Pemberitaan, Feature, Dan Liputan Langsung Kelompok 4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

PEMBERITAAN, FEATURE, DAN LIPUTAN LANGSUNG

PELIPUTAN BERITA ONLINE: PRINSIP, FENOMENA HOAX,


ETIKA JURNALISTIK, DAN REGULASI MEDIA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemberitaan, Feature, dan
Liputan Langsung

DosenPengampu:
Myristica Imanita, S.Pd., M.Pd.
Dr. Tina Kartika,S.Pd.,M.Si

DisusunOleh:

Kelompok 4

Ayu Setiawati 2113033020


Ahmad Faizin 2113033011
Nike Sabililah 2113033080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN


PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Peliputan Berita Online: Prinsip,
Fenomena Hoax, Etika Jurnalistik, dan Regulasi Media” sebagai
salahsatu tugas mata kuliah Pemberitaan, Feature, dan Liputan
Langsung. Atas dukungan moral dan material yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada orangtua, saudara, dan seluruh keluarga yang telah mencurahkan
doa dan semangat kepada kami. Tidak lupa pula kami mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Myristica, S.Pd., M.Pd. dan Ibu Dr. Tina Kartika,
S.Pd., M.Si. selaku dosen yang membimbing sehingga makalah ini dapat
diselesaikan, serta teman-teman yang telah banyak membantu dan member
dukungan khususnya teman-teman dari Program Studi Pendidikan Sejarah
2021.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun darisemua pihak. Apabila kesalahan kata atau penulisan,
penulis mohon maaf yang sebesar besarnya.

Bandar Lampung, 22 April 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Langkah-Langkah Peliputan Berita Online Mengikuti Prinsip-
Prinsip Jurnalistik.....................................................................................3
2.2 Fenomena Hoax Dalam Media Online: Tantangan Dan
Dampaknya...............................................................................................5
2.3 Kode Etik Jurnalistik Dalam Peliputan Berita Online
2.4 Regulasi Pengaturan Media Online: Perlindungan Dan Tanggung
Jawab........................................................................................................7

BABIII PENUTUP.................................................................................................10
3.1Kesimpulan..............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transformasi digital yang berpadu dengan perkembangan


teknologi internet telah mengubah peta jurnalisme di dunia, termasuk
Indonesia. Internet dan teknologi digital memengaruhi tiga proses
mendasar dari jurnalisme yani pencarian berita, produksi berita,
publikasi berita. Ketiganya mengalami perubahan pola dan proses baik
dari sisi media sebagai institusi pers maupun jurnalis sebagai pelaku
kegiatan jurnalistik di media.

Perubahan cara kerja jurnalis dalam era digitalisasi memunculkan


kata baru dalam perbendaharaan kata jurnalisme, yakni jurnalisme
digital (Ashari 2019). Jurnalisme digital merupakan ragam jurnalisme
yang berkembang sebagai manifestasi bagaimana media digital
bertransformasi dan berkolaborasi dengan jurnalisme. Dalam jurnalisme
digital, teknologi dan manusia dipandang sebagai kolaborator yang
membuat ekosistem ini berjalan. Perkembangan jurnalisme digital
memiliki fungi dan implikasi terhadap manusia yang memiliki nilai dan
norma. Media digital sebagai manifestasi dalam teknologi pada
ekosistem jurnalisme memengaruhi bagaimana jurnalis dan rang lingkup
jurnalis bekerja (Nurlatifah 2020).

Dinamika perkembangan industri digital di ranah jurnalisme,


tampak pada kemunculan berbagai kanal media online di Indonesia.
Data dari Dewan Pers tahun 2019 menunjukkan, jumlah media online di
Indonesia mencapai 43.000 (Leksono 2019, 38). Implikasi yang
kemudian muncul adalah perubahan cara kerja media akibat digitalisasi
yang tidak hanya terjadi di level perusahaan saja tapi juga perubahan
pola kerja jurnalis sebagai produsen konten berita (Ashari 2019, 2).

Perkembangan media digital merupakan keniscayaan pada era


masyarakat berjejaring. Infomasi menjadi komoditas utama dan peran
jurnalisme tidak hanya sekadar menyajikan informasi, mendidik,
menghibur, dan watchdog, tetapi bertambah dengan kebutuhan
masyarakat atas informasi dan berjejaring (Nurlatifah & Irwansyah
2019).

Dalam proses pencarian berita, kehadiran internet mempermudah


dan menghapus jarak rang dan waktu. Kegiatan pencarian data dapat
dilakukan dengan menggunakan mesin pencari yang terhubung dengan
internet, kemudahan wawancara narasumber secara virtual, termasuk
proses kurasi berita yang dilakukan secara online. Hal tersebut tent
berbeda dengan praktik jurnalisme konvensional yang didominasi ole
aktivitas pencarian data dan informasi di lapangan secara langsung
melalui proses tatap muka dengan narasumber. Sekalipun perdebatan
seputar perlu tidaknya kehadiran jurnalis di lapangan mash berlangsung,
tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran internet menjadikan proses kerja
jurnalis dalam mengumpulkan data dan informasi menjadi lebih
sederhana dan mudah. Malik dan Shapiro seperti dikutip Ashari (2019)
menyatakan jurnalisme digital bisa dikenali dari beberapa karakter,
yakni adanya keterlibatan yang interaktif, kolaborasi antara jurnalis dan
penulisnya, ada kesatuan publikasi sebagai implikasi dari multimedia,
ada dampak yang lebih terasa dari pola penyebaran konten yang lebih
luas, serta jangkauan yang lebih global karena faktor terhubung dengan
jaringan internet.

Pada proses produksi berita, praktik jurnalisme digital berbasis


internet memberikan keleluasaan redaksi untuk memperkaya data dalam
proses pembuatan berita. Tidak hanya data hasil wawancara narasumber
yang dapat dijadikan bahan untuk berita tetapi juga berbagai informasi
yang tersebar dalam media sosial dan portal media online lain dapat
dimanfaatkan.

Kehadiran internet juga memperielas perbedaan pola jurnalis dalam


membroduksi berita. di mana rang redaksi tidak hanya ada di sat tempat
tapi di berbagai wilayah. Jurnalis dapat mengolah dan mengirimkan
beritanya ke redaksi di mana pun dan kapan pun. Sementara pada proses
publikasi berita, keberadaan internet memperkaya media sarana
publikasi berita ke khalayak, salah satunya media sosial. Media sosial
merupakan bentuk praktik konvergensi media digital. Media sosial
sebagai bagian dari media baru mampu memadukan dan memadankan
teks, suara, gambar, dan video dengan teknologi, sehingga berbeda dari
media tradisional (Tresnawati & Prasetyo 2018).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah antara


lain:
1. Langkah-langkah Peliputan Berita Online Mengikuti Prinsip-prinsip
Jurnalisme
2. Fenomena Hoax dalam Media Onlline: Tantangan dan Dampaknya
3. Kode Etik Jurnalistik dalam Peliputan Berita Online
4. Regulasi Pengaturan Media Online: Perlindungan dan Tnaggung
Jawab

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah antara


lain:
1. Untuk mengetahui apa sajaLangkah-langkah Peliputan Berita Online
Mengikuti Prinsip-prinsip Jurnalisme
2. Untuk mengetahui Fenomena Hoax dalam Media Onlline: Tantangan
dan Dampaknya
3. Untuk mengetahui apa saja Kode Etik Jurnalistik dalam Peliputan
Berita Online
4. Untuk mengetahui Regulasi Pengaturan Media Online: Perlindungan
dan Tnaggung Jawab
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Langkah-Langkah Peliputan Berita Online Mengikuti Prinsip-


Prinsip Jurnalisme

Istilah jurnalistik pada saat ini, mungkin sudah tidak asing lagi
terdengar di telinga. Di era sekarang ini berbagai media informasi dan
telekomunikasi sangat mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat,
khususnya di perkotaan, bahkan media massa dapat mempengaruhi
masyarakat sampai kepolosok-polosok pedesaan. Televisi dan radio
bukan lagi barang yang dianggap mewah, sehingga banyak masyarakat
desa yang memilikinya.Sehingga dari media massa itulah kerap sering
termuat istilah jurnalistik. Karena media massa sebagai sarana
penyaluran kegiatan hasil kerja jurnalistik. Dari segi asal katanya,
menurut Kris Budiman istilah jurnalistik berasal dari journalistiek
(bahasa Belanda), sama halnya dengan istilah dalam bahasa Inggris
yaitu Journalism yang bersumber dari perkataan jounal, yang
merupakaan teriemahan dari bahasa latin diurna yang berarti
"harian"atau "setiap hari" dimana segala berita yang pada hari itu
termuat dalam lembaran kertas yang tercetak. Azwar (2018:3)

Jurnalistik online biasa disebut dengan cyber journalism atau


jurnalis internet merupakan generasi baru jurnalistik
Setelahjurnalistik konvensional (jurnalistik media cetak, seperti surat
kabar) dan jurnalistik penyiaran (broadcast journalism radio dan
televisi). Terdapat lima prinsip dasar jurnalistik online Menurut Paul
Bradshaw, terdapat yakni Brevity, Adaptability, Scannability,
Interactivity, Community and Coversation.
1. Keringkasan (Brevity).
2. Kemampuan beradaptasi (Adaptabilty).
3. Dapat dipindai (Scannability).
4. Interaktivitas (Interactivity).
5. Komunitas dan Percakapan (Community and Conversation).

Westerstahl dalam McQuail (2011:173) ada dua aspek yang sangat


pentingdalam sebuah berita, yaitu Faktualitasdan Imparsialitas.
Faktualitas terkait dengan kebenaran dan kualitas informasi sebuah
berita, di mana khalayak mampu memahami realitas yang disampaikan
oleh sebuah berita Berita disebut faktual apabila seuai dengan fakta di
tempat kejadian. Faktualitas terkait pada tiga hal, antara lain kebenaran
(truth), relevansi (relevance)serta informati veness(McQuail, 1992:
205-206). Imparsialitas merupakan 'sikapnetral' dan harus diraih
melalui kombinasi keseimbangan (penekanan waktu/tempat yang
sama/proporsional) di antara penafsiran, sudut pandang, atau versi
peristiwa yang saling berlawanan dan tidak memihak (netral) dalam
penyajian. Pemberitaan yang netral akan menyajikan konten yang non-
evaluatifdan non sensasional. Artinya bahwa pemberitaan tidak
mengarahkan pembacanya dan tidak diberitakan secara berlebihan
(McQuail, 1992:201).

Prinsip-prinsip Jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rosenstiel


dirumuskan pada buku yanng berjudul The Elementsof Journalism:
What the People Should Know and The Public Should Except yang
kemudian diterbitkan di Indonesia dengan judul Sembilan Elemen
Jurnalisme. Sembilan elemen jurnalisme ini adalah prinsip-prinsip yang
diharapkan dapat diterapkan oleh wartawan untuk mewujudkan tujuan
utama jurnalisme tersebut (Kovach dan Rosenstiel, 2004:6).
Sembilan elemen tersebut adalah (Kovach, 2004: 9):
1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran
2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada masyarakat
3. Intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi
4. Praktisi jurnalisme harus menjaga independesi sumber berita
5. Jurnalisme harus menjadi pemantau kekuasaan
6. Jurnalisme harus menyediakan forum kritik, saran dan komentar untuk
dukungan masyarakat.
7. Jurnalisme harus membuat berita yangpenting menarik dan relevan
8. Jurnalisme harus menyebarkan beritayang komprehensif dan
proporsional
9. Praktisi jurnalisme harus mengikuti nurani mereka.

Tahapan tahapan pada peliputan berita online


Padaumumnya, Media menggunakan piramida terbalik sebagai
format penulisan berita karena dinilai sesuai dengan bentuknya yang
padat informasi di awal. Hal itu memberikan kemudahan bagi pembaca
untuk cepat menyerap informasi. Tidak hanya berupa teks berita,
jurnalisme online juga dilengkapi dengan video dan foto dalam format
digital.Tahap Peliputan dan Penulisan Berita diJatim Newsroom
dimulai dari mendatangi lokasi liputan, mewawancarai hingga membuat
naskah berita. Jurnalis memiliki tanggung jawab yang besar dalam
menulis sebuah berita. Setelah melalui tahap persiapan dan semua
peralatan liputan telah siap, jurnalis bersama dengan campers akan
langsung mendatangi lokasi liputan yang telah ditentukan. Jurnalis dan
campers berangkat menuiu lokasi. Sesampainya di lokasi, campers akan
mencari posisi yang pas untuk pengambilan gambar. Campers tidak
hanya mengambil gambar dari satu sudut saja, akan berpindah-pindah
sesuai kebutuhan untuk foto berita yang akan di publikasikan bersama
dengan artikel berita di website dan media sosial milik Dinas Kominfo
Jatim.Proses pengambilan gambar dilakukan oleh campers.
Jurnalis memegang kendali untuk memerintahkan campers
mengambil gambar dari sudut tertentu, campers hanya mengambil
gambar yang dinginkan oleh jurnalis saja. Hal ini dikarenakan jurnalis
yang akan membuat naskah berita, maka dari itu jurnalis yang
mengetahui naskah berita yang nantinya akan ditulis sesuai dengan
gambar yang telah diambil. Gambar yang diambil dalam bentuk foto.
Selanjutnya, jurnalis akan melakukan wawancara dengan narasumber
untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan untuk menjadi bahan
berita, wawancara merupakan bagian terpenting dalam kegiatan
jurnalistik. Selain untuk menjadi sumber informasi, kegiatan
wawancara juga penting untuk meyakinkan pembaca atas keaslian dan
keakuratan berita tersebut. Saat pengeditan naskah, jurnalis akan
menambahkan kutipan kalimat langsung ke dalam artikel yang
dibuat.Jurnalis meniadi kunci utama dalam berhasil tidaknya untuk
mendapatkan informasi dalam proses produksi berita, dengan begitu
sikap jurnalis menjadi hal yang penting untuk diperhatikan terutama
saat wawancara sat sedang berlangsung.

MenurutSantoso(2017). Sikappewawancara yang baik meliputi


memiliki sifat selalu ingin tahu, ulet, disiplin, dan sabar, menjaga
penampilan menjaga sopan santun, dapat menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga responden merasa aman dan berkeinginan
untuk memberi informasi yang sebenarya, bersikap netral, tidak
bereaksi terhadap jawaban responden, menunjukkan perhatian,
misalnya dengan menganggukan kepala atau mengucapkan ucapan
sejenisnya dan terus menerus menarik perhatian narasumber selama
wawancara berlangsung. Memberitahukan campers, apa saja gambar
yang dibutuhkan untuk dijadikan bahan berita. Jurnalis disini adalah
orang yang Jurnalis melakukan beberapa hal untuk mendapatkan
informasi yang relevan dan akurat. Berikut ini adalah hal yang
dilakukan oleh jurnalis untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
ketika berada di lapangan, yaitu wawancara dengan narasumber.
Adapun kelayakan narasumber yang sesuai SOP Jatim Newsroom yaitu
pertama, ketokohan karena keahliannya dalam ilmu atau profesi.Kedua.
ketokohan karena bidang pekerjaan.Ketiga, ketokohan karena sebagai
pelaku atau saksi langsung.
Adapun jenis wawancara yang dilakukan oleh Jurnalis Jatim Newsroom
adalah:
1. Doorstop Interview Pada proses ini, jurnalis Jatim
Newsroom menggunakan metode wawancara narasumber secara
langsung yang biasanya dilakukan setelah acara selesai dengan cara
‘'menghadang’ narasumber. Saat itu juga jurnalis akan langsung
meminta waktu narasumber dan melontarkan berbagai pertanyaan.
2. Sesi Tanya-Jawab
Sesi Tanya-jawab menjadi salah satu bagian acara yang biasanya
sudah disiapkan oleh pihak penyelenggara acara, misalnya seminar,
talkshow atau jumpa pers.Jurnalis diberikan
kesempatan untuk bertanya langsung kepada narasumber. Sesi
tanyajawab ini berlangsung dan jurnalis Jatim Newsroom dapat
memanfaatkannya untuk mengajukan pertanyaan.
3. Wawancara Eksklusif
Proses wawancara yang dilakukan oleh seorang jurnalis dengan
kesepakatan pertemuan sebelumnya.
Wawancara ini disebut juga dengan wawancara khusus karena hanya
menghadirkan jurnalis dari satu media saja. Jenis wawancara ini pada
Jatim Newsroom atas inisiatif jurnalis atau penugasan dari redaksi.

Selain meliput berita, juralis juga diharuskan untuk menulis berita


dari hasil liputan yang sudah dilakukan di lapangan. Jatim Newsroom
memiliki standar format penulisan berita yang dipublikasikan pada
website Kominfo Jatim. Daya tarik dari suatu peristiwa akan
berperangaruh pada metode penulisannya. Misalnya, sebuah isu atau
informasi memiliki nilai yang tinggi, maka harus disampaikan secepat
mungkin pada masyaakat.
Sesuai dengan format tulisan JatimNewsroom di atas, Rich (2010)
menyebut format berita softnews dan hardnews merupakan bagian dari
jurnalisme online.Termasuk feature termasuk kategori softnews. Secara
sederhana format tulisan hardnews berisi tentang apa, mengapa dan
bagaimana sebuah hal terjadi dengan harapan pembaca akan
terpengaruh.Sementara softnews diartikan sebagai berita informatif
sekaligus menghibur dengan member penekanan pada sisi kemanusian,
kebaruan dan kedekatan.
Konsep jurnalisme online menurut Pavlik (1996) memberikan
pengaruh pada penyajian konten berita. Beberapa di antaranya yaitu
pertama, teknik storytelling membuat pembaca merasa dekat dan
menikmati berita. Hal ini didukung dengan fitur lainnya seperti teks,
video, gambar dan grafis. Kedua, cara kerja jurnalis yang
mengandalkan teknologi digital untuk melaporkan informasi secara
cepat pada redaktur. Ketiga, newsroom online yang terpusat
memanfaatkan banyak kontributor lepas di berbagai daerah. Keempat,
new media mengubah relasi yang ada antara organisasi, wartawan, dan
publiknya, termasuk khalayak dan pengiklan.
Pada proses penyajian berita di JatimNewsroom, redakturtidak
hanyamengerjakan tahap pengeditan dan pemilahan kata melainkan
juga melakukan pemeriksaan paragraf. Menurut Santoso memegang
kendali untuk memerintahkan campers mengambil gambar dari sudut
tertentu, campers hanya mengambil gambar yang dinginkan oleh
jurnalis saja. Hal ini dikarenakan jurnalis yang akan membuat naskah
berita, maka dari itu jurnalis yang mengetahui naskah berita yang
nantinya akan ditulis sesuai dengan gambar yang telah diambil. Gambar
yang diambil dalam bentuk foto.

Selanjutnya, jurnalis akan melakukan wawancara dengan


narasumber untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan untuk menjadi
bahan berita, wawancara merupakan bagian terpenting dalam kegiatan
jurnalistik. Selain untuk menjadi sumber informasi, kegiatan
wawancara juga penting untuk meyakinkan pembaca atas keaslian dan
keakuratan berita tersebut. Saat pengeditan naskah, jurnalis akan
menambahkan kutipan kalimat langsung ke dalam artikel yang dibuat.
Jurnalis menjadi kunci utama dalam berhasil tidaknya untuk
mendapatkan informasi dalam proses produksi berita, dengan begitu
sikap jurnalis menjadi hal yang penting untuk diperhatikan terutama
saat wawancara sedang berlangsung. Menurut Santoso (2017 sikap
pewawancara yang baik meliputi memiliki sifat selalu ingin tahu, ulet,
disiplin, dan sabar, menjaga penampilan menjaga sopan santun, dapat
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga responden merasa
aman dan berkeinginan untuk memberi informasi yang sebenarya,
bersikap netral, tidak bereaksi terhadap jawaban responden,
menunjukkan perhatian, misalnya dengan menganggukan kepala atau
mengucapkan ucapan sejenisnya dan terus menerus menarik perhatian
narasumber selama wawancara berlangsung

2.2 Fenomena Hoax Dalam Media Online: Tantangan dan Dampaknya

Hoax merupakan informasi yang direkayasa untuk menutupi


informasi sebenarnya. Dengan kata lain hoax juga bisa diartikan sebagai
upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang seolah-olah
meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Salah satu
contoh pemberitaan palsu yang paling umum adalah mengklaim sesuatu
barang atau kejadian dengan suatu sebutan yang berbeda dengan barang/
kejadian sejatinya. Definisi lain menyatakan hoax adalah suatu tipuan
yang digunakan untuk mempercayai sesuatu yang salah dan seringkali
tidak masuk akal yang melalui media online. Hoax bertujuan untuk
membuat opini publik, menggiring opini publik, membentuk persepsi
juga untuk hufing fun yang menguji kecerdasan dan kecermatan
pengguna internet dan media sosial. Tujuan penyebaran hoax beragam
tapi pada umumnya hoax disebarkan sebagai bahan lelucon atau sekedar
iseng, menjatuhkan pesaing (black campaign), promosi dengan
penipuan, ataupun ajakan untuk berbuat amalan – amalan baik yang
sebenarnya belum ada dalil yang jelas di dalamnya. Namun ini
menyebabkan banyak penerima hoax terpancing untuk segera
menyebarkan kepada rekan sejawatnya sehingga akhirnya hoax ini
dengan cepat tersebar luas (Nurul Hidaya: 2019)

Penyebar Hoax bisa dari kalangan personal, komunitas, korporasi,


lembaga negara, dan militer kerap membuat propaganda kebohongan
agar kepentingan mereka bisa terjaga. Informasi Hoax dibuat agar
khalayak ramai tak lagi fokus pada masalah sebenarnya dan selanjutnya
akan terjebak pada hal-hal bombastis yang bukan jadi permasalahan
pokok. Posisi penyebar informasi Hoax yang dianggap kredibel
menjadikan pengguna merasa yakin bahwa informasi itu benar dan
menjadikan itu suatu kebenaran dan dapat disebarluaskan tanpa
diperiksa kembali. Dengan pengetahuan masyarakat yang masih minim,
maka penggiringan opini melalui berita bohong (hoax) sangat mudah
sekali dilakukan. Faktor utama yang menyebabkan informasi palsu
(hoax) mudah tersebar di Indonesia adalah karakter masyarakat
Indonesia yang dinilai belum terbiasa berpendapat atau berdemokrasi
secara sehat. Ancaman global yang dapat memecah belah persatuan dan
kesatuan Indonesia, salah satunya dengan maraknya isu-isu berita hoax
atau fake news, seringkali merupakan berita yang berisi fitnah dan berita
bohong yang tersebar luas melalui perantaraan media sosial. Sulit untuk
meredam penyebaran berita bohong atau hoax yang disebarkan oleh
orang yang tidak bertanggungjawab tersebut. Setiap individu atau
kelompok dapat dengan mudah menyebarkan berita yang tidak benar,
dan penerima berita seringkali pula dinilai tidak kritis dalam mencerna
pemberitaan apakah berita tersebut benar atau tidak.

Dalam jurnal (Nurul Hidaya: 2019) menyatakan bahwa, untuk


mencegah penyebaran Hoax dapat dilakukan dengan literasi media.
Literasi media adalah perspektif yang dapat digunakan ketika
berhubungan dengan media agar dapat menginterpretasikan suatu pesan
yang disampaikan oleh pembuat berita. Literasi media adalah
pendidikan yang mengajari khalayak media agar memiliki kemampuan
menganalisis pesan media, memahami bahwa media memiliki tujuan
komersial/bisnis dan politik sehingga mereka mampu bertanggungjawab
dan memberikan respon yang benar ketika berhadapan dengan media
(Rochimah, 2011, p. 28).
Hoax ini tidak hanya tersebar melalui media online, namun juga
media arus utama juga terkontaminasi dan kadang juga menerbitkan
berita hoax. Persentase media yang menyebar hoax seperti radio
(1,20%), media cetak (5%), dan televisi (8,70%). Media penyebaran
hoax pada saat ini beragam, diantaranya aplikasi chat seperti whatsapp,
line, telegram sebanyak 62,80%, situs web sebanyak 34,90%, dan media
sosial sebanyak 92,40% (instagram, facebook, twitter). Data dari laman
web kominfo.go.id mengatakan ada 800.000 situs penyebar hoax dan
hate speech di Indonesia. Hoax merupakan efek saming dari era
keterbukaan, yang memiliki pelunang untuk menciptakan perpecahan
dan permusuhan karena dapat membuat masyarakat bingung akan
sebuah kebenaran informasi. Pengguna aktif media sosial saat ini
umumnya adalah para remaja, mereka terbiasa untuk berkomentar,
berbagi dan memberikan kritik di media sosial. Dengan kebiasaan ini
dapat memicu terjadinya hoax karna penyampaian berita yang tidak
pasti kebenarannya dan cenderung melakukan hate speech bagi konten
yang tidak disukainya (Anissa Rahmadhany: 2021)

Tantangan Hoax Literasi

Fenomena ini menciptakan tantangan baru dalam mengelola


informasi, mengingat potensi dampak sosial, politik, dan ekonomi yang
mungkin timbul akibat penyebaran berita palsu di platform ini (Alma
Salsabila: 2024).

Dalam jurnal (Alma Salsabila: 2024) menyatakan bahwa,


tantangan literasi dalam mengatasi penyebaran berita hoax sangatlah
besar dan kompleks. Salah satu tantangannya ialah, tingginya jumlah
informasi yang beredar di media sosial dan internet, sehingga membuat
masyarakat sulit untuk memilah mana informasi yang benar dan mana
yang tidak. Selain itu, kurangnya pemahaman masyarakat tentang cara
memverifikasi kebenaran sebuah berita juga menjadi tantangan yang
signifikan. Banyak orang cenderung percaya begitu saja pada berita
yang mereka baca tanpa melakukan pengecekan lebih lanjut. Selain itu,
adanya kelompok kelompok atau individu yang sengaja menyebarkan
berita hoax untuk kepentingan tertentu juga menjadi tantangan dalam
mengatasi penyebaran berita hoax. Mereka menggunakan teknik-teknik
manipulasi informasi dan menyebarkan berita palsu dengan tujuan untuk
mempengaruhi opini publik atau menciptakan kekacauan. Tantangan
lainnya adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
literasi media dan literasi digital. Banyak orang masih belum memahami
betapa pentingnya untuk kritis terhadap informasi yang mereka terima,
serta bagaimana cara mengidentifikasi berita hoax. Selain itu, kurangnya
regulasi yang jelas terkait dengan penyebaran berita hoax juga menjadi
tantangan dalam mengatasi masalah ini. Keterbatasan akses masyarakat
terhadap informasi yang valid dan akurat juga menjadi salah satu
tantangan dalam mengatasi penyebaran berita hoax (Mardjianto et al.,
2022).

Dalam jurnal (Putri Wulandari: 2019) menyatakan bahwa Dari


sejumlah hal positif terkait dengan keberadaan internet tersebut, dalam
prakteknya, muncul sejumlah tantangan, terutama dalam implementasi
internet sebagai ruang publik baru yang efektif. Tantangan itu adalah
hoax dan ujaran kebencian yang ada diinternet. Dalam Cambridge
Dictionary (2017), disebutkan bahwa hoax adalah rencana untuk menipu
kelompok besar orang; bisa juga diterjemahkan sebuah tipuan, intinya
hoax adalah informasi yang tidak berdasarkan fakta atau data,
melainkan tipuan dengan tujuan memperdaya masyarakat dengan model
penyebaran yang massif.

Opini yang memengaruhi penentuan pilihan orang (Iyengar &


Kinder, 1987 ; Zaller). Teori John Zaller (dalam Marijan Kacung,
2013:81) dalam tulisannya Nature and Origins of Mass Opinion
mengatakan bahwasanya opini publik mempunyai kekuatan besar dalam
mempengaruhi kebijakan dalam negeri bahkan mungkin saja hingga
internasional. Namun Zaller menambahkan lagi sebuah teori “elite led-
opinion” dimana opini tersebut ternyata dikendalikan dan mengikuti
kemana jalannya kaum-kaum elit (Putri Wulandari: 2019)

Dampak Dari Penyebaran Berita Hoax

Fenomena hoax atau berita bohong adalah salah satu bentuk Cyber
Crime yang kelihatannya sederhana, mudah dilakukan namun
berdampak sangat besar bagi kehidupan sosial masyarakat. Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia adalah salah satunya,
peristiwa skala nasional yang terpengaruh oleh hoax. Berita bohong atau
hoax sangat banyak tersebar atau disebarkan ke media sosial online pada
masa pemilihan presiden dan wakil presiden di tahun 2019. Banyak
orang terpegaruh oleh berita hoax tersebut, sehingga muncul rasa curiga,
benci, terus terbawa walaupun pemilihan presiden dan wakil presiden
sudah selesai berlangsung (Putri Wulandari: 2019)

Berita hoax dan ujaran kebencian yang marak di meda sosial telah
menjadi ancaman nasional. Semua pihak perlu bekerja sama untuk
melawannya. Ujaran kebencian dan hoax di dunia maya telah menjadi
ancaman nasional, sebab gangguan kejahatan Siber dapat berdampak
pada aspek ekonomi, ideology politik dan pertahanan keamanan. Berita
hoax sebagai upaya penipuan publik tentunya memiliki dampak yang
luas, terutama pada moral masyarakat (Aini Anjarwati: 2023).

Sehingga persebaran berita hoax sendiri dapat terputus dan tidak


akan menimbulkan dampak yang buruk pada masyarakat. Adapun
memang tujuan dari hoax itu sendiri untuk menggiring opini publik
mengenai keadaan yang sedang terjadi di masyarakat dengan
dimaksudkan atas kepentingan pribadi. Sehiingga oknum yang membuat
berita hoax tersebut akan diuntungkan dengan viralnya berita hoax
tersebut (Nila Zaimatus Septiana: 2021)

Adapun dampak yang dapat dirasakan pada masyarakat mengenai berita


hoax diantaranya adalah :

1) Terbentuknya opini public yang buruk


Hal ini bisa kita lihat disekitar kita ketika adanya opini public yang
buruk yang diakibatkan oleh adanya berita hoax, maka keadaan sosial
dalam masyarakat juga akan terganggu kenyamanannya dikarenakan
hoax yang beredar tersebut. Yang mana dampak dari berita tersebut bisa
kita lihat dengan memperhatikan perilaku dari masyarakat yang berubah
karena sudah tertanam stigma buruk yang terbentuk dari opini publik
berita hoax tersebut.(wijaya laksana, 2015)

2) Kecemasan pada masyarakat

Dampak yang selanjutnya yang dapat kita simpulkan dari analisa


diatas yaitu kecemasan. Yang mana berita hoax yang dibuat untuk
menggiring opini masyarakat secara tidak langsung juga akan
menimbulkan rasa keraguan yang kemudian timbulah perasaan cemas
mengenai apa yang sedang terjadi. Sehingga pada akhirnya masyarakat
tidak akan bisa berpikiran jernih untuk memtuskan suatu Tindakan yang
benar dan akan waspada dan mempercayai berita hoax tersebut. Maka
dari itu penting adanya peran keluarga, tokoh masyarakat, pemerintah
dan lingkungan masyarakat itu sendiri untuk mencegah penyebaran
berita hoax yang sedang marak terjadi. Sehingga kita bisa terhindar dari
dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya persebaran berita hoax
tersebut. Dan kitapun juga semakin bijak dalam bermedia dan juga
menerima informasi yang kita dapat (Nila Zaimatus Septiana: 2021)

2.3 Kode Etik Jurnalistik Dalam Peliputan Berita Online


Secara singkat dan umum Kode Etik jurnalistik (KEJ) berarti,
himpunan atau kumpulan mengenai etika di bidang jurnalistik yang
dibuat oleh, dari dan untuk kaum jurnalis (wartawan) sendiri dan
berlaku juga hanya terbatas untuk kalangan jurnalis (wartawan) saja.
Tiada satu orang atau badan lain pun yang diluar yang diluar yang
ditentukan oleh kode etik jurnalistik tersebut terhadap para jurnalistik
(wartawan), termasuk menyatakan ada tidak pelanggaran etika
berdasarkan Kode Etik Jurnalistik itu.
Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi
manusia yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 dan
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah
sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi,
guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan
manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers, wartawan Indonesia
juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial,
keberagamaan masyarakat, dan norma-norma agama.

Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya, pers


menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional
dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. Untuk menjamin
kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh
informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral
dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga
kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme.

Kode Etik Jurnalistik menetapkan prinsip bahwa pertanggungjawaban


tentang penataan berada terutama pada hati nurani setiap wartawan
Indonesia. Tidak ada satupun pasal dalam kode etik yang memberi
wewenang kepada golongan manapun di luar Dewan Pers untuk
mengambil tindakan terhadap seorang wartawan Indonesia atau
terhadap penerbitan pers. Hal ini menunjukkan bahwa KEJ
menempatkan wartawan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas
kualitas dan kebenaran informasi yang disampaikan kepada masyarakat.
Selain itu, KEJ juga mengatur tentang batasan-batasan dalam peliputan
berita online. Wartawan diharapkan untuk tidak menyerang kepentingan
individu, melakukan pencemaran nama baik, atau mempertentangkan
ajaran agama. Larangan juga diberlakukan terhadap penyebaran
kebencian rasial dan konten yang tidak bermoral. Wartawan juga
diharapkan untuk menghormati hak cipta dan hak atas karya intelektual
dalam menyajikan informasi.
Dalam menjalankan tugasnya, wartawan online juga perlu
memperhatikan langkah-langkah yang diberikan oleh Cuny Graduate
School of Journalism. Nicholas Johnson mantan Komisioner Komisi
Komunikasi Amerika Serikat (AS) dan penulis buku How to Talk Back
to Your Television Set yang juga Dosen Ilmu Hukum di Iowa College
of Law (AS), memberikan catatan hal-hal mendasar tentang kode etik
dalam penulisan jurnalistik online:
1. Dilarang menyerang kepentingan individu, pencemaran nama baik,
pembunuhan karakter atau reputasi seseorang.
2. Dilarang menyebarkan kebencian, rasialis, dan mempertentangkan
ajaran agama.
3. Larangan menyebarkan hal-hal tidak bermoral, mengabaikan kaidah
kepatutan menyangkut seksual yang menyinggung perasaan umum, dan
perundungan seksual terhadap anak-anak.
4. Dilarang menerapkan kecurangan dan tidak jujur, termasuk
menyampaikan promosi atau iklan palsu.
5. Larangan melanggar dan mengabaikan hak cipta (copyright) dan Hak
Atas Karya Intelektual (HAKI, atau Intellectual Property Right/IPR).
Sementara itu, Cuny Graduate School of Journalism yang
didukung Knight Foundation melalui halamannya di
http://www.kcnn.org mencatat 10 langkah utama bagi cyber journalist
termasuk kalangan citizen journalist dan blogger supaya terhindar dari
masalah hukum, yakni:Periksa dan periksa ulang fakta,
1. Jangan gunakan informasi tanpa sumber yang jelas.
2. Perhatikan kaidah hukum
3. Pertimbangkan setiap pendapat,
4. Utarakan rahasia secara selektif,
5. Hati-hati terhadap apa yang diutarakan,
6. Pelajari batas daya ingat,
7. Jangan lakukan pelecehan,
8. Hindari konflik kepentingan,
9. Peduli nasehat hukum.
2.4 Regulasi Pngaturan Media Online: Perlindungan dan Tanggung
jawab
Dalam konteks Indonesia, kebebasan internet yang luas tercetus
dari regulasi yang membuka kesempatan bagi semua warga negara
untuk mengaksesnya. Jaminan hukum tersebut bisa dirunut mulai dari
undang-undang dasar. Konstitusi menjamin setiap individu untuk dapat
menyatakan pikiran atau sikap sesuai hati nuraninya. Tidak sampai di
situ saja, bahkan dalam pasal 28F dengan jelas menyebutkan bahwa
"Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia".
Konstitusi kita menjamin hak setiap orang untuk berkomunikasi
dan mendapatkan informasi melalui segala jenis saluran. Sama halnya
seperti Amerika Serikat, negara yang selalu menjadi perbandingan
dalam menjalankan demokrasi. Amerika Serikat menjamin warganya
melalui Konstitusi terkait dengan aspek kebebasan berbicara dan
konteks politik. The First Amendment menjadi landasan regulasi
menyangkut media massa (Frida,2014).

Negara dalam hal ini sangat terbuka terhadap segala kemungkinan


perkembangan teknologi. Dengan perkembangan teknologi internet
yang ada, kita bukan lagi menjadi masyarakat yang pasif dengan hanya
menerima informasi. Lebih dari itu, saat ini masyarakat telah
dimudahkan dalam menyebarluaskan informasi, sehingga pola
komunikasi yang berkembang tidak lagi menjadi satu arah seperti di era
media cetak.
Namun, kebebasan yang diatur oleh undang-undang dasar juga
harus selaras dengan peraturan perundang-undangan yang lebih spesifik.
Undang-undang pers di Indonesia, yang menegaskan bahwa kebebasan
pers adalah salah satu bentuk kedaulatan rakyat yang berasaskan
prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum, menjadi
landasan penting dalam menetapkan batasan dan tanggung jawab pers.
Undang-undang telekomunikasi juga mengatur tentang penggunaan
teknologi informasi dengan prinsip manfaat dan itikad baik.

Pentingnya regulasi pengaturan berita online ini juga tercermin


dalam peran dewan pers, yang bertugas untuk mengembangkan
kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional.
Perusahaan pers online harus mendaftarkan diri kepada dewan pers
untuk memastikan bahwa mereka memenuhi standar yang ditetapkan
oleh undang-undang. Pengelolaan pers online juga memerlukan
pemisahan yang jelas antara aspek perusahaan dan redaksi, untuk
menjaga independensi redaksi dalam menyajikan informasi.

Pada akhirnya, perubahan dari media cetak ke media online


memunculkan tantangan baru dalam pengelolaan pers, termasuk dalam
hal sumber daya manusia, rantai nilai bisnis, dan kepekaan terhadap
teknologi. Jurnalis media online harus mampu menguasai kemampuan
menulis berita pendek (hard news) dengan baik, sambil tetap
memperhatikan prinsip-prinsip jurnalisme yang benar. Mereka juga
harus mampu menggunakan konsep segitiga terbalik dalam penyusunan
berita, yang sering kali diabaikan oleh portal berita online di Indonesia.

Dalam mengelola tampilan portal berita online, penting untuk


menautkan berita pada liputan sebelumnya dan menghindari pemecahan
halaman dalam satu berita. Media online juga dapat mempertimbangkan
model bisnis berlangganan dan iklan sebagai sumber pendapatan yang
potensial. Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut, pers online
dapat membangun bisnisnya dengan baik tanpa mengesampingkan
profesionalisme dan integritas jurnalistik.
BAB III
KESIMPULAN
Terdapat lima prinsip dasar jurnalistik online Menurut Paul
Bradshaw, terdapat yakni Brevity, Adaptability, Scannability,
Interactivity, Community and Coversation.
1. Keringkasan (Brevity).
2. Kemampuan beradaptasi (Adaptabilty).
3. Dapat dipindai (Scannability).
4. Interaktivitas (Interactivity).
5. Komunitas dan Percakapan (Community and Conversation).
Konsep jurnalisme online menurut Pavlik (1996) memberikan
pengaruh pada penyajian konten berita. Beberapa di antaranya yaitu
pertama, teknik storytelling membuat pembaca merasa dekat dan
menikmati berita.

Hoax merupakan informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi


sebenarnya. Dengan kata lain hoax juga bisa diartikan sebagai upaya
pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang seolah-olah
meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Fenomena ini
menciptakan tantangan baru dalam mengelola informasi, mengingat
potensi dampak sosial, politik, dan ekonomi yang mungkin timbul
akibat penyebaran berita palsu di platform ini (Alma Salsabila: 2024).

Adapun dampak yang dapat dirasakan pada masyarakat mengenai berita


hoax diantaranya adalah : Terbentuknya opini public yang buruk dan
Kecemasan pada masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

Aini Anjarwati. (2023).DAMPAK PENYEBARAN BERITA HOAX


TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT
DIKECAMATAN SUKARAME BANDAR LAMPUNG DALAM
SITUASI PANDEMI COVID-19 Skripsi. UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
Alma Salsabila, Ahmad Dhyki Dermawan, Muhammad Fadhil. (2024).
TANTANGAN LITERASI DALAM MENGATASI
PENYEBARAN HOAX MELALUI WHATSAPP. Journal of
Communication and Islamic Broadcasing. Vol. 2. No. 01.
Andini Nur Bahri. (2019). Jurnalistik Online. Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Anissa Rahmadhany , Anggi Aldila Safitri , Dr. Irwansyah. (2021).
Fenomena Penyebaran Hoax dan Hate Speech pada Media Sosial.
Jurnal Teknologi dan Informasi. Vol. 3 No.1

Ashari, Muhammad. 2019. "Jurnalisme Digital: Dari Pengumpulan


Informasi Sampai Penyebaran Pesan." Inter Komunika: Jurnal
Komunikasi Vol 4, No 1.
Azwar. 2018. 4 Pilar JurnalistikPengetahuan Dasar BelajarJurnalistik.
Jakarta: PrenadaMedia Group.
Jouhari, T. (2017). Pengelolaan Portal Berita Online dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. SUPREMASI
HUKUM. 6 (3).
Kusumastuti, Frida, dkk. (2014). Hukum Media Massa. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.

Leksono, Ninok. 2019. "Pendidikan Jurnalistik dan Kesiagaan


Mengguncang Diri Sendiri." Jurnal Dewan Pers Edisi 20
November: 38

Mardjianto, F. L. D., Wedhaswary, I. D., Monggilo, Z. M. Z., Ningtyas,


I., & Budiarto, M. N. (2022). LITERASI DIGITAL MODUL
Disusun oleh: Aliansi Jurnalis Independen 2022.
https://aji.or.id/upload/article_doc/MODUL_Literasi_Digital_untu
k_Perguruan_Tinggicompressed.pdf

Nila Zaimatus Septiana, Marcelino Wahyu R.( 2021). DAMPAK


BERITA HOAX PADA MASYARAKAT: STUDI
FENOMENOLOGI KELURAHAN NGRONGGO KOTA
KEDIR.Journal of Dedication Based on Local Wisdom.Volume 1
Nomor 2

Nurlatifah, Mufti. 2020. "Persimpangan Kebebasan Berekspresi dan


Tanggung Jawab Sosial pada Regulasi Jurnalisme Digital di
Indonesia." Jurnal IPTEK-KOM (Jurnal Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Komunikasi) Volume 22, Nomor 1: 78-79 DOI:
http://dx.doi.org/10.33164/iptekkom.22.1.2020.77.93
Nurul Hidaya1), Nurul Qalby2), Sakiyah Syech Alaydrus3), Alviana
Darmayanti4) , Alfiah Putri Salsabila. (2019). PENGARUH
MEDIA SOSIAL TERHADAP PENYEBARAN HOAX OLEH
DIGITAL NATIVE. Makassar: Universitas Muslim Indonesia
Pavlik, V. J. (1996). New MediaTechnology Curtural and Commercial
Perspektives. Allin and Bacon.
Putri Wulandari. (2019). Dampak Berita Hoax Di Media Sosial Dalam
Mempengaruhi Opini Mahasiswa Pada Saat Pemilihan Presiden
Dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun 2019. Jurnal S1
Ilmu Politik
Rich, C. (2010). Writing and Reporting News: A Coaching Method (6th
ed.).Wadsworth engage Learning.Jurnal Penelitian Komunikasi
dan Opini Publik Vol. 25 No. 2, Desember 2021: 116-131.
Santoso H, W . (2017).Wawancara. Idemedia Teknik Pustaka Utama.
Santoso H,, Wawancara. W. (2017b).Idemedia Teknik Pustaka Utama.
Takalelumang, R., Senduk, J. J., & Harilama, S. H. (2019). Penerapan
Kode Etik Jurnalistik di Media Online Komunikasulut. Acta Diurna
Komunikasi. 1(3).

Tresnawati, Yuni & Prasetyo, Kurniawan. 2018. "Pemetaan Konten


Promosi Digital Bisnis Kuliner kika's Catering di Media Sosial."
Jurnal Profesi Humas Volume 3, No. 1: 105.

wijaya laksana, M. (2015). psikologi komunikasi (E. Nasrudin (ed.);


pertama). cv pustaka setia.

Anda mungkin juga menyukai