodik sembarang dengan periode T, maka

f t   f t  T  (2.53)

t (waktu)

T T T

Gambar 2.17. Fungsi periodik bentuk sembarang dengan periode T

Karena sin 2 n t dan cos 2 n t dengan n bilangan bulat merupakan fungsi periodik,
T T
maka suatu fungsi periodik dapat kita tuliskan

 2t   4t 
f t   a0  a1 cos   a 2 cos   ............
 T   T 
 2t   4t 
................  b1 sin    b2 sin    .............
 T   T 


2nt  2nt
f t   a0   a n cos   bn sin (2.54)
n 1 T n 1 T

61
an dan bn adalah koefisien yang belum diketahui yang besarnya harus dicari untuk
2t
menentukan fungsi f(t). Selanjutnya dengan menganggap x  , maka persamaan
T
(2.54) dapat ditulis sebagai
 
f x   a0   a n cosnx    bn sin nx  (2.55)
n 1 n 1

dan periode fungsi menjadi 2  . Untuk menentukan an dan bn, marilah kita ingat kembali
bahwa

0
2
cos mx cos nx dx   ,m n
0 ,m n

2
0
sin mx cos nx dx  0

0
2
sin mx sin nx dx   ,m n
0,m n

Hal ini dapat dibuktikan dengan mudah, jika kita mengingat

cos mx cos nx 
1
cosm  nx  cosm  nx
2

. sin mx sin nx 
1
 cosm  nx  cosm  nx
2

sin mx cos nx 
1
sinm  nx  sinm  nx
2

Persamaan (2.55) dikalikan dengan cos nx, kemudian diintegralkan dengan interval 0
sampai 2  , maka diperoleh

2
f x  cos nxdx (n = 1, 2, 3, ……..)
1
an 
 
0
(2.56)

Untuk menentukan b n, Persamaan (2.55) kita kalikan dengan sin nx, dan
mengintegralkannya, sehingga kita peroleh

2
f x sin nxdx (n = 1, 2, 3, ……..)
1
bn 
 
0
(2.57)

62
Sedangkan koefisien ao dapat ditentukan dengan

2
f x dx
1
a0 
2  0
(2.58)

Jadi ao adalah harga rata-rata dari fungsi f(x)…

Contoh 2.7

Tentukan deret Fourier untuk gelombang bujursangkar yang tampak seperti gambar
di bawah ini.

f (x)
+1

0 π 2π 3π 4π 5π x

-1

Penyelesaian

f x   1, 0 x 
1,  x  2

Fungsi f(x) pada persoalan ini berbentuk fungsi ganjil (tidak simetri disekitar titik
nol), sehingga ao = 0, dan juga an = 0

bn 
1
  1sin nxdx  
 

0 
2
 1sin nxdx 

1
 sin nxdx  
 

0
2


sin nxdx 
1 1  1 2 
  cos nx 0  cocnx 
 n n 

1 1 1 
   2  2
 n n 

4 untuk n ganjil
n

= 0, untuk n genap

63
4 4 4
Dengan demikian : b1  , b3  , b5  ,……….
 3 5

Maka rentetan gelombang bujursangkar dapat dituliskan dalam ekspansi Fourier, sebagai
4 
f x  
1 1 1
 sin x  sin 3x  sin 5 x  sin 7 x  ...........
 3 5 7 

SOAL-SOAL

2.1. Jelaskan mana di antara fungsi-fungsi berikut ini yang menyatakan sebuah gelombang
berjalan dan berapakah kecepatannya
a. Y = A sin (x2 -2xt + t2)
b. Y = A exp (x – 3t)
c. Y = A sin2(x – 2t)

2.2. Gelombang pada seutas tali dinyatakan oleh (x,t) = 10 sin (10x - 4t) dalam SI.
Tentukan:
a. Kecepatan rambat gelombang v, , k, , T
b. Kecepatan berosilasi maksimum
c. Pergeseran kedudukan titik x = 0 dan x = 1/5 m pada t = nT/8, n = 0.1,2,..8 detik
dan beda phase osilasi tersebut
d. Bentuk gelombang pada t = 0 dan t = 0,5 s (gambarkan pergeseran phasenya)

2.3. Sebuah titik A yang bergetar harmonis menghasilkan gelombang transversal berjalan
dengan cepat rambat 60 m/s. Frekuensi getaran 10 Hz dan amplitudo 2 cm. Jika titik
A memulai gerakannya ke arah atas, hitunglah phase, simpangan, arah gerak titik B
pada gelombang itu. Titik B berada 5 m dari A, pada saat A telah bergetar ¾ s.

2.4. Sepotong tali AB yang sangat panjang ditegangkan. Ujung A digetarkan transversal
dengan frekuensi 5 Hz dan amplitudo 5 cm. Cepat rambat gelombang yang terjadi 1,8
m/s. Berapakah simpangan titik P yang berjarak 1 m dari A, setelah A digetarkan
selama 2 s.

2.5. Suatu gelombang pada permukaan air diketahui mempunyai persamaan


 
 
y  10 cos k  r   t dengan

64
 

k  2 3iˆ  2 ˆj m 1 sedangkan   5 rad / s . Tentukan simpangan gelombang pada

 
r  10iˆ  15 ˆj m dan pada saat t=10 s. Tentukan berapa panjang gelombangnya.

2.6. Suatu gelombang lurus pada permukaan air menjalar dengan arah membuat sudut
o
sebesar 30 terhadap sumbu x. Bila diketahui frekuensi getar sumber 60 Hz dan

panjang gelombangnya 2 cm, sedang pada posisi r  0 dan pada saat t =0, simpangan
gelombang sama dengan nol, saat itu medium sedang bergerak ke bawah. Bila
amplitudo gelombang 0,5 cm. Tentukan fungsi gelombang tersebut, dan tentukan pula

 
simpangan gelombang pada posisi r  3iˆ  2 ˆj pada saat t = 2 s.

2.7. Suatu gelombang mempunyai hubungan dispersif -k yang diberikan oleh persamaan
 = 103k – 3 . 10-5 k3 rad/s
a. Plot grafik  terhadap k untuk 0  k  3 . 103 rad/m
b. Tunjukkan apakah gelombang tersebut terdispersi atau tidak
c. Tentukan kecepatan grup dan kecepatan phase pada k = 103 rad/m

2.8. Dua gelombang merambat dalam satu garis yang sama dengan persamaan
y1 = 25 sin (kx - t - /4) dan y2 = 15 sin (kx - t - /6) dalam SI. Tentukan
a. Superposisi antara y1 dan y2
b. Amplitudo resultannya
c. Sudut phase awal

2.9. Tentukan persamaan gelombang resultan dari perpaduan 2 gelombang yang


mempunyai persamaan y1 = 6 sin (kx - t-45o) dan y2 = 6 cos (kx - t+60o)

2.10. Tentukan deret Fourier untuk fungsi yang mempunyai bentuk gigi gergaji seperti
gambar berikut ini

f (x)
+1

- 3π - 2π -π 0 π 2π 3π 4π x

65
DAFTAR PUSTAKA

Crawford,F.S.,1968. Waves. New York:McGraw-hill Book Comp[any

Hirose, K and K.E Longren , 1985. Introduction to Wave Phenomena. Singapore: John
Wiley and Sons.

Jenkins and White. 1988. Fundamentals of Optics. Tokyo : McGraw-Hill International


Book Company

M.O. Tjia, 1994. Gelombang. Jakarta: Dabara Publisher

Pain, H.J. 1989 . The Physics of Vibrations and Waves.. Singapore: McGraw-Hill
Publishing Company.

Sutrisno. 1984. Fisika Dasar : Gelombang Dan Optik. Bandung : Penerbit ITB

Zahara Muslim. 1998. Gelombang dan Optika. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga

Kependidikan Pendidikan Tinggi

66
3

GELOMBANG MEKANIK
Sering kita ketahui, bahwa tidak lama setelah gempa bumi mengguncang suatu
daerah, stasiun-stasiun gempa di berbagai daerah yang menangkap getaran gempa itu, akan
memberitakan prediksi tentang karakteristik sumber gempa, seperti intensitas, energi,
posisi sumber, dan arah geseran lempeng penyebabnya. Bahkan stasiun gempa di seluruh
dunia akan melakukan prediksi ini dengan hasil yang relatif sama satu sama lain. Hal ini
menunjukkan betapa akurat prosedur penentuan sumber gempa. Energi yang dipancarkan
oleh sumber gempa akan dirambatkan melalui medium bumi sehingga mengakibatkan
getaran partikel-partikel pada medium. Perpindahan energi itu dapat diamati dari pola
getaran partikel-partikel yang yang direkam oleh stasiun-stasiun gempa.
Menaksir karakteristik sumber berdasarkan observasi dari gerakan benda dapat
diilustrasikan dengan model permainan kotak hitam. Mintalah salah seorang kawan anda
untuk mengambil sebuah kotak kardus, lalu masukkan satu atau beberapa benda ke dalam
kotak, kemudian kotak itu ditutup rapat. Dengan menggoyang-goyang kotak kita akan
dapat melakukan observasi terhadap gerakan benda-benda di dalamnya. Selanjutnya, kita
bisa meramalkan berapa jumlah dan bentuk benda-benda yang terdapat di dalam kotak
kardus itu.
Getaran partikel-partikel yang menjadi bahan rujukan untuk memahami sifat-sifat
sumber gempa mungkin dapat dimengerti melalui ilustrasi di atas. Fenomena ini terjadi
bila medium memberikan respon terhadap energi gelombang yang melaluinya. Gelombang
yang membutuhkan medium elastis dalam perambatannya dinamakan gelombang mekanik.
Makin kompak partikel-partikel pada medium, maka makin mudah energi getaran
dipindahkan oleh partikel-partikel itu, sehingga laju penjalaran gelombang menjadi makin
besar. Itulah sebabnya kita lebih cepat mendengar bunyi kereta yang akan lewat dengan
menempelkan telinga pada rel, dibandingkan dengan kedatangan bunyi melalui medium
udara.

67
3.1. Rambatan Gelombang Dalam Sistem Pegas-massa

Kita perhatikan satu elemen massa pegas yang terletak pada jarak x dari suatu titik
acuan. Ketika gelombang merambat, posisi setiap unit massa berubah dari titik
keseimbangannya. Kita nyatakan perpidahan elemen massa di x dengan  x  , perpindahan

elemen massa di x  x  dengan  x  x  , dan perpindahan elemen massa di


x  x  dengan  x  x  , seperti pada Gambar 3.1.

Δx Δx

x -Δ x
x
x +Δ x
F- F+

ξ (x-Δ x) ξ (x) ξ (x+Δ x)

Gambar 3.1. Posisi massa di x pada saat a). keadaan setimbang dan b). pada saat ada
gangguan (gelombang)

Ketika terjadi rambatan gelombang, maka terjadi perubahan pada panjang pegas.
Perubahan panjang netto adalah
x   x  x   x  x   x   x  x (3.1)
Gaya yang bekerja pada massa kearah kiri adalah
F  k  x    x  x  (3.2)
Sedangkan gaya dengan arah kekanan adalah
F  k  x  x    x  (3.3)
Sehingga gaya netto adalah
F  F  F  k  x  x    x  x   2 x  (3.4)
Gaya netto ini merupakan gaya pemulih dari massa yang berada di posisi baru yang semula
berada di titik acuan. Sedang posisi baru dari massa adalah
x   x  (3.5)
Dengan demikian persamaan gerak massa dapat dinyatakan
68
d 2  x 
m  k  x  x    x  x   2 x  (3.6)
dt 2
Dengan mengingat bahwa perpindahan  adalah fungsi dua variabel, yaitu x dan t, maka
dengan menggunakan derivatif partial dapat kita tuliskan
 2   x, t 
m  k  x  x, t    x  x, t   2 x, t 
t 2
………(3.7)
Dengan menganggap bahwa x kecil, maka dengan ekspansi Taylor kita peroleh
 1  2
 x  x, t    x, t   x  x 2 (3.8)
x 2 x 2

 1  2
 x  x, t    x, t   x  x 2 (3.9)
x 2 x 2

Maka ruas kanan persamaan (3.7) dapat ditulis sebagai


 2
k x 2 (3.10)
x 2

Sehingga persamaan (3.7) menjadi


 2   x, t   2
 k 2 x 
2
m
t 2
x
 2   x, t  k 2  
2
atau  x  (3.11)
t 2 m x 2
Persamaan (3.11) adalah persamaan gelombang merambat, dengan cepat rambat

k
c w  x (3.12)
m
Persamaan (3.12) dapat pula dinyatakan dengan

k .x
cw  (3.13)
m / x
dengan k.x adalah modulus elastik pegas, sehingga persamaan (3.13) dapat dinyatakan
sebagai

modulus elastis
cw  (3.14)
massa tiap satuan panjang

69
3.2. Gelombang Pada Tali

Sebuah tali dengan tegangan T, salah satu ujungnya digerakkan naik turun,
sehingga pada tali merambat gelombang. Kita amati satu bagian tali sepanjang x . Massa
bagian tali tersebut adalah

 l x (kg)

Simpangan tali di titik x adalah  x  dan simpangan tali di x  x  adalah  x  x 


seperti tampak pada Gambar 3.2.  x  dengan  x  x  tegak lurus sumbu x sedangkan
sumbu x merupakan arah rambatan gelombang.

T sin θ2

1 2
(x +x)
(x)
T

T sin θ1 x
Gambar 3.2. Simpangan bagian tali x  x.t  tegak lurus terhadap tali

Karena bagian dari tali bergerak naik-turun dan pada tali bekerja gaya tegang T,
maka gaya netto hanya ke arah vertikal yaitu sebesar

F  F  F  T sin  2  T sin 1 (3.15)

Karena  1 dan  2 kecil maka sin    dan tan   , sehingga

F  T  2  1 

   
F  T   (3.16)
 x x
x  x

x

Dengan ekspansi Taylor diperoleh

     2
    x (3.17)
 x x x 2
x  x

x

70
 2
Sehingga F  xT (3. 18)
x 2

Berdasarkan Hukum II Newton

 2
F  ma   l x (3.19)
t 2

Dari (3.18) dan (3.19) dapat dituliskan bahwa

 2 T  2
 (3.20)
t 2  l x 2

Persamaan (3.20) identik dengan persamaan (3.11), yakni merupakan persamaan


gelombang merambat pada tali, sehingga cepat rambat gelombang pada tali adalah

T
cw  (3.21)
l

Contoh 3.1

Gelombang sinusoidal merambat pada tali yang mempunyai rapat massa 20 g/cm,
dibawah pengaruh tegangan tali sebesar 40 N. Amplitudo gelombang 5 mm dan
frekuensi gelombang 80 Hz. Tentukan:
a. persamaan gelombang
b. kecepatan getaran titik-titik pada tali

Penyelesaian

a. Cepat rambat gelombang adalah

cw  T
l   44,7m / s
40 N
0,02kg / m

Panjang gelombang dapat ditentukan dengan


cw 44,7
   0,559m
 80

Sehingga persamaan gelombang dapat dituliskan sebagai

71
 2 
 x, t   A sin  x  2 t 
  

 2 
 x, t   5  103 sin  x  2  80 t  m
 0,559 

 x, t   5 103 sin 11,24 x  502,65 t  m

b. Kecepatan getaran titik-titik pada tali adalah


vx, t    5  103   502,65cos 11,24 x  502,65 t  m / s
t

3.3. Gelombang Pada Batang Logam

Sudah kita pelajari di bagian depan, bahwa cepat rambat gelombang mekanik
secara umum dinyatakan dengan persamaan (3.14) yaitu :

modulus elastis
cw 
massa tiap satuan panjang

Di dalam mekanika, modulus elastis bahan adalah suatu konstanta yang menghubungkan
antara stress dan strain bahan tersebut.

Stress = modulus elastis x strain (3.22)

Dalam kasus pegas kontinu yang memiliki kerapatan massa seragam, dapat kita nyatakan
bahwa

l
FK (3.23)
l

Hal ini menyatakan bahwa besarnya gaya yang bekerja pada benda, sebanding dengan
strainnya. Hukum Hooke untuk benda elastis menyatakan bahwa jika gaya F (N) bekerja
pada batang sepanjang l m, maka batang akan mengalami perubahan panjang sebesar Δl,
dan dapat dituliskan

72
l
F  konstanta (3.24)
l

Jika penampang lintang batang bertambah, maka untuk deformasi l yang sama
dibutuhkan gaya yang lebih besar, oleh karena itu besarnya konstanta tergantung juga pada
jenis bahan. Jika persamaan (3.34) dibagi dengan luas penampang A, maka dapat
dituliskan

F l
Y (3.25)
A l

Konstanta Y (N/m2) disebut modulus Young, sehingga cepat rambat gelombang dalam
batang adalah

K
cw 
l
K
cw  A (3.26)
l
A
Y
cw 
v

dengan  v = massa jenis = massa tiap satuan volume, dan Y = modulus Young

Contoh 3.2

Pada ujung suatu batang baja yang mempunyai diameter 4 cm, dilakukan pemukulan
horizontal dengan frekuensi 400 Hz, sehingga getaran tersebut dirambatkan secara
longitudinal ke ujung lain. Amplitudo gelombang 10-4 cm. Ybaja = 20 x 1010 N/m2 dan
massa jenis baja = 7800 kg/m3. Tentukan (a) cepat rambat gelombang dalam batang
baja, (b) persamaan gelombang yang merambat dalam batang.

Penyelesaian

a) Cepat rambat gelombang dalam batang adalah

Y 20  1010
cw    5063 m
v 7800 s

73
b) Misal persamaan gelombang dinyatakan dengan

x  A coskx  t m

cw  
5063  400
  12,659 m
2 2
k   0,496 rad/m
 12,659
  k  cw  0,496  5063  2511 rad / s

Sehingga persamaan gelombang dinyatakan

x  104 cos 0,496 x  2511t  m

Tabel 3.1. Modulus Young, kerapatan, dan cepat rambat bunyi dalam beberapa
material pada suhu kamar
Bahan Y(x 1010 N/m2)  (kgm-3) Cw (x 103 m/sec)

Aluminium 6,9 2,700 5,0

Cast iron 19 7,200 5,1

Copper 11 8,900 3,5

Lead 1,6 11,340 1,2

Steel 20 7,800 5,1

Glass 5,4 2300 5,0

Brass (70% Cu, 30% Zn) 10,5 8600 3,5

3.4. Gelombang Pada Zat Cair

Gelombang bunyi membutuhkan medium yang kompresif. Gelombang bunyi dapat


merambat di dalam logam, karena logam kompresif secara elastis. Zat cair mempunyai
sifat kompresif juga. Kita perhatikan elemen zat cair setebal x , yang berada dalam
silinder tegar dengan luas penampang A, dengan rapat massa  . Elemen zat cair ini
berjarak x dari suatu titik acuan. Ketika gelombang merambat, elemen zat cair ini akan

74
mengalami deformasi. Misal, perpindahan pada sisi kiri dan sisi kanan elemen tersebut
adalah  x  dan  x  x  , seperti Gambar 3.3.
x

F(x) F(x+x)

x + (x)
x + x + (x+x)

Gambar3.3. Silinder zat cair yang dilalui gelombang

Hubungan antara tegangan dan regangan dalam zat cair dinyatakan dengan

F V
 M B (3.37)
A V

dengan MB adalah modulus Bulk, modulus Bulk dapat didefinisikan juga sebagai

perubahan tekanan
MB = (3.37a)
perubahan volume satuan volume

Persamaan gerak elemen volume zat cair adalah


 2
Ax  F x   F x  x 
t 2
 2 F
Ax  x (3.38)
t 2
x

Kemudian persamaan (3.37) dapat ditulis dalam bentuk

F Ax   x  x    x   Ax
 M B
A Ax
 (3.39)
A x

  M B x
F
 M B
A Ax x

F  2
  AM B 2 (3.40)
x x

75
Jika persamaan (3.40) disulihkan ke persamaan (3.38), maka akan diperoleh persamaan
gelombang di dalam zat cair

 2 M B  2
 (3.41)
t 2  x 2

dengan kecepatan rambat gelombang di dalam zat cair adalah

MB
cw  (3.42)

3.5. Gelombang Bunyi Di Udara

Gelombang bunyi di udara adalah salah satu gejala gelombang yang dapat kita
rasakan sehari-hari. Manusia dapat mendeteksi gelombang bunyi yang mempunyai
frekuensi 20 Hz sampai 20 kHz, yang kita kenal dengan frekuensi audio. Binatang seperti
anjing dan kelelawar dapat mendeteksi bunyi dengan frekuensi yang lebih tinggi yang
disebut frekuensi ultrasonik. Sedangkan frekuensi di bawah frekuensi audio disebut
frekuensi infrasonik. Gempa biasanya dikuti oleh gelombang infrasonik di udara setelah
terjadi gelombang yang melewati tanah.

Getaran bunyi dapat ditimbulkan oleh getaran suatu obyek. Saat kita berbicara, pita
suara kita bergetar, menghasilkan gerakan yang menekan dan meregangkan molekul-
molekul udara. Udara tidak dapat melawan perubahan bentuk, sehingga dalam medium ini
tidak dapat dirambati gelombang transversal. Udara mempunyai respon terhadap
perubahan tekanan yang dinyatakan oleh modulus elastisitas Bulk. Sehingga cepat rambat
MB
bunyi dalam udara dapat dinyatakan dengan persamaan (3.42) yaitu c w 

Perubahan volume yang disebabkan oleh suatu perubahan tekanan tertentu


tergantung dari apakah terjadi mampatan atau regangan. Sudah kita ketahui bahwa
pemampatan zat alir akan menimbulkan kenaikan suhu, sebaliknya peregangan akan
menyebabkan turunnya suhu, maka akan terjadi konduksi panas pada jarak 1/2  . Tetapi
pada frekuensi biasa yaitu antara 20 Hz sampai 20 kHz, dan dengan konduktor panas yang
terbaik, panjang gelombang terlalu besar dan daya hantar termo terlalu kecil untuk
mengakibatkan mengalirnya panas. Jadi perapatan dan peregangan lebih bersifat adiabatis
dari pada isotermis, sehingga cepat rambat bunyi di udara dinyatakan dengan
76
M B.ad
cw  (3.43)

Dalam gas ideal, hubungan antara volume gas (V) dengan tekanannya (P) selama proses
adiabatis adalah

PV   kons tan (3.44)

cp
dengan  adalah tetapan Laplace =
cv

cp = kapasitas panas pada tekanan konstan

cv = kapasitas panas pada volume konstan

Dengan demikian definisi yang tepat untuk modulus Bulk adiabatis adalah

 dP 
M B ( adiabatis)  
 dV  
  V dP
dV

ad
(3.45)
 V  ad

Dari persamaan (3.44), untuk gas ideal

PV   konstan

ln P   ln V  ln konstan

jika persamaan di atas diambil diferensialnya, maka

d ln P   ln V   d konstan

dP dV
 0
P V
dP dV
 
P V
 dP  P
   
 dV  ad V

M B adiabatis   P

Sehingga cepat rambat bunyi di udara dapat dinyatakan sebagai


P
cw  (3.46)

77
Di samping itu, dalam gas ideal berlaku
P RT

ρ M
dengan R adalah konstanta gas umum, T adalah suhu mutlak dan M adalah massa molekul.
Dengan demikian cepat rambat bunyi dalam gas adalah

RT
cw   (3.47)
M

Contoh 3.3

Tentukan cepat rambat gelombang bunyi di (a) udara dan (b) gas helium dengan
tekanan 1 atmosfer suhu 0 0C

Penyelesaian

a. Karena udara terdiri dari gas nitrogen dan oksigen yang keduanya mempunyai
molekul diatomik, maka kita pilih   7 / 5 , P = 1 x 105 N/m2, dan   1,29 kg/m3
pada 0 0C dan tekanan 1 atm, sehingga

P 1,4  1,0  10 5 N 2
cw   m  330 m
 1,29 kg s
m3
b. Helium adalah gas monoatomik, sehingga   5 / 3
Massa jenis helium dapat kita tentukan dengan mengingat bahwa :
1 mole gas mempunyai volume 22,4 liter. Pada tekanan 1 atm dan suhu 0 0C
berisi 6 x 1023 molekul, dan massa tiap molekul helium adalah 4 x 1,67 x 10-27 kg,
sehingga massa jenis helium adalah
6  10 23  4  1,67  10 27 kg 1000l
   0,18 kg 3
22,4liter m3 m

Cepat rambat gelombang bunyi dalam helium adalah


5  1,0  10 5 N 2
P 3 m  960 m
cw  
 0,18 kg s
3
m

78
Contoh 3.4

Tentukan cepat rambat bunyi di udara pada suhu 20 0C, jika 1 mole udara mempunyai
massa 29 g

Penyelesaian

  7 / 5 , R = 8,3 J/Kmol, T = 20 + 273 = 293 K dan Mmol = 0,029 kg

RT 8,3 J K  293K
cw    7  343 m
M 5 0,029kg s

3.6. Perambatan Energi Gelombang

Gelombang merupakan perambatan energi osilasi. Besarnya energi osilasi yang


dipindahkan tiap satuan waktu disebut arus energi atau laju energi. Kadang-kadang kita
menyebut perpindahan suatu variabel terhadap selang waktu dengan istilah laju. Arus
energi yang dipindahkan bergantung pada gaya penggerak gelombang dan impedansinya.
Gaya penggerak merupakan variabel penyebab, sedangkan arus energi adalah akibat yang
ditimbulkannya. Sifat medium memiliki nilai konstan terhadap perubahan itu, yang
dilambangkan dengan besaran impedansi. Hambatan atau impedansi ini dihasilkan dari
interaksi energi gelombang dengan medium yang dilaluinya.


t
 F

t Z

Gambar 3.4. Hubungan antara Gaya penggerak dengan arus energi pada
medium resistif
Pertanyaan

a. Gempa bumi di Aceh telah menyebabkan tsunami yang dahsyat dan memakan
banyak korban. Andaikan gelombang itu tidak melalui medium air tetapi batuan

79
yang keras, diskusikan apa yang terjadi dan carilah data-data literatur pendukung
atas asumsi yang Anda gunakan!
b. Apakah yang dimaksud impedansi gelombang? Bedakan dengan resistansi atau
reaktansi?

3.6.1. Arus Energi

Energi yang dipindahkan setiap waktu dinamakan arus energi. Ada yang menyebut
arus energi ini sebagai laju energi atau daya. Perpindahan energi bermula dari terjadinya
gangguan lokal atau osilasi di suatu titik tertentu. Sebaran osilasi ke segala arah
menyebabkan banyak titik berosilasi sehingga terjadilah fenomena gelombang mekanik.
Masukan energi pada suatu titik tertentu itu, mendapat respon dari medium lalu
dirambatkan.
Marilah kita tinjau kasus gelombang sinusoida satu dimensi yang merambat ke
kanan pada tali. Titik Q pada Gambar 3.5 mendapat masukan energi berupa usaha yang
dilakukan oleh gaya tegangan tali T.

 (x,t = 0)

T sin 

cw cw
x

Q
T sin 

Gambar 3.5.Bentuk gelombang sinusoida yang menjalar ke arah kanan

Akibat adanya gaya tegangan tali T, titik Q bergerak naik dan turun secara vertikal,
sehingga gaya penggerak secara efektif dapat diungkapkan dengan mengambil komponen
vertikal dari gaya tegang tali, sehingga
F = - T sin  (3.48)
F = - (T cos ) tan 

80
F = - To tan  (3.49)

F = -T0 (3.50)
x
Dengan T0 adalah komponen horisontal gaya tegang tali. Arus energi gelombang dapat
diungkapkan sebagai
W
P = W = energi; t = waktu
t
P = F cw
  
P= F =-T0 (3.51)
t x t
Misalkan gelombang yang merambat memenuhi persamaan  = f (x  cwt) maka
 f
=
x x
 f
=  cw
t x
 1 
=  (3.52)
x c w t

Jika persamaan (3.52) disulihkan ke (3.51) maka besarnya arus energi adalah
T0  2
P= ( ) (3.53)
cw t
atau
 2
P = To.cw ( ) (3.54)
x
Andaikan gelombang sinusoida memenuhi persamaan
 (x,t ) = 0 cos ( kx - t +  )
maka dengan cw2 = To/, arus energi dinyatakan dengan
T0
P = (  0 sin (kx - t +  ) )2 = cw  2 02 sin2 ( kx - t +  )
cw
………(3.55)
Nilai arus energi rata-rata dirumuskan sebagai
P P = 1
2
cw  2 02 (3.56)

81
karena harga rata-rata dari sin2 ( kx - t +  ) sama dengan ½. Arus energi rata-rata
dinamakan juga sebagai rapat daya rata-rata tiap satuan penampang. Dari persamaan (3.56)
dapat dinyatakan bahwa rapat energi rata-ratanya adalah
1
   2 0 2 (3.56a)
2

Pertanyaan

a. Berikan penjelasan bahwa besarnya tegangan tali mempengaruhi laju perpindahan


energi pada tali. Coba berikan data percobaan yang dapat mendukung penjelasan
Anda!
b. Apabila cepat rambat gelombang menjadi dua kali semula, bagaimana dengan arus
energinya? Berikan penjelasan!

3.6.2. Impedansi Gelombang

Kecepatan gerak osilasi pada medium merupakan respon terhadap gangguan gaya
dari luar. Kecepatan tanggapan atau respon suatu medium ini, disamping bergantung pada
besarnya gangguan, juga dipengaruhi besarnya hambatan atau impedansi yang merupakan
hasil interaksi antara energi gangguan yang dipindahkan dengan karakteristik medium yang
dilalui. Kita merujuk pengertian impedansi sebagai hambatan secara total yang timbul,
tanpa membedakan hal itu berasal dari keadaan statik dari medium maupun respon
medium terhadap perpindahan energi dalam keadaan dinamik.

Dalam medium resistif F = Z , hambatan terhadap perpindahan energi
t
gelombang bergantung pada sifat-sifat statik mediumnya. Perhatikan bahwa hal ini analog
q
dengan aliran listrik V = I R = R . Sedangkan pada medium yang bersifat kapasitif
t
maupun induktif, hambatan itu timbul dari respon medium terhadap dinamika gelombang.
Dalam hal ini, berlaku
Q
F = Z   reaktif kapasitif (analog dengan V = ), dan
C
 2 dI d 2Q
F = Z  reaktif induktif ( analog dengan V  L  L )
t 2 dt dt 2
Besarnya impedasi suatu medium yang bersifat resistif dapat dirumuskan sebagai

82

F = Z (3.57)
t

T0
dan Z = x  T k (3.58)
 0

t
T0
Z = =  cw (3.59)
cw

dengan  menyatakan rapat massa dan cw cepat rambat gelombang dalam medium.

Contoh 3.5

Gelombang sinusoidal merambat pada tali yang mempunyai rapat massa 20 g/cm,
dibawah pengaruh tegangan tali sebesar 40 N. Amplitudo gelombang 5 mm dan
frekuensi gelombang 80 Hz. Tentukan:
a. persamaan gelombang
b. impedansi gelombang
c. arus energi yang merambat pada tali

Penyelesaian

a. Cepat rambat gelombang adalah

cw  T
l   44,7 m / s
40 N
0,02kg / m

Panjang gelombang dapat ditentukan dengan


cw 44,7
   0,559 m
 80

Persamaan gelombang dapat dituliskan sebagai

 2 
 x, t   A sin  x  2 t 
  

 2 
 x, t   5  10 3 sin  x  2  80 t  m
 0,559 

 x, t   5  10 3 sin 11,24 x  502,65 t  m

83
b. Impedansi gelombang adalah

Z  .cw  0,02 kg / m  44,7 m / s  0,894 kg / s


c. Arus energi rata-rata yang merambat pada tali adalah
P P = 1
2
cw  2 02

P
1
2 s m
2

 44,7 m  0,02 kg  160   5  10 3 m  2
 2,82 J
s

3.7. Pemantulan Dan Transmisi Energi Pada Batas Medium

Apabila suatu gelombang mengenai suatu permukaan batas medium maka sebagian
energi akan dipantulkan, sebagian akan diteruskan, dan sebagian lagi akan diserap sesuai
hukum kekekalan energi. Pengetahuan tentang sifat refleksi, sifat transmisi, dan sifat
absorpsi suatu bahan sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan bahan itu.
Pemilihan bahan sebagai media penyesuai impedansi pada ultrasonografi dimaksudkan
untuk meminimalkan kontras impedansi sehingga energi gelombang yang ditransmisikan
jauh lebih besar dibandingkan yang dipantulkan. Di bidang akustik, diperlukan bahan yang
tepat untuk melapisi dinding agar dapat menyerap energi gelombang bunyi yang datang
sehingga meniadakan efek pemantulan. Tetapi di lain hal justru diperlukan bahan yang
dapat menjadi reflektor yang baik.
Berikut ini ilustrasi bahan ideal yang sama sekali tidak menyerap energi sehingga
tidak ada energi yang hilang ketika gelombang itu mengenainya.

medium 1 medium 2

I T

R

Batas medium

Gambar 3.6. Sifat gelombang pada permukaan batas medium

84
Untuk menjamin adanya kesinambungan antara gelombang yang datang dengan
yang diteruskan maupun yang dipantulkan, maka harus dipenuhi syarat-syarat kontinuitas
pada permukaan batas antara dua medium. Secara matematika pada batas ini harus
memenuhi syarat syarat fungsi berkelakuan baik, yang meliputi :
1. Gelombang pada batas ini adalah kontinu dimana 1 = 2 , artinya simpangan
gelombang pada batas medium adalah sama (kontinuitas simpangan).
 1  2
2.  , artinya kecepatan gerak osilasi pada batas medium adalah sinkron
t t
(sinkronisasi gerak)
 1  2
3.  , memenuhi syarat slope-nya kontinu (kontinuitas kemiringan)
x x
Dengan asumsi : 1 = 2 = , K1 = K1 dan K2  K1 akan kita bahas syarat batas di atas
satu persatu
1. 1 = 2
Penerapan syarat batas 1 ini akan menghasilkan persamaan

 i  r   t (3.60)

 oi cos ( K1x - 1t ) +  or cos (K1x + 1t ) =  ot cos ( K2x - 2t )

 oi cos ( K1x - t ) +  or cos (K1x + t ) =  ot cos ( K2x - t )

 or  ot
Jika  r , dengan r disebut koefisien refleksi dan  t , t disebut koefisien
 oi  oi
transmisi maka
1+r = t (3.61)
 1  2
2.  , dengan oi +  or =  ot maka
t t

  oi sin ( K1x - t ) -   or sin ( K1x + t ) =   ot sin ( K2x - t )

Ternyata penerapan syarat batas 2 menghasilkan


1-r=t (3.62)
 1  2
3. 
x x

85
K1  oi sin ( K1x - t ) + K1  or sin ( K1x + t ) = K2  ot sin ( K2x - t )

K1 oi + K1  or = K2  ot
K2
1 + r = t (3.63)
K1
Substitusikan (3.62) disulihkan ke persamaan (3.63) :
K2
1 + (1 – t ) = t
K1
K2
2 - t = t
K1
K1  K 2
2 = ( ) t
K1
2 K1
t = (3.64)
K1  K 2
Selanjutnya t dinamakan koefisien transmisi, yang didefinisikan sebagai perbandingan
amplitudo gelombang yang ditransmisikan dengan amplitudo gelombang yang datang. Jika
persamaan (3.64) disulihkan ke persamaan (3.61), maka
2 K1
1 r 
K1  K 2

2 K1  K1  K 2 K1  K 2
r  (3.65)
K1  K 2 K1  K 2
Selanjutnya r disebut sebagai koefisien refleksi, yang dirumuskan dari perbandingan
amplitudo gelombang yang dipantulkan dengan amplitudo gelombang yang datang.
Kemudian mengingat hubungan dan K =  /cw dan untuk tali Z = T0/cw, maka persamaan
(3.64) dan (3.65) dapat dituliskan dalam bentuk
2Z1 Z  Z2
t dan r = 1 (3.66)
Z1  Z 2 Z1  Z 2
Untuk menentukan besarnya intensitas gelombang yang diteruskan dan intensitas
gelombang yang dipantulkan didefinisikan besaran Transmitansi (T) yaitu perbandingan
intensitas gelombang yang diteruskan dengan intensitas gelombang yang datang. Demikian
pula besaran Reflektansi (R) yaitu perbandingan intensitas gelombang yang dipantulkan
dengan intensitas yang datang.

86
P
I =  luas, P  02
A
2
P   K
T  t   ot   1 t 2
Pi   oi 
dengan T = transmitansi
K2
2
P  
R  r   or   r 2
Pi   oi
dengan R = reflektansi

Apabila tidak ada energi yang hilang karena diserap maka berlaku T + R = 1.

Contoh 3.6

Sebuah tali dengan rapat massa 50 g/m disambung dengan tali lain yang rapat
massanya lebih kecil yaitu 8 g/m. Kedua tali direntangkan sedemikian rupa sehingga
mendapat tegangan yang sama yaitu sebesar 500 N. Pada ujung tali yang lebih besar
dibangkitkan sebuah gelombang berfrekuensi 1000 Hz dengan amplitudo simpangan
sebesar 10 cm. (a) Hitung impedansi gelombang pada kedua tali, (b) Tentukan rapat
daya rata-rata yang ditransmisikan ke tali yang lebih kecil.

Penyelesaian

a. Impedansi gelombang pada tali 1 adalah


Z1  1T  0,05  500  5 kg s
Impedansi gelombang pada tali 2 adalah
Z 2   2T  0,008  500  2 kg s
b. Rapat daya rata-rata yang ditransmisikan ke tali yang lebih kecil, dapat ditentukan
dengan persamaan
P P = 1
2
cw  2 022

2Z1 25
 02  t 01   01   0,10 m  0,14 m
Z1  Z 2 52

500
cw   250 m s
0,008

87
 250 m  0,008 kg  2000   0,14m  773777 J
1
P 
2 2

2 s m s

3.8. Gelombang Pantul Dan Gelombang Berdiri

Sudah kita bahas dalam sub bab sebelumnya bahwa gelombang membawa energi.
Jika dinding pemantul bersifat lunak, maka akan terjadi tumbukan tak elastik. Pada
tumbukan tak elastik, dinding menyerap seluruh energi dan momentum, sehingga tidak
terjadi pantulan..
Misal dalam suatu kasus  2 = 0, artinya tidak ada gelombang yang ditransmisikan

atau terjadi pemantulan sempurna, jadi  0i   0 r atau amplitudo gelombang pantul sama
2 2

dengan amplitudo gelombang datang. Yang kedua, jika tidak ada gelombang yang
dipantulkan, 0 r  0 , maka semua energi gelombnag datang diteruskan melewati batas dua
medium.
Jika suatu pulsa merambat sepanjang tali dari ujung kiri ke ujung kanan, pada ujung
kanan berlaku syarat batas  1   2 atau  0i   0r   0t . Pada ujung terikat  0t  0 ,
sehingga  0 r   0i , sedang pada ujung bebas  ot  2 0i dengan  0 r   0i .

3.8.1. Pantulan pada ujung terikat

Misal gelombang datang adalah gelombang sinusoida dengan persamaan


  x, t    0 sinkx  t  (3.67)
gelombang pantul yang mempunyai arah kekiri mempunyai persamaan
  x, t    0 sin kx  t    (3.68)

  x, t    0 sin kx  t 

  x, t    0 sinkx  t  (3.69)


Gelombang resultan di suatu titik P adalah merupakan penjumlahan gelombang datang dan
gelombang pantul
 P     
 P   0 sin kx  t    0 sin kx  t 
 P  2 0 sin kx cos t (3.70)

88
gel. datang cw

di ujung terikat, simpangan selalu nol

gel. pantul cw

Gambar 3.7. Pada ujung terikat, simpangan  selalu nol, sehingga phase gelombang
pantul berubah. Antara gelombang datang dan gelombang pantul terjadi loncatan
sudut phase 

Gambar 3.8. berikut adalah foto dari gelombang yang dinyatakan dalam persamaan (3.70)
untuk waktu yang berbeda-beda.

½

Node Node

Node Antinode

Gambar 3.8. Gelombang berdiri

Dapat kita lihat pada Gambar 3.8, bahwa pola sinusoidal tidak bergerak sepanjang
sumbu x, tiap-tiap titik pada tali hanya bergetar ke atas dan ke bawah, dan kita lihat pada
ujung-ujung terikat titik-titik tidak bergetar, demikian juga titik-titik lain yang berjarak
1/2  . Sedangkan  adalah panjang gelombang asli. Pola gelombang seperti ini disebut

89
gelombang berdiri. Gelombang berdiri (standing wave) terbentuk pada penjumlahan dua
gelombang sinusoidal yang mempunyai frekuensi dan panjang gelombang sama serta
mempunyai arah yang berlawanan. Karena gelombnag berdiri tidak merambat, maka tidak
ada energi yang dibawa oleh gelombang berdiri (buktikan hal tersebut !).
Fenomena gelombang berdiri dapat dilihat pada dawai alat musik. Jika suatu dawai
yang mempunyai panjang L diklem pada kedua ujungnya, maka padanya akan terbentuk
gelombang berdiri dengan panjang gelombang yang diskrit, yaitu mulai dari 1  2L ,
frekuensi getaran dapat ditentukan dengan mengingat hubungan f  c w , cw adalah

T
kecepatan rambat gelombang dalam dawai yang dinyatakan dengan dengan T adalah
l

gaya tegang yang bekerja pada dawai (N) dan  l adalah rapat massa linier (kg/m). Nilai
frekuensi yang terendah disebut frekuensi dasar f0.
Kemungkinan panjang gelombang berikutnya adalah 1  L (Gambar 3.9b),
frekuensi untuk mode ini adalah 2 f0, dinamakan frekuensi nada atas pertama.
Kemungkinan ketiga adalah 1  2L / 3 , frekuensinya adalah 3 f0, dinamakan frekuensi
nada atas kedua, dan seterusnya.
L

L = ½ 1,  = o

L = 2,  = 2 o

L = 3/2 3,  = 3 o

Gambar 3.9. Gelombang berdiri yang terjadi dalam dawai yang diklem pada kedua
ujungnya

90
Contoh 3.7

Suatu dawai mempunyai massa 15 g dan panjang 1 m. Dawai diklem pada kedua
ujungnya. Ketika digetarkan dawai tersebut menghasilkan frekuensi dasar 220 Hz.
Berapakah tegangan yang bekerja pada dawai tersebut ?

Penyelesaian

Panjang gelombang pada frekuensi dasar adalah 2L = 2 m


f  c w , maka cw  2m  220s 1  440 m s

T
Dari c w  , dapat kita tentukan besarnya tegangan
l

T  cw  l  440 m s   0,015 kg m  2900 N


2 2

3.9. Gelombang Dalam Medium Non Uniform

Telah kita pelajari bahwa gelombang yang merambat pada dawai yang mendapat

T
gaya tegang T, mempunyai cepat rambat c w  . Dalam hal ini tentu saja besar
l
tegangan sepanjang dawai adalah tetap, maka cepat rambat gelombang sepanjang dawai
juga tetap. Selanjutnya perhatikan perambatan gelombang pada dawai yang digantung
lurus kebawah seperti pada Gambar 3.10 berikut :

lebar
pulsa
cw

Gambar 3.10. Rambatan gelombang pada dawai yang digantung pada atap. Besarnya
tegangan T sebanding dengan x (jarak yang diukur dari ujung terbawah)

91
Jika massa tiap satuan panjang dawai  l , maka pada suatu titik pada dawai yang
berjarak x dari ujung terbawah, tegangan pada titik tersebut dinyatakan dengan
T  g l x (3.71)
dan cepat rambat gelombang dinyatakan dengan
g l x
c w x    gx (3.72)
l
Dari persamaan (3.72) tampak bahwa cepat rambat tergantung pada jarak titik tersebut dari
ujung terbawah, sehingga dawai yang digantung vertikal merupakan medium yang tidak
uniform. Hal tersebut akan mengakibatkan
a. makin ke bawah , cepat rambat gelombang makin berkurang,
b. karena frekuensi gelombang tetap (dari atas sampai bawah), maka lebar pulsa
makin ke bawah makin kecil,
c. karena energi tetap, maka makin ke bawah, amplitudo makin besar (ingat energi
gelombang = 1
2
v  2 02 ).

Contoh lain dari medium non uniform adalah gelombang permukaan air yang
menuju pantai yang landai. Kecepatan gelombang permukaan air dinyatakan dengan
c w  gh
dengan h adalah kedalaman air dan g adalah percepatan gravitasi bumi. Jika suatu pulsa
gelombang mendekati pantai, seperti pada Gambar 3.10, dasar pantai berbentuk datar dan
miring, dengan  adalah sudut antara permukaan air dan dasar pantai, maka kedalaman air
sebanding dengan jarak pantai x.
h  x tan
Kecepatan gelombang permukaan air yang mendekati pantai adalah
cw  g tan  x
Perhatikan gambar berikut :
cw (x)

 Daratan
Laut h(x)

(a)

92
cw (x)

(b)

Gambar 3.11. (a) Cepat rambat gelombang sebanding dengan kedalaman, (b) makin
dekat kepantai, kecepatan makin kecil dan amplitudo makin besar

Gelombang tsunami ditimbulkan oleh gempa bumi dari tempat yang jauh dari
pantai, walaupun pada awalnya gelombang tersebut kecil, tetapi amplitudo menjadi sangat
besar ketika makin mendekati pantai.

SOAL-SOAL

3.1. Suatu batang baja mempunyai modulus Young sebesar 200 GPa dan rapat massa
sebesar 7800 kg/m3. Bila suatu gelombang sinusoidal berfrekuensi 5 kHz dengan
amplitudo perpindahan sebesar 1 nm menjalar di dalam baja tadi, tentukan:
a. cepat rambat gelombang
b. impedansi gelombangnya
c. amplitudo kecepatan partikel
d. intensitas gelombang rata-rata
e. amplitudo tekanan

3.2. (a) Variasi tekanan maksimum p yang dapat ditolerir oleh telinga di dalam bunyi yang
nyaring adalah kira-kira 28 N/m2 dan tekanan atmosfer normal kira-kira 100000 Pa.
Carilah pergeseran maksimum yang bersangkutan untuk sebuah gelombang bunyi di
udara yang mempunyai frekuensi sebesar 1000 Hz.

(b) Di dalam bunyi yang lemah dan yang dapat didengar pada 1000 Hz, amplitudo
tekanan tersebut adalah kira-kira 2,0 x 10-5 Pa. Carilah amplitudo pergeseran yang
bersangkutan.

93
3.3. Sebuah gelombang bunyi yang frekuensinya 1000 Hz dan yang menjalar melalui udara
mempunyai amplitudo tekanan sebesar 10 Pa. Berapakah:
a. panjang gelombangnya
b. amplitudo pergeseran partikel
c. laju partikel maksimum

3.4. Suatu gelombang suara sinusoidal di udara (20oC, 1 atm) mempunyai intensitas
sebesar 0,1 W/m2. Bila frekuensinya adalah 400 Hz, tentukan amplitudo perpindahan
dan amplitudo tekanannya. Nyatakan juga intensitasnya dalam dB. Diketahui udara
mempunyai  = 1.4,  = 1,29 kg/m3 (pada 0oC)

3.5. Sebuah tangki berisi air (air = 998 kg/m3, vair = 1480 m/s) dan minyak (minyak= 660
kg/m3, vminyak = 1560 m/s) serta diatasnya terdapat gas (gas = 0,18 kg/m3) pada tekanan
2 atm. Gas ini termasuk gas monoatomik yang memiliki  = 5/3. Pada dasar tangki
tersebut dipasang transduser (Zo = 33x 106 kg/s = 33 MRayls) yang meradiasikan
gelombang akustik berfrekuensi tinggi (ultrasonik) ke atas. Transduser yang
dilengkapi dengan suatu perangkat elektronik ini digunakan untuk memantau tinggi
kolom air dan minyak. Transduser ini juga menerima gelombang pantulan yang terjadi.
Bila penguatan dari perangkat elektronik diatur sedemikian rupa sehingga sinyal listrik
dari pantulan pertama adalah 1000 mV, tentukan besar amplitudo sinyal-sinyal-listrik
dari pantulan kedua dan ketiga (sinyal listrik sebanding dengan tekanan akustik)

Gas Z3

Minyak Z2

Air Z1

Transduser Zo

3.6. Persoalan utama yang harus ditanggulangi pada saat merancang suatu transduser
ultrasonik yang digunakan pada bidang kedokteran adalah terlalu besarnya perbedaan
impedansi akustik antara bahan transduser (33 Mrayls) dan jaringan tubuh (1,63

94
Mrayls). Salah satu cara untuk menanggulangi persoalan matching impedance ini
adalah dengan memasang suatu lapisan penyesuai impedansi diantara transduser dan
jaringan tubuh. Idealnya diinginkan agar semua daya dapat ditransmisikan tanpa ada
refleksi dan hal ini dapat dicapai bila lapisan tersebut memenuhi persyaratan tertentu
baik tebalnya maupun impedansi akustiknya. Persoalan yang muncul adalah tidak
tersedianya bahan yang mempunyai impedansi akustik yang tepat sebesar yang
dipersyaratkan. Biasanya harus dipilih salah satu dari berbagai bahan yang mempunyai
impedansi akustik diantara 1,63 Mrayl dan 33 Mrayl, misalnya empat jenis bahan di
bawah ini

Jenis bahan Rapat Massa (kg/m3) Kecepatan (m/s)


Kuarsa 2650 5750
Gelas 2300 5600
Plastik 1200 2650
Karet 1100 2400

a. Pilih salah satu bahan yang akan memberikan koefisien transmisi daya yang paling
besar
b. Biasanya koefisien transmisi daya menggunakan satu lapisan penyesuai impedansi
dan hal ini masih terlalu kecil. Untuk memperbesarnya dapat digunakan dua lapisan
penyesuai impedansi. Pilih kombinasi dua bahan yang akan memberikan koefisien
transmisi daya yang paling besar.

3.7. Tentukan persamaan gelombnag berdiri yang ditimbulkan pada pantulan gelombang
oleh ujung bebas. Bandingkan frekuensi-frekuensi yang ditimbulkan oleh nada dasar,
nada atas pertama, nada atas kedua, dan seterusnya !

3.8. Seutas tali yang cukup berat, dengan massa m dan panjang L, salah satu ujungnya
digantungkan pada atap, ujung lain yang bebas digetarkan, sehingga gelombang
merambat keatas.
a. Buktikan bahwa kecepatan rambat gelombang merupakan fungsi dari x, yaitu jarak
dari ujung terbawah.

95
b. Tentukan waktu yang diperlukan oleh gelombang tersebut untuk menempuh
sepanjang tali

3.9. Gelombang bunyi datang dari udara ke air. Modulus Bulk untuk air adalah 2,1 x 109
N/m3, temperatur dan tekanan udara masing-masing adalah 20 0C dan 1 atm.
a. Tentukan impedansi gelombang pada air dan pada udara
b. Berapa perbandingan energi yang dipantulkan dengan energi yang diteruskan

3.10. Dua gelombang bunyi, di udara dan di dalam air, keduanya mempunyai frekuensi dan
intensitas yang sama. Bagaimana perbandingan amplitudonya pada T = 20 0C ?

DAFTAR PUSTAKA

Crawford,F.S.,1968,Waves.New York:McGraw-hill Book Comp[any

Hirose, K and K.E Longren , 1985. Introduction to Wave Phenomena. Singapore: John
Wiley and Sons.

M.O. Tjia, 1994. Gelombang. Jakarta: Dabara Publisher

Pain, H.J. 1989 . The Physics of Vibrations and Waves.. Singapore: McGraw-Hill
Publishing Company.

Sutrisno. 1984. Fisika Dasar : Gelombang Dan Optik. Bandung : Penerbit ITB

Zahara Muslim. 1998. Gelombang dan Optika. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga

Kependidikan Pendidikan Tinggi

96
4

GELOMBANG

ELEKTROMAGNETIK
Gelombang mekanik yang telah kita bahas dalam Bab 3, memerlukan medium
material untuk merambatkan getaran dari sumber ke pengamat dengan mekanisme
perambatan yang dicirikan dengan sifat elastik atau hidrodinamik dari medium. Sifat ini
memungkinkan perambatan gangguan longitudinal dan atau transversal, sebagai
gelombang regangan yang bersifat vektorial, gelombang pemampatan yang bersifat skalar
maupun gelombang permukaan. Sebaliknya gelombang elektromagnetik dapat menerobos
ruang hampa dari lokasi sumbernya menuju ke pengamat. Mekanisme perambatannya
adalah proses imbas timbal balik antara komponen elektrik dan komponen magnetik dari
medan elektromagnet yang mengisi seluruh ruang dan berubah dengan cepat terhadap
waktu saat dirambatkan.
Diketahui bahwa gelombang elektromagnetik (EM), mulai dari gelombang radio
sampai dengan gelombang cahaya tampak hingga gelombang cahaya tak tampak dapat
merambat melalui ruang vakum. Jadi ruang vakum merupakan medium perambatan
gelombang EM. Kenyataan ini awalnya tidak dipercaya, tetapi konsep tentang eter mampu
mengatasi masalah ini walaupun dalam kurun waktu yang lama. Dalam gelombang
mekanik misalnya gelombang bunyi dalam gas dan zat padat, dan perambatan gelombang
tali tidak ada kesulitan dalam memvisualisasikan gerakan gelombang. Dalam gelombang
bunyi, molekul bergerak di sekitar titik setimbang, dan kita telah memahami bahwa
gerakan-gerakan molekul menentukan besarnya energi kinetik, sedangkan perpindahan
molekul dari posisi kesetimbangannya menentukan besar energi potensial yang dikaitkan
dengan gerakan gelombang. Sebaliknya dapat dikatakan dalam media apapun yang dapat
menyimpan energi kinetik dan energi potensial, gelombang mekanik dapat dihasilkan dan
dirambatkan.

97
Analogi serupa dapat ditemukan dalam ruang vakum. Sebagai contoh pada
kapasitor. Sebuah kapasitor dapat menyimpan energi listrik dalam suatu ruang vakum.
Walaupun sebagian besar kapasitor diisi dengan bahan dielektrik, tetapi bukan merupakan
suatu keharusan. Dielektrik tersebut dapat digantikan dengan udara atau vakum. Jadi ruang
vakum dapat menyimpan energi listrik. Contoh selanjutnya dalam induktor yang mampu
menyimpan energi magnetik. Energi magnetik disimpan dalam suatu ruang yang ditempati
konduktor, yang bisa berupa udara atau vakum. Sehingga kita dapat menggambarkan suatu
simpulan penting bahwa ruang vakum mampu menyimpan energi listrik dan energi
magnetik, yang bersesuaian dengan energi kinetik dan energi potensial dalam kasus energi
mekanik. Dalam media apapun yang mampu menyimpan energi listrik dan energi
magnetik, maka gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan dan dirambatkan.

Dalam ruang vakum yang ideal, gelombang EM tidak dihamburkan sama sekali,
oleh karena itu kecepatan fase sebanding dengan kecepatan group untuk frekuensi
ω dω
berapapun,   c  3,0x10 8 m/s . Namun, bagaimanapun gelombang EM dapat
k dk
dihamburkan dalam media selain vakum. Kenyataan bahwa kelajuan cahaya dalam kaca
lebih kecil dibanding dalam ruang vakum. Lebih penting lagi kelajuan cahaya di dalam
kaca tergantung pada frekuensi gelombang, walaupun kecil ketergantungannya.

Dalam Bab 4 ini akan kita bahas tentang persamaan Maxwell dalam medan
gelombang EM, persamaan gerak gelombang EM dalam vakum, vektor Pointing,
persamaan gelombang EM dalam medium konduktif, menjelaskan sumbangan parameter
dispersif dalam persamaan gelombang EM.

4.1. Persamaan Gelombang Merambat dalam Rangkaian LC

Suatu rangkaian yang terbentuk dari rangkaian seri induktor dan paralel kapasitor
disebut rangkaian transmisi LC atau rangkaian delay, atau tunda. Ini merupakan analog
yang tepat dengan distribusi sistem pegas massa yang telah dipelajari sebelumnya, dan
kenyataannya dapat menggambarkan gelombang EM dalam beberapa keadaan tertentu.

98
L

 C

x
m k

x
Gambar 4.1. Rambatan gelombang dalam rangkaian LC

Jika kita ambil satu bagian rangkaian dari rangkaian LC di atas yang terletak di x
dan diberi arus serta tegangan, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :
L L
i(x,t) i(x+Δx,t)
i 
L C x  x, t 
t t

V(x,t) V(x+Δx,t)

x Δx
x + Δx

Gambar 4.2. Tegangan dan arus dalam satu bagian rangkaian LC tergantung
pada waktu

Dari Gambar 4.2.: Sesuai dengan hukum Kirchhoff, untuk tegangan dapat
dinyatakan bahwa
ix 
V x   L  V x  x  (4.1)
t
untuk arusnya berlaku

99

ix   C V x  x   ix  x  (4.2)
t
Q Q
Ingat bahwa : C   Q  CV  i 
V t
Untuk x kecil, dengan ekspansi Taylor diperoleh bahwa
V
V x  x   V x   x (4.3)
x
Sehingga persamaan (4.2) dapat ditulis

ix   C V x   ix  x  (4.4)
t
Dengan ekspansi Taylor, arus pada x  x  dapat dituliskan
i
ix  x   ix   x (4.5)
x
Sulihkan persamaan (4.3) dan (4.5) ke persamaan (4.1) dan (4.4), maka diperoleh
ix  V
V x   L  V x   x
t x
Sehingga
V i
 x L (4.6)
x t
V x  i
dan ix   C  ix   x
t x
sehingga
i V
 x C (4.7)
x t
Jika persamaan (4.6) didefferensialkan terhadap x dan persamaan (4.7) didefferensialkan
terhadap t, maka
 2V  2i
 x 2  L (4.8)
x xt
 2i  2V
 x C 2 (4.9)
tx  t

 2i  2i
Karena  , maka
tx xt

100
 2V x   2V
2
 (4.10)
t 2 LC x 2
dan untuk arusnya

 2 i x   2 i
2
 (4.11)
t 2 LC x 2
Persamaan (4.10) dan (4.11) adalah bentuk persamaan differensial gelombang, dengan
cepat rambat gelombang
x
cw 
LC
1
atau c w  (4.12)
L C
x x

dengan L dan C adalah induktansi dan kapasitansi persatuan panjang. Jadi cepat
x x
rambat gelombang tegangan dan gelombang arus dalam rangkaian transmisi LC ditentukan
oleh besarnya induktansi dan kapasitansi per satuan panjang (satuan : henry/m dan
farad/m).
2
Kita lihat dimensi dari permitivitas vakum,  0  8,85  10 12 C dimana
m2  N
2
besaran C dapat dinyatakan sebagai farad/m. Jadi permitivitas vakum  0 adalah
m2  N
kapasitansi vakum tiap satuan panjang.

Selanjutnya kita lihat dimensi permeabilitas vakum,  0  4  10 7 N dengan


A2

besaran N dapat dinyatakan sebagai henry/m. Jadi permeabilitas vakum  0 adalah


A2
induktansi vakum tiap satuan panjang. Dengan demikian dapat dituliskan :
C  farad 
0   m 
x 
L  henry 
9   m 
x 
sehingga cepat rambat gelombang EM dalam vakum adalah
1
c  3,0  10 8 m
 0 0 s

101
 V 
Persamaan (4.4) dapat dipenuhi jika x   V . Dalam persamaan gelombang
 x 
sinusoidal untuk tegangan;

V  x, t   Vo sin kx   t  dengan  c w , diperoleh
k
V
 kVo cos kx   t 
x
2
 Vo cos kx   t .

 V  2
Oleh karena x   V memenuhi x  1
 x  
Atau secara umum dikatakan Δx harus lebih kecil dari λ. Ini merupakan batasan
model rangkaian transmisi secara umum, walaupun demikian, Δx dapat dipilih sekecil
mungkin sesuai dengan keinginan.
Telah kita lihat bahwa rangkaian LC sederhana dapat merupakan model dari
medium untuk gelombang EM, yaitu medium yang mampu menyimpan energi listrik dan
energi magnetik. Pada medium yang mempunyai sifat seperti itulah gelombang EM dapat
merambat.
Besarnya energi dalam kapasitor dan induktor adalah ½ CV2 dan ½ Li2 , dengan C
dan L adalah kapasitansi dan induktansi, maka dapat kita nyatakan bahwa medium yang
memiliki kapasitansi dan induktansi dapat merambatkan gelombang EM.

Untuk logam yang sangat konduktif seperti copper, medan elektrostatis tidak dapat
menembusnya, dengan kata lain medium tidak dapat menyimpan energi listrik. Jadi
gelombang EM tidak dapat berada dalam logam dengan konduktivitas listrik tinggi, dan
gelombang EM yang datang pada logam tersebut akan dipantulkan sempurna.

Contoh lain dari rangkaian transmisi adalah pada kabel koaksial yang akan
dipelajari selanjutnya. Biasanya kabel koaksial diisi dengan bahan dielektrik agar
memperoleh kekuatan secara mekanik. Bahan dielektrik akan meningkatkan kapasitansi
per satuan panjang. Sebagai konsekuensinya cepat rambat sinyal elektromagnetik dalam
kabel koasial akan lebih kecil jika dibandingkan diisi dengan udara atau vakum.

102
Contoh 4.1

Carilah kecepatan gelombang EM dalam kabel koaksial yang berisi teflon dengan
permitivitas   2   0 dan permeabilitas    0

Penyelesaian

Cepat rambat gelombang dalam teflon adalah


1 1
` c =
 2   0 0

1
c = 2,1 . 108 m/s
12
2  8,85  10 F  4  10 7 H
m m
4.2. Spektrum Elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik meliputi cahaya, gelombang radio, sinar gamma, sinar
x, gelombang mikro dan lain-lain. Semua jenis gelombang elektromagnetik mempunyai
kecepatan yang sama, masing-masing hanya berbeda dalam panjang gelombang dan
frekuensinya, yang dihubungkan dengan persamaan
c


Tabel 4.1 menggambarkan spektrum elektromagnetik dan nama-nama yang
biasanya berhubungan dengan interval frekuensi dan panjang gelombang. Interval ini
sering tidak terdefinisi secara tepat dan kadang-kadang juga tumpang tindih. Misal
gelombang elektromagnetik yang mempunyai panjang gelombang sekitar 0,1 nm disebut
sinar x, tetapi jika gelombang ini berasal dari radioaktivitas nuklir, disebut sinar gamma.
Mata manusia peka terhadap radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang
sekitar 400 sampai 700 nm, suatu jangka yang disebut cahaya tampak. Panjang gelombang
terpendek dalam spektrum tampak bersesuaian dengan cahaya violet (ungu), dan yang
terpanjang bersesuaian dengan cahaya merah. Gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang yang sedikit lebih pendek dari gelombang cahaya tampak disebut sinar
ultraviolet, dan gelombang dengan panjang gelombang sedikit lebih besar dari pada
gelombang cahaya tampak disebut gelombang inframerah.

103
Tabel 4.1. Spektrum Elektromagnetik

Frekuensi (Hz) panjang gelombang

1023 -

1022 -

1021 - ______ sinar gamma

1020 -

1019 -
Sinar x
1018 -

1017 - 1 nm
Sinar ultraviolet
1016 -

1015 - CAHAYA TAMPAK

1014 - 1 m
Sinar inframerah
1013 -

1012 -

1011 - Gelombang mikro


1010 - 1 cm
Radio gel pendek
109 - 1m

108 - TV dan radio FM

107 -
Radio AM
6
10 -

105 - 1 km

104 -
Radio gel panjang
3
10 -

102 -

10 -

104
Perbedaan panjang gelombang berbagai jenis gelombang elektromagnetik sangat
penting, sebab perilaku gelombang sangat bergantung pada ukuran relatif panjang
gelombang dan benda-benda fisis atau lubang-bukaan perintang gelombang tersebut.
Panjang gelombang dan frekuensi juga penting dalam menentukan jenis interaksi antara
gelombang dengan materi. Misal sinar x yang memiliki panjang gelombang yang sangat
pendek dan frekuensi tinggi, dengan mudah menembus bahan-bahan yang taktertembus
oleh gelombang cahaya dengan frekuensi lebih rendah, yang diserap oleh bahan tersebut.
Gelombang mikro mempunyai panjang gelombang yang berorde beberapa centimeter dan
frekuensi yang mendekati frekuensi resonansi alami molekul air dalam zat padat dan
cairan. Dengan demikian gelombang mikro dapat dengan mudah diserap oleh molekul air
dalam makanan. Hal inilah yang merupakan mekanisme pemanasan dalam pemanggang
gelombang mikro.
Gelombang elektromagnetik dihasilkan jika ada muatan listrik yang berosilasi.
Apabila muatan listrik berosilasi, muatan ini akan meradiasikan gelombang
elektromagnetik yang frekuensinya sama dengan frekuensi osilasinya. Panjang gelombang
dari gelombang yang dipancarkan ditentukan oleh frekuensi osilasi muatannya.

4.3.Kabel Koaksial
Kabel koaksial merupakan kabel yang terdiri atas dua konduktor dengan sumbu
pusat yang sama (koaksial) silindris, dan biasanya digunakan untuk mentransmisikan
sinyal elektromagnetik dari satu perangkat ke perangkat yang lain.
Berbeda dengan kabel transmisisi yang telah kita pelajari, kabel koaksial bertipe
tertutup, sehingga pada frekuensi tinggi resiko kehilangan energi karena radiasi dapat
diminimalkan. Hal ini dapat dianalogikan dengan kasus bahwa gelombang bunyi dalam
pipa dapat merambat lebih jauh dibanding merambat di ruang terbuka

105
Di luar kabel, E = 0 dan B = 0

2a Permukaan Gauss

R b r emf ~

Konduktor kabel koaksial


2a
Diisi dengan b
bahan dielektrik

Gambar 4.3. Struktur kabel koaksial untuk gelombang EM pada frekuensi tinggi.
Tidak ada medan di luar kabel.

Pada Gambar 4.3, sebuah kabel koaksial dengan jari-jari dalam a, dan jari-jari luar b,
dihubungkan dengan sumber tegangan V sehingga mengalir arus i. Dengan menggunakan
hukum Gauss untuk permukaan silinder dengan jari-jari r, diperoleh
l
2 r E r  untuk a  r  b
o

dengan l adalah rapat muatan linier. Medan magnet di dalam kabel adalah
0i 0 l
B   c
2r 2r
Dengan demikian
Er 1

B  0  0 c
Beda potensial antara konduktor dalam dan konduktor luar diberikan dengan
pesamaan
b
l b 1 l b
V   E r dr   dr  ln
2  o a r 2  o a
a (4.13)
i
dengan  l  .
c
Selanjutnya impedansi Z dapat dituliskan menjadi

ln 
V 1 b
Z  (4.14)
I 2  0 c a

106
Karena ln (b/a) lidak berdimensi, maka dimensi (0/0) adalah dimensi resistansi. Dengan
demikian kita dapat menuliskan impedansi karakteristiknya dengan :

induktansi per satuan panjang


Z (4.15)
kapasitansi per satuan panjang

Suatu alasan mengapa Z disebut impedansi karakteristik dan bukan resistansi


karena pada kabel koaksial tidak mendisipasikan energi. Kabel koaksial sendiri merupakan
medium reaktif yang terdiri atas kapasitansi dan imduktansi. Adapun energi yang bekerja
pada kabel koaksial dapat dijelaskan sebagai berikut; Karena medan listrik dan medan
magnet merupakan fungsi r, maka dapat diturunkan persamaan rapat energi dari kedua
medan tersebut. Rapat energi magnetik sebesar

2 o
1
B2 
8 2 r 2
 
 0  l2 c 2 J
m3
,

sedang rapat energi listrik sebesar


1
2
2
 o E r2  2 l 2 J 3 .
8  o r m
 
Karena c2 = 1/(0/0), maka rapat energi magnetik adalah
1
 0  l2
 o o l
 .
8 r 2 2
8  o r 2
2

Dari sini dapat disimpulkan bahwa besar rapat energi listrik dan besar rapat energi
magnetik adalah sebanding. Hal ini sama halnya yang terjadi pada gelombang mekanik
bahwa besar energi kinetik dan energi potensial adalah sebanding.
Total rapat energi adalah

W 2
 l2

 l2 J 3
8 2 0 r 2 4 2 0 r 2 m
  (4.16)

Energi tiap satuan panjang dari kabel koaksial


b
 l2 b
 W 2 r dr 
a
ln   J
2 0  a  m
(4.17)

Daya yang dimiliki oleh kabel koaksial adalah


 l2 b V
2
Pc ln     i2Z watt (4.18)
2 0  a  Z

107
Contoh 4.2
Tentukan rasio antara jari-jari konduktor dalam dan luar yang masing-masing
berharga a dan b yang diisi teflon (ε = 2 ε0). Kabel koaksial 50 Ω.

Penyelesaian
0 1 b
Z ln   
 2  a 
b 
ln    2 Z
a 0
2 0
 2 Z
0
0
 2 2 Z
0
8,85 x 10 12
 2 2 50  1,178
4 x 10 7
b
 3,25
a

4.4.Vektor Pointing

Telah diketahui bahwa rapat energi dalam kabel koaksial adalah

W
 l2
 
J 3 , serta rapat daya (energi yang mengalir tiap satuan waktu tiap satuan
4 2 0 r 2 m
luas) adalah :

cW 
 l2 c W
4 2  0 r 2
 
m2
l  c 1
 x 0 l
2 0 r 2 r  0 (4.19)
B
 Er x
0
 Er x H  Intensitas medan magnet 

   B 
Besaran E x H  E x disebut vektor pointing dan diberi simbol S .
0

108

Secara fisis vektor pointing dapat diartikan sebagai rapat daya. Karena S adalah
besaran vektor, maka akan menunjukkan kepada kita kemana arah aliran energi
elektromagnetik.

E S (aliran energi)

B
R S V
(penyerap energi) E

Tidak ada medan di luar

Gambar 4.4. Medan listrk, medan magnet, dan vektor pointing pada kabel koaksial.
Vektor pointing mengalir dari emf (V) ke R.

   
Arah medan E adalah radial keluar, sedang B pada arah azimut, sehingga E x B

akan mengalir ke arah S . Dari argumen tersebut dapat disimpulkan bahwa energi tidak
dialirkan di dalam konduktor (pada masing-masing bahan), melainkan dialirkan melalui
ruang diantara kedua bahan konduktor.
Vektor pointing pada sebuah resistor dengan resistansi R, yang dihubungkan pada
V
sumber tegangan V = i R, dan mempunyai medan listrik E  serta medan magnet
l
0i
B , adalah
2 a

S
EB
0

V

i
l 2 a
W m 2 (4.20)

Total daya yang mengalir adalah


P = S x 2 π a l = Vi watt.

109

E
  i
i a S j i
 a2

B
l
V = E.l

Gambar 4.5. Vektor pointing S di sekitar resistor berjari-jari a. Arah S adalah radial
ke dalam resistor.

Dari Gambar 4.5 tampak bahwa arah S adalah menuju ke pusat resistor. Tampak
pula bahwa energi tidak mengalir dalam bahan, melainkan melalui ruang antar konduktor
dan resistor.
Berikut adalah vektor pointing pada kapasitor plat paralel yang diberi muatan. Dari

hubungan it  
dQ dV
, q  CV , maka i  C .
dt dt
Energi yang dimiliki oleh kapasitor adalah
dV d 1 2
P = Vi = V C =  CV  watt. (4.21)
dt dt  2 
Jadi, medan magnet kapasitor adalah
 0i dV
B C (4.22)
2 a dt
V
medan listrik kapasitor E  , dengan demikian vektor pointing adalah
l
EB V 1 dV
S   C (W/m2) (4.23)
0 l 2 a dt
Dari persamaan (4.21) maka persamaan (4.23) dapat dituliskan
S l 2 π a = ½ (CV2) (4.24)
Persamaan (4.24) ini hanya berlaku jika aliran muatannya lambat. Jika aliran
muatan cepat, E tidak lagi sama dengan V/l. Namun teorema pointing masih dapat dipakai.
Dari contoh-contoh pada resistor dan kapasitor dapat disimpulkan bahwa transfer energi
EM dapat diperoleh dalam bentuk vektor pointing. Medan listrik atau medan magnet
secara sendiri-sendiri tidak dapat mengalirkan energi EM, melainkan harus bersama-sama.

110
Vektor Pointing di Dalam Vakum

Sudah diketahui bahwa signal TV dan radio dapat ditransmisikan melalui udara
atau vakum, demikian juga energi matahari ditransmisikan dari matahari ke bumi melalui
vakum dalam bentuk radiasi dengan berbagai frekuensi dan panjang gelombang.

Dalam sub Bab 4.1. sudah kita pelajari tentang gelombang elektromanet dalam
ruang bebas, dengan kecepatan yang dinyatakan dengan

x 1
c   3,0  10 8 m
LC  0 0 s

Rapat energi listrik dinyatakan dengan

1
0E2 (J/m3)
2

Dan rapat energi magnetik dinyatakan dengan

1
B2 (J/m3)
2 0

Jika dianggap gelombang harmonis mempunyai persamaan

E x, t   E0 sin kx  t 


Bx, t   B0 sin kx  t 

E B
Mengingat   ,
x t

Maka  kE0 coskx  t   B0 coskx  t 

Sehingga kE0  B0

Karena   c , maka Ex, t   cBx, t  rapat energi listrik dapat dituliskan


k

1 1 1
 0 E 2   0c 2 B 2  B2
2 2 2 0

Dengan demikian rapat energi listrik dan rapat energi magnetik adalah sama. Kemudian
perhatikan persamaan vektor pointing

111

  B EB
S  E , besarnya S adalah
0 0

Sulihkan E  E0 sin kx  t  dan B  B0 sinkx  t  , maka

E0 B0
S sin 2 kx  t 
0

 c 0 E0 sin 2 kx  t 
2
(W/m2)

Harga akar purata kuadrat dari S adalah

1
S rms  c 0 E0
2

0 2
 c 0 E rms
2
 E rms
0

1 1 B2
S rms merupakan jumlah dari c 0 E rms
2
dan c rms , atau menyatakan gabungan antara
2 2 0
energi medan listrik dan medan magnet.

Impedansi karakteristik dari gelombang elektromagnetik dalam vakum


didefinisikan sebagai

induktansi per satuan panjang 0


Z   377
kapasitansi per satuan panjang 0

Contoh 4.3

Sebuah sumber cahaya monokromatis terpancar dengan daya rata-rata 30 watt secara
isotropis. (a). Berapakan besar medan listrik rata-rata dari suatu tempat yang berjarak
5 meter dari sumber tersebut ?. (b). Berapa besar rata-rata medan megnetik pada jarak
yang sama dalam soal (a)?. (c). Tentukan gaya pancar yang dikeluarkan oleh kaca
seluas 10 x10 cm2 yang diletakkan berhadapan terhadap sumber cahaya ?

Penyelesaian

a. Besar vektor pointing adalah Srms = P/4π r2 = 30/4 π (5)2 = 0,0955 W/m2

112
Besar ini sebanding dengan E2/Z , dimana Z = (μ0/ε0)1/2 = 377 Ω, sehingga
besar E = (Srms Z)1/2 = (0.0955 x 377)1/2 = 6.0 V/m

b. Besar medan magnet rata-rata dapat dihitung dari Brms = Erms/c = 6.0:3x108 T

c. Tekanan pancaran yang dikeluarkan oleh pemantul adalah 2ε0E2rms , maka


besar gayanya adalah :

F = 2ε0E2rms A = 2 x 8.85 x -12 x 62 x 0.01 = 6.4 x 10-12 N.

Vektor Pointing dan Kekekalan Energi

Gelombang EM membawa energi, seperti gelombang lainnya. Kehidupan di bumi


tetap eksis hanya karena energi radiasi matahari dapat dikonversi atau diubah oleh
tumbuhan hijau, melalui photosintesis dengan mengkonversi energi cahaya menjadi energi
kimia. Energi medan elektromagnetik merupakan jumlah dari energi medan listrik dan
energi medan magnet. Untuk gelombang EM dalam vakum, rapat energi medan magnet
sudah kita peroleh, yaitu :
1
uB  B2
2 o
Dan rapat energi medan listrik sudah kita pelajari dari Fisika Dasar, yaitu :
1
uE  oE 2
2
Sehingga rapat energi medan elektromagnetik dapat kita tuliskan dengan
u  uB  uE
1 1
u B2   o E 2
2 o 2
Perubahan rapat energi terhadap waktu, atau laju perubahan rapat energi, adalah :
du 1 B E
 B  o E
dt  o t t
du 1 1
 B(xE )   E(xB )
dt  o o

Dengan mengingat vektor identitas .(ExB)=B.(xE)-E.(xB), maka persamaan di atas


dapat kita tuliskan menjadi :

113
du 1
   ( ExB )
dt  o
du
 S  0
dt
dengan :
1
S (ExB )
o
disebut vektor Poynting, yang mengungkapkan besarnya energi persatuan waktu per satuan
luas yang dibawa oleh medan elektromagnetik.
du
Persamaan    S  0 merupakan ungkapan kekekalan energi. Coba kita
dt
bandingkan dengan persamaan kontinuitas :

 J  0
dt
Tampak adanya kesetaraan antara kedua persamaan tersebut. Rapat muatan  digantikan
dengan rapat energi, rapat arus J digantikan dengan vektor Pointing S. Jelas bahwa vektor
Pointing mengungkapkan aliran energi, analog dengan rapat arus yang mengungkapkan
aliran muatan.

Intensitas

Rapat energi adalah berapa jumlah energi yang disimpan dalam medan listrik dan
medan magnet dari gelombang per satuan volum; atau energi yang dibawa gelombang
dengan kecepatan c dalam penjalaran gelombang itu. Andaikan cahaya jatuh pada
permukaan normal ( misal pada film fotografi) dan kita ingin mengetahui berapa jumlah
energi yang menumbuk permukaan. Ukuran yang paling efektif untuk mengetahui jumlah
energi yang menumbuk permukaan per satuan waktu per satuan luas atau daya rerata per
satuan luas adalah sebagai berikut; Jika cahaya menumbuk permukaan seluas A dalam arah
P
normal, nilai intensitas (I) adalah I  dengan P adalah daya rerata. Satuan intensitas
A
energi J W
dalam Sistem Internasional (SI) adalah =  2.
waktu  .luas sm 2
m

114
Gelombang EM bergerak sepanjang c t , sehingga seluruh energi dalam volume Ac t
menumbuk permukaan selama waktu t (Gambar 4.6). Energi dalam volume V adalah rerata
energi per unit volume ( u ) dikalikan volume. Oleh karena itu,
uV u A c t
I    u c ( gelombang menjalar)
A t A t

Gambar 4.6. Geometri untuk menentukan hubungan antara rapat energi dan
intensitas

Contoh 4.4

Medan EM dari lampu pijar


Pada jarak 4.00 m dari sebuah lampu pijar 100.0 W, berapa intensitas dan nilai rms
medan listrik dan medan magnet? Andaikan bahwa seluruh daya listrik digunakan
untuk radiasi EM dan radiasi bersifat isotropik.

Penyelesaian

Seluruh energi radiasi oleh lampu pijar melalui permukaan bola dengan jari-jari 4.0
m. Oleh karena itu, intensitas pada jarak itu adalah radiasi daya dibagi dengan luas
permukaan bola,
P P 100.0W
I     0.497 W / m 2
A 4r 2
4 16.0 m 2

Kemudian,
I
u    o E rms
2

115
I 0.497 W / m 2
E rms    13.7 V / m
o c 8.85 10 12 C 2 N 1 m 2  3.0 10 8 m / s

Demikian juga,

o I 4 10 7 T m / A  0.497 W / m 2
Brms   = 4.56  10-8 T
c 3.0  108 m / s

4.5. Persamaan Maxwell

Jika hukum Newton merupakan landasan hukum dalam mekanika klasik, maka
persamaan Maxwell merupakan perumusan hukum alam yang melandasi semua fenomena
elektromagnetik. Persamaan Maxwell dirumuskan dalam besaran medan listrik E dan
medan magnet B. Seluruh persamaan Maxwell terdiri atas empat persamaan medan, yang
masing-masing dapat dipandang sebagai hubungan antara medan dan distribusi sumber,
baik sumber muatan ataupun sumber arus dan untuk ruang vakum tanpa sumber muatan
(   0 ) . Persamaan Maxwell dapat diturunkan dari persamaan Hukum Faraday dalam
bentuk medan vektor, dirumuskan sebagai berikut:

1.   E =
o
2.   B = 0
B
3.   E   (4.25)
t
4.   B   o J
Perasamaan pertama merupakan ungkapan dari hukum Gauss, yang menyatakan
bahwa : Jumlah garis gaya medan litrik yang menembus suatu permukaan tertentu,
sebanding dengan jumlah muatan yang dilingkupi permukaan tersebut. Dalam hal ini gaya
yang bekerja pada muatan adalah F  q ( E  v  B ) .
Secara matematis hukum Gauss ini dituliskan dengan :
q
 E  nˆdA    o
(4.26)

1
 E  nˆdA    dq
o
(4.27)

116
1
 E  nˆdA    dV
o
(4.28)

Melalui teorema divergensi, ruas kiri persamaan (4.28) dapat kita tuliskan menjadi
1
:    E dV    dVo
(4.29)

Atau

 E  (4.30)
o
Untuk ruang vakum, karena tidak ada sumber maka  = 0, sehingga :
.E = 0 (4.31)

Persamaan Maxwell kedua merupakan hukum Gauss magnetik, yang menyatakan


fluks medan magnet yang menembus suatu permukaan tertutup sama dengan nol, tidak
adanya sumber medan berupa muatan magnetik. Atau dengan kata lain garis gaya medan
magnet selalu tertutup, serta tidak ada muatan magnet monopole. Melalui teorema Gauss,
persamaan Maxwell kedua ini dapat kita tuliskan dalam bentuk integrasi sebagai berikut :
 B   B.n̂dA  0

B  nˆdA  0 (4.32)

Dengan menggunakan teorema divergensi, maka persamaan di atas dapat kita tuliskan
menjadi :
B 0 (4.33)
Persamaan Maxwell ketiga, mengungkapkan pengaruh medan magnet yang
berubah dengan waktu yang tidak lain merupakan hukum Faraday-Lenz, yang dinyatakan
sebagai berikut :

 (4.34)
t

t 
 B.n̂dA (4.35)

Dari Fisika dasar kita sudah peroleh bahwa  = -E.dl, sehingga persamaan (4.35) tersebut
dapat kita tuliskan menjadi :

 E.dl  t  B.n̂dA (4.36)

117
Kemudian melalui teorema Stokes, ruas kanan dapat kita tuliskan menjadi :

 xE .n̂dA   t  B.n̂dA (4.37)

B
xE   (4.38)
t
Persamaan Maxwell keempat merupakan hukum Ampere. Seperti yang sudah kita
pelajari pada Fisika Dasar, huku Ampere ini dirumuskan :

 l  oi
B.d (4.39)

Melalui penerapan teorema Stokes pada ruas kiri, dan dengan mengingat hubungan
i   J.n̂dA , maka persamaan di atas dapat kita tuliskan menjadi bentuk :

 xB.n̂dA   o  J.n̂dA (4.40)

xB   o J (4.41)

E
sedangkan rapat arus J   o , sehingga persamaan (4.41) menjadi :
t
E
xB   o  o (4.42)
t
Dari persamaan Maxwell 3 kita dapat menarik kesimpulan bahwa medan listrik
timbul karena perubahan medan magnet, dan dari persamaan Maxwell 4 mengungkapkan
medan magnet timbul karena perubahan medan listrik. Interaksi antara kedua medan ini
akan menghasilkan gelombang elektromagnetik, baik di ruang vakum maupun dalam suatu
bahan.

4.5. Persamaan Gelombang Elektromagnet

Persamaan gelombang elektromagnet dapat diturunkan dari persamaan Maxwell.


Dari persamaan Maxwell 3 :
B
xE  
t
Kemudian ruas kiri dan ruas kanan kita differensialkan dengan operasi rotasi, akan
diperoleh :

x (xE )   (xB ) (4.43)
t

118
Dengan mengingat vektor identitas  x ( x E) = (.E)- 2 E, maka persamaan (4.43)
dapat kita tuliskan menjadi :

(.E )   2 E   (xB ) (4.44)
t
Kemudian persamaan Maxwell 1 dan persamaan Maxell 4, kita substitusikan ke dalam
persamaan (4.44), akan diperoleh :

2  2E
  E  oo (4.45.a)
t 2
atau

1  2E
2E  0 (4.45.b)
c 2 t 2
1
dengan c  , kecepatan gelombang elektromagnetik di ruang vakum.
oo

Melalui cara yang sama, untuk medan magnet B, dapat kita turunkan dari
persamaan Maxwell 4, dan akan diperoleh :

1  2B
2B  (4.46)
c 2 t
Persamaan (4.45) dan (4.46) ini adalah persamaan gelombang elektromagnetik dalam
bentuk differensial. Masing-masing mengandung tiga persamaan differensial yang
terpisahkan sebagai berikut :
Untuk medan listrik :
 2 1  2 
  E 0 (4.47.a)
 x 2 c 2 t 2  x
 
 2 1  2 
  E 0 (4.47.b)
 y 2 c 2 t 2  y
 
 2 1  2 
  E 0 (4.47.c)
 z 2 c 2 t 2  z
 
Untuk medan magnet :

119
 2 1  2 
  B 0 (4.48.a)
 x 2 c 2 t 2  x
 
 2 1  2 
  B 0 (4.48.b)
 y 2 c 2 t 2  y
 
 2 1  2 
  B 0 (4.48.c)
 z 2 c 2 t 2  z
 
Solusi yang paling sederhana dari persamaan (4.47.c) dan (4.48.c) tersebut adalah :
E(z,t) = Eo cos(kz - t) (4.49)
B(z,t) = Bo cos(kz - t) (4.50)
Bentuk solusi ini merupakan contoh eksplisit dari bentuk umum f(kz-t), yang dikenal
sebagai gelombang datar (plane wave), yang merambat dengan kecepatan v = /k, dengan
sifat-sifat sebagai berikut :
- Mempunyai arah jalar tertentu (dalam persamaan tadi, arah z).
- Tidak mempunyai komponen pada arah rambat.
- Tidak ada komponen E dan B yang bergantung pada koordinat transversal (pada
contoh ini koordinat transversalnya dalah x dan y).
Sehingga dengan mengacu pada sifat tersebut, solusi persamaan gelombang menjadi :
E  îE x (z, t )  ĵE y (z, t )  k̂E z (z, t ) (4.51)

B  îB x (z, t )  ĵB y (z, t )  k̂E z (z, t ) (4.52)

Sebutan datar berkaitan dengan bentuk muka gelombang ini dinyatakan dengan :

kˆ.z  konstan (4.53)


dan ditunjukkan seperti pada gambar 4.7. berikut

120
x

Gambar 4.7. Ilustrasi muka gelombang dari gelombang datar

Contoh 4.5

Diberikan persamaan intensitas medan listrik menjalar ke arah sumbu z, sebagai


E  Em sin ( t  kz ) a y dalam ruang bebas. Tentukan nilai-nilai D, B, dan H.

Penyelesaian
D =  o E   o Em sin ( t  kz ) a y

B
E   k Em cos ( t  kz ) a x
t
Kemudian diintegralkan menjadi,
k Em
B sin ( t  kz ) a x

Nilai kuat medan magnet ditentukan dengan,
k Em
H  sin ( t  kz) a x
 o
Dalam hal ini arah intensitas medan listrik saling tegak lurus dengan kuat medan
magnet.

Contoh 4.6

Antena dipol listrik pada pusatnya memiliki panjang 84 cm. Antena tersebut
digunakan untuk penerimaan penjalaran gelombang elektromagnetik dalam arah +Z.

121
Medan listrik Gelombang selalu dalam arah  y dan bervariasi secara simultan
terhadap waktu. Medan listrik yang terletak pada antena adalah
E y (t )  Em cos t ; E x  E z  0

dengan amplitudo maksimum medan listrik adalah Em = 3.2 V/m.


(a) Bagaimana seharusnya antena diarahkan agar penerimaan paling bagus?
(b) Berapa nilai emf medan listrik dalam antena dalam orientasi/keadaan normal?

Penyelesaian

(a) Kita inginkan medan listrik gelombang menekan elektron bebas sepanjang antena
dengan arah gaya searah panjang antena. Medan listrik selalu dalam arah  y ,
sehingga antena seharusnya diarahkan pada sumbu y.
(b) Kerja yang dilakukan medan listrik E , dimana menggerakkan muatan q
sepanjang antena adalah
W  Fy y  qEL

Nilai emf adalah kerja per satuan muatan:


W
E  EL
q
Nilai emf bervariasi terhadap waktu karena medan listrik berosilasi. Nilai emf
sebagai fungsi waktu adalah,
E (t )  EL  Em L cos t
Oleh karena itu, fungsi medan listrik berbentuk sinusoida dengan frekuensi sama.
Amplitudo emf adalah,
Eemf  Em L  3.2 V / m  0.84 m  2.7 V

4.6. Tansversalitas Gelombang Elektromagnetik

Sifat lain dari gelombang datar adalah transversalitasnya. Untuk memperlihatkan


hal ini, kita substitusikan persamaan (4.51) ke dalam persamaan I Maxwell, diperoleh :
E X (z, t ) E y (z, t ) E z (z, t )
  0 (4.54)
x y z
Suku pertama dan kedua ruas kiri dari persamaan (6.25) sama dengan nol, sehingga
E z (z, t )
0 (4.55)
z

122
Dari persamaan (4.55) ini, berarti bahwa Ez tidak bergantung pada Z
Kemudian dengan mensubstitusikan persamaan (4.52) dan (4.53) kedalam persamaan
Maxwell 4, kita akan peroleh :
By Bx E
   o o (4.56)
y y t
Ruas kiri sama dengan nol, sehingga :
E z (z, t )
0 (4.57)
at
Hal ini berarti bahwa Ez tidak bergantung pada t.
Dari persamaan (4.55) dan (4,57), dapat ditarik kesimpulan bahwa Ez(x,t) =
konstan = 0. Dengan kata lain arah getar dari gelombang medam listik adalah tegak lurus
pada arah rambatnya, karena medan listrik E hanya mempunyai komponen-komponen
pada arah yang tegak lurus pada arah rambut.
Cara yang sama dapat kita turunkan untuk gelombang medan magnetnya, dan akan
diperoleh kesimpulan bahwa arah getar gelombang medan magnetpun tegak lurus terhadap
arah rambatnya. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa gelombang elektromagnetik
merupakan gelombang transversal.
Gelombang EM yang menjalar pada sumbu Z, dapat kita tuliskan :
Untuk medan listrik :
Ex = E, Ey = Ez = 0
dengan :
E = Eo, cos(k.z-t) (4.58)
Dan untuk medan magnet :
Bx = B, By = Bz = 0
dengan :
B = Bo, cos(k.z-t) (4.59)
Persamaan (4.58) kita substitusikan ke dalam persamaan Maxwell 3, akan diperoleh,
  
 î
 x
 ĵ


z 
 
 k̂  x îE o cos(kz  t )  

t

ĵ.Bo cos(kz  t ) 
 y 
k x Eo = Bo

Eo  Bo
k

123
mengingat  = k c, maka

k̂xE  cB (4.60.a)
atau
Eo = c Bo (4.60.b)
Persamaan (4.60.a) dan (4.60.b) dapat pula kita peroleh dengan cara mensubtitusikan
persamaan (4.59) ke dalam persamaan Maxwell 4.
Dari pembahasan di atas, maka hubungan antara vektor progagasi k, medan listrik
E, dan medang magnet B, dapat ditunjukkan seperti pada gambar 4.7.

E B

k k

B
E

(a) (b)

Gambar 4.8. Hubungan antara arah rambat, E dan B.(a) arah rambat ke kanan, (b)
arah rambah ke kiri

Contoh 4.7

Komponen-komponen medan listrik pada sumbu x, y, dan z gelombang EM dalam


vakum adalah
V
E y ( x, y, z )   60.0  cos [( 4.0 m 1 ) x  t ] ; E x  E z  0
m
(a) Kearah mana gelombang menjalar ?, (b) Tentukan nilai  ! dan (c) Tuliskan
pernyataan untuk komponen medan magnet gelombang!

Penyelesaian

(a) Jika medan listrik bergantung pada arah sumbu x, tetapi tidak bergantung pada
arah sumbu y atau z, gelombang bergerak paralel dengan sumbu x. Titik puncak
gelombang terjadi pada, cos [(4.0 m 1 ) x  t ]  1

124
Kemudian, (4.0 m-1 ) x  t  2n dengan n adalah bilangan bulat. Dalam waktu
singkat kemudian , t akan lebih sedikit lebih besar, karena x harus sedikit lebih
kecil maka ( 4.0 m-1 ) x  t harus masih sama dengan 2n . Bila koordinat x
merupakan puncak yang diperoleh dalam waktu berjalan, gelombang bergerak
pada arah sumbu x.
(b) Pengalian tetapan x, dengan 4.0 m-1 , dikaitkan dengan panjang gelombang. Bila
gelombang berulang dalan jarak satu satuan dan fungsi kosinus berulang dengan
2  radian, k ( x   ) harus 2  radian lebih besar daripada kx ,
k ( x   ) = kx  2
atau
2
k

Oleh karena itu, kecepatan gelombang adalah c, maka periode penjalaran
gelombang sejauh satu panjang gelombang dalam waktu T,

T 
c
2 2c
   kc  4.0 m-1  3.00  108 m/s = 12  109 rad/s.
T 
(c) Bila gelombang menjalar dalam arah sumbu x, dan medan listrik dalam arah  y ,
medan magnet harus dalam arah  z untuk membentuk tiga arah saling tegak
lurus. Bila medan magnet sefase dengan medan listrik, dengan panjang
gelombang dan frekuensi yang sama, dapat ditulis dalam bentuk:
Bz ( x, y, z, t )   Bm cos [ ( 4.0 m 1 ) x  (1.2  109 s 1 ) t ] ; Bx  B y = 0.

Amplitudo gelombang proporsional dengan,


Em 60.0 V / m
Bm    2.00  10 7 T
c 3.00 10 8 m / s
 
Pada saat x = t = 0, arah medan listrik dalam arah sumbu y negatif. E  B harus
dalam arah sumbu x negatif ( arah penjalaran gelombang). Karena itu,

(- y)  (arah B ) = ( - x)

125
Dua arah yakni medan magnet dan penjalaran gelombang ditunjukkan dengan

aturan tangan kanan (gambar di bawah). Diperoleh bahwa B dalam arah + z pada
x = t = 0. Oleh karena itu,
Bz ( x, y, z, t )  (2.00  10 7 T ) cos [(4.0 m 1 ) x  (1.2 10 9 s 1 ) t ]
Bx  B y  0


Gambar 4.9. Penggunaan aturan tangan kanan untuk menentukan arah B .

Persamaan Gelombang Datar EM

Diasumsikan tidak ada muatan bebas dan arus dalam ruang, karena itu
 f  0 ; J f  0 (untuk induksi magnetik). Persamaan Maxwell dalam bentuk umum,
'

menjadi
 E = 0
  B =0
B
 E   (4.61)
t
E
  B  o  E  o  o
t

126
4.7. Gelombang Elektromagnetik Dalam Medium

Ketika kita mempelajari persamaan Maxwell, diasumsikan bahwa rapat muatan  =


0, dan rapat arus J = 0, hal ini berlaku untuk vakum dan medium dielektrik. Di dalam
medium konduktif rapat arus J tidak sama dengan nol, besarnya sebanding dengan medan
listrik E, yang secara matematis diungkapkan dengan hukum Ohm: J = E, dengan 
adalah konduktivitas medium.
Di dalam medium, dengan hanya memperhatikan muatan bebas dan arus bebas
saja, persamaan Maxwell menjadi :

1.  D   f

2.  B  0
B
3.  E   (4.62)
t
D
4.  H  J f 
t
Pergeseran listrik bergantung juga pada polarisasi permanen, sedangkan kuat medan
magnet juga dipengaruhi oleh magnetisasi permanen. Keterkaitan pasangan medan vektor
materi dalam bentuk hubungan kerapatan volum momen dipol adalah,
D o E  P

B
H  M (4.63)
o
Dengan mengkaitkan besaran polarisasi (P) permanen dan magnetisasi permanen (M),
persamaan Maxwell dapat dinyatakan dalam bentuk E dan B, yaitu
1
E (  f   P) (4.64.a)
o
B
E  (4.64.b)
t
B0 (4.64.c)

 E P 
  B  o  J f    M   o   (4.64.d)
 t t 

127
Bentuk dalam kurung pada persamaan (4.64.a) merupakan kerapatan muatan total
sebagai jumlah dari kerapatan muatan bebas dan kerapatan muatan terikat, yang telah
E
diperoleh terdahulu. Pada persamaan (4.64.d), bentuk  o disebut pergeseran arus
t
P
vakum, sedangkan bentuk menyatakan kerapatan arus polarisasi, berkaitan dengan
t
gerak dan muatan terikat.

4.8. Gelombang Elektromagnetik Pada Medium Konduktif

Di dalam medium konduktif yang bebas sumber, dengan mengingat hubungan B =


H dan D = E, persamaan Maxwell 4 berubah bentuk menjadi :
E
xB  J   (4.65)
t
Untuk mencari bentuk persamaan gelombangnya, dapat kita turunkan seperti yang sudah
dibicarakan pada bagian B.1, dan akan kita peroleh :

 2E J
 2 E    0 (4.66)
t t 2
Kemudian dengan mengingat hukum Ohm :
J = E (4.67)
Maka persamaan (4.66) dapat kita tuliskan menjadi :

 2E E
 2 E     0 (4.68)
t 2 t
Solusi dari persamaan ini adalah gelombang bidang dengan persamaan :
E(z,t) = E,cos (kz-t)
Atau dalam bentuk kompleks :

E(z, t )  E o e i(kz  t ) (4.69)


Subtitusi persamaan (4.69) ke dalam persamaan (4.68), akan menghasilkan persamaan :
K2 - 2 + i = 0
Atau :
K2 = 2 - i (4.70)

128
Dari persamaan (4.70) jelas bahwa bilangan gelombang K berupa bilangan komplek.
Bilangan gelombang K ini dapat kita tentukan dengan memisahkan K = a + I b. Kemudian
kita kalikan dengan konyugetnya, maka akan diperoleh :
 2
2  2     
a  1 1   (4.71)
2     
 

 2
2  2     
b  1 1   (4.72)
2     
 
Dan besarnya bilangan gelombang  adalah :

 2
 2     
 1 1   (4.73)
2     
 
Persamaan (4.73) ini menyatakan bahwa  merupakan fungsi dari . Karena 
berkaitan dengan cepat rambat, maka pada medium konduktif, cepat rambat gelombang
bergantung pada frekuensi. Medium yang demikian sudah kita kenal dan disebut dengan
medium dispersif, seperti sudah dijelaskan pada Bab 2.
Untuk medium yang berkonduktifitas tinggi, maka  besar. Jika  jauh lebih besar
dari  maka dari permasamaan (4.71) dan persamaan (4.72) diperoleh :


a  b 
2
1
a  b  (4.74)

dengan

2
 (4.75)


Besaran  ini disebut dengan tebal kulit (skin depth).


Untuk medium yang konduktivitasnya rendah (konduktor buruk),  jauh lebih
kecil dari . Pada medium ini, skin depth menjadi :

2 
 (4.76)
 
yang tidak lagi bergantung pada frekuensi.

129
Bilangan gelombang  untuk medium dengan konduktifitas tinggi, pada frekuensi
rendah, adalah :
1 i
 (4.77)

Dari pembahasan ini, maka solusi persamaan gelombang pada medium konduktif dapat
kita tuliskan menjadi :

E(z, t )  E o e i(a  ib)z  t ) (4.78.a)

E(z, t )  E o e bz e i(az  t ) (4.78.b)


atau
z z
i (  t )
E(z, t )  E o 
e e  (4.78.c)

Dari persamaan (4.78.c) ini, dapat kita tafsirkan bahwa setelah menempuh jarak sebesar ,
1
maka amplitudo gelombang akan berkurang menjadi dari amplitudo semula.
e
Kita lihat kembali persamaan (4.71) :
 2
2  2     
a  1 1  
2     
 

 2
2 k2     
a  1 1  
2     
 
1/ 2
 2
2 k2     
a  1 1   (4.79)
2    
 
Coba kita perhatikan persamaan (4.79) ini, jelas bahwa nilai a > k, hal ini berarti
bahwa kecepataan fase gelombang pada medium konduktif lebih kecil dari pada kecepatan
fase gelombang pada medium non konduktif. Kemudian dengan mengingat hubungan :

B E (4.80)

maka dengan mensubstitusikan persamaan (4.80) ke dalam persamaan (4.78) kita peroleh
persamaan gelombang medan magnetnya sebagai berikut :

130
a  ib
B(z, t )  E o e  bz cos(az  t ) (4.81)

Dengan memperhatikan persamaan (4.71) di atas, tampak bahwa medan listrik E dan
medan magnet B tidak lagi mempunyai fase yang sama seperti pada medium non
konduktif.
Kitapun dapat menentukan besarnya vektor Pointing untuk medium konduktif ini
sebagai berikut :
 2
S E

2z
a  ib 2 
S E o e cos 2 (az  t ) (4.82)

Persamaan (4.82) ini mengungkapkan bahwa faktor redaman dalam perambatan energi
2z
adalah e 

4.9. Elektron Bebas dalam Konduktor dan Plasma

Elektron bebas di dalam konduktor tidak terikat pada atom atau molekul, sehingga
model pembahasan seperti di depan dapat kita gunakan.
Dari persamaan Maxwell 3 :
B
xE  
t

 2E J
  2 E   o  o  o
t 2 t

 2E J
2E  oo  o 0 (4.83)
t 2 t
Gerakan elektron dapat kita ungkapkan dengan persamaan :
dv
m  qeE (4.84)
dt
dengan v menyatakan kecepatan elektron.
Kemudian ruas kiri dan ruas kanan dari persamaan (4.84) ini kita kalikan dengan Nqe,
dengan N : rapat jumlah elektron, diperoleh :

131
( vq e N)
m  N (q e ) 2 E (4.85)
t
sedangkan J = vqeN, maka persamaan (4.85) menjadi.
J
m  N (q e ) 2 E (4.86)
t
Persamaan (4.86) kita substitusikan ke dalam persamaan (4.83), sehingga kita peroleh :

2 N (q e ) 2
 2E
 E  oo  o E0 (4.87)
t 2 m

Misalkan solusi persamaan gelombang E(z,t) = Eo cos (kz-t), dan bila kita substitusikan
ke dalam persamaan (4.87), akan diperoleh :

N (q e ) 2
 k 2   o  o 2   o 0 (4.88.a)
m

2 N (q e ) 2
2
k  oo  o (4.88.a)
m

k2 N (q e ) 2
 (4.88.c)
 o  o 2 m o 2

1 ke 1
karena c 2  dan 
oo 2 v 2
maka persamaan (4.88.c) dapat kita tuliskan menjadi :

c2 N (q e ) 2
 1 (4.89)
v2 m o 2
Berdasarkan definisi indeks bias n = c/v, maka dari persamaan (4.89) tersebut dapat
ditentukan indeks bias plasma.

2
N  1 P (4.90)
2
dengan :

N (q e ) 2
2p  (4.91)
m o

Besaran p ini disebut dengan frekuensi plasma.

132
Coba kita perhatikan kembali persamaan (4.90) dan persamaan (4.91) di atas. Bila
 < p, maka nilai indeks bias n berupa bilangan imajiner, ini berarti bahwa gelombang di
dalam plasma tersebut akan diredam. Dan bila   p, maka nilai indeks bias n berupa
bilangan nyata (real), sehingga gelombang akan diteruskan. Persamaan di atas dapat ditulis
dalam bentuk lain,

c 1 
Electromagnetic waves: (k)  k  n
n  o


 1  p2K()
o
1 1
Impedance: Z  
v  nc o

SOAL-SOAL

4.1. An LC transmission line has the following parameters :


L C
 1.0 x 10 4 H / m,  20 x10 12 F / m .
x x
Find the velocity of electromagnetic waves on the transmission line. What is the
impedance?

4.2. Dalam suatu kabel koaksial kecepatan gelombang elektromagnetik adalah setengah
kali kecepatan cahaya dalam ruang vakum, bahan dielektrik apakah yang digunakan
dalam kabel koaksial tersebut? (Diketahui μ = μ0).

4.3. Sebuah pulsa laser raksasa mempunyai kerapatan daya 1020 W/m2. Hitung nilai medan
magnet rata-rata dari pulsa laser tersebut!

4.4. Sebuah stasiun radio memancarkan gelombang radio dengan daya 50 kW secara sferis.
Tentukan besar medan listrik daerah yang berjarak 1 mil dari stasiun tersebut.

4.5. Tunjukkan bahwa rapat energi gelombang elektromagnetik datar dalam plasma dengan
ampiltudo medan listrik E0 diberikan oleh :

1  E 2 1   P     P  1
2 2 2
   0 E02 rms
4 0 0  2 2
  2

133
Persamaan tersebut mengindikasikan partisi energi yang terdiri dari energi medan
listrik, energi kinetik elektron, dan energi medan magnet.

4.7. Tunjukkan bahwa radiasi daya sesaat yang dipancarkan oleh sebuah muatan q dengan
1 2q 2 a 2
percepatan a adalah P  W!
4 0 3c 3

4.8. Sebuah lilitan selenoid diberi muatan medan magnet. Diskusikan mekanisme aliran
energi dalam bentuk vektor pointing.
 2 E  0 E
4.9. Dengan menggunakan persamaan difusi untuk medium resistif  ,
x 2  t
estimasikan waktu yang dibutuhkan oleh medan listrik dc untuk menembus permukaan
copper setebal 2 cm. Hambatan copper adalah 1,7 x 10 -8 Ω m.

DAFTAR PUSTAKA

Alonso and Finn, 1980. Fundamental University Physics, Vol. 2, 2nd edition.
Singapore: Addison Wesley Publishing Company, Inc.

Crawford, Jr. 1968 Waves. New York: Mcgraw-hill book company.

Hirose, A. And K.E Longren. 1985. Introduction to Waves Phenomena.New York: John
Wiley and Sons.

M.O. Tjia, 1994. Gelombang. Dabara Publisher.

Pain, H.J. 1989. The Physics of Vibrations and Waves. Singapore: John Wiley and
Sons.

Tipler, Paul A. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik, jilid 2, edisi ketiga, Terjemahan
Bambang Soegijono. Jakarta : Erlangga

Wangsnes, R.K. 1986. Electromagnetic Fields, 2nd-Edition. Canada: John Wiley and Sons.
Inc.

134
5
OPTIKA FISIS
Optika adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang sifat-sifat cahaya dan
hubungan sifat-sifat cahaya tersebut dengan bahan atau material di sekitarnya. Secara
umum pembahasan optika dibagi dalam dua bagian, yaitu optika geometri dan optika fisis.
Optika geometri mempelajari sifat-sifat geometri cahaya, yaitu tentang pemantulan dan
pembiasan, sedang pada optika fisis memandang bahwa cahaya mempunyai sifat-sifat
gelombang, yakni gelombang elektromagnetik
Gejala optik yang dapat dijelaskan melalui optika fisis antara lain : interferensi,
difraksi, polarisasi cahaya, dispersi, absorbsi, hamburan, serta efek elektromagnetik
cahaya. Dalam Bab ini akan dibahas dua sifat atau gejala optika fisis, yaitu interferensi dan
difraksi. Interferensi terjadi bila gelombang-gelombang yang saling bersuperposisi adalah
gelombang-gelombang koheren (mempunyai amplitudo dan frekuensi yang sama, serta
mempunyai beda fase tetap). Difraksi terjadi bila gelombang menjalar melalui celah sempit
atau tepi tajam suatu benda. Yang dimaksud dengan celah sempit adalah apabila ukuran
celah berorde panjang gelombang yang melewati celah tersebut. Sifat interferensi dan
difraksi ini dipilih karena dianggap sebagai ciri khas gelombang yang tidak dimiliki oleh
partikel.

5.1. Interferensi Cahaya

Gambar 5.1. menunjukkan peristiwa interferensi gelombang yang terjadi pada


permukaan air dan gelombang cahaya.

135
Gambar 5.1. Fenomena interferensi gelombang

5.1.1 Interferensi Dua Gelombang Harmonis

Gambar 5.2 menunjukkan dua sumber cahaya memancarkan gelombang


(elektromagnetik) ke suatu titik P yang berjarak X1 dari S1 dan X2 dari S2. Jika P cukup
jauh dari S1 dan S2 , maka gelombang yang berasal dari kedua titik tersebut dapat
diungkapkan sebagai gelombang datar satu dimensi dengan arah dan amplitudo tetap.
Setelah sampai di titik P, persamaan gelombang tersebut dapat dituliskan sebagai berikut.

136
X1 P
S1
θ
d
X2
S2
d sin θ

Gambar 5.2. Skema interferensi dua gelombang harmonis

E1  E10 sink1 x1  1t  (5.1)


E2  E20 sin k 2 x2  2 t  (5.2)
Hasil interferensi kedua gelombang tersebut di titik P adalah
E R  E1  E2 (5.3)
Sedangkan nilai intensitasnya adalah
I R  E12  E22  2E1  E2 (5.4)

Atau I R  I1  I 2  2 I1 I 2 cosk 2 x2  k1 x1   2  1 t (5.5)


Jadi besarnya intensitas gelombang interferensi tergantng pada tergantung pada intensitas
masing-masing gelombang, serta bergantung pada beda fasa antara kedua gelombang
tersebut. Besarnya intensitas maksimum adalah
I R  I1  I 2  2 I1 I 2 (5.6)
Dan besarnya intensitas minimum adalah
I R  I1  I 2  2 I1 I 2 (5.7)

Bila sumber cahaya yang dipakai adalah sumber cahaya biasa, yang terdiri atas
sejumlah atom yang terteksitasi dan mampu memancarkan deretan gelombang 108 per
sekon, maka hasil interferensi gelombang akan sulit diamati. Hal ini terjadi karena sumber-
sumber gelombang yang berinterferensi tersebut hanya mampu mempertahankan hubungan
phasenya dalam waktu yang sangat singkat yaitu 10 -8 sekon.

137
5.1.2. Koherensi (Kesedarapan)

Intensitas hasil interfereni dua gelombang seperti dinyatakan pada persamaan (5.5)
I R  I1  I 2  2 I1 I 2 cosk 2 x2  k1 x1   2  1 t , mempunyai arti sebagai
berikut : I1 dan I2 adalah intensitas masing-masing gelombang yang dipancarkan oleh
sumber S1 dan S2 secara sendiri-sendiri di P, sedangkan suku ketiga adalah suku
interferensi yang mengandung hasil kali intensitas yang berasal dari kedua sumber.
Jika frekuensi kedua gelombang berbeda atau 1   2 , maka suku interferensi
mempunyai sifat selaras dengan frekuensi 2  1 . Hal ini menyebabkan pola
interferensi selalu bergerak dengan frekuensi 2  1  . Dengan demikian, supaya pola
interferensi dapat diamati, maka frekuensi kedua gelombang harus sama, demikian juga
panjang gelombang harus sama.
Jika kedua sumber gelombang berfrekuensi sama, tetapi fasanya selalu berubah
secara acak terhadap waktu, maka suku interferensi juga akan selalu berubah. Hal ini juga
tidak memberikan kesan gejala interferensi. Sifat acak fase gelombang kedua terhadap
gelombang pertama selalu terjadi, jika kedua sumber tersebut berbeda. Hal ini disebabkan
karena :

a. Gelombang cahaya yang dipancarkan oleh atom-atom yang tereksitasi dalam


sumbernya tidak dipancarkan sebagai gelombang monokhromatis (ekawarna) yang
terus menerus, tetapi sebagai deretan-deretan gelombang dengan jangka waktu dan
panjang gelombang terhingga.
b. Jangka waktu antara suatu deretan gelombang yang dipancarkan oleh atom tertentu
dengan deretan sebelumnya atau sesudahnya, yang dipancarkan oleh atom yang
sama bersifat acak, sehingga tidak ada kaitan fasa yang ajeg antar kedua deretan
gelombang tersebut.
c. Dua deretan gelombang yang dipancarkan oleh dua atom tereksitasi yang berbeda,
memberikan saat beda pancaran yang acak, sehingga beda fasanya juga acak.
d. Dua sumber yang berbeda tersusun dari atom-atom yang berdeda, sehingga beda
fasa sumber yang berbeda selalu acak.

Untuk mendapatkan beda fasa yang tetap, kedua sumber harus berasal dari sumber
yang sama, sehingga dari dua sumber tersebut selalu terdapat pasangan deretan gelombang
yang sebenarnya berasal dari satu deretan gelombang yang dipancarkan dari sumber asli.

138
Jadi supaya pola interferensi dapat diamati, perbedaan fase antara kedua gelombang harus
tetap selama pengamatan. Dengan kata lain, kedua gelombang harus bersifat koheren
(sederap), baik koherensi temporal (kesederapan kewaktuan) maupun koherensi spatial
(koherensi ruang)

Koherensi Temporal

Koherensi temporal adalah korelasi antara medan di suatu titik dengan medan di
titik yang sama pada saat berikutnya. Hubungan antara

E x, y, z, t1  dengan E x, y, z, t 2 

Jika beda fasa antara dua medan tetap, maka dikatakan gelombang memiliki koherensi
kewaktuan. Jika beda fasa berubah beberapa kali secara tak teratur selama periode
pengamatan yang singkat, maka dikatakan gelombang tersebut tidak mempunyai koherensi
kewaktuan. Koherensi kewaktuan berhubungan dengan waktu koherensi (  ) dan panjang
koherensi (d). Cara menentukan panjang koherensi dengan percobaan Interferometer
Michelson.

Koherensi Spatial

Dua medan pada dua titik yang berbeda yang terletak pada satu muka gelombang
dikatakan mempunyai koherensi ruang, jika mereka mempertahankan beda fase tetap
selama waktu t.

Koherensi ruang berhubungan dengan ukuran sumber. Hal ini memungkinkan


ukuran sumber maksimum yang masih menghasilkan pola interferensi pada bidang
pengamatan. Jika ukuran sumber lebih besar dari harga tertentu, tidak ada lagi pola
interferensi yang diamati, berarti sumber tidak lagi mempunyai sifat koherensi ruang.
Hubungan antara koherensi ruang dengan ukuran sumber diselidiki dengan percobaan
Young

. Untuk memperoleh cahaya yang bersifat koheren dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu dengan pembelahan muka gelombang (frontwave splitting) dan pembelahan
amplitudo (amplitude splitting). Pada pembelahan muka gelombang, dua gelombang yang

139
koheren diperoleh dari sumber yang sama dengan intensitas yang sama pula. Pada
pembelahan amplitudo dua gelombang koheren diperoleh dengan membagi intensitas
semula, yaitu dengan lapisan pemantul sebagian (half silvered mirror).

Sumber cahaya
monokromatik

Gambar 5.3. Skema percobaan Young untuk mendapat sumber cahaya koheren

5.1.3. Percobaan Young

Pada percobaan Young, dua gelombang cahaya yang koheren diperoleh dengan
membagi muka gelombang. Hal ini dilakukan dengan mengingat Prinsip Huygens yang
menyatakan : Titik-titik yang terletak pada muka gelombang (front gelombang) merupakan
sumber titik baru, yang akan merambatkan gelombang ke segala arah dengan muka
gelombang sekunder yang berbentuk lingkaran. Muka gelombang baru adalah garis
singgung muka-muka gelombang sekunder tersebut.

X1 P Imaks

S1 θ Y I min
d
X2
S2 ΔY
Sumber d sin θ
Cahaya D
Monokromatik Layar

Gambar 5.4. Eksperimen Young

140
Pada Gambar 5.4. S1 dan S2 terletak pada muka gelombang yang sama, sehingga
mempunyai fasa sama. Jika jarak antara sumber dengan layar jauh lebih besar dari pada
jarak antar celah (D>>d), sehingga S1P dapat dianggap sejajar dengan S2P. Dengan
demikian selisih lintasan antara kedua gelombang (selisih lintasan optik) adalah
  S 2 P  S1 P  d sin 
Dengan d adalah jarak antar celah. Setelah sampai di titik P, gelombang dari S1 mempunyai
persamaan
E1  E0 sinkx1  t 
Gelombang dari S2 mempunyai persamaan
E2  E0 sinkx2  t 

 E0 sink x1     t

 E0 sinkx1  t  k 

Jika k  kd sin    , maka

E2  E0 sinkx1  t   
Sehingga persamaan gelombang resultan di titik P adalah
E  E1  E2

  
E  2 E0 sin kx1  t   cos
 2 2

  
Atau E  E m sin kx1  t   dengan E m  2 E0 cos
 2 2
Karena intensitas sebanding dengan kuadrat amplitudo, maka pada eksperimen Young,
intensitas cahaya pada layar dapat dinyatakan dengan persamaan
I (θ) = Io cos 2 ( Φ/2) (5.13)
2
dengan   d sin   dan I0 adalah intensitas di titik pusat (terang pusat).

Berdasarkan persamaan (5.13), intensitas cahaya mempunyai harga maksimum (pola
terang), jika
 
cos d sin    1
 
d
sin   n , dengan n =0, 1, 2, 3,

141
Atau

d sin   n (5.14)
Dengan n = 0, 1, 2, 3,…………………..
Intensitas cahaya mempunyai harga minimum (pola gelap), jika
 
cos d sin    0
 

Sehingga d sin   2n  1

Atau d sin   2n  1  , dengan n = 1, 2, 3, ………


1
(5.15)
2
Sedangkan intensitas di titik P pada layar, dengan jarak Y dari terang pusat, dan layar
dipasang pada jarak D (  d) diperoleh
 2 
I Y   I 0 cos 2  d sin  
 2 
Y
Untuk sudut  kecil, maka sin   tan  
D
 d Y 
I Y   I 0 cos 2   (5.16)
  D
Dengan demikian pola maksimum terletak pada :
Y = 0, ± λD/d, ± 2 λD/d,.............................. ….........  nD / d
dan pola minimum terletak pada

Y = ± ½ λD/d, ± 3/2 λD/d, ...................…..  1 2n  1 D


2 d

Contoh 5.1

Pada percobaan Young, jarak antar celah adalah 0,1 mm dan jarak celah ke layar
adalah 50 cm. Jika jarak antara dua maksimum terdekat adalah 2,5 mm, berapakah
panjang gelombang cahaya yang digunakan dalam percobaan tersebut ?

Penyelesaian

Diketahui :
ΔY = 2,5 mm
D = 50 cm = 5000 mm

142
d = 0,1 mm
Ditanyakan :
λ = …………?
Jawab :
Pada pola maksimum ke n :
Yn  nD / d
Pada pola maksimum di sampingnya n’=n+1 :
Yn1  n  1D / d
Jarak antara dua maksimum :
Y  Yn1  Yn  D / d

  d  Y D

  0,1  2,5 5000 mm

= 0,00005 mm
= 5000 Å

Panjang gelombang cahaya yang digunakan dalam percobaan adalah 5000 Å

5.1.4. Interferensi Celah Banyak (Kisi)

Suatu alat yang disebut kisi dibuat dari lempeng transparan yang pada
permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah yang sangat banyak. Garis-
garis antara dua goresan dapat dipandang sebagai suatu celah, sedangkan goresannya
menjadi penutup. Lebar celah atau yang sering disebut juga sebagai konstanta celah adalah
:lebar (satu celah + satu penutup). Jika jumlah celah sangat banyak, dengan asumsi masing-
masing celah mempunyai lebar yang sama, maka dapat dianggap celah-celah tersebut
merupakan titik-titik sumber cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya monokromatik.
Kisi difraksi dapat digunakan untuk menguraikan warna sehingga dapat dipergunakan
dalam spektroskopi. Dengan spektroskopi cahaya yang diserap pada bahan, kita dapat
mempelajari struktur molekul yang ada dalam suatu bahan. Untuk memahami interferensi
dengan celah banyak, kita mulai dengan membahas interferensi tiga buah celah.

143
Untuk membahas pola interferensi pada layar kita pergunakan cara sebagai berikut.
Pada Gambar 5.5 kita mempunyai tiga buah gelombang yang sampai di titik P.

y A  A cos krAP  t 
y B  A cos krBP  t  (5.17)
y C  A cos krCP  t 

Gambar 5.5. Celah dianggap sangat sempit sehingga gelombang yang keluar dari
celah adalah gelombang lingkaran

Pada titik P ketiga gelombang berpadu, sehingga gelombang resultan mempunyai


persamaan

y  y A  y B  yC (5.18)

Jika titik P terletak cukup jauh dari celah (L >> d), maka sinar-sinar AP, BP dan CP dapat
dianggap sejajar, sehingga

rBP  rCP  r
rAP  rCP  2r

144
Dengan r  d sin  , maka sudut fasa gelombang yA adalah

 A  krAP  t  C  2kr  C  2 , dengan   kr (5.19)

Sudut fasa gelombang yB adalah

 B  krBP  t  C  kr  C   (5.20)

Sedangkan sudut fasa yC adalah C  krCP  t (5.21)

Persamaan gelombang superposisi y dapat dituliskan sebagai

y  A cosC  2   A cosC     A cos C (5.22)

y  AR  cosC  0  (5.23)

Dengan AR   adalah amplitudo gelombang resultan yang harganya bergantung pada beda
fasa   , dan  0 adalah suatu tetapan. Gambar 5.6 menunjukkan bagaimana kita dapat

menentukan AR   secara grafik. Karena panjang AR   tidak bergantung pada sudut fasa
 C , maka kita ambil  C = 0

Gambar 5.6. amplitudo gelombang AR   dan sudut fasa  0 dapat diperoleh dari
   
jumlah vektor y  y A  y B  yC

145
Bila   0 maka AR 0  3 A , bila   30 0 , maka A(300) dapat diperoleh dari lukisan

dengan   30 0 , dan seterusnya. Intensitas cahaya sebanding dengan kuadrat gangguan


medium gelombang. Hal ini berarti bahwa intensitas cahaya I akan sebanding dengan
AR   2. Jadi untuk mendapatkan pola interferensi gelombang oleh tiga buah celah, kita
dapat melukiskannya seperti Gambar 5.6 untuk berbagai harga  , dan mengambil kuadrat
dari AR   yang diperoleh .

Intensitas maksimum selalu terjadi pada beda sudut fasa


  n2  (5.24)
Untuk jarak antara celah ke layar yang jauh lebih besar dari pada jarak antar dua celah,
maka beda sudut fasa antara dua celah yang berdekatan dapat dituliskan sebagai
2
  kd sin   d sin  (5.25)

Sehingga dapat diambil kesimpulan, bahwa tempat-tempat intensitas maksimum pada layar
terletak pada arah-arah  yang diberikan oleh
2
 d sin   n2 

Atau d sin   n (5.26)
Dengan n bilangan bulat atau disebut orde maksimum . Jadi maksimum orde nol (n = 0)
terjadi pada sin   0 , yaitu di tengah-tengah layar. Maksimum orde pertama terletak pada

  arcsin dan seterusnya
d

Contoh 5.2

Pada suatu lempeng terdapat 5000 goresan per cm, jika seberkas cahaya
polykhromatis dilewatkan pada celah tersebut, berapakah rentang sudut munculnya
hasil interferensi cahaya tampak ?

Penyelesaian

Dengan menganggap suatu lempeng dengan 5000 goresan per cm, maka jarak antar
tiap goresan adalah d = 1/5000 = 2 x 10 -4 cm.
Untuk sinar merah dengan λ = 7000 Å puncak tajam muncul pada
sin θ merah = 0, ± λ/d, ± 2 λ/d, .......= 0, ± 0,35, ± 0,70,....

146
atau θmerah = 0; ± 20,5 o; ± 44,4 o.
Untuk sinar ungu dengan λ = 4000 Å , sudutnya adalah
θ ungu = 0, ± 11,5 o; ± 23,6 o; ± 36,9 o; ± 53,1 o.
Semua warna pada θ = 0 o tidak memberi informasi apapun. Yang dapat dianalisis
adalah pada puncak berikutnya (orde 1). Untuk λ antara 4000 Å sampai dengan
o
7000 Å, sudutnya antara 11,5 sampai dengan 20,5 o. Untuk orde ke-2 rentang
sudutnya antara 23,6 o sampai dengan 44,4 o.

Contoh 5.3

Sebuah kisi mempunyai 104 goresan tiap inci dengan jarak antar goresan sama.
Kisi disinari dengan cahaya natrium yang terdiri atas dua jenis panjang gelombang,
yaitu 5890 Å dan 5895,9 Å.
a. Pada sudut berapakah maksimum orde pertama akan terjadi pada panjang
gelombang pertama ?
b. Berapakah pemisahan sudut antara naksimum orde pertama untuk garis-garis
ini?

Penyelesaian

2,54 cm
d  25400 Å
10 4
n
d sin   n atau   sin 1
d

 sin 1 0,231889763  13,408355610 o


1 x 5890
1  sin 1
25400
 5895,9
 sin 1 0,232122047  13,4220378 0
1
1'  sin 1
25400

Pemisahan sudut :   1'  1  0,0137 0

Distribusi Intensitas Pada Layar

Intensitas cahaya yang dihasilkan oleh selah banyak pada layar, dapat dijelaskan
sebagai berikut: Misal terdapat 6 buah celah, dengan lebar celah d dan jarak antar celah
dianggap jauh lebih kecil dari pada jarak layar sampai celah. Dengan demikian selisih

147
lintasan optik dari sumber yang satu dengan sumber di dekatnya sampai layar adalah
r  d sin  , dan beda fasa gelombangnya adalah

2
 d sin 

Medan listrik total pada layar dinyatakan dengan

E  E0 sinkx  t   sinkx  t     sinkx  t  2   sinkx  t  3 

 sinkx  t  4   sinkx  t  5  (5.27)

Gambaran dari medan E total dapat dilihat pada Gambar 5.7.

Gambar 5.7. Penjumlahan medan listrik dengan beda fasa antara dua medan yang
berdekatan adalah 

Dari Gambar 5.7. tampak bahwa terbentuk juring lingkaran dengan jari-jari R, dan sudut
pusat sebesar   6

E0 2 
 sin
R 2

sehingga

E0 2
R
sin  2

148
Etotal  2R sin  2

Dengan mengeliminasi R dan  , akan kita peroleh

E0 sin  2
Etotal  2
2 sin  2
sin 6  2
Etotal  E0
sin  2

Jika terdapat N celah, maka dapat ditulis

sin N  2
Etotal  E0 (5.28)
sin  2

Sudah kita ketahui bahwa intensitas sebanding dengan kuadrat dari amplitudo medan
listrik, sehingga intensitas pada layar dapat dinyatakan dengan

sin 2 N  2
I  I0 (5.29)
sin 2  2

Dari persamaan (5.29), intensitas menjadi maksimum jika

sin 2  0

dan intensitas total mempunyai harga maksimum

I maks  I 0 N 2 (5.30)

Dengan I0 adalah intensitas tunggal tiap sumber, dan pada saat itu

 2  0;   ;  2 ; ................................................................ m


Atau d sin   0;   ;  2 ; ........................................................ m

Sehingga sarat terjadiya pola maksimum, jika

d sin   n

*********

Catatan

Secara matematik, persamaan (5.30) dapat dibuktikan sebagai berikut

149
f x  
sin Nx
Jika (N adalah bilangan bulat)
sin x

sin x  0 jika x  m dengan m = bilangan bulat

sin Nx  sin Nm  0 , maka

f x  
0
 tak terdefinisi
0

Jika x  m   dengan  adalah suatu harga yang kecil. Karena

sinm     sin m cos   cos m sin    sin 

dan sin N m      sin N

maka kita peroleh

sin N N
lim f x   lim  N
x m  0 sin  
*****************************

Jadi di tempat interferensi bersifat konstruktif (saling menguatkan) dan


menghasilkan intensitas maksimum, nilai intensitasnya adalah
Imaks = N2  intensitas tunggal tiap sumber
Sebagai contoh, untuk N = 2
sin  E 2 sin  2 cos  2
E N 2   E0  0
sin  2 sin  2
E N 2   2 E0 cos  2

Sehingga intensitasnya
I  4I 0 cos 2  2

Karena  2  0;   ;  2 ; ................................................ m
Maka I  4I 0
Pola interferensi dengan cacah sumber yang lebih dari 2, mempunyai 2 macam
puncak interferensi. Puncak-puncak utama terjadi apabila sin  2 dan sin N  2 secara
d sin 
serempak menjadi nol. (dengan  2  )

150
Hal ini terjadi jika
d sin  m
 m , atau sin  m  (m = orde)
 d
Sedangkan arah  ' dengan intensitas minimum diperoleh jika sin N  2 = 0 tetapi
 2  m

Contoh

Untuk N = 2
sin  2 
Akan diperoleh pola terang (maksimum) jika :   0   2  m
sin N  2

sin  2  0   1
Akan diperoleh pola gelap (minimum) jika:    2   m  
sin N  2  0  2
1 3 5
 2   ;  ;  ;...............
2 2 2
Jadi ada satu gelap di antara dua terang utama

Untuk N = 3
sin  2 
Akan diperoleh pola terang (maksimum) jika:   0   2  m
sin N  2

sin  2  0   2
Akan diperoleh pola gelap (minimum) jika:   2  ;
sin N  2  0 3 3
Jadi ada dua gelap di antara dua terang utama

Untuk N = 4
sin  2 
Akan diperoleh pola terang (maksimum) jika :   0   2  m
sin N  2

sin  2  0  1 2 3
Akan diperoleh pola gelap (minimum) jika :    2  ; ; 
sin N  2  0 4 4 4
Jadi ada tiga gelap di antara dua terang utama

Untuk N = 5

151
sin  2 
Akan diperoleh pola terang (maksimum) jika :   0   2  m
sin N  2

sin  2  0  1 2 3 4
Akan diperoleh pola gelap (minimum) jika :    2  ; ; ; 
sin N  2  0 5 5 5 5

Jadi ada empat gelap diantara dua terang utama


Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas ialah makin besar jumlah
celah, makin tajam maksimal distribusi intensitas pada layar. Suatu sistem dengan jumlah
celah yang banyak sekali, misal sampai 10.000 celah/cm, maksimum pada distribusi
intensitas kisi semacam ini sudah barang tentu menjadi sangat tajam. Dari Gambar 5.7
dapat disimpulkan bahwa untuk N = 100, akan tampak garis-garis tajam yang terletak pada
(d sin θ) / λ = 0, ±1, ±2, dst.
Kesimpulan yang lain ialah bahwa terdapat (N-1) pola minimum di antara
maksimum-maksimum utama, seperti dilukiskan pada Gambar 5.8.

152
1,0 N=2

0,5

0  2  2

1,0 N=5

0,5

1,0 N = 10

0,5

1,0 N = 100

0,5

Gambar 5.8. Grafik interferensi N celah

5.1.5. Interferensi Pada Film Tipis (thin film)

153
Kadang kita melihat lapisan oli di permukaan air atau di atas tanah basah, atau
permukaan gelembung sabun yang tertimpa sinar matahari yang tampak berwarna-warni.
Pada kamera yang baik mempunyai lensa yang dilapisi bahan tertentu (misal Mg O2) untuk
mengurangi pemantulan cahaya pada lensa. Lapisan oli, lapisan gelembung sabun, dan
lapisan Mg O2 merupakan contoh-contoh dari fenomena interferensi pada lapisan tipis.
Secara diagram, proses terjadinya interferensi pada film tipis adalah sebagai
berikut:

Udara
I H

A C
r d nmedium

B
Udara

Gambar 5.9. Skema interferensi pada film tipis

Seberkas cahaya datang pada selaput tipis, maka akan terjadi interferensi antara
sinar yang dipantulkan (di titik A) dengan sinar yang dibiaskan terlebih dahulu yang
kemudian dipantulkan di titik B. Jika selisih lintasan optis (panjang lintasan  konstanta
indeks bias medium) antara 2 gelombang yang berinterferensi adalah kelipatan bilangan
bulat dari panjang gelombang, maka akan terjadi pola maksimum atau terang.
Sedangkan selisih lintasan optik dapat ditentukan sebagai berikut:
x   AB  BC   nselaput  AH  nudara

 d 
 2 nselaput  AC sin i
 cos r 
2d
 nselaput  2d tan r sin i
cos r
2d sin r
 nselaput  2d nselaput sin r
cos r cos r


2d
cos r

nselaput 1  sin 2 r 
154
 2nselaputd cos r (5.27)

Pada titik A sinar datang dari medium kurang rapat ke medium yang lebih rapat
sehingga terjadi pemantulan ujung terikat. Jadi pada titik A terjadi loncatan fase 180 o atau
½ λ. Dengan demikian pola terang akan terjadi jika :
2 nseld cos r + ½ λ = 2 k x ½ λ atau

2 nsel d cos r = (2 k – 1) ½ λ (5.28)


dan pola gelap akan terjadi jika :
2 nsel d cos r = (2 k) ½ λ (5.29)
Dengan k adalah bilangan bulat = 1, 2, 3,.....................................

Contoh 5.4

Seberkas cahaya putih datang dari udara pada selaput air sabun yang tebalnya 10-4
cm. Indeks bias air sabun adalah 1,33.
a. Warna apa saja yang muncul sebagai cahaya pantul jika sudut datangnya 60 o?
b. Jika sinar datang tegak lurus permukaan selaput, warna apa saja yang muncul ?

Penyelesaian

Diketahui :
d = 10-4 cm = 104 Å
nmedium = 1,33
a) i = 60 o b) i = 90 o
Ditanya :
Warna yang muncul jika (a) i = 60 o dan (b) i = 0 o
Jawab :
Warna akan tampak pada pola maksimum pada panjang gelombang cahaya tampak
a) 2 d nmedium cos r = (2 k – 1) ½ λ
2  2nmediumd cos r

2k  1
untuk mencari besar cos r, maka digunakan persamaan hukum Snellius :
nudara sin i = nmedium sin r
(1) sin 60 o = 1,33 sin r

155
1
3  1,33 sin r
2
r = 40,6o ; cos r = 0,759
2 x 2 x 1,33 x 104 Ao x0,759
maka  
2k  1
untuk k = 1, diperoleh λ = 40.378,8 Å
untuk k = 2, diperoleh λ = 13.459,6 Å
untuk k = 3, diperoleh λ = 8075,76 Å
untuk k = 4, diperoleh λ = 5.768,4 Å (merupakan λ untuk warna kuning)
untuk k = 5, diperoleh λ = 4.486,53 Å(merupakan λ untuk warna nila)
untuk k = 6, diperoleh λ = 3.670,8 Å
Jadi warna yang muncul pada sudut datang 60 o adalah kuning dan nila.

b) 2 d nmedium cos r = (2 k – 1) ½ λ
untuk mencari besar cos r, maka digunakan persamaan hukum Snellius :
nudara sin i = nmedium sin r
o
(1) sin 0 = 1,33 sin r
0  1,33 sin r ; r = 0o ; cos r = 1

2 x 2 x 1,33 x 104 Ao x1
maka  
2k  1
untuk k = 1, diperoleh λ = 53.200 Å
untuk k = 2, diperoleh λ = 17.733 Å
untuk k = 3, diperoleh λ = 10.640 Å
untuk k = 4, diperoleh λ = 7.600 Å
untuk k = 5, diperoleh λ = 5.911,11 Å(merupakan λ untuk warna kuning)
untuk k = 6, diperoleh λ = 4.836,36 Å(merupakan λ untuk warna biru)
untuk k = 7, diperoleh λ = 4.092,31 Å(merupakan λ untuk warna ungu)
Jadi warna yang muncul pada sudut datang 0 o adalah kuning biru, dan ungu.

5.1.6. Percobaan Cincin Newton

Pada percobaan Cincin Newton, alat terdiri atas lensa plan konveks yang diletakkan
di atas kaca plan paralel. Pada percobaan ini, interferensi terjadi antara cahaya yang

156
dipantulkan langsung di titik A dengan cahaya yang dipantulkan di titik B seperti Gambar
5.9a berikut ini :

A r d
B

Gambar 5.9.a. Skema percobaan Cincin Newton

Selisih lintasan optis cahaya-cahaya yang berinterferensi adalah 2 AB  n = 2dn.


Pada titik B terjadi pemantulan ujung terikat sehingga terjadi loncatan fase 180o atau ½ λ,
sehingga akan terjadi pola terang jika :
2 d n + ½ λ = 2k . ½ λ atau
2 d n = (2k – 1) ½ λ (5.30)
dan terjadi pola gelap jika :
2 d n = 2k . ½ λ (5.31)
dengan n adalah indeks bias medium antara A dan B, dan d adalah tebal medium antara A
dab B. Secara geometri, pada skema percobaan cincin newtom dapat dinyatakan sebagai
berikut :
d : r = r : (2R – d)
d (2R – d) = r2
2Rd – d2 = r2
Jika d2 kecil, maka :
2Rd = r2
d = r2/ 2R
Dari persamaan (5.30) dan (5.31), maka diperoleh pola terang jika :
r2 n = (2k – 1)1/2 λ R

157
atau r
2k  11 / 2  R (5.32)
n
Dan didapatkan pola gelap jika :
r2 n = k λ R

kR
atau r (5.33)
n

Contoh 5.6

Cincin Newton yang dihasilkan oleh suatu lensa plan konveks dan keping gelas,
dengan permukaan konveksnya menempel pada keping gelas, menghasilkan cincin
terang pertama dengan radius 1 mm ketika disinari cahaya monokromatis.
a. Bila jari-jari kelengkungan lensa 4 m, hitung λ cahaya yang digunakan
b. Jika celah antara lensa dan keping diisi air, dengan n = 4/3, tentukan jari-jari
cincin terang pertama

Penyelesaian

a. r 
2k  1 1 / 2 R dengan n = 1 (udara) dan k = 1 karena orde pertama
n
maka
r  1 / 2 R atau

r 2  1 / 2 R

2r 2 2  1mm 2
  3
 0,5 x 10 3 mm = 0,5 x 104 Å = 5000 Å
R 4 x 10 mm

b. r 
2k  11 / 2  R dengan n = 4/3 dan k = 1
n
maka

r
1 / 2 R
sehingga r 
  
1 / 2  0,5  10 3  4  10 3 
= 0,866 mm
4 4
3 3

158
5.1.7. Interferometer Michelson

C1 = Cermin Tetap

Half Mirror(PB)
S
Sumber cahaya C2 = Cermin Geser

d
Layar

Gambar 5.10. Skema percobaan Interferometer Michelson

Pada percobaan interferometer Michelson, cahaya dari sumber S mengenai keping


pemecah berkas (PB). Sebagian diteruskan ke cermin C2 dan sebagian dipantulkan ke
cermin C1. Cahaya yang dipantulkan kembali oleh C2 dan C1 berinterferensi di layar.
Akan terjadi pola maksimum di k jika selisih lintasan optisnya adalah 2k. 1 2  , maka
2 (HC2-HC1) = 2 k . ½ λ (5.34)
Selanjutnya cermin C2 digeser ke belakang sejauh d, maka pola maksimum bergeser ke k’,
sehingga selisih lintasan optisnya menjadi :
2 {(HC2 + d) - HC1} = 2 k’ . ½ λ (5.35)
Dari (5.34) dan (5.35) diperoleh :
2d = (2 k’ – 2k) ½ λ
d = ( k’ – k ) ½ λ
d = Δk ½ λ, (5.36)
Dengan percobaan interferometer Michelson, kita dapat menentukan panjang gelombang
cahaya sumber dengan persamaan

159
2d
 (5.37)
k
Dengan d adalah jarak pergeseran cermin C2 dan  k adalah perubahan nomor orde pola
terang.

5.2. Difraksi Cahaya

Telah diketahui bahwa sebuah celah dapat berperilaku sebagai sumber cahaya baru.
Bahkan sumber cahaya yang berbentuk gelombang datar (planewave) ketika melalui
sebuah celah akan keluar dengan bentuk gelombang silindris. Dengan kata lain cahaya
tidak selalu merambat sepanjang garis lurus. Contoh lain adalah gelombang radio AM yang
dapat diterima di daerah di balik gunung. Gelombang radio AM mampu mengelilingi
gunung tanpa mengalami banyak kesulitan. Sebaliknya, sulit untuk dapat menangkap
gelombang TV. Dari kasus ini, secara intuitif dapat disimpulkan bahwa panjang gelombang
pendek (shortwave) cenderung menjalar sepanjang garis lurus, sedangkan panjang
gelombang radio yang lebih panjang mengalami pembelokan yang disebut dengan difraksi.

Gambar 5.11. Fenomena Difraksi

Untuk menganalisis peristiwa difraksi, akan dilakukan eksperimen yang sangat


mirip dengan kegiatan percobaan interferensi pada celah celah banyak. Telah dijelaskan di
depan bahwa difraksi merupakan gejala pembelokan gelombang ketika menjalar melalui
celah sempit atau tepi yang tajam.

160
Arah rambat gelombang mengalami pembelokan, karena sesuai dengan prinsip
Huygens, yang menyatakan bahwa dalam proses perambatan gelombang bebas, semua titik
pada muka gelombang merupakan sumber titik baru dan akan merambatkan gelombang
sekunder sferis kesegala arah. Gelombang sekunder mempunyai frekuensi yang sama
dengan gelombang primernya. Muka gelombang baru merupakan garis singgung dari
lingkaran gelombang-gelombang sekunder tersebut, serta arah gelombang tegak lurus
dengan muka gelombang.
Celah sempit

Plane
wave λ pola difraksi
gelombang silindris
untuk celah lebar dan
gelombang sferis
untuk celah berupa titik

Gambar 5.12. Celah sempit atau celah titik (narrow slit or pinhole) mendifraksi
cahaya. Cahaya tidak menjalar dalam garis lurus

Prinsip Huygens menjamin kita untuk dapat mengasumsikan bahwa jumlah sumber
cahaya sebanding dengan jumlah celah. Perbedaan dari proses difraksi dan interferensi
celah banyak, adalah pada difraksi kita tidak memiliki batasan jarak antara dua celah yang
berdekatan. Kita lebih menganggap bahwa jumlah sumber cahaya tak terhingga yang
menyebabkan jarak antar dua celah yang berdekatan dianggap mendekati nol (Δx→0).

5.3.1. Difraksi Fraunhofer


Plane x ●
Wave a ●
Δx●● Sumber cahaya
Huygens

D
Layar

161
Gambar 5.13. Sejumlah sumber cahaya koheren untuk mensimulasi celah

Menurut teori Huygens, titik-titik pada muka gelombang berlaku sebagai sumber
gelombang sekunder yang keluar dari celah. Misal kita anggap terdapat 9 buah titik pada
muka gelombang (Gambar 5.13). Kemudian untuk mempermudah persoalan kita anggap
bahwa jarak dari celah ke layar jauh lebih besar dari lebar celah. Maka dapat kita anggap
bahwa sinar-sinar yang datang dari celah ke layar sejajar satu sama lain. Difraksi yang kita
amati dalam keadaan ini disebut difraksi Fraunhofer. Difraksi yang kita amati jika keadaan
ini tidak berlaku disebut difraksi Fresnel.
Jika jarak dari sumber pertama dan sumber kedua adalah  x, maka beda lintasan
yang ditempuh sampai pada titik P adalah
r  x sin 
Akibatnya beda sudut fasa antara gelombang yang datang dari sumber pertama dan sumber
kedua di titik P adalah
  kd sin 
Dan beda fasa antara gelombang yang datang dari sumber ketiga dan sumber pertama
adalah 2  , begitu seterusnya. Sehingga beda fasa pada titik P antara gelombang yang
datang dari tepi celah atas dan tepi celah bawah adalah sebesar
  9kx sin   ka sin 
Intensitas di titik P yang terletak pada arah  dapat ditentukan dengan menggunakan
diagram fasor seperti pada Gambar 5.14. Amplitudo superposisi AP pada titik P dinyatakan
pada Gambar 5.14.a, sedangkan pada titik O, sudut  = 0, maka AO = 0

162
Gambar 5.14.Diagram vektor untuk superposisi gelombang sekunder yang datang
dari sumber titik Huygens pada muka gelombang di dalam celah

Menurut teori Huygens, setiap titik pada muka gelombang merupakan sumber
untuk gelombang sekunder. Dengan demikian kita tidak perlu membatasi pada sembilan
buah sumber titik saja, tetapi jumlah sumber titik dapat dibuat sangat banyak, karena titik-
titik pada muka gelombang itu bersambung. Sudah barang tentu amplitudo untuk setiap
gelombang untuk setiap sumber menjadi lebih kecil. Akibatnya dalam diagram fasor,
jumlah fasor menjadi besar sekali, sedang sudut antara satu fasor dengan fasor berikutnya
menjadi sangat kecil. Dengan kata lain lengkungan penjumlahan vektor dapat diganti
menjadi suatu busur. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 5.15. Panjang busur OS sebanding
dengan amplitudo di titik O, yaitu AO

Gambar 5.15. AP menyatakan amplitudo di titik P, sedangkan panjang busur AO


menyatakan amplitudo di titik O

Dari Gambar 5.15. ditunjukkan bahwa perbandingan amplitudo di titik P dan O adalah

 
AP 2 R sin 2 sin 2 sin
  
ka sin  2
 (5.38)
AO R    ka sin 
 2 2

Maka perbandingan antara intensitas di titik P dengan intensitas di titik O adalah

163
2 
I P AP2 sin 2
  (5.39)
I O AO2   
2

 2

Akan didapatkan pola gelap jika harga

sin 2 
2 berharga minimum atau sama dengan 0
  
2

 2

Harga tersebut terpenuhi, jika    ;2 ;3 ;....................................n


2

Atau ka sin    n


2

ka sin   2n

2
a sin   2n

a sin   n (5.40)

Dengan kata lain, pada layar akan terjadi pola gelap, pada arah  seperti yang ditunjukkan
pada persamaan (5.40), dengan

a = lebar celah

 = panjang gelombang cahaya, dan

n = bilangan bulat 1, 2, 3, .......................................dan seterusnya

sin 2 
Pada layar akan terjadi pola terang jika 2 mempunyai harga maksimum, dan hal
  
2

 2
ini akan diperoleh, jika

  3 
 0; ; ,......................2n  1
2 2 2 2

Atau

164
ka sin    2n  1

2 2

ka sin   2n  1

2
a sin   2n  1

a sin   2n  1 
1
(5.41)
2

Dengan n = 1, 2, 3, 3,...................................................

Sedangkan arah  yang ditunjukkan dengan a sin   0 adalah terang pusat

Gambar 5.16. Intensitas diffraksi oleh celah dengan lebar celah a

Contoh 5.7
Sebuah celah dengan lebar 0,25 mm terletak di depan lensa positip dan disinari
dengan cahaya yang mempunyai panjang gelombang 500 nm. Pada layar tampak
bahwa jarak antara minimum ketiga di sebelah kanan kiri terang pusat adalah 3
mm. Tentukan jarak fokus lensa positip yang digunakan pada percobaan tersebut !

Penyelesaian

Untuk tempat minimum ketiga


3
a sin   3  sin  
a

165
1 t
Dalam kasus ini juga sin   2

f
1 t 3 ta
Sehingga 2
 atau f 
f a 6
0,3cm  0,025cm
f   25cm
6  500  10 7 cm
Jadi lensa yang digunakan mempunyai panjang fokus 25 cm

5.3.2. Difraksi Fresnel

Dalam difraksi Fraunhofer diasumsikan bahwa jarak antara celah dan layar cukup
jauh, sehingga variasi fasa linier dengan x untuk 0 ≤ x ≤ a (a = lebar celah). Jika layar
didekatkan ke celah, maka kelinieran ini tidak berlaku lagi.
Apabila sebuah penghalang menghalangi suatu berkas cahaya, jika tidak terjadi
difraksi, bayangan pada layar akan tajam dan sangat ditentukan oleh fungsi jarak. Tetapi
dalam kenyataan bayangan yang terjadi adalah kabur, dengan struktur bergelombang
seperti Gambar 5.17 berikut. Cahaya bahkan dapat menjalar di sekitar penghalang.

Io
B
● D2  h2
● Imaks = 1,37 Io
● h

●A D y

Huygen’s Sources
¼ Io Bayangan
tanpa difraksi

Layar

Gambar 5.17. Pola difraksi Fresnel yang disebabkan oleh penghalang semi tak
hingga.

Untuk mendapatkan intensitas cahaya pada titik P di layar pada jarak y di atas
ujung penghalang, kita lihat beda fasa antara gelombang yang dipancarkan dari A dan B.
Selisih lintasan kedua gelombang tersebut adalah :

166
 h2  h2
D 2  h 2  D  D1  2
  D 
 2D  2D (5.42)
D  h 
Sehingga beda lintasan tersebut sebanding dengan h2 dan berlawanan dengan kasus pada
interferensi dan difraksi Fraunhofer. Dalam kasus ini, diasumsikan bahwa D mempunyai
h2
besar tertentu. Beda fasa yang berkaitan dengan beda jarak adalah
2D
2 h 2 h 2
 h    (5.43)
 2 D D
Untuk mengetahui perbedaan fasa dengan lebih tepat, kita anggap dua sumber terletak pada
h1 dan h2 seperti Gambar 5.18. Sehingga beda lintasannya adalah

D 2  h22  D 2  h12

 h2   h2 
 D1  2 2   D1  1 2 
 2D   2D 


1 2
2D

h2  h12  (5.44)

Gambar 5.18. Jika D diperkecil, maka perbedaan antarasudut  1 dan  2 tidak dapat
diabaikan

Jika h2  h  h1 maka akan kita peroleh

beda lintasannya adalah 


1
2D

2hh1  h 2 
Jika D>>h1, h, dapat kita adakan pendekatan
h1
sin  
D
167
Sehingga beda lintasan dapat kita nyatakan dengan
h2
h sin  
2D
Di dalam kasus interferensi celah banyak dan difraksi Fraunhofer, yang kita pandang
hanyalah suku pertama, karena D   . Sudah kita ketahui bahwa amplitudo gelombang
silindris berubah sebanding dengan akar pangkat dua dari jarak. Dalam difraksi Fresnel ini,
amplitudo medan listrik yang dipancarkan oleh A adalah
1
EA 
D
Dan amplitudo medan listrik yang dipancarkan oleh B adalah
1
EB 
D 2
 h2  1
4

Jika D2 >> h2, perbedaan amplitudo dapat diabaikan dan kita dapat menganggap bahwa
semua medan listrik mempunyai amplitudo yang sama. Untuk difraksi Fresnel, diagram
vektor fasa kita lukiskan pada Gambar 5.19

Gambar 5.19. Diagram fasa untuk a). Difraksi Fraunhofer dan b). Difraksi Fresnel

Pada kedua jenis difraksi, beda fasa sebanding dengan beda jarak h, hanya saja
pada difraksi Fresnel beda fasa naik secara cepat, sebanding dengan h2, dan diagram fasa
menjadi berbentuk spiral, sehingga analisis matematikanya tidak sederhana. Beda fasa
antara gelombang-gelombang dari sumber titik yang berjarak h adalah sesuai dengan yang
dinyatakan dalam persamaan (5.43)

168
h 2
 h   l  const  h
D
Dengan l adalah panjang total spiral. Spiral yang digambarkan pada Gambar 5.20 dikenal
dengan nama spiral Cornu, dengan parameter-parameter yang dapat dijelaskan dengan
integral Fresnel.
 
C s    cos s 2 ds
s
(5.45)
0
2 
 
S s    sin s 2 ds
s
(5.46)
0
2 

Gambar 5.20. Spiral Cornu

5.3.3. Difraksi dan interferensi pada celah ganda

Dalam percobaan celah ganda (bagian 5.1.3), kita menganggap bahwa celah sangat
sempit ( a   ), sehingga bagian tengah layar disinari secara merata oleh gelombang yang
terdifraksi oleh masing-masing celah. Jika kedua gelombang itu berinterferensi, maka akan
menghasilkan garis-garis dengan intensitas yang seragam seperti dalam Gambar 5.8.a.
Tetapi keadaan ideal ini tidak terjadi pada celah yang sesungguhnya, karena syarat
a   pada keadaan biasa tidak dapat dipenuhi. Sebenarnya gelombang dari dua celah

169
tidak mempunyai intensitas yang seragam, tetapi bergantung kepada pola difraksi celah
tunggal. Dengan demikian akan terjadi perubahan intensitas garis-garis interferensi,
sementara letak garis tersebut relatif tidak berubah.
Untuk celah sempit tak hingga, pola interferensinya diberikan dengan persamaan

I  ,int  I maks,int cos 2  (5.47)


2
2d
dengan   sin  , dengan d =jarak antar celah

Dengan sedikit perubahan penamaan, intensitas gelombang yang diberikan oleh
masing-masing celah dinyatakan dengan persamaan

sin 2   
I  ,dif  I maks,dif  2 (5.48)
  
2

 2
2a
dengan   sin  , dengan a = lebar celah

Efek gabungan diperoleh dengan menganggap Imaks, int sebagai amplitudo yang berubah-
ubah dan pengaruh perubahan diberikan oleh I  ,dif . Dengan anggapan ini intensitas pola

gabungan diberikan dengan persamaan


2
 sin    
  2 
I   I maks cos 2      (5.49)
 2   
 2 

Difraksi oleh lubang berbentuk lingkaran adalah
n
sin  1,22 (5.50)
d
Dengan d adalah diameter lingkaran

5.3.4. Gabungan peristiwa interferensi dan difraksi pada kisi

Difraksi oleh sistem dengan N buah celah yang teratur, yang memiliki lebar celah a
dan konstanta celah d, mempunyai pola yang merupakan gabungan antara pola difraksi
satu celah tak sempit dengan pola interferensi N buah sumber yang sinkron.
Jika suatu sistem N celah disinari dengan cahaya monokhromatis, maka intensitas
pada layar dinyatakan dengan persamaan (5.29)

170
sin 2 N  2
I  I0
sin 2  2
2
Dengan I0 intensitas tunggal tiap celah,   d sin  , dan d adalah jarak antar celah.

Dengan demikian intensitas pada layar mempunyai harga maksimum seperti yang
dinyatakan dengan persamaan (5.30)

I maks  I 0 N 2

Sehingga intensitas pada layar dengan sudut  dapat dinyatakan dengan persamaan
2
 sin N  2 
I  I maks   (5.51)
 N sin  2 
Pada peristiwa difraksi celah tunggal, intensitas pada layar diberikan dengan persamaan
(5.39)
sin 2  2
I  I maks
 22
Dengan   ka sin  , dan a adalah lebar celah.
Jadi jika sistem N celah disinari dengan cahaya monokhromatis, maka intensitas pada layar
dinyatakan dengan efek gabungan antara interferensi dan difraksi.
2 2
 sin  2   sin N  2 
I   I maks     (5.52)
  2   N sin  2 
2 2
 sin  2   sin N  2 
Dengan   adalah faktor difraksi celah, dan   adalah faktor
  2   N sin  2 
interferensi celah banyak. Persamaan (5.48) dapat juga ditulis sebagai

ka sin  kd sin 
2 2
   
 sin   sin N 
I   I maks  2   2  (5.53)
 ka sin    N sin kd sin  
   
 2   2 
Dengan N = jumlah celah
a = lebar celah
d = jarak antar celah

171
Gambar 5.21. Interferensi dan difraksi kisi

5.3.5. Daya pisah kisi

Untuk membedakan gelombang-gelombang cahaya yang panjang gelombang-panjang


gelombangnya sangat dekat terhadap satu sama lain, diperlukan kisi yang sesempit
mungkin. Dengan kata lain kisi harus mempunyai daya pisah R yang tinggi, yang
didefinisikan sebagai

R (5.54)

 = panjang gelombang rata-rata dari dua garis spektrum yang dikenal hampir tak
terpisah.
 = perbedaan panjang gelombang
Untuk mendapatkan daya pisah tinggi dibuat banyak goresan pada kisi
R=Nm (5.43)
R = 0 untuk m = 0 (maksimum pusat)
Kriteria Rayleigh menyatakan bahwa pemisahan sudut harus sama dengan pemisahan
sudut diantara sebuah maksimum utama dengan minimum yang berdekatan dengan
maksimum tersebut.

172
SOAL-SOAL

5.1. Suatu gambar lenturan Fraunhofer dari satu celah digambarkan dalam dua pihaknya
yang dibuat pada film yang diletakkan pada bidang focus lensa (panjang focus lensa
60 cm). Panjang gelombang yang dipakai adalah 546,1 nm. Jika jarak antara
minimum kedua di sebelah kanan kiri terang pusat adalah 2,5 mm. Berapakad lebar
celah yang digunakan ?

5.2. Find the thickness of coating and its index of refraction to mnimize light reflection on
the surface of glass having ng = 1.5. Assume λ = 5000 Å in air.

5.3. Sebuah kisi difraksi 4000 garis per cm disinari cahaya putih dengan arah tegak lurus.
Jelaskan pola difraksinya jika digunakan cahaya putih ( = 400 nm – 700 nm)

5.4. Dua celah yang terpisah dengan jarak 10-3 m, diterangi dengan cahaya merah
berpanjang gelombang 6,5 x 10-7 m. Pola interferensi teramati pada sebuah layar yang
diletakkan 1 m dari celah. (a) Berapakah beda lintasan yang ditempuh oleh cahaya dari
kedua celah pada garis terang keempat ? (b) Tentukan jarak pola terang ketiga dan
pola terang kelima dari pusat.

5.5. Cincin-cincin Newton teramati dengan lensa cembung datar yang berada pada sebuah
permukaan kaca datar. Jari-jari kelengkungan lensa adalah 10 m (a) Carilah jari-jari
cincin interferensi gelap ke-2 dan terang ke-2 yang teramati karena pemantulan dengan
arah datang yang hampir tegak lurus, dengan menggunakan cahaya berpanjang-
gelombang 4,8 x 10-7 m (b) Berapa banyak cincin yang terlihat jika garis tengah lensa
4 x 10-2 m ?

5.6. Bila seberkas cahaya dilewatkan pada kisi dengan 5000 celah /cm, maka dihasilkan
garis terang kedua dengan sudut deviasi 30o (3 = 1,7) terhadap garis normal.
a. Berapa panjang gelombang yang digunakan?
b. Apa yang terjadi pada pola difraksi yang tampak pada layar jika digunakan kisi
yang memiliki celah lebih banyak?
5.7. Sebuah interferometer Young digunakan untuk menentukan panjang gelombang
cahaya monokhromatik. Diketahui bahwa jarak antara kedua celah adalah 1mm dan

173
pola interferensi diamati pada layar yang berjarak 1 m dari bidang celah. Jarak antara
dua pita terang terdekat adalah 6 mm,
a. Berapa panjang gelombang cahaya yang berinterferensi?
b. Jelaskan peristiwa interferensi dan difraksi pada interferometer Young, sertakan
persamaan yang terkait dan grafik intensitasnya!

5.9. Tinjau interferensi dan difraksi berkas sejajar yang mengenai dua buah celah.
a. Syarat apa yang harus dipenuhi agar terjadi interferensi dan syarat apa pula yang
harus dipenuhi agar terjadi difraksi ?
b. Apa pengaruh faktor interferensi dan faktor difraksi terhadap pola distribusi
intensitas pada layar ?
c. Jika berkas cahaya yang datang adalah monokhromatik dan mempunyai panjang
gelombang 5.0 x 10-7 m, serta pola intensitasnya diamati pada bidang fokus sebuah
lensa yang panjang fokusnya 60 cm. Ditemukan bahwa jarak antara dua minimum
yang berdekatan dengan maksimum orde nol adalah 5 x 10-3 m, dan maksimum
orde keempatnya lenyap. Hitunglah lebar celah dan jarak antara celah

5.10. a. Pada percobaan Young digunakan cahaya hijau. Apakah yang dapat dilakukan
untuk memperbesar jarak antara dua garis terang yang berdekatan pada layar ?
b. Jika percobaan celah ganda tersebut dilakukan dalam air, bagaimanakah
perubahan pola interferensi yang terjadi ?

5.11. Difraksi Fraunhoffer sebuah celah ganda diamati pada bidang fokus sebuah lensa
yang panjang fokusnya 0,50 m. Cahaya datang monokhromatik mempunyai
panjang gelombang 5 x 10-7 m. Ditemukan bahwa jarak antara dua minimum yang
berdekatan dengan maksimum orde nol adalah 5 x 10-3 m , dan maksimum orde ke
- 4, 8,12,... lenyap. Hitung :
a. lebar celah, dan
b. jarak antara pusat-pusat celah

5.12. a. Apa keuntungan menggunakan banyak celah pada kisi ?


b. Sebuah kisi terdiri dari 500 garis dan panjangnya 4 cm. Tentukan berapa orde
minimal difraksi kisi tersebut dapat memisahkan dua garis ( doublet ) kuning
sodium yang panjang gelombangnya adalah 5,890 x 10-7 m dan 5,896 x 10-7 m ?

174
DAFTAR PUSTAKA

Crawford,F.S.,1968,Waves. New York:McGraw-hill Book Company.

Halliday David & Resnick Robert. 1999. Fisika, jilid 2, Terjemahan Pantur Silaban. Ph.D
dan Drs. Erwin Sucipto. Jakarta : Erlangga

Hirose, K and K.E Longren , 1985. Introduction to Wave Phenomena. Singapore: John
Wiley and Sons.

Tjia, M.O. 1994. Gelombang. Jakarta: Dabara Publisher

Tjia, M.O,1993. Gelombang. Jakarta: Jurusan Fisika FMIPA ITB

Pain, H.J. 1989 . The Physics of Vibrations and Waves. Singapore: McGraw-Hill
Publishing Company.

175

Anda mungkin juga menyukai