Fix 5

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

INTERNALISASI PENDIDIKAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN

(UPAYA MENCIPTAKAN SUMBER DAYA MANUSIA


YANG BERKARAKTER)

Tri Sukitman
[email protected]
Prodi PGSD STKIP PGRI Sumenep

Abstrak
Teknologi informasi dan komunikasi yang memudahkan pelayanan
terhadap manusia pada sisi yang lain juga mempercepat pengaruh negatif bagi
eksistensi nilai-nilai yang telah berkembang di suatu masyarakat. Berbagai macam
fenomena pada masa lalu dianggap tabu, kini dianggap biasa dan bisa menjadi
sebuah tren dikalangan masyarakat. Pernyataan ini dibuktikan dengan tersebarnya
kekerasan yang dilakukan anak usia sekolah, pelecehan seksual, kurangnnya nilai-
nilai kesopanan terhadap orang tua, free sex, aborsi, dan lain-lainnya. Tersebarnya
fenomena tersebut tidak terlepas dari perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang kini sudah menjadi sebuah kebutuhan primer seseorang untuk
terus mengikuti perkembangannya. Dengan demikian, pendidikan nilai
merupakan proses pembentukan nilai-nilai karakter manusia yang sudah mulai
merosot yang diakibatkan dari pengaruh-pengaruh internal maupun eksternal.
Sehingga pendidikan nilai hadir ditengah-tengah masyarakat untuk membangun
kembali nilai-nilai karakter manusia yang produktif sesuai dengan tuntutan
agama, hukum, dan akademik.

Kata Kunci: Pendidikan Nilai, Pembelajaran, Karakter

A. Pendahuluan pengaruh negatif bagi tatanan kehidupan


Era globalisasi sangat pesat manusia.
berkembangannya melalui ilmu Teknologi informasi dan
pengetahuan dan teknologi. Perkembangan komunikasi yang memudahkan pelayanan
ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan terhadap manusia pada sisi yang lain juga
hasil dari perkembangan pola pikir manusia mempercepat pengaruh negatif bagi
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya eksistensi nilai-nilai yang telah berkembang
secara paraktis dan efisien. Akan tetapi di suatu masyarakat. Berbagai macam
perkembangan ilmu pengetahuan dan fenomena pada masa lalu dianggap tabu,
teknologi tidak selalu membawa pengaruh kini dianggap biasa dan bisa menjadi
positif, di sisi lain juga memberikan sebuah tren dikalangan masyarakat.
86 Tri Sukitman, Internalisasi Pendidikan Nilai«.

Pernyataan ini dibuktikan dengan sekitarnya pada taraf human (Kartono,


tersebarnya kekerasan yang dilakukan anak 1992: 22). Taraf human yang terkandung
usia sekolah, pelecehan seksual, dalam pengertian tersebut adalah
kurangnnya nilai-nilai kesopanan terhadap bagaimana pendidikan bisa mengangkat
orang tua, free sex, aborsi, dan lain-lainnya. derajat manusia kearah yang bermoral,
Tersebarnya fenomena tersebut tidak bermartabat, berkarakter baik, mempunyai
terlepas dari perkembangan teknologi nilai (values) serta sikap yang
informasi dan komunikasi yang kini sudah mencerminkan bahwa manusia adalah insan
menjadi sebuah kebutuhan primer kamil yang seutuhnya. Dengan demikian,
seseorang untuk terus mengikuti tujuan pendidikan tidak hanya menciptakan
perkembangannya. insan berakal, insan yang kompeten dan
Pertanyaannya, apakah mereka berguna, insan agent of change, insan yang
tidak tahu bahwa apa yang mereka lakukan bertakwa, melainkan insan kamil yang
adalah perbuatan keliru? Sebagian besar seutuhnya. Demikian halnya dengan
kesalahan yang dilakukan para remaja dan pembelajaran di kelas.
pelajar pada dasarnya disadari oleh mereka
sebagai sesuatu yang melanggar nilai dan B. Pembahasan
norma. Tetapi mengapa mereka tetap 1. Pendidikan Nilai
melakukan? Inilah pertanyaan yang perlu a. Pengertian Nilai
kita renungkan. Pembelajaran di kelas Terdapat beberapa
sangat berpengaruh terhadap cara pandang perbedaan pendapat dalam
dan bagaimana bersikap seorang mengartikan nilai. Perbedaan cara
remaja/pelajar. Pembelajaran idealnya tidak pandang dalam memahami makna
hanya mengembangkan aspek kognitif, atau pengertian nilai merupakan
tetapi juga harus menekankan proses suatu khazanah para pakar dalam
pengembangan afektif peserta didik. mengartikan nilai itu sendiri, karena
Pendidikan nilai bukan hanya tugas guru persepsi masing-masing
agama dan pendidikan kewarganegaraan, berdasarkan sudut pandang teoritis,
tetapi semua bidang studi memiliki empiris, dan analisis.
tanggungjawab yang sama. Menurut Mulyana, nilai
Pendidikan adalah proses adalah rujukan dan keyakinan
pembudayaan, proses kultural, atau proses dalam menentukan pilihan. Nilai
kultivasi untuk mengembangkan semua merupakan sesuatu yang diinginkan
bakat dan potensi manusia guna sehingga melahirkan tindakan pada
mengangkat diri sendiri dan dunia diri seseorang (Mulyana, 2004: 11).
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 87

Menurut Frankel, nilai yang datangnya dari Tuhan


adalah standar tingkah laku, (Mulyana, 2004: 32-35).
keindahan, keadilan, kebenaran, dan Dari beberapa pengertian
efesiensi yang mengikat manusia diatas maka nilai merupakan
dan sepatutnya untuk dijalankan dan sesuatu yang melekat pada diri
dipertahankan (Kartawisastra, 1980: manusia yang patut untuk
32-35). dijalankan dan dipertahankan,
Selain dua klasifikasi nilai sebagai makhluk cipataan Tuhan
seperti yang disebutkan di atas, nilai yang mempunyai karakter khas dari
yang sering dijadikan rujukan pada makhluk yang lain. Manusia
manusia dalam kehidupannya mempunyai akal, perasaan, hati
dalam enam nilai yang terdapat nurani, kasih sayang, moral, budi
dalam teori Spranger yakni nilai pekerti, dan etika adalah merupakan
teoritik, nilai ekonomis, nilai karakter khas manusia
estetik, nilai sosial, nilai politik, dan dibandingkan dengan makhluk yang
nilai agama. Nilai teoritik lainnya, dan karakter inilah yang
melibatkan pertimbangan logis dan melekat pada diri manusia sebagai
rasional dalam memikirkan dan bentuk dari nilai itu sendiri.
membuktikan kebenaran sesuatu. Nilai selalu dikaitkan
Nilai ekonomis, terkait dengan dengan etika, moral atau budi
perimbangan nilai yang berkadar pekerti. K. Bertens dalam bukunya
untung dan rugi, yang berarti \DQJ EHUMXGXO ³HWLND´ PHQ\HEXWNDQ
mengutamakan kegunaan sesuatu bahwa nilai sebagai sesuatu yang
bagi manusia. Nilai estetik, disebut menarik, sesuatu yang dicari,
juga sebagai nilai keindahan yang sesuatu yang menyenangkan,
sangat tergantung pada subjektif sesuatu yang disukai, dan
seseorang. Nilai sosial, diinginkan, atau lebih singkatnya
berakumulasi pada nilai tertinggi nilai adalah sesuatu yang baik
yakni kasih sayang antar manusia. (Bertens, 2007: 139). Adapun
Nilai politik, kadar nilainya pengertian moral menurut K. Prent
bergerak dari pengaruh yang rendah berasal dari bahasa latin mores, dari
menuju tinggi, atau sering disebut suku kata mos yang artinya adat
sebagai nilai kekuasaan. Nilai istiadat, kelakuan, watak, tabiat,
agama, merupakan nilai yang akhlak (Muhajir, 1989: 25). Dalam
bersumber dari kebenaran tertinggi perkembangannya moral diartikan
88 Tri Sukitman, Internalisasi Pendidikan Nilai«.

sebagai kebiasaan dalam bertingkah kecerdasan, akhlak mulia, serta


laku yang baik, yang susila. Dari keterampilan yang diperlukan
pengertian tersebut dinyatakan dirinya, masyarakat, bangsa dan
bahwa moral adalah berkenaan Negara (Undang-Undang Republik
dengan kesusilaan. Seseorang Indonesia. No. 20 Tentang Sistem
individu dapat dikatan baik secara Pendidikan Nasional).
moral apabila bertingkah laku Berdasarkan definisi di atas,
sesuai dengan kaidah-kaidah moral terdapat 3 (tiga) pokok pikiran
yang ada. Sebaliknya jika perilaku utama yang terkandung di
individu itu tidak sesuai dengan dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar
kaidah-kaidah yang ada, maka ia dan terencana; (2) mewujudkan
akan dikatakan jelek secara moral suasana belajar dan proses
(amoral). pembelajaran agar peserta didik
b. Pengertian Pendidikan Nilai aktif mengembangkan potensi
Pendidikan nilai pada dirinya; dan (3) memiliki kekuatan
dasarnya dirumuskan dari dua spiritual keagamaan, pengendalian
istilah pendidikan dan nilai, yang diri, kepribadian, kecerdasan,
jika digabungkan menjadi sebuah akhlak mulia, serta keterampilan
istilah pendidikan nilai. Pendidikan yang diperlukan dirinya,
maupun nilai pastinya mempunya masyarakat, bangsa dan negara.
definisi tersendiri sebagai landasan Sedangkan nilai menurut
dalam memahami sebuah istilah pengertian yang dipaparkan diatas
definisi tentang pendidikan nilai itu bahwa nilai erat hubungannya
sendiri. dengan etika, moral, perilaku, dan
UU No. 20 tahun 2003 budi pekerti yang melekat pada diri
tentang sistem pendidikan nasional, manusia. Jadi, pendidikan nilai
menyebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang
adalah usaha sadar dan terencana dalam proses
terencana untuk mewujudkan pembelajaran yang membentuk
suasana belajar dan proses etika, moral, dan budi pekerti
pembelajaran agar peserta didik peserta didik sebagai makhluk tuhan
secara aktif mengembangkan yang mempunyai keterampilan
potensi dirinya untuk memiliki untuk diaplikasikan dalam dunia
kekuatan spiritual keagamaan, masyarakat, bangsa dan negara.
pengendalian diri, kepribadian,
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 89

Pendidikan nilai menurut 2. Implementasi Pendidikan Nilai


Mulyana adalah pengajaran atau dalam Pembelajaran
bimbingan kepada peserta didik a. Pendekatan Pendidikan Nilai
agar menyadari kebenaran, Menurut Superka ada
kebaikan, dan keindahan melalui beberapa tipologi dari berbagai
proses pertimbangan nilai yang pendekatan pendidikan nilai yang
tepat dan pembiasaan bertindak berkembang dan dipergunakan
yang konsisten (Mulyana, 2004). dalam dunia pendidikan.
Pendidikan nilai dimaksudkan Pendekatan-pendekatan tersebut
untuk membantu peserta didik agar diantaranya, yaitu:
memahami, menyadari, dan 1) Pendekatan penanaman nilai
mengalami nilai-nilai serta mampu (Inculcation Approach)
menempatkannya secara integral Pendekatan penanaman
dalam kehidupan. Secara khusus nilai (inculcation approach)
menurut APEID (Asia and the adalah suatu pendekatan yang
Pasific Programme of Educational member penekanan pada
Innovation for Develompement) penanaman nilai-nilai social
pendidikan nilai ditujukan untuk: 1) dalam diri siswa. Menurut
Menerapkan pembentukan nilai Superka, tujuan pendidikan nilai
kepada anak, 2) Menghasilkan sikap menurut pendekatan ini adalah;
yang mencerminkan nilai-nilai yang pertama, diterimanya nilai-nilai
diinginkan, 3) Membimbing sosial tertentu oleh siswa;
perilaku yang konsisten dengan kedua, berubahnya nilai-nilai
nilai-nilai tersebut. siswa yang tidak sesuai dengan
Dalam LVP (living values nilai-nilai sosial yang
education) menyebutkan bahwa ada diinginkan (Elmubarok, 2009:
dua belas komponen nilai universal 61).
yang dikembangkan untuk Metode yang digunakan
membentuk karakter peserta didik dalam proses pembelajaran
dalam pembelajaran, yaitu: Cinta, menurut pendekatan ini antara
Damai, Penghargaan, Tanggung lain: keteladanan, penguatan
jawab, Kerja sama, Kebebasan, positif dan negative, simulasi,
Kebahagiaan, Kejujuran, permainan peranan, dan lain-
Kerendahan hati, Kesederhanaan, lain. Pendekatan ini sebenarnya
Toleransi, dan Kesatuan
90 Tri Sukitman, Internalisasi Pendidikan Nilai«.

merupakan pendekatan yang demikian, pendekatan ini mudah


bersifat tradisional. untuk digunakan dalam proses
2) Pendekatan perkembangan pendidikan di sekolah, karena
moral kognitif (Cognitive Moral pendekatan ini memberikan
Development Approach) penekanan pada aspek
Pendekatan ini dikatakan perkembangan kemampuan
pendekatan perkembangan berpikir siswa.
kognitif karena karakteristiknya 3) Pendekatan Analisis nilai
yang memberikan penekanan (Values Analysis Approach)
pada aspek kognitif dan Pendekatan analisis nilai
perkembangannya. Pendekatan (values analysis approach)
ini mendorong siswa untuk memberikan penekanan kepada
berpikir aktif tentang masalah- perkembangan kemampuan
masalah moral dan dalam siswa yang berpikir logis,
membuat keputusan-keputusan dengan cara menganalisis
moral. Perkembangan moral masalah yang berhubungan
menurut pendekatan ini dilihat dengan nilai-nilai sosial. Jika
sebagai perkembangan tingkat dibandingkan dengan
berpikir dalam membuat pendekatan perkembangan
pertimbangan moral, dari suatu kognitif, salah satu perrbedaan
tingkat yang lebih rendah yang menonjol antara keduanya
menuju suatu tingkat yang lebih bahwa pendekatan analisis nilai
tinggi (Elmubarok, 2009: 63). lebih menekankan pada
Tujuan yang ingin pembahasan masalah-masalah
dicapai oleh pendekatan ini ada yang memuat nilai-nilai sosial.
dua hal yang utama. Pertama, Adapun pendekatan
membantu siswa dalam perkembangan kognitif
membuat pertimbangan moral memerikan penekanan pada
yang lebih kompleks dilemma moral yang bersifat
berdasarkan kepada nilai yang perseorangan (Elmubarok,
lebih tinggi. Kedua, mendorong 2009: 68).
siswa untuk mendiskusikan alas Ada dua tujuan utama
an-alasannya ketika memilih pendidikan moral menurut
nilai dan posisinya dalam suatu pendekatan ini. Pertama,
masalah moral. Dengan membantu siswa untuk
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 91

menggunakan kemampuan menyadari dan mengidentifikasi


berpikir logis dan penemuan nilai-nilai mereka sendiri serta
ilmiah dalam menganalisis nilai-nilai orang lain. Kedua,
masalah-masalah sosial yang membantu siswa supaya mereka
berhubungan dengan nilai moral mampu berkomunikasi secara
tertentu. Kedua, membantu terbuka dan jujur dengan orang
siswa untuk menggunakan lain berhungan dengan nilai-
proses berpikir rasional dan nilainya sendiri. Ketiga,
analitik dalam menghubungkan membantu siswa supaya mereka
dan merumuskan konsep mampu menggunakan secara
tentang nilai-nilai mereka. bersama-sama kemampuan
Selanjutnya, metode-metode berpikir rasional dan kesadaran
pengajaran yang sering emosional, untuk memahami
digunakan adalah pembelajaran perasaan, nilai-nilai, dan pola
secara individu atau kelompok tingkah laku mereka sendiri.
tentang masalah-masalah sosial Sedangkan dalam proses
yang memuat nilai moral, pengajarannya, pendekatan ini
penyelidikan kepustakaan, menggunakan metode dialog,
penyelidikan lapangan, dan menulis, diskusi dalam
diskusi kelas berdasarkan kelompok besar atau kecil, dan
kepada pemikiran rasional. lain-lain.
4) Pendekatan klarifikasi nilai 5) Pendekatan pembelajaran
(Values Clarification Approach) berbuat (Action Learning
Pendekatan klarifikasi Approach).
nilai (values clarification Pendekatan
approach) memberi penekanan pembelajaran berbuat (action
pada usaha membantu siswa learning approach) memberikan
dalammengkaji perasaan dan penekanan pada usaha
perbuatannya sendiri, untuk memberikan kesempatan kepada
meningkatkan kesadaran mereka siswa untuk melakukan
tentang nilai-nilai mereka perbuatan-perbuatan moral, baik
sendiri (Elmubarok, 2009: 70). secara perseorangan maupun
Tujuan pendidikan nilai secara bersama-sama dalam
menurut pendekatan ini ada tiga. suatu kelompok (Elmubarok,
Pertama, membentu siswa untuk 2009: 73).
92 Tri Sukitman, Internalisasi Pendidikan Nilai«.

Tujuan utama dalam paling menarik untuk dirinya.


pendekatan ini diantaranya: Dengan demikian, tugas dan
pertama, member kesempatan tanggung jawab guru dalam
kepada siswa untuk melakukan proses pembelajaran adalah
perbuatan moral, baik secara memberikan teladan sehingga
perseorangan maupun secara para siswa yang melihat setiap
bersama-sama, berdasarkan perilaku guru menjadi panutan
nilai-nilai mereka sendiri; dalam kehidupan siswa. Guru
kedua, mendorong siswa untuk tidak hanya bisa mentransfer
melihat diri mereka sebagai ilmu pengetahuan, akan tetapi
makhluk individu dan makhluk dituntut untuk mampu
sosial dalampergaulan dengan memberikan stimulus agar para
sesame, yang tidak memiliki siswa mempunyai perilaku yang
kebebasan sepenuhnya, sesuai dengan nilai yang
melainkan sebagai warga dilakukan dalam tahap ini.
Negara dari suatu masyarakat 2) Tahap menanggapi
yang harus mengambil bagian (responding), pada tahap ini
dalam suatu proses demokrasi. seseorang sudah mulai bersedia
b. Proses Pembentukan Nilai menerima dan menanggapi
Menurut karthwohl, proses secara aktif stimulus dalam
pembentukan nilai pada anak dapat bentuk respon yang nyata.
dikelompokkan dalam 5 tahap, yaitu Dalam tahap ini ada tiga
(Lubis, 2009 19-21). tingkatan, yaitu: tahap manut
1) Tahap menyimak (receiving), (compliance), sedia menanggapi
pada tahap ini seseorang secara (willingness to respond), dan
aktif dan sensitif menerima puas dalam menanggapi
stimulus dan menghadapi (satisfaction in response). Pada
fenomena-fenomena, sedia kegiatan ini guru fungsinya
menerima secara aktif, dan adalah sebagai fasilitator dalam
selektif memilih fenomena. proses pembelajaran. Kegiatan
Pada tahap ini belum terbentuk menanggapi dilakukan oleh
melainkan baru menerima siswa, guru hanya memberikan
adanya nilai-nilai yang berada di stimulus agar para siswa mampu
luar dirinya dan mencari nilai- menanggapi perkembangan
nilai itu untuk dipilih mana yang realitas dan fenomena yang
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 93

terjadi dalam masyarakat mengorganisasikan sistem nilai


sehingga pada tahap ini siswa dalam dirinya, yakni cara hidup
dapat memberikan tanggapan dan tata perilakunya sudah
terkait masalah yang terjadi didasarkan atas nilai-nilai yang
dalam masyarakat. diyakininya.
3) Tahap memberi nilai (valuing), 5) Tahap karakterisasi nilai
pada tahap ini seseorang sudah (characterization), yang
mampu menangkap stimulus itu ditandai dengan ketidakpuasan
atas dasar nilai-nilai yang seseorang untuk mengorganisir
terkandung di dalamnya dan sistem nilai yang diyakininya
mulai mampu menyusun dalam hidupnya secara mapan,
persepsi tentang objek. Dalam ajek dan konsisten sehingga
hal ini terdiri tiga tahap yakni dapat dipisahkan lagi dengan
percaya terhadap nilai yang pribadinya. Tahap ini
diterima, merasa terikat dengan dikelompokkan dalam dua
nilai yang dipercayai, dan tahap, yaitu: tahap menerapkan
memiliki keterkaitan batin nilai dan tahap karakterisasi,
(commitment) untuk yakni tahap mempribadikan
memperjuangkan nilai-nilai sistem nilai tersebut. Dengan
yang diterima dan diyakini. kata lain, dalam tahap ini siswa
4) Tahap mengorganisasikan nilai sudah bisa memberikan
(organization), yaitu satu tahap kesimpulan bahwa konsep nilai
yang lebih kompleks dari tahap yang diperoleh dalam proses
sebelumnya. Seseorang mulai pembelajaran akan berdampak
mengatur system nilai yang terhadap kehidupannya serta
diterimanya dari luar untuk mampu memilih mana yang
diorganisasikan (ditata) dalam baik dan buruk.
dirinya sehingga system nilai itu c. Pendidikan Nilai dalam
menjadi bagian yang tidak Keterpaduan Pembelajaran
terpisahkan dalam dirinya. Pada Hasil belajar atau
tahap ini ada dua organisasi pengalaman belajar dari sebuah
nilai, yaitu: mengkonsepsikan proses pembelajaran dapat
nilai dalam dirinya, dan berdampak langsung dan tidak
mengorganisasikan sistem nilai langsung. Dampak langsung
dalam dirinya, dan pengajaran dinamakan dampak
94 Tri Sukitman, Internalisasi Pendidikan Nilai«.

instruksional (instructional effect) teratur, rapid an mudah dibaca


sedangkan dampak tidak langsung (Lubis. 2009: 80).
dari keterlibatan para peserta didik Berdasarkan pada
dalam berbagai kegiatan belajar pemikiran-pemikiran dan prinsip-
yang khas yang dirancang oleh guru prinsip tersebut maka dapat
yang disebut dengan dampak dimengerti bahwa pendidikan nilai
pengiring (nurturant effect) (Lubis. menghendaki keterpaduan dalam
2009: 78). pembelajarannya dengan semua
Dalam penilaian hasil mata pelajaran. Pendidikan nilai
belajar untuk mengukur diintegrasikan ke dalam semua mata
kemampuan siswa seharusnya pelajaran, dengan demikian akan
diukur dari semua ranah. Dengan PHQJKLQGDUNDQ DGDQ\D ³PDWD
penilaian epertiitu, maka akan pelajaran baru, alat indoktrinasi.
tergambar sosok utuh peserta didik Media penyaluran kepentingan, dan
sebenarnya. Artinya, dalam pelajaran hafalan yang
menentukan keberhasilan peserta PHPERVDQNDQ´
didik harus dinilai dari berbagai 3. Pendidikan Nilai Sebagai Upaya
ranah, seperti pengetahuan Pembentukan Karakter
(kognitif), sikap (afektif), dan Pendidikan nilai merupakan
perilaku (psikomotorik). Seorang salah satu pendidikan yang
siswa yang menempuh ujian menanamkan nilai-nilai universal.
Matematika secara tertulis, Dalam buku Living Values Activities for
sebenarnya peserta didik tersebut Young Adults (pendidikan nilai untuk
dinilai kemampuan penalarannya kaum dewasa-muda), ada 12 nilai-nilai
yaitu kemapuan mengerjakan soal- universal yang sudah disepakati
soal Matematika. Juga dinilai UNICEF dan para praktisi pendidikan
kemapuan budi pekertinya yaitu didunia, yaitu: kedamaian,
kemampuan melakukan kejujuran pengahargaan, cinta, toleransi,
dengan tidak menyontek dan kejujuran, kerendahan hati, kerjasama,
bertanya kepada teman dan hal ini kebahagiaan, tanggung jawab,
disikapi karena perbuatan-perbuatan kesederhanaan, kebebasan, dan
tersebut tidak baik. Disamping itu, persatuan (Tillman, 2004: xx-xxi).
dinilai kemmapuan gerak-geriknya, Nilai-nilai yang terkandung
yaitu kemampuan mengerjakan dalam LVP (Living Values Education)
soal-soal ujian dengan tulisan yang selaras dengan nilai-nilai yang
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 95

terkandung dalam pendidikan karakter, sekolah (school culture) dan humaniora


yaitu; Religius, Jujur, Toleran, Disiplin, (ekstrakurikuler).
Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Kemudian pendidikan karakter
Demokratis, Rasa Ingin Tahu, juga dilakukan melalui pembiasaan
Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah rutin, spontan, dan keteladanan, sebagai
Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/ berikut:
Komunikatif, Cinta Damai, Gemar 1. Pembiasaan Rutin, yaitu kegiatan
Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli yang dilakukan terjadwal, meliputi:
Sosial, Tanggung Jawab (Badan upacara bendera, senam, doa
Penelitian dan Pengembangan Pusat bersama, ketertiban, pemeliharaan
Kurikulum, 2010: 9). Nilai-nilai kebersihan (Jumat Bersih),
tersebut kemudian terintegrasi kedalam kesehatan diri.
mata pelajaran sebagai upaya 2. Pembiasaan Spontan, yaitu kegiatan
pembentukan karakter peserta didik. tidak terjadwal dalam kejadian
Tidak hanya terbatas itu saja khusus, meliputi: pembentukan
yang perlu dilakukan untuk perilaku memberi senyum, salam,
membangun character building, masih sapa, membuang sampah pada
banyak yang harus dilakukan oleh tempatnya, budaya antri, mengatasi
semua pihak yang terlibat, seperti yang silang pendapat (pertengkaran),
sudah dijelaskan bahwa pendidikan saling mengingatkan ketika melihat
karakter bisa dilakukan melalui pelanggaran tata tertib sekolah,
pembiasaan-pembiasan (habituasi) kunjungan rumah, kesetiakawanan
dalam kehidupan sebagaimana fungsi sosial, anjangsana.
dari pendidikan karakter itu sendiri, 3. Pembiasaan Keteladanan, dalam
seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, bentuk perilaku sehari-hari,
kerja keras, cinta damai, tanggung- meliputi: berpakaian rapi, berbahasa
jawab dan sebagainya, dimulai dari yang baik, rajin membaca, memuji
keluarga dan diperkuat di sekolah dan kebaikan dan keberhasilan orang
masyarakat. lain, datang tepat waktu.
Beberapa bentuk pengembangan C. Penutup
nilai kehidupan ini dapat dibagi ke Pendidikan nilai merupakan proses
dalam tiga pilar, yaitu kegiatan belajar penanaman karakter yang dilakukan dengan
mengajar di kelas, kegiatan pembiasaan berbagai metode dan pendekatan sehingga
(habituasi) dalam bentuk budaya menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas berdasarkan akademik dan
96 Tri Sukitman, Internalisasi Pendidikan Nilai«.

religius. Artinya, sumber daya manusia Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia
Pustaka Umum.
yang produktif yang mempunyai
keseimbangan antara kematangan dunia Elmubarok, Zaim. 2009. Membumikan
Pendidikan Nilai. Bandung:
maupun akhirat. Alfabeta.
Dengan demikian, moral bangsa
Kartawisastra, H.U. 1980. Strategi Klasifikasi
diharapkan dengan penanaman pendidikan Nilai. Jakarta: P3G. Depdikbud.
nilai menjadi salah satu alternatif untuk
Kartono, Kartini. 1992. Pengantar Ilmu
dijadikan sumber membangun moral Mendidik Teoritis (Apakah
manusia yang dinilai sudah mulai merosot. Pendidikan masih Diperlukan).
Bandung. Penerbit Mandar Maju.
Penanaman pendidikan nilai tidak semata-
Lubis, Mawardi. 2009. Evaluasi Pendidikan
mata hanya diterapkan didunia akademisi
Nilai: Perkembangan Moral
akan tetapi semua aspek kehidupan Keagamaan Mahasiswa PTAIN
Cet.II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
manusia juga ikut andil untuk
Bekerjasam dengan STAIN
membumikan pendidikan nilai. Sehingga, Bengkulu.
nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Muhajir, Soenarjati. 1989. Dasar dan Konsep
pendidikan nilai itu bisa dilakukan dan Pendidikan Pancasila. Yogyakarta:
Laboratorium Jurusan PMP dan KN.
dicontoh oleh semua orang.
Pembudayaan ini juga harus sudah Mulyana, Rohmat. 2004. Mengartikulasikan
Pendidikan Nilai. Bandung:
ditanamkan pada diri anak mulai sejak dini Alfabeta.
sehingga para penerus bangsa mempunyai
Tillman, Diane. 2004. Living Values Activities
pondasi yang kokoh yang tidak mudah for Young Adults (Pendidikan Nilai
roboh ketika ada angin kencang yang untuk Kaum Dewasa-Muda) terj.
Risa Praptono dan Ellen Sirait.
menerpanya. Jadi, pembiasaan-pembiasaan Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
tersebut dimulai dari sejak dini dengan Indonesia.

ditunjukkan oleh para guru, orang tua, Undang-Undang Republik Indonesia. No.20.
2003. Tentang Sistem Pendidikan
masyarakat, dan lain-lainnya. Dan jika itu
Nasional.
terlaksana maka insyaAllah moral bangsa
akan lebih baik meskipun sangat sulit untuk
diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum. 2010. Bahan Pelatihan
Pengembangan Pendidikan Budaya
dan Karakter Bangsa.
Jakarta:Kemen. Diknas.

Anda mungkin juga menyukai