Makalah Pendidikan Pancasila

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PANCASILA DAN ETIKA POLITIK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok

Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu:

Ujang Endang, S.Ag., M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 6 :


Desi Fitriani : 2307001141
Esa Nurhasanah : 2307001095
Maida Mulyani : 2307000991

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM CIAMIS

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas berkat
Rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul:
“Pancasila dan etika Politik” dengan selesai. Tidak lupa juga Shalawat beserta salam semoga
tetap tercurah limpahkan kepada baginda tercinta kita, yakni Nabi Muhammad SAW.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok mata kuliah Pendidikan Pancasila, yang bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan bagi penulis dan pembaca

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Ujang Endang, S.Ag., M.Pd.
selaku dosen pengampu Pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas kepada kami
untuk menambah wawasan dan pengetahuan kami.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar
terciptanya kesempurnaan pada makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca umumnya. Akhir kata kami ucapkan Terima Kasih.

Ciamis, November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ 1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3

A. Pancasila dan etika politik indonesia............................................................. 3


B. Pancasila sebagai sistem etika........................................................................ 7
C. Perlunya Pancasila sebagai sistem etika......................................................... 8
D. Pancasila sebagai politik Indonesia................................................................ 10
E. Dinamika dan tantangan Pancasila sebagai sistem etika................................ 11

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 13

A. Kesimpulan.................................................................................................... 13
B. Saran............................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar Negara, pedoman than tolok ukur kehidupan
berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Etika politik Indonesia tertanam
dalam jiwa Pancasila Kesadaran etika yang merupakan kesadaran relational akan
tumbuh subur bagi warga masyarakat Indonesia ketika nilai-nilai Pancasila itu
diyakini kebenarannya, kesadaran etika juga akan lebih berkembang ketika nilai dan
moral Pancasila itu dapat di implementasikan kedalam norma-norma yang
diberlakukan di indonesia
Pancasila juga sebagai suatu sistern filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
nilai sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran dari norma baik norma
hukum, norma moral maupun norma kenegaraan lainya Oleh karena itu suatu
pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan norma-norma yang merupakan
pedoman dalam suatu tindakan suatu nilai yan bersifat mendasar
Nilai-nilai Pancasila dijabarkan dalam suatu norma yang jelas sehingga
merupakan suatu pedoman Norma tersebut meliputi norma moral yaitu yang berkaitan
dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dan sudut baik maugun buruk.
Kemudian yang kedua adalah norma hukum yaitu suatu sistem perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia.
Pancasila merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber
hukum baik meliputi norma moral maupun norma hukum, yang pada giliranya harus
dijabarkan lebih lanjut dalam nama-nama etika, moral maupun norma hukum dalam
kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan.
C. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pancasila dan etika politik Indonesia?
2. Bagaimana Pancasila sebagai sistem etika?
3. Mengapa Perlunya Pancasila sebagai sistem etika?
4. Apa itu Pancasila sebagai politik Indonesia?
5. Apa saja Dinamika dan tantangan Pancasila sebagai sistem etika?
D. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa itu Pancasila dan etika politik Indonesia?
2. Untuk mengetahui Bagaimana Pancasila sebagai sistem etika?

1
3. Untuk mengetahui Mengapa Perlunya Pancasila sebagai sistem etika?
4. Untuk mengetahui Apa itu Pancasila sebagai politik Indonesia?
5. Untuk mengetahui Apa saja Dinamika dan tantangan Pancasila sebagai sistem
etika?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pancasila dan etika politik Indonesia


1. Pengertian pancasila
Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari
bahasa Sanskerta: "pañca" berarti lima dan "śīla" berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Pancasila adalah dasar negara dan ideologi Indonesia yang menjadi landasan
dalam pembangunan dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengertian Pancasila
telah didefinisikan oleh berbagai tokoh sejarah dan ahli, yang memberikan
pemahaman yang beragam namun tetap mencerminkan nilai-nilai dasar yang
terkandung di dalamnya. Pancasila menurut beberapa tokoh sejarah dan ahli yang
berperan penting dalam perumusannya :
a) Soekarno
Soekarno, Proklamator Republik Indonesia yang juga merupakan Bapak
Proklamasi, memberikan pemahaman yang mendalam tentang Pancasila.
Menurut Soekarno, Pancasila adalah filosofi hidup bangsa Indonesia yang
terdiri dari lima sila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia. Ia menjelaskan bahwa Pancasila bukan hanya
sekedar dasar negara, tetapi juga merupakan panduan moral yang harus
dijadikan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
b) Muhammad Yamin
Muhammad Yamin merupakan tokoh yang ikut berperan dalam penyusunan
naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Menurutnya, Pancasila adalah
rumusan yang menggambarkan cita-cita dan tujuan perjuangan bangsa
Indonesia. Ia menekankan bahwa Pancasila memiliki arti mendalam, yaitu
menjunjung tinggi hak asasi manusia, keadilan sosial, persatuan, dan kesatuan
bangsa. Bagi Yamin, Pancasila adalah cerminan dari semangat perjuangan

3
kemerdekaan yang harus terus dijaga dan diperjuangkan oleh seluruh rakyat
Indonesia.
c) Ali Sastroamidjojo
Ali Sastroamidjojo, seorang ahli hukum dan diplomat Indonesia,
memberikan pengertian Pancasila yang lebih terfokus pada aspek politik.
Menurutnya, Pancasila adalah landasan dan sumber hukum tertinggi di
Indonesia. Ia menganggap Pancasila sebagai konstitusi yang bersifat fleksibel
dan dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Ali Sastroamidjojo juga
menekankan bahwa Pancasila adalah landasan bagi pembentukan lembaga-
lembaga negara dan sistem pemerintahan yang berkeadilan.
d) Dr. Radjiman Wedyodiningrat
Dr. Radjiman Wedyodiningrat, salah seorang tokoh pergerakan nasional dan
perumus pertama Pancasila, memberikan pemahaman Pancasila dari sudut
pandang historis. Baginya, Pancasila adalah hasil sintesis nilai-nilai budaya
Indonesia dan konsep-konsep perjuangan nasional yang terbentuk selama ribuan
tahun. Ia menggambarkan Pancasila sebagai suatu ideologi yang mencerminkan
kepribadian dan identitas bangsa Indonesia, yang mencakup keberagaman dan
keadilan.
Dalam kesimpulannya, Pancasila tidak hanya sekadar dasar negara, tetapi juga
merupakan panduan moral, cita-cita perjuangan, sumber hukum, dan cerminan
identitas bangsa Indonesia. Dengan pemahaman yang mendalam tentang Pancasila,
diharapkan kita dapat menjalankan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga tercipta masyarakat yang adil, beradab, dan
berkeadilan sosial.
Pancasila merupakan rangkaian kesatuan dan kebulatan yang tidak terpisahkan
karena setiap sila dalam pancasila mengandung empat sila lainnyadan kedudukan
dari masing-masing sila tersebut tidak dapat ditukar tempatnya atau di pindah-
pindahkan. Hal ini sesuai dengan sususnan sila yang bersipat sistematis-
hierarkis,yang berartibahwa kelima sila dengan pancasila itu menunjukan suatu
rangkaian susunan kesatuan itu sehingga tidak dapat dipindahkan.
Bagi bangsa Indonesia, hakikat yang sesungguhnya dari pancasila adalah
sebagai pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar egara. Kedua pengertian tersebut
sudah selayaknya dipahami oleh bangsa Indonesia.

4
Lima ideologi utama penyusun Pancasila merupakan lima sila Pancasila.
Ideologi utama tersebut tercantum pada alinea keempat dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945:
1. Ketuhanan yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab


3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sekalipun terjadi perubahan isi dan urutan lima sila Pancasila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun
1945, tanggal 1 Juni diperingati bersama sebagai hari lahirnya Pancasila.
2. Pengertian Etika
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok
yaitu etikaumum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan
mendasar tentangajaran-aaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu
ilmu yang menbahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran
moral terntentu atau bagaimana kita haru mengambil sikap yang bertanggung jawab
berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987).
Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap
tindakan manusia, sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam
hubungannya dengan pelbagai kehidupan manusia (Suseno, 1987).
Etika khusus dibagi menjadi etika individual yang membahas kewajiban
manusia terhadap diri sendir dan etika sosial merupakan keawajiban manusia
terhadap manusia lain dalam hidup bermasyarakat, yang merupakan suatu bagian
terbesar dari etika khusus tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu
ajaran moral terntentu ataubagaimana kita haru mengambil sikap yang bertanggung
jawab berhadapan dengan pelbagaiajaran moral (Suseno, 1987). Etika umum
mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlakubagi setiap tindakan manusia,
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalamhubungannya dengan
pelbagai kehidupan manusia (Suseno, 1987).
Etika khusus dibagi menjadi etika individual yang membahas kewajiban
manusia terhadap diri sendir dan etikasosial merupakan keawajiban manusia

5
terhadap manusia lain dalam hidup bermasyarakat,yang merupakan suatu bagian
terbesar dari etika khusus.
3. Pengertian politik
Politik secara umum dapat dipahami sebagai ilmu kemasyarakatan yang
mempelajari aktivitas manusia dalam kehidupan bernegara dari segala aspek seperti
kekuasaan, pengaruh, kekuatan, wewenang, kebijakan, pengaturan, pengambilan
keputusan, alokasi, pemerintahan dan kepentingan. Jadi ilmu politik itu mencakup
telaah atau studi yang luas. Fokus telaah ilmu politik adalah negara, kekuasaan,
pengambilan keputusan, kebijakan dan pembagian atau alokasi. Pandangan yang
berbeda dikemukakan oleh ilmuwan politik yang menyebut kekuasaan sebagai fokus
telaah ilmu politik, yakni Delia Noor (dalam dasar-dasar ilmu politik) yang
merumuskan definisi, ilmu politik memusatkan perhatian pada masalah kekuasaan
dalam kehidupan bersama atau masyarakat.
Secara prinsip, politik mengacu pada masalah pengelolaan dan kepemimpinan
yang meniscayakan pengaturan dan implementasi kehendak dan kekuasaan dalam
penataan urusan-urusan masyarakat (umat). Pada konteks ini kepemimpinan dalam
setiap urusan tentu menjalani tiga tahap: pertama, tahap penetapan prinsip-prinsip
yang harus diberlakukan dan tidak boleh dilangggar kedua, tahap perencanaan
berdasarkan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan: dan ketiga, tahap implementasi
rencana-rencana yang sudah dicanangkan.
Politik dalam pengertian yang spesifik adalah pengelolaan dan kepemiminan
secara konseptual dan aktual pada serangkaian urusan komunikasi guna meraih
tujuan-tujuan yang dapat mewujudkan kemajuan sosial. Politik dalam pengertian ini
umumnya digunakan ketika politik dipandang sebagai unsur substansial dalam
pengertiannya yang global serta diposisikan sejajar dengan dua unsur substansial
lainnya, yaitu kebudayaan dan ekonomi.
4. Pancasila Dan Etika Politik Indonesia
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, seluruh aspek yang
menyangkut kekuasaan, kebijaksanaan yang berkaitan dengan publik, dan
pembagian kewenangan harus berdasarkan legitimasi moral religius.Sesuai dengan
sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa dan sila kedua yaitu
kemanusiaan yang adil dan beradab. Selain itu, penyelenggaraan negara juga harus
berdasarkan legitimasi hukum yaitu prinsip legalitas.

6
Disebutkan dalam pasal 1 ayat 3 Undang-undang Dasar atau UUD 1945
bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Maka, keadilan dalam hidup bersama
harus sesuai dengan sila kelima Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Keadilan sosial merupakan tujuan dari kehidupan negara. Segala
kebijakan, kekuasaan, dan kewenangan dalam penyelenggaraan negara harus
berdasarkan hukum yang berlaku. Negara berasal dari rakyat dan segala
kebijaksanaannya senantiasa untuk rakyat. Sesuai dengan sila keempat Pancasila,
maka rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara. Dalam pelaksanaan politik
praktis, hal-hal yang menyangkut kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus
berdasarkan legitimasi dari rakyat atau legitimasi demokrasi. Seluruh kebijakan yang
diambil, baik menyangkut politik dalam negeri maupun politik luar negeri, ekonomi
nasional maupun global, dan hal lainnya menyangkut rakyat harus mendapatkan
legitimasi rakyat.
B. Pancasila sebagai sistem etika
Pancasila dan etika adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena sama-sama
mengajarkan tentang nilai-nilai yang mengandung kebaikan. Etika Pancasila adalah etika
yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan. Suatu
perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentanan dengan nilai-nilai
Pancasila tersebut, tetapi bagaimana meniggikan nilai-nilai yang ada menjadi suatu hal
yang lebih memberikan manfaat kepada yang lain. Nilai-nilai Pancasila, meskipun
merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat
kebudayaan bangsa Indonesia, namun sebenarnya juga nilai-nilai yang bersifat universal
dapat diterima oleh siapa pun dan kapan pun. Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai
yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia.
Mengacu kepada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka Pancasila
dapat menjadi sistem etika yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya bersifat
mendasar, namun juga realistis dan aplikatif. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai
ideal yang sudah ada dalam cita-cita bangsa Indonesia yang harus diwujudkan dalam
realitas kehidupan. Nilai-nilai Pancasila apabila benar-benar dipahami, dihayati dan
diamalkan, tentu mampu menurunkan tingkat kejahatan dan pelanggaran dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Penanaman satu nilai tentunya tidak cukup dan memang tidak bisa dalam konteks
Pancasila, karena Pancasila adalah suatu sistem nilai yang merupakan kesatuan organis

7
yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Dengan demikian, akan menjadi
kekuatan moral besar manakala keseluruhan nilai Pancasila yang meliputi:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya. Dalam sila
ini terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah pengejawantahan tujuan
manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha esa.
b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Kemanusian berasal dari kata manusia yaitu
mahluk yang berbudaya dengan memiliki potensi pikir, rasa, karsa dan cipta. Potensi
itu yang mendudukkan manusia pada tingkatan martabat yang tinggi yang menyadari
nilai-nilai dan normanorma. Kemanusiaan dapat diartikan sebagai hakikat dan sifat-
sifat khas manusia sesuai dengan martabat.
c. Persatuan Indonesia. Persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam-
macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Persatuan Indonesia
dalam sila ketiga ini mencakup persatuan dalam arti ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya dan keamanan. Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang
mendiami seluruh wilayah Indonesia. Persatuan Indonesia merupakan faktor yang
dinamis dalam kehidupan.
d. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Rakyat merupakan sekelompok manusia yang
berdiam dalam satu wilayah negara tertentu. Dengan sila ini berarti bahwa bangsa
Indonesia menganut sistem demokrasi yang menempatkan rakyat di posisi tertinggi
dalam hirarki kekuasaan.
e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Keadilan sosial berarti keadilan
yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik materiil maupun
spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti untuk setiap orang yang menjadi rakyat
Indonesia tanpa terkecuali. Adapun makna dan maksud istilah beradab pada sila
kedua, “Kemanusiaan yanga dil dan beradab” yaitu terlaksananya penjelmaan unsur-
unsur hakikat manusia, jiwa raga, akal, rasa, kehendak, serta sifat kodrat
perseorangan dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hal demikian dilaksnakan dalam
upaya penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara yang bermartabat
tinggi.
C. Perlunya Pancasila sebagai sistem etika
Pancasila adalah dasar filsafat dan ideologi negara Indonesia. Sebagai sistem etika,
Pancasila memiliki peran yang penting dalam membimbing perilaku dan tindakan

8
masyarakat. Berikut beberapa alasan mengapa Pancasila dianggap sebagai sistem etika
yang penting:
a) Nilai-Nilai Moral:
Pancasila mengandung lima nilai moral dasar, yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai ini membentuk dasar moral
yang mengarah pada perilaku yang baik dan bertanggung jawab.
b) Pedoman untuk Tindakan:
Pancasila memberikan pedoman bagi masyarakat dalam mengambil keputusan
dan bertindak. Dengan memiliki dasar etika yang jelas, masyarakat dapat lebih
mudah menilai apakah suatu tindakan sesuai dengan nilai-nilai yang dipegang atau
tidak.
c) Pembangunan Karakter Individu:
Pancasila tidak hanya menjadi pedoman untuk perilaku kolektif, tetapi juga
membentuk karakter individu. Dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai
Pancasila, individu dapat mengembangkan kepribadian yang bermoral dan
bertanggung jawab.
d) Kohesi Sosial:
Pancasila memberikan dasar yang kuat untuk membangun kohesi sosial di
antara beragam kelompok masyarakat. Nilai persatuan dan kesatuan yang
terkandung dalam Pancasila membantu mengurangi potensi konflik antarindividu
atau kelompok.
e) Pandangan Hidup dan Orientasi Kehidupan:
Pancasila juga mencerminkan pandangan hidup dan orientasi kehidupan
masyarakat Indonesia. Sebagai sistem etika, ia memberikan landasan untuk
menentukan tujuan hidup yang lebih besar dan bermakna.
f) Landasan Hukum:
Nilai-nilai Pancasila tercakup dalam konstitusi Indonesia dan menjadi
landasan bagi pembentukan hukum dan kebijakan. Oleh karena itu, Pancasila tidak
hanya berfungsi sebagai pedoman moral tetapi juga sebagai dasar bagi sistem hukum
yang adil dan berkeadilan.
g) Menjaga Keseimbangan Antara Hak dan Kewajiban:

9
Pancasila membantu menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Setiap
hak yang dimiliki oleh individu atau kelompok masyarakat harus diimbangi dengan
kewajiban yang sesuai untuk menciptakan harmoni dalam masyarakat.
Meskipun Pancasila memiliki peran yang penting sebagai sistem etika di
Indonesia, perlu diingat bahwa interpretasi dan implementasinya dapat berbeda di
antara individu dan kelompok. Oleh karena itu, dialog dan pemahaman yang
mendalam terkait dengan nilai-nilai Pancasila sangat diperlukan untuk memastikan
bahwa mereka dihayati dan diimplementasikan secara efektif dalam kehidupan
sehari-hari.
D. Pancasila sebagai politik Indonesia
Pancasila adalah dasar filsafat negara Indonesia yang mencakup lima prinsip
utama. Sebagai etika politik, Pancasila memainkan peran penting dalam membimbing
perilaku politik dan pembentukan kebijakan di Indonesia. Berikut adalah penjelasan
singkat tentang bagaimana Pancasila berperan sebagai etika politik di Indonesia:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa:
Pancasila menempatkan prinsip ini sebagai fondasi utama. Dalam konteks
etika politik, ini mengajarkan kepada para pemimpin dan warga negara untuk
menjunjung tinggi nilai-nilai spiritualitas dan religiositas. Ini berimplikasi pada
perlunya keadilan sosial, kebersamaan, dan toleransi antarumat beragama.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab:
Prinsip ini menekankan pentingnya menghormati hak asasi manusia, keadilan
sosial, dan peradaban. Dalam konteks etika politik, ini mengarah pada perlunya
pemerintah dan pemimpin politik untuk mengedepankan keadilan dalam kebijakan
publik, menghormati hak asasi manusia, dan memastikan kesejahteraan masyarakat.
3. Persatuan Indonesia:
Prinsip ini menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Sebagai etika politik, ini mencerminkan perlunya menghindari perpecahan dan
konflik internal, serta mempromosikan kerjasama antarwarga negara untuk mencapai
tujuan bersama.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan:
Pancasila menekankan perlunya pemerintahan yang demokratis. Sebagai etika
politik, ini mengajarkan partisipasi aktif warga negara dalam pembuatan keputusan

10
politik dan mengedepankan kebijaksanaan dan musyawarah dalam pengambilan
keputusan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia:
Prinsip ini menekankan pentingnya keadilan sosial dan distribusi yang adil.
Sebagai etika politik, ini mendorong pemerintah untuk mengambil langkah-langkah
yang mendukung pemerataan ekonomi, akses pendidikan, dan layanan kesehatan
agar semua warga negara dapat menikmati kesejahteraan yang sama.
Dengan menginternalisasi prinsip-prinsip Pancasila, diharapkan bahwa para
pemimpin politik dan warga negara Indonesia akan dapat memandu perilaku politik
mereka agar selaras dengan nilai-nilai dasar negara, menciptakan lingkungan politik
yang stabil, adil, dan beradab.
E. Dinamika dan tantangan Pancasila sebagai sistem etika
1) Dinamika Pancasila sebagai Sistem Etika
Pancasila sebagai sistem etika tidak bersifat statis, tetapi dinamis. Artinya,
Pancasila dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan kebutuhan
masyarakat. Pancasila tidak hanya bersifat normatif, tetapi juga operasional. Artinya,
Pancasila tidak hanya berisi nilai-nilai abstrak, tetapi juga dapat diimplementasikan
dalam praktik-praktik konkret. Berikut ini adalah beberapa contoh dari dinamika
Pancasila sebagai sistem etika:
a. Dalam bidang politik:
Pancasila menjadi dasar bagi penyelenggaraan pemerintahan yang
demokratis, transparan, akuntabel, dan partisipatif. Nilai-nilai kerakyatan dan
keadilan menjadi acuan bagi penyusunan undang-undang, kebijakan publik,
serta pengawasan dan pengadilan. Pancasila juga menjadi landasan bagi
pembangunan nasional yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat.
b. Dalam bidang hukum:
Pancasila menjadi sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di
Indonesia. Nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan menjadi pedoman bagi pembentukan, penegakan, dan pengembangan
hukum di Indonesia. Pancasila juga menjadi dasar bagi perlindungan hak asasi
manusia dan penegakan supremasi hukum.
c. Dalam bidang sosial:
Pancasila menjadi dasar bagi kehidupan bermasyarakat yang harmonis,
toleran, dan solidaritas. Nilai-nilai kemanusiaan dan persatuan menjadi acuan

11
bagi penghormatan dan penghargaan terhadap perbedaan suku, agama, ras, dan
golongan. Pancasila juga menjadi dasar bagi pemberdayaan masyarakat dan
penguatan modal sosial.
d. Dalam bidang budaya:
Pancasila menjadi dasar bagi pelestarian dan pengembangan kebudayaan
nasional yang beragam dan kaya. Nilai-nilai kemanusiaan dan persatuan
menjadi acuan bagi pengakuan dan penghormatan terhadap keberagaman
budaya lokal. Pancasila juga menjadi dasar bagi pengembangan kebudayaan
yang kreatif, inovatif, dan berdaya saing.
2) Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika
Pancasila sebagai sistem etika tidak terbebas dari tantangan dan ancaman
yang datang dari dalam maupun luar negeri. Beberapa tantangan yang dihadapi oleh
Pancasila sebagai sistem etika antara lain:
a. Globalisasi:
Globalisasi merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari dalam era
modern. Globalisasi membawa dampak positif maupun negatif bagi bangsa
Indonesia. Di satu sisi, globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan
kerjasama, pertukaran, dan integrasi dengan bangsa-bangsa lain. Di sisi lain,
globalisasi juga membawa risiko untuk terjadinya dominasi, asimilasi, dan
homogenisasi budaya oleh budaya asing yang lebih kuat. Oleh karena itu,
Pancasila harus mampu menjaga identitas nasional dan nilai-nilai lokal tanpa
menutup diri dari pengaruh global.
b. Radikalisme:
Radikalisme merupakan sikap atau paham yang bersifat ekstrem,
intoleran, dan eksklusif terhadap pihak-pihak yang berbeda atau bertentangan
dengan dirinya. Radikalisme dapat muncul dalam berbagai bidang, seperti
politik, agama, sosial, budaya, dan lain-lain. Radikalisme dapat mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang beragam. Oleh karena itu,
Pancasila harus mampu menumbuhkan sikap moderat, toleran, dan inklusif
terhadap perbedaan yang ada di tengah masyarakat.
c. Korupsi:
Korupsi merupakan tindakan yang melanggar hukum dan moral dengan
cara menyalahgunakan wewenang atau jabatan untuk memperoleh keuntungan
pribadi atau kelompok. Korupsi dapat merugikan kepentingan umum dan

12
menghambat pembangunan nasional. Korupsi juga dapat menurunkan
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan lembaga negara. Oleh karena
itu, Pancasila harus mampu menanamkan nilai-nilai integritas, profesionalisme,
dan tanggung jawab kepada seluruh penyelenggara negara dan Masyarakat

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika politik termasuk lingkup etika sosial yang berkaitan dengan
bidangkehidupan politik, politik juga memiliki makna dan bermacam-macam
kegiatan,dalam sistem politik negara dan politik lainnya harus berpedoman dan
mengacu padabutir- butir yang terdapat dalam Pancasila, dengan tujuan demi
kepentingan Negaradan kepentingan masyarakat (publik) dan bukan semata-
mata untuk kepentingan pribadi atau individu. Dalam hubungan dengan etika
politik bahwa pengertian politikharus dipahami secara lebih luas yaitu yang
menyangkut seluruh unsur yang membentuk suatu persekutuan hidup yang
disebut Negara dan Masyarakat. Dalam kapasitas berhubungan dengan moral,
maka kebebasan manusia dalam menentukan tindakan harus bisa
dipertanggungjawabkan, sesuai aturan yang telah ditetapkan dan disesuaikan
dengan keadaan masyarakat sekelilingnya. Sifat serta ciri khas kebangsaan dan
kenegaraan Indonesia bukanlah totalitas individualitas ataupun sosialistis
melainkan segala keputusan kegiatan dan kebijakan serta arah dari tujuan politik
harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral.
B. Saran
Pancasila hendaknya disosialisasikan secara mendalam sehingga
dalamkehidupanberbangsa, bernegara dan bermasyarakat sertaberpolitik
dalam berbagaisegi kegiatan dapat terwujud dengan baik dan lancar. Untuk
Mewujudkan masyarakatyang adil dan makmur, pemerintah selaku pemegang
amanat rakyat dan penyelenggara Negara harus mentaati peraturan yang
telah ditetapkan, karena kekuatan politik suatu negara ditentukan oleh
kondisi pemerintah yang absolut, pemerintah yang didukung penuh oleh rakyat,
karena kedaulatan tertinggi berada ditangan dan rakyat merupakan bagian terpenting
dari terbentuknya suatu negara.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ali Asghar Nusrati, Sistem Politik Islam, Nurul Huda, Jakarta, 2015

Anwar, Arifin. 2015. Perspektif Ilmu Politik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perada.

Budiardjo, Miriam. 2005. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila

https://umsu.ac.id/berita/pengertian-pancasila-menurut-tokohsejarah-dan-ahli/

Ronto. 2012. Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar NegaraI. Jawa Timur : PT Balai
Pustaka.

Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral.
Yogyakarta: Kanisius,

Susilowati Dwi dan Sudjatmoko. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Penerbit


Erlangga.

Winatraputra S.Udin. 2002. Pendidikan Pancasila. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Gila, Paputungan yang. DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA. 2022.
<https://www.academia.edu/92260119/Dinamika_dan_Tantangan_Pancasila_sebagai_Siste
m_etika>.

Soekarno. (1965). "Pancasila sebagai dasar negara." Yayasan Pembinaan dan Pengembangan
Pancasila.
Notonagoro, M. S. (1976). "Etika Politik." PT Gramedia.
Sunaryati, H. (1992). "Pancasila sebagai ideologi nasional." PT Gramedia.

14

Anda mungkin juga menyukai