ARTIKEL

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH KOMPETENSI, DISIPLIN DAN SKEPTISISME

PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT

Veronika Tiana
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Tanjungpura Pontianak.
Email: [email protected]

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh
kompetensi, disiplin dan skeptisisme profesional auditor terhadap kualitas audit
pada Kantor Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat di Pontianak. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berada di Inpektorat
Provinsi Kalimantan Barat. Dengan pemilihan sampel menggunakan metode
sensus sampling dan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan data ini adalah
metode survei dengan menggunakan angket sebagai alat penelitian data primer.
Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda (Multiple
Linear Regression Analysis) pada taraf signifikansi 5% dengan menggunakan
program SPSS Versi 25 For Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kompetensi auditor dan disiplin auditor secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas audit . Dan skeptisisme profesional auditor secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.

Kata Kunci : Kompetensi, Disiplin, Skeptisisme Profesional Auditor, Kualitas


Audit.

1. Latar Belakang
Sumber Daya Manusia (SDM), baik pemerintah maupun non-pemerintah,
sebagai bentuk tanggung jawab dan kewajiban kepada anggota suatu organisasi,
memegang peranan penting dalam pelaksanaan tugas. Inspektur adalah departemen
pengendalian internal di lingkungan pemerintah daerah yang membimbing dan
mengawasi pelaksanaan pemerintah daerah. Salah satu Aparat Pengawas Internal

1
Pemerintah (APIP) adalah inspektur negara. Pengawas negara memiliki peran dan
posisi yang sangat strategis dalam mewujudkan visi dan misi serta program
pemerintah daerah. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Di
sisi lain, Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat bertindak sebagai APIP dalam
pelaksanaan Pengendalian Intern Pemerintah Peraturan Pemerintah No.79 Tahun
2005 (Pasal 24) dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan amanatnya untuk
pemeriksaan dan pengawasan APIP dalam urusan pemerintahan daerah. Upaya
peningkatan praktik pengelolaan yang efisien, efektif, bersih, dan bertanggung
jawab untuk mencapai praktik pengelolaan daerah yang baik (good governance).

Perwujudan APIP yang efektif sebagimana yang dimaksud dalam Pasal 11


Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 sekurang-kurangnya harus: (a).
memberikan jaminan ketaatan, penghematan, efisiensi, dan efektivitas yang cukup
untuk mencapai tujuan dan tugas lembaga negara; (b). meningkatkan peringatan
dini dan manajemen risiko dalam pemenuhan tugas dan tanggung jawab instansi
pemerintah; Dan memelihara dan meningkatkan mutu penyelenggaraan
pemerintahan dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban badan-badan negara.

Menurut (Rahmawati, et al., 2007) Pendekatan kinerja bertujuan untuk


mengatasi berbagai kelemahan anggaran tradisional, terutama yang akibatkan oleh
tolok ukur untuk mengukur kinerja dalam memenuhi pelayanan publik. Tiga aspek
utama yang mendukung pelaksanaan pemerintah yang baik (good governance),
yaitu pengawasan, pengendalian dan pemeriksaan. Meskipun APIP harus
melakukan proses untuk memenuhi kebutuhan bangsa dan warganya, APIP harus
melakukan proses sebagai bagian dari proses transformasi itu sendiri. Menurut
(Danang, 2014) Auditor negara adalah auditor profesional yang bekerja pada intansi
pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban
keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintah atau
pertanggungjawaban keuangan yang tujukan kepada pemerintah. Peran utama
auditor pemerintah adalah melakukan jasa atensi, yaitu melakukan pengujian
terhadap laporan keuangan yang disusun oleh pemerintah mengenai kewajaran

2
laporan dan tingkat kesesuaiannya dengan peraturan standar akuntansi
pemerintahan yang telah ditetapkan (Panggabean, 2019).

Banyak organisasi mulai menyadari bahwa SDM adalah aset mereka yang
paling berharga dalam mencapai tujuan bersama. SDM yang memiliki sikap disiplin
dan kemampuan yang baik untuk memajukan organisasi adalah SDM yang
berkualitas. Kompetensi dan disiplin yang baik diperlukan untuk meningkatkan
kinerja instansi pemerintah yang berkualitas. Hal ini dikarenakan kompetensi dan
disiplin pegawai berpengaruh terhadap kinerja auditor, semakin tinggi kompetensi
auditor maka semakin tinggi kualitas kinerja auditor, dan semakin tinggi disiplin
auditor maka semakin tinggi juga pengaruh kompetensi terhadap kinerja auditor
(Triarini & Latrini, 2016) dan (Eryanti et al., 2022), dimana kompetensi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil audit. Hal ini juga terkait
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Maudyta & Djumiarti, 2017) yang
menyatakan bahwa disiplin pegawai mampu memoderasi pengaruh kompetensi
pada kinerja auditor. Namun bertentangan pada penelitian yang dilakukan oleh
(Eryanti et al., 2022) yang menunujukkan hasil yang berbeda yang menyatakan
disiplin pegawai tidak berpengaruh terhadap kualitas audit karena masih buruknya
kedisiplinan auditor di inspektorat kabupaten Gayo Lues hal ini dikarenakan masih
banyak karyawan yang tidak disiplin dalam bekerja. Sedangkan menurut
(Maharany et al., 2019) dan (Pratiwi et al., 2020) yang menyatakan bahwa
kompetensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Disiplin pegawai terus menjadi isu utama bagi setiap organisasi, termasuk
instansi pemerintah, untuk mencapai tujuannya. Perilaku pegawai seperti datang
terlambat, pulang sebelum waktunya dan lain-lain masih terjadi di berbagai instansi
pemerintah, termasuk Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat. Upaya
penyempurnaan aturan ketenagakerjaan bagi pegawai, termasuk berbagai tunjangan
seperti tunjangan kerja, belum cukup berdampak pada perbaikan aturan
ketenagakerjaan bagi pegawai. Perilaku pegawai yang menyebabkan organisasi
gagal mencapai tujuannya menunjukkan bahwa instansi pemerintah terus mencari

3
berbagai cara untuk mengatasi masalah disiplin pegawai yang kurang baik
(Pesireron, 2016).

Adanya kegagalan audit juga dapat disebabkan oleh skeptisisme profesional.


Pengambilan keputusan tentang berapa banyak jenis bukti audit yang perlu
dikumpulkan memerlukan skeptisisme profesional auditor Arens et al (1995). Jenis
kelamin juga dapat digunakan untuk mengukur skeptisisme profesional, karena
perempuan dan laki-laki tampil berbeda dan menunjukkan karakteristik yang
berbeda. (Acfira, 2022).

Terkait isu skeptisisme, penyedia jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) sangat
menginginkan agar auditornya dapat mengambil keputusan yang tepat, namun
dalam praktiknya masih sering terjadi auditor memberikan opini akuntan yang tidak
memenuhi standar yang ditetapkan oleh target Standar Profesi Akuntan Publik
(SPAP). Sebagian dari perbedaan ini, oleh karena itu, disebabkan kurangnya
skeptisisme profesional yang optimal dari auditor ketika mengumpulkan bukti
audit, yang dapat mempengaruhi kesalahan pada laporan audit. beberapa kasus
yang melibatkan KAP di negeri ini membuktikan bahwa sebagai KAP telah
melakukan praktik penyelenggaraan dan menghasilkan kualitas audit laporan
keuangan yang rendah (Muslim et al 2020).

Penelitian skeptisisme profesional di negeri ini umumnya dilakukan melalui


kombinasi berbagai faktor, baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal).
Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian sebelumnya untuk pengaruh terhadap
skeptisisme profesional auditor meliputi kompetensi, motivasi audit, indepedensi
audit, dan pengalaman auditor (Istiariani, 2018), (Yuliarti & Kristianto, 2022), dan
(Eryanti et al., 2022). Namun hal ini berbeda pada penelitian yang dilakukan oleh
(Hanif & Naibaho, 2014) dan (Oktavia & Helmy, 2019) yang menyatakan bahwa
skeptisisme profesional auditor terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit. Namun, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi skeptisisme
profesional auditor dalam beberapa penelitian ini masih menunjukkan hasil yang
bertentangan. Hasil yang saling bertentangan dari beberapa penelitian tentang

4
skeptisisme profesional auditor membuka peluang bagi peneliti untuk mengkaji
kembali faktor-faktor yang mempengaruhi skeptisisme profesional auditor.

Kualitas audit adalah salah satu tujuan dari proses audit. Audit yang
berkualitas dapat diidentifikasi dengan disiplin atau kepatuhan auditor terhadap
prosedur dan aturan yang ditetapkan pada saat audit dilakukan. Kualitas audit yang
unggul tercapai apabila auditor mampu memenuhi persyaratan (SPAP): Standar
umum, standar pekerja lapangan, dan standar pelaporan. Menurut Kode Etik
Akuntansi (SPAP, 2001), penerapan standar auditing ketika melakukan audit
memungkinkan auditor untuk memastikan kualitas audit yang disiapkan dengan
standar tinggi. Beberapa penelitian yang menghimpun kualitas audit sebagai
variabel dependen antara lain penelitian yang dilakukan oleh Hutagoal (2020),
Mislinawati (2017), (Eryanti et al., 2022), (Hanif & Naibaho, 2014), (Maharany et
al., 2019), (Pratiwi et al., 2020), (Triarini & Latrini, 2016), (Yuliarti & Kristianto,
2022) dan (Reu & Doja, 2022).

Menurut Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Nasional No.


PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 Auditor harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaannya.
Auditor harus memiliki dan meningkatkan pengetahuan tentang metode dan teknik
pemeriksaan dan segala hal yang berkaitan dengan pemerintahan seperti:
organisasi, Fungsi, Program dan Kegiatan Pemerintah (BPKP; 1998).

Dalam kondisi tersebut, APIP tetap berkomitmen kepada Inspektorat Provinsi


Kalimantan Barat untuk menjunjung tinggi kualitas perannya dan menjaga
kompetensi, disiplin serta skeptisisme profesional. Tak perlu dikatakan bahwa para
pemangku kepentingan memiliki harapan yang tinggi terhadap APIP. APIP dalam
melaksanakan tugas yang diberikan harus dapat mempertimbangkan suatu
informasi yang diterima dalam menilai atau memberikan evaluasi pada instansi
pemerintah tersebut. Sehingga auditor harus menerapkan sikap skeptisisme dalam
penugasan auditnya terhadap bukti yang di terima. Kompetensi, disiplin pegawai
dan skeptisisme profesional auditor merupakan perilaku yang mengacu pada

5
keyakinan individu yang mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik
sehingga memperoleh hasil yang baik.

2. Kajian Literatur
Teori Keagenan

Jansen & Meckling (1976) dalam (Yuliarti & Kristianto, 2022)


Menggambarkan bahwa filosofi agensi merupakan terdapatnya kedekatan agen dan
pemilik dalam suatu kontak, yang didalamnya ada satu ataupun sebagian orang luar
untuk melakukan sebagian profesi atas julukan peminta. Profesi itu mendelegasi
wewenang untuk mengutip suatu ketetapan kepada pihak agen. Hubungan
keagenan sebagai suatu perjanjian dimana satu orang atau lebih (principal)
mempekerjakan orang lain (agent) untuk melakukan jasa atas nama mereka. Ini
termasuk mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan khusus kepada agen.
Teori keagenan membahas tentang adanya hubungan kerjasama antara pihak
(principal) yang mendelegasikan pekerjaan kepada pihak (agent) selain pihak yang
melakukan pekerjaan (Yuliarti & Kristianto, 2022).

Berdasarkan teori keagenan dapat disimpulkan bahwa lembaga pemerintah


terbentuk ketika ada hubungan antara agen yang bertindak sebagai auditor dan
pengguna utama informasi laporan audit. Terdapat konflik kepentingan antara
kedua belah pihak mengenai informasi dalam laporan audit karena klien tidak
memiliki informasi yang cukup tentang layanan berupa tingkat kualitas yang
dihasilkan oleh agen.

Teori Atribusi
Teori Atribusi oleh Fritz Heider dalam (Savira, 2021) adalah teori yang
menjelaskan perilaku manusia, teori tentang bagaimana orang menjelaskan
penyebab tindakan mereka dan orang lain, yang penyebabnya adalah sifat,
kepribadian, sikap, dan lain-lain yang ditentukan oleh faktor internal, maupun
faktor eksternal. Sebagai tekanan dari situasi atau kondisi tertentu, hal itu
mempengaruhi perilaku seseorang dan menyebabkan mereka berperilaku berbeda.

6
Berdasarkan teori atribusi dapat disimpulkan bahwa memahami reaksi
seseorang terhadap peristiwa di sekitarnya berarti mengetahui alasan dari peristiwa
yang dialaminya. Teori atribusi menjelaskan bahwa perilaku manusia adalah
rasional, ada pola perilaku yang terkait dengan sikap dan karakteristik seseorang,
sehingga kita dapat membedakan sikap dan karakteristik seseorang berdasarkan
perilakunya saja, dan dengan demikian menemukan cara yang lebih baik untuk
menangani situasi tertentu.

Kompetensi Auditor
Kompetensi mengacu pada kemampuan setiap individu untuk melakukan
atau menetapkan tugas yang sesuai dengan peran organisasi mereka dalam
kaitannya dengan keahlian, pengetahuan, dan keterampilan yang tersedia.
Berdasarkan Peraturan BPK No. 1 Tahun 2017, kompetensi adalah pendidikan,
pengetahuan, pengalaman, dan/atau keahlian seseorang baik tentang ujian maupun
masalah atau bidang tertentu. Kehadiran SDM dalam suatu organisasi merupakan
aset yang berharga bagi organisasi itu sendiri, dan keberhasilan suatu organisasi
tergantung pada kualitas orang-orang di dalamnya.

Menurut Gordon (1998), konsep kompetensi dalam Sutrisno (2020)


mencakup beberapa aspek yaitu; Pertama, knowledge (Pengetahuan), adalah
kesadaran dalam bidang kognitif. Kedua, understanding (Pemahaman), adalah
kesadaran kognisi dan afektif yang dimiliki oleh individu. Ketiga, skill
(Kemampuan), adalah sesuatu yang dimilik oleh individu untuk melaksanakan
tugas atau pekerjaann yang dibebankan kepadanya. Keempat, value (Nilai) adalah
standar perilaku yang diyakini dan terkait secara psikologis dengan seseorang.
Kelima, attitude (Sikap) adalah perasaan (suka-tidak suka, suka-tidak suka) atau
tanggapan terhadap rangsangan dari luar. Keenam, interest (Minat) adalah
kecenderungan seseorang untuk melakukan tindakan. Ketujuh, nilai adalah standar
perilaku yang diyakini dan terkait secara psikologis dengan seseorang.

Dari uraian disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dasar


langsung menggunakan kombinasi pengetahuan, keterampilan, perilaku dan ciri
langsung lainnya yang berkaitan menggunakan pengalaman, keahlian dan perilaku

7
Sikap Disiplin Auditor

Kedisiplinan seorang akuntan sangat penting digunakan untuk mengarahkan,


membentuk dan melatih seseorang melakukan sesuatu menjadi baik. Kata disiplin
berasal dari bahasa Latin “discipline” dan berarti “praktik atau pendidikan
kesusilaan dan spiritualitas dan pembangunan karakter”. Hal ini berfokus untuk
membantu pegawai menerapkan sikap yang benar terhadap pekerjaan mereka.
Menurut Hasibuan (2017:97) dalam (Fathi et al., 2022), disiplin adalah sikap
mental yang tercermin dalam tindakan atau tingkah laku seseorang, sekelompok
orang dalam bentuk ketaatan terhadap aturan-aturan yang wajar dalam masyarakat.
Menurut Sutrisno (2020), disiplin adalah sikap kesiapan dan kemauan seseorang
untuk mematuhi dan mengikuti semua norma yang berlaku dalam
organisasi. Sutrisno (2020) menyatakan bahwa bentuk kedisiplinan yang baik
tercermin dari suasana, yaitu; (a), tingginya kepedulian terhadap pencapaian tujuan
organisasi. (b), tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para karyawan
dalam melakukan pekerjaan. (c), tingkat tanggung jawab karyawan melaksanakan
tugasnya dengan sebaik-baiknya. (d), pengembangan rasa memiliki dan tingkat
solidaritas yang tinggi antara karyawan. (e), meningkatnya efisiensi dan
produktivitas kerja para karyawan.

Dapat disimpulkan disiplin pegawai adalah alat yang digunakan para manajer
untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah
suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan
kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang
berlaku.

Skeptisisme Profesional Auditor

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2008), skeptisisme berasal dari
kata skeptis yang artinya kurang yakin atau ragu. Berdasarkan Peraturan Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK) No. 1 Tahun 2017, skeptisisme
profesional auditor merupakan perilaku yang melibatkan pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan penilaian secara kritis terhadap bukti audit.

8
Skeptisisme profesional membutuhkan semua bukti yang mengarah pada
kemungkinan kecurangan. Skeptisisme profesional yang tinggi terhadap auditor,
deteksi kecurangan rendah.

Menurut Louwers (2011:44) dalam (Yulianti & Hamdiah, 2021) sikap


sketisisme profesional adalah kecenderungan auditor untuk tidak menyetujui asersi
manajemen memberikan fakta atas asersinya (dengan bukti). Auditor perlu
meningkatkan kinerjanya untuk menciptakan kualitas audit yang andal bagi pihak
yang membutuhkan dan untuk meningkatkan kinerjanya, auditor perlu memiliki
sikap profesional dalam melakukan audit akuntabilitas keuangan pemerintah
(Istiariani, 2018).

Skeptisisme profesional auditor dapat disimpulkan sebagai sikap kritis


seorang auditor yang tidak setuju atau mempertanyakan dan mengevaluasi
kualifikasi atau tanggapan atas pertanyaan yang digunakan sebagai bukti audit.

Kualitas Audit

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.


PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 penguji harus mempunyai
pengetahuan, keterampilan dan kompetensi lainnya yang diperlukan dalam
melaksanakan tanggung jawab seorang auditor. Sedangkan menurut Mulyadi
(2016) dalam (Wardani & Waskito, 2022) yang mendefinisikan bahwa kualitas
audit adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif atas pertanyaan yang berkaitan dengan aktivitas dan peristiwa
keuangan dengan tujuan untuk menentukan tingkat kecukupan pertanyaan tersebut
dan kriteria yang telah ditentukan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak
yang berkepentingan. Kualitas audit merupakan probabilitas seorang auditor yang
akan mendeteksi dan melaporkan penyimpangan dalam sistem akuntansi klien
(DeAngelo, 1981) dalam (Nirmalasari & Sapari, 2022) dapat menunjukan tingkat
kemampuan auditor dalam mendeteksi kesalahan pada laporan keuangan, sehingga
banyak temuan semakin banyak temuan semakin berkualitasnya audit yang
dilakukan.

9
Tipe audit menurut Arens et al, (1995) audit dapat diklasifikasikan
berdasarkan tujuan yang dilaksanakan pada audit. Dalam hal ini tipe audit terbagi
menjadi tiga kategori: (a) audit operasional adalah pemeriksaan atau pengajuan
beberapa bagian dari kebijakan dan metode operasi organisasi untuk menilai
efektivitas dan efisiensi. (b), audit kepatuhan, bertujuan untuk mengetahui apakah
klien (pelanggan) telah mengikuti prosedur atau peraturan resmi. (c), audit laporan
keuangan dapat dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara
keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi telah
disajikan sesuai dengan kriteria tertentu.

Berdasarkan dari beberapa penelitian sebelumnya pada fokus yang berbeda


masih terdapat perbedaan penelitian yang dilakukan oleh (Hutagaol, 2020),
(Istiariani, 2018), (Eryanti et al., 2022), (Kristyaningrum & Yulia, 2022), (Prasetya,
2019), (Yuara et al., 2019), (Reu & Doja, 2022), (Wanta et al., 2022), (Hanif &
Naibaho, 2014), (Pratiwi et al., 2020), (Oktavia & Helmy, 2019), (Maharany et al.,
2019), (Eryanti et al., 2022), (Triarini & Latrini, 2016), dan (Yuliarti & Kristianto,
2022) dapat diuraikan bahwa mereka mencoba meneliti faktor-faktor dan hal apa
yang berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasil dari kinerja auditor
pemerintah.

Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

KOMPETENSI

DISIPLIN KUALITAS AUDIT

SKEPTISISME
PROFESIONAL

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian

10
Hipotesis Penelitian

1. Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit


Berdasarkan peraturan BPK No.1 Tahun 2017, kompetensi adalah pendidikan,
pengetahuan, pengalaman, dan/atau keahlian yang di miliki seseorang, baik tentang
pemeriksaan maupun tentang hal-hal atau bidang tertentu. Menurut Spancer &
Spancer dalam (Eryanti et al., 2022) Kompetensi didefinisikan sebagai karakteristik
yang secara kausal atau sebab-akibat dengan kinerja yang efektif dan/atau
keunggulan individu dalam suatu tugas atau situasi.

Menurut (Prasetya, 2019) Kompetensi adalah kualifikasi yang diperlukan oleh


auditor untuk melakukan audit dengan benar. Dalam melaksanakan audit
membutuhkan kualitas pribadi yang baik, pengetahuan yang memadai serta
keterampilan khusus lainnya. Kompetensi mengacu pada keahlian yang diperoleh
dari pendidikan formal auditor dan pengalaman yang cukup untuk memungkinkan
auditor mengidentifikasi ketidakberesan dalam sistem akuntansi klien dan
melaporkannya dalam laporan keuangan yang di audit.

Hasil penelitian ini terkait dengan penelitian (Hutagaol, 2020), (Istiariani,


2018), (Eryanti et al., 2022), (Kristyaningrum & Yulia, 2022), (Prasetya, 2019),
(Yuara et al., 2019) dan (Reu & Doja, 2022), menyatakan bahwa kompetensi
berpengaruh positif dan signifkan terhadap kualitas audit. Oleh karena itu semakin
tinggi kompetensi seseorang, semakin baik, karena kompetensi yang tinggi berarti
kualitas kinerja audit yang dihasilkan akan semakin baik.

H1: Kompetensi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas


audit.

2. Pengaruh Disiplin Auditor Terhadap Kualitas Audit


Sejalan dengan fenomena pengembangan SDM, disiplin pegawai juga harus
dikembangkan. Menurut Hasibuan (2017:97) dalam (Fathi et al., 2022), Disiplin
adalah sikap mental yang tercermin dalam tindakan atau tingkah laku seseorang,
sekelompok orang dalam bentuk ketaatan terhadap aturan-aturan yang wajar dalam
masyarakat. Disiplin pegawai dalam suatu organisasi secara langsung

11
mempengaruhi moral pegawai dan pemberian layanan. Sedangkan menurut
Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang disiplin pegawai menyebutkan
bahwa disiplin pegawai adalah kesanggupan untuk melaksanakan tugas dan
menghindari larangan-larangan yang ditetapkan oleh undang-undang dan/atau
peraturan pemerintah, dengan tindakan disiplin karena ketidakpatuhan atau
pelanggaran dikatakan mengakibatkan.

Hasil penelitian ini terkait dengan penelitian (Triarini & Latrini, 2016),
(Eryanti et al., 2022), (Kristyaningrum & Yulia, 2022) dan (Wanta et al., 2022),
menyatakan bahwa disiplin berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas
hasil pemeriksaan. Oleh karena itu, semakin disiplin seorang auditor dalam
melakukan pemeriksaan, maka semakin baik kualitas pemeriksaan yang dihasilkan.

H2: Sikap disiplin auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap


kualitas.

3. Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Kualitas Audit


Berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
(BPK) No.1 Tahun 2017, sikap skeptisisme profesional auditor adalah suatu sikap
yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi
secara kritis terhadap bukti audit. Sedangkan menurut Louwers (2011:44) dalam
(Yulianti & Hamdiah, 2021) sikap skeptisisme profesional merupakan
kecenderungan auditor untuk tidak menyetujui asersi manajemen memberikan fakta
atas asersinya (disertai bukti).

Hasil penelitian ini terkait dengan penelitian (Hutagaol, 2020), (Istiariani,


2018), (Prasetya, 2019), (Yuara et al., 2019), (Eryanti et al., 2022), (Mislinawati,
2017) dan (Yuliarti & Kristianto, 2022) menyatakan bahwa skeptisisme profesional
auditor mempengaruhi sebagian kualitas hasil audit. Sehingga semakin kuat dan
tinggi skeptisisme profesional auditor maka kualitas audit terus meningkat,
sehingga berdampak positif terhadap kualitas audit.

H3: Skeptisisme Profesional Auditor berpengaruh positif dan signifikan


terhadap kualitas audit

12
3. Metode Penelitian
Jenis survei yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
menyebarkan kuesioner. Menurut Sugiyono (2020) metode kuantitatif disebut juga
metode positivis karena dipilih berlandaskan pada filosovi positivisme. Metode
penyebaran kuesioner dipilih karena penelitian ini menekankan pada pengujian
teori dengan mengukur variabel penelitian secara numerik dan menganalisis data
dengan metode statistik. Penelitian ini dilakukan di Inspektorat Provinsi
Kalimantan Barat. Populasi pada penelitian ini adalah 66 orang auditor yang
bekerja pada kantor Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian ini
menggunakan metode sensus karena populasinya kurang dari 100 orang.

Operasional variabel

1. Variabel Dependen (Kualitas Audit)

Variabel terikat penelitian ini adalah kualitas hasil audit. Mutu hasil
pemeriksaan menurut Prinsip Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengatur bahwa
suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh seorang auditor dianggap memenuhi syarat
apabila memenuhi standar pemeriksaan dan pengendalian mutu. Menurut
(DeAngelo, 1981) dalam (Nirmalasari & Sapari, 2022) kualitas audit adalah
kemungkinan bahwa auditor akan mendeteksi dan melaporkan kecurangan dalam
sistem akuntansi klien. Indikator dari penelitian (Hutagaol, 2020) adalah audit
dengan standar audit dan kualitas laporan hasil audit.

2. Variabel Independen
a. Kompetensi
Kompetensi merupakan kemampuan dasar langsung menggunakan
kombinasi pengetahuan, keterampilan, perilaku dan ciri langsung lainnya yang
berkaitan menggunakan pengalaman, keahlian dan perilaku. Soal terdiri dari
empat item dengan beberapa indikator. Dengan indikator dari penelitian
(Hutagaol, 2020) adalah pengetahuan, inisiatif dan keterampilan.
b. Disiplin

13
Disiplin pegawai dapat diartikan sebagai kesadaran individu untuk
mematuhi kewajiban dan norma sosial yang berlaku dan menghindari larangan
yang ditetapkan untuk menjamin kelangsungan organisasi atau perusahaan
untuk mencapai tujuannya. Dengan indikator dari penelitian (Sakti Oktinasari,
2020) adalah taat terhadap aturan waktu, menggunakan peralatan kantor
dengan baik, tanggun jawab tinggi dan taat terhadap peraturan.
c. Skeptisisme Profesional Auditor
Skeptisisme profesional auditor merupakan sikap kritis seorang auditor
yang tidak setuju atau mempertanyakan dan mengevaluasi kualifikasi atau
tanggapan atas pertanyaan yang digunakan sebagai bukti audit. Soal terdiri dari
empat item dengan beberapa indikator. Dengan indikator dari penelitian
(Hutagaol, 2020) adalah pola pikir yang selalu bertanya-tanya, penundaan
pengambilan keputusan, mencari pengetahuan dan pemahaman interpersonal.

Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menurut Sugiyono (2020) merupakan statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan upaya menggambarkan atau
memaparkan data yang sudah terakumulasi sebagaimana adanya tanpa memiliki
maksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas
Uji normalitas data menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov pada program
aplikasi SPSS dengan tingkat probabilitas (sig) sebesar 0,05. Kriteria pengujian dari
uji Kolmogrov-Smirnov adalah nilai probabilitas (sig) > 0,05 maka data
berdistribusi normal, sedangkan nilai probabilitas (sig) < 0,05, maka data tersebut
tidak berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas
a) Mempunyai nilai VIF > 10 atau jika nilai tolerance < 1 maka ada
multikolinearitas dalam model regresi.

14
b) Mempunyai nilai VIF < 10 atau jika nilai tolerance < 1 maka tidak terjadi
multikolinearitas dalam model regresi.

3. Uji Heterokedastisitas
Salah satu cara untuk menentukan adanya kasus dengan heteroskedastisitas
adalah dengan melakukan uji Glejser dan grafik Scatterplot. Disini jika nilai
signifikansi > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika nilai
signifikansi < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas.

Uji Determinasi (R2)


Nilai koefisien determinasi antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti
kemampuan variabel independen dalam mengungkapkan variasi variabel dependen
sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti bahwa variabel bebas
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel
terikat.

Uji hipotesis

Model regresi linear (Multiple Linear Regression Analysis), yaitu untuk


mengukur pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat dengan
mengukur interval persamaan linear.

Persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut.

Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε


Keterangan:
Y : Kualitas Audit
α : Konstanta
β1 : Koefisien Regresi X1
β2 : Koefisien Regresi X2
β3 : Koefisien Regresi X3
X1 : Disiplin Pegawai
X2 : Kompetensi
X3 : Skeptisisme Profesional Auditor

15
ε : Error

a) Uji Regresi Secara Simultan (Uji F)


Uji F digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel independen (X 1,
X2 dan X3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).
dimana Ftabel dengan Fhitung pada tingkat kepercayaan 95% dan derajat bebas Df = (
n – k – 1 ) dimana n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel.

b) Uji Regresi Secara Parsial (Uji T)

Tujuan berdasarkan uji t yaitu untuk melihat apakah ada hubungan yang
signifikan atau tidak dalam hubungan antara masing-masing variabel independen
(X) terhadap variabel dependen (Y). Kesimpulan hipotesis yang disajikan untuk
H1, H2, H3, didasarkan atas:

a) Jika tingkat signifikansi < 0,05, dan arah β negatif, maka hipotesis
diterima.
b) Jika tingkat signifikansi > 0,05 dan arah β negatif, maka hipotesis ditolak.
4. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Hasil uji analisis deskriptif variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan
SPSS versi 25 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1
Statistik Deskriptif

Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation

Kualitas Audit 66 32 40 36.20 .413


Kompetensi 66 32 40 36.33 .433
Disiplin 66 32 40 36.76 .321
Skeptisisme Profesional 66 40 50 46.09 .387

Sumber: Data Primer yang diolah, 2023

16
Jumlah responden dalam penelitian ini (N) sebanyak 66 responden, 66
reponden ini merupakan fungsional JFP2UPD dan JFA yang telah mengisi
kuisioner. Nilai mean (rata-rata) atas variabel penelitian yaitu variabel kualitas audit
(Y) sebesar 36,20 dengan devisiasinya 0,413, variabel kompetensi (X1) sebesar
36,33 dengan devisiasinya 0,433, variabel disiplin (X3) sebesar 36,76 dengan
devisiasinya 0,321 dan variabel skeptisisme profesional auditor sebesar 46,09
dengan devisiasinya 0,387. Nilai rata-rata semua instrumen penelitian nilainya
melebihi standar devisiasi, sehingga dapat disimpulkan data berdasarkan nilai dari
variabel tersebut layak untuk digunakan dalam penelitian.

Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Dalam hal ini responden sebanyak 66 orang, maka df = 66 - 2 = 64, dengan


demikian nilai rtabel adalah 0,2423. Uji validitas dilakukan dengan mengkoreksi
hasil jawaban responden pada setiap butir pernyataan pada setiap variabel dan
dibandingkan dengan nilai total jawaban atas pernyataan pada variabel tersebut.
Apabila nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel (0,2423), maka butir pernyataan
tersebut dinyatakan valid.

Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas

Perbandingan r-
Variabel Pernyataan Keterangan
hitung dan r-tabel
Y.1 0,458 > 0,2423 Valid
Y.2 0,709 > 0,2423 Valid
Y.3 0,479 > 0,2423 Valid
Y.4 0,647 > 0,2423 Valid
Kualitas Audit
Y.5 0,783 > 0,2423 Valid
Y.6 0,726 > 0,2423 Valid
Y.7 0,638 > 0,2423 Valid
Y.8 0,630 > 0,2423 Valid

17
Y.9 0,689 > 0,2423 Valid
Y.10 0,709 > 0,2423 Valid
X1.1 0,840 > 0,2423 Valid
X1.2 0,913 > 0,2423 Valid
X1.3 0,913 > 0,2423 Valid
X1.4 0,830 > 0,2423 Valid
Kompetensi
X1.5 0,913 > 0,2423 Valid
X1.6 0,856 > 0,2423 Valid
X1.7 0,493 > 0,2423 Valid
X1.8 0,912 > 0,2423 Valid
X2.1 0,890 > 0,2423 Valid
X2.2 0,893 > 0,2423 Valid
X2.3 0,876 > 0,2423 Valid
X2.4 0,893 > 0,2423 Valid
Disiplin
X2.5 0,904 > 0,2423 Valid
X2.6 0,881 > 0,2423 Valid
X2.7 0,890 > 0,2423 Valid
X2.8 0,811 > 0,2423 Valid
X3.1 0,919 > 0,2423 Valid
X3.2 0,901 > 0,2423 Valid
Skeptisisme X3.3 0,649 > 0,2423 Valid
profesional X3.4 0,791 > 0,2423 Valid
auditor X3.5 0,546 > 0,2423 Valid
X3.6 0,628 > 0,2423 Valid
X3.7 0,917 > 0,2423 Valid
Sumber: Data Primer yang diolah, 2023

18
b. Uji Reliabilitas

Sebuah survei dianggap dapat diandalkan ketika jawaban responden terhadap


pernyataan konsisten dari waktu ke waktu (Ghozali, 2018). Suatu variabel akan
dikatakan reliabel jika variabel memiliki Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60 yang
dapat dilihat pada tabel sebagi berikut:

Tabel 4.3
Hasil Uji Reliabilitas

Variabel ralpha rkritis Keterangan


Kompetensi 0,983 0,60 Reliabel
Disiplin 0,958 0,60 Reliabel
Skeptisisme Profesional 0,882 0,60 Reliabel
Kualitas Audit 0,846 0,60 Reliabel
Sumber: Data Primer yang diolah, 2023

Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa variabel kompetensi, disiplin,


skeptisisme profesional auditor dan kualitas audit dikatakan reliabel karena
memenuhi syarat yaitu nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60.

Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel campuran atau


residual model regresi berdistribusi normal. Pengukuran normal dapat dilakukan
dengan menggunakan uji One Sample Kolmogrov-Smirnov dengan nilai sig 0,05
atau 5%.

Hasil perhitungan nilai uji Kolmogrov-Smirnov disajikan pada tabel di bawah


ini:

19
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 66
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.44466983
Most Extreme Absolute .058
Differences Positive .058
Negative -.037
Test Statistic .058
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Sumber: Data Primer yang diolah, 2023

Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas dengan sig
> 0,05 yaitu 0,200. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data yang
digunakan pada penelitian ini terdistribusi normal dan bisa dilanjutkan untuk
diteliti lebih lanjut.

b. Uji Multikolinearitas

Tujuan uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah terdapat korelasi


antar variabel bebas model regresi. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah tolerence < 0,10 atau sama dengan
nilai VIF > 10.

20
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics


1 (Constant) Tolerance VIF

Kompetensi .207 4.840


Disiplin .229 4.359
Skeptisisme_Profesional_Auditor .795 1.258
Sumber: Data Primer yang diolah, 2023

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat jika nilai tolerence > 0,10 dan nilai VIF
< 10 yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antar variael bebas atau tidak
terjadi multikolinearitas.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi


terjadi heterokedastisitas atau ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi
heteroskedastisitas. Gejala heterokedastisitas dapat dideteksi dengan menggunakan
uji glejser, yaitu sebagai berikut:

21
Tabel 4.6
Hasil Uji Heterokedastisitas

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3.074 1.535 2.002 .050
Kompetensi -.053 .072 -.203 -.747 .458
Disiplin -.012 .065 -.046 -.180 .858
Skeptisisme .013 .047 .039 .279 .781
Profesional
Sumber: Data Primer yang diolah, 2023

Berdasarkan Tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari setiap


variabel > 0,05, antara lain signifikasi pada variabel kompetensi 0,053, signifikasi
pada variabel disiplin 0,012, dan signifikasi pada variabel skeptisisme profesional
auditor 0,013. Hal ini menyatakan bahwa setiap variabel independen tersebut dalam
model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas.

Uji Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi bertujuan untuk menguji seberapa besar pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Seperti yang telah diungkapkan
oleh (Ghozali, 2018) koefisien determinasi berkisar antara nol sampai satu (0 ≤ R2
≤ 1).

Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 .886a .785 .774 1.495
Sumber: Data Primer yang diolah, 2023

22
Berdasarkan Tabel 4.14, nilai Adjusted R-Squared adalah 0,774. Artinya
variabel kompetensi, disiplin dan skeptisisme profesional auditor dapat
menggambarkan atau menjelaskan kekuatan hubungan antar variabel kualitas audit,
dimana 77,4% sisanya 22,6% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
termasuk dalam penelitian ini.

Ui hipotesis
a. Uji Regresi Secara Simultan (Uji F)
Jika hasil pengujian menunjukkan nilai signifikan < α (menggunakan
signifikansi level 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya secara
bersama-sama variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Nilai F tabel
pada tingkat signifikansi 5% dan derajat bebas (df) = (n – k – 1 = 66 – 3 – 1) = 62
diperoleh angka 2,753. Berikut adalah hasil uji signifikansi nilai f:

Tabel 4.8
Uji Regresi Secara Simultan (Uji F)

Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 504.824 3 168.275 .000b
Residual 138.631 62 2.236
Total 643.455 65
Sumber: Data Primer yang diolah, 2023

Berdasarkan Tabel 4.15 menunjukkan hasil pengujian secara simultan dapat


diperoleh nilai Fhitung sebesar 75,258 dengan signifikansi 0,000. Dengan demikian
nilai Fhitung (75,258) > Ftabel (2,753) dan nilai signifikansi sebesar 0,000 < α (0,05).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, yang berarti variabel
kompetensi (X1), disiplin (X2) dan skeptisisme profesional auditor (X3) secara
simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
audit (Y).

23
b. Uji Regresi Secara Parsial (Uji T)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen
kompetensi (X1), disiplin (X2) dan skeptisisme profesional auditor (X3) dan variabel
dependen kualitas audit (Y). pengujian ini dilakukan dengan menentukan nilai
signifikansi < alpha (α = 5% atau 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
berarti secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen. Nilai Ttabel pada nilai signifikansi 5% dan derajat bebas
(df) = (n – k – 1) = 66 – 3 – 1 = 62 diperoleh angka 1,670. Berikut hasil uji
signifikansi nilai t:

Tabel 4.9
Hasil Uji Regresi Secara Parsial (Uji T)

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 11.833 2.609 4.536 .000
Kompetensi .264 .122 .281 2.169 .034
Disiplin .490 .110 .547 4.444 .000
Skeptisisme .216 .079 .180 2.724 .008
Profesional
Sumber: Data Primer yang diolah, 2023

Berdasarkan Tabel 4.16 yang dapat di ambil keputusan sebagai berikut:

1. Pengujian Hipotesis Pertama


Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 4.16 di atas memperoleh nilai Thitung
untuk variabel kompetensi (X1) sebesar 2,169 dengan nilai signifikansi 0,034.
Dengan demikian Thitung (2,169) > Ttabel (1,670) dan nilai signifikansi 0,034 < α
0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel kompetensi (X 1) mendukung
secara parsial terhadap kualitas audit (Y).
2. Pengujian Hipotesis Kedua

24
Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 4.16 di atas memperoleh nilai Thitung
untuk variabel disiplin (X2) sebesar 4,444 dengan nilai signifikansi 0,000.
Dengan demikian Thitung (4,444) > Ttabel (1,670) dan nilai signifikansi 0,000 < α
0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel disiplin (X2) mendukung secara
parsial terhadap kualitas audit (Y).
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 4.16 di atas memperoleh nilai T hitung
untuk variabel skeptisisme profesional auditor (X3) sebesar 2,724 dengan nilai
signifikansi 0,008. Dengan demikian Thitung (2,724) > Ttabel (1,670) dan nilai
signifikansi 0,008 < α 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel
skeptisisme profesional auditor (X3) mendukung secara parsial terhadap
kualitas audit (Y).
Pembahasan:
Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit
Berikut merupakan tabel ringkasan hasil pengujian hipotesis:

Tabel 4.10
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

No Hipotesis Penelitian T-hitung P value Hasil


1 Pengaruh kompetensi Thitung > Ttabel 0,034 Diterima
terhadap kualitas audit 2,169 > 1,670
2 Pengaruh disiplin Thitung > Ttabel 0,000 Diterima
terhadap kualitas audit 4,444 > 1,670
3 Pengaruh skeptisisme Thitung > Ttabel 0,008 Diterima
profesional terhadap 2,724 > 1,670
kualitas audit
Sumber: Data Primer yang diolah, 2023

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi auditor memiliki nilai


signifikansi sebesar 0,034 dengan nilai T hitung sebesar 2,169, yang memiliki arti
bahwa nilai signifikansi < 0,05 dan nilai Ttabel > 1,670 yang mengindikasikan bahwa
hasil pengujian hipotesis pertama mengenai hubungan kompetensi terhadap

25
kualitas audit, menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap
kualitas audit di Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat. Maka hipotesis pertama Ha
diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti seorang auditor harus berkompeten dengan
memiliki pengetahuan, inisiatif dan keterampilan maka kualitas audit yang
dihasilkan akan semakin baik.

Pengembangan kompetensi yang ditingkatkan terus menerus dapat


memberikan pengetahuan yang luas serta pola pikir dan pengambilan keputusan
yang baik dalam kegiatan pengawasan, selain itu pengaruh lain dari kompetensi
yaitu dapat memberikan tingkat signifikansi dalam proses menghasilkan output dan
laporan dalam kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh auditor dan pengawas,
yang didukung dengan pengalaman kerja yang dimiliki oleh auditor dan pengawas.
Dengan memiliki kompetensi yang baik dapat mendukung pelaksanaan
pengauditan yang dilaksanakan oleh auditor dan pengawas supaya menghasilkan
audit dengan kualitas audit yang berkualitas.

Pengaruh Disiplin Auditor Terhadap Kualitas Audit


Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi auditor memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,000 dengan nilai T hitung sebesar 4,444 yang memiliki arti
bahwa nilai signifikansi < 0,05 dan nilai T tabel > 1,670 yang mengindikasikan
bahwa hasil pengujian hipotesis kedua mengenai hubungan sikap disiplin auditor
terhadap kualitas audit, menunjukkan bahwa sikap disiplin auditor berpengaruh
positif terhadap kualitas audit di Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat. Maka
hipotesis kedua Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti seorang auditor harus
disiplin dengan taat terhadap aturan, menggunakan peralatan kantor dengan baik,
memiliki tanggung jawab yang tinggi, serta taat terhadap peraturan yang berlaku,
maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik.

Disiplin adalah kesadaran seseorang untuk mau dan mampu mengendalikan


dirinya serta mengikuti aturan atau nilai yang telah disepakati terkait dengan aturan
dan norma yang berlaku pada dirinya dan lingkungan sosial. Disiplin auditor
memberikan pengaruh positif didalam proses menghasilkan output dan laporan
dalam kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh auditor, yang tentunya juga

26
didukung oleh pengalaman kerja yang dimiliki oleh auditor. Keadaan ini
menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kualitas audit dapat dilakukan dengan
meningkatkan sikap disiplin auditor yang dimiliki dalam menjalankan tugas audit
sehingga akan diperoleh kualitas audit yang baik.

Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Kualitas Audit


Hasil penelitian menunjukkan bahwa skeptisisme profesional auditor
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,008 dengan nilai T hitung sebesar 2,724, yang
memiliki arti bahwa nilai signifikansi < 0,05 dan nilai T tabel > 1,670 yang
mengindikasikan bahwa hasil pengujian hipotesis ketiga mengenai hubungan
kompetensi terhadap kualitas audit, menunjukkan bahwa skeptisisme profesional
auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit di Inspektorat Provinsi
Kalimantan Barat. Maka hipotesis ketiga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini
berarti seorang auditor harus memiliki sikap skeptisisme profesional auditor dengan
pola pikir yang selalu bertanya-tanya, tidak cepat mengambil keputusan atau
menunda pengambilan keputusan, mencari pengetahuan serta memahami
interpersonal maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik.

Skeptisisme profesional auditor merupakan salah satu unsur sikap yang


diperlukan dalam menghasilkan hasil kualitas audit yang baik. Sikap skeptisisme
profesional auditor memberikan pengaruh positif didalam proses menghasilkan
output dan laporan dalam kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh auditor, yang
tentunya juga didukung oleh pengalaman kerja yang dimiliki oleh auditor. Auditor
yang memiliki pengalaman atau masa kerja yang lama dapat memberikan
kontribusi, pemaparan tentang teknik kerja dilapangan, supervisi, wawasan serta
pengetahuan dalam mengevaluasi bukti audit.

5. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, hasil analisis data, dan pembahasan hasil
penelitian serta pengujian hipotesis yang dilakukan :

1. Kompetensi Auditor memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap


kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan kompetensi yang

27
ditingkatkan terus menerus dapat memberikan pengetahuan yang luas serta
pola pikir dan pengambilan keputusan yang baik dalam kegiatan
pengawasan, selain itu pengaruh lain dari kompetensi yaitu dapat
memberikan tingkat signifikansi dalam proses menghasilkan output dan
laporan dalam kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh auditor dan
pengawas, yang didukung dengan pengalaman kerja yang dimiliki oleh
auditor dan pengawas.
2. Sikap Disiplin Auditor memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa sikap disiplin yang menjadi
kesadaran seseorang untuk mau dan mampu mengendalikan dirinya serta
mengikuti aturan atau nilai yang telah disepakati terkait dengan aturan dan
norma yang berlaku pada dirinya dan lingkungan sosial.
3. Skeptisisme Profesional Auditor memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa sikap skeptisisme
profesional auditor memberikan pengaruh positif didalam proses
menghasilkan output dan laporan dalam kegiatan pengawasan yang
dilakukan oleh auditor, yang tentunya juga didukung oleh pengalaman kerja
yang dimiliki oleh auditor.

DAFTAR PUSTAKA

Acfira, L. G. (2022). Pengaruh Pengalaman, Etika Profesi, Keahlian, dan Gender


terhadap Skeptisme Profesional Akuntan Forensik di Kota Makassar. Jurnal
Mirai Management, 7(3), 94–105.
Adiwijaya, Z. A. (2022). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit. Eqien-
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 11(1), 735–745.
Arens, A. A., & Loebbecke, J. K. (1995). Auditing Suatu Pendekatan Terpadu. Edisi
Keempat. Jakarta: Erlangga.
Arikunto, S. (2013). Manajemen Penelitian. Edisi Revis. Tangerang Selatan: PT

28
Rineka Cipta.
Danang, S. (2014). Auditing Pemeriksaan Akuntansi. Yogyakarta: CAPS (Center of
Academic Publishing).
Eryanti, N., Sarboini, S., & Yulianti, R. (2022). Pengaruh Kompetensi, Skeptisme
Profesional, Motivasi dan Disiplin Terhadap Kualitas Auditor Pada Kantor
Inspektorat di Kabupaten Gayo Lues. Serambi Konstruktivis, 4(2), 44–55.
Fathi, A., Parela, E., & Josiah, T. (2022). Analisis Pengaruh Kompetensi Sumber
Daya Manusia Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Kasus:
Inspektorat Provinsi Lampung). Prosiding Seminar Nasional Ekonomi Dan
Bisnis, 2(1), 81–87.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS 25.
Hanif, R. A., & Naibaho, E. R. (2014). Pengaruh Independensi, Kompetensi, Moral
Reasoning dan Skeptisisme Profesional Auditor Pemerintah terhadap Kualitas
Audit Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada BPK RI
Perwakilan Provinsi Riau). Riau University.
Hutagaol, N. H. (2020). Pengaruh Skeptisisme Profesional Dan Kompetensi
Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat.
Maksi Untan. https://jurnal.untan.ac.id/index.php/maksi/article/view/35979
Istiariani, I. (2018). Pengaruh Independensi, Profesionalisme, dan Kompetensi
Terhadap Kinerja Auditor BPKP (Studi Kasus pada Auditor BPKP Jateng).
Islamadina: Jurnal Pemikiran Islam, 19(1), 63–88.
Kristyaningrum, Y., & Yulia, Y. (2022). Dampak Disiplin Kerja Dan Sarana
Prasarana Terhadap Kinerja Pegawai Pada Inspektorat Kabupaten Lampung
Tengah. Dikombis: Jurnal Dinamika Ekonomi, Manajemen, Dan Bisnis, 1(2),
229–238.
Kuncoro, M. (2011). Metode Kuantitatif. Edisi Keempat. Yogyakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Maharany, M., Astuti, Y. W., & Juliardi, D. (2019). Pengaruh Kompetensi,
Independensi Dan Etika Profesi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi
Empiris Pada KAP Di Malang). Jurnal Akuntansi Aktual, 3(3), 236–242.
Maudyta, M., & Djumiarti, T. (2017). Hubungan Kompetensi Dan Disiplin Kerja

29
Dengan Kinerja Pegawai Inspektorat Provinsi Jawa Tengah. Journal Of Public
Policy And Management Review, 6(3), 1–11.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/view/16616
Mislinawati, M. (2017). Pengaruh Lamanya Jangka Waktu Audit dan Skeptisisme
Profesional Auditor terhadap Kualitas Hasil Audit: Studi pada Auditor
Inspektorat Aceh. Jurnal Serambi Ekonomi Dan Bisnis, 4(2), 63–72.
Muslim, M., Rahim, S., Pelu, M. F. A. R., & Pratiwi, A. (2020). Kualitas Audit:
Ditinjau dari Fee Audit, Risiko Audit dan Skeptisme Profesional Auditor
sebagai Variabel Moderating. Ekuitas: Jurnal Pendidikan Ekonomi, 8(1), 9–
19.
Nirmalasari, D., & Sapari, S. (2022). Pengaruh Good Corporate Governance,
Independensi Auditor, Dan Kualitas Audit Terhadap Manajamen Laba. Jurnal
Ilmu Dan Riset Akuntansi (JIRA), 11(8).
Oktavia, M. E., & Helmy, H. (2019). Pengaruh Time Budged Pressure Dan
Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Eksplorasi
Akuntansi, 1(4), 1933–1948.
Panggabean, F. Y. (2019). Kinerja Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara Berdasarkan Opini Audit. JURNAL
AKUNTANSI DAN BISNIS : Jurnal Program Studi Akuntansi, 5(2), 151.
https://doi.org/10.31289/jab.v5i2.2692
Pesireron, S. (2016). Pengaruh Keterampilan, Jobb Stress Dan Disiplin Kerja
Terhadap Kinerja Auditor Inspektorat (Study Empiris Pada Inspektorat
Kabupaten Seram Bagian Timur Dan Kabupaten Maluku Tengah). Jurnal
Maneksi, 5(1), 26–31.
Prasetya, F. (2019). Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Skeptisisme
Profesional Terhadap Kualitas Kinerja Auditor Inspektorat Kabupaten. Jurnal
Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan, 8(2), 57–67.
Pratiwi, A. A. C., Suryandari, N. N. A., & Susandya, A. A. P. G. B. A. (2020).
Pengaruh Profesionalisme, Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap
Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di Provinsi Bali:(Studi Empiris
Pada KAP di Provinsi Bali). Kumpulan Hasil Riset Mahasiswa Akuntansi

30
(KHARISMA), 2(1).
Rahmawati Maulidah, Putra Sondi Iswahyudi, dan N. D. (2007). Akuntansi
Pemerintahan. Cetakan Kedua. Jakarta: Selemba Empat.
Reu, F. M., & Doja, H. P. P. (2022). Analisis Pengaruh Kompetensi Dan
Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Inspektorat Kabupaten
Ende. JAKA-Jurnal Jurusan Akuntasi, 7(2), 14–18.
Sakti Oktinasari. (2020). Analisis Kompetensi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja
Aparatur Sipil Negara pada Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lampung
Tengah.
Savira, J. A. (2021). Pengaruh Kompetensi Dan Skeptisme Profesional Terhadap
Kualitas Audit. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, 9(1), 21–30.
https://doi.org/10.37641/jiakes.v9i1.435
Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Kombinasi (Mixed
Method). Edisi Revisi. Bandung: Aflabeta.
Sutrisno, E. (2020). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana.
Triarini, D. A. W., & Latrini, M. Y. (2016). Pengaruh Kompetensi, Skeptisme
Profesional, Motivasi, Dan Disiplin Terhadap Kualitas Audit Kantor
Inspektorat Kabupaten/Kota Di Bali. E-Jurnal Akuntansi, 14(2), 1092–1119.
Wanta, F. T., Trang, I., & Taroreh, R. N. (2022). Pengaruh Disiplin Kerja Dan
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Inspektorat Kabupaten
Minahasa Tenggara Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal EMBA, 10(1), 113–
122.
Wardani, T. J., & Waskito, I. (2022). Pengaruh Fee Audit, Audit Tenure, Dan Rotasi
Audit Terhadap Kualitas Audit (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2020). Jurnal Riset Mahasiswa
Akuntansi, 2(1), 112–124.
Yuara, S., Ibrahim, R., & Diantimala, Y. (2019). Pengaruh Sikap Skeptisme
Profesional Auditor, Kompetensi Bukti Audit Dan Tekanan Waktu Terhadap
Pendeteksian Kecurangan Pada Inspektorat Kabupaten Bener Meriah. Jurnal
Perspektif Ekonomi Darussalam, 4(1), 69–81.
https://doi.org/10.24815/jped.v4i1.10924

31
Yulianti, R., & Hamdiah, C. (2021). Pengaruh Sikap Skeptisme, Tekanan Waktu
Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Inspektorat Aceh.
Jurnal Sociohumaniora Kodepena (JSK), 2(1), 74–88.
Yuliarti, L., & Kristianto, G. B. (2022). Pengaruh Motivasi, Kompetensi dan
Pengalaman Auditor terhadap Kualitas Audit. J-LEE - Journal of Law,
English, and Economics, 4(1), 174–191. https://doi.org/10.35960/j-
lee.v4i1.790

Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan dan


Pengawasan Terhadap Urusan Pemerintah Di Daerah Dilaksanakan Oleh
APIP Sesuai Dengan Fungsi dan Kewenangannya.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor


PER/05/M.PAN/03/2008. Standar Audit Aparat Pengawasan Intern.

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Penegendalian Intern


Pemerintah (SPIP). Jakarta.

32

Anda mungkin juga menyukai