REVISI - Sweetly Christy Lapian, Syaloomita Patricia Kaunang, Wahyu Shisilia Lalenoh - SHMN

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 61

STUDI KASUS: ASUHAN KEPERAWATAN MANAJEMEN NYERI

TERAPI KOMPLEMENTER RELAKSASI FINGER HOLD PADA


PASIEN MIOMA UTERI POST LAPARATOMI BIOPSI DI RUANGAN
RAWAT INAP RUMAH SAKIT SILOAM MANADO

Sweetly Christy Lapian, Syaloomita Patricia Kaunang, Wahyu Shisilia Lalenoh


Mahasiswa Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Pelita Harapan

ABSTRAK

Latar Belakang: Relaksasi genggam jari (finger hold) adalah sebuah teknik relaksasi yang
sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh siapa pun yang berhubungan dengan jari tangan
serta aliran energi di dalam tubuh kita. Titik-titik refleksi pada tangan memberikan rangsangan
secara reflex (spontan) pada saat genggaman. Pada saat fase inflamasi akibat luka post operasi,
manifestasi yang sering dirasakan adalah nyeri. Teknik finger hold merangsang meridian jari
yang meneruskan gelombang tersebut ke dalam otak. Hasil dari perlakuan relaksasi finger hold
akan menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf aferen non nosiseptor sehingga
stimulus nyeri terhambat dan berkurang. Deskripsi Kasus: Pasien perempuan (Ny. S) berusia
26 tahun dengan diagnosa mioma uteri post operasi laparatomi biopsi hari pertama. Pasien
mengeluh nyeri dengan skala 5/3 (A/I), terasa seperti tertusuk-tusuk, nyeri terasa pada area
perut dan menyebar sampai ke area pinggang, nyeri hilang timbul dan bertambah buruk ketika
pasien bergerak. Diskusi: Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan penulis melakukan
intervensi, penentuan diagnosa, serta sampai pada implementasi keperawatan manajemen nyeri
menggunakan teknik non farmakologis yaitu terapi relaksasi finger hold. Penerapan teknik non
farmakologis ini dilakukan untuk menangani nyeri post operasi yang dirasakan pasien selama
10-20 menit. Kesimpulan: Teknik non farmakologis dengan relaksasi finger hold dapat
bekerja untuk mengurangi nyeri pasien post operasi laparatomi biopsi. Sebelum implementasi,
pasien mengatakan skala nyeri 5/3 (Aktivitas/Istirahat) dan setelah implementasi 3x24 jam
pasien mengatakan skala nyeri berkurang menjadi 1/0.

Kata kunci: Post Operasi Laparatomi biopsi, Terapi Finger hold

1
ABSTRACT

Background: Finger hold relaxation is a relaxation technique that is very simple and easy for
anyone to do that is related to the fingers and the flow of energy in our bodies. Reflex points
on the hands provide reflex (spontaneous) stimulation when gripped. During the inflammatory
phase due to postoperative wounds, the manifestation that is often felt is pain. The finger hold
technique stimulates the finger meridians which transmit these waves to the brain. The results
of the finger hold relaxation treatment will result in impulses being sent through non-
nociceptor afferent nerve fibers so that the pain stimulus is inhibited and reduced. Case
Description: A 26-year-old female patient (Mrs. S) with a diagnosis of myoma uteri
postoperative laparotomy on the first day of biopsy. The patient complains of pain with a scale
of 5/3 (A/I), feels like stabbing, pain is felt in the stomach area and spreads to the waist area,
the pain comes and goes and gets worse when the patient moves. Discussion: Based on the
results of the study, the authors intervened, determined the diagnosis, and arrived at the
implementation of pain management nursing using non-pharmacological techniques, namely
finger hold relaxation therapy. The application of this non-pharmacological technique is
carried out to treat postoperative pain that is felt by the patient for 10-20 minutes. Conclusion:
Non-pharmacological techniques with finger hold relaxation can work to reduce pain in
postoperative laparotomy biopsy patients. Before implementation, the patient said the pain
scale was 5/3 (Activity/Rest) and after 3x24 hours of implementation the patient said the pain
scale was reduced to 1/0.

Keywords: Postoperative Laparoscopic biopsy, Finger hold therapy

2
LATAR BELAKANG
Laparatomi merupakan jenis operasi bedah mayor yang dilakukan di daerah abdomen.
Pembedahan dilakukan dengan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk
mendapatkan bagian abdomen yang mengalami masalah. Sayatan pada operasi laparatomi
menimbulkan luka yang berukuran besar dan dalam sehingga membutuhkan waktu
penyembuhan yang lama, perawatan berkelanjutan, dan berisiko menimbulkan komplikasi
(Ningrum dan Isabela, 2016). Prosedur operasi atau tindakan biopsi menjadi salah satu
penanganan medis secara invasif untuk menegakkan diagnosis atau sebagai pengobatan
penyakit. Tindakan ini dilakukan dengan sayatan pada bagian tubuh. Menurut World Health
Organization (WHO) jumlah tindakan operasi mencapai 148 juta di seluruh rumah sakit dunia
dan angka tindakan operasi di Indonesia mencapai 1,3 juta jiwa setiap tahunnya (Kemenkes,
2019; Sugiyanto, 2020).
Pembedahan dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien karena tindakan
pembedahan dapat menyebabkan trauma pada jaringan yang dapat menimbulkan nyeri. Nyeri
menjadi situasi yang kurang menyenangkan yang bersumber dari area tertentu yang disebabkan
oleh rusaknya jaringan. Nyeri bersifat subjektif dan berbeda pada setiap orang. Menurut
International for Study of Pain (IASP), nyeri setelah operasi disebabkan oleh rangsangan
mekanik luka sehingga muncul mediator-mediator kimia nyeri. Mediator kimia nyeri akan
mengaktivasi nosiseptor lebih sensitif baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk
mengatasi rasa kurang nyaman akibat nyeri dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik
farmakologis dengan obat-obatan dan teknik non farmakologis dengan mengajarkan teknik
relaksasi pada pasien. (Astutik & Kurlinawati, 2017)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sugiyanto (2020), salah satu teknik non
farmakologis yang efektif untuk mengurangi nyeri pada pasien post operasi adalah teknik
relaksasi genggam jari (finger hold). Relaksasi genggam jari adalah sebuah teknik relaksasi
yang sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh siapa pun yang berhubungan dengan jari
tangan serta aliran energi di dalam tubuh kita. Di sepanjang jari-jari tangan kita terdapat saluran
atau meridian energi yang terhubung dengan berbagai organ dan emosi. Titik-titik refleksi pada
tangan memberikan rangsangan secara reflex (spontan) pada saat genggaman. Rangsangan
tersebut akan mengalirkan semacam gelombang kejut atau listrik menuju otak. Gelombang
tersebut diterima otak dan diproses dengan cepat diteruskan menuju saraf pada organ tubuh
yang mengalami gangguan, sehingga sumbatan di jalur energi menjadi lancar. Teknik relaksasi
genggam jari membantu tubuh, pikiran dan jiwa untuk mencapai relaksasi. Dalam keadaan
relaksasi secara alamiah akan memicu pengeluaran hormon endorfin, hormon ini merupakan

3
analgesik alami dari tubuh sehingga nyeri akan berkurang. Pada saat fase inflamasi akibat luka
bekas operasi, manifestasi yang sering dirasakan adalah nyeri. Nyeri tersebut apabila dibiarkan
akan membuat pasien post operasi akan menjadi tidak nyaman. Teknik finger hold tersebut
merangsang meridian jari yang meneruskan gelombang tersebut ke dalam otak. Hasil dari
perlakuan relaksasi genggam jari akan menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf
aferen non nosiseptor sehingga stimulus nyeri terhambat dan berkurang. Apabila relaksasi
tersebut dilaksanakan secara rutin maka hasil yang diharapkan akan lebih baik dengan turunnya
nyeri yang terjadi (Astutik & Kurlinawati, 2017).
DESKRIPSI KASUS
Pasien Ny. S usia 26 tahun masuk ke ruang rawat inap (05/06/2023) dengan diagnosa
mioma uteri. Pasien telah dijadwalkan oleh dokter spesialis ginekologi untuk melakukan
rencana operasi miomektomi pada hari Selasa tanggal 6 Juni 2023. Pasien datang dengan
keadaan umum baik, tanda-tanda vital stabil dengan tingkat kesadaran compos mentis, namun
perut pasien tampak besar. Pasien memiliki keluhan utama yaitu perut yang membesar dan
terkadang terasa nyeri. Pasien tidak sedang dalam kondisi hamil namun informasi dari dokter
kepada pasien bahwa ada tumor yang sudah banyak tumbuh di bagian rahim pasien setelah
dilakukan pemeriksaan diagnostik. Pasien mengatakan bahwa pertumbuhan tumornya sangat
cepat dalam dua bulan terakhir ini.

Pasien mengatakan sudah mengalami tanda dan gejala yang ada sebelumnya berupa
siklus haid yang tidak teratur dan mengalami dismenore. Pasien mengatakan bahwa siklus
menstruasi yang dialami pasien bisa dalam jangka waktu tiga bulan sekali mengalami
menstruasi dan sudah pernah melakukan kontrol ke dokter untuk diperiksa namun informasi
dari dokter yang didapatkan adalah karena faktor hormonal pasien yang terganggu dalam masa-
masa pubertas di mana pola makanan pasien tidak teratur dengan baik dan benar. Pasien
menyatakan bahwa dirinya pun merasa tenang dengan hal abnormal yang dialaminya sejak
masih remaja.
Pada bulan Februari 2023 sebelumnya pasien telah melakukan konsultasi dengan dokter
umum terkait keluhan menstruasi dan dismenore yang dialaminya sejak lama dan setelah
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut maka didapatkan hasil bahwa terdapat beberapa massa
yang tumbuh di dinding rahim pasien sehingga akhirnya pasien dirujuk untuk dilakukan
perawatan dan pengobatan lebih lanjut ke dokter spesialis ginekologi. Berdasarkan hasil
pemeriksaan dokter lebih lanjut maka pasien didiagnosis memiliki penyakit mioma uteri dan
diputuskan untuk dilakukan rangkaian prosedur yang direncanakan hingga jadwal operasi

4
nantinya, namun jadwal operasi pasien tertunda selama kurang lebih satu bulan dikarenakan
pasien mengatakan belum siap untuk mengikuti prosedur operasi dan pada akhirnya saat pasien
melihat perutnya yang mulai tampak membesar dari waktu ke waktu maka pasien baru
memutuskan untuk mengikuti prosedur operasi yang telah direncanakan dari dokter.
DISKUSI
Pengkajian keperawatan adalah tahap dasar dari seluruh proses keperawatan dengan
tujuan mengumpulkan informasi dan data-data pasien (Rizal, 2019). Berdasarkan data hasil
pengkajian, didapatkan data pasien setelah dilakukan tindakan operasi laparatomi biopsi hari
pertama pasien mengeluh merasakan nyeri pada bagian luka jahitan sehingga menyebabkan
pasien merasa gelisah, tampak meringis dan sulit untuk bergerak. Pada saat pengkajian nyeri
hasil yang didapatkan P (Provokes) pasien mengatakan merasa nyeri pada luka operasi sesaat
efek samping anastesi menghilang, Q (Quality) pasien mengatakan kualitas nyerinya seperti
tertusuk-tusuk, R (Radiation) pasien mengatakan nyeri terasa di area luka operasi menjalar
sampai pinggang, S (Severity) dilakukan pengkajian skala nyeri pasien guna untuk mengetahui
tingkat intensitas nyeri yang dirasakan dan pasien mengatakan skala nyeri aktivitas/istirahat
berada di 5/3 yang membuat pasien tidak nyaman, gelisah, dan T (Timing) pasien mengatakan
nyeri yang dirasakan hilang timbul. Keadaan umum compos mentis GCS E4M6V5, pasien
terpasang infus Tutosol 500ml/24 jam. Status hemodinamik pasien meliputi tekanan darah
100/70 mmHg, nadi 100 x/mnt, pernapasan 20 x/mnt, SpO2 99%, suhu badan 36,5°C. Hasil
laboratorium pada tanggal 5/6/23 menunjukkan hasil hemoglobin 14.3 g/dL, leukosit 8.20
10^3/ul, dan trombosit 662 10^3/ul.
Pasien post operasi sering mengalami nyeri akibat diskontinuitas jaringan atau luka
operasi serta akibat posisi yang dipertahankan selama prosedur post operasi sendiri. Dari segi
penderita, timbulnya dan beratnya rasa nyeri post operasi dapat dipengaruhi oleh fisik, psikis
atau emosi, karakter individu dan sosial kultural maupun pengalaman masa lalu terhadap rasa
nyeri. Berdasarkan waktu timbulnya, nyeri post operasi dibagi menjadi dua jenis yaitu nyeri
akut dan nyeri kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cidera akut, penyakit atau
intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat dengan ukuran intensitas yang bervariasi
(ringan sampai berat) dan berlangsung dalam waktu singkat. (Kemenkes RI, 2022)
Nyeri akut post operasi terkadang disertai oleh aktivasi system saraf simpatis yang akan
memperlihatkan gejala-gejala seperti peningkatan respirasi, peningkatan tekanan darah,
peningkatan denyut jantung, diaphoresis dan dilatasi pupil di mana diantara gejala-gejala
tersebut Ny. S memiliki gejala yang sama yaitu terjadi peningkatan nadi. Pasien post operasi
yang mengalami nyeri akut biasanya juga akan memperlihatkan respon emosi dan perilaku

5
seperti menangis, mengerang kesakitan, mengerutkan wajah atau menyeringai yang sama
seperti respon yang ditunjukkan pasien Ny. S. (Kemenkes RI, 2022)

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien saat ini adalah nyeri akut b.d agen
pencedera fisiologis d.d luka post operasi laparatomi biopsi. Sesuai dengan hasil pengkajian
post operasi laparatomi biopsi hari pertama didapatkan data subjektif yaitu pasien mengeluh
nyeri pada bagian luka operasi di mana pasien mengatakan nyeri terasa di bagian perut
menjalar sampai ke pinggang, pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk dan hilang
timbul, pasien mengatakan nyeri berada di bagian perut tepatnya di bagian luka operasi, skala
nyeri pasien 5/3 (aktivitas/istirahat), nyeri berkurang saat pasien beristirahat dan bertambah
saat akan melakukan pergerakan atau mengubah posisi. Pasien mengatakan merasa lemah
badan dan sulit untuk bergerak di semua bagian tubuhnya khususnya di ekstremitas bawah dan
atas, tidak dapat bergerak karena ada luka post operasi dan nyeri yang dirasakan membuat
dirinya kesulitan untuk melakukan pergerakan, pasien mengatakan takut untuk banyak
bergerak karena nyeri sehingga meminta bantuan ibunya untuk mengambilkan dan menyuapi
makanan dan minum. Pasien mengeluh nyeri di luka jahitan bagian perut, pasien mengatakan
baru pertama memiliki luka jahitan yang menurut pasien luka jahitan besar. Data objektif yang
ada di mana pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah, pasien dianjurkan tirah baring di
tempat tidur terlebih dahulu setelah 24 jam post operasi. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
pasien yang meliputi BP:100/70 mmHg, HR: 100 x/menit, RR:20 x/menit, T: 36,6°C dan SpO2
99%. Tingkat kesadaran pasien compos mentis dengan GCS E4M6V5. Pasien tampak lemah
karena menahan nyeri luka post operasi, pasien tampak tidak mampu untuk melakukan
pergerakan di seluruh bagian tubuhnya, pasien dianjurkan untuk tirah baring post operasi dan
ADL pasien masih dibantu total, kekuatan otot pasien menurun post operasi menjadi
4444 4444
[ ].
3333 3333
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada pasien selama 3 hari adalah kaji nyeri
secara komprehensif (PQRST), observasi tanda-tanda vital, pertahankan lingkungan yang
tenang dan nyaman, ajarkan teknik non farmakologis yaitu teknik relaksasi genggam jari
(finger hold) yang dapat dilakukan secara mandiri, dan berkolaborasi dengan dokter terkait
pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2022),
nyeri akut post operasi dapat diperbaiki dengan strategi sederhana, yaitu nilai nyeri, atasi
dengan obat dan teknik yang sudah ada, nilai kembali nyeri setelah terapi dan bersiap untuk
memodifikasi pengobatan jika perlu. Teknik genggam jari/finger hold merupakan salah satu
teknik non farmakologis yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri post operasi karena

6
teknik ini dipercaya dapat memberikan rangsangan gelombang ke otak dan kemudian
diteruskan ke area yang bermasalah. Pada Ny. S, area yang bermasalah adalah uterus sehingga
terdapat beberapa titik yang dilewati rangsangan untuk mengatasi nyeri, yaitu SP-1 (Yin Bai-
Putih yang tersembunyi), LR-8 (Qu quan- musim semi bergulir), GB-28 (Wei dao, jalan
penghubung, BL-30 (Bai huan shu, saluran utama panggul), BL-31 (Shang liao, lubang tulang
teratas), BL-55 (He yang, anak sungai Yang), BL-60 (Kun lun, gunung Kun Lun/tinggi besar),
dan BL-67 (Zhi yin, meraih yin).
Implementasi keperawatan dilakukan selama 3 x 24 jam. Pada hari pertama post
laparatomi biopsi didapatkan nyeri skala 5/3 dengan keluhan pasien gelisah, dilakukan teknik
finger hold pada pasien dengan cara menggenggam tangan sekitar 10-20 menit sambil
berkolaborasi pemberian analgetik. Hasil evaluasi pada hari pertama pasien mengatakan masih
merasa nyeri dengan skala 4/3 tetapi nyeri sudah bisa didistraksi dengan teknik finger hold.
Kemudian pada hari kedua, hasil observasi hemodinamik pasien ditemukan BP: 114/80 mmHg,
HR: 96 x/menit, pasien masih mengeluh nyeri hilang timbul setelah dievaluasi kembali cara
mengurangi nyeri dengan finger hold pasien mengatakan skala nyeri menjadi 3/2. Pada hari
ketiga ditemukan bahwa teknik non farmakologis yaitu dengan teknik genggam jari efektif
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien, skala nyeri pasien menjadi 1/0
(Aktivitas/Istirahat) dan pasien mengatakan sudah lebih nyaman serta sudah bisa kembali tidur
dengan baik.
Tabel. 1. Perbandingan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah diberikan Teknik Relaksasi Finger Hold pada Ny.S.
Pasien Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Pre Test Post Test Pre Test Post Test Pre Test Post Test
Skala Skala Skala Skala Skala Skala

Ny. S 5/3 4/3 4/3 3/2 3/2 1/0

Berdasarkan tabel 1 tersebut, didapatkan hasil yang menunjukan skala nyeri Ny. S
menurun setelah diberikan teknik relaksasi Genggam Jari/Finger Hold pada hari pertama
hingga hari ketiga. Hasil ini menunjukan bahwa intensitas nyeri menurun dari skala nyeri
sedang hingga nyeri ringan dan menunjukan bahwa teknik relaksasi Finger Hold dapat
menurunkan skala nyeri pada pasien post operasi Laparatomi biopsy. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Sugiyanto (2020), di mana teknik genggam jari yang dilakukan pada
pasien dengan keluhan nyeri post operasi terbukti efektif dan memiliki pengaruh terhadap
penurunan intensitas nyeri. Didukung oleh hasil studi kasus yang dilakukan oleh (Larastati &
Hidayati, 2022) menunjukan bahwa hasil implementasi genggam jari yang dilakukan pada

7
pasien post operasi laparatomi mengalami penurunan nyeri dari skala nyeri sedang menjadi
skala nyeri ringan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Evrianasari & Yosaria, 2019)
menunjukan rata-rata nyeri sebelum intervensi sebesar 6.30, rata-rata nyeri setelah intervensi
sebesar 4.25. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Indrawati & Arham, 2022)
terdapat pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap persepsi nyeri pada pasien post
operasi.

KESIMPULAN
Studi kasus yang sudah diberikan pada pasien Ny. S ini telah menguraikan bagaimana
asuhan keperawatan manajemen nyeri terapi relaksasi finger hold pada pasien dengan mioma
uteri post laparatomi biopsi yang dapat mengurangi nyeri. Hasil implementasi yang sudah
dilakukan pada pasien Ny. S, teknik relaksasi finger hold dapat untuk menurunkan nyeri pasien
post operasi laparatomi biopsi, dimana sebelum dilakukan implementasi skala nyeri yang
dirasakan pasien post operasi yaitu 5/3 (Aktivitas/Istirahat) kemudian hasil evaluasi setelah
dilakukan implementasi selama 3x24 jam maka skala nyeri berkurang menjadi 1/0.
Hasil penerapan manajemen nyeri secara non farmakologis ini yaitu terapi relaksasi
finger hold memiliki kelemahan disatu sisi dikarenakan pasien Ny. S juga mendapat terapi
seperti paracetamol, ketorolac, serta tramadol yang adalah golongan terapi anti nyeri untuk
mengatasi keluhan nyeri rendah sampai sedang sehingga hasil penerapan manajemen nyeri
komplementer finger hold ini dapat menjadi bias karena adanya terapi farmakologi yang juga
membantu pasien dalam mengatasi nyeri. Namun, keuntungan yang didapatkan pasien selain
menggunakan obat-obatan farmakologis adalah pasien telah diajarkan teknik non-farmakologis
yang sangat penting dalam mengurangi nyeri karena tidak memiliki efek samping, tanpa biaya
dan dapat dilakukan sendiri di rumah ketika pasien pulang dan saat post operasi laparatomi
biopsi pasien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul sehingga terapi relaksasi finger
hold ini dapat bermanfaat bagi pasien untuk diterapkan ketika merasakan nyeri yang timbul
yang dibuktikan saat dievaluasi pasien mengatakan terapi finger hold membantunya mengatasi
ketika nyeri datang.
Studi kasus ini diharapkan menjadi referensi atau data pembanding dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan keluhan nyeri untuk mengurangi intensitas nyeri dan
memanajemen penggunaan obat-obatan bagi pasien post operasi serta sebagai suatu informasi
dan pengetahuan tambahan bagi pasien dan keluarga.

8
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, Y., & Sumarni, S. (2013). ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RSUD dr.
ADHYATMA SEMARANG. Jurnal Kebidanan, 2(5), 36–46. http://ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/jurkeb/article/view/105
Astutik, P., & Kurlinawati, E. (2017). Pengaruh Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan
Nyeri Pada Pasien Post Sectio Di Ruang Delima RSUD Kertosono. STRADA Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 6(2), 30–37.
https://www.neliti.com/pt/publications/236467/pengaruh-relaksasi-genggam-jari-
terhadap-penurunan-nyeri-pada-pasien-post-sectio
Evrianasari, N., & Yosaria, N. (2019). Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Nyeri Postsectio Caesarea. Jurnal Kebidanan Malahayati, 5(1), 86–91.
https://doi.org/10.33024/jkm.v5i1.802.
Indrawati, U., & Arham, A. H. (2020). Pengaruh pemberian teknik relaksasi genggam jari
terhadap persepsi nyeri pada pasien post operasi fraktur. Jurnal Keperawatan, 18(1),
13–24.
Kementerian Kesehatan RI. (2022). Mengenal Nyeri Akut dan Mencegah Timbulnya Nyeri
Kronis Pasca Operasi. Kemkes.go.id.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/960/mengenal-nyeri-akut-dan-mencegah-
timbulnya-nyeri-kronis-pasca-
operasi#:~:text=Nyeri%20akut%20adalah%20nyeri%20yang,aktivitas%20otonom%2C
%20dapat%20berupa%20nyeri
Larasati, I., & Hidayati, E. (2022). Relaksasi genggam jari pada pasien post operasi. Ners
Muda, 3(1). https://doi.org/10.26714/nm.v3i1.9394
Lubis, P. N. (2020). Diagnosis dan Tatalaksana Mioma Uteri. Cermin Dunia Kedokteran, 3(3),
196–200.
Ridwan, M., Lestari, G. I., & Fibrila, F. (2021). HUBUNGAN USIA IBU, OBESITAS DAN
PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN MIOMA
UTERI. 8(1), 11–22. https://doi.org/10.36743/medikes.v8i1.268
Rizal, L. K. (2019). Tujuan Dan Tahapan Pengkajian Dalam Proses Keperawatan. Ilmu
Keperawatan, 4. https://osf.io/59jbz/download/?format=pdf

9
Sugiyanto. (2020). Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi Melalui Tekhnik
Relaksasi Genggam Jari di RSUD Sawerigading Palopo. Jurnal Kesehatan Luwu Raya,
6(2), 2–6.
Tochie, J. N., Badjang, G. T., Ayissi, G., & Dohbit, J. S. (2020). Physiopathology and
Management of Uterine Fibroids. https://doi.org/10.5772/intechopen.94162

10
STUDI KASUS: ASUHAN KEPERAWATAN MANAJEMEN NYERI
TERAPI KOMPLEMENTER RELAKSASI FINGER HOLD PADA PASIEN
MIOMA UTERI POST LAPARATOMI BIOPSI DI RUANGAN RAWAT INAP
RUMAH SAKIT SILOAM MANADO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Profesi Ners

Disusun oleh:

Sweetly Christy Lapian (01503220307)


Syaloomita Patricia Kaunang (01503220308)
Wahyu Shisilia Lalenoh (01503220336)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

2023

Page 1 of 47
Nama Mahasiswa (NIM) :
1. Sweetly Christy Lapian (NIM: 01503220307)
2. Syaloomita Patricia Kaunang (NIM: 01503220308)
3. Wahyu Shisilia Lalenoh (NIM: 01503220336)
Grup : 119

Tanggal Pengambilan Kasus : 06 Juni 2023


Tanggal Pasien masuk Rumah Sakit : 05 Juni 2023

I. DATA DEMOGRAFI PASIEN/ PATIENT’S DEMOGRAPHIC DATA:


1. Inisial/ Initials : Ny. S
2. Usia/ Age : 26 Tahun
3. Jenis kelamin/ Sex : Perempuan
4. Agama/ Religion : Kristen Protestan
5. Status Perkawinan/ Civil status : Sudah Menikah
6. Pekerjaan/ Occupation : Ibu Rumah Tangga
7. Pendidikan Terakhir : SMA

II. PENGKAJIAN UMUM/ GENERAL ASSESSMENT:


1. Keluhan utama/ Chief complain/s:
Pasien mengeluh nyeri pada bagian luka post operasi laparatomi biopsi.
Pengkajian nyeri:
P: Pasien mengeluhkan nyeri di area perut bagian luka operasi
Q: Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: Pasien mengatakan nyeri dibagian perut dan menyebar sampai ke pinggang
S: Skala nyeri 5/3 (A/I)
T: Pasien mengatakan nyeri hilang timbul dan semakin terasa nyeri bila bergerak
2. Diagnosa Medis/ Diagnosis/Working diagnosis (medical):
Post operasi laparatomi biopsi, suspek Ca Ovarium
i. Ringkasan mengenai penyakit/ Overview of the disease (maks. 1 halaman/ 1
page maximum)
Mioma uteri atau juga disebut dengan “Leiomioma/Fibroid
rahim/Fibromioma” merupakan tumor miometrium jinak yang sebagian besar
terdiri dari otot polos dengan jumlah jaringan ikat fibrosa yang bervariasi.
Mioma uteri ini adalah neoplasma klonal jinak yang mengandung peningkatan
jumlah kolagen ekstraseluler, elastin dan dikelilingi oleh kapsul pseudo tipis.
Tumor ini dapat membesar dan menyebabkan distorsi yang signifikan dari
permukaan rahim atau rongga yang ukurannya kemudian akan berkembang
pada minggu-minggu menstruasi dan akan tampak seperti rahim yang hamil
(Tochie et al., 2020).
Sel tumor terbentuk karena mutasi genetik, kemudian berkembang
akibat induksi hormon estrogen dan progesteron. Mengingat sifat
pertumbuhannya dipengaruhi hormonal, tumor ini jarang mengenai usia pra-
pubertas serta progresivitasnya akan menurun pada masa menopause.
Leiomioma uteri merupakan jenis tumor jinak yang dapat menyerang segala

Page 2 of 47
usia. Sebagian kasus asimptomatis sehingga sering didapati secara tidak sengaja
saat ke dokter karena keluhan lain. Gejala paling sering adalah perdarahan
vagina. Tumor ini sering menjadi penyebab subfertilitas wanita dan pada
kehamilan dapat menyebabkan abortus dan prematuritas (Lubis, 2020).
ii. Prevalensi di Indonesia dan dunia/ Prevalence/incidence rates in Indonesia and
the in world
Data epidemiologi menunjukkan bahwa 70% kasus terjadi pada usia 50
tahun, di mana 30-40% kasus pada masa perimenopause dan 20-25% kasus pada
wanita usia reproduksi. Prevalensi mioma uteri di dunia meningkat lebih dari
70%-75%. Di Indonesia sendiri, kejadian mioma uteri sebesar 2,39% -11.70%
dari semua penderita ginekologi yang dirawat (Ridwan et al., 2021).
3. Riwayat penyakit saat ini/ History of present illness
i. Dalam urutan kronologis dari sejak kapan tanda dan gejala awal terjadi/ In
chronological order from when the signs or symptoms first occurred.
Pasien mengatakan sudah mengalami tanda dan gejala yang ada berupa
siklus haid yang tidak teratur dan mengalami dismenore. Pasien mengatakan
bahwa siklus menstruasi yang dialami pasien bisa dalam 3 bulan sekali
mengalami menstruasi dan dahulu pernah melakukan kontrol ke dokter untuk
diperiksa namun informasi dari dokter yang didapatkan adalah karena faktor
hormonal pasien yang terganggu apalagi dalam masa-masa pubertas dimana
pola makanan pasien tidak teratur dengan baik dan benar. Pasien menyatakan
bahwa dirinya pun merasa tenang dengan hal abnormal yang dialaminya sejak
masih muda.
Pada bulan Februari 2023, pasien melakukan konsultasi dengan dokter
umum terkait keluhan haid yang dialaminya sejak lama dan setelah dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut maka didapatkan hasil bahwa terdapat beberapa massa
yang membesar di dinding rahim pasien sehingga akhirnya pasien dirujuk untuk
dilakukan perawatan dan pengobatan lebih lanjut ke dokter spesialis ginekologi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter lebih lanjut maka pasien didiagnosis
memiliki penyakit mioma uteri dan diputuskan untuk dilakukan rangkaian
prosedur yang direncanakan hingga jadwal operasi nantinya namun jadwal
operasi pasien tertunda satu bulan dikarenakan pasien belum siap untuk
mengikuti prosedur operasi, saat perut pasien mulai tampak membesar barulah
pasien memiliki kemauan untuk dilakukan tindakan operasi tepatnya pada hari
ini.
ii. Penanganan yang sudah dilakukan/ Include any treatment done (medis,
tradisonal/ medical, traditional or home remedies)
Pasien telah melakukan pengobatan dan penanganan terlebih dahulu bersama
dokter seperti sebelum masuk ke rumah sakit, pasien telah dilakukan prosedur
tindakan pungsi acites untuk mengeluarkan cairan yang ada pada rongga perut
akibat adanya mioma uteri yang sudah membesar.
4. Riwayat penyakit masa lalu/ Past medical history
i. Penyakit utama/ Major illnesses:

Page 3 of 47
Pasien mengatakan bahwa penyakit yang dialaminya sekarang adalah hasil dari
tanda dan gejala yang dia rasakan yaitu dimana siklus haid tidak teratur dan
nyeri haid yang tidak tertahankan.
ii. Kecelakaan/ Accidents/ major injuries:
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan apapun.
iii. Penanganan yang dilakukan untuk masalah diatas/ Include treatment for the
above problems:
1. Pasien melakukan konsultasi dengan dokter terkait gangguan hormonal
yang dialaminya
5. Riwayat kesehatan keluarga/ Family history
i. Penyakit keturunan/ Genetic/hereditary diseases:
Diabetes Melitus
ii. Penyakit yang dialami anggota keluarga lainnya/ Familial diseases:
Pasien mengatakan ayah kandungnya meninggal dengan penyakit Diabetes
Melitus dan CKD
iii. Genogram

DM

Ny. S

Keterangan:
: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal

Page 4 of 47
: Pasien Ny. S
: Anak Angkat
: Tinggal Serumah
6. Pengkajian gaya hidup/ Lifestyle assessment
i. Merokok/ Smoking:
Pasien mengatakan tidak pernah merokok.
ii. Konsumsi alcohol/ Alcohol consumption: jelaskan frekuensi dan jumlah/
include frequency and amount:
Pasien mengatakan tidak pernah mengonsumsi alkohol.
iii. Olah raga/ Exercise:
Pasien mengatakan jarang berolahraga di rumah.
iv. Diet yang dijalankan/ Usual diet:
Sebelum sakit pasien memiliki kebiasaan malas makan dan hanya makan ketika
lapar dan pola makan tiap hari tidak rutin. Saat dirumah pasien juga sering
mengonsumsi makanan yang berlemak seperti gorengan dan makanan-makanan
instan.
7. Pengkajian psikososial/ Psychosocial Assessment:
i. Konsep diri/ Self-concept:
Pasien mengatakan mengatakan dirinya merasa cemas akan kondisi selanjutnya
dalam mengikuti setiap proses pengobatan, dikaitkan dengan diagnosa medis
yang pasien alami dan juga pasien kepikiran masalah keturunan yang dimana
pasien telah menikah namun belum dikaruniai anak kandung dari pernikahanya
akan tetapi pasien mengatakan masih dan tetap terus belajar menerima diri
sesungguhnya dan juga mengikuti setiap proses pengobatan yang ada.
ii. Peran dan relasi/ Roles and relations:
Pasien mengatakan adalah seorang istri dari pernikahanya dan juga seorang ibu
dari anak suaminya walaupun anak tersebut bukan anak kandung pasien tetapi
pasien bersyukur dengan kehidupan yang dialaminya sekarang.

III. PENGKAJIAN SISTIM TUBUH/ ASSESSMENT OF SYSTEMS:


1. Tanda-tanda vital/ Vital signs (selama pengkajian & dalam rentang 3 hari
sebelumnya/ during assessment & ranges for the past 3 days)
Tanggal Tekanan Darah Nadi Pernapasan Suhu Badan
6 Juni 100/70 mmHg 100 x/menit 20 x/menit 36.6°C
2023
7 Juni 114/85 mmHg 85 x/menit 20 x/menit 36.1°C
2023
8 Juni 103/66 mmHg 83 x/menit 19 /menit 36.2°C
2023

2. Tinggi dan Berat Badan, BMI/ Height, Weight and BMI: 49 kg/148 cm, BMI: 25
(Normal)
3. Sistim Integumen/ Integument

Page 5 of 47
i. Kulit/ Skin: warna, edema, kelembapan, lesi, suhu, turgor, petekiae/ color,
edema, moisture, lesions, temperature, turgor, petechie:
Kulit pasien tampak putih normal, tidak ditemukan adanya edema atau
pembengkakan lainnya di kulit pasien, tidak ada lesi, turgor kulit elastis.
ii. Rambut/ Hair: distribusi, ketebalan, tekstur, infeksi kulit kepala/ distribution,
thickness, and texture, scalp infection, scalp infestations, scalp lesions, body
hair:
Rambut pasien terdistribusi secara merata, berwarna hitam keseluruhan, tidak
tampak adanya kerontokan, tampak tipis, tekstur rambut lembut, tidak terdapat
infeksi pada kulit kepala pasien.
iii. Kuku/ Nails: warna, bentuk/ color, curve
Kuku pasien tampak berwarna pink, berbentuk normal tidak ada clubbing
finger.
4. Sistim musculoskeletal/ Musculoskeletal
i. Kepala/ Head: ukuran, bentuk, kesimetrisan, palpasi ada tidaknya nodul, massa
atau penekanan, inspeksi kesimetrisan wajah dan pergerakan wajah/ skull size,
shape and symmetry, palpate skull for nodules, masses or depressions, inspect
the facial features for symmetry, note for symmetry of facial movements:
Kepala pasien memiliki ukuran yang normal, bentuk kepala bulat, tampak
simetris, saat dilakukan palpasi tidak ditemukan adanya nodul/massa, saat
dilakukan inspeksi wajah pasien tampak simetris dengan pergerakan wajah
yang normal.
ii. Tulang/ Bones- struktur, deformitas
(dislokasi/subluksasi/kontraktur/ankylosis), edema, nyeri tekan/ structure,
deformities, edema, tenderness:
Struktur tulang pasien tidak ada masalah, tidak terdapat adanya deformitas.
iii. Sendi/ Joints- pembengkakan, pergerakan, kesimetrisan sendi, krepitasi, nodul,
ROM (jelaskan dan tunjukkan bagian yang tidak normal) / swelling, movement,
crepitations, nodules, ROM

Sendi-sendi bagian ekstremitas atas maupun bawah tidak terdapat adanya


pembengkakan/krepitasi/nodul.
iv. Otot/ Muscle- ukuran otot bentuk otot (atrofi/hipertrofi), kontraktur, pergerakan
5555 5555
abnormal, tonus otot (spasme otot), kekuatan otot/[ ] muscle size,
5555 5555
contractures, abnormal movements, muscle tone, smoothness of movement,
muscle strength:

Page 6 of 47
Bagian otot pasien tidak ditemukan adanya kelainan bentuk seperti
atrofi/hipertrofi, tidak ditemukan adanya kontraktur/pergerakan
4444 4444
abnormal/spasme otot, kekuatan otot pasien [ ]
3333 3333
5. Sistim Pernafasan/ Respiratory (hidung, leher & dada/ nose, neck & chest)
i. Hidung dan sinus/ Nose and sinuses: inspeksi hidung bagian luar untuk mengkaji
bentuk, ukuran, dan warna, perhatikan ada tidaknya flaring atau cairan yang
keluar, inspeksi rongga hidung, palpasi hidung bagian luar untuk menentukan
adanya area yang nyeri, massa, atau masalah dengan tulang hidung/ inspect the
external nose for shape, size and color, note for flaring or discharges, inspect
the nasal cavity, lightly palpate the external nose to determine any areas of
tenderness, masses, and displacement of bones:
Bagian hidung pasien tampak simetris, ukuran normal, rongga hidung pasien
tampak bersih dan tidak tampak adanya polip, saat dipalpasi tidak ada area yang
terasa nyeri/adanya massa/masalah dengan tulang hidung/adanya cairan yang
keluar dari rongga hidung.
ii. Palpasi sinus frontalis dan maksilaris/ Palpate the frontal and maxillary sinuses:
transilluminate the frontal sinus and maxillary sinus:
Sinus frontalis dan maksilaris pasien saat dilakukan palpasi tidak mengeluhkan
adanya nyeri saat ditekan.
iii. Leher/ Neck: kaji otot leher, pergerakan kepala dan kekuatan otot, palpasi nodul
limfe, trakea dan kelenjar tiroid/ assess the neck muscles, head movement and
muscle strength, palpate the lymph nodes, trachea and thyroid gland:
Leher pasien tampak simetris, tidak ditemukan adanya kekakuan otot leher dan
keterbatasan pergerakan leher, palpasi nodul limfe tidak ditemukan adanya
pembengkakan/nyeri, trakea tidak ditemukan deviasi dan berada pada garis
midline, tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar tidroid pada pasien.
iv. Dada/ Chest: bentuk/ shape: kesimetrisan dan ekspansi dada, kelainan bentuk
tulang belakang, kaji taktil dan vocal fremitus, suara nafas/ symmetry and
thoracic expansion, spinal alignment, asses tactile and vocal fremitus, breath
sounds:
Dada pasien tampak simetris/tidak ada lesi atau memar, tidak teraba
massa/edema di sekitar kulit, tidak ditemukan adanya kelainan bentuk tulang
belakang, saat dilakukan auskultasi suara napas pasien terdengar vesikuler, saat
mengkaji tactile fremitus hasilnya getaran terasa sama baik bagian sisi kanan
maupun kiri, hasil perkusi dada terdengar resonan (sonor).
v. Dada dan aksilla/ Breast and Axilla: inspeksi ukuran, kesmiterisan, bentuk,
inspeksi warna kulit, retraksi, pembengkakan, ada tidaknya retraksi, inspeksi
ukuran areola, bentuk, ukuran, warna, ada tidaknya massa atau lesi, inspeksi
ukuran putting, bentuk, posisi, warna, ada tidaknya cairan yang keluar, palpasi
aksilla, dada dan putting/ inspect size, symmetry, contour and shape, inspect skin
color, retractions, dimpling, swelling or edema, accentuate any retractions,
inspect areola for size, shape, symmetry, color, any masses or lesions, inspect
the nipples for size, shape, position, color, discharges, lesions, palpate the

Page 7 of 47
axillary, sub-clavicular, supraclavicular lymph nodes, palpate the breast and
nipples:
Dada pasien memiliki ukuran dan bentuk yang normal/tidak tampak adanya
kelainan bentuk dada dimana diameter anterior dan posterior dada pasien sama,
tidak tampak adanya retraksi dada, tidak ada pembengkakan, aerola pasien
tampak eksverted/menonjol/berwarna coklat dan simetris antara sisi kanan dan
kiri/tidak tampak adanya cairan yang keluar, saat dilakukan palpasi aksila tidak
teraba adanya pembengkakan nodul limfe, dada pasien teraba hangat dan tidak
ada benjolan.
6. Sistim Kardiovaskuler/ Cardiovascular
i. Jantung/ Heart: inspeksi dan palpasi precordial, auskultasi suara jantung, nadi
apical/ inspect and palpate the precordium, auscultate heart sounds, apical
pulse:
Saat dilakukan pengkajian jantung pasien tampak adanya impuls apical yang
terlihat di ICS 5 linea midclavicularis kiri dengan ketukan lembut, durasi pendek,
amplitude pendek. Saat dilakukan palpasi precordial tidak teraba pulsasi yang
abnormal seperti thrill (getaran trubulensi)/Lifting (Gerakan seperti mendorong),
Heaving (Gerakan bergelombang). Bunyi jantung saat diauskultasi terdengar
normal (tunggal/singular).
ii. Sistem vascular perifer/ Peripheral vascular system: nadi perifer, arteri karotis,
vena jugularis, vena perifer, perfusi perifer/ peripheral pulses, carotid arteries,
jugular vein, peripheral veins, peripheral perfusion:
Nadi perifer pasien teraba kuat dan irreguler, arteri karotis tampak adanya
pulsasi, tidak ditemukan adanya sianosis ataupun clubbing finger.
iii. Hitung MAP/ *calculate: MAP, pulse pressure and pulse deficit
MAP: 80 mmHg.
7. Sistim saraf sensorik/ Neuro-sensory
i. Mata/ Eyes: inspeksi stuktur mata eksternal, inspeksi adanya edema,
karakteristik kelopak mata, kemampuan berkedip, inspeksi konjungtiva, palpasi
ductus nasolakrimalis, lakukan tes sensitifitas kornea, kaji PERRLA, kaji otot-
otot ekstraokular, kaji kemampuan visual/ inspect the external eye structures,
inspect for edema and hollowness of the eyes, inspect the eyelids for surface
characteristics, ability to blink, inspect the conjunctiva, palpate the nasolacrimal
duct, lacrimal sac and gland, perform cornea sensitivity test, assess for PERRLA,
assess the extraocular muscles, assess visual acuity :
Mata pasien tampak simetris kiri-kanan, sklera tampak berwarna putih, tidak
tampak adanya edema, konjungtiva pasien tampak sedikit pucat, pupil isokor
2+/2+, ductus nasolakrimalis tidak terasa nyeri oleh pasien saat dilakukan
palpasi, tes sensitivitas kornea pasien (+), kemampuan visual pasien normal.
ii. Telinga/ Ears: inspeksi daun telinga, warna, kesimterisan dan posisi, inspeksi
lubang telinga dan membran timpani, palpasi tekstur, elastisitas daun telinga, kaji
kemampuan pendengaran, tes Weber, tes Rinne/ inspect the auricles for color,
symmetry, and position, Inspect the ear canal and tympanic membrane, palpate

Page 8 of 47
the auricles for texture, elasticity, and tenderness, assess gross hearing acuity,
Weber’s test, Rinne test:
Telinga pasien tampak simetris sisi kiri-kanan dan sejajar dengan outer cantus
mata. Lubang telinga pasien tampak sedikit kotor dengan membran timpani yang
masih tampak utuh, tekstur telinga teraba lembut dan elastis, kemampuan
pendengaran pasien masih normal.
iii. Pengkajian neurologi/ Neurologic assessment:
1. Status mental/ Mental status exam: bahasa/ language (sensory, motor &
mixed), orientasi/ orientation (time, place, person), ingatan/ memory
(immediate recall, recent, remote), rentang perhatian/ attention span and
calculation, tingkat kesadaran kualitatif & kuantitatif:
Status mental pasien yang meliputi penggunaan bahasa sehari-hari adalah
normal dengan bahasa dan cara bicara yang masih dapat dimengerti/tidak
kacau dan teratur, orientasi pasien akan tempat, waktu, dan orang masih
bagus dimana pasien tahu bahwa sedang di RS. Rentang perhatian pasien
masih normal dimana tidak tampak adanya perhatian pasien yang tidak
sesuai dengan kondisi. Tingkat kesadaran pasien secara kuantitatif adalah
Composmentis dan secara kualitatif adalah alert.
Reflex (biceps, triceps, brachioradialis, patellar, plantar (Babinski)
kekuatan reflex:
Kekuatan reflex pasien baik reflex biceps, triceps, brachioradialis, patellar
adalah normal/adanya reflex, tidak ditemukan adanya reflex plantar
(Babinski) pada Ny. S.
2. Fungsi motoric/ Motor functions: keseimbangan, gaya jalan (Tegap,
membungkuk spastic, scissor, propulsive, foot drop, waddling)/ gross motor
balance (standing in one foot, heel-to-toe walking, toe or heel walking),
Romberg’s test, kaji koordinasi gerak/ assess coordination: (finger-to-nose
test):
Keseimbangan tubuh pasien masih normal, gaya jalan tegap.
3. Fungsi sensorik/ Sensory function: kaji sensasi/ assess sensation (light touch,
pain, temperature discrimination, tactile discrimination), position or
kinesthetic sensation, stereognosis:
Sensasi tubuh pasien masih berfungsi dengan baik, dimana pasien dapat
mempersepsikan sensari nyeri akibat post operasi.
8. Sistim pencernaan/ Gastro-intestinal
i. Bibir dan mukosa mulut/ Lips and buccal Mucosa: inspect lips for symmetry of
contour, color, and texture, inspect and palpate the inner lips and buccal mucosa
for color, moisture, texture, and lesions:
Bibir pasien tampak simetris saat tersenyum, warna bibir tidak tampak pucat,
bibir pasien tampak kering, mukosa mulut pasien tampak lembab dan tidak
ditemukan adanya lesi.
ii. Gigi dan gusi/ Teeth and gums: inspect the teeth and gums while examining the
buccal mucosa, inspect the dentures (if applicable)

Page 9 of 47
Gigi dan gusi pasien tampak sehat. Gigi tampak berwarna putih, gusi berwarna
merah muda.
iii. Lidah/ Tongue and floor of mouth: inspect the surface for position, color, texture,
inspect the tongue, mouth floor, and frenulum, assess tongue movement, palpate
the tongue and floor of mouth for any nodules, lumps, or excoriated areas
Lidah pasien tampak simetris dan berwarna merah muda. Tidak tampak adanya
jamur.
iv. Palatum dan uvula/ Palates and uvula: inspect the hard and soft palate for color,
shape, texture, and the presence of bony prominence, inspect the uvula for
position and mobility:
Uvula pasien tampak berada di posisi tengah, hard/soft palatum pasien tampak
berwarna merah muda.
v. Oroparing dan tonsil/ Oropharynx and tonsils: inspect the oropharynx for color
and texture, inspect the tonsils (color, discharges, size), assess swallowing and
gag reflexes:
Tidak tampak adanya peradangan pada tonsil, berwarna merah muda, tampak
bertekstur lembut, gag reflex (+).
vi. Abdomen: inspect for skin integrity, contour, and symmetry, observe abdominal
movements, auscultate for bowel sounds, vascular sounds, peritoneal friction
rub, percuss liver and spleen, palpate the four quadrants:
Integritas kulit abdomen pasien tampak normal, abdomen pasien protuberant
(acites) sebelum operasi dan setelah operasi tampak flat kembali dan tampak ada
dua balutan bersih luka operasi.
vii. Rektal dan anus/ Rectum and Anus: note color of feces, inspect the anus and
surrounding tissue for color, skin integrity, palpate the rectum for anal sphincter
(tonicity, nodules, masses/tenderness), palpate the prostate gland:
Tidak terkaji.
9. Sistim perkemihan dan reproduksi/ Genito-urinary and reproductive
i. Intake dan output cairan/ Fluid intake and output:
Tanggal
6/6/2023 7/6/2023 8/6/2023
Intake 300 ml 600 ml 1000 ml
Output 500 ml 500 ml 1900 ml
Balance (-) 200 ml (+) 100 ml (-) 900 ml

ii. Palpasi kandung kemih/ *palpate the bladder (selama pengkajian abdomen/
during assessment of the abdomen):
Tidak teraba adanya distensi kandung kemih.
iii. Kelamin perempuan/ Female Genitalia: inspect the distribution, amount, and
characteristic of pubic hair, inspect the skin of the pubic area for parasites,
swelling and lesions, inspect the urinary meatus, clitoris, vaginal orifice, cervical
os and vagina, palpate the Skene’s grand and Bartholin’s gland, assess the pelvic
musculature :

Page 10 of 47
Distribusi rambut pubic pasien merata, kulit pubic pasien tidak tampak adanya
lesi atau jamur, warna kulit vagina pasien agak kehitaman, tidak ada perdarahan.

Page 11 of 47
IV. RINGKASAN TEMUAN PENGKAJIAN YANG SIGNIFIKAN/ SUMMARY OF
SIGNIFICANT ASSESSEMENT FINDINGS (hanya temuan yang abnormal/ only
the abnormal findings)
1. Tampak meringis saat dilakukan pengkajian post operasi.
2. Pasien tampak tirah baring dan ADL masih dibantu total.
3. Keluarga pasien mengatakan pasien kurang nafsu makan karena adanya mual
dan muntah setiap kali makan.
4. Mengeluhkan mual sejak setelah dilakukan operasi dan tidak nyaman dalam
mencerna makanan.
5. Sebelum operasi abdomen pasien tampak protuberant (acites), setelah operasi
tampak flat kembali.
5555 5555
6. Kekuatan otot pasien pre operasi [ ] dan saat post operasi menjadi
5555 5555
4444 4444
[ ]
3333 3333

Page 12 of 47
V. TES DIAGNOSTIK/ DIAGNOSTIC TESTS

1. Studi visualisasi/ Visualization studies (x-ray, 2D echo, angiography, endoscopy, CT-scan, MRI)
2. Lainnya/ Others (ECG, stress test, sensitivity test)

Tanggal dan Nama pemeriksaan/ Hasil pemeriksaan pasien/ Implikasi/ Implication/s Catatan/ Notes
waktu/ Date and Name of test Patient’s result
time
05 Juni 2023/ Thorax AP/PA • Paru: normal Tidak ada tampak kelainan signifikan Tidak ada
10.00 WITA • Mediastinum: normal pada pemeriksaan thorax AP/PA.
• Trachea dan bronkus: normal
• Hilus: normal
• Pleura: normal
• Diagfragma: normal
• Jantung: normal
• Aorta: normal
• Vertebra thoracal dan tulang-
tulang lainnya: normal
05 Juni 2023/ Elektrokardiogram Sinus rhythm EKG merupakan rekaman informasi Tidak ada
11.00 WITA (EKG) kondisi jantung yang diambil dengan
elektrokardiografi yang ditampilkan
melalui monitor atau dicetak pada kertas
dalam bentuk gelombang PQRST.

3. Tes laboratorium/ Laboratory tests (dalam 3 hari terakhir/ 3 days)

Tanggal/ Nama Tujuan/ Nilai Hasil Implikasi/ Catatan


Waktu pemeriksaan Purpose Normal Implication’s

Page 13 of 47
Hemoglobin Untuk mengecek pemeriksaan 12.0-16.0 14.3 g/dL
darah secara lengkap, menilai g/dL
adanya anemia yang
kemungkinan terjadi pada Hasil pemeriksaan hematologi lengkap
pasien dan guna keperluan menunjukan Hb dan Leukosit dalam batas
persiapan tindakan operasi normal.
Leukosit Untuk menilai adanya infeksi 4.0-10.0 8.20
yang kemungkinan terjadi pada 10^3/ul 10^3/ul
pasien dan guna keperluan
5/6/2023
persiapan tindakan operasi,
10.30
Trombosit Pemeriksaan trombosit 150-400 H 662 Trombosit merupakan bagian dari sel darah
WITA
dilakukan untuk mengetahui 10^3/ul 10^3/ul yang berfungsi untuk membantu proses
keping darah yang berperan pembekuan darah serta menjaga integritas
dalam proses pembekuan darah vaskuler. Trombosit yang tinggi disebut
serta untuk mendeteksi trombositosis dan sebagian besar tidak ada
gangguan pada penggumpalan keluhan, sedangkan trombosit yang kurang
darah atau rendah disebut trombositopenia yang
biasanya ditemukan pada kasus Idiopatik
Trombositopenia Purpura (ITP), supersi
sumsum tulang, demam berdarah (DBD) dan
lainnya.
Patient (PT) Pemeriksaan PT bertujuan 10.8-14.4 L 9.7 detik Prothrombin Time (PT) dan Activated
untuk mengevaluasi faktor detik Partial Thrombopalstin (APTT) adalah
INR (PT) koagulasi ekstrinsik sedangkan 0.93 pemeriksaan koagulasi (pembekuan darah).
Patient pemeriksaan PTT untuk 26.4-37.6 31.6 detik Pemeriksaan ini dilakukan untuk
(APTT) mendeteksi fungsi faktor detik mengetahui adanya kelainan pembekuan
koagulasi intrinsik dan darah dan kemungkinan terjadinya
komponen koagulasi. perdarahan pada pasien.
Kedua pemeriksaan ini Pemeriksaan patient (PT) dan INR (PT)
membantu untuk melihat dilakukan untuk melihat kemampuan faktor
penyebab dari kelainan koagulasi ekstrinsik dan jalur bersama yaitu:
pembekuan darah atau faktor I (fibrinogen), faktor II (prothrombin),
perdarahan. faktor V (proakselerin), faktor VII
(prokonvertin) dan faktor X (faktor Stuart).
Perubahan faktor V dan VII akan

Page 14 of 47
memperpanjang PT selama 2 detik atau 10%
dari nilai normal.
Pemeriksaan PTT untuk melihat
kemampuan faktor koagulasi jalur intrinsik
dan jalur bersama yaitu: faktor I
(fibrinogen), faktor II (prothrombin), faktor
V (proakselerin), faktor VIII (antihephopic
factor/AHF), faktor IX (komponen
tromboplastik plasma/ PTC), faktor X
(faktor Stuart), faktor XII (Hageman) dan
faktor XI (plasma).
Kreatinin Sebagai parameter untuk 0.51-0.95 0.38 Kreatinin merupakan produk akhir dari
Darah mengetahui fungsi ginjal dan mg/dL mg/dL metabolisme kreatinin yang disintesis oleh
membantu untuk pengambilan hati.
keputusan terapi selanjutnya
apabila penderita mengalami
gangguan fungsi ginjal
Natrium Untuk mengetahui kadar 136-145 L 132 Natrium merupakan kation terbanyak dalam
Darah natrium pada darah dan mmol/L mmol/L cairan ekstrasel, jumlahnya mencapai 60
mengetahui fungsi ginjal, mEq per kilogram berat badan. Lebih dari
kelainan susunan saraf pusat 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel
dan adanya penyakit jantung ditentukan oleh garam yang mengandung
natrium, khususnya dalam bentuk natrium
klorida (NaCl-) dan natrium bikarbonat
(NaHCO3-) sehingga perubahan tekanan
osmotik pada cairan ekstrasel dapat
menggambarkan perubahan konsentrasi
natrium.
Kalium Untuk mengatur derajat 3.5-5.1 3.6 Kalium berfungsi untuk memelihara
Darah keasaman dalam tubuh. mmol/L mmol/L keseimbangan osmotik dalam sel,
Kondisi K+ meningkat maka keseimbangan asam dan basa, dan
pH tubuh menjadi asidosis meregulasi aktivitas otot dan enzim. Kondisi
karena K+ menggantikan atau kadar kalium kurang dari 3.5 mmol/L
menukar H+. Sebaliknya, jika disebut sebagai hipokalemia sedangkan
kondisi K+ menurun pH tubuh

Page 15 of 47
menjadi alkalosis karena K+ kadar kalium lebih dari 5.1 mmol/L disebut
menggantikan atau menukar hiperkalemia.
H+ berkurang dan secara Hiperkalemia bisa terjadi karena adanya
progresif lenyap. kerusakan ginjal seperti cedera mekanis
yang berat.
Klorida Untuk mengetahui kadar 97-111 104 Pemeriksaan konsentrasi klorida dalam
Darah klorida pada darah dan mmol/L mmol/L plasma berguna sebagai diagnosis banding
mengetahui fungsi ginjal, pada gangguan keseimbangan asam-basa
kelainan susunan saraf pusat dan menghitung anion gap. Jumlah klorida
dan adanya penyakit jantung pada orang dewasa normalnya sekitar 30
mEq/kgBB. Sebanyak 88% klorida berada
dalam cairan esktrasel dan 12% berada
dalam cairan intrasel.
Hemoglobin Untuk mengecek pemeriksaan 12.0-16.0 L 11.8 Pemeriksaan hemoglobin (Hb) pasca
darah lengkap, menilai adanya g/dL g/dL operasi dilakukan untuk mengetahui kadar
anemia yang kemungkinan Hb pasca operasi dan mengevaluasi pasien
terjadi pada pasien paca operasi mengalami kondisi anemia atau tidak
Neutrofil 50% - H 89.7 % Neutrofil adalah salah satu dari jenis sel
70% darah paling banyak yaitu 55%-70% dalam
tubuh manusia. Neutrofil berfungsi sebagai
Pemeriksaan ini dilakukan
pertahanan pertama untuk melawan
untuk mengetahui jenis sel
organisme asing saat tubuh mengalami
neutrofil dan limfosit yang
7/6/2023 infeksi.
merupakan sel darah putih
09.10 Limfosit 20% - L 6.9 % Limfosit adalah bagian sel darah putih yang
dalam kadar normal atau
WITA 40% diproduksi oleh sumsum tulang dan
abnormal
berperan untuk menjaga sistem imunitas
tubuh dengan memereangi virus, bakteri,
dan racun-racun dalam tubuh.
Jumlah Pemeriksaan ini untuk 4.20-5.40 L 4.14 Kadar eritrosit yang tinggi sering dijumpai
Eritrosit mengetahui sel darah merah 10^6/uL 10^6/uL pada pasien dengan hemokonsenterasi, gagal
berfungsi sebagai pengangkut/ jantung kongestif, perokok, pre-eklampsi
pembawa oksigen dari paru- dan penderita PPOK (Penyakit Paru
paru ke seluruh tubuh dan Obstruktif Kornis).
membawa karbon dioksida dari

Page 16 of 47
seluruh tubuh ke paru-paru Sedangkan kondisi kadar eritrosit rendah
berfungsi dengan baik ditemukan pada kondisi leukemia,
hipertiroid, anemia, kanker dan lupus.
Hematokrit Pemeriksaan ini 37.0% - L 35.1% Hematokrit adalah ukuran yang menentukan
menggambarkan adanya 47.0% banyaknya jumlah sel darah merah dalam
perbandingan antara persentase 100 ml darah yang dinyatakan dalam persen
dari RBC, WBC dan trombosit (%). Kadar Hemoglobin (Hb) dan
terhadap volume seluruh darah Hematokrit (Ht) berbanding lurus sehingga
penurunan dan peningkatan Hb dan Ht
terjadi pada penyakit yang sama
Jumlah Pemeriksaan trombosit 150-400 H 506 Trombosit merupakan bagian dari sel darah
Trombosit dilakukan untuk mengetahui 10^3/ul 10^3/ul yang berfungsi untuk membantu proses
keping darah yang berperan pembekuan darah serta menjaga integritas
dalam proses pembekuan darah vaskuler. Trombosit yang tinggi disebut
serta untuk mendeteksi trombositosis dan sebagian besar tidak ada
gangguan pada penggumpalan keluhan, sedangkan trombosit yang kurang
darah atau rendah disebut trombositopenia yang
biasanya ditemukan pada kasus Idiopatik
Trombositopenia Purpura (ITP), supersi
sumsum tulang, demam berdarah (DBD) dan
lainnya.

Page 17 of 47
VI. RINGKASAN STATUS FUNGSIONAL PASIEN/ SUMMARY OF THE PATIENT’S FUNCTIONAL STATUS:

Klasifikasi Pola Fungsi Gordon/ Tanda dan gejala yang berhubungan/ Related Signs and Symptoms
Gordon’s Functional Classification

1. Manajemen Kesehatan dan Pasien mengatakan sejak masih muda dan usia pubertas sering mengalami gangguan dalam menstruasi
persepsi/ Health Perception and dan pasien tidak memeriksa ke dokter dan merasa biasa saja sampai kondisi pasien yang sudah tidak
Health Management bisa tertahankan merasa nyeri hebat lalu pasien ke dokter.
2. Nutrisi dan metabolism/ Sebelum sakit pasien memiliki kebiasaan malas makan dan hanya makan ketika lapar dan pola makan
Nutrition and Metabolism tiap hari tidak terkontrol. Saat dirumah pasien juga sering mengonsumsi makanan yang berlemak
seperti gorengan dan makanan-makanan instan.
3. Eliminasi/ Elimination Pasien mengatakan sebelum operasi pasien sering BAK karena tertekan dengan perutnya yang
membesar, namun setelah operasi pasien terpasang kateter urin nomor 16 dengan produksi yang
sedikit, tidak ada masalah dalam eliminasi BAB sebelum operasi namun setelah operasi belum
merasakan BAB.
4. Aktivitas dan Latihan/ Activity Pasien mengatakan jarang untuk berolahraga dan setelah sakit aktivitas pasien dibantu sebagian oleh
and Exercise keluarganya.
5. Persepsi dan kognitif/ Cognition Pasien memiliki ingatan memori yang bagus dan bisa menceritakan kondisi sakitnya dari pertama lalu
and Perception mampu bercerita mengenai keluarganya.
6. Tidur dan istirahat/ Sleep and Pasien mengatakan bahwa sebelum operasi pola tidurnya seperti biasa atau tidak ada masalah, pada
Rest saat post operasi pasien mengatakan bahwa dirinya lebih sering mengantuk
7. Persepsi dan konsep diri/ Self- Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki masalah dengan konsep dirinya sebagai istri
Perception and Self-Concept maupun ibu angkat, dan pasien tidak terlalu mempermasalahkan jika dirinya tidak memiliki anak
kandung. Pasien mengatakan bahwa lebih baik rahimnya diangkat dan dirinya sudah tidak ingin
memiliki anak lagi.
8. Peran dan hubungan/ Roles and Pasien mengatakan peran dan hubungannya sebagai istri dan ibu rumah tangga tidak ada masalah dan
Relationships baik-baik saja
9. Seksualitas dan reproduksi/ Pasien mengatakan bahwa masalah reproduksinya adalah haid yang tidak teratur dan nyeri, pasien
Sexuality and Reproduction mengalami haid dalam waktu 3 bulan sekali, tidak ada masalah seksualitas
10. Toleransi stress dan koping/ Pasien mengatakan bahwa jika stress pasien akan bercerita dengan keluarga.
Coping and Stress Tolerance
Page 18 of 47
11. Nilai dan kepercayaan/ Pasien meyakini bahwa semua hal yang terjadi padanya adalah hal yang harus dilaluinya dan pasien
Values and Belief mengatakan tidak mau terlalu stress untuk memikirkannya karena pasien percaya bahwa pikiran yang
buruk akan memperburuk penyakitnya sehingga pasien lebih memilih untuk mengikuti anjuran dokter
dan menyerahkan semuanya pada Tuhan.

VII. INTERVENSI MEDIS/ MEDICAL INTERVENTIONS:


1. Diet: Biasa
2. Batasan aktivitas/ Activity restrictions: Pasien dianjurkan untuk melakukan aktivitas secara bertahap dari bergerak di tempat tidur,
miring kanan-kiri, duduk baru dapat berjalan
3. Batasan cairan/ Fluid restrictions: Pasien tidak memiliki batasan cairan

RINGKASAN PROSEDUR TINDAKAN MEDIS/ SUMMARY OF PROCEDURES:

Tanggal/ Date Nama Tindakan/ Name of Indikasi/ Indication/s Kemungkinan komplikasi/ Possible
procedure complication/s
06/06/2023 Laparatomi biopsi suspect Biopsi merupakan salah satu Resiko terjadinya komplikasi akibat prosedur
kanker ovarium tindakan yang dilakukan untuk biopsi bergantung pada tingkat keperahan
mendeteksi dan menegekkan kanker dan jenis biopsi. Prosedur biopsi yang
diagnosis penyakit kanker. Biopsi dengan pembedahan memiliki resiko lebih
dilakukan sebagai prosedur tinggi jika dibandingkan dengan prosedur
pengambilan jaringan atau sampel biopsi dengan jarum. Resiko biopsi berupa rasa
dan kemudian sampel tersebut nyeri dan keram pada lokasi biopsi.
akan diuji di laboratorium. Tes ini Selain memiliki resiko, biopsi juga memiliki
akan menentukan sel bersifat jinak manfaat yang lebih besar dari resiko sehingga
atau ganas. biopsi tetap dilakukan sebagai salah satu
prosedur penting dalam penanganan kanker.

Page 19 of 47
RINGKASAN OBAT-OBATAN/ SUMMARY OF MEDICATIONS:
Tanggal/ Nama obat, Klasifikasi Mekanisme kerja/ Action Indikasi dan alasan Efek samping dan hal yang perlu
Date dosis, rute, obat/ pemberian pada pasien/ diperhatikan/ Side effects and/or
cara Classification Indication/s adverse reactions
pemberian/
Name of meds
07/06/2023 Ceftriaxone 1 Antibiotik Mekanisme kerja Indikasi ceftriaxone adalah Secara umum ceftriaxone dapat
gram BD (IV) chepalosporins untuk infeksi-infeksi berat ditoleransi dengan baik. Efek
(ceftriaxone) sebagai dan yang disebabkan oleh samping yang dapat ditemukan
antimikroba yaitu dengan kuman-kuman gram positif adalah reaksi lokal : sakit,
menghambat sintesis maupun gram negatif yang indurasi, atau nyeri tekan pada
dinding sel, dimana resisten terhadap antibiotika tempat suntikan dan phlebitis
dinding sel berfungsi lainnya, misalnya : setelah pemberian intra vena.
mempertahankan bentuk - Infeksi saluran (Lim et al., 2017)
mikroorganisme dan pernafasan
"menahan" sel bakteri, - Infeksi saluran kemih
yang memiliki tekanan - Infeksi gonoreal
osmotik yang tinggi di - Septisemia bakteri
dalam selnya. Tekanan di - Infeksi tulang dan
dalam sel pada bakteri jaringan
Gram-positif 3-5 kali - Infeksi kulit
lebih besar daripada (Marchianti et al., 2017)
bakteri Gram-negatif.
Kerusakan pada dinding Alasan pemberian:
sel (misalnya oleh Antibiotik adalah zat yang
lisozim) atau hambatan digunakan untuk
pembentukannya dapat membasmi mikroba
mengakibatkan lisis pada penyebab infeksi di
sel. (Pratiwi, 2013) manusia. Ceftriaxone
sebagai antibiotik
profilaksis diberikan pada
Page 20 of 47
pasien yang menjalani
operasi untuk mencegah
terjadinya surgical site
infection (SSI). Bedah
abdomen memiliki risiko
terjadinya SSI yang cukup
tinggi.
(Lim et al., 2017)
07/06/2023 Paracetamol 1 Analgetik- Mekanisme kerja obat ini Parasetamol tergolong obat Efek samping:
gram TDS Antipiretik adalah dengan analgesik antipiretik dengan Efek samping yang dapat terjadi
(IV) menghambat sintesis efek anti inflamasi minimal, meliputi lesi tubulus renal,
prostaglandin di otak yang umumnya digunakan eritematous, ulcer pada mulut dan
sehingga efek analgesik untuk meredakan sakit gangguan hepar. Parasetamol
dan antipiretik yang lebih kepala, demam dan nyeri memiliki indeks terapi yang luas.
baik. ringan hingga sedang. Namun, toksisisitas yang
(Edy & Nugroho, 2019) (Asmara & Nugroho, 2017) ditimbulkan sulit dideteksi.
(Edy & Nugroho, 2019)
Paracetamol dosis analgesik
efektif dalam menangani Hal yang perlu diperhatikan:
nyeri akut paska operasi Penggunaan paracetamol dengan
derajat ringan sampai dosis berlebihan dapat
sedang. menimbulkan keracunan dan
berpotensi merusak hepar yang
Kombinasi paracetamol dapat diikuti kerusakan pada
dengan opioid lemah beberapa organ lain, salah
(tramadol) dapat satunya adalah ginjal.
meningkatkan potensi (Asmara & Nugroho, 2017)
analgesik dari opioid.
(Edy & Nugroho, 2019)

Page 21 of 47
07/06/2023 Ketorolac 30 Antiinflamasi Ketorolac merupakan Ketorolac diindikasikan Efek Samping:
mg TDS (IV) non-steroid senyawa anti-inflamasi untuk penatalaksanaan nyeri Insiden efek samping meningkat
(AINS) nonsteroid (AINS) yang akut yang berat jangka sebanding dengan peningkatan
dosis ketorolac. Komplikasi berat
bekerja pada jalur pendek (≤5 hari), yang
yang disebabkan oleh terapi
cyclooxygenase, memerlukan analgesia ketorolac seperti ulkus saluran
menghambat sintesis setingkat opioid. cerna, perdarahan, dan perforasi
prostaglandin dan dapat saluran cerna, perdarahan
dianggap analgesik perifer Ketorolac diberikan pada pascaoperasi, gagal ginjal akut,
yang kuat, selain memiliki pasien karena obat ini dapat reaksi anafilaktif dan
efek anti-inflamasi dan mengurangi nyeri sedang anafilaktoid, dan gagal hati harus
tetap diwaspadai. Komplikasi
antipiretik. Ketorolac sampai berat pada pasca
AINS dapat menjadi serius
mengurangi nyeri sedang operasi minor atau mayor. terutama bila pemberian
sampai berat pada kasus- (DexaMedica, 2019) ketorolac di luar dosis yang
kasus darurat, dianjurkan.
pascaoperasi minor atau
mayor, kolik ginjal dan Hal yang perlu diperhatikan:
nyeri pada kanker. - Harus digunakan secara hati-
hati pada pasien yang
(DexaMedica, 2019)
menerima terapi
antikoagulan dan pasien
dengan hemofilia.
- Efek hematologi: ketorolac
menghambat agregasi
trombosit dan
memperpanjang waktu
perdarahan. Oleh karena itu,
ketorolac tidak boleh
digunakan sebelum
pembedahan, dan gunakan
dengan hati-hati jika terdapat
gangguan hemostasis.
- Harus digunakan dengan
hati-hati pada pasien dengan
dekompensasi jantung, gagal
Page 22 of 47
ginjal akut, hipertensi atau
kondisi lainnya yang
berhubungan dengan retensi
cairan.
- Efek pada hati: ketorolac
harus digunakan dengan
hatihati pada pasien dengan
gangguan fungsi hati atau
riwayat penyakit hati. Terapi
ketorolac meningkatkan
enzim hati dan pada pasien
penyakit hati, dapat terjadi
reaksi risiko hati yang berat.
Pemberian ketorolac harus
dihentikan jika terjadi
ketidaknormalan uji fungsi
hati setelah pemberian
ketorolac.
- Ketorolac trometamol tidak
dianjurkan untuk anak-anak
di bawah 16 tahun
(keamanan dan efikasinya
belum ditetapkan).
(DexaMedica, 2019)
07/06/2023 Tramadol 50 Analgetik Tramadol adalah Tramadol digunakan dalam Efek samping:
mg TDS (IV) Opioid analgesik opioid lemah menangani nyeri akut Efek samping dari tramadol
yang bekerja sentral maupun kronis dengan meliputi mual, muntah, sensasi
dengan cara berikatan derajat sedang sampai berputar, sedasi, dan retensi urin.
dengan reseptor μ serta sedang-berat.
menghambat reuptake Hal yang perlu diperhatikan:
serotonin dan Kombinasi paracetamol Penggunaan tramadol dalam
norepinefrin. (Edy & dengan opioid lemah ini jangka waktu yang panjang dapat
Nugroho, 2019) dapat meningkatkan potensi menyebabkan peningkatan risiko
analgesik dari opioid. terjadinya disfungsi ginjal.
Page 23 of 47
(Edy & Nugroho, 2019) (Asmara & Nugroho, 2017)

07/06/2023 Lansoprazole Proton Pump Mekanisme kerja obat PPI Indikasi: Efek samping:
30 mg BD Inhibitor adalah dengan untuk tukak lambung, tukak Sakit kepala, diare, muntah, sakit
(IV) (PPI) menghambat produksi duodenum, GERD, erosif perut, sembelit, ruam kulit yang
asam pada tahap akhir esofagitis, salah satu dari gatal, merasa pusing atau lelah,
mekanisme sekresi asam, regimen eradikasi H. pylori, mulut atau tenggorokan kering.
yaitu pada enzim (H+, dan mencegah tukak
K+)–ATPase dari PPI sel lambung karena pemakaian Hal yang perlu diperhatikan:
parietal. Enzim (H+,K+) – NSAID jangka panjang. Pengawasan ketat pada pasien
ATPase berperan penting (KalbeMed, 2023) gangguan fungsi hati dan gagal
dalam pertukaran ion dan jantung kongestif.
ke dalam sel parietal, hasil Alasan pemberian pada Lansoprazole merupakan
pertukaran ion inilah asam pasien karena pasien Golongan kehamilan B,
lambung HCI. mengonsumsi obat jenis walaupun beberapa laporan
penggunaan lansoprazole pada
(Syari & Hotna, 2021) NSAID dalam jangka waktu
wanita hamil tidak menimbulkan
panjang sehingga pasien efek teratogenik, sebaiknya hanya
mendapatkan resep obat diberikan apabila manfaat
lanzoprazole. melebihi risikonya.

(KalbeMed, 2023)
VIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN/ LIST OF NURSING DIAGNOSIS
Pre Operasi:
1. Ansietas b.d stressor: menjalani tindakan operasi
2. Defisit pengetahuan b.d kurangnya paparan informasi
Post Operasi:
1. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis d.d Luka Post Operasi Laparatomi Biopsi
2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Penurunan kekuatan otot d.d Kekuatan otot menurun
3. Risiko Infeksi d.d Port of entry post operasi
Page 24 of 47
IX. RENCANA KEPERAWATAN/ NURSING CARE PLAN
(untuk 3 diagnosa keperawatan prioritas/ for the top 3 priority nursing diagnosis)

Data subjektif/ Data Objektif/ Diagnosa keperawatan/ Hasil yang diharapkan/ Intervensi/ Intervention Rasional/ Rationale
Subjective Data Objective Data Nursing Diagnosis Outcome Objectives
1. Pasien mengatakan 1. Pasien tampak Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakukan Mandiri Mandiri
merasa nyeri pada meringis. pencedera fisiologis d.d tindakan keperawatan 1. Kaji nyeri secara komprehensif 1. Untuk mengetahui lokasi,
bagian luka operasi. 2. Pasien tampak Luka Post Operasi selama 3x24 jam (PQRST) penyebab, frekuensi dan
2. Pengkajian PQRST: gelisah. Laparatomi Biopsi diharapkan nyeri dapat 2. Observasi tanda-tanda vital skala nyeri yang dirasakan.
P: Pasien 3. Pasien berkurang atau hilang 3. Pertahankan lingkungan yang 2. Memantau hemodinamik
mengatakan merasa dianjurkan tirah dengan kriteria hasil: tenang dan nyaman pasien dan segera
nyeri bagian perut baring di tempat - Pasien tidak gelisah 4. Ajarkan teknik relaksasi yang dapat memberikan penanganan
menjalar sampai ke tidur terlebih - Tanda-tanda vital pasien dilakukan secara mandiri yaitu bila keadaan hemodinamik
pinggang. dahulu setelah dalam batas normal dengan relaksasi finger hold tidak stabil
Q: Pasien operasi. - Pasien dapat 3. Agar pasien bisa
mengatakan nyeri 4. TTV: mendemonstrasikan Kolaborasi beristirahat dengan baik
seperti tertusuk- TD: 100/70 mmHg teknik relaksasi 5. Kolaborasi dengan dokter terkait dan membantu proses
tusuk. HR: 100 x/menit - Skala nyeri berkurang pemberian analgetik untuk pemulihan pasien. Istirahat
R: Pasien RR: 20 x/menit Hari 1: 4/3 (A/I) mengurangi nyeri yang cukup akan membuat
mengatakan nyeri T: 36,6°C Hari 2: 3/2 (A/I) pasien merasa membaik
berada di bagian SpO2: 99% Hari 3: 2/1 (A/I) setelah tindakan operasi
perut. 4. Untuk mengurangi nyeri
S: Skala nyeri pasien yang dirasakan oleh pasien
5/3 karena teknik finger hold
T: Pasien akan menghangatkan titik-
mengatakan nyeri titik meredian (jalur energi)
hilang timbul ketika yang ada dalam tubuh dan
bergerak merasa memberikan rangsangan
nyeri. yang mengalirkan

Page 25 of 47
gelombang ke otak dan
disalurkan ke saraf organ
tubuh yang mengalami
gangguan secara spontan
saat genggaman.

Kolaborasi
5. Agar pasien mendapatkan
terapi analgetik yang sesuai
dengan kebutuhan. Terapi
yang tepat dapat membantu
untuk mengurangi nyeri
yang dirasakan oleh pasien
1. Pasien mengatakan 1. Pasien tampak [SDKI D.0054] Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi (I.05173) 1. Nyeri dapat menyebabkan
lemah badan sulit lemah karena Gangguan Mobilitas Fisik tindakan keperawatan Mandiri: gangguan dalam mobilisasi.
untuk melakukan menahan nyeri b.d Nyeri post operasi d.d selama 3x24 jam 1. Identifikasi adanya nyeri atau 2. Mengidentifikasi
pergerakan di semua luka post operasi Kekuatan otot menurun diharapkan mobilitas fisik keluhan fisik lainnya kemungkinan kerusakan
bagian tubuhnya 2. Pasien tampak (PPNI, 2017) pasien meningkat dengan 2. Identifikasi toleransi fisik secara fungsional dan
khususnya di lemah/tidak kriteria hasil: melakukan pergerakan mempengaruhi intervensi
ekstremitas bawah mampu untuk 1. Pergerakan Edukasi: yang akan dilakukan
dan atas melakukan ekstremitas 3. Libatkan keluarga untuk 3. Selain pasien sendiri, peran
2. Pasien mengatakan pergerakan di meningkat membantu pasien dalam dari keluarga pun sangat
tidak dapat bergerak seluruh bagian 2. Kekuatan otot meningkatkan pergerakan dibutuhkan oleh klien untuk
karena ada luka post tubuhnya meningkat 5555/5555 4. Jelaskan tujuan dan prosedur memotivasi, membantu dan
operasi dan nyeri 3. Pasien tampak (PPNI, 2019) mobilisasi meningkatkan mobilisasi
yang ditahannya tirah baring dan 5. Anjurkan melakukan mobilisasi dengan cepat
membuat badannya ADL masih dini 4. Perubahan posisi yang
kesulitan untuk dibantu total. 6. Ajarkan mobilisasi sederhana teratur dapat meningkatkan
melakukan 4. Kekuatan otot yang harus dilakukan secara sirkulasi pada seluruh tubuh
pergerakan pasien menurun bertahap 5. Proses penyembuhan yang
3. Pasien mengatakan setelah operasi (PPNI, 2018) lambat sering kali menyertai
takut untuk banyak menjadi trauma kepala, keterlibatan
bergerak karena nyeri 4444 4444 klien dalam perencanaan dan
[ ]
sehingga meminta 3333 3333 keberhasilan dalam intervensi
bantuan ibunya untuk 6. Melakukan perpindahan
mengambilkan posisi atau pergerakan fisik
dengan perlahan dapat

Page 26 of 47
menyuapi makanan membantu melatih otot
dan minum dengan perlahan untuk kuat
dalam melakukan aktivitas.
(Mawar, 2020)
1. Pasien mengeluh 1. Pasien post Risiko Infeksi d.d Port of Setelah dilakukan 1) Kaji kondisi luka / insisi bedah. 1) Untuk melihat apakah
nyeri di luka jahitan operasi entry post operasi tindakan keperawatan 2) Gunakan prinsip aseptik medis dan ada peningkatan nyeri
bagian perut laparatomi selama 3x24 jam steril ketika merawat pasien, disekitar luka yang
2. Pasien mengatakan biopsi hari diharapkan pasien bebas melakukan prosedur, atau mengakibatkan kortisol
baru pertama pertama terhdap resiko infeksi, perawatan luka. berlebihan
memiliki luka jahitan 2. Luka bekas dengan kriteria hasil: 3) Kolaborasi dengan pemberian memperlambat
yang menurut pasien operasi tampak 1. Pasien bebas dari antibiotic sesuai indikasi. penyembuhan dan
luka jahitan besar. terbalut dengan tanda dan gejala 4) Observasi luka. penutupan luka. Serta
kassa infeksi. 5) Ajarkan pasien dan keluarga tanda memberikan deteksi dini
3. Pasien tampak 2. Mendeskripsikan dan gejala infeksi. terjadinya proses infeksi.
terpasang drain proses penularan 2) Kerusakan kulit dan
post operasi penyakit, faktor serta jaringan membuat teknik
dan folley penatalaksanaanya. aseptic jauh lebih penting
kateter urin 3. Menunjukan untuk mengurangi risiko
ukuran 16 Fr. kemampuan untuk infeksi. Kulit utuh
4. Hasil TTV: TD: mencegah timbulnya merupakan lini pertama
100/70 mmHg infeksi. perlindungan terhadap
HR: 98 x/mnt 4. Jumlah leukosit dalam infeksi ; jika prosedur
RR: 20 x/mnt batas normal. invasif dilakukan atau
SB: 36,5 5. Menunjukan perilaku ada luka maka
5. Pasien hidup sehat. pertahanan ini hilang.
mendapatkan 3) Sebagai profilatok untuk
terapi menurunkan jumlah
ceftriaxone 1gr organisme.
BD sebagai 4) Sebagai acuan dalam
antibiotik post melihat atau mengkaji
operasi. jika terjadi adanya proses
infeksi.
5) Untuk memberikan
informasi dasar adanya
kemungkinan kebutuhan
tentang sirkulasi.

Page 27 of 47
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Diagnsosa Keperawatan Implementasi Evaluasi/ Evaluation
Nyeri Akut b.d Agen pencedera Hari 1 (6 Juni 2023) Hari 1 (6 Juni 2023)
fisiologis d.d Luka Post Operasi 07.00: Jam 21:00
Laparatomi Biopsi Melakukan hand overing dengan perawat dinas malam S:
- Pasien mengatakan sulit tidur karena merasa nyeri
09.00: - Pasien mengeluh nyeri
Melakukan perkenalan serta BHSP dan melakukan kontrak waktu untuk P: Pasien mengatakan merasa nyeri pada area operasi
pengkajian Q: Pasien mengatakan nyeri terasa tertusuk-tusuk
R: Pasien mengatakan nyeri terasa di bagian perut dan
09.30: menyebar ke pinggang
Menjelaskan tujuan pengambilan kasus dan meminta tanda tangan S: Skala nyeri 4/3 (A/I)
informed consent pada pasien T: Nyeri hilang timbul dan bertambah ketika bergerak

09.35: O:
Mengobservasi tanda-tanda vital pasien - Hasil tanda-tanda vital pasien TD (110/80 mmHg),
Hasil: TD: 100/70 mmHg, HR: 100 x/menit, RR: 20 x/menit, T: 36,6°C, HR (98 x/menit), RR (20 x/menit), T (36.3°C)
SpO2: 99% - Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
09.45: - Pasien tampak mengelus area sekitar operasi
Melakukan pengkajian awal - Pasien mampu menerapkan teknik distraksi yang
Hasil: Pasien mengatakan bahwa ia akan menjalani prosedur laparatomi diajarkan saat merasa nyeri
biopsi hari ini. Pasien mengatakan perutnya membesar sejak 2 bulan

Page 28 of 47
terakhir dan terlihat seperti wanita yang sedang mengandung, pasien juga A: Nyeri akut teratasi sebagian.
mengatakan terkadang ia merasa nyeri di bagian perut. Kriteria hasil yang sudah dicapai:
- Skala nyeri setelah implementasi hari pertama
11.00: berkurang
Mengantarkan pasien ke ruang tindakan - Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi yang
15.00: diajarkan
Menjemput pasien dari ruang tindakan
P: Lanjutkan intervensi
15.15: - Kaji nyeri secara komprehensif (PQRST)
Mengobservasi keadaan umum pasien - Observasi tanda-tanda vital
Hasil: keadaan umum pasien baik, TD: 115/70 mmHg, HR: 90 x/menit, - Pertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman
RR: 21 x/menit, T: 36.5°C, SpO2: 99% - Ajarkan teknik relaksasi yang dapat dilakukan secara
mandiri
15.30: - Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian analgetik
Mengkaji keluhan dan perasaan pasien post tindakan laparatomi + biopsi untuk mengurangi nyeri
Respon: Pasien mengatakan merasa sedikit legah karena cairan dalam
perutnya sudah mulai berkurang. Pasien juga mengeluh nyeri.
P: Pasien mengeluh nyeri di area luka operasi
Q: Pasien mengatakan nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk
R: Nyeri terasa di bagian perut dan menyebar sampai ke pinggang
S: Skala nyeri 5/3 (A/I)
T: Nyeri hilang timbul dan bertambah ketika bergerak

15.50:
Mengedukasi dan mendemonstrasikan di depan pasien teknik distraksi
finger hold untuk mengurangi nyeri post operasi.
Hasil: Pasien mengerti mengenai edukasi yang sudah diberikan, pasien
mengatakan setuju untuk melakukan relaksasi finger hold untuk
mengurangi nyeri.

16.10:
Meminta pasien untuk mendemonstrasikan ulang teknik finger hold yang
sudah diajarkan.
Hasil: Pasien mampu mendemonstrasikan kembali teknik finger hold yang
sudah diajarkan.

Page 29 of 47
16.20:
Melayani terapi analgetik paracetamol 1 gram (IV), ketorolac 30 mg (IV),
tramadol 50 mg (IV)

20.00
Melayani terapi obat sesuai IMR.
Hasil: Pasien mendapatkan terapi Lansoprazole 30 mg dan Ceftriaxone 1
gr via IV

20.30
Mengobservasi keadaan pasien.
Hasil: Pasien tampak meringis, pasien mengatakan masih merasa nyeri
skala 4/3. Nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk dan hilang timbul. Pasien juga
mengatakan sulit tidur sejak karena merasa nyeri.

20.45
Mengatur kembali posisi pasien dan mematikan lampu di atas bed pasien
agar pasien bisa beristirahat.
Hasil: Pasien mengatakan merasa nyaman ketika posisi head up 30° dan
posisi kaki yang dinaikkan sedikit

21.00:
Melakukan hand overing dengan perawat dinas sore.
Hari 2 (7 Juni 2023) Hari 2 (7 Juni 2023)
07.00: Jam 21:00
Melakukan hand overing dengan perawat dinas malam S:
- Pasien mengeluh nyeri dengan hasil pengkajian nyeri:
08.00: P: Pasien mengatakan merasa nyeri di lokasi operasi
Melayani terapi obat sesuai IMR. Pasien mendapatkan terapi paracetamol Q: Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk.
1 gr, tramadol 50 mg, ketorolac 30 mg, lansoprazole 30 mg dan ceftriaxone R: Pasien mengatakan nyeri berada di bagian perut.
1 gr. S: Skala nyeri pasien 3/2 (A/I)
T: Pasien mengatakan nyeri hilang timbul ketika dan
09.00: akan merasa sangat nyeri ketika bergerak.
Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien
Hasil: Keadaan umum pasien cukup baik. Tanda-tanda vital pasien: TD O:
117/65 mmHg, HR: 78 x/menit, RR: 19 x/menit, T: 36.3°C - Hasil tanda-tanda vital pasien TD (114/80 mmHg),
HR (96 x/menit), RR (20 x/menit), T (36.6°C)

Page 30 of 47
09.10: - Pasien tampak sedikit gelisah
Mengkaji nyeri secara komprehensif - Pasien tampak mengelus area sekitar operasi
Respon: - Pasien mampu menerapkan teknik distraksi yang
P: Pasien mengatakan merasa nyeri di lokasi operasi diajarkan saat merasa nyeri
Q: Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk.
R: Pasien mengatakan nyeri berada di bagian perut. A: Nyeri akut teratasi sebagian.
S: Skala nyeri pasien 4/3 (A/I) Kriteria hasil yang sudah dicapai:
T: Pasien mengatakan nyeri hilang timbul ketika dan akan merasa sangat - Skala nyeri setelah implementasi hari kedua berkurang
nyeri ketika bergerak. - Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi yang
09.30: diajarkan
Mengevaluasi teknik distraksi yang sudah diajarkan kemarin hari. Pasien
mengatakan sudah menerapkan teknik distraksi finger hold dan merasa P: Lanjutkan intervensi
nyeri teralihkan dan perlahan hilang saat pasien berfokus pada teknik finger - Kaji nyeri secara komprehensif (PQRST)
hold. - Observasi tanda-tanda vital
- Pertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman
09.40: - Ajarkan teknik relaksasi yang dapat dilakukan secara
Mengatur kembali posisi pasien agar nyaman mandiri
Hasil: Pasien mengatakan merasa nyaman ketika dalam posisi duduk - Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri

14.45:
Mengobservasi tanda-tanda vital pasien.
Hasil: TTV pasien 109/76 mmHg, HR: 89 x/menit, RR: 20 x/menit, T:
36.7°

15.00:
Mengobservasi keadaan umum pasien dan skala nyeri. Pasien mengatakan
skala nyeri saat ini 3/3 dan merasa nyeri berkurang ketika melakukan finger
hold

16.00:
Melayani terapi sesuai IMR pasien. Pasien mendapatkan terapi Tramadol
50 mg, Paracetamol 1 gr, dan Ketorolac 30 mg via IV

19.30:

Page 31 of 47
Mengobservasi keadaan umum dan skala nyeri pasien. Pasien mengatakan
saat ini skala nyeri 3/2 (A/I)

21.00:
Melakukan hand overing dengan perawat dinas sore
Hari 3 (8 Juni 2023) Hari 3 (8 Juni 2023)
07.00: Jam 21:00
Melakukan hand overing dengan perawat dinas malam
S:
08.00: - Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
Melayani terapi sesuai IMR. Pasien mendapatkan terapi Lansopraazole 30 - Pasien mengatakan frekuensi nyeri berkurang
mg dan Ceftriaxone 1 gr via IV - Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan teknik
distraksi yang diajarkan
09.00: - Skala nyeri 1/0 (A/I)
Mengobservasi tanda-tanda vital pasien.
Hasil: TD 110/80 mmHg, HR 85 x/menit, RR 19 x/menit, T 36.7°C O:
- Hasil tanda-tanda vital pasien TD (103/66 mmHg),
09.15: HR (83 x/menit), RR (19 x/menit), T (36.2°C)
Melakukan pengkajian nyeri komprehensif - Pasien tampak tenang dan bisa tidur dengan nyaman
Respon:
P: Pasien mengatakan merasa nyeri di lokasi operasi. A: Nyeri akut teratasi. Kriteria hasil yang sudah dicapai:
Q: Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk. - Pasien tidak gelisah
R: Pasien mengatakan nyeri berada di bagian perut. - Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal
S: Skala nyeri pasien 3/2 (A/I) - Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi
T: Pasien mengatakan nyeri hilang timbul. - Skala nyeri berkurang
Hari 1: 4/3 (A/I)
09.30: Hari 2: 3/2 (A/I)
Mengevaluasi teknik distraksi yang diajarkan. Pasien mengatakan Hari 3: 2/1 (A/I)
frekuensi dan durasi nyeri berkurang karena teknik distraksi yang
diajarkan. P: Intervensi dihentikan

16.00:
Melayani terapi sesuai IMR. Pasien mendapatkan terapi Tramadol 50 mg,
Ketorolac 30 mg dan Paracetamol 1 gr via IV

Page 32 of 47
19.30:
Mengevaluasi skala nyeri pasien. Pasien mengatakan saat ini sudah tidak
terlalu nyeri, pasien juga mengatakan bisa tidur sekitar 30-45 menit pada
sore hari. Pasien mengatakan saat ini skala nyeri 1/0 (A/I)

20.00:
Melayani terapi sesuai IMR. Pasien mendapatkan terapi Lansoprazole 30
mg dan Ceftriaxone 1 gr via IV

20.15:
Melakukan terminasi dengan pasien dan menjelaskan bahwa proses
pemberian asuhan keperawatan sudah selesai dari kelompok

20.30:
Melakukan hand overing dengan dinas sore.
Gangguan Mobilitas Fisik b.d Nyeri post Hari 1 (6 Juni 2023) Hari 1 (6 Juni 2023)
operasi d.d Kekuatan otot menurun 07.00: Jam 21:00
(PPNI, 2017) Melakukan hand overing dengan perawat dinas malam S:
- Pasien mengatakan lemah badan dan belum mampu
09.00: untuk menggerakkan secara berlebihan ekstremitas
Melakukan perkenalan serta BHSP dan melakukan kontrak waktu untuk bawahnya karena takut dengan nyeri luka post operasi
pengkajian - Pasien juga mengatakan masih sulit untuk bergerak
Respon: Pasien menunjukkan respon baik dan menyetujui untuk setelah operasi karena masih dalam pengaruh bius dan
melakukan pengkajian adanya balutan luka operasi di bagian perut
O:
09.30: - Pasien tampak lemah badan dan nyeri post operasi
Menjelaskan tujuan pengambilan kasus dan meminta tanda tangan - Pasien baru dapat melakukan pergerakan dengan
informed consent pada pasien ekstremitas atas fleksi-ekstensi
Respon: Pasien menyetujui dan menerima untuk berpartisipasi dalam - Kekuatan otot pasien menurun menjadi
pengambilan kasus
- ADL pasien dibantu total
09.35: A: Masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi
Melakukan pengkajian secara komprehensif P: Intervensi dilanjutkan

11.00:
Mengantarkan pasien ke ruang tindakan

Page 33 of 47
14.00:
Melakukan hand overing dengan perawat dinas pagi

15.00:
Menjemput pasien dari ruang tindakan

15.15:
Mengobservasi keadaan umum pasien
Respon: Keadaan umum pasien tampak lemah, tingkat kesadaran
Composmentis, terpasang urin kateter no. 16 dan drain

15.30:
Mengidentifikasi adanya keluhan nyeri atau keluhan fisik lainnya pada
pasien post tindakan laparatomi biopsi
Respon: Pasien mengatakan lemah badan dan belum mampu untuk
menggerakkan secara berlebihan ekstremitasnya karena takut dengan nyeri
luka post operasi

15:30
Menjelaskan pada pasien dan keluarga terkait tujuan dan prosedur
mobilisasi dini sederhana
Respon: Pasien mengerti bahwa prosedur ini berguna untuk proses
pemulihan pasca operasi

15:35
Mengidentifikasi toleransi fisik pasien dalam melakukan pergerakan
Respon: Pasien belum dapat melakukan pergerakan ataupun mobilisasi
karena nyeri post operasi dengan kekuatan otot yang menurun

15:36
Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan secara bertahap
seperti fleksi dan ekstensi ekstremitas atas maupun bawah
Respon: Pasien menyetujui akan mencoba melakukan pergerakan
sederhana mulai dari ekstremitas atas lalu bawah yaitu dengan fleksi-
ekstensi nantinya

Page 34 of 47
18:00
Mengantarkan makanan malam pasien

20:30
Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan secara bertahap
seperti fleksi dan ekstensi ekstremitas atas maupun bawah dan miring
kanan-kiri
Respon: Pasien mengatakan baru mampu menggerakkan kedua tangannya
secara bertahap fleksi-ekstensi berulang kali namun ekstremitas bawah
pasien masih sangat terbatas dan akan melakukan mobilisasi miring kanan-
kiri

20:37
Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan dini
Respon: Pasien telah diedukasi untuk membantu pasien dalam melakukan
mobilisasi dini sederhana dan keluarga mengerti akan membantu pasien

21:00
Melakukan handover dengan perawat shift malam
Hari 2 (7 Juni 2023) Hari 2 (7 Juni 2023)
06:30 Jam 21:00
Melakukan penakaran produksi drain post operasi S:
Respon: produksi drain berjumlah 1000 cc - Pasien mengatakan gangguan nyeri mulai berkurang
- Pasien mengatakan sudah bisa melakukan pergerakan
07:00 ekstensi-fleksi di ekstremitas atas dan bawah
Melakukan hand overing dengan perawat dinas malam O:
- Pasien sudah dapat melakukan pergerakan ekstremitas
09:08 atas bawah serta duduk dengan bantuan
Mengobservasi keadaan umum pasien - Kekuatan otot pasien meningkat menjadi menjadi
Respon: Keadaan umum pasien masih tampak lemah, tingkat kesadaran
Composmentis, terpasang urin kateter no. 16 dan drain, ADL dibantu - ADL dibantu sebagian
sebagian A: Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik
teratasi sebagian
09:10 P: Intervensi dilanjutkan
Mengidentifikasi adanya keluhan nyeri atau keluhan fisik lainnya pada
pasien post tindakan laparatomi biopsi

Page 35 of 47
Respon:
Pasien mengatakan nyeri masih terasa hilang-timbul dan masih sulit untuk
bergerak karena jika pasien melakukan mobilisasi maka akan terasa sangat
nyeri

09:12
Mengidentifikasi toleransi fisik pasien dalam melakukan pergerakan
- Respon: Pasien sudah dapat melakukan pergerakan berupa fleksi-
ekstensi pada ekstremitas atas maupun bawah dengan nilai kekuatan otot
meningkat menjadi

09:15
Menganjurkan pasien melakukan mobilisasi seperti miring kanan-kiri
setelah 24 jam post operasi untuk dilakukan secara bertahap dan sering
Respon: Pasien mengatakan akan melakukan mobilisasi miring kanan-kiri
secara bertahap dan sering setelah 24 jam post op

09:20
Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Respon: Keluarga pasien akan membantu pasien dalam melakukan
pergerakan dengan membantu memfleksikan-ekstensi ekstremitas atas dan
bawah pasien secara bertahap

12:00
Mengantarkan makanan siang pasien

14:00
Melakukan handover dengan perawat shift selanjutnya

20:40
Mengidentifikasi adanya keluhan nyeri atau keluhan fisik lainnya pada
pasien post tindakan laparatomi biopsi
Respon:
Pasien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang dan hanya keluhan mual
saja

Page 36 of 47
20:45
Mengidentifikasi toleransi fisik pasien dalam melakukan pergerakan
Respon: Pasien dapat melakukan pergerakan seperti menggerakkan
ekstremitasnya dan miring kanan-kiri dan duduk dengan bantuan

20:47
Menganjurkan dan mengajarkan pasien melakukan mobilisasi selanjutnya
dari miring kanan-kiri ke duduk secara bertahap
Respon: Pasien mengerti dan mengatakan telah melakukan posisi duduk
dengan bantuan setelah 24 jam post operasi

20:50
Melakukan handover dengan perawat shift selanjutnya
Hari 3 (8 Juni 2023) : Hari 3 (8 Juni 2023)
07.00 Jam 21:00
Melakukan hand overing dengan perawat dinas malam S:
- Pasien mengatakan sudah mulai merasa nyeri
07:30 berkurang dan tidak ada gangguan seperti selang
Mengobservasi keadaan umum pasien kateter untuk melakukan mobilisasi
Respon: Keadaan umum pasien masih tampak baik, tingkat kesadaran - Pasien mengatakan sudah mampu untuk bergerak dari
Composmentis, terpasang drain, ADL dibantu sebagian tempat tidur ke posisi duduk hingga berjalan dengan
pengawasan keluarga
10:03 O:
Mengidentifikasi adanya keluhan nyeri atau keluhan fisik lainnya pada - Pasien tampak sudah bisa melakukan pergerakan
pasien post tindakan laparatomi biopsi mobilisasi dini sederhana hingga berjalan ke toilet
Respon: - Kekuatan otot pasien meningkat menjadi
Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang dan gangguan seperti kateter A: Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik
sudah tidak ada teratasi
P: Intervensi dihentikan
10:05
Mengidentifikasi toleransi fisik pasien dalam melakukan pergerakan
Respon: Pasien sudah dapat melakukan pergerakan miring kanan-kiri dan
duduk

10:07
Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan

Page 37 of 47
Respon: Keluarga bersedia membantu

10:10
Mengajarkan dan menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan secara bertahap mulai dari melakukan pergerakan,
miring kanan-kiri, duduk lalu mulai berjalan secara perlahan ke toilet
Respon: Pasien melakukan mobilisasi dini sederhana secara bertahap
dengan baik didampingi keluarga

10:17
Menganjurkan pasien untuk melakukan mobilisasi dini sederhana yang
telah diajarkan selanjutnya
Respon: Pasien memberikan respon mengerti dan akan mengikuti seperti
yang telah diajarkan

12:00
Mengantarkan makanan siang pasien

14:00
Melakukan handover dengan perawat shift selanjutnya

18:00
Mengantarkan makanan malam pasien

20:30
Mengidentifikasi adanya keluhan nyeri atau keluhan fisik lainnya pada
pasien post tindakan laparatomi biopsi
Respon:
Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang dan gangguan seperti kateter
sudah tidak ada, mual muntah sudah tidak ada

20:35
Mengidentifikasi toleransi fisik pasien dalam melakukan pergerakan
Respon: Pasien sudah dapat melakukan mobilisasi dini sederhana hingga
berjalan ke toilet untuk BAK dengan nilai kekuatan otot meningkat menjadi

21:00

Page 38 of 47
Melakukan handover dengan perawat shift selanjutnya

Risiko Infeksi d.d Port of entry post Hari 1 (6 Juni 2023) : Hari 1 (6 Juni 2023)
operasi 07.00: Jam 21:00
Melakukan hand overing dengan perawat dinas malam. S:
- Pasien mengatakan tidak ada demam
09.00: - Pasien mengatakan masih merasa nyeri
Melakukan perkenalan serta BHSP dan melakukan kontrak waktu untuk - Pasien mengatakan tidak ada kemerahan atau gatal
pengkajian. disekitar luka.
O:
09.35: - Pasien masih tampak terpasang drain.
Mengobservasi tanda-tanda vital pasien - Tampak terpasang kateter urin berwarna kuning.
- Pasien diberi terapi ceftriaxone 1gr BD.
11.00: A: Resiko infeksi
Mengantarkan pasien ke ruang tindakan P:
- Edukasi keluarga dan pasien teknik aseptik.
14.00: - Kolaborasi untuk cek hasil lab.
Melakukan hand overing dengan perawat dinas pagi. - Terapi lanjut.

15.00:
Menjemput pasien dari ruang tindakan

15.15:
Mengobservasi keadaan umum pasien.

16.00:
Mengobservasi kondisi luka jahitan pasien, jika ada rembesan atau
kemerahan dan ditemukan tidak ada.

18.00:
Melayani diet per-oral pasien edukasi pasien untuk minum air banyak
makan dengan yang tekstur lembut.

20.00:
Melayani terapi ceftriaxone 1 gr kepada pasien.

20.15:

Page 39 of 47
Mengedukasi pada pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi seperti jika
merasa demam atau kemerahan disekitar luka insisi lapor kepada perawat
atau dokter yang jaga.

21.00:
Terminasi pada pasien.
Hari 2 (7 Juni 2023) : Hari 2 (7 Juni 2023)
07.00: Jam 21:00
Melakukan hand overing dengan perawat dinas malam S:
- Pasien mengatakan tidak ada demam
07.30: - Pasien mengatakan masih merasa nyeri
Mentakar drain (1000 ml). - Pasien mengatakan tidak ada kemerahan atau gatal
disekitar luka.
08.00:
Melayani terapi antibiotik ceftriaxone 1gr sambil observasi kondisi luka, O:
tidak ada rembesan pasien masih merasa nyeri. - Pasien masih tampak terpasang drain.
- Tampak terpasang kateter urin berwarna kuning.
09.00: - Pasien diberi terapi ceftriaxone 1gr BD.
Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien. - Leukosit 10.0 10^3/ul. (07/06/23)

10.00: A:
Cek hasil lab menunjukan nilai leukosit pasien 10.0 10^3/ul. Resiko Infeksi.

12.00: P:
Melayani diet per-oral. - Edukasi keluarga dan pasien teknik aseptik.
- Terapi sesuai IMR
14.00:
Terminasi shift pagi.

15.15:
Mengobservasi keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital. Pasien tidak
mengeluh adanya demam, alergi.

16.00:
Mengobservasi kondisi luka jahitan pasien, jika ada rembesan atau
kemerahan dan ditemukan tidak ada.

Page 40 of 47
18.00:
Memberikan diet perolar pasien.

20.00:
Melayani terapi antibiotik ceftriaxone 1gr.

21.00:
Terminasi shift siang.
Hari 3 (8 Juni 2023) : Hari 3 (8 Juni 2023)
Jam 21:00
07.00: S:
Melakukan hand overing dengan perawat dinas malam - Pasien mengatakan tidak ada kemerahan atau gatal
disekitar luka.
07.30: - Pasien mengatakan setelah rawat luka merasa lebih
Mentakar drain (1100 ml). baik.
- Keluarga mengatakan selalu menerapkan teknik
08.00: aseptik dengan tidak membiarkan luka pasien basah
Melayani terapi antibiotik ceftriaxone 1gr sambil observasi kondisi luka, atau merembes.
tidak ada rembesan pasien masih merasa nyeri. O:
- Pasien masih tampak terpasang drain.
09.00: - Pasien diberi terapi ceftriaxone 1gr BD.
Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien. A:
Resiko infeksi teratasi sebagian. Pasien masih terpasang
10.00: alat invasif lainya dan masih terpasang drain.
Mengkaji kondisi luka dan rawat luka pasien. Tidak ada kemerahan, dan P:
tidak ada tanda-tanda infeksi. Pasien sudah bisa mobilisasi dini secara - Edukasi keluarga dan pasien teknik aseptik.
bertahap. - Terapi sesuai IMR.
- Takar drain tiap pagi dan edukasi keluarga
10.30: penggunaan drain.
Melepas kateter urin.

12.00:
Melayani diet pasien.

14.00:
Terminasi pasien shift pagi.

Page 41 of 47
15.15:
Mengobservasi keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital. Pasien tidak
mengeluh adanya demam, alergi.

16.00:
Mengobservasi kondisi luka jahitan pasien, jika ada rembesan atau
kemerahan dan ditemukan tidak ada.

18.00:
Memberikan diet peroral pasien.

19.45:
Melakukan terminasi dengan pasien dan menjelaskan bahwa proses
pemberian asuhan keperawatan sudah selesai dari kelompok.

Page 42 of 47
X. RENCANA PULANG/ DISCHARGE PLAN
Tanggal pasien mulai dirawat : 05 Juni 2023
Perkiraan lama perawatan : < 7 hari
Tikala, Kota Manado
Tempat tujuan kepulangan pasien : Rumah sendiri (bertingkat/tidak)
Nomor telepon pasien : 085256435567
Pengasuh pasien : Tidak ada/ keluarga/ pengasuh lain/ teman/ perawat
Nama keluarga yang dapat dihubungi: Tn. A
Telepon : 0895365438135
Kemampuan berkomunikasi : Jelas/ terkadang jelas/ tidak jelas
Aktivitas sehari-hari : mandiri/ perlu bantuan minimal/ bantuan sedang/ bantuan
penuh
Pencegahan risiko jatuh : tidak perlu/ perlu
Alat bantu gerak : tidak perlu/ perlu
Alat kesehatan yang diperlukan : oksigen/ nebulizer/ lainnya: Drain
Fisioterapi : tidak perlu/ terapi fisik/ terapi wicara/ terapi okupasi
BAK/ BAB saat pulang : Normal/ tidak normal
Rencana kontrol kembali : Rabu, 14 Juni 2023
Rencana transportasi pulang : ambulans/ kendaraan pribadi/ angkutan umum
Rencana perawatan dirumah :
1. Mengonsumsi obat yang telah diresepkan secara teratur di rumah
2. Istirahat yang cukup minimal 8 jam/hari
3. Memenuhi kebutuhan cairan dengan minum air putih yang cukup (2-3 liter/hari)
4. Tidur/istirahat yang cukup (6-8 jam per hari)
5. Makan makanan dengan gizi seimbang dan tidak memakan/minum dengan rasa asam
6. Melakukan perawatan dan penakaran drain setiap hari hingga jadwal kontrol kembali tiba
dan akan dilepaskan saat di poli bersama dokter

Page 43 of 47
XI. RINGKASAN KASUS/ SUMMARY OF THE CASE (Concept Map)

Mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang mengandung sel-sel otot polos dan jaringan ikat dengan ciri bulat, keras, berwarna merah muda pucat. Umumnya
berlokasi pada korpus uteri. Mioma uteri terdiri dari jaringan otot dan fibrosa. Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma
dan merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya (Astuti, 2020).

Sub mukosa Intramular Sub serosa


Pembesaran vena

Pecahnya Gangguan otot Penekanan organ lain (Vesika MK: Retensi Urin,
pembuluh darah uterus urinaria, rectum) Konstipasi

MK: Resiko
Perdarahan Mual muntah
Hipovolemia
pervaginam

Informasi tidak Pengaruh obat Anoreksia, mual


Pra Operasi Operasi Post Operasi Gastroimtestinal
adekuat anastesi muntah

MK: Ansietas Robekan pada MK: Deficit


jaringan saraf Nutrisi

Pembatasan Terputusnya Terpapar agen


aktivitas jaringan perifer infeksius

MK: Gangguan MK: Nyeri Akut MK: Resiko Infeksi


Mobilitas Fisik

KETERANGAN:

: Proses penyakit
: Tanda dan Gejala
: Masalah Keperawatan Prioritas
: Masalah Keperawatan
Page 44 of 47
: Diagnosa Medis
XII. TREN ATAU TEMUAN TERBARU SAAT INI/ NEW TRENDS OR EVIDENCE
1. Nyeri pada saat setelah operasi sering dirasakan setiap pasien yang menjalankan operasi,
dilakukan teknik finger hold adalah guna untuk menurunkan skala nyeri yang dirasakan
pasien atau mendistraksi nyeri yang dirasakan. Teknik relaksasi Finger hold adalah
melibatkan genggaman jari dan pengaturan nafas. Pada setiap anggota tubuh terdapat aliran
energi, dimana pada genggaman jari ini aliran energi dipersepsikan sebagai stimulus untuk
rileks. Prevalensi skala nyeri setelah dilakukan teknik relaksasi Finger hold adalah 16,0.
Penurunan skala nyeri terjadi karena responden sudah diberi intervensi teknik relaksasi
Finger Hold selama 10-20 menit. Dengan pengaturan nafas melalui genggaman jari,
ketegangan serta kecemasan pasien dapat dikontrol, pasien akan merasa rileks dan santai
yang selanjutnya akan menimbulkan tingkat kenyamanan yang lebih baik sehingga intensitas
nyeri dapat menurun (Aswad, 2020).
2. Pasien yang merasakan nyeri pada saat post operasi juga dapat menghambat aktivitas dan
pergerakan sehingga dalam beraktivitas pasien merasa tertanggu. Oleh karena itu,
implementasi yang dilakukan adalah ambulasi dini pasca operasi laparatomi yang bisa
membuat penderita melakukan pergerakan secara bertahap dan melatih otot-otot ekstremitas
dalam bergerak dengan mika-miki lalu angkat kaki atau tangan dan terakhir latihan untuk
duduk dan berjalan (Rahmawati, 2022).

Page 45 of 47
XIII. DAFTAR PUSTAKA/ REFERENCES

Asmara, D., & Nugroho, T. (2017). Pengaruh Pemberian Analgesik Kombinasi Parasetamol Dan
Tramadol Terhadap Kadar Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase Tikus Wistar. Jurnal
Kedokteran Diponegoro, 6(4), 417–426.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/view/18557
Aswad, A. (2020). Relaksasi Finger Hold Untuk Penurunan Nyeri Pasien Post Operasi
Appendektomi. Jambura Health and Sport Journal, 2(1), 1–6.
https://doi.org/10.37311/jhsj.v2i1.4555
DexaMedica. (2019). KETOROLAC.
https://ekatalog.lkpp.go.id/jcommon.blob.filedownloader/download?id=482987043bd88675e146
17951b980ce1
Edy, A. J., & Nugroho, T. E. (2019). Pengaruh Pemberian Analgesik Kombinasi Parasetamol dan
Morfin Terhadap Kreatinin Serum. 8(1), 8–19.
KalbeMed. (2023). LANSOPRAZOLE OGB HJ. Kalbemed.com; PWA.
https://kalbemed.com/product/id/49
Lim, A., Prasetyo, S. A., & Hapsari, R. (2017). Perbandingan Pemberian Antibiotik Profilaksis
Ceftriaxon Dan Non-Ceftriaxon Terhadap Kejadian Surgical Site Infection Pasca
Kolesistektomi. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 6(2), 206–214.
Lubis, P. N. (2020). Diagnosis dan Tatalaksana Mioma Uteri. Cermin Dunia Kedokteran, 3(3),
196–200.
Marchianti, A., Nurus Sakinah, E., & Diniyah, N. et al. (2017). Pengaruh Tingkat Pengenceran
Injeksi Intra Vena Ceftriaxone Terhadap Kejadian Phlebitis Di Ruang Perawatan B Rumah
Sakit Umum Kaliwates Kabupaten Jember. Efektifitas Penyuluhan Gizi Pada Kelompok
1000 HPK Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Kesadaran Gizi, 3(3), 96–104.
Mawar, R. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN POST CRANIATOMY ec
FRAKTUR PARIETAL DI RUANG DAHLIA A RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
TARAKAN. http://eprints.ums.ac.id/25948/13/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.

Page 46 of 47
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Pratiwi, D. S. (2013). Kajian Uji Resistensi Dan Sensitivitas Antibiotik Ceftriaxon dan
Ciprofloxacin pada Penderita Infeksi Saluran Kemih di RSUP Fatmawati. Skripsi, 1–77.
Rahmawati., A. 2022. ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI GINEKOLOGI DENGAN
NYERI PADA IBU. S DAN. J DI RUMAH SAKIT WILAYAH DKI JAKARTA. 34–42.
Ridwan, M., Lestari, G. I., & Fibrila, F. (2021). HUBUNGAN USIA IBU, OBESITAS DAN
PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN MIOMA
UTERI. 8(1), 11–22. https://doi.org/10.36743/medikes.v8i1.268
Syari, D. M., & Hotna, S. (2021). Pola Peresepan Dan Ketepatan Pemberian Antasida, PPI (Proton
Pump Inhibitor), Dan AH2 (Antagonis Reseptor Histamin Tipe 2) Pada Pasien Rawat Jalan
Di Puskesmas Rengas Kota Tangerang Selatan Periode Januari-April 2019. Jurnal Ilmiah
Farmasi Imelda, 5(1), 1–4.
Tochie, J. N., Badjang, G. T., Ayissi, G., & Dohbit, J. S. (2020). Physiopathology and Management
of Uterine Fibroids. https://doi.org/10.5772/intechopen.94162

Page 47 of 47
Cara melakukan teknik
genggam jari:
Our Best Health
Genggam tiap jari mulai dari ibu jari Treatment Tips
selama 2-5 menit. Anda bisa
memulai dengan tangan yang Nyeri menjadi situasi yang kurang
manapun. menyenangkan yang bersumber dari
Sambil genggam jari, anda bisa area tertentu yang disebabkan oleh
melakukan sambil dnegan tarik rusaknya jaringan. Teknik genggam
nafas dalam (lakukan dengan rasa jari ini dapat membantu kita untuk
damai dan tenang). menjadi lebih tenang dan fokus
Hembuskan nafas secara perlahan. sehingga kita dapat mengambil
tindakan atau respon yang tepat
Lakukan cara diatas beberapa kali
dalam menghadapi situasi tersebut.
pada jari tangan yang lainnya.
Lakukan sampai 10-20 menit sekali.

TERAPI RELAKSASI
FINGER HOLD

Terapi finger hold atau disebut juga


terapi relaksasi genggam jari
termasuk dalam terapi
komplementer yang guna untuk
menurunkan rasa nyeri individu
setelah dilakukan tindakan operasi
disamping menggunakan obat-
obatan penghilang rasa nyeri
(Sugiyanto, 2020)

Anda mungkin juga menyukai