Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Pada Siswa Kelas Vi SD Negeri 04 Sikabu

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 58

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

( CLASS ACTION RESEARCH )


.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING
PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 04 SIKABU
KECAMATAN LUBUK BASUNG
KABUPATEN AGAM

Oleh :
MASNIWARTI, S.Pd
NIP.198305242021212003

Guru Kelas VI

SEKOLAH DASAR NEGERI 04 SIKABU


KECAMATAN LUBUK BASUNG
KABUPATEN AGAM
SUMATERA BARAT

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayahnya sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas menyusun laporan penelitian tindakan kelas. Pelajaran

eksata dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Pembelajaran

Kooperatif Tipe Snowball Throwing Pada Siswa Kelas VI SD NEGERI 04 Sikabu Kabupaten

Agam”. Maksud dari laporan ini adalah untuk melakukan perbaikan pembelajaran di kelas

VI.

Penulisan laporan ini tidak lepas dari bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak,

oleh karena itu perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih yang tak terhingga

kepada yang terhormat :

1. Ibu Adriani, M.Pd Selaku Pengawas Sekolah Dasar Kecamatan Lubuk basung

2. Ibu Irawti.S, S.Pd, M.MPd selaku Kepala sekolah SDN 04 Sikabu

3. Bapak dan Ibu guru staf pengajar serta pegawai SDN 04 Sikabu

Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan dari penulis mengharapkan kritik

dan saran bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan laporan ini sehingga

laporan ini memberi sedikit sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan

di sekolah.

Bancah Taleh, 18 Juli 2021


Peneliti,

MASNIWARTI, S.Pd

i
ABSTRAK

MASNIWARTI ,S.Pd 2021. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui


Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Pada Siswa Kelas VI
SD NEGERI 04 SIKABU Kabupaten Agam. Laporan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Pembimbing / Kepala Sekolah Bapak IRAWATI,
S.Pd, M.MPd.
Kata Kunci : Snowball Throwing.
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa tentang Belajar
Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Pada Siswa
Kelas VI SD NEGERI 04 SIKABU Kabupaten Agam.Pelaksanaan perbaikan dilaksanakan 2
siklus.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran :
1. Apersepsi
2. Memotivasi siswa melalui tanya jawab
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Penjelasan materi tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing
5. Kesimpulan
Masalah yang dirumuskan dalam fokus perbaikan ini adalah :
a. Mengapa siswa tidak dapat menyelesaikan tugas matematikanya dan mendapat hasil yang
tidak memuaskan.
b. Upaya apa yang dapat dilakukan agar siswa dapat meningkatkan nilai /hasil belajarnya
lebih baik lagi
Secara umum siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran mata pelajaran
matematika,menemui kesulitan, untuk itu peneliti berusaha untuk memecahkan masalah yang
dihadapi siswa melalui PTK.

ii
DAFTAR ISI

Hal

Halaman Judul

Lembar Identitas dan Pengesahan

Kata Pengantar ...................................................................................................... i

Abstrak.................................................................................................................. ii

Daftar Isi ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah......................................................................... 4

C. Rumusan Masalah............................................................................ 4

D. Batasan Masalah .............................................................................. 4

E. Pemecahan Masalah......................................................................... 5

F. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5

G. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5

BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................... 7

A. Kajian Teori ..................................................................................... 7

B. Kerangka Berfikir ............................................................................ 17

C. Hipotesis Tindakan .......................................................................... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 19

A. Desain Penelitian Tindakan ............................................................. 19

B. Subjek Penelitian ............................................................................. 19

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 19

D. Prosedur Penelitian .......................................................................... 20

1. Perencanaan .................................................................................... 20

2. Pelaksanaan..................................................................................... 21

3. Pengamatan ..................................................................................... 21

iii
4. Refleksi .......................................................................................... 21

E. Teknik Analisa Data ........................................................................... 22

F. Indikator Kinerja ................................................................................ 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBASAHAN ....................................... 24

A. Hasil penelitian ................................................................................ 24

B. Pembahasan ..................................................................................... 38

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 43

A. Kesimpulan...................................................................................... 43

B. Saran ............................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 45

LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 (Sisdiknas) pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Selain itu berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 (Sisdiknas) pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Oleh karena itu hal yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan kualitas

pendidikan adalah penyelenggaraan proses pembelajaran, guru sebagai pelaksana

pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam keberhasilan proses

pembelajaran disamping faktor lainnya seperti siswa, bahan pelajaran, motivasi, dan

sarana penunjang.

UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menegaskan

bahwa: "Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan,

pelatihan, serta melakukan penilaian dan pengabdian pada masyarakat, terutama bagi

1
pendidik pada perguruan tinggi". Kemudian Pendidikan diselenggarakan dengan

prinsip: memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas

peserta didik dalam proses pembelajaran (UU No. 20 tahun 2003).

Sementara itu, maematika di sekolah adalah Matematika yang diajarkan di

pendidikan dasar dan menengah.Matematika sekolah tersebut terdiri atas bagian-bagian

Matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan

membentuk pribadi siswa serta berpadu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan

tehnologi (GBPP-SD 1994).

Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep

atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dan kebenaran sebelumnya sehinga

kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten (Kurikulum

1994).

Selanjutnya menurut Karso (2002:1.40), matematika merupakan suatu ilmu yang

berhubungan dengan perubahan bentuk-bentuk atau struktur yang abstrak dan

hubungan diantara hal-hal itu ; matematika adalah ilmu deduktif, karena baik isi

maupun metode pencarian kebenaran dalam matematika menggunakan metode

deduktif ; matematika disebut ilmu tentang pola, karena dalam matematika sering

dicari keseragaman untuk membuat generalisasi ; matematika adalah ilmu tentang

hubungan, karena dalam matematika konsep-kosepnya satu sama lain saling

berhubungan

Snowball Throwing sebagai salah satu dari model pembelajaran aktif (active

learning) pada hakikatnya mengarahkan atensi siswa terhadap materi yang

dipelajarinya. Namun sebagaimana model pembelajaran lainnya, dalam penerapannya

2
pun ada faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain kondisi siswa, waktu yang

tersedia, materi yang diajarkan dan tujuan pembelajaran dalam Bayor (2010:89).

Menurut Suprijono, (2011:8) Snowball Throwing adalah suatu cara penyajian

bahan pelajaran dimana murid dibentuk dalam beberapa kelompok yang heterogen

kemudian masing-masing kelompok dipilih ketua kelompoknya untuk mendapat tugas

dari guru lalu masing-masing murid membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola

(kertas pertanyaan) kemudian dilempar ke murid lain yang masing-masing murid

menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Hasil observasi penulis ditemukan beberapa masalah, seperti rendahnya

matovasi siswa dalam proses pembelajaran matematika Sebahagian besar siswa

nilainya tidak mencapai KKM, kurang efisien dan efektif waktu yang dilaksanakan,

kurang aktifnya siswa dalam belajar, siswa dalam belajar sering meribut, siswa tidak

menyelesaikan tugas dalam belajar. Hal ini terlihat dari kurangnya semangat siswa

selama mengikuti proses pembelajaran, siswa tidak aktif dan lebih memilih diam.

Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat

penting yang diajarkan di sekolah tingkat dasar baik SD atau MI, karena mata pelajaran

Matematika termasuk salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum

diantara beberapa mata pelajaran yang lain mata pelajaran Matematika yang diajarkan

di sekolah tingkat dasar baik SD atau MI adalah suatu mata pelajaran yang berisikan

tentang angka. Sebagian siswa kelas VI SDN 04 Sikabu mata pelajaran Matematika ini

dirasakan sebagai mata pelajaran yang kurang menarik dan membosankan.Agar

kegiatan belajar mengajar (KBM) Matematika menjadi menyenangkan, dan tidak

monoton serta lebih bervariasi, maka guru dapat

3
menggunakan model pembelajaran Snowball Throwingbagi siswa dalam mata pelajaran

Matematika.

Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti ingin mencoba melakukan

penelitian dengan judul “Peningkatan hasil belajar Matematika siswa Melalui

pembelajaran kooperatif Tipe Snowball Throwing pada siswa kelas VI SD Negeri 04

Sikabu, Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dan observasi, terlihat di kelas kelas VI SD

Negeri 04 Sikabu dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :

1. Sebahagian besar siswa nilainya tidak mencapai KKM

2. Kurang efisien dan efektif waktu yang dilaksanakan

3. Kurang aktifnya siswa dalam belajar

4. Siswa dalam belajar sering meribut

5. Siswa tidak menyelesaikan tugas dalam belajar

C. Rumusan Masalah

Berasarkan pada uraian latar belakang di atas, permasalahan dapat dirumuskan

masalah “Apakah pembelajaran kooperatif model Snowball Throwing dapat

meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas VI SD Negeri Negeri 04 Sikabu?”

D. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah meliputi :

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas VI SD Negeri 04 Sikabu pada

bulan Juli - Desember 2021 semester 1 tahun pelajaran 2021/2022.

2. Fokus penelitian adalah upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

4
3. Metode pembelajaran yang dilakukan adalah Metode pembelajaran kooperatif

model Snowball Throwing

4. Kompetensi Dasar yang diajarkan adalah mencari luas bangun datar trapesium dan

layang-layang.

E. Pemecahan Masalah

Berdasarkan masalah yang ditemukan pada siswa kelas kelas VI SD Negeri 04

Sikabu dalam pelajaran Matematika. Dengan ini peneliti mencoba mencarikan

pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Dalam penanaman konsep pembelajaran

matematika peneliti menggunakan model pembelajaran yaitu pendekatan Snowball

Throwing. Dimana dalam penerapan metode ini siswa menemukan sendiri konsep

pembelajaran Matematika. Setelah diadakan penelitian diharapkan dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran yang bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa.

F. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk medapatkan datainformasi dari

penggunaan metoda Snowball Throwing terhadap hasil belajar Matematika siswa di

kelas VI SD Negeri 04 Sikabu.

G. Manfaat Penelitian

Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang

pembelajaran kooperatif model Snowball Throwing dalam pembelajaran Matematika

oleh guru Matematika kelas VI SD Negeri 04 Sikabu.

1. Siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap sosial untuk saling

peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar.

5
2. Guru, dapat membantu memeperbaiki pembelajaran, berkembang secara

profesional, dan memungkinkan guru secar aktif mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan.

3. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan

sekolah.

6
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Matematika

Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau marhema yang

berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam Bahasa Belanda disebut

wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.Ciri

utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau

pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dan kebenaran sebelumnya sehinga

kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten

(Kurikulum 1994).

Dengan demkian yang dimaksud Matematika di sekolah adalah

Matematika yang diajarkan di pendidikan dasar dan menengah.Matematika

sekolah tersebut terdiri atas bagian-bagian Matematika yang dipilih guna

menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa

serta berpadu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (GBPP-SD

1994).

Ruseffendi (Karso;2002) menyatakan bahwa matematika itu terorganisasi

dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan

dalil-dalil, dimana dalil-dalil adalah dibuktikan kebenarannya berlaku secara

umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.

Sedangkan menurut Kline (1973), bahwa matematika itu bukan

pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi

7
beradanya itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan

menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

Selanjutnya menurut Karso (2002 :1.40), matematika merupakan suatu

ilmu yang berhubungan dengan perubahan bentuk-bentuk atau struktur yang

abstrak dan hubungan diantara hal-hal itu ; matematika adalah ilmu deduktif,

karena baik isi maupun metode pencarian kebenaran dalam matematika

menggunakan metode deduktif ; matematika disebut ilmu tentang pola, karena

dalam matematika sering dicari keseragaman untuk membuat generalisasi ;

matematika adalah ilmu tentang hubungan, karena dalam matematika konsep-

kosepnya satu sama lain saling berhubungan.

Selanjutnya menurut Herman Hudoyo (dalam Karso;2002)

mengungkapkan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide, kosep-konsep

abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalaran deduktif. Tambunan (1987)

menyatakan bahwa, matematika adalah pengetahuan mengenai kuantiti dan ruang,

salah satu cabang dari sekian banyak ilmu yang sistematis, teratur dan eksak ;

matematika itu adalah angka-angka perhitungan yang merupakan bagian dari

hidup manusia.

Jadi pengajaran matematika sekolah dasar hendaknya memperhatikan

karakteristik bidang studi, selain karakteristik siswa dan tuntutan lingkungan di

sekitar siswa.Bidang studi matematika memuat struktur-struktur relasi-relasi,

operasi-operasi mulai dari yang sangat sederhana hingga yang paling

rumit.Ditinjau dari klasifikasi obyek yang dipelajari dapat pula dibedakan antara

obyek jenis fakta, konsep, prosedur dan prinsip. Karena itu, strategi pengajaran

yang digunakan guru mata pelajaran matematika harus semenarik mungkin

8
sehingga aspek-aspek dalam matematika tersebut bisa dikuasai dengan mudah

oleh siswa

2. Tujuan Pelajaran Matematika

Seperti tercantum dalam GBPP mata pelajaran matematika SD

kurikulum 1994 (Depdikbud 2006) pada hakekatnya dibagi menjadi 2 yaitu tujuan

umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umumnya adalah : 1. Untuk

mempersiapkan anak untuk menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan

dan di dunia melalui latihan dan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,

rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif. 2. Mempersiapkan agar dapat

menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari

dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Kemudian tujuan khusus

adalah 1. Menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung. 2.

Mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut.

3. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialih gunakan melakukan

kegiatan matematika. 4. Membentuk sikap kritis, logis, kreatif, cermat dan

disiplin.

Dalam Kurikulum 1994 yang ditegaskan bahwa Mata Palajaran

Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan

menggunakan bilangan serta simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat

membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari.

Matematika diharapkan juga mempunyai fungsi mengembangkan

kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus

matematika sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui

materi bilangan, pengukuran dan geometri. Matematika juga berfungsi

9
mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa

melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika,

diagram, grafik atau tabel.

Jadi pembelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan

kemampuan bernalar dan mengkomunikasikan gagasan melalui kegiatan

pendidikan, eksplorasi dan eksperimen sebagai alat memecahkan masalah melalui

pola pikir dan model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan

matematika, diagram, grafik, dan simbol.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

pembelajaran matematika yang menggunakan struktur abstrak diperlukan

penguasaan konsep-konsep.Pembelajaran matematika juga ditekankan pada

keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman siswa sehari-

hari. Untuk mencapai tujuan di atas guru harus menggunakan pendekatan-

pendekatan dalam penanaman konsep tersebut.

3. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2004:22), hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya menurut

Warsita (2008:125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai

dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri

orang yang belajar.Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk.

(2010:8) menjelaskan bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam

belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-

perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya,

keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek. Menurut Wahidmurni, dkk.

10
(2010:28), instrumen dibagi menjadi dua bagian besar, yakni tes dan non tes.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah kesempurnaan hasil yang dicapai dari suatu

kegiatan/perbuatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan

dapat diukur dengan alat atau tes tertentu. Dalam proses pendidikan prestasi dapat

diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni, penguasaan, perubahan

emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu.

4. Pengajaran Kooperatif

Pengajaran kooperatif (Cooperative Learning) memerlukan pendekatan

pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Houlobec,

2001).

Erman Suherman (2001: 218) menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah

tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau

mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Anita Lie

(2004:12), sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik

untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur disebut

sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” atau pembelajaran kooperatif. Jadi

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dalam kelompok kecil atau tim

untuk saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi dalam

menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan

sesuatu untuk mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran.

11
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat

elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam

pembelajaran kooperatif adalah adanya: “(1) saling ketergantungan positif; (2)

interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk

menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja

diajarkan” (Abdurrahman & Bintoro, 2000:78-79)

Menurut Muslimin Ibrahim (2000:7), model pembelajaran kooperatif

setidak tidaknya mempunyai tiga tujuan pembelajaran. Tujuan yang pertama

yaitu meningkatkan hasil belajar akademik di mana siswa dituntut untuk

menyelesaikan tugas-tugas akademik.Beberapa ahli berpendapat bahwa model

ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para

pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan

kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan

perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Tujuan kedua yaitu

pembelajaran kooperatif memberi peluang pada siswa yang berbeda latar

belakang dan kondisi untuk saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas

bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk

menghargai satu sama lain.

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

Menurut Ismail, (2008:27) Snowball Throwing berasal dari dua kata

yaitu “snowball” dan “throwing”. Kata snowball berarti bola salju, sedangkan

throwing berarti melempar, jadi Snowball Throwing adalah melempar bola salju.

Pembelajaran Snowball Throwing merupakan salah satu model dari

pembelajaran kooperatif. Pembelajaran Snowball Throwing merupakan model

12
pembelajaran yang membagi murid di dalam beberapa kelompok, yang dimana

masing-masing anggota kelompok membuat bola pertanyaan. Dalam pembuatan

kelompok, siswa dapat dipilih secara acak atau heterogen. Dalam pembelajaran

Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang

dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab.

Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (active

learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru di

sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan

selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran. Snowball Throwing

sebagai salah satu dari model pembelajaran aktif (active learning) pada

hakikatnya mengarahkan atensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya.

Namun sebagaimana model pembelajaran lainnya, dalam penerapannya pun ada

faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain kondisi siswa, waktu yang

tersedia, materi yang diajarkan dan tujuan pembelajaran dalam Bayor (2010:89).

Menurut Suprijono, (2011:8) Snowball Throwing adalah suatu cara

penyajian bahan pelajaran dimana murid dibentuk dalam beberapa kelompok

yang heterogen kemudian masing-masing kelompok dipilih ketua kelompoknya

untuk mendapat tugas dari guru lalu masing-masing murid membuat pertanyaan

yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) kemudian dilempar ke murid lain

yang masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Berdasarkan pendapat dari ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Snowball Throwing adalah pembelajaran secara berkelompok,

setiap kelompok beranggotakan beberapa siswa dimana setiap siswa membuat

pertanyaan yang kemudian dilemparkan kepada kelompok yang lainnya untuk

13
dijawab. Ketika menjawab pertanyaan yang diperoleh harus dijawab oleh

masing–masing individu dengan cara berdiri dari tempat duduknya atau maju ke

depan kelas.

6. Langkah–Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

Langkah–langkah penerapan Snowball Throwing menurut Suprijono

(2010;51) yaitu sebagai berikut ini.

1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua

kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing- masing

kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

4) Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan

satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh

ketua kelompok.

5) Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari

satu siswa ke siswa yang lain selama ±15 menit.

6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada

siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk

bola tersebut secara bergantian.

7) Evaluasi.

8) Penutup.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan langkah – langkah

pembelajaran Snowball Throwing adalah sebagai berikut :

14
1) Guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan, dan KD yang

ingin dicapai.

2) Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua

kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,

kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk

menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah

dijelaskan oleh ketua kelompok .

5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan

dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit.

6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada

siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola

tersebut secara bergantian. Ketika menjawab pertanyaan tersebut siswa

diminta untuk berdiri dari tempat duduknya atau maju ke depan kelas untuk

menjawab pertanyaan yang mereka dapatkan.

7) Evaluasi.

8) Penutup.

7. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

Model Snowball Throwing memiliki kelebihan yang ditemukan dalam

pelaksanaan pembelajaran model Snowball Throwing menurut Suprijono

( Hizbullah,2011:9) diantaranya: “(1) Melatih kedisiplinan murid; dan (2) Saling

memberi pengetahuan”. Sedangkan menurut Safitri (2011:19) kelebihan model

Snowball Throwing antara lain :

15
1. Melatih kesiapan murid dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber

pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.

2. Murid lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi

pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena murid mendapat

penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta

mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai

materi yang didiskusikan dalam kelompok.

3. Dapat membangkitkan keberanian murid dalam mengemukakan pertanyaan

kepada teman lain maupun guru.

4. Melatih murid menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan

baik.

5. Merangsang murid mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang

sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.

6. Dapat mengurangi rasa takut murid dalam bertanya kepada temanmaupun guru.

7. Murid akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan

suatu masalah.

8. Murid akan memahami makna tanggung jawab.

9. Murid akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku,

sosial,budaya, bakat dan intelegensia.

10. Murid akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif tipe Snowball Throwing dapat menjadi alternative mengatasi

permasalan yang timbul di dalam kelas. Pembelajaran kooperatif tipe Snowball

Throwing menciptakan iklim diskusi yang banyak disukai oleh siswa usia sekolah

16
dasar. Pembelajaran kooperatif dengan tipe seperti ini juga merangsang siswa

untuk aktif dan berani mengemukakan pendapatnya. Pembelajaran ini

menekankan pada interaksi siswa dengan siswa, jadi pembelajaran tidak hanya

didapat dari guru yang menjelaskan di depan secara ceramah tetapi siswa dapat

belajar dari siswa lain atau tutor sebaya.

B. Kerangka Berfikir

Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang dianggap sulit oleh

sebagian siswa. Oleh sebab itu guru perlu metode yang dapat menanamkan materi

pelajaran matematika yang abstrak, sehingga mudah dipelajari oleh siswa salah satu

metode yang dapat digunakan adalah metode Snowball Throwin, sehingga dapat

membantu siswa untuk meningkatkan pemahamanya. berikut ini akan digambarkan

kerangka teorinya:

Bagan 1
Konsep Kerangka Berfikir
Proses Pembelajaran Matematika
di Kelas VI SD

Langkah-langkah Metode Snowball

Penggunaan MetodeSnowball Throwing

Kesimpulan

Peningkatan memahaman siswa dalam konsep


matematikadengan menggunakan metode Snowball Throwing

17
C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas dapat dirumuskan

hipotesis tindakan sebagai berikut: Metode Snowball Trhowing dapat meningkatkan

hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika kelas VI SD Negeri 04 Sikabu.

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian Tindakan

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau

Class Action Research.Oleh sebab itu sesuai dengan penelitian tindakan kelas, maka

masalah penelitian yang harus dipecahkan berasal dari persoalan praktek pembelajaran

di kelas secara lebih professional.Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil

belajar Matematika siswa kelas VI SD Negeri 04 Sikabu melalui metode pembelajaran

kooperatif tipe Snowball Trhowing.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 04 Sikabu yang berjumlah 12

orang yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Penelitian ini

dilakukan oleh peneliti sendiri sebagai guru dengan berkolaborasi dengan teman

sejawat sebagai observer.

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 04 Sikabu Kecamatan

Lubuk Basung Kabupaten Agam. Peneliti mengambil lokasi penelitian di lokasi ini

karena penulis sendiri staf pengajar di SD tersebut sehingga memudahkan penulis

berintegrasi dengan pihak sekolah, sekolah ini terbuka untuk menerima

pembaharuan.

2. Waktu/Lama Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2021 / 2022

yaitu pada bulan Juli 2021 sampai bulan Desember 2021. Penelitian ini

19
dilaksanakan selama 2 minggu dengan 2 siklus. Siklus I terdiri dari 2 pertemuan

dan siklus II terdiri dari 2 pertemuan.

Tabel 2
Jadwal Kegiatan Penelitian
No KEGIATAN WAKTU
1. Persiapan
1. Penyusunan instrumen Agustus 2021 ( minggu 1)
2. Melaksanakan Agustus 2021 ( minggu 1)
observasi awal pada
siswa
Pelaksanaan penelitian
1. Siklus I September 2021
3. 2. Refleksi September 2021
3. Siklus II Oktober 2021
4. Refleksi Oktober 2021
4. 1. Penyusunan laporan November 2021

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, dan refleksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut

1. Perencanaan

Sesuai dengan rumusan masalah studi pendahuluan, peneliti melaksanakan

rencana tindakan yang akan dilakukan. Tindakan itu berupa pembelajaran

Matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball

Trhowing yang diperkirakan dilaksanakan II siklus. Kegiatan yang direncanakan itu

sebagai berikut: 1) berlatih memahami langkah-langkah pembelajaran kooperatif

tipe Snowball Trhowing, 2) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, 3)

membuat soal yang akan digunakan, 4) menetapkan jadwal selama penelitian

20
2. Pelaksanaan

Tahap ini dimulai dari dengan pelaksanaan pembelajaran Matematika

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Trhowing.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus diadakan dua

kali pertemuan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Kegiatan

dilakukan oleh peneliti berupa kegiatan interaksi antara siswa dengan guru dan

siswa dengan siswa

3. Pengamatan

Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran Matematika dikelas VI dengan

pendekatan kooperatif tipe Snowball Trhowing dilakukan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan. Hal ini dilaksanakan secara intesif, objektif, dan sistematis.

Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat pada waktu peneliti melaksanakan

tindakan pembelajaran Matematika

Pengamatan dilakukan secara berkesinambungan mulai dari siklus I sampai

dengan siklus II. Pengamatan yang dilakukan pada siklus I dapat mempengaruhi

penyusunan tindakan pada siklus selanjutnya. Yang mana kendala atau kelemahan

yang ditemui pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II, sedangkan kekuatan yang

ada pada siklus I direkomendasikan pada siklus II berdasarkan kelemahan. Hasil

pengamatan ini kemudian didiskusikan dengan teman sejawat (sebagai obsever)

agar diadakan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya.

4. Refleksi

Dalam tahap ini observer dan peneliti mengadakan diskusi terhadap

tindakan yang baru dilakukan. Hal-hal yang didiskusikan adalah: menganalisis

tindakan yang baru dilakukan, menjelaskan kelemahan-kelemahan, penyimpangan

21
pelaksanaan pembelajaran yang sudah dirancang, melakukan intervensi,

penyimpulan data yang diperoleh selama proses pembelajaran .Hasil refleksi

sebagai masukan untuk merancang pembelajaran pada tindakan selanjutnya. Selain

itu hasil kegiatan refleksi setiap tindakan digunakan untuk menyusun kesimpulan

terhadap hasil tindakan I dan II.

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan model

analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Model analisis data kualitatif yang

ditawarkan oleh Milles dan Huberman (dalam Farida2005:50) yakni analisis data

dimulai dengan menelaah sejak pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul.

Tahap analisis dilakukan berulang-ulang sampai data tersebut selesai

dikumpulkan pada setiap tahap dalam tindakan. Tahap analisis tersebut adalah sebagai

berikut :

1) Menelaah seluruh data yang dikumpulkan.

Penelaahan data dilakukan terhadap data yang telah terkumpul baik

melalui observasi, pencatatan maupun dokumentasi. Kegiatan penelaahan

dilakukan secara menyeluruh sejak awal data dikumpulkan.

2) Reduksi data, pengkategorian dan pengklasifikasian

Semua data yang terkumpul dikelompok-kelompokan dan diseleksi, data

yang relevan dianalisis dan yang tidak relevan dibuang.

3) Menyimpulkan dan verifikasi

Data-data yang telah diklasifikasikan tersebut kemudian dipaparkan atau

disajikan. Pemaparan data dilakukan dengan menampilkan satuan-satuan

22
informasi secara sistematis sehingga penulis dapat menarik kesimpulan dengan

mudah.

Data-data yang telah dihasilkan secara kualitatif, akan diolah dengan

metode kuantitatif. Analisis data kuantitatif dapat berbentuk angka, huruf atau

persen seperti yang diungkapkan oleh Kunandar (2008:128) dengan rumus sebagai

berikut :

P= F X 100%
N

Keterangan :

P = Persentase

F = Frekuensi Responden

N = Jumlah Responden

Kriteria taraf keberhasilan menurut BSNP (2007:9) adalah

86% - 100% = sangat baik

71% - 85% = baik

56% - 70 = cukup

< 55% = kurang.

F. Indikator Kinerja

Indikator yang akandicapai dalam penelitian iniadalah peningkatan hasil belajar

Matematika siswa kelas VI SD Negeri 04 Sikabu dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Snowball Trhowing dengan predikat baik atau sangat

baik.

23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari hasil observasi awal peneliti terhadap kelas VI SD Negeri 04 Sikabu

semester 1 tahun ajaran 2021/2022 ditemukan beberapa permasalahan yang sangat

perlu untuk di perbaiki. Diantaranya adalah rendahnya hasil belajar siswa. Seperti

terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3
Data Awal Nilai Siswa Kelas VI

NO NAMA SISWA NILAI KRITERIA


1 Al. Muhammad Adit 55 K
2 Reyhan Fernando 65 C
3 Mathilda Kayla 85 B
4 Ashiefani Thanzieh 50 K
5 Olivia 35 K
6 Ekwian Nevik 90 SB
7 Aulia Kasih 20 K
8 Kalifa Putri Juandi 60 C
9 Dirga 25 K
10 Revo 45 K
11 Aurel Miftahul Jannah 70 C
12 Denia Selfiona Putri 95 SB
JUMLAH 695
RATA-RATA 59,92
Sumber: Nilai UH siswa kelas V
Ket: Sangat Baik / SB : 86 – 100
Baik / B : 71 – 85
Cukup / C : 56 – 70
Kurang / K : < 56

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 12 siswa, 2 siswa atau 16,67

% yang mendapat nilai kriteria sangat baik, 1 siswa atau 8,33 % mendapat nilai

kriteria baik, 3 siswa atau 25 % mendapat nilai dengan kriteria cukup, dan 6 siswa

atau 50 % mendapat nilai dengan kriteria kurang dan rata-ratanya adalah 59,92 .

24
1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I.

a. Perencanaan

Sesuai dengan rumusan masalah studi pendahuluan, peneliti melaksanakan

rencana tindakan yang akan dilakukan. Tindakan itu berupa pembelajaran

Matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball

Trhowing yang diperkirakan dilaksanakan II siklus. Kegiatan yang direncanakan

itu sebagai berikut: 1) berlatih memahami langkah-langkah pembelajaran

kooperatif tipe Snowball Trhowing, 2) menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran, 3) membuat soal yang akan digunakan, 4) menetapkan jadwal

selama penelitian

b. Pelaksanaan

Tahap ini dimulai dari dengan pelaksanaan pembelajaran Matematika

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Trhowing.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus diadakan dua

kali pertemuan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Kegiatan

dilakukan oleh peneliti berupa kegiatan interaksi antara siswa dengan guru dan

siswa dengan siswa

Siklus pertama dilaksanakan 2 kali pertemuan.Pertemuan pertama

dilakukan pada hari Selasa tanggal 5 September 2021 dan pertemuan kedua

dilaksanakan pada hariKamis tanggal 7 September 2021. Pada pertemuan I siklus

pertama guru menjelaskan tentang tujuan pembelajaran pada siswa. Kemudian

siswa disuruh duduk dalam kelompok yang telah dibagi dengan tingkat

kemampuan yang berbeda, jenis kelamin yang berbeda dan bila memungkinkan

dengan ras yang berbeda. Siswa kelas VI terdiri dari 12 orang yang dibagi

25
menjadi 3 kelompok yang diberi nama sesuai dengan keinginan kelompok

tersebut dan setiap kelompok terdiri dari 4 siswa dan dipilih ketua kelompoknya.

Setelah siswa duduk dalam kelompok, guru memberikan penjelasan

tentang materi pembelajaran dan menonton sebuah video tentang topik terkait.

Kemudian guru memanggil ketua kelompok untuk diberi penjelasan tentang topik

yang akan dilakukan. Kemudian ketua kelompokmenerangkan topik kepada ketua

kelompoknya. Setelah ketua kelompok menerangkan topik tersebut, setiap

kelompok menuliskan pertanyaan kedalam selembar kertas kemudian kertasnya di

remas-remas menjadi bola. Bola kertas tersebut dilemparkan kepada kelompok

lain. Kelompok yang mendapat kertas menjawab pertanyaan tersebut dan

dipresentasikan di depan kelas oleh kelompok masing-masing. Kelompok yang

membuat pertanyaan menanggapi jawaban kelompok tersebut. Setelah semua

materi telah dibahas dan dikuasai siswa, diadakan tes untuk melihat penguasaan

materi yang telah mereka bahas dalam kelompok. Rincian nilai pada siklus 1

pertemuan 1 terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4
Daftar Nilai Siswa Siklus I Pertemuan 1
PERTEMUAN
NO NAMA SISWA KRITERIA
1
1 Al. Muhammad Adit 60 C
2 Reyhan Fernando 75 B
3 Mathilda Kayla 75 B
4 Ashiefani Thanzieh 70 C
5 Olivia 40 K
6 Ekwian Nevik 75 B
7 Aulia Kasih 90 SB
8 Kalifa Putri Juandi 50 K
9 Dirga 75 B
10 Revo 60 C
11 Aurel Miftahul Jannah 90 SB
12 Denia Selfiona Putri 95 SB
JUMLAH 855
RATA-RATA 71,25

26
Ket: Sangat Baik / SB : 86 – 10
Baik / B : 71 – 85
Cukup / C : 56 – 70
Kurang / K : < 56

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 3 siswa atau 25% yang

mendapat nilai kriteria sangat baik, 4 siswa atau 33,33% mendapat nilai kriteria

baik, 3 siswa atau 25% mendapat nilai dengan kriteria cukup, dan 2 siswa atau

16,67% mendapat nilai dengan kriteria kurang dan rata-ratanya adalah 71,25.

Setelah diperoleh hasil tes, maka dapat dilihat peningkatan nilai awal siswa dengan

nilai yang diperoleh pada siklus 1 pertemuan 1.

Pada pertemuan 2 yang dilaksanakan 15 September 2021. Kegiatan

pembelajaran masih sama dengan pertemuan pertama yaitu setelah siswa duduk

dalam kelompok, guru memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran dan

menonton sebuah video tentang topik terkait. Kemudian guru memanggil ketua

kelompokuntuk diberi penjelasan tentang topik yang akan dilakukan. Kemudian

ketua kelompokmenerangkan topik kepada ketua kelompoknya. Setelah ketua

kelompok menerangkan topik tersebut, setiap kelompok menuliskan pertanyaan

kedalam selembar kertas kemudian kertasnya di remas-remas menjadi bola. Bola

kertas tersebut dilemparkan kepada kelompok lain. Kelompok yang mendapat

kertas menjawab pertanyaan tersebut dan dipresentasikan di depan kelas oleh

kelompok masing-masing. Kelompok yang membuat pertanyaan menanggapi

jawaban kelompok tersebut. Setelah semua materi telah dibahas dan dikuasai siswa,

diadakan tes untuk melihat penguasaan materi yang telah mereka bahas dalam

kelompok.

Didapat hasil bahwa 5 siswa atau 41,67% yang mendapat nilai kriteria

sangat baik, 4 siswa atau 33,33% mendapat nilai kriteria baik, 2 siswa atau

27
16,67% mendapat nilai dengan kriteria cukup, dan 1 siswa atau 8,33% mendapat

nilai dengan kriteria kurang, dengan rata-rata 78,75 dan persentase 74%. Setelah

diperoleh hasil tes, maka dapat dilihat peningkatan nilai siswa dengan nilai yang

diperoleh pada siklus 1 pertemuan 1 dan pertemuan 2. Seperti terlihat pada tabel

daftar nilai siklus 1 pertemuan 2 dibawah ini:

Tabel 5
Daftar Nilai Siklus 1 Pertemuan 2
PERTEMUAN
NO NAMA SISWA KRITERIA
2
1 Al. Muhammad Adit 65 C
2 Reyhan Fernando 75 B
3 Mathilda Kayla 75 B
4 Ashiefani Thanzieh 75 B
5 Olivia 65 C
6 Ekwian Nevik 90 SB
7 Aulia Kasih 90 SB
8 Kalifa Putri Juandi 55 K
9 Dirga 95 SB
10 Revo 75 B
11 Aurel Miftahul Jannah 90 SB
12 Denia Selfiona Putri 95 SB
JUMLAH 945
RATA-RATA 78,75
Sumber: Nilai tes Siklus 1 Pertemuan 2
Ket: Sangat Baik / SB : 86 – 100
Baik / B : 71 – 85
Cukup / C : 56 – 70
Kurang / K : < 56

Dari nilai hasil belajar siklus 1 dan 2, terjadi peningkatan nilai dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada kelas

VI SDN 48 Bancah Taleh. Didapat hasil bahwa 5 siswa atau 21% yang mendapat

nilai kriteria sangat baik, 10 siswa atau 42% mendapat nilai kriteria baik, 4 siswa

atau 17% mendapat nilai dengan kriteria cukup, dan 5 siswa atau 21% mendapat

nilai dengan kriteria kurang, dengan rata-rata 74,16. Seperti terlihat pada tabel

siklus 1 pertemuan 1 dan 2 dibawah ini:

28
Tabel 6
Daftar Nilai Siklus 1 Pertemuan 1 dan 2
Nilai RATA-
NO NAMA SISWA KRITERIA
P1 P2 RATA
1 Al. Muhammad Adit 60 65 62,5 C
2 Reyhan Fernando 75 75 75 B
3 Mathilda Kayla 75 75 75 B
4 Ashiefani Thanzieh 70 75 72,5 C
5 Olivia 40 65 52,5 K
6 Ekwian Nevik 75 90 82,5 B
7 Aulia Kasih 90 90 90 SB
8 Kalifa Putri Juandi 50 55 52,5 K
9 Dirga 75 95 85 B
10 Revo 60 75 67,5 C
11 Aurel Miftahul Jannah 90 90 90 SB
12 Denia Selfiona Putri 95 95 95 SB
JUMLAH 855 945 900
RATA-RATA 71,25 78,75 75,00
Sumber: Nilai tes Siklus 1 Pertemuan 1 dan 2

Ket: Sangat Baik / SB : 86 – 100


Baik / B : 71 – 85
Cukup / C : 56 – 70
Kurang / K : < 56

Berdasarkan tabel di atas diperoleh gambaran hasil belajar siswa sebagai

berikut : siswa yang memperoleh nilai sangat baik berjumlah 3 orang atau 25 % ,

siswa yang memperoleh nlai Baik 4 orang atau 33,33 %, siswa yang memperoleh

nilai Cukup berjumlah 3 orang atau 25 %, sedangkan siswa yang memperoleh nilai

Kurang berjumlah 2 orang atau 16,67 %. Sehingga di peroleh rata-rata sebesar

75,00. Jadi secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Snowball

Throwing pada siklus 1 cukup berhasil untuk meningkatkan hasil belajar

matematika siswa.

c. Pengamatan

Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran Matematika dikelas VI dengan

pendekatan kooperatif tipe Snowball Trhowing dilakukan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan. Hal ini dilaksanakan secara intesif, objektif, dan sistematis.

29
Pengamatan dilakukan oleh observer pada waktu peneliti melaksanakan tindakan

pembelajaran Matematika.

Pengamatan dilakukan secara berkesinambungan mulai dari siklus I

pertemuan 1 dan pertemuan 2. Pengamatan yang dilakukan pada siklus I dapat

mempengaruhi penyusunan tindakan pada siklus selanjutnya. Pengamatan

dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar pengamatan tentang keaktifan

siswa yang mana kendala atau kelemahan diantaranya, masih banyaknya siswa

yang kurang aktif dalam berkelempok, siswa tidak tertib dalam melaksanakan

kegiatan melempar bola kertas. Dalam memberikan materi dengan anggota

kelompoknya,ketua kelompok masih terlihat kurang, sehingga materi tidak

diteerima secara keseluruhan oleh siswa lain. Kekuatan yang ada pada siklus I

direkomendasikan pada siklus II berdasarkan kelemahan. Hasil pengamatan ini

kemudian didiskusikan dengan teman sejawat (sebagai obsever) agar diadakan

refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya.

2. Refleksi Siklus 1

Berdasarkan analisis data pada siklus 1 di atas terdapat beberapa kelemahan yang

perlu diperbaiki pada siklus berikutnya :

1. Kegiatan awal pada siklus I dilaksanakan kurang baik karena masih ada siswa

yang kurang serius dalam mendengarkan penjelasan dari guru, dimana masih

ada beberapa orang siswa yang sibuk dengan aktifitasnya sendiri dan kurang

memperhatikan penjelasan materi yang dijelaskan guru. Diharapkan pada

30
siklus 2, siswa lebih serius dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

sehingga pembelajaran dapat mencapai hasil yang diinginkan.

2. Kegiatan inti pada pertemuan I pada Siklus I ini belum terlaksana dengan

baik. Hal ini dapat kita lihat pada saat guru memberikan topik yang akan

siswa kuasai. Siswa masih belum terbiasa dengan belajar dalam kelompok.

Selain itu sering terjadi keributan pada saat proses melempar bola kertas

kepada kelompok lain. Pada siklus 2, diharapkan siswa sudah terbiasa

melakukan kegiatan berkelompok.

3. Kegiatan akhir pada siklus I belum berhasil tetapi berjalan dengan baik, hal

ini dapat kita lihat bahwa ada beberapa orang siswa yang belum memahami

materi yang dipelajari dan tidak mau bertanya dan belajar dengan anggota

kelompoknya yang telah menguasai materi. Hal ini terlihat pada nilai hasil

belajar siswa yang masih belum memuaskan.

Berdasarkan hasil kolaborasi dengan observer, maka pelaksanaan

pembelajaran Matematikadengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Snowball Trhowing belum berhasil. Hal ini dapat kita lihat bahwa langkah-

langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Snowball Trhowing belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Pada saat diskusi

dalam kelompok tidak terlihat adanya kerja sama diantara anggota kelompok dalam

menguasai materi.

Disamping itu siswa mengalami kesulitan dalam menjawab soal tes karena

masih ada siswa yang belum paham materi yang diberikan, sehingga hasil tes yang

diperoleh masing-masing siswa pada siklus I masih rendah serta nilai rata-rata kelas

31
yang diperoleh belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu 73. Oleh karena itu

peneliti akan mengadakan perbaikan pada siklus II.

3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II.

a. Perencanaan

Seperti pada siklus 2, peneliti melaksanakan rencana tindakan yang

akan dilakukan. Tindakan itu berupa pembelajaran Matematika dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Trhowing yang

diperkirakan dilaksanakan II siklus. Kegiatan yang direncanakan itu sebagai

berikut: 1) berlatih memahami langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe

Snowball Trhowing, 2) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, 3)

membuat soal yang akan digunakan, 4) menetapkan jadwal selama penelitian

b. Pelaksanaan

Pada siklus 2 ini, dimulai dengan pelaksanaan pembelajaran

Matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Snowball Trhowing. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-

masing siklus diadakan dua kali pertemuan sesuai dengan rencana

pembelajaran yang telah disusun. Kegiatan dilakukan oleh peneliti berupa

kegiatan interaksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa

Siklus II dilaksanakan hari Rabu 18 Oktober 2021 dan Kamis, 19

Oktober 2021. Pada pertemuan pertama siklus II guru menyuruh siswa duduk

dalam kelompok yang telah ditentukan pada siklus 1. memberikan topik yang

akan mereka pelajari. Kemudian guru memberi penjelasan tentang kegiatan

yang akan dilakukan. Kemudian setiap ketua kelompok maju kedepan

32
mendengarkan penjelasan tentang topik. Setelah itu ketua kelompok

menerangkan kembali kepada anggota kelompoknya tentang topik tersebut.

Setelah mereka menguasai materi, masing-masing kelompok

menuliskan soal pada kertas satu lembar kemudian kertas tersebut digulung

menjadi seperti bola. Bola kertas tersebut dilemparkan kepada kelompok lain.

Pada saat melempar bola kertas terlihat siswa sudah tertip karena sudah pernah

dilakukan pada siklus 1. Setelah setiap kelompok mendapatkan bola kertas dan

menjawab pertanyaannya, setiap kelompok membahas soal tersebut dan

mempresentasikannya di depan kelas. Kelompok yang memberikan soal

menanggapi jawaban tersebut. Guru membimbing siswa melakukan kegiatan

tersebut. Hal ini terjadi sampai topik yang diberikan sudah dibahas semuanya.

Diskusi berjalan cukup serius karena siswa sudah pernah mengalaminya

sebelumnya dan kelihatan aktif dan serius menguasai materi dalam kelompok

asal mereka.

Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat peningkatan hasil belajar mereka

pada perolehan nilai siswa pada siklus kedua pertemuan 1. Rincian dan

penjelasan nilai tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 7
Daftar Nilai Siswa Siklus II pertemuan 1
PERTEMUAN 1
NO NAMA SISWA
NILAI KRITERIA
1 Al. Muhammad Adit 80 B
2 Reyhan Fernando 80 B
3 Mathilda Kayla 80 B
4 Ashiefani Thanzieh 75 B
5 Olivia 70 C
6 Ekwian Nevik 80 B
7 Aulia Kasih 90 SB
8 Kalifa Putri Juandi 85 B

33
9 Dirga 80 B
10 Revo 90 SB
11 Aurel Miftahul Jannah 90 SB
12 Denia Selfiona Putri 95 SB
JUMLAH 995
RATA-RATA 82,92
Sumber: Nilai tes Siklus 2 pertemuan 1

Ket: Sangat Baik / SB : 86 – 100


Baik / B : 71 – 85
Cukup / C : 56 – 70
Kurang / K : < 56

Dari hasil tes dapat dilihat bahwa dari 12 siswa, 4 siswa atau 33%

mendapat kriteria sangat baik, 7 siswa atau 58,33% mendapat kriteria baik, 1

siswa atau 8,33% yang mendapat kriteria cukup dan tidak ada siswa yang

mendapat kriteria kurang.Dengan nilai rata-rata siswa meningkat menjadi

82,92

Pada pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan 9 Oktober 2021.

Hal yang dilakukan adalah masih melanjutkan diskusi seperti pertemuan

sebelumya. Setelah siswa menguasai semua materi yang telah ditentukan

makalangkah selanjutnya tes individual, guru memberikan tes pada siswa yang

dilakukan secara individual untuk melihat sejauh mana materi yang telah

mereka kuasai. Setelah melakukan tes terdapat peningkatan pada hasil belajar

siswa. Seperti terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 8
Daftar Nilai Siswa Siklus II Pertemuan 2
PERTEMUAN 2
NO NAMA SISWA
NILAI KRITERIA
1 Al. Muhammad Adit 85 B
2 Reyhan Fernando 85 B
3 Mathilda Kayla 80 B
4 Ashiefani Thanzieh 90 SB
5 Olivia 70 C
6 Ekwian Nevik 85 B
7 Aulia Kasih 100 SB

34
8 Kalifa Putri Juandi 90 B
9 Dirga 90 SB
10 Revo 95 SB
11 Aurel Miftahul Jannah 85 B
12 Denia Selfiona Putri 90 SB
JUMLAH 1045
RATA-RATA 87,08
Sumber: Nilai tes Siklus 2 pertemuan 2

Ket: Sangat Baik / SB : 86 – 100


Baik / B : 71 – 85
Cukup / C : 56 – 70
Kurang / K : < 56

Dari hasil tes dapat dilihat bahwa dari 12 siswa, 5 siswa atau 41,67%

mendapat kriteria sangat baik, 6 siswa atau 50% mendapat kriteria baik, 1

siswa atau 8,33% yang mendapat kriteria cukup dan tidak ada siswa yang

mendapat kriteria kurang. Persentase nilai rata-rata siswa meningkat menjadi

87,08.

Dari nilai hasil belajar siklus 1 dan 2, terjadi peningkatan nilai dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada

kelas VI SDN 04 Sikabu.

Tabel 9
Daftar Nilai Siswa Siklus II Pertemuan 1 dan 2
NILAI RATA-
NO NAMA SISWA PT 1 PT 2 RATA KRITERIA
1 Al. Muhammad Adit 80 85 82,5 B
2 Reyhan Fernando 80 85 82,5 B
3 Mathilda Kayla 80 80 80 B
4 Ashiefani Thanzieh 75 90 77,5 B
5 Olivia 70 70 70 C
6 Ekwian Nevik 80 85 82,5 B
7 Aulia Kasih 90 100 95 SB
8 Kalifa Putri Juandi 85 90 87,5 SB
9 Dirga 80 90 85 B
10 Revo 90 95 92,5 SB
11 Aurel Miftahul Jannah 90 85 87,5 SB
12 Denia Selfiona Putri 95 90 92,5 SB
JUMLAH 995 1045 1015
RATA-RATA 82,92 87,08 84,58
Sumber: Nilai tes Siklus 2 pertemuan 1 dan 2
Ket: Sangat Baik / SB : 86 – 100

35
Baik / B : 71 – 85
Cukup / C : 56 – 70
Kurang / K : < 56

Dari tabel diatas di dapat hasil bahwa 5 siswa atau 41,67% mendapat

kriteria sangat baik, 6 siswa atau 50% mendapat kriteria baik, 1 siswa atau

8,33% yang mendapat kriteria cukup dan tidak ada siswa yang mendapat

kriteria kurang. Persentase nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 84,58

Jadi secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe

Snowball Trhowing pada siklus 2 sudah berhasil untuk meningkatkan hasil

belajar matematika siswa.

c. Pengamatan

Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran Matematika dikelas VI

SDN 04 Sikabu dengan pendekatan kooperatif tipe Snowball Trhowing

dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Hal ini dilaksanakan

secara intesif, objektif, dan sistematis. Pengamatan dilakukan oleh observer

pada waktu peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran Matematika.

Pengamatan dilakukan secara berkesinambungan mulai dari siklus 2

pertemuan 1 dan pertemuan 2. Pengamatan dilakukan oleh observer dengan

mengisi lembar pengamatan tentang keaktifan siswa yang mana kendala atau

kelemahan diantaranya, masih banyaknya siswa yang kurang aktif dalam

berkelempok, siswa tidak tertib dalam melaksanakan kegiatan melempar bola

kertas. Dalam memberikan materi dengan anggota kelompoknya,ketua

kelompok masih terlihat kurang, sehingga materi tidak diterima secara

keseluruhan oleh siswa lain.

36
4. Refleksi Siklus II

Berdasarkan analisis data pada siklus II di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada siklus II sudah dilaksanakan dengan baik, siswa sudah aktif pada saat proses

pembelajaran sedang berlangsung.Siswa juga sudah serius dalam memperhatikan

penjelasan dari guru karena melihat nilai mereka pada siklus I.

2. Dalam kegiatan diskusi dan melemparkan bola kertas, hampir semua siswa dalam

kelompok masing-masing terlihat aktif, dimana ketua kelompok menguasai materi

yang diberikan dan berusaha menyampaikannya kedpada anggota kelompok

mereka dengan baik, sehingga dalam pelaksanaan tes dapat menjawab pertanyaan

sesuai dengan materi.

3. Kegiatan akhir pada siklus II sudah berhasil dan berjalan dengan sangat baik, hal

ini dapat kita lihat bahwa hampir keseluruhan siswa yang sudah mengerti dan

tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal kuis yang diberikan oleh guru.

Hal ini disebabkan karena soal tes yang diberikan oleh guru tersebut sudah

dipahami oleh siswa, sehingga siswa tersebut tidak kesulitan dalam menjawab

soal tes tersebut.

Dari hasil diskusi dan observasi dengan observer, maka pelaksanaan

pembelajaran Mtematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipeSnowball Throwing sudah berhasil. Hal ini dapat kita lihat bahwa langkah-

langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Snowball Throwing sudah sepenuhnya terlaksana dengan baik dan dapat menguasai

materi yang telah diberikan. Hasil kuis yang diperoleh masing-masing siswa pada

siklus II meningkat serta nilai rata-rata kelas yang diperoleh sudah sesuai dengan

yang diharapkan yaitu 84,58 dengan kriteria baik.

37
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini :

Tabel 10
Perbandingan Nilai Awal, Siklus 1 dan Siklus 2

NILAI SIKLUS SIKLUS


NO NAMA SISWA
AWAL 1 2
1 Al. Muhammad Adit 62,5 82,5 82,5
2 Reyhan Fernando 75 82,5 82,5
3 Mathilda Kayla 75 80 80
4 Ashiefani Thanzieh 72,5 77,5 77,5
5 Olivia 52,5 70 70
6 Ekwian Nevik 82,5 82,5 82,5
7 Aulia Kasih 90 95 95
8 Kalifa Putri Juandi 52,5 87,5 87,5
9 Dirga 85 85 85
10 Revo 67,5 92,5 92,5
11 Aurel Miftahul Jannah 90 87,5 87,5
12 Denia Selfiona Putri 95 92,5 92,5
JUMLAH 695 900 1015
RATA-RATA 59,92 75,00 84,58

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata awal siswa adalah 59,92.

Setelah dilakukan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing, nilai siswa

meningkat menjadi 75,00, pada siklus 1 dan 84,58 pada siklus 2.

Jadi secara keseluruhan proses pembelajaran Matematika dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada siklus II

terlaksana dengan sangat baik.

B. Pembahasan

Dari data per siklus yang terlihat sebelumyaa, menggambarkan bahwa

penerapan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Trhowing dalam peningkatan hasil

belajar Matematika siswa kelas VI SD Negeri 04 Sikabu berjalan dengan lancar

38
dan sesua dengan hasil yang diharapkan peneliti. Hal ini dapat dilihat pada diagram

dibawah ini:

Tabel 11
Frekuensi Kriteria Per siklus
DATA AWAL SIKLUS 1 SIKLUS 2
No KRITERIA
F % F % F %
1. Sangat Baik 2 16,67 3 25 5 41,67
2. Baik 1 8,33 4 33,33 6 50
3. Cukup 3 25 3 25 1 8,33
4. Kurang 6 50 2 16,67 0 0

Terdapat pada awal data awal, dari 12 siswa yang mendapat kriteria nilai sangat

baik adalah 2 siswa pada siklus I meningkat menjadi 3 siswa dan pada siklus II lebih

meningkat menjadi 5 siswa. Siswa yang mendapat kriteria nilai baik pada data awal

adalah 1 siswa, pada siklus I menjadi 4 siswa, pada siklus II mengalami peningkatan

menjadi 6 siswa. Siswa yang mendapat kriteria nilai cukup pada data awal adalah 3

siswa, pada siklus I menjadi 3 siswa, pada siklus II, 1 siswa yangmemperoleh kriteria

cukup Siswa yang mendapat kriteria nilai kurang pada data awal adalah 6 siswa, pada

siklus I menjadi 2 siswa , pada siklus II tidak ada siswa yang mendapat kriteria nilai

kurang.

Dari tabel diatas dapat digambarkan diagram perbandingan kriteria nilai awal,

nilai siklus I dan siklus II, seperti pada diagram berikut ini:

39
Diagram 1
Perbandingan Kriteria Nilai Awal, Nilai Siklus I dan Siklus II

50
45
40
35
30 Nilai Awal
25 Siklus I
20 Siklus II
15
10
5
0
Sangat Baik Baik Cukup Kurang

Sumber: data yang diolah

Terdapat pada data awal, dari 12 siswa yang mendapat kriteria nilai sangat baik

adalah 16,67 %, pada siklus I meningkat menjadi 25% dan pada siklus II lebih

meningkat menjadi 41,67 %. Siswa yang mendapat kriteria nilai baik pada data awal

adalah atau 8,33 %, pada siklus I menjadi 33,33%, pada siklus II mengalami

peningkatan menjadi 50%. Siswa yang mendapat kriteria nilai cukup pada data awal

adalah 25%, pada siklus I menjadi 25%, pada siklus II, yangmemperoleh kriteria

cukup sebanyak 8,33%. Siswa yang mendapat kriteria nilai kurang pada data awal

adalah 50%, pada siklus I menjadi 16,67%, pada siklus II tidak ada siswa yang

mendapat kriteria nilai kurang.

Dari diagram tersebut di atas terlihat bahwa terjadi peningkatan grafik pada

kriteria sangat baik dan kriteria baik pada siklus 1 dan siklus 2. Sedangkan penurunan

grafik terjadi pada kriteria cukup dan kurang pada siklus 1 dan 2.

Sedangkan pada rata-rata hasil belajar siiswa pada siklus 1 dan 2 juga

mengalami peningkatan sesuai yang diharapkan yaitu dari rata-rata 59,92 pada data

40
awal, setelah dilaksnakan siklus terjadi peningkatan, seperti yang disajikan pada tabel

dibawah ini

Tabel 12
Hasil Nilai Belajar Setiap Kegiatan
No KEGIATAN HASIL
1 Observasi 59,92
2 Siklus 1 75,00
3 Siklus 2 84,58

Berdasarkan penjelasan data diatas dapat dilihat bahwa dengan pembelajaran

kooperatif tipe Snowball Trhowing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari data

awal dapat dilihat nilai rata-rata siswa hanya 59,92. Setelahdilaksanakan tindakan pada

siklus I, rata-rata mengalami peningkatan menjadi 75,00 dan pada siklus II meningkat

lagi menjadi 84,58.

Diagram 2
Perbandingan Nilai awal, Nilai Siklus I dan Nilai Siklus II

100

80

60 Nilai Awal
Nilai Siklus I
40
Nilai Siklus II
20

0
Rata-Rata

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan penjelasan data diatas dapat dilihat bahwa dengan pembelajaran

kooperatif tipe Snowball Trhowing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari data

41
awal dapat dilihat nilai rata-rata siswa hanya 59,92. Setelahdilaksanakan tindakan pada

siklus I, rata-rata mengalami peningkatan menjadi 75,00 dan pada siklus II meningkat

lagi menjadi 84,58.

Jadi berdasarkan data awal, data siklus I dan siklus II hasil belajar siswa

meningkat setelah dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada

siswa kelas VI SD Negeri 04 Sikabu Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam

dalam pembelajaran Matematika.

42
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data awal, data per siklus,dan pembahasan tentang upaya yang dilakukan

untuk meningkatkan hasil belajar.Matematika siswa dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Snowball Trhowing dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Untuk lancarnya kegiatan pembelajaran, sebelumnya guru harus membuat

rancangan pelaksanaan pembelajaran harus sesuai dengan langkah-langkah model

pembelajaran yang digunakan.

2. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Snowball Trhowing terpusat pada siswa, siswa

membangun diri sendiri dan pengetahuan dalam mencari penyelesaian dari suatu

materi yang harus dipahami dan dikuasai oleh siswa. Guru berperan sebagai

motivator dan fasilitator.

3. Dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif

tipe Snowball Trhowing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri

04 Sikabu. Hasil nilai rata-rata siswa hanya 59,92. Setelah dilaksanakan tindakan

pada siklus I, rata-rata mengalami peningkatan menjadi 75,00 dan pada siklus II

meningkat lagi menjadi 84,58.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengajukan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan pembelajaran

kooperatif tipe Snowball Trhowing sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran

43
Matematika untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Karena kegiatan ini bermanfaat bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan

ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam mata pelajaran lain dan

dalam mata pelajaran Matematika khususnya.

3. Hendaknya dalam penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Trhowing

guru diharapkan benar-benar memahami langkah-langkahnya, dan dapat

mengelola waktu seoptimal mungkin, serta peran guru sebagai fasilitator dan

motivator sangat penting sekali tercapainya hasil pembelajaran sesuai dengan

yang diharapkan.

44
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman dan Bintoro.(2000). Memahami Dan Menangani Siswa Dengan Problema


Belajar. Jakarta : Depdiknas

Bayor, A. (2010). Snowball Throwing. Diunduh tanggal 10 Oktober 2015 dari


http://akmaldebayor.blogspot.com/2010/05/snowball-throwing_08.html.

BSNP, (2007: 9). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta: Depdiknas

Depdikbud,(1994), Kurikulum Pendidikan Dasar 1994: Garis-garis Besar Program


Pengajaran (GBPP), mata Pelajaran Matematika, Jakarta; Dirjen Dikti.

Depdikbud,(1994), Kurikulum Pendidikan Dasar 1994: Pedoman Belajar Mengajar


Sekolah Dasar, mata Pelajaran Matematika, Jakarta; Dirjen Dikti.

Depdikbud. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Sekolah


Dasar. Depdiknas: Jakarta

Ibrahim M, Rachmadiarti F, Nur Muhammad, Ismono. (2000). Pembelajaran Kooperatif.


UNESA.University Press Surabaya
.
Ismail, Andang. (2006). Education Games; Menjadi Cerdas dan Ceria dengan
Permainan Edukatif. Yogyakarta: Pilar Media

Karso,(2002), Pendidikan Matematika I, Jakarta; Universitas Terbuka.


Kunandar, (2010), Penelitian Tindakan kelas.Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada

Lie, Anita.(2004). Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di.


Ruang-Ruang Kelas.Jakarta : PT. Grasindo

Miles,B. Mathew and A. Michael Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif:Buku


Sumber tentang Metode-metode Baru. Terjemahan TjetjepRohendi Rohidi.
Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Murtado, S. dan Tambunan, G. (1987).Materi Pokok Pengajaran Matematika. Jakarta:


Karunika.

Nana, Sujana. (2001) Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja
Rosda Karya

Russffendi, E-T,(1988), Pengantar Kepada Membantu Guru untuk Mengembangkan


Kempetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA,
Bandung; Tarsito.

45
Suherman.E. (2001).Evaluasi Pembelajaran Matematika untuk Calon Guru dan
Mahasiswa Calon Guru Matematika. Bandung: Jurusan pendidikan
Matematika FPMIPA UPI.

Suprijono, Agus. (2010). Cooperative Leraning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Suprijono, A. (2011). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Warsita,B., (2008), Teknologi Pembelajaran, Landasan dan aplikasinya. Jakarta: Rineka


Cipta.

46
47
48
49
50
51

Anda mungkin juga menyukai